• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN INFERENSI PADA SISWA SMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN INFERENSI PADA SISWA SMA"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PEMBELAJARANLEARNING CYCLE 3EPADA MATERI HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA DALAM MENINGKATKAN

KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN INFERENSI

(Skripsi)

Oleh

RATU DWI GUSTIA RASYIDI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PEMBELAJARANLEARNING CYCLE 3EPADA MATERI HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA DALAM MENINGKATKAN

KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN INFERENSI PADA SISWA SMA

Oleh

RATU DWI GUSTIA RASYIDI

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh model pembelajaranLearning Cycle 3-E yang efektif pada materi hukum-hukum dasar kimia dalam meningkatkan keteram-pilan mengkomunikasikan dan inferensi siswa.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas X SMA N 15 Bandar Lampung. Sampel dalam penelitian ini diambil menggunakan teknikpurposive sampling. Diperoleh sampel kelas X3 sebagai kelas eksperimen dan kelas X4sebagai kelas kontrol. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperiemen yaitu

Nonequivalent Control Group Design. Efektivitas model pembelajaran diukur berdasarkan selisih skorpretestdanposttest (gain ternormalisasi).

(3)

konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaranLearning Cycle 3 E lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan dan inferensi siswa.

(4)

EFEKTIVITAS PEMBELAJARANLEARNING CYCLE 3EPADA MATERI HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA DALAM MENINGKATKAN

KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN INFERENSI

Oleh

RATU DWI GUSTIA RASYIDI Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS PEMBELAJARANLEARNING CYCLE 3EPADA MATERI HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN INFERENSI

Nama Mahasiswa : Ratu Dwi Gustia Rasyidi Nomor Pokok Mahasiswa : 0743023046

Program Studi : Pendidikan Kimia Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Dra. Chansyanah Diawati, M.Si. Dr. Noor Fadiawati, M.Si. NIP 19660824 199111 2 002 NIP 19660824 199111 2 001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

(6)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dra. Chansyanah Diawati, M.Si.

Sekretaris : Dra. Noor Fadiawati, M.Si.

Penguji

Bukan Pembimbing : Dra. Nina Kadaritna, M.Si.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar lampung pada tanggal 1 Agustus 1989 sebagai anak kedua dari pasangan Bapak Drs. Dedi Fathoni dan Ibu Yusmanida. Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1994 di TK Dwi Tunggal Jaga Baya Bandar Lampung dan diselesaikan pada tahun 1995, kemudian penulis

melanjutkan sekolah di SDN 3 Perum Way Kandis dan menyelesaikannya pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan sekolah di SMPN 19 Bandar Lampung dan menyelesaikannya pada tahun 2004 yang kemudian dilanjutkan di SMAN 15 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

(8)

MOTTO

Sikap anda di masa lalu, menjadikan anda hari ini dan sikap anda

hari ini, menjadikan anda dimasa depan.

(Mario Teguh)

Hadapilah semua masalah dengan senyuman Dan kesabaran hati

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Alur Penelitian... 23

2. Grafik nilai rata-rata keterampilan mengkomunikasikan ... 32

3. Grafik nilai rata-rata keterampilan inferensi………... 33

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Pendekatan Konstruktivisme... 7

B. Learning Cycle3 phase(LC 3-E) ... 10

C. Keterampilan Proses Sains... 11

D. Kerangka Pemikiran... 15

E. Anggapan Dasar ... 17

(11)

III. METODE PENELITIAN... 18

A. Populasi dan Sampel Penelitian ... 18

B. Jenis dan Sumber Data ... 19

C. Desain Penelitian... 19

D. Jenis dan Variabel Penelitian ... 19

E. Instrumen Penelitian ... 20

F. Pelaksanaan Penelitian ... 21

G. Analisis Data ... 24

H. Teknik Pengujian Hipotesis... 26

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29

A. Hasil Penelitian dan Analisis Data... 29

B. Pembahasan ... 39

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 46

A. Simpulan ... 46

B. Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48

LAMPIRAN 1. Silabus Kelas Eksperimen... 51

2. Silabus Kelas Kontrol ... 57

3. RPP Kelas Eksperimen ... 60

4. RPP Kelas Kontrol ... 83

5. Lembar Kerja Siswa ... 97

6. Kisi-kisi SoalPretest ... 125

7. Kisi-kisi SoalPosttest... 127

8. SoalPretest... 131

9. SoalPosttest... 135

(12)

11. Pedoman Penskoran Soal Postest... 148

12. NilaiPretestdanPosttestKelas Eksperimen... 156

13. NilaiPretestdanPosttestKelas Kontrol ... 157

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Indikator Keterampilan Proses Sains Dasar... 14

2. Desain penelitian... 19

3. Nilaipretest, posttest, gain danN-gainketerampilan mengkomunikasikan.. 29

4. Nilaipretest,posttest, gain danN-gainketerampilan inferensi ... 31

5. Tes normalitas keterampilan mengkomunikasikan ... 35

6. Tes normalitas keterampilan inferensi... 36

7. Uji homogenitas keterampilan mengkomunikasikan... 37

8. Uji homogenitas keterampilan inferensi... 37

9. Uji-t keterampilan mengkomunikasikan... 38

(14)

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ratu Dwi Gustia Rrasyidi

NPM : 0743023046

Program Studi : Pendidikan Kimia Jurusan/Fakultas : Pendidikan MIPA/KIP

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi tidak terdapat karya yang telah di ajukan memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Februari 2012 Yang menyatakan,

(15)

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ratu Dwi Gustia Rrasyidi

NPM : 0743023046

Program Studi : Pendidikan Kimia Jurusan/Fakultas : Pendidikan MIPA/KIP

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi tidak terdapat karya yang telah di ajukan memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Februari 2012 Yang menyatakan,

(16)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya. Dengan kerendahan hati

kupersembahkan lembaran-lembaran sederhana ini kepada:

Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta...

