EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3 E PADA MATERI HUKUM - HUKUM DASAR KIMIA
DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP
(Skripsi)
Oleh
GUSTI WAHYUNING SARI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
PERNYATAAN
Dengan ini Saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi
dan sepanjang pengetahuan Saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila ternyata kelak dikemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan Saya diatas, maka Saya akan bertanggung jawab sepenuhnya.
Bandar Lampung, Februari 2012
ABSTRAK
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI HUKUM - HUKUM DASAR KIMIA
DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP
Oleh
GUSTI WAHYUNING SARI
Penelitian ini dilatarbelakangi dari metode pembelajaran yang sering diterapkan guru mata pelajaran kimia kelas X di SMA Negeri 4 Bandar Lampung, berupa metode ceramah dan latihan soal. Kurangnya keterlibatan siswa di dalam
pem-belajaran kimia, menyebabkan keterampilan proses sains siswa tidak berkembang dan pemahaman mereka terhadap konsep-konsep kimia pun dapat dikatakan kurang. Oleh karena itu, peneliti merancang pembelajaran dengan menerapkan
model pembelajaran Learning Cycle 3E dalam meningkatkan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep siswa
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh model yang efektif dalam
me-ningkatkan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep pada materi hukum-hukum dasar kimia. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X
ii X3 sebagai kelas eksperimen dan kelas X5 sebagai kelas kontrol. Jenis penelitian
ini adalah penelitian kuasi eksperimen yang menggunakan Nonequivalent Control Group Design. Sumber data dalam penelitian ini, diperoleh dari hasil pretest dan
posttest. Analisis data ditempuh dengan menggunakan uji normalitas, uji homo-genitas dua varians dan uji-t.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa kelas eksperimen yang diterapkan dengan
pembelajaran Learning Cycle 3E memiliki rata-rata nilai N-gain keterampilan inferensi dan penguasaan konsep yang lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yang diterapkan dengan pembelajaran konvensional. Maka dapat disimpulkan
bahwa, pembelajaran Learning Cycle 3E lebih efektif dalam meningkatkan ke-terampilan inferensi dan penguasaan konsep pada materi hukum-hukum dasar
kimia daripada pembelajaran konvensional
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI HUKUM - HUKUM DASAR KIMIA
DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP
Oleh
GUSTI WAHYUNING SARI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Kimia
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Judul Skripsi : EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3 E PADA MATERI HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN
PENGUASAAN KONSEP
Nama Mahasiswa : Gusti Wahyuning Sari
Nomor Pokok Mahasiswa : 0743023022 Program Studi : Pendidikan Kimia
Jurusan : Pendidikan MIPA
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI, 1. Komisi Pembimbing
Dra. Nina Kadaritna, M.Si. Dra. Ila Rosilawati, M.Si.
NIP 196705111991032001 NIP 196507171990032001
2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 24 Desember 1989, anak pertama
dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Sudargo dan Ibu Suharti.
Penulis mengawali pendidikan formal di SD Negeri 1 Sukarame yang diselesaikan pada tahun 2002. Tahun 2002 diterima di SMP Negeri 12 Bandar Lampung yang
diselesaikan pada tahun 2004. Tahun 2004 masuk SMA Negeri 12 Bandar Lampung yang diselesaikan tahun 2007.
Tahun 2007, penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi Pendidikan
Kimia Non Reguler Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pen-didikan Universitas Lampung. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah men-jadi anggota FPPI (2009-2010), Himasakta (2009-2010) dan DPM-U (2011).
Penulis pernah mengikuti Kuliah Kerja Lapangan ke Jakarta dan Bandung pada tahun 2011 dan telah menyelesaikan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di
i
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah ,,,
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan nimat, rahmat dan karunia-Nya.
Dengan kerendahan hati kupersembahkan lembaran-lembaran sederhana ini kepada:
Bapak dan Ibu’ku yang tercinta, yang telah sabar membesarkan, mendidik, memberiku semangat, kehangatan,
cinta dan kasih sayang, dan tak pernah berhenti untuk mendoakan ku dalam setiap sujudnya.
Kepada adik-adiku tersayang yang telah memberi inspirasi dan semangat bagi ku
Sahabat-sahabatku yang selalu menghiasi hari-hariku dengan canda dan tawa. Terima kasih atas doa, inspirasi, semangat dan materi yang tlah kalian berikan untuk keberhasilanku di
masa datang.
ii
MOTTO
Untuk mendapatkan hasil yang baik, maka luruskanlah niatmu, giatkanlah doa
dan ikhtiar mu. Kemudian bertawakallah, sehingga apapun hasilnya engkau
akan merimanya dengan lapang dada. (KH. Abdullah Gymnastiar)
Jika engkau ingin maju, maka bergeraklah untuk melakukan suatu perubahan
dan ingatlah bahwa usaha yang keras, Insya Alloh akan
menghasilkan yang manis (Ustadz Maulana)
Semangatlah melakukan perbaikan dan kebaikan. Sebab, waktu yang sudah
telah terlewati tidak akan dapat kembali lagi. (KH. Muhammad Arifin Ilham)
Saat kau malas mengerjakan tugas kuliah, bayangkanlah wajah orang tua yang
iii SANWACANA
Alhamdulillahirobbil„alamin. Segala puji syukur yang tak terhingga penulis
panjatkan ke Hadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran Learning cycle 3 E pada Materi
Hukum-hukum Dasar Kimia dalam Meningkatkan Keterampilan Inferensi dan Penguasaan Konsep” ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini terutama kepada:
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Drs.Arwin Achmad, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.
3. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia, Pembimbing I dan Pembimbing Akademik atas segala kasih sayang tulus, nasehat, motivasi yang diberikan serta bimbingannya untuk membantu
iv 4. Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si., selaku Pembimbing II atas segala masukan,
bimbingan, saran, nasehat, dan do‟a yang diberikan.
5. Ibu Emmawaty Sofya, S.Si, M.Si., selaku dosen pembahas atas segala masuk-an, bimbingmasuk-an, sarmasuk-an, nasehat, dan do‟a yang diberikan.
6. Bapak dan Ibu dosen di Program Studi Pendidikan Kimia serta seluruh staf di Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung.
7. Kepala sekolah, guru mitra dan siswa-siswi kelas X3 dan X5 SMAN 4 Bandar
Lampung.
8. Keluargaku terkasih ; Kedua orang tua ku, adik Adji dan adik Rizky, atas kasih sayang, keceriaan, inspirasi, semangat dan do‟a yang telah diberikan.
9. Sahabat fillah; Dian Baiduri, Helvira, Herdi, Pazar, Arifin, Fadli dan Ridwan. Terima kasih, atas inspirasi, motivasi dan dukungan yang telah kalian berikan selama ini.
10. Teman seperjuangan dalam menyelesaikan tugas akhir kuliah; Indri dan Dian, atas kerja sama dan motivasi yang diberikan selama bekerja sama
11.Teman-temanku di Pendidikan Kimia ang.2007 (baik Nonreguler maupun
Reguler), atas persaudaraan dan kebersamaannya.
Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi baik yang diberikan kepada penulis dan semoga
skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Bandar Lampung, Februari 2012 Penulis
v DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8
A. Efektivitas Pembelajaran ... 8
B. Pembelajaran Konvensional ... 9
C. Pembelajaran Konstruktivisme ... 9
D. Learning Cycle 3 phase (3 E)... 11
E. Keterampilan Proses Sains……… ... 15
F. Penguasaan Konsep ... .. 17
G. Kerangka Pemikiran... 18
H. Anggapan Dasar ... 20
vi
III. METODE PENELITIAN ... 20
A. Populasi Dan Sampel Penelitian ... 20
1. Populasi ... 20
2. Sampel ... 20
B. Sumber Data Penelitian ... 21
C. Jenis dan Variabel Penelitian ... 22
D. Jenis dan Validitas Instrumen ... 23
1. Jenis Instrumen ... 23
2. Validitas Instrumen ... 23
E. Prosedur Penelitian... 24
F. Teknik Analisis Data ... 26
1. Gain ternormalisasi ... 26
2. Uji normalitas ... 26
3. Uji homogenitas dua varians ... 27
G. Teknik Pengujian Hipotesis... 28
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31
A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 31
B. Pembahasan ... 40
V. SIMPULAN DAN SARAN ... 48
A. Simpulan ... 48
B. Saran ... 49
vii LAMPIRAN
A. Silabus Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 52
B. RPP Kelas Eksperimen ... 63
C. RPP Kelas Kontrol ... 82
D. LKS Kelas Eksperimen ... 99
E. Kisi-Kisi Soal Pretest dan Posttest ... 117
F. Soal Pretest ... 125
G. Pedoman Penskoran Soal Pretest ... 130
H. Soal Posttest ... 138
I. Pedoman Penskoran Soal Posttest ... 144
J. Daftar Nilai Pretest dan Postest Keterampilan Inferensi Kelas Eksperimen ... 151
K. Daftar Nilai Pretest dan Postest Keterampilan Inferensi Kelas Kontrol ... 152
L. Daftar Nilai Pretest dan Postest Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen.. ... 153
M. Daftar Nilai Pretest dan Postest Penguasaan Konsep Kelas Kontrol………. ... 154
N. Daftar Nama Kelompok Kelas Ekperimen ... 155
O. Lembar Aktivitas Siswa Kelas Ekperimen ... 156
viii DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Indikator keterampilan proses sains dasar ... 17
2. Desain penelitian ... 22
3. Perolehan skor pretest, posttest dan N-gain keterampilan inferensi siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol. ... 31
4. Perolehan skor pretest, posttest dan N-gain penguasaan konsep siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol... 31
5. Uji normalitas keterampilan inferensi... 36
6. Uji normalitas penguasaan konsep... 37
7. Uji homogenitas keterampilan inferensi... 37
8. Uji homogenitas penguasaan konsep... 38
9. Uji-t keterampilan inferensi... 39
ix DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tahap penelitian………... 25 2. Rata-rata skor pretest dan posttest keterampilan inferensi siswa... 33
3. Rata-rata skor pretest dan posttest penguasaan konsep siswa... 34 4. Rata-rata N-gain keterampilan inferensi dan penguasaan konsep siswa
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS LAMPUNG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Jl. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung
KARTU KENDALI SKRIPSI
Nama : Gusti W. Sari Dosen PA : Dra. Nina Kadaritna, M.Si Jurusan : P. MIPA Pembimbing I : Dra. Nina Kadaritna, M.Si Program Studi : P. Kimia Pembimbing II : Dra. Ila Rosilawati,M.Si
Judul Skripsi : “Efektivitas Pembelajaran Learning Cycle 3 E untuk
Meningkatkan Keterampilan Inferensi dan Penguasaan Konsep pada Materi Pokok Hukum-hukum Dasar Kimia”
No Kegiatan
Tanggal Materi
Konsultasi
Paraf Pembimbing Diserahkan Kembali
1 Bimbingan I
2 Bimbingan II
3 Bimbingan III
4 Bimbingan IV
5 Bimbingan V
6 Bimbingan VI
7 Bimbingan VII
No Kegiatan Tanggal Materi Konsultasi
Paraf Pembmbing Diserahkan Kembali
9 Bimbingan IX
10 Bimbingan X
11 Bimbingan XI
12 Bimbingan XII
13 Bimbingan XIII
14 Bimbingan XIV
15 Bimbingan XV
Mengetahui,
Ketua Jurusan PMIPA
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dra. Nina Kadaritna, M.Si. ________________
Sekretaris: : Dra. Ila Rosilawati, M.Si. ________________
Penguji
Bukan Pembimbing : Emmawaty Sofya, S.Si,M.Si. ________________
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Bujang Rahman, M.S. NIP 196003151985031003
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mem- pelajari struktur, susunan, sifat dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi. Dalam mata pelajaran kimia yang sarat dengan konsep, dari
konsep yang sederhana sampai konsep yang lebih kompleks dan abstrak, sangat penting bagi siswa untuk menemukan dan memahami dengan benar konsep dasar
yang akan membangun konsep-konsep selanjutnya. Dengan demikian dalam mempelajari kimia, peserta didik tidak bisa dengan hanya menerima informasi langsung dari guru maupun hanya dengan menghapalkan konsep saja.
Ilmu kimia dibangun melalui pengembangan keterampilan-keterampilan proses
sains (KPS). Keterampilan proses sains merupakan kemampuan atau kecakapan untuk melaksanakan suatu tindakan dalam belajar sains sehingga menghasilkan
konsep, teori, prinsip, hukum maupun fakta. Keterampilan-keterampilan proses sains dasar, terdiri dari: mengamati, mengelompokkan, menafsirkan, meramalkan, mengkomunikasikan data dan menyimpulkan (inferensi) dari fakta yang terbatas. Proses pembelajaran yang demikian diarahkan untuk “mencari tahu dan melaku-
kan sesuatu”, sehingga peserta didik dapat menemukan sendiri pemahaman dan
me-2
latihkan KPS ke siswa, karena dapat membekali siswa dengan suatu keterampilan
berpikir dan bertindak melalui sains dalam menyelesaikan masalah serta men-jelaskan fenomena-fenomena yang ada dalam kehidupannya sehari-hari.
Agar pembelajaran menjadi lebih bermakna dan siswa dapat menerima serta me-
nerapkan konsep yang mereka peroleh, maka sebelum proses pembelajaran ber-akhir sangat diperlukannya suatu proses yang menarik yakni dengan mengadakan
kegiatan menyimpulkan dari materi yang dipelajari. Guru perlu melatihkan ke-terampilan inferensi (menyimpulkan) kepada siswa. Keke-terampilan inferensi me-rupakan salah satu indikator KPS dan yang tidak akan dapat terlepaskan dalam
KPS. Melalui pengamatan langsung pada data-data, siswa dituntut mampu men-jelaskan data hasil pengamatan dan menyimpulkan dari fakta yang terbatas.
Kemampuan-kemampuan ini tidak lain merupakan indikator keterampilan inferensi.
Berdasarkan hasil observasi pada mata pelajaran kimia yang dilakukan di kelas X SMA Negeri 4 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011-2012, diperoleh bahwa
guru lebih sering menerapkan pembelajaran dengan metode ceramah dan latihan soal. Aktivitas siswa yang dominan dalam pembelajaran adalah mendengar dan
mencatat materi. Materi yang dijelaskan dan dituliskan oleh guru di papan tulis, siswa tidak dilibatkan dalam menemukan konsep sehingga pembelajaran menjadi monoton. Selain itu, hasil pengamatan yang tersedia dalam media pembelajaran
3
untuk memecahkan suatu masalah kimia, baik dalam menjelaskan hasil
pengamat-an maupun menyimpulkpengamat-an dari fakta ypengamat-ang terbatas.
Kegiatan pembelajaran tersebut tentu tidaklah sejalan dengan kurikulum yang diterapkan di SMA Negeri 4 Bandar Lampung, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Padahal esensi dari KTSP itu sendiri adalah menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran, sehingga guru hanya berperan sebagai
fasilita-tor dan semua siswa dituntut aktif dalam menemukan dan memperoleh penge-tahuan. Pembelajaran kimia yang terjadi di sekolah tersebut, menyebabkan ke-terampilan proses sains siswa tidak akan berkembang dan pemahaman siswa
ter-hadap konsep-konsep kimia pun dapat dikatakan kurang. Di mana, kenyataan ini diperkuat dengan banyaknya siswa yang tidak berhasil memenuhi
standari-sasi untuk kelulusan mata pelajaran kimia.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka perlu kiranya di-kembangkan suatu bentuk atau model pembelajaran yang akan efektif dalam me-ningkatkan KPS dan penguasaan konsep siswa. Sehingga, dalam penelitian ini
penulis merasa perlu menerapkan model pembelajaran Learning Cycle 3 E karena merupakan salah satu model pembelajaran yang cocok dan mampu meningkatkan
keterampilan inferensi siswa.
