• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENEGAKAN HUKUM OLEH KEPOLISIAN TERHADAP TINDAK PIDANA PENAMBANGAN EMAS ILEGAL (Studi Pada Polres Way Kanan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENEGAKAN HUKUM OLEH KEPOLISIAN TERHADAP TINDAK PIDANA PENAMBANGAN EMAS ILEGAL (Studi Pada Polres Way Kanan)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

0

PENEGAKAN HUKUM OLEH KEPOLISIAN TERHADAP TINDAK PIDANA PENAMBANGAN EMAS ILEGAL

(Studi Pada Polres Way Kanan)

Jurnal Penelitian

Oleh

M. RIFKI USMAN PUBARA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PENEGAKAN HUKUM OLEH KEPOLISIAN TERHADAP TINDAK PIDANA PENAMBANGAN EMAS ILEGAL

(Studi Pada Polres Way Kanan)

Oleh

M. Rifki Usman Pubara, Erna Dewi, Dona Raisa Monica

(rifkiusmanpubara@gmail.com)

Penambangan emas ilagal di Kabupaten Way Kanan masih marak dan perlu penanganan yang tegas oleh pihak Polres Way Kanan yang bertujuan untuk menegakkan hukum di wilayah hukum Polres Way Kanan. Permasalahan dalam penelitian adalah bagaimanakah penegakan hukum oleh kepolisian dalam tindak pidana penambangan emas ilegal oleh Polres Way Kanan dan apakah faktor penghambat dalam penegakan hukum oleh kepolisian dalam tindak pidana penambangan emas ilegal oleh Polres Way Kanan. Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif dan yuridis empiris. Analisis secara kualitatif dan disimpulkan dengan cara pikir induktif. Hasil penelitian menunjukkan upaya Kepolisian dalam penegakan hukum

penambangan emas ilegal melalui 2 upaya, yaitu upaya secara preventif yaitu

Polres Way Kanan melaksanakan patroli, razia, operasi keamanan yang dilakukan secara rutin dan memberikan sosialisasi kepada masyarakat Way Kanan tentang pentingnya menciptakan keamanan serta cara mengatasi penambangan emas ilegal. Sedangkan upaya represif yang dilakukan Polres Way Kanan adalah dengan mengoptimalkan upaya penindakan serta menghimpun bukti-bukti guna menindak secara hukum pelaku penambangan batu secara liar dengan pemberian sanksi tegas dan berefek jera serta melalui mediasi terhadap para pihak yang berperkara sehingga pelaku tidak perlu di proses melalui sanksi pidana. Faktor penghambat upaya kepolisian dalam penegakan hukum tindak pidana penambangan emas ilegal di Kabupaten Way Kanan yaitu pertama faktor Penegak Hukum seperti masih kurang maksimal dalam menjalankan programnya.

(3)

ABSTRACT

LAW ENFORCEMENT BY POLICE ON THE CRIME OF ILLEGAL GOLD MINING

(Study On Way Kanan Police)

By

M. Rifki Usman Pubara, Erna Dewi, Dona Raisa Monica

(rifkiusmanpubara@gmail.com)

The gold mining of ilagal in Way Kanan Regency is still rampant and need strict handling by the Way Kanan Police Department which aims to enforce the law in the law of the Way Kanan Police. The problem in the research is how law enforcement by the police in illegal gold mining by Way Kanan Police and what is the obstacle factor in law enforcement by police in illegal gold mining by Way Kanan Police Station. The research method used in this research is normative juridical. Analysis is qualitatively and inferred by inductive thought and empiric juridice. The result of the research shows the efforts of the police in illegal gold mining law enforcement through two efforts, ie the preventive effort of Way Kanan Police conducting patrols, raids, routine security operations and giving socialization to the Way Kanan community about the importance of creating security and how to overcome illegal gold mining. While the repressive efforts made by Way Kanan Police is to optimize the efforts of prosecution and collect evidence to act legally illegal mining actors with the provision of sanctions firmly and deterrent effect and through mediation of the parties litigation so that the perpetrators do not need to be processed through criminal sanctions. Inhibiting factor of police effort in law enforcement of illegal gold mining in Way Kanan Regency is the first factor of Law Enforcement as it is still not maximal in running its program. Limited facilities and infrastructure factors such as police personnel (investigators) to conduct searches, raids and patrols.