Terimakasih, atas cinta, kasih dan sayang yang kau berikan kepadaku. Terimakasih juga atas semua perjuangan dan pengorbanan kalian dalam membesarkanku, mendidikku dalam

mencapai keberhasilan ku dengan penuh kasih sayang. Jerih payah dan kerja keras bapak dan ibu tidak akan terlupakan dan tidak dapat terbalaskan. Aku bangga menjadi buah hati

kalian.

Abangku tersayang Tubagus Yudi Rasyidi dan Adikku tercinta Ratu Ismaya Rasyidi

Terima kasih atas keceriaan dan kebersamaan yang kalian berikan selama ini.

Teman-teman ku seperjuangan di Pendidikan Kimia Terimakasih atas motivasi, semangat, do a serta

bantuan yang selalu kalian berikan dalam menyelesaikan studiku.

Sahabat-sahabatku yang selalu memberi dukungan, motivasi dan keceriaannya.

(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai penga-laman belajar. Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan di dalam kelas dalam seluruh proses pendidikan di sekolah. Hal ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan salah satunya tergantung pada proses belajar yang dialami siswa selama pembelajaran berlangsung. Selain itu, suasana belajar yang dikembangkan oleh guru mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan belajar siswa.

Pelajaran kimia adalah salah satu dari pelajaran dalam rumpun sains yang meru-pakan dasar bagi ilmu pengetahuan yang lain, seperti kedokteran, farmasi, dan lainlain. Ilmu kimia dapat pula memenuhi keinginan seseorang untuk memahami ber -bagai peristiwa alam yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, mempelajari materi dan perubahannya, menanamkan metode ilmiah, mengembangkan kemam-puan dalam mengajukan gagasan-gagasan dan memupuk ketekunan serta ketelitian kerja (Depdiknas, 2003).

(18)

2

Tetapi selama ini, penyajian pelajaran kimia di SMA sering diarahkan hanya pada penguasaan konsep, sehingga sangat sedikit menyentuh aspek lain seperti sikap ilmiah dan pengembangan ketrampilan proses.

Berdasarkan observasi yang telah peneliti lakukan di SMAN 15 Bandar Lampung, menunjukkan bahwa hasil belajar kimia siswa masih rendah dan pembelajaran masih menerapkan metode ceramah yang disertai latihan soal, tanya jawab, dan diskusi kelas sehingga menyebabkan kebanyakan siswa kurang dapat memahami materi tersebut dan terlihat dari aktivitas siswa yang lebih banyak mengobrol dengan teman selama pembelajaran berlangsung. Hal ini bertentangan dengan kurikulum yang digunakan di sekolah ini yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dalam proses pembelajarannya menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator. Namun, pada kenyataanya paradigma lama yaitu guru merupakan pusat kegiatan belajar di kelas (teacher -centered) masih dipertahankan dengan alasan pembelajaran seperti ini adalah yang paling praktis dan tidak menyita banyak waktu.

(19)

3

siswa aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan dan Inferensi siswa adalah model pembelajaran Learning Cycle 3E.

Model pembelajaranLC 3-Eadalah pembelajaran yang dilakukan melalui serang-kaian tahap (fase pembelajaran) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi. Tahap-tahap (fase pembelajaran) ini diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi. Fase-fase pem-belajaran tersebut meliputi: (1) fase eksplorasi (exploration) ; (2) fase penjelasan konsep (explaination); dan (3) fase penerapan konsep (elaboration). Pada fase eksplorasi (exploration), guru memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru untuk menguji prediksi, melakukan dan mencatat pengamatan melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum. Fase penjelasan konsep (explaination), siswa lebih aktif untuk menen-tukan atau mengenal suatu konsep berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya di dalam fase eksplorasi. Fase penerapan konsep ( elabo-ration), dimaksudkan mengajak siswa untuk menerapkan konsep pada contoh kejadian yang lain, baik yang sama tingkatannya ataupun yang lebih tinggi ting-katannya.

(20)

4

serta menyimpulkan suatu data. Kemampuan-kemampuan ini tidak lain merupakan indikator-indikator Keterampilan Proses Sains ( KPS ). KPS pada pembelajaran sains lebih menekankan pembentukan keterampilan untuk memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan hasilnya. Melatihkan KPS bertujuan untuk mengem-bangkan kemampuan yang dimiliki oleh siswa.