Learning Cycle (LC) merupakan salah satu model pembelajaran yang berlandas-kan pendekatan konstruktivisme dan proses pembelajaran yang terjadi
4
didik untuk tidak hanya mengamati hubungan, tetapi juga dapat menyimpulkan
(inferensi), menguji maupun menerapkan penjelasan tentang konsep-konsep yang telah dipelajari. Karakteristik kegiatan belajar pada masing-masing tahap
Learn-ing Cycle, mencerminkan pengalaman belajar dalam mengkontruksi dan me-ngembangkan pemahaman konsep.
Karplus dan Their dalam Fajaroh dan Dasna (2007) membagi fase-fase
pembel-ajaran Learning Cycle 3E, terdiri dari: (1) fase eksplorasi (Exploration); (2) fase penjelasan konsep (Explaination); dan (3) fase aplikasi konsep (Elaboration). Dengan menggunakan tiga fase tersebut, maka model pembelajaran ini sering
dikenal dengan Learning Cycle (LC) 3E. Dalam fase eksplorasi (Exploration), guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil. Kemudian, guru
memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerja sama mengamati data hasil pengamatan/percobaan dan menjawab soal-soal terstruktur di LKS.
Pada fase penjelasan konsep (Explaination) siswa akan dilatihkan keterampilan inferensi (menyimpulkan) yang merupakan salah satu keterampilan proses sains.
Dengan terlibatnya siswa dalam membangun konsep, maka pada fase ini siswa menjadi lebih mudah memahami konsep kimia dan konsep kimia yang telah
di-miliki oleh siswa pun dapat dikatakan bukan lagi sekedar menghafal konsep semata. Terakhir, fase aplikasi konsep (Elaboration), siswa menerapkan konsep pada contoh kejadian yang lain, baik yang sama tingkatannya ataupun yang lebih
5
Hasil penelitian Aqiqo (2009) yang dilakukan pada siswa SMA Negeri 10 Bandar
Lampung kelas X7 yang telah mengkaji tentang model pembelajaran Learning
Cycle 3E (LC 3E), diperoleh bahwa dengan menerapkan model pembelajaran
Learning Cycle 3E (LC 3E) telah mampu meningkatkan aktivitas dan penguasaan konsep pada materi hidrokarbon.
Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas, maka dilakukan penelitian yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran Learning Cycle 3E pada Materi
Hukum-hukum Dasar Kimia dalam Meningkatkan Keterampilan Inferensi dan Penguasaan Konsep.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana efektivitas model pembelajaran
Learning Cycle 3 E pada materi hukum-hukum dasar kimia dalam meningkatkan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep?.
C. Tujuan Penelitian
6
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat antara lain:
1. Melalui penerapan model LC 3 E siswa dapat memahami materi pelajaran dengan mudah, sehingga dapat meningkatkan keterampilan inferensi dan
penguasaan konsep pada materi hukum-hukum dasar kimia.
2. Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu
pembelajaran kimia di sekolah.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini antara lain, sebagai berikut:
1. Penelitian dilakukan pada siswa kelas X di SMA Negeri 4 Bandar Lampung
tahun pelajaran 2011-2012. Sampel penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X3
dan kelas X 4 semester ganjil SMA Negeri 4 Bandar Lampung Tahun
Pelajaran 2011-2012.
2. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan
tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa, apabila secara statistik menunjukan perbedaan yang signifikan antara keterampilan inferensi dan penguasaan
konsep.
3. Pembelajaran konvensional, yaitu pembelajaran yang biasa diterapkan guru
kimia kelas X SMA Negeri 4 Bandar Lampung, berupa; metode ceramah dan latihan soal.
4. Menurut Karplus dan Their dalam Fajaroh dan Dasna (2007) model
7
konstruktivisme yang terdiri dari 3 fase, diantaranya yaitu; (1) Fase eksplorasi
(Exploration); (2) Fase penjelasan konsep (Explaination); (3) Fase penerapan konsep Eelaboration).
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Efektivitas Pembelajaran
Efektivitas berasal dari bahasa inggris yaitu effective yang berarti berhasil, tepat
atau manjur. Di dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBBI), defenisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat dari usaha atau akibat yang
ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini efektivitas dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan instruksional khusus yang telah dicanangkan (Satria, 2005).
Kriteria keefektifan menurut Wicaksono (2008) mengacu pada:
a. Ketentuan belajar, pembelajaran, dapat dikatakan tuntas apabila sekurang-kurangnya 75% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai = 60 dalam peningkatan hasil belajar.
b. Model pembelajaran dikatan efektif meningkatkan hasil belajar siswa, apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan setelah pembelajaran (gain yang signifikan)
c. Model pembelajaran dikatan efektif jika dapat meningkatkan minat dan motivasi, apabila setelah pembelajaran siswa menjadi lebih termotivasi untuk lebih giat dan memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Serta siswa belajar dalam keadaan yang menyenangkan.
Efektivitas pembelajaran dapat diukur dengan mengadaptasi pengukuran efektivi-tas pelatihan yaitu melalui evaluasi. Dan pembelajaran dapat dikatakan efektif,
me-9
nunjukan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman
setelah pembelajaran.
B. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang bersifat regular, artinya pe-milihan pendekatan, strategi, metode kurang bervariasi. Proses belajar mengajar
cenderung dimulai dengan orientasi dan penyajian informasi yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari siswa, pemberian contoh soal, dilanjutkan dengan memberikan tes (Wirtha dan Rapi, 2008).
Menurut Nurhadi dalam Darma (2007) memberikan beberapa karakteristik pem-belajaran konvensional, yaitu: (1) siswa adalah penerima informasi secara pasif, (2) Siswa belajar secara individual, (3) pembelajaran sangat abstrak dan teoretis,
(4) rumus yang ada diluar diri siswa harus diterangkan, diterima, dihafalkan, dan dilatihkan, (5) siswa secara pasif menerima rumus atau kaidah (membaca, men-dengarkan, mencatat, dan menghafal) tanpa memberikan kontribusi ide dalam
proses pembelajaran, (6) keterampilan dikembangkan atas dasar latihan-latihan, (7) guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran, (8) hasil belajar diukur
dengan tes, dan (9) pembelajaran tidak memperhatikan pengalaman siswa.
C. Pembelajaran Konstruktivisme
Pembelajaran konstruktivisme berasal dari kata “to construct” yang artinya mem
10
interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman, dan lingkungan. Pengetahuan
tidak dapat ditransfer begitu saja dari seseorang kepada orang lain tetapi harus di-interpretasikan sendiri oleh masing-masing orang (Suparno, 1997). Pendekatan
konstruktivisme dalam pembelajaran menekankan pentingnya peran pengetahuan awal dalam belajar.
Menurut Von Glasersfeld (1989) dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu
(2001) agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan, maka diperlukan: 1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali
laman. Kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan kembali penga-laman sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut.
2. Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan me-ngenai persamaan dan perbedaan suatu hal. Kemampuan membandingkan sangat penting agar siswa mampu menarik sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaannya untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan mengkonstruksi pengetahuan-nya.
3. Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang lain (selective conscience). Melalui “suka dan tidak suka” inilah muncul
penilaian siswa terhadap pengalaman, dan menjadi landasan bagi pembentukan pengetahuannya.
Setiap pendekatan pembelajaran tentunya memiliki karakteristik dan prinsip tersendiri, adapun prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno (1997), diantaranya yaitu:
1. pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif; 2. tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa; 3. mengajar adalah membantu siswa belajar;
4. tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir; 5. kurikulum menekankan partisipasi siswa;
11
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang mengacu kepada
proses belajar konstruktivisme yang lebih menfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Dengan kata lain, siswa lebih
di-utamakan untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka dengan mandiri melalui asimilasi dan akomodasi.