(4)

I. PENDAHULUAN

Negara Indonesia adalah hukum

sebagai mana yang diatur dalam Pasal

1 ayat (3) jo Pasal 27 ayat (1) jo Pasal

28 D ayat (1) Undang-Undang Dasar Repbulik Indonesia Tahun 1945 yaitu setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang

sama di hadapan hukum.1

Sepanjang sejarah manusia, kejahatan selalu mengikuti perkembangan zaman. Dunia manusia yang masih tradisional

maka dalam melakukan suatu

kejahatan pun masih tradisional, seperti kejahatan terhadap kemerdekaan orang masih sangat tradisional yang dimuat dalam Pasal 324 didalamnya terdapat unsur perniagaan budak. Sedangkan era semakin modern, maka manusia dalam melakukan kejahatan semakin modern dan berani, ketika perbudakan sudah

dihapus di muka dunia, maka

perniagaan budak pun sudah berbeda, yang dulu yang namanya budak disamakan seperti hewan peliharaan yang di eksploitasi, kerja paksa tanpa upah, huma sekedar makan, tetapi

budak zaman modern diberi

kesempatan kerja, sekolah, pendidikan, yang budak sekarang hanya sebagai

obyek pemuas nafsu, obyek seksual.2

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

(KUHP) membagi semua tindak

pidana, baik yang termuat di dalam maupun di luar KUHP, menjadi dua

golongan besar, yaitu golongan

kejahatan (midrivjen) yang teramat di

dalam buku II dan golongan

pelanggaran (overtredingen) yang

termuat dalam Buku III KUHP.

1

Adrian Sutedi, Hukum Pertambangan, Sinar Grafika, Jakarta, 2011, hlm. 32

2

Pipin Syarifin, Hukum Pidana di Indonesia. Pustaka Setia, Bandung, 2010, hlm. 115

Adapun terdapat penggolongan

kualitatif dalam Buku II KUHAP perihal kejahatan. Di antara bentuk- bentuk kejahatan itu adalah: Kejahatan terhadap keamanan negara, pemalsuan surat, kejahatan terhadap nyawa orang, kejahatan terhadap kemerdekaan orang,

kejahatan terhadap lingkungan, dll.3

Penegakan hukum merupakan usaha- usaha yang diambil oleh pemerintah atau suatu otoritas untuk menjamin

tercapainya rasa keadilan dan

ketertiban dalam masyarakat dengan menggunakan beberapa perangkat atau alat kekuasaan baik dalam bentuk undang-undang, sampai pada para penegak hukum antara lain polisi,

hakim, jaksa, serta pengacara.4

Peran Polisi berdasarkan Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian sebagai penegak hukum

berdasarkan atas asas persamaan

kedudukan hukum masyarakat

(Equality before the law) Aparat

kepolisian sebbagai penegak hukum sudah seharusnya dapat menjaadi panutan masyarakat, mampu menjadi pengendali dan sahabat masyarakat, memiliki kualitas komunikasi yang baik. Namun demikian polisi juga merupakan manusia biasa, yang tidak

luput dari kesalahan atau

kekurangannya sebagai manusia yang

memiliki nafsu atau emosi. Undang –

undang sudah mengatur secara tegas bagaimanakah tugas aparat kepolisian dalam menegakkan hukum terhadap

masyarakatnya, termasuk

kedudukannya sebagai pelayan

masyarakat tanpa membeda bedakan

3

Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia. Refika Aditama, Bandung, 2003, hlm. 114.