Satu hal yang tidak akan terlepaskan dalam keterampilan proses sains adalah kete-rampilan mengkomunikasikan dan ketekete-rampilan inferensi. Ketekete-rampilan meng-komunikasikan dan inferensi penting bagi siswa dalam upaya menyelesaikan masalah-masalah yang kelak mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pengamatan langsung, seperti melakukan percobaan dan mengamati suatu data percobaan pada materi Hukum-hukum dasar kimia siswa dituntut mampu men-jelaskan data hasil pengamatan, mendiskusikan hasil percobaan, menyajikan suatu data dalam bentuk tabel atau grafik, membaca tabel dan menyimpulkan suatu data. Kemampuan-kemampuan ini tidak lain merupakan indikator keterampilan meng-komunikasikan dan inferensi. Hal ini menunjukkan bahwa secara tidak langsung pembelajaranLC 3-Eini mampu meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan dan inferensi.

(21)

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana efektivitas model pembelajaranLC 3-E pada materi Hukum–hukum dasar kimia dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan?

2. Bagaimana efektivitas model pembelajaranLC 3-Epada materi Hukum–hukum dasar kimia dalam meningkatkan keterampilan inferensi?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh model pembelajaranLearning Cycle 3-Eyang efektif pada materi hukum-hukum dasar kimia dalam meningkatkan keterampilan mengkomuni-kasikan dan inferensi

D. Manfaat Penelitian

Manfaat hasil penelitian ini yaitu : 1. Bagi siswa

Melalui penerapan modelLC 3-Esiswa dapat memahami materi pelajaran dengan mudah, sehingga dapat meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan dan inferensi pada materi Hukum–hukum dasar kimia.

2. Bagi guru

(22)

6

Keterampilan mengkomunikasikan dan inferensi pada materi Hukum-hukum dasar kimia.

3. Bagi sekolah

Memberi sumbangan pemikiran dalam upaya mengadakan perbaikan-perbaikan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil belajar siswa.

E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang Lingkup Penelitian ini adalah

1. Lokasi penelitian di SMAN 15 Bandar Lampung.

2. Indikator keterampilan proses sains yang diamati meliputi memberikan data empiris hasil percobaan atau pengamatan dengan tabel, menyusun dan men-jelaskan hasil percobaan, membaca tabel, mendiskusikan hasil kegiatan suatu masalah atau suatu peristiwa serta menyimpulkan suatu data.

3. Efektivitas adalah peningkatkan hasil belajar siswa dengan menunjukan per-bedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran ( gain signifikan ) .

4. Pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang biasa diterapkan guru kimia SMA Negeri 15 Bandar Lampung. Pembelajaran konvensional yang diterapkan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, latihan, dan praktikum pada materi-materi tertentu.

5. Model pembelajaranLC 3-E yaitu salah satu model pembelajaran berbasis konstruktivisme yang terdiri dari 3 fase yaitu (1) Fase eksplorasi (exploration); (2) Fase penjelasan konsep (explaination); (3) Fase penerapan konsep

(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendekatan Konstruktivisme

Menurut Von Glasersfeld dalam Sardiman ( 2007 ) konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Pengetahuan bukanlah suatu imitasi dari kenyataan ( rea-litas). Von Glasersfeld menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan. Pengetahuan bukanlah gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Tetapi pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang.

Menurut Slavin ( Trianto, 2010) teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori pembelajaran kognitif yang baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi. Bagi siswa agar benar-benar mema-hami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide.

(24)

8

Ciri atau prinsip dalam belajar menurut Suparno (1997) sebagai berikut:

1. Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami.

2. Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus.

3. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pengem-bangan pemikiran dengan membuat pengertian baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan tetapi perkembangan itu sendiri.

4. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya.

5. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, subjek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari.

Menurut Sagala ( 2010 ) konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluasmelalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Tetapi manusia harus mengkonstruksi penge-tahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk meme-cahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide, yaitu siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Landasan berfikir konstruktivisme adalah lebih menekankan pada strategi memperoleh dan mengingat pengetahuan.

(25)

9

1. Teori konstruktivisme kognitif Piaget

Piaget merupakan salah satu pioner konstruktivis, ia berpendapat bahwa anak

membangaun sendiri pengetahuannya dari pengalamanya sendiri dengan lingkungan. Menurut Piaget dalam Trianto (2007) :

pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Sementara itu bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas pem-ikiran yang pada akhirnya memuat pempem-ikiran itu menjadi lebih logis.

Perkembangan kognitif merupakan proses berkesinambungan tentang keadaan ketidak seimbangan dan keadaan keseimbangan. Dalam hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator dan buku sebagai pemberi informa

Menurut Jean Piaget dalam Bell (1994), belajar adalah:

Interaksi yang terus-menerus antara individu dan lingkungan. Artinya, pengetahuan itu suatu proses, bukannya suatu “barang”. Karena itu untuk

memahami pengetahuan orang dituntut untuk mengenali dan menjelaskan berbagai cara bagaimana individu berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam proses pembelajaran Jean Piaget dalam Bell (1994), menyarankan:

Penggunaan metode aktif yang menghendaki siswa menemukan kembali atau merekonstruksi kebenaran-kebenaran yang harus dipelajarinya. Guru berperan mengatur dan menciptakan situasi dan menyajikan masalah yang berguna.

