• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN KONSEP HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN KONSEP HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN

DAN PENGUASAAN KONSEP HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA

(Skripsi)

Oleh

JULIAN HADI FERRY

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN KONSEP HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA

Oleh

JULIAN HADI FERRY

Berdasarkan hasil observasi di SMA Al-Azhar 3 Bandarlampung diketahui bahwa pada proses pembelajaran siswa kurang dilibatkan langsung dalam menemukan konsep. Hal ini belum sesuai dengan KTSP yang proses pem-belajarannya harus berpusat pada siswa. Oleh karena itu, perlu diterapkan suatu model pembelajaran yang mampu melibatkan siswa dalam menemukan konsep, yaitu pembelajaran yang bersifat konstruktivisme, salah satunya adalah inkuiri terbimbing.

(3)

Julian Hadi Ferry

adalah kuasi eksperimen menggunakan Non Equivalent Control Group Design. Efektivitas pembelajaran ini diukur berdasarkan N-gain,uji t, dan uji t’.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) rata-rata N-gain keterampilan meng-komunikasikan dan penguasaan konsep kelas eksperimen 0,25 dan 0,36 dan kelas kontrol 0,20 dan 0,30, (2) kelas eksperimen dengan pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki keterampilan mengkomunikasikan dan penguasaan konsep yang lebih tinggi daripada kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan dan penguasaan konsep hukum-hukum dasar kimia daripada pembelajaran konvensional.

(4)

Dengan ini Saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan Saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata kelak dikemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan Saya diatas, maka Saya akan bertanggung jawab sepenuhnya.

Bandar Lampung, Februari 2012

(5)

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN

DAN PENGUASAAN KONSEP HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA

Oleh

JULIAN HADI FERRY Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Juruasan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(6)

KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN KONSEP HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA

Nama Mahasiswa : JULIAN HADI FERRY Nomor Pokok Mahasiswa : 0713023029

Program Studi : Pendidikan Kimia Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dra. Ila Rosilawati, M.Si. Drs. Tasviri Efkar, M.S. NIP 196507171990032001 NIP 195810041987031001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

(7)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dra. Ila Rosilawati, M.Si. ...

Sekretaris : Drs. Tasviri Efkar, M.S. …………...

Penguji

Bukan Pembimbing: Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si. ………

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 196003151985031 003

(8)

Penulis dilahirkan di Sukadana, Lampung Timur pada tanggal 17 Juli 1990, sebagai putra pertama dari Bapak Subandi, A.Md. dan Ibu Sridadi, S.Pd.

Pendidikan formal yang telah di tempuh oleh penulis antara lain: SD Negeri 1 Totokaton yang diselesaikan pada tahun 2001, SMP PGRI 1 Gunung Terang, Tulang Bawang Barat diselesaikan pada tahun 2004, dan SMA Negeri 1 Pagar Dewa, Tulang Bawang Barat diselesaikan pada tahun 2007. Di tahun yang sama, penulis melanjutkan jenjang pendidikannya di Universitas Lampung pada

Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan melalui jalur SPMB.

(9)

i

PERSEMBAHAN

Alhamdulillaahirobbil

aalamii

n…

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang senantiasa

memberikan limpahan rahmat dan karunia kepada

hamba-hamba-Nya. Dengan kerendahan hati kupersembahkan

rangkaian kata-kata sederhana ini kepada:

Ayah dan Ibuku tercinta,

yang selalu memberikan kasih sayang, doa, harapan,

dan materi yang tak bisa terhitung nilainya.

Terimakasih sudah membimbingku untuk menjadi

anak yang sholeh

. Aku sayang kalian…

Adikku tersayang Titis Srihermastuti

dan Naura Shafa El-Nabil,

yang selalu membagi suka-duka dan

keceriaan di rumah

Sanak keluargaku yang sudah mendo’

akan dan

memberikan semangat

kepadaku…

Teman-temanku di Pendidikan Kimia

UNILA, khususnya Pendidikan Kimia

Reguler 2007,

Terimakasih untuk sedikit waktu yang

telah kita lalui bersama

You are my best friends.

(10)

MOTTO

“Semua yang ada di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah

yang kamu dustakan?

Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula). Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

Maha Agung nama Tuhanmu YangMempunyai kebesaran dan karunia”

(Q.S. Ar-Rahmaan, 55:29-30, 60-61, 78)

“Jangan tunggu bahagia baru kamubersyukur,

BERSYUKURLAH, maka kamu akan bahagia”

(Nilai Kehidupan, Trans TV)

“Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia, maka berlarilah tanpa lelah sampai engkau meraihnya”

(Nidji)

“Sebelum waktumu terasa terburu, sebelum lelahmu menutup mata, sebelum hidupmu terhalang nafasmu,

Luangkanlah sedetik dalam hidupmu untuk memaknai arti hidup yang telah ALLOH SWT anugerahkan kepadamu”

(Julian Hadi Ferry)

“Bersyukurlah setiap hariatas apa yang sudah ALLOH SWT berikan kepada kita Mau itu baik, buruk, cobaan, hinaan, pujian, semua harus kita syukuri Alloh SWT akan menunjukkan kasih sayangnya dengan cara bermacam-macam

Apa yang kita rasakan biar kita dan ALLOH SWT yang tahu Biarlah orang lain melihat kita tersenyum bahagia

dan tetap kuat menjalani segalanya”

(11)

iii

SANWACANA

Bismillaahirrohmaanirrohiim,

Alhamdulillahirobbil’alamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas kasih sayang dan rahmat-Nya Penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dalam Meningkatkan

Keterampilan Mengkomunikasikan dan Penguasaan Konsep Hukum-hukum Dasar Kimia”sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan Kimia di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA. 3. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia. 4. Bapak Drs. Tasviri Efkar, M.S. selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing

II atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan motivasi, bimbingan, saran dan kritik selama kuliah dan dalam proses penyusunan skripsi ini.