4

(5)

kedudukan social, politik, ekonomi,

ras, agama dan budayanya.5

Pengertian pertambangan dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara memiliki arti sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batu

bara yang meliputi penyelidikan

umum, eksplorasi, studi kelayakan, kontruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan

penjualan serta kegiatan pasca

tambang. Pengertian izin disini adalah

izin untuk melakukan usaha

pertambangan sebagaimana diatur

dalam Undang-Undang Nomor 4

Tahun 2009 tentang Pertambangan

Mineral dan Batu Bara, yang

dikeluarkan oleh pejabat berwenang yaitu Bupati/Gubernur/Menteri sesuai Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) yang menjadi kewenangannya masing-masing.

Sebagaimana telah diketahui di atas bahwa Negara mempunyai hak menguasai atas bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya termasuk tambang. Berdasarkan hal

tersebut setiap orang yang akan

melakukan pertambangan aturan mainnya wajib meminta izin terlebih dahulu dari Negara/Pemerintah. Apabila terjadi kegiatan penambangan pelakunya tidak memiliki izin, maka

perbuatannya merupakan

tindak pidana yang diatur dalam Pasal 158 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara yang berbunyi “Setiap

orang yang melakukan usaha

penambangan tanpa IUP, IPR atau

5

Soejono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm. 34

IUPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37, Pasal 40 ayat (3), Pasal 48, Pasal 67 ayat (1), Pasal 74 ayat (1) atau

(5) dipidana dengan pidana penjara

paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh

miliar rupiah)”.

Hingga akhir bulan April tahun 2016 Markas Kepolisian Resor (Mapolres)

Way Kanan Lampung telah

mengamankan 21 orang pemilik

tambang emas ilegal. Kapolres Way Kanan AKBP. Harseno, SIK., MM. melalui Kasat Reskrim AKP. Hi. Sahril Paison, SH., Minggu (01/5) pagi mengatakan, Polres Way Kanan telah bekerja keras untuk menindak tegas penambang-penambang emas ilegal tersebut. Dalam kurun satu bulan

terakhir, Satreskrim Polres Way

Kanan telah mengamankan 21 orang penambangan emas ilegal. Sebelum dilakukan penindakan tegas, Polres

Way Kanan telah melakukan

sosialisasi sejak bulan Agustus tahun

2015.6

Sembilan petani yang beralih profesi jadi penambang ilegal diringkus tim gabungan Polres Way Kanan dipimpin

langsung Kapolres AKBP Yudy

Chandra. Tersangka tersebut adalah Sapuan (55), Dedi (22) dan Sujianto (27). Ketiganya warga Kampung Bali Rejo, Rifin (55), Sugeng Winarno (30), Suyanto (27), Aan Febianto (23) dan Amri Suseno (20) kelimanya warga Kampung Gunung Katun dan Eki (18)

warga Kampung Donomulyo.7

6

Martha Ardiansyah, Polres Waykanan Amankan 21 Penambang Emas Ilegal, http://www.pelitaekspres.com/berita-1353- polres-waykanan-amankan-21-penambang- emas-ilegall-.html, diakses tanggal 21 Agustus 2017, Pukul 19.00 WIB

7

(6)

Uraian di atas menunjukkan bahwa

penambangan emas ilagal di

Kabupaten Way Kanan masih marak dan perlu penanganan yang tegas oleh

pihak Polres Way Kanan yang

bertujuan untuk menegakkan hukum di wilayah hukum Polres Way Kanan.

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah penegakan hukum

oleh kepolisian dalam tindak

pidana penambangan emas ilegal oleh Polres Way Kanan?

2. Apakah faktor penghambat dalam

penegakan hukum oleh kepolisian dalam tindak pidana penambangan emas ilegal oleh Polres Way Kanan?

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penulisan ini adalah pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Data primer diperoleh secara langsung dari penelitian di lapangan yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti, yakni dilakukan wawancara terhadap Penyidik pada Polres Way Kanan dan Akademisi pada Bagian hukum Pidana Fakultas Hukum Unila. Data sekunder diperoleh dari penelitian kepustakaan yang meliputi buku-buku

literatur, peraturan perundang-

undangan, dokumen-dokumen resmi dan lain-lain.