2. Teori konstruktivisme sosial Vygotsky

(26)

10

Dalam hubungan ini, Vygotsky lebih menekankan pada penerapan teknik saling tukar gagasan antar individual.

Vygotsky berpendapat bahwa proses belajar akan terjadi secara efisien dan efektif apabila anak belajar secara kooperatif dengan anak-anak lain dalam suasana dan lingkungan yang mendukung (supportive), dalam bimbingan seseorang yang lebih mampu, guru atau orang dewasa.

B. Learning Cycle 3 phase(LC 3-E)

Learning Cycle(LC) merupakan salah satu model perencanaan yang telah diakui dalam pendidikan, khususnya pendidikan IPA. Model ini merupakan model yang mudah untuk digunakan oleh guru dan dapat memberikan kesempatan untuk me-ngembangkan kreativitas belajar IPA pada setiap siswa. Learning Cyclemerupakan rangkaian dari tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa se-hingga pembelajar dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif.

(27)

menen-11

tukan atau mengenal suatu konsep berdasarkan pengetahu-an yang telah diperoleh sebelumnya di dalam fase eksplorasi. Fase penerapan konsep (elaboration), dimak-sudkan mengajak siswa untuk menerapkan konsep pada contoh kejadian yang lain, baik yang sama ataupun yang lebih tinggi tingkatannya.

Karplus dan Their dalam Fajaroh dan Dasna (2007) mengungkapkan bahwa:

Siklus Belajar (Learning Cycle) atau dalam penulisan ini disingkatLCadalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). LCmerupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga pebelajar dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif. Learning Cycle 3 Phase(LC 3-E) terdiri dari fase-fase eksplorasi (exploration), penjelasan konsep (concept introduction/ explaination), dan penerapan konsep (elaboration).

Pada tahap eksplorasi, siswa diberi kesempatan untuk memanfaatkan panca inderanya semaksimal mungkin dalam berinteraksi dengan lingkungan melalui

kegiatan-kegiatan seperti melakukan eksperimen, menganalisis artikel, mendiskusikan feno-mena alam atau perilaku sosial, dan lain-lain. Dari kegiatan ini diharapkan timbul ketidakseimbangan dalam struktur mentalnya(cognitive disequilibrium)yang ditandai dengan munculnya pertanyaan-pertanyaan yang me-ngarah pada berkembangnya daya nalar tingkat tinggi (high level reasoning) yang diawali dengan kata-kata seperti mengapa dan bagaimana. Munculnya pertanyaan-pertanyaan tersebut sekaligus merupakan indikator kesiapan siswa untuk menempuh fase pengenalan konsep. Karplus dan Their dalam Fajaroh dan Dasna (2007)

(28)

12

menerapkan pemahaman konsepnya melalui berbagai kegiatan-kegiatan seperti problem solvingatau melakukan percobaan lebih lanjut. Penerapan konsep dapat meningkatkan pemahaman konsep dan motivasi belajar, karena siswa mengetahui penerapan nyata dari konsep yang mereka pelajari.

Karplus dan Their dalam Fajaroh dan Dasna (2007)

LC 3-Emelalui kegiatan dalam tiap fase mewadahi siswa untuk secara aktif mem-bangun konsep-konsepnya sendiri dengan cara berinteraksi dengan lingkungan fisik maupun sosial. Hudojo (2001) mengemukakan bahwa:

ImplementasiLC 3-Edalam pembelajaran sesuai dengan pandangan konstruk-tivis: 1. siswa belajar secara aktif. Siswa mempelajari materi secara bermakna dengan

bekerja dan berpikir. Pengetahuan dikonstruksi dari pengalaman siswa, 2. informasi baru dikaitkan dengan skema yang telah dimiliki siswa. Informasi

baru yang dimiliki siswa berasal dari interpretasi individu,

3. orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang merupakan pemecahan masalah. Cohen dan Clough ( Fajaroh dan Dasna, 2007) menyatakan bahwaLC 3-Emerupakan

4. Strategi jitu bagi pembelajaran sains di sekolah menengah karena dapat dilakukan secara luwes dan msemenuhi kebutuhan nyata

5. guru dan siswa. Dilihat dari dimensi guru, penerapan strategi ini memperluas wawasan dan meningkatkan kreativitas guru dalam merancang kegiatan pembelajaran.

Lingkungan belajar yang perlu diupayakan agarLC 3-Eberlangsung secara kon-struktivistik adalah:

a. tersedianya pengalaman belajar yang berkaitan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa,

b. tersedianya berbagai alternatif pengalaman belajar jika memungkinkan, c. terjadinya transmisi sosial, yakni interaksi dan kerja sama individu dengan

lingkungannya,

(29)

13

e. kaitkan konsep yang dipelajari dengan fenomena sedemikian rupa sehingga siswa terlibat secara emosional dan sosial yang menjadikan pembelajaran berlangsung menarik dan menyenangkan.