D. Learning Cycle 3 phase (LC 3 E)
Learning Cycle (LC) merupakan salah satu model pembelajaran yang
berlandas-kan pada pandangan konstruktivisme. Pandangan ini berasumsi bahwa mengajar bukan sebagai proses di mana gagasan-gagasan guru diteruskan pada para siswa
melainkan sebagai proses untuk mengubah dan membangun gagasan-gagasan siswa yang sudah ada. Karakteristik kegiatan belajar pada masing-masing tahap
Learning Cycle, mencerminkan pengalaman belajar dalam mengkontruksi dan
mengembangkan pemahaman konsep.
Karplus dan Their dalam Fajaroh dan Dasna (2007) mengungkapkan bahwa: Siklus Belajar (Learning Cycle) atau dalam penulisan ini disingkat LC adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). LC
merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga pebelajar dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif. Learning Cycle 3 Phase (LC 3 E) terdiri dari fase-fase eksplorasi (exploration), penjelasan konsep (concept introduction/explaination) dan penerapan konsep (elaboration).
Menurut Renner dan Abraham (1988) model Learning Cycle dikembangkan oleh pertama kali oleh Karplus, yang tergabung dalam Science Curriculum Improvement Study (SCIS) dan membagi model LC terdiri dari tiga fase, yaitu exploration,
pe-12
namaan fase-fase dalam model Learning Cycle, yaitu Dahar (1998) menggunakan
istilah LC 3 E terdiri dari Exploration (eksplorasi), Explaination (penjelasan konsep) dan Elaboration (penerapan konsep).
Pada fase eksplorasi, guru menyajikan fakta atau fenomena yang berkaitan dengan
konsep yang akan diajarkan. Siswa menyelidiki fenomena tersebut dengan bim-bingan minimal, sehingga menimbulkan pertanyaan-pertanyaan atau
kekompleks-an ykekompleks-ang tidak dapat mereka pecahkkekompleks-an dengkekompleks-an pola penalarkekompleks-an ykekompleks-ang biasa mereka lakukan. Fase ini menyediakan kesempatan bagi siswa untuk secara aktif dalan suatu aktivitas yang dapat menumbuhkan rasa ingin tahu dan motivasi belajar.
Munculnya pertanyaan-pertanyaan tersebut sekaligus merupakan indikator ke-siapan siswa untuk menempuh ke fase berikutnya, yaitu fase pengenalan konsep.
Dalam fase penjelasan konsep, siswa lebih aktif untuk menentukan atau mengenal
suatu konsep berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya di dalam fase eksplorasi. Siswa menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri, guru meminta bukti dan klarifikasi dari penjelasan mereka dan mengarahkan kegiatan
diskusi, pebelajar menemukan istilah-istilah dari konsep yang dipelajari. Guru memberikan penguatan terhadap jawaban atau gagasan yang diungkapkan siswa.
Selain itu, guru mengenalkan istilah-istilah, penjelasan, pengkontrasan, mengusul-kan alternatif pemecahan atau memperbaiki miskonsepsi siswa. Siswa dengan bimbingan guru mengorganisasikan datanya untuk menemukan keteraturan atau
hubungan antar konsep.
13
pertama dan kedua untuk menyelesaikan persoalan dalam konteks berbeda. Siswa
diajak untuk menerapkan konsep yang telah mereka dapat pada situasi baru, baik untuk memahami sifat-sifat konsep lebih jauh (materi pengayaan) atau dalam
konteks kehidupan sehari-hari. Fase ini memberikan kontribusi yang penting dalam proses belajar, sebab biasanya informasi itu dinilai kurang berharga jika tidak diterapkan di luar konteks di mana informasi itu dipelajari.
Learning Cycle 3 E melalui kegiatan dalam tiap fase mewadahi siswa untuk
se-cara aktif membangun konsep-konsepnya sendiri dengan se-cara berinteraksi dengan lingkungan fisik maupun sosial. Implementasi Learning Cycle 3 E dalam
pem-belajaran sesuai dengan pandangan konstruktivisme menurut Hudojo (2001), antara lain :
1. Siswa belajar secara aktif. Siswa mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan berpikir. Pengetahuan dikonstruksi dari pengalaman siswa,
2. Informasi baru dikaitkan dengan skema yang telah dimiliki siswa.Informasi baru yang dimiliki siswa berasal dari interpretasi individu,
3. Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang merupakan pemecahan masalah.
Efektivitas implementasi Learning Cycle 3 E biasanya diukur melalui observasi proses dan pemberian tes. Jika ternyata hasil dan kualitas pembelajaran tersebut ternyata belum memuaskan, maka belum dapat dilakukan siklus berikutnya yang
pelaksanaannya harus lebih baik dibanding siklus sebelumnya dengan cara meng-antisipasi kelemahan-kelemahan siklus sebelumnya, sampai hasilnya memuaskan.
14
Cohen dan Clough dalam Fajaroh dan Dasna (2007) menyatakan bahwa LC 3 E
merupakan strategi jitu bagi pembelajaran sains di sekolah menengah karena dapat dilakukan secara luwes dan memenuhi kebutuhan nyata guru dan siswa.
Dilihat dari dimensi guru, penerapan strategi ini memperluas wawasan dan me-ningkatkan kreativitas guru dalam merancang kegiatan pembelajaran. Ditinjau dari dimensi pebelajar, penerapan strategi ini memberi keuntungan berikut:
1) Meningkatkan motivasi belajar karena pebelajar dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran,
2) Membantu mengembangkan sikap ilmiah pebelajar, 3) Pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Namun dibalik segala kelebihan yang dimiliki, model ini juga memiliki beberapa
keterbatasan, yaitu efektivitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran, memiliki kesungguhan dan kreativitas dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran, memerlukan
penge-lolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi, dan memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembel-ajaran.
Adapun lingkungan belajar yang perlu diupayakan agar Learning Cycle 3 E
berlangsung secara konstruktivistik adalah:
1) Tersedianya pengalaman belajar yang berkaitan dengan pengetahuan yang
telah dimiliki siswa,
2) Tersedianya media pembelajaran dan berbagai alternatif pengalaman belajar
15
3) Terjadinya transmisi sosial, yakni interaksi dan kerja sama individu dengan
lingkungannya,
4) Mengkaitkan konsep yang dipelajari dengan fenomena sedemikian rupa
se-hingga siswa terlibat secara emosional dan sosial yang menjadikan pem-belajaran berlangsung menarik dan menyenangkan.
E. Keterampilan Proses Sains (KPS)
Keterampilan proses sains adalah pendekatan yang didasarkan pada anggapan bahwa
sains itu terbentuk dan berkembang melalui suatu proses ilmiah. Dalam pembelajaran
sains, proses ilmiah tersebut harus dikembangkan pada siswa sebagai pengalaman
yang bermakna. Dan suatu ciri pendidikan sains adalah bahwa sains lebih dari sekedar kumpulan yang dinamakan, fakta. Dalam upayamenghasilkan suatu konsep, kesimpulan, teori, prinsip, hukum ataupun fakta, maka sangat diperlukan
kemampuan atau kecakapan untuk melaksanakan suatu tindakan dalam belajar sains.
Menurut Hariwibowo dalam Fitriani (2009) mengemukakan bahwa:
16
Menurut Hartono dalam Fitriani (2009) mengemukakan bahwa:
Untuk dapat memahami hakikat IPA secara utuh, yakni IPA sebagai proses, produk dan aplikasi, siswa harus memiliki kemampuan KPS. Dalam pem-belajaran IPA, aspek proses perlu ditekankan bukan hanya pada hasil akhir dan berpikir benar lebih penting dari pada memperoleh jawaban yang benar. KPS adalah semua keterampilan yang terlibat pada saat berlangsungnya proses sains. KPS terdiri dari beberapa keterampilan yang satu sama lain berkaitan dan sebagai prasyarat. Namun pada setiap jenis keterampilan proses ada penekanan khusus pada masing-masing jenjang pendidikan.