II. PEMBAHASAN

A. Penegakan Hukum oleh Kepolisian dalam Tindak Pidana Penambangan Emas Ilegal oleh Polres Way Kanan

Hukum pertambangan tidak pernah terlepas dari bagian lingkungan hidup yang merupakan anugerah Tuhan Yang

-penambang-emas-ilegal-ditangkap, diakses tanggal 7 November 2017, Pukul 09.10 WIB

Maha Esa yang wajib dilestarikan dan dikembangkan kemampuannya agar tetap menjadi sumber penunjang hidup bagi manusia dan makhluk hidup

lainnya demi kelangsungan dan

peningkatan kualitas hidup itu sendiri.

Dewasa ini, kejahatan lingkungan sering terjadi di sekeliling lingkungan, namun semua itu tidak disadari.

Pengurasan sumber daya alam (natural

resource depletion) diartikan sebagai

pemanfaatan sumber daya alam secara tidak bijaksana sehingga sumber daya

alam itu baik kualitas maupun

kuantitasnya menjadi berkurang atau menurun dan pada akhirnya habis sama

sekali. Khususnya masalah

pertambangan ilegal. Pertambangan merupakan usaha untuk menggali

berbagai potensi-potensi yang

terkandung dalam perut bumi.

Bentuk penegakan hukum yang

dilakukan untuk masalah lingkungan

yang dilakukan oleh pemerintah

Indonesia untuk mencapai supremacy

of law dengan penerapan sanksi

administrasi, sanksi perdata dan sanksi pidana. Salah satu kasus pertambangan yang terjadi di Indonesia adalah

pertambangan tanpa izin.

pertambangan tanpa izin diawali oleh

keberadaan para penambang

tradisional, yang kemudian

berkembang karena adanya faktor

kemiskinan, keterbatasan lapangan

kerja dan kesempatan usaha,

keterlibatan pihak lain yang bertindak

sebagai cukong dan becking,

ketidakharmonisan hubungan antara

perusahaan dengan masyarakat

setempat serta krisis ekonomi yang berkepanjangan. Disisi lain, kelemahan dalam penegakan hukum dan peraturan

perundang-undangan yang

(7)

pertambangan tanpa izin.

Terkait upaya penegakan hukum

maraknya pertambangan tanpa izin di Kabupaten Way Kanan, yakni:

a. Kepolisian melakukan

sosialisasi/penyuluhan hukum

mengenai ketentuan pidana

tentang kejahatan pertambangan tanpa izin dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009.

b. Pemasangan spanduk atau

pampflet tiap kecamatan akan bahaya kegiatan pertambangan tanpa izin.

c. Melakukan operasi secara rutin

terhadap aktivitas pertambangan di setiap kecamatan di Kabupaten Way Kanan.

d. Menindak pelaku kejahatan illegal

mining berupa pidana penjara dan

denda.

e. Penyitaan alat yang digunakan

dalam melakukan kegiatan illegal

mining.8

B. Faktor Penghambat dalam Penegakan Hukum oleh Kepolisian dalam Tindak Pidana Penambangan Emas Ilegal oleh Polres Way Kanan.

Maraknya kejahatan penambangan liar di Kabupaten Way Kanan tentunya

didorong atau disebabkan oleh

beberapa faktor. Adapun faktor-faktor penyebab maraknya penambangan liar di Kabupaten Way Kanan yang berhasil dihimpun oleh penulis dalam penelitian, sebagai berikut:

1. Sulitnya mendapatkan IUP (Izin

Usaha Pertambangan).

Proses perizinan yang rumit dan

memakan waktu yang lama

8

Berdasarkan wawancara dengan Chosima selaku Anggota Reskrim Polres Lampung Utara, pada tanggal 2 November 2017 Pukul 10.30 WIB

ditengarai merupakan faktor

penyebab maraknya penambangan liar di Kabupaten Way Kanan. Faktor penting penyebab maraknya kejahatan penambangan liar di Kabupaten Way Kanan adalah sulitnya mendapatkan Izin Usaha Pertambangan (IUP).

2. Minimnya sosialisasi mengenai

peraturan perundang-undangan.