C. Keterampilan Proses Sains

Menurut Hariwibowo dalam Fitriani (2009) mengemukakan:

kemampuan-kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai

penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan-kemampuan mendasar yang telah dikembangkan dan telah terlatih lama-kelamaan akan menjadi suatu keterampilan, sedangkan pendekatan keterampilan proses adalah cara memandang anak didik sebagai manusia seutuhnya. Cara memandang ini dijabarkan dalam kegiatan belajar mengajar memperhatikan pengembangan pengetahuan, sikap, nilai, serta keterampilan. Ketiga unsur itu menyatu dalam satu individu dan terampil dalam bentuk kreatifitas.

Hartono dalam Fitriani (2009) mengemukakan:

Untuk dapat memahami hakikat IPA secara utuh, yakni IPA sebagai proses, produk dan aplikasi, siswa harus memiliki kemampuan KPS. Dalam pem-belajaran IPA, aspek proses perlu ditekankan bukan hanya pada hasil akhir dan berpikir benar lebih penting dari pada memperoleh jawaban yang benar. KPS adalah semua keterampilan yang terlibat pada saat berlangsungnya proses sains. KPS terdiri dari beberapa keterampilan yang satu sama lain berkaitan dan sebagai prasyarat. Namun pada setiap jenis keterampilan proses ada penekanan khusus pada masing-masing jenjang pendidikan.

Penerapan pendekatan pembelajaran keterampilan proses sains memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang pada dasarnya sudah dimiliki oleh siswa. Hal itu didukung oleh pendapat Arikunto (2004):

Pendekataan berbasis keterampilan proses adalah wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya keterampilan-keterampilan intelektual tersebut telah ada pada siswa.

(30)

14

Menurut pendapat Tim action Research Buletin Pelangi Pendidikan dalam Fitriani (1999) keterampilan proses sains dibagi menjadi dua antara lain:

1) Keterampilan proses dasar (Basic Science Proses Skill), meliputi observasi, klasifikasi, pengukuran, mengkomunikasikan dan inferensi.

Tabel 1. Indikator keterampilan proses sains dasar

2) Keterampilan proses terpadu (Intergated Science Proses Skill), meliputi me-rumuskan hipotesis, menamai variabel, mengontrol variabel, membuat definisi operasional, melakukan eksperimen, interpretasi, merancang penyelidikan, dan aplikasi konsep.

Keterampilan dasar Indikator Observasi

(observing)

Mampu menggunakan semua indera (penglihatan, pembau, pendengaran, pengecap, dan peraba) untuk mengamati, mengidentifikasi, dan menamai sifat benda dan kejadian secara teliti dari hasil

pengamatan. Klasifikasi

(Classifying)

Mampu menentukan perbedaan, mengkontraskan ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan dan menentu-kan dasar penggolongan terhadap suatu obyek.

Pengukuran (measuring)

Mampu memilih dan menggunakan peralatan untuk menentukan secara kuantitatif dan kualitatif ukuran suatu benda secara benar yang sesuai untuk panjang, luas, volume, waktu, berat dan lain-lain. Dan mampu mendemontrasikan perubahan suatu satuan

pengukur-an ke satuan pengukuran lain. Mengkomunikasikan

(communicating)

Memberikan/menggambarkan data empiris hasil percobaan atau pengamatan dengan tabel, menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis, men-jelaskan hasil percobaan, membaca tabel,

mendiskusi-kan hasil kegiatan suatu masalah atau suatu peristiwa.

(31)

15

Keterampilan mengkomunikasikan menurut Dimyati dan Mudjiono adalah sebagai berikut.

Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain merupakan dasar untuk segala yang kita kerjakan. Grafik, bagan, peta, lambang-lambang, diagram, persamaan matematik, dan demonstrasi visual, sama baiknya dengan kata-kata yang ditulis atau dibicarakan, semuanya adalah cara-cara komunikasi yang seringkali digunakan dalam ilmu pengetahuan.

Menurut Hartono (2007) kemampuan komunikasi siswa yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut.

1. Kemampuan mengungkapkan gagasan secara tertulis. 2. Kemampuan menjelaskan hasil pengamatan.

3. Kemempuan menyusun dan menyampaikan hasil kerja. 4. Kemampuan menggambarkan data dengan grafik atau bagan. 5. Kemampuan mengubah data narasi ke dalam bentuk tabel.

D. Kerangka Pemikiran

Keberhasilan suatu proses pembelajaran erat kaitannya dengan ketepatan pendidik dalam memilih model pembelajaran yang tepat. Kemampuan guru untuk memilih dan menerapkan model pembelajaran yang tepat akan menentukan tingkat prestasi belajar siswa terhadap konsep yang diberikan dalam proses pembelajaran.

(32)

16

Pada fase eksplorasi, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk meman-faatkan panca inderanya semaksimal mungkin dalam berinteraksi dengan lingkungan melalui kegiatan seperti melakukan eksperimen. Dalam kegiatan ini siswa terlibat aktif dalam berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Pada fase ini guru mem-berikan pertanyaan-pertanyaan yang membangun konsep yang diawali kata-kata seperti mengapa dan bagaimana di mana terlebih dahulu guru membagikan LKS. Selanjutnya , siswa melakukan percobaan berdasarkan petunjuk yang ada di LKS. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan daya pikir siswa dalam memanfaat kan panca inderanya dalam menemukan suatu fakta.