Pendekatan keterampilan proses sains dirancang dengan beberapa tahapan yang diharapkan akan meningkatkan penguasaan konsep. Tahapan-tahapan pendekatan
pembelajaran keterampilan proses sains menurut Dimyati dan Mudjiono dalam Fitriani (2009) :
Pendekatan keterampilan proses lebih cocok diterapkan pada pembelajaran sains. Pendekatan pembelajaran ini dirancang dengan tahapan: (1) Pe-nampilan fenomena. (2) apersepsi, (3) menghubungkan pembelajaran dengan pengetahuan awal yang dimiliki siswa, (4) demonstrasi atau eksperimen, (5) siswa mengisi lembar kerja. (6) guru memberikan pe-nguatan materi dan penanaman konsep dengan tetap mengacu kepada teori permasalahan.
Pendekatan keterampilan proses sains bukan tindakan instruksional yang berada diluar kemampuan siswa. Pendekatan keterampilan proses sains dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa. Hal itu
didukung oleh pendapat Arikunto (2004), bahwa pendekataan berbasis keterampi-lan proses adalah wawasan atau anutan pengembangan keterampiketerampi-lan-keterampil-
keterampilan-keterampil-an intelektual, sosial dketerampilan-keterampil-an fisik yketerampilan-keterampil-ang bersumber dari kemampuketerampilan-keterampil-an-kemampuketerampilan-keterampil-an men-dasar yang pada prinsipnya keterampilan tersebut telah ada pada siswa.
Menurut pendapat Tim Action Research Buletin Pelangi Pendidikan (1999), bahwa keterampilan proses sains dibagi menjadi dua antara lain:
17
Tabel 1. Indikator keterampilan proses sains dasar
Keterampilan dasar Indikator
Observasi (observing)
Mampu menggunakan semua indera (penglihatan, pembau, pendengaran, pengecap, dan peraba) untuk mengamati, mengidentifikasi, dan menamai sifat benda dan kejadian secara teliti dari hasil
pengamatan. Klasifikasi
(Classifying)
Mampu menentukan perbedaan, mengkontraskan ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan dan me-nentukan dasar penggolongan terhadap suatu obyek Pengukuran
(measuring)
Mampu memilih dan menggunakan peralatan untuk menentukan secara kuantitatif dan kualitatif ukuran suatu benda secara benar yang sesuai untuk panjang, luas, volume, waktu, berat dan lain-lain. Dan mampu mendemontrasikan perubahan suatu satuan
pengukuran ke satuan pengukuran lain. Berkomunikasi
(communicating)
Memberikan/menggambarkan data empiris hasil percobaan atau pengamatan dengan tabel, menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis, men-jelaskan hasil percobaan, membaca tabel,
mendiskusikan hasil kegiatan suatu masalah atau suatu peristiwa.
Inferensi Mampu menjelaskan data hasil pengamatan dan menyimpulkan dari fakta yang terbatas.
2. Keterampilan proses terpadu (Intergated Science Proses Skill), meliputi
me-rumuskan hipotesis, menamai variabel, mengontrol variabel, membuat definisi operasional, melakukan eksperimen, interpretasi, merancang penyelidikan, dan aplikasi konsep.
F. Penguasaan Konsep
Menurut Dahar (1998) konsep adalah suatu abstraksi yang memiliki suatu kelas
objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, hubungan-hubungan yang mempunyai atribut yang sama. Penguasaan konsep yang baik akan membantu pemakaian konsep-konsep yang lebih kompleks. Artinya, setiap konsep tidak
di-18
tuntut tidak hanya menghafal konsep saja, tetapi hendaknya memperhatikan
hubungan antara satu konsep dengan konsep yang lainnya.
Penguasaan konsep materi sangat mempengaruhi ketercapaian hasil belajar siswa. Suatu proses dikatakan berhasil apabila hasil belajar yang didapatkan meningkat
atau mengalami perubahan setelah siswa melakukan aktivitas belajar. Pendapat ini didukung oleh Djamarah dan Zain (2006) yang mengatakan bahwa belajar pada
hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah ber-akhirnya melakukan aktivitas belajar. Proses belajar seseorang sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah metode pembelajaran yang digunakan
guru dalam kelas. Guru sebagai pengajar harus memiliki kemampuan untuk men-ciptakan kondisi yang kondusif agar siswa dapat menemukan dan memahami
konsep yang diajarkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Toulmin dalam Suparno (1997) yang menyatakan bahwa bagian terpenting dari pemahaman siswa adalah perkembangan konsep secara evolutif.
G. Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini akan diuji bagaimana efektivitas pembelajaran Learning Cy-cle 3 E dalam meningkatkan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep siswa
pada materi hukum-hukum dasar kimia di SMAN 4 Bandar Lampung. Kelas eks-perimen akan diterapkan model pembelajaran Learning Cycle 3 E dan untuk kelas
19
Pada fase eksplorasi, guru menyajikan fakta atau fenomena yang berkaitan dengan
konsep yang akan diajarkan melalui LKS. Kemudian, siswa diajak untuk meng-amati atau menyelidiki fenomena/hasil percobaan yang tersedia di LKS, dengan
demikian dapat menumbuhkan rasa ingin tahu dan motivasi belajar. LKS yang digunakan dalam pembelajaran ini menggunakan LKS dengan pendekatan KPS dan mengikuti fase-fase dari Learning Cycle 3 E yang pertanyaan-pertanyaannya
terkonstruk untuk melatih KPS siswa. Pada fase penjelasan konsep, siswa
dilatihkan keterampilan inferensi melalui menjawab soal-soal terstruktur di LKS.
Dengan demikian, siswa akan dengan mudahnya menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri. Indikator keterampilan inferensi dalam penelitian ini
adalah siswa mampu menjelaskan data hasil pengamatan dan menyimpulkan dari fakta yang terbatas.
Pada fase terakhir yaitu fase penerapan konsep, siswa diajak menerapkan konsep yang telah mereka dapat pada situasi baru, baik untuk memahami sifat-sifat
konsep lebih jauh (materi pengayaan). Siswa mengerjakan evaluasi yang ada di LKS. Tujuannya untuk mengetahui pemahaman konsep siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Keutamaan penerapan konsep yaitu dapat meningkatkan
pemahaman konsep dan motivasi belajar, karena siswa mengetahui penerapan nyata dari konsep yang mereka pelajari.
Sedangkan pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
20
H. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
1. Siswa-siswa kelas X IPA semester ganjil SMAN 4 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011-2012 yang menjadi subjek penelitian mempunyai kemampuan
dasar yang sama dalam penguasaan konsep kimia.
2. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi peningkatan penguasaan konsep
dan keterampilan inferensi pada materi hukum-hukum dasar kimia siswa kelas X semester ganjil SMAN 4 Bandar Lampung TP 2011-2012 pada kedua kelas diusahakan sekecil mungkin sehingga dapat diabaikan.
I. Hipotesis Umum
Adapun rumusan hipotesis umum dalam penelitian ini, diantaranya sebagai berikut :
1. Pembelajaran Learning Cycle 3 E pada materi hukum-hukum dasar kimia lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan inferensi daripada
pembelajar-an konvensional.
2. Pembelajaran Learning Cycle 3 E pada materi hukum-hukum dasar kimia lebih efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep daripada pembelajaran
21
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 4 Bandar Lampung tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 274 siswa dan tersebar dalam
enam kelas.
2. Sampel
Dalam penelitian ini yang bertindak sebagai sampel adalah bagian dari populasi penelitian (siswa kelas X SMAN 4 Bandar Lampung). Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan
sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh pe-neliti sendiri dan berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui
sebelumnya. Dari hasil wawancara dengan guru kimia yang mengajar di sekolah SMA Negeri 4 Bandar Lampung yakni Ibu Nova Putriana Daulay, S.Pd , maka peneliti menetapkan kelas X3 dan X5 sebagai sampel yang memiliki homogenitas
kemampuan penguasaan konsep.