Salah satu faktor maraknya

kejahatan penambangan liar di Kabupaten Way Kanan adalah minimnya sosialisasi yang dilakukan Dinas Pertambangan dan Energi mengenai peraturan perundang-undangan, yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 35, yang berbunyi bahwa usaha

3. Lemahnya penegakan hukum.

Lemahnya penegakan hukum

merupakan faktor penyebab

maraknya kejahatan penambangan liar di Kabupaten Way Kanan. Lemahnya pengawasan dan penegakan hukum terkesan memberi keleluasaan dan tidak

membuat jera pelaku

pertambangan tanpa izin. Hal ini

disebabkan karena rendahnya pihak Kepolisian masih tebang

pilih dalam menangkap atau

(8)

Secaara umum kendala penegakan hukum yang dihadapi kepolisian resor Way Kanan Terhadap Tindak Pidana Pertambangan Emas ilegal adalah

1. Kendala internal yaitu kendala

yang terdapat dalam lingkup

instansi Kepolisian Resor Way Kanan yang merupakan faktor

penghambat dalam melakukan

penegakan hukum terhadap tindak pidana pertambangan emas ilegal di Kabupaten Way Kanan, diantaranya adalah :

a. Kuantitas dan kualitas anggota

penyidik dalam tiap-tiap unit

yang belum memadai,

khususnya pada unit tindak pidana tertentu di kantor Kepolisian Resor Way Kanan. Dalam hal ini, kuantitas yang dimaksud adalah jumlah anggota penyidik Unit Tindak Pidana Tertentu di Kepolisian Resor Way Kanan terdapat 7 (tujuh) orang anggota penyidik dan tidak seimbang dengan

kasus pertambangan emas

ilegal yang terjadi di 36 lokasi pada tahun 2015 dan terjadi di 47 lokasi pada tahun 2016

yang semakin meluas.

Kualitas anggota penyidik

kantor Kepolisian Resor Way

Kanan belum memadai,

artinya belum ada personil penyidik atau anggota polisi yang memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) atau penyidik yang berkompeten dalam hal

menangani kasus kejahatan

lingkungan hidup, khususnya di bidang pertambangan tentang kasus pertambangan tanpa izin

karena untuk mengetahui

tentang unsur-unsur kejahatan lingkungan hidup khususnya tindak pidana pertambangan ilegal ini pihak penyidik dari

Unit Tindak Pidana Tertentu (tipiter) Kepolisian Resor Way Kanan memanggil saksi ahli dari adan Lingkungan Hidup (BLH). Kuantitas dan kualitas personil penyidik dalam di unit tindak pidana tertentu (tipiter) yang belum memadai tersebut bisa menjadi faktor penghambat

dalam proses penyidikan

terhadap kasus pertambangan emas ilegal. Meskipun pihak penyidik memanggil saksi ahli dari Badan Lingkungan Hidup

(BLH), tetapi apabila

penyidiknya sendiri tidak

mempunyai pengetahuan

tentang lingkungan hidup juga

akan berdampak pada

penentuan pemidanaan terhadap

tersangka tindak pidana

pertambangan batuan itu.

b. Koordinasi antara pihak

kepolisian dengan Badan

Perijinan Terpadu dan

Penanaman Modal (BPTPM) Kabupaten Way Kanan yang tidak efektif

Koordinasi atau hubungan yang

kurang baik antara pihak

kepolisian dengan Badan

Perijinan Terpadu dan

Penanaman Modal (BPTPM) Kabupaten Way Kanan dapat

mempengaruhi penegakan

hukum yang dijalankan,

karena dalam melakukan

penyidikan tindak pidana

pertambangan emas ilegal ini diperlukan ada atau tidaknya

bukti surat izin usaha

(9)

Kanan melakukan operasi ke

wilayah pertambangan di

Kabupaten Way Kanan terdapat banyak orang yang melakukan aktivitas pertambangan dimana orang-orang tersebut tidak bisa menunjukkan surat izin usaha pertambangan yang sah dari BPTPM. Para penambang ini mengelak bahwa sudah mengajukan permohonan izin namun BPTPM tidak segera menerbitkan izinnya. Dalam hal ini pelaku penambang dan penegak hukum tidak bisa disalahkan karena faktor yang

memperumit adalah pihak

BPTPM.