Pada fase penjelasan konsep, siswa lebih aktif dalam menemukan konsep ber-dasarkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya di dalam fase eksplorasi. Siswa dengan kelompoknya melakukan diskusi menggunakan LKS yang telah di-bagikan pada fase ekplorasi. LKS yang digunakan dalam pembelajaran ini meng-gunakan LKS dengan pendekatan KPS yang pertanyaan-pertanyaannya terkonstruk untuk melatih KPS siswa. Siswa diajak untuk menjawab pertanyaan berdasarkan hasil pengamatan, menyajikan data dalam bentuk tabel atau grafik, menjelaskan data hasil penngamatan serta menyimpulkan data. Dengan diskusi ini siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit.

(33)

17

Sedangkan pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang selama ini masih digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran di kelas. Pembelajaran konvensional yang diterapkan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, latihan, dan praktikum pada materi-materi tertentu.

Dalam penelitian ini model pembelajaranLC 3-Ediduga efektif pada materi Hukum-hukum dasar kimia dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan dan inferensi dibandingkan pembelajaran konvensional.

E. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Perbedaan KPS pada materi Hukum-hukum dasar kimia semata-mata karena perbedaan perlakuan dalam proses pembelajaran.

2. Faktor-faktor lain yang mampu mempengaruhi peningkatan hasil belajar kimia siswa kelas X semester ganjil SMAN 15 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012 diabaikan.

F. Hipotesis Umum

Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah:

(34)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMAN 15 Bandar Lam-pung tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 184 siswa dan tersebar dalam lima kelas. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas X SMAN 15 Bandar Lampung. Adapun pengambilan sampel dilakukan dengan teknikpurposif sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya(Sudjana 2007).

(35)

19

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data hasil tes sebelum belajar (pretest) dan hasil tes setelah belajar (postest) siswa .

Sumber data dibagi menjadi dua kelompok yaitu 1. Data hasilpretestdanpostestkelas eksperimen 2. Data hasilpretestdanpostestkelas kontrol

C. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design. Di dalamnya terdapat langkah-langkah yang menunjukkan suatu urutan kegiatan penelitian yaitu:

Tabel 2. Desain penelitian

Kelas Pretes Perlakuan Postes Kelas eksperimen O1 X1 O2

Kelas control O1 O2

O1adalah pretes yang diberikan sebelum diberikan perlakuan, O2adalah postes yang diberikan setelah diberikan perlakuan. X1adalah perlakuan berupa pene-rapan model pembelajaranlearning cycle3 fase dan kelas kontrol tanpa perlakuan (pembelajaran konvensional).

D. Jenis dan Variabel Penelitian

(36)

20

hukum-hukum dasar kimia dalam meningkatkan keterampilan mengkomu-nikasikan dan inferensi. Variabel penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas yaitu model pembelajaranLC 3-Edan pembelajaran konvensional dan satu variabel terikat yaitu keterampilan mengkomunikasikan dan keterampilan inferensi pada materi Hukum–hukum dasar kimia dari siswa SMAN 15 Bandar lampung

E. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan sesuatu. Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 1997 ). instrumen pada penelitian ini adalah

1. Silabus, yang terdiri dari silabus kelas eksperimen dan silabus kelas kontrol. 2. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), yang terdiri dari RPP kelas

eksperimen dan RPP kelas kontrol.

3. Lembar kerja siswa (LKS), Terdiri dari 4 LKS yaitu LKS 1 berisi sub materi hukum kekekalan massa ( Hukum Lavoisier ), LKS 2 berisi sub materi hukum perbandingan tetap ( Hukum Proust ), LKS 3 berisi sub materi hukum

perbandingan berganda ( Hukum Dalton ), LKS 4 berisi sub materi hukum perbandingan volume ( Hukum Gay Lussac-Avogadro).

4. Soalpretestdanposttestuntuk mengetahui pemahaman KPS siswa sebelum dan sesudah penerapan dua model pembelajaran yang berbeda.

(37)

21

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Dalam konteks pengujian validitas instrumen dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu carajudgmentatau penilaian, dan pengujian empirik. Validitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan Validitas isi. Validitas isi adalah kesesuaian antara instrumen dengan ranah ataudomainyang diukur. (Ali M. 1992)

Adapun pengujian validitas isi ini dilakukan dengan carajudgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator, dan butir-butir pertanyaannya. Bila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan. Karena dalam melakukanjudgmentdiperlukan ketelitian dan keahlian penilai, maka peneliti meminta ahli untuk melakukannya. Dalam penelitian ini dilakukan oleh dosen pembimbing untuk mengujinya.

F. Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Tahap Pra penelitian

a. Membuat surat izin pendahuluan penelitian ke sekolah

b. Meminta izin kepada kepala sekolah SMAN 15 Bandar lampung dan menyampaikan surat izin penelitian yang telah dibuat.