22
kontrol akan diterapkan pembelajaran konvensional. Kemudian peneliti
menentu-kan kelas X3 sebagai kelas eksperimen dan kelas X5 sebagai kelas kontrol.
B. Sumber Data Penelitian
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang bersifat
kuantitatif , yaitu data hasil tes sebelum pembelajaran diterapkan (pretest) dan hasil tes setelah pembelajaran diterapkan (posttest) siswa. Sumber data dalam
penelitian ini, diperoleh dari hasil pretest dan posttest.
C. Jenis dan Variabel Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen dengan menggunakan
Non-equivalent Control Group Design. Berikut ini merupakan desain penelitian (Santyasa, 2006) yang akan dilakukan oleh peneliti:
Tabel 2. Desain penelitian
Kelas Pretest Perlakuan Posttest
Kelas eksperimen O1 X1 O2
Kelas kontrol O1 X2 O2
O1 adalah pretest yang diberikan sebelum diberikan perlakuan, O2 adalah posttest
yang diberikan setelah diberikan perlakuan. X1 adalah perlakuan berupa
penerap-an model pembelajarpenerap-an Learning cycle3 E dan X2 adalah perlakuan berupa
pem-belajaran konvensional, yaitu pempem-belajaran yang biasa diterapkan guru kimia
23
Dalam penelitian ini juga, terdiri dari;
a. Variabel bebas adalah model pembelajaran yang digunakan, yaitu model pembelajaran Learning cycle 3 E dan pembelajaran konvensional yang biasa
diterapkan guru kelas X SMAN 4 Bandar Lampung, berupa metode ceramah dan latihan soal.
b. Variabel terikat adalah penguasaan konsep dan keterampilan inferensi pada
materi hukum-hukum dasar kimia dari siswa SMA Negeri 4 Bandar Lampung.
D. Jenis dan Validitas Instrumen
1. Jenis Instrumen
Jenis instrumen pada penelitian ini, antara lain; a. LKS
Kelas eksperimen menggunakan empat LKS dengan model pembelajaran
Learning cycle 3 E, sedangkan kelas kontrol menggunakan LKS yang sudah dimiliki oleh siswa.
b. Soal pretest dan posttest
Soal pretest dan posttest untuk menjaring pemahaman konsep siswa
se-belum dan sesudah evaluasi pembelajaran, masing-masing terdiri dari 20 soal pilihan jamak dan 5 soal essay.
c. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan silabus yang sesuai dengan
standar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
2. Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen
24
mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari
variabel yang diteliti secara tepat. Dalam konteks pengujian validitas ins-trumen dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu cara judgment atau
penilaian, dan pengujian empirik. Penelitian ini menggunakan validitas isi.
Validitas isi suatu instrumen dapat ditentukan dengan mengkonsultasikan alat ukur yang telah disusun kepada para ahli. Dalam penelitian ini validitas
instrumen dikonsultasikan dengan dosen pembimbing skripsi.
E. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan, diantaranya sebagai berikut: 1. Tahap Prapenelitian
a. Membuat surat izin pendahuluan penelitian (observasi) ke sekolah. b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian untuk
mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti. c. Mengambil dua kelas sebagai sampel dengan cara purposive sampling.
2. Tahap Penelitian
a. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran di kelas.
b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan
materi pokok yang akan diteliti, yaitu materi pokok hukum-hukum dasar kimia.
25
d. Membuat soal-soal untuk model pembelajaran Learning Cycle 3 E, baik
berupa soal pretest maupun soal posttest.
e. Melakukan pretest dengan soal-soal yang sama pada kelas kontrol dan
kelas eksperimen.
f. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada materi pokok hukum-hukum dasar kimia sesuai dengan model pembelajaran yang telah
ditetapkan di masing-masing kelas.
g. Peneliti melakukan posttest dengan soal-soal yang sama pada kelas kontrol
dan kelas eksperimen. h. Analisis data
i. Penulisan pembahasan dan menarik kesimpulan
Adapun langkah-langkah penelitian tersebut ditunjukkan pada tahap penelitian, seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini:
Gambar 1. Tahap Penelitian Observasi
Pembahasan dan Penyimpulan
Kelas Kontrol Pretest Kelas Eksperimen
26
F. Teknik Analisis Data
Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Data yang diperoleh,
kemudian dicari gain ternormalisasinya dan dianalisis menggunakan uji normali-tas dan uji homogeninormali-tas dua varians.
1. Gain ternormalisasi
Setelah sampel diberi perlakuan yang berbeda, data yang diperoleh dari hasil
pretest dan posttest dianalisis untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran
terhadap keterampilan inferensi dan peningkatan konsep hukum-hukum dasar kimia siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Menurut Meltzer, besarnya peningkatan dihitung dengan rumus indeks gain ( normalized gain), yaitu :
Data gain ternormalisasi yang diperoleh diuji normalitas dan homogenitasnya kemudian digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian.
2. Uji normalitas
Uji normalitas ini dilakukan juga untuk melihat apakah sampel berasal dari
populasi berdistribusi normal atau tidak. Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah: H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
27
Pengujian normalitas ini dilakukan dengan uji Liliefors, menggunakan program
SPSS 16.0. Langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut :
a. Buka lembar kerja/file input normalitas. Dari menu utama SPSS, pilih
Analyze → Descriptive Statistic → Explore
b. Masukkan variabel yang akan diuji ke dalam independentlist.
c. Pada display, pilih plots. Pada box plots beri tanda pada factor levels together, pada descriptive beri tanda untuk normality plots with test. Klik continue, klik
ok.
d. Terima H0, jika pada kolmogorov-smirnov maupun shapiro-wilk nilai
sig.>0.05 dan tolak H0, jika pada kolmogorov-smirnov maupun shapiro-wilk
nilai sig. ≤ 0.05.
3. Uji homogenitas dua varians
Uji homogenitas dua varians dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa sampel
penelitian berawal dari kondisi yang sama homogen atau tidak. Hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas adalah sebagai berikut:
H0 = data penelitian mempunyai variansi yang homogen
H1 = data penelitian mempunyai variansi yang tidak homogen
Pengujian homogenitas ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.0
Langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut :
a. Buka lembar kerja/file input normalitas. Dari menu utama SPSS, pilih
Analyze Compare → Means One Way → Anova
b. Masukkan variabel pretest dan posttest ke dalam dependent list dan variabel
28
c. Pada options, pilih homogeneity of variance test. Klik continue, dan klik ok.
e. Terima H0, jika nilai sig.> 0,05 dan tolak H0, jika nilai sig. ≤0,05.
G. Teknik Pengujian Hipotesis
Data sampel dalam penelitian ini berasal dari populasi berdistribusi normal, maka
uji hipotesis yang digunakan adalah uji parametrik (Sudjana, 2002). Uji para-metrik ini menggunakan uji-t dengan bantuan program SPSS 16.0.
1. Uji perbedaan dua rata-rata
Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui keterampilan inferensi dan penguasaan konsep pada materi hukum-hukum dasar kimia yang lebih tinggi antara pembelajaran dengan model pembelajaran Learning Cycle 3 E dengan
pembelajaran konvensional dari siswa SMA Negeri 4 Bandar Lampung. a. Rumusan hipotesis
1) Keterampilan inferensi
H0 : Rata-rata N-gain Keterampilan inferensi yang diterapkan dengan model
pembelajaran Learning Cycle 3 E lebih rendah atau sama dengan dengan
pembelajaran konvensional siswa SMAN 4 Bandar Lampung. H0 : µ1y ≤ µ2y
H1 : Rata-rata N-gain Keterampilan inferensi yang diterapkan dengan model
pembelajaran Learning Cycle 3 E lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran konvensional siswa SMAN 4 Bandar Lampung.