Dalam hal ini, pihak Kepolisian

Resor Way Kanan bisa

mengklarifikasi langsung

kepada pihak BPTPM untuk memastikan tentang surat izin usaha pertambangan tersebut.

Namun pada kenyataannya,

pihak Kepolisian Resor Way Kanan tidak bergerak secara langsung untuk menyidik para

pelaku penambang yang

izinnya belum terbit tersebut. Pihak Kepolisian Resor Way Kanan dan pihak BPTPM ini

cenderung bekerja sendiri-

sendiri dalam bidangnya tanpa mengingat penegakan hukum yang diharapkan masyarakat.

2. Kendala eksternal yaitu yaitu

kendala yang peneliti temukan dalam Berita Acara Pemeriksaan

(BAP) tindak pidana

pertambangan tanpa izin,

diantaranya adalah :

a. Ketidakhadiran saksi yang

dipanggil secara sah.

Saksi yang dipanggil oleh penyidik pada tahap penyidikan wajib memenuhi panggilan.

Kehadiran saksi-saksi ini sangat dibutuhkan oleh penyidik untuk memperjelas berkas perkara yang akan dilimpahkan ke kantor Kejaksaan. Semua pihak

yang terlibat dalam kasus

tindak pidana pertambangan

emas ilegal juga perlu

dipanggil dan diperiksa.

Namun, di salah satu Berita

Acara Pemeriksaan (BAP)

peneliti menemukan bahwa

pemilik modal/perusahaan

tambang dan sebuah

perusahaan yang bisa

dipersamakan sebagai penadah tidak turut dipanggil padahal

perusahaan tersebut yang

membeli batu hasil

pertambangan tanpa izin untuk diolah kembali menjadi batu kecil-kecil dan dijual kembali

pada kontraktor untuk

membangun stadion,

perumahan, dan lain

sebagainya.

b. Keterangan saksi yang tidak

jelas

Saksi-saksi yang diperiksa oleh

penyidik dalam tahap

penyidikan memberikan

keterangan berbelit-belit atau

dibuat-buat untuk

menyembunyikan identitas

pemilik perusahaan tambang

sehingga menyebabkan

penyidik kesulitan dalam

menentukan kronologi perkara, termasuk juga dalam penentuan tersangka, dan siapa saja yang terlibat dalam suatu tindak

pidana pertambangan emas

ilegal.

c. Keterangan saksi ahli tidak

sesuai dengan pertanyaan

penyidik

Dalam Berita Acara

(10)

melihat bahwa saksi ahli yang

dipanggil memberikan

keterangan yang tidak sesuai

dengan pertanyaan yang

diajukan penyidik. Padahal

saksi ahli yang dipanggil

merupakan saksi yang cukup

berkompeten di bidangnya,

yaitu terkait dengan tindak pidana pertambangan. Hal ini menyulitkan penyidik dalam

memperoleh petunjuk yang

akan membuat terang suatu perkara pidana.

III.PENUTUP A. Simpulan

1. Upaya Kepolisian dalam

penegakan hukum penambangan emas ilegal (Studi Pada Polres Way Kanan) melalui 2 upaya, yaitu

a. Upaya secara preventif yaitu

Polres Way Kanan

melaksanakan patroli, razia,

operasi keamanan yang

dilakukan secara rutin dan memberikan sosialisasi kepada masyarakat Way Kanan tentang

pentingnya menciptakan

keamanan serta cara

mengatasi penambangan emas ilegal serta Polres Way Kanan melakukan pendekatan dengan

warga sekitar melakukan

rembuk pekon untuk tidak

melakukan kegiatan

penambangan batu secara liar.

b. Sedangkan upaya represif yang

dilakukan Polres Way Kanan adalah dengan mengoptimalkan

upaya penindakan serta

menghimpun bukti-bukti guna menindak secara hukum pelaku penambangan batu secara liar dengan pemberian sanksi tegas dan berefek jera serta melalui mediasi terhadap para pihak yang berperkara sehingga

pelaku tidak perlu di proses melalui sanksi pidana.