(38)

22

X3dan kelas X4, jadwal dan tata tertib sekolah, serta sarana-prasarana yang ada di sekolah yang dapat digunakan sebagai sarana pendukung pelaksanaan penelitian.

d. Menentukan dua kelas sebagai kelas sampel yaitu kelas X3dan kelas X4. e. Peneliti meminta izin pada guru mitra untuk mengobservasi kelas yang

digunakan sebagai sampel serta memantapkan perangkat penelitian. f. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan selama proses

pembelajaran di kelas.

g. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan materi pokok yang akan diteliti, yaitu materi pokok Hukum–hukum dasar kimia. h. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) yang disesuaikan dengan tahapan

pembalajaran dan keterampilan proses sains yang diharapkan akan dicapai siswa pada kelas eksperimen.

i. Membuat soal-soal pretest dan posttest berbasis keterampilan proses sains.

2. Tahap Penelitian

Prosedur pelaksanaan di kelas dikelompokkan menjadi dua yaitu pembelajaran learning cycle 3-Edan pembelajaran konvensional. Pada kelas X3diterapkan model pembelajaranlearning cycle 3-Esedangkan pada kelas X4diterapkan pembelajaran konvensional. Urutan prosedur pelaksanaannya sebagai berikut : a. Melakukanpretestdengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan

(39)

23

b. Melaksanakan pembelajaran pada materi pokok Hukum–Hukum Dasar Kimiasesuai dengan model pembelajaran yang telah ditetapkan di masing-masing kelas.

c. Memberikanpostestdengan soal-soal yang sama pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

d. Analisis data

e. Penulisan kesimpulan

Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan di bawah ini

Gambar 1. Alur Penelitian Tahap Persiapan dan Observasi

(40)

24

G. Analisis Data

1. N-Gain

Untuk mengetahui efektifitas dari kedua model pembelajaran terhadap keteram-pilan mengkomunikasikan dan inferensi pada hukum–hukum dasar kimia, maka dilakukan analisis skor gain ternormalisasi. Perhitungan gain ternormalisasi bertujuan untuk mengetahui peningkatan nilai pretes dan postes dari kedua kelas. Rumus gain ternormalisasi menurut Meltzer adalah sebagai berikut:

Kriteria interpertasi indeks gain yang dikemukakan oleh Hake, yaitu: g≥ 0,7 (N-Gain tinggi)

0,3≤g < 0,7 (N-Gain sedang) g < 0,3 (N-Gain rendah)

Data gain ternormalisasi yang diperoleh kemudian diuji normalitas dan homoge-nitasnya yang kemudian digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian.

2. Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok sampel berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak.

Hipotesis untuk uji normalitas :

(41)

25

Pengujian normalitas ini dilakukan dengan ujiLilieforsmenggunakan program SPSS 16.0. Langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut :

a. Buka lembar kerja/file input normalitas

b. Dari menu utama SPSS, pilihAnalyze Descriptive Statistic Explore

c. Masukkan variabel yang akan diuji ke dalam independent list. d. Padadisplay, pilihplots.

e. Padabox plotsberi tanda padafactor levels together, padadescriptiveberi tanda untuknormality plots with test. Klikcontinue, klikok.

f. Kriteria Uji

Terima H0jika padakolmogorov-smirnovmaupunshapiro-wilknilai sig.>0.05 dan tolak H0jika padakolmogorov-smirnovmaupunshapiro-wilk nilai sig.≤0.05.

3. Uji homogenitas dua varians

Uji homogenitas dua varians digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak.

H0= data penelitian mempunyai variansi yang homogen

H1= data penelitian mempunyai variansi yang tidak homogen

Pengujian homogenitas ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.0 Langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut :

a. Buka lembar kerja/file input normalitas

(42)

26

c. Masukkan variabel nilaiN-gain ke dalam independentlistdanvariabel kelas ke dalamfactor list.

d. Padaoptions, pilihhomogeneity of variance test. e. Klik continue, klikok.

f. kriteria uji

Terima H0jika nilai sig. > 0,05 dan tolak H0 jika nilai sig. < 0,05.

H. Teknik Pengujian Hipotesis

1. Hipotesis Statistik

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).

1. ( keterampilan mengkomunikasikan ):

H0: Rata-rata keterampilan mengkomunikasikan dengan model pembelajaran Learning Cycle3 E lebih rendah atau sama dengan rata-rata keteram-pilan mengkomunikasikan dengan pembelajaran konvensional pada materi Hukum–hukum dasar kimia.

H0: µ1x≤µ2x

H1: Rata-rata keterampilan mengkomunikasikan dengan model pembelajaran Learning Cycle3 E lebih tinggi daripada rata-rata keterampilan

mengkomunikasikan dengan pembelajaran konvensional pada materi hukum–hukum dasar kimia.

(43)

27

2. (keterampilan inferensi):

H0: Rata-rata keterampilan inferensi dengan model pembelajaranLearning Cycle3 E lebih rendah atau sama dengan rata-rata keterampilan inferensi dengan pembelajaran konvensional pada materi Hukum–hukum dasar kimia.