29
2) Penguasaan konsep
H0 : Rata-rata N-gain penguasaan konsep hukum-hukum dasar kimia yang
diterapkan pembelajaran Learning Cycle 3 E lebih rendah atau sama
dengan penguasaan konsep pembelajaran konvensional siswa SMAN 4 Bandar Lampung.
H0 : µ1x ≤ µ2x
H1 : Rata-rata N-gain penguasaan konsep hukum-hukum dasar kimia yang
diterapkan pembelajaran Learning Cycle 3 E lebih tinggi dibandingkan
dengan yang diberi pembelajaran konvensional siswa SMAN 4 Bandar Lampung.
H1 : µ1x > µ2x
Keterangan :
µ1 : Rata-rata N-gain (x,y) dengan pembelajaran menggunakan model
Learning Cycle 3 E.
µ2 : Rata-rata N-gain (x,y) dengan pembelajaran konvensional.
x : Keterampilan inferensi siswa
y : Penguasaan konsep pada materi hukum-hukum dasar kimia
b. Langkah statistik
Langkah uji-t dengan menggunakan SPSS 16.0, diantaranya sebagai berikut:
1) Buka lembar kerja/file input normalitas. Dari menu utama SPSS, pilih
Analyze →Compare Means Independent sample T test
2) Masukkan variabel pretest dan posttest ke dalam test variable dan
30
3) Klik define groups kemudian ketik 1 pada group 1 dan ketik 2 pada group
2.
4) Klik continue, klik ok.
c. Kriteria uji
Terima H0 , jika sig. (2-tailed) > 0,05 dan Terima H1 atau Tolak H0 , jika sig.
31
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian dan Analisis Data
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap dua kelas yang menjadi sampel penelitian, diperoleh data berupa skor pretest dan posttest keterampilan
inferensi dan penguasaan konsep. Perolehan data pretest dan posttest ini selanjutnya digunakan untuk mengetahui N-gain masing-masing siswa. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh skor siswa sebagai berikut:
Tabel 4. Perolehan skor pretest, posttest dan N-gain keterampilan inferensi siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol.
No. Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Pretest Posttest N-gain Pretest Posttest N-gain
32
Tabel 5. Perolehan skor pretest, posttest dan N-gain keterampilan penguasaan konsep siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol.
No. Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Pretest Posttest N-gain Pretest Posttest N-gain
33
Hasil rata-rata skor pretest dan posttest keterampilan inferensi yang diperoleh dari
siswa di kelas kontrol dan kelas eksperimen disajikan dalam Gambar 2.
34 Dan data hasil rata-rata skor pretest dan posttest penguasaan konsep oleh siswa
disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3. Rata-rata skor pretest dan postest penguasaan konsep siswa
Rata-rata N-gain keterampilan inferensi dan penguasaan konsep siswa pada kelas
kontrol dan kelas eksperimen, di disajikan pada Gambar 4. berikut.
Gambar 4. Rata-rata N-gain keterampilan inferensi dan penguasaan konsep siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen
35
Pada Gambar 2, terlihat bahwa perolehan skor pretest dalam penilaian
keteram-pilan inferensi kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan inferensi di kelas eksperimen lebih baik
di-bandingkan di kelas kontrol. Setelah pembelajaran Learning Cycle 3E diterap-kan pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional diterapditerap-kan pada kelas kontrol, perolehan skor posttest memperlihatkan bahwa keterampilan inferensi
kedua kelas tersebut mengalami peningkatan, dimana kelas eksperimen yang se-mula memiliki rata-rata skor 44,33 meningkat menjadi 69,30 dan kelas kontrol
yang semula memiliki rata skor 32,10 menjadi 58,05. Perolehan nilai ini se-lanjutnya dipakai untuk mendapatkan N-gain siswa yang ditunjukkan pada
Gambar 4.
Pada Gambar 3 terlihat bahwa perolehan skor pretest dalam penilaian penguasaan konsep siswa di kedua kelas relatif sama. Hal ini menunjukkan bahwa kedua kelas memiliki penguasaan konsep yang sama pada awalnya. Setelah pembelajaran
Learning Cycle 3E diterapkan di kelas eksperimen dan pembelajaran konvensio-nal diterapkan di kelas kontrol, terlihat bahwa kedua kelas mengalami kenaikan penguasaan konsep, dimana kelas eksperimen yang semula memiliki rata-rata skor
55 menjadi 74 dan kelas kontrol yang semula 52,5 menjadi 62,37. Perolehan nilai ini selanjut-nya juga dipakai untuk mendapatkan N-gain siswa yang ditunjukkan
pada Gambar 4.
Dari Gambar 4, terlihat bahwa N-gain kelas eksperimen lebih tinggi dibanding-kan kelas kontrol baik dalam keterampilan inferensi maupun dalam penguasaan
36
rata-rata N-gain sebesar 0,16 dan kelas kontrol diperoleh rata-rata N-gain sebesar
0,15. Sedangkan dalam penguasaan konsep siswa, pada kelas eksperimen diper-oleh rata-rata gain sebesar 0,39 dan pada kelas kontrol diperdiper-oleh rata-rata
N-gain sebesar 0,21. Perolehan rata-rata N-N-gain di atas menunjukkan bahwa pem-belajaran yang diterapkan pada kelas eksperimen lebih efektif dalam meningkat-kan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep siswa dibandingmeningkat-kan
pem-belajaran di kelas kontrol. Selanjutnya, untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berlaku untuk keseluruhan populasi, maka dilakukan pengujian
hipotesis dengan uji-t.
Adapun langkah-langkah dalam pengujian hipotesis yaitu dengan uji normalitas, dilanjutkan dengan uji homogenitas dua varian dan yang terakhir uji-t. Untuk uji
normalitas dilakukan dengan bantuan SPSS 16.0 dan didapatkan hasil berikut ini. a. Uji normalitas
1. Uji normalitas data keterampilan inferensi
Hasil pengujian didapatkan seperti dalam tabel di bawah ini, Tabel 6. Uji normalitas keterampilan inferensi
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Eksperimen .118 40 .165 .969 40 .333
Control .118 40 .167 .964 40 .229
a. Lilliefors Significance Correction
Dari hasil analisis statistik sebagaimana ditunjukkan pada tabel 6, untuk kelas eksperimen diperoleh nilai Sig. = 0.165 (Kolmogorov-Smirnova) dan Sig. =
0.333 (Shapiro-Wilk). Dan pada kelas kontrol diperoleh nilai Sig. = 0.167
37
ini lebih besar α = 0.05, artinya data N-gain kelas eksperimen dan kelas
kontrol berdistribusi normal.
2. Uji normalitas data penguasaan konsep. Tabel 7. Uji normalitas penguasaan konsep
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
ksperimen .119 40 .159 .963 40 .210
Control .117 40 .177 .957 40 .134
a. Lilliefors Significance Correction
Dari hasil analisis statistik sebagaimana ditunjukkan pada tabel 7, untuk kelas eksperimen diperoleh nilai Sig. = 0.159 (Kolmogorov-Smirnov) dan Sig. =
0.210 (Shapiro-Wilk). Dan kelas kontrol diperoleh nilai Sig. = 0.177 (Kolmo-gorov-Smirnov) dan Sig. = 0.134 (Shapiro-Wilk). Keempat nilai Sig ini lebih besar α = 0.05, artinya data N-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol
ber-distribusi normal.
b. Uji homogenitas dua varians.
Setelah diketahui data berdistribusi normal, dilanjutkan dengan uji
homoge-nitas kedua varians. Uji homogenisats ini dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0. Setelah dilakukan pengujian didapatkan hasil seperti berikut;
1. Uji homogenitas keterampilan inferensi Tabel 8 Uji homogenitas keterampilan inferensi
Ngain
Levene Statistic df1 df2 Sig.