2. Faktor penghambat upaya

kepolisian dalam penegakan hukum tindak pidana penambangan emas ilegal di Kabupaten Way Kanan

yaitu pertama faktor Penegak

Hukum seperti masih kurang

maksimal dalam menjalankan

programnya contohnya program penyuluhan Polres Way Kanan yang belum menjangkau seluruh

masyarakat sehingga

mengakibatkan peningkatan

penambangan emas ilegal, selain

itu pada permasalahan

penambangan emas ilegal ini

hingga saat ini masih dalam proses penyelidikan sehingga belum ada yang ditetapkan sebagai tersangka dalam perkara ini. Kedua, faktor sarana dan prasarana yang masih terbatas seperti personil

kepolisian (penyidik) untuk

melakukan pencarian, razia dan patroli. Ketiga faktor masyarakat yaitu antara masyarakat serta pihak kepolisian tidak tercipta kerjasama yang bersinergi karena kurangnya pendekatan yang dilakukan oleh pihak kepolisian

B. Saran

1. Diharapkan Polres Way Kanan

mengutamakan upaya preventif

guna menekan angka pertumbuhan

kejahatan yaitu dengan

meningkatkan razia, patroli dan pengawasan daerah pertambangan, perbaikan sarana dan prasarana serta melakukan pendekatan kepada masyarakat.

2. Diharapkan Polres Way Kanan

(11)

Kanan yang dikemas dalam bentuk

pertemuan yang bersifat

kekeluargaan sehingga mampu

meningkatkan kesadaran

masyarakat untuk bersama

bertanggung jawab atas keamanan lingkungan hidup mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Adrian Sutedi, Hukum Pertambangan,

Sinar Grafika, Jakarta, 2011

Bonger, Pengantar Tentang

Kriminologi, PT. Pembangunan

Ghalia Indonesia, Jakarta, 1981.

Pipin Syarifin, Hukum Pidana di

Indonesia. Pustaka Setia,

Bandung, 2010

Soejono Soekanto, Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Penegakan

Hukum, PT. Raja Grafindo

Persada, Jakarta, 2004, hlm. 34

Wawancara dengan Chosima selaku

Anggota Reskrim Polres

Lampung Utara, pada tanggal 2 November 2017 Pukul 10.30 WIB

Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak

Pidana Tertentu di Indonesia.

Refika Aditama, Bandung, 2003.

http://poskotanews.com/2017/02/09/se mbilan-penambang-emas-ilegal- ditangkap,

Martha Ardiansyah, Polres Waykanan

Amankan 21 Penambang Emas Ilegal,

Referensi

Dokumen terkait

MPEG-4 Visual provides a highly flexible toolkit of coding techniques and resources, making it possible to deal with a wide range of types of visual data including rectangular

Pengamatan tangkai buah nenas sangat penting karena pada karakter tangkai buah dengan diameter sempit dan ukuran tangkai tinggi serta karakter bagian buah yang besar

Penelitian ini bertujuan untuk mendesain pembelajaran virtual untuk meningkat- kan efektifitas pembelajaran pada madrasah negeri di Kota Parepare. Metode pengumpulan data

Penulis meneliti bagaimana cara perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 25 berdasarkan Undang Undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan stdd Undang Undang

1) Guru dapat mengulangi lagi pelajaran dengan cara yang sama tetapi dengan penyajian yang lebih lambat. 2) Guru mengulangi pelajaran itu tetapi dengan cara

Dalam penetapan biaya untuk layanan referensi di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh pasca perpindahan lokasi sesuai dengan Standar Badan Arsip dan Perpustakaan tahun 2016

Metode penelitian yang digunakan dalam jurnal ini adalah metode diskriptif kualitatif artinya penulis akan menjelaskan dan memaparkan hakekat dasar dari

Dari hasil analisis data kuesioner tentang ganguan komunikasi akibat kebisingan suara dapat disimpulkan bahwa sebanyak 36,2 % lebih responden sering mengalami gangguan