H0 µ1y ≤ µ2y

H1: Rata-rata Keterampilan inferensi dengan model pembelajaranLearning Cycle3 Elebih tinggi daripada rata-rata keterampilan infrensi dengan pembelajaran konvensional pada materi Hukum–hukum dasar kimia. H1µ1y> µ2y

Keterangan:

µ1 :Rata-rata (x,y) pada materi pokok Hukum–hukum dasar kimia pada kelas yang diterapkan pembelajaranLearning Cycle 3E

µ2 :Rata-rata (x,y) pada materi pokok Hukum–hukum dasar kimia pada kelas dengan pembelajaran konvensional

x: keterampilan mengkomunikasikan y : keterampilan inferensi

2. Uji-t

Untuk data sampel yang berasal dari populasi berdistribusi normal, maka uji hipo-tesis yang digunakan adalah uji parametik (Sudjana, 2005). Dalam penelitian ini digunakan uji-t dengan bentuan program SPSS 16.00.

(44)

28

b. Dari menu utama SPSS, pilihAnalyze Compare Means Independent-sample T test

c. Masukkan variabel nilaiN-gain ke dalamtest variabledanvariabel kelaske dalam grouping variable.

d. Klikdefine groupskemudian ketik 1 pada group 1 dan ketik 2 pada group 2. e. Klik continue, klikok.

f. Kriteria uji

(45)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Model pembelajaranLearning Cycle 3 Eefektif dalam meningkatkan kete-rampilan mengkomunikasikandan inferensi siswa pada materi Hukum-hukum dasar kimia SMAN 15 Bandar Lampung.

(46)

47

mengenai materi yang telah dipelajari dan hubungannya dengan peristiwa yang terjadi di lingkungan mereka.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian serupa agar lebih memperhatikan pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran lebih efektif dan dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan sekolah.

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. 1992.Strategi Penelitian Pendidikan.Angkasa. Bandung.

Apriyanto,E.2010. Perbandingan Penguasaan Konsep Hukum–Hukum Dasar Kimia Antara Pembelajaran Menggunakan Metode Eksperimen Berbasis Keterampilan Generik Sains Dengan Metode Tanya Jawab Konvensional. Skripsi. FKIP Unila.Bandar Lampung.

Arikunto, S. 2004.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Arikunto, S.2002.Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Depdiknas. 2003.Pedoman khusus pengembangan silabus dan penilaian kurikulum 2004. Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

Fajaroh, F. Dan I W. Dansa. 2007.Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar (learning cycle). Universitas Negeri Malang. Malang.

Fitriani, D. 2009. Penerapan Model Siklus Belajar Empiris-Induktif (SBEI)

Berbasis Keterampilan Proses Sains Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep laju Reaksi.Skripsi. FKIP Unila. Bandar Lampung.

Haryono. 2001.Kumpulan Model Pembelajaran (Bagian 6).http://history22 education.wordpress.com/2010/11/20/kumpulan-model-pembelajaran-bagian-6.

Hartono. 2007. Profil Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Program Pendidikan Jarak Jauh S1 PGSD Universitas Sriwijaya. FKIP Universitas Sriwijaya. Palembang. Proceeding of The First International Seminar on Science Education.ISBN: 979-25-0599-7

J.M.C. Rachmawati.M, Johari.Kimia 2 SMA kelas XI.Esis. Jakarta. Purba, M. 2004.Kimia SMA Kelas XI. Erlangga. Jakarta

Sagala, S. 2010 .Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung.

(48)

49

Sarinah. 2010. Pembelajaran Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan

Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Proses Sains Siswa pada materi pokok laju reaksi(PTK Pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Wijaya Bandar Lampung TP 2009-2010).Skripsi.FKIP Unila. Bandar Lampung.

Septian, H. 2011. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Numbered Head Together Dalam Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan

Penguasaan Konsep Sistem Koloid. Skripsi.FKIP Unila. Bandar Lampung Sriyono. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Rineka Cipata. Jakarta. Sudjana. 2005.Metoda Statistika.Tarsito. Bandung.

Tim action Research Buletin Pelangi Pendidikan. 1999. Proses Belajar Mengajar. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Tim Penyusun. 2010.Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. UNILA. Bandar Lampung.

Gambar

Tabel 1. Indikator keterampilan proses sains dasar
Tabel 2. Desain penelitian
Gambar 1. Alur Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Dengan berpikir apabila pembelajaran seperti ini diterapkan pada pembelajaran kimia di kelas diharapkan siswa dapat meningkatkan keterampilan mengkomuni-kasikan dan juga

Pada penelitian ini, selain untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi hukum-hukum dasar kimia, juga akan diteliti keterampilan proses sains siswa, yaitu

Pada penelitian ini, selain untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi hukum-hukum dasar kimia, juga akan diteliti keterampilan proses sains siswa, yaitu

Pada penelitian ini, selain untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi hukum-hukum dasar kimia, juga akan diteliti keterampilan proses sains siswa, yaitu

[r]

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan model pembelajaran learning cycle 3E yang efektif dalam meningkatkan

Model LC 6E efektif dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan pada materi koloid karena siswa dapat melatih keterampilan mengkomunikasi- kan pada tahap exploration ,

Berdasarkan uraian di atas, dalam upaya meningkatkan keterampilan inferensi dan mengkomunikasikan siswa khususnya pada materi pokok larutan penyangga perlu menggunakan