38
Hasilnya menunjukkan bahwa nilai signifikansi pada kolom tabel di atas lebih
besar dari 0,05 (0,086 > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa data adalah homogen.
2. Uji homogenitas penguasaan konsep
Tabel 9. Uji homogenitas penguasaan konsep
Ngain
Levene Statistic df1 df2 Sig.
9.843 1 78 .235
Hasilnya menunjukkan bahwa nilai signifikansi pada kolom tabel di atas lebih besar dari 0,05 (0,235 > 0,05), maka dapat disimpulkan data adalah homogen.
c. Uji-t (t-test)
Untuk uji-t, jika nilai sig (2-tailed) ≤ 0,05 berarti tolak Ho terima H1.
Uji-t ini dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.0 dan diperoleh hasil berikut:
1. Uji-t keterampilan inferensi
Tabel 10. Uji-t keterampilan inferensi
Levene's Test for Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
39
Dari tabel di atas diperoleh nilai sig tailed) = 0.042. Karena nilai sig (2-tailed) ≤ 0,05, maka terima H1 dan tolak Ho, artinya rata-rata keterampilan
inferensi pada materi hukum-hukum dasar kimia dengan model pembelajaran
learning cycle 3 E lebih tinggi dari rata-rata keterampilan inferensi siswa dengan pembelajaran konvensional.
2. Uji-t data penguasaan konsep
Tabel 11. Uji-t penguasaan konsep
Levene's Test for Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
Dari tabel di atas diperoleh nilai sig tailed) = 0.047. Karena nilai sig (2-tailed) ≤ 0,05, maka terima H1 dan tolak Ho, artinya rata-rata penguasaan
konsep pada materi hukum-hukum dasar kimia dengan model pembelajaran
learning cycle 3E lebih tinggi dari rata-rata penguasaan konsep siswa dengan
40
B. Pembahasan
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen yang dilaksanakan di kelas X SMA Negeri 4 Bandar Lampung pada tahun ajaran 2011-2012. Penelitian di-laksanakan mulai tanggal 10 November 2011 sampai dengan 27 November 2011.
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk memperoleh model pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep pada
meteri hukum-hukum dasar kimia di SMA Negeri 4 Bandar Lampung.
Pada 10 November 2011 dilaksanakan pretest, sedangkan pada 27 November 2011 dilaksanakan posttest. Pretest dan posttest dilakukan untuk menjaring
pe-mahaman konsep siswa sebelum dan sesudah evaluasi pembelajaran, Berdasarkan data penelitian dan analisisnya, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol ter-jadi peningkatan skor keterampilan inferensi dan penguasaan konsep dari pretest
ke posttest. Walaupun di kedua kelas sampel terjadi peningkatan, namun ber-dasarkan data analisis tersebut, peningkatan yang lebih tinggi terjadi pada kelas eksperimen.
Perbedaan ini diyakini karena pada kelas kontrol siswa memperoleh informasi
langsung dari guru dan kurang berinteraksi dengan siswa lain. Sedangkan pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 3E yang
memungkinkan siswa untuk berperan aktif dalam menemukan dan membangun konsep. Hal ini sesuai dengan fakta yang terjadi setiap tahap pembelajaran di
41
Proses pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen
Langkah pembelajaran Learning Cycle pada penelitian ini mengikuti pendapat yang dikemukakan oleh Karplus dan Their dalam Fajaroh dan Dasna (2007).
Menurut Karplus dan Their dalam Fajaroh dan Dasna (2007), Learning Cycle
terdiri dari tiga fase, yaitu Exploration (eksplorasi), Explanation (penjelasan konsep) dan Elaboration (penerapan konsep).
Pertemuan pertama pada 12 November 2011 di kelas eksperimen, pembelajaran dimulai dengan fase eksplorasi (Exploration). Pembelajaran dimulai dengan guru menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Materi
pokok yang disampaikan adalah hukum-hukum dasar kimia dengan submateri hukum Lavoisier atau hukum kekekalan massa.
Mula-mula, guru mengajukan pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan awal
siswa mengenai konsep bagaimana massa zat sebelum dan sesudah reaksi (hukum Lavoisier), misalnya : ”Pernahkah kalian melihat proses pembakaran kayu, zat apakah yang tersisa dari pembakaran kayu tersebut? Samakah berat kayu semula
dengan abu sisa pembakaran. Dan apakah jumlah massa zat sebelum reaksi dan sesudah reaksi tersebut sama ?. “ Setelah siswa menetapkan jawaban sementara
dari masalah tersebut, kemudian siswa akan mencari kebenaran pada jawaban sementara mereka, yakni dengan cara memperhatikan percobaan yang akan di-demonstrasikan oleh guru. Hal tersebut dilakukan agar keingintahuan siswa
terhadap pelajaran semakin tinggi.
42
LKS dengan pendekatan KPS dan mengikuti fase-fase dari Learning Cycle 3 E
yang pertanyaan-pertanyaannya terkonstruk untuk melatih KPS siswa dan mem-bangun konsep kimia. Data-data hasil pengamatan ataupun percobaan yang
tersedia di LKS tersebut, bersumber dan dimodifikasi dari buku materi kimia kelas X SMA.
Sebelum demonstrasi percobaan dimulai, guru meminta dua siswa untuk
mem-bantu guru dalam melakukan percobaan. Saat demonstrasi berlangsung, semua siswa merasa kagum dengan demonstrasi yang akan dimulai sehingga suasana
kelas pun menjadi sangat kondusif. Sebab, percobaan yang dilakukan kali ini merupakan percobaan yang pertama kalinya untuk mereka. Dengan adanya ke-giatan ini telah membuat siswa terlatihkan KPS, berupa mengamati reaksi yang
terjadi saat percobaan dan mengkomunikasikan hasil percobaan ke dalam tabel pengamatan.
Selanjutnya, dalam fase penjelasan konsep (Explaination) seluruh siswa mendis-kusikan hasil percobaan tersebut dengan bimbingan guru. Setelah berdiskusi,
untuk memperoleh inti konsep dari pembelajaran kimia ini, maka guru meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka. Dengan di-adakannya kegiatan presentasi akan terjalin interaksi komunikasi antar kelompok,
memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi ide dan mengungkap-kan pendapatnya, serta terjalin komunikasi kognitif yang baik sehingga dapat
me-ningkatkan daya pikir siswa.
43
sempurna. Dalam fase ini, tanpa sadar siswa mulai melatih keterampilan inferensi
mereka. Dengan terlibatnya siswa dalam membangun konsep kimia, maka pada fase ini siswa akan lebih mudah memahami konsep kimia dan konsep yang
di-terima bukan lagi sekedar hafalan.
Selanjutnya adalah fase penerapan konsep (Elaboration), guru meminta siswa untuk mengerjakan soal evaluasi yang terdapat dalam LKS 1. Dari konsep yang
diperoleh pada fase penjelasan konsep, dapat memudahkan siswa untuk men-jawab persoalan-persoalan terkait dengan materi yang dipelajarinya. Pada fase ini, siswa menerapkan konsep yang telah mereka dapat pada situasi (masalah)
baru dan masing-masing siswa dilatihkan kembali keterampilan inferensi yaitu menyimpulkan dari fakta yang terbatas (data hasil pengamatan).
Berdasarkan hasil pengamatan pada pertemuan pertama diketahui bahwa, pada
saat siswa melakukan kegiatan diskusi terlihat ada beberapa siswa yang mengo-brol dengan teman dan belum memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugas yang dibebankan dalam kelompok mereka. Hal ini disebabkan karena ada sebagian
kecil siswa yang mengerjakan tugas atau LKS secara mandiri tanpa saling ber-bagi pendapat dengan teman yang lain dalam kelompoknya.
Dalam pembelajaran yang lama yaitu pembelajaran yang biasa diterapkan oleh
guru kelas X SMA Negeri 4 Bandar Lampung, guru secara langsung menjelaskan konsep dan siswa tidak dilatih untuk memecahkan suatu permasalahan.