5. Dra. Ila Rosilawati, M.Si. selaku Pembimbing I atas kesediaan dan keikhlas-annya memberikan bimbingan, saran dan kritik selama kuliah dan dalam proses penyusunan skripsi ini.

(12)

7. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Kimia, Bu Rini, Bu Nana, Bu Dwi, Bu Titi, Bu Emma, Pak Sunyono, Pak Wayan, Pak Hidir, dan Bu Lisa serta Bapak-Ibu Dosen dan Staf Jurusan Pendidikan MIPA.

8. Bapak Drs. Ma’arifuddin, Mz. M.Pd.I. selaku Kepala Sekolah, Ibu Ice Rosina Sari, S.Pd. selaku Guru Mitra, dan Bapak dan Ibu Guru serta Staf SMA Al-Azhar 3 Bandarlampung atas bantuan dan kerja samanya selama penelitian berlangsung.

9. Para Sahabatku di Pendidikan Kimia Reguler 2007:partnerasisten Anorganik (Adit, Corry, IGK, Haisat, Cucun),partnerasisten Biokimia (Adit, Dini, Panji, Edi, Selvi, Cucun),partnerasisten Kimia Dasar (Anin dan Uut), Yayan, Anmer Ayu, Melya, Enti, Yani, Anton, Dian, Emma, Erma, Tiwi, Lily, Adi (Ketua Angkatan), Lidia, Pury, Reesi, Rendi, Reny, Reza, Sari, Siti, Siwi, Tere, Yesi, Vida, Widia, Uut, Yulia, Yuyun, teman-teman Pendidikan Kimia Non Reguler 2007, kakak-kakak dan adik-adik tingkat Pendidikan Kimia, teman-teman PPL di SMA Negeri 2 Bandarlampung, dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandarlampung, Februari 2012

(13)

v

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

I. PENDAHULUAN ... . 1

A. Latar Belakang………. 1

B. Rumusan Masalah……… 5

C. Tujuan Penelitian……….. 5

D.Manfaat Penelitian ……… 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ……… 6

II. TINJAUAN PUSTAKA .………... 8

A. Efektivitas Pembelajaran ... 8

B. Pembelajaran Konstruktivisme ... 8

C. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 10

D. Keterampilan Proses Sains ... 13

E. Penguasaan Konsep ... 15

F. Kerangka Pemikiran ... 16

G. Anggapan Dasar ... 18

H. Hipotesis ... 18

III. METODE PENELITIAN ………. 19

A. Populasi dan Sampel……….... 19

(14)

C. Data Penelitian ... 20

D.Pelaksanaan Penelitian ……….. 21

E. Instrumen Penelitian………. 22

F. Teknik Analisis Data ……… 23

1. Uji N-gain ……… 23

2. Uji normalitas ……….. 24

3. Uji kesamaan dua varians (homogenitas) ……… 25

4. Uji hipotesis penelitian ……… 26

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………... 29

A.Hasil Penelitian dan Analisis Data ……….. 29

B.Pembahasan ………. 37

V.SIMPULAN DAN SARAN ……….. 48

A.Simpulan ………. 48

B.Saran ……… 48

DAFTAR PUSTAKA ………. 50

LAMPIRAN A. Silabuskelas eksperimen ………. 51

B. Rencana pelaksanaanpembelajaran kelas eksperimen ……… 56

C. Silabus kelas kontrol ……… 77

D. Rencana pelaksanaan pembelajaran kelaskontrol ……….. 80

E. Lembar kerja siswa ……….. 96

F. Kisi-kisi soalpretestdanposttest……….... 119

G. Soalpretestdanposttes………... 123

H. Pedoman penskoranpretestdanposttest………. 133

I. Data sekunder analisis instrument Eko Apriyanto ………... 143

(15)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing ... 12 2. Desain penelitian ... 20 3. Data rata-rata nilaipretestdanposttestketerampilan

mengkomunikasikan siswa ……… 29 4. Data rata-rata nilaipretestdanposttestpenguasaan konsep siswa ... 29 5. Rata-rata N-gain keterampilanmengkomunikasikan siswa ……….. 30 6. Rata-rata N-gain penguasaan konsep siswa ……….. 31 7. Nilai Chi-kuadrat (χ2) untuk distribusi N-gain keterampilan

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan penge-tahuan yang berupa fakta- fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses. Proses tersebut berupa suatu keterampilan yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa. Keterampilanketerampilan dasar tersebut dalam IPA disebut dengan keterampilan proses sains. Untuk dapat memahami hakikat IPA yakni IPA sebagai proses dan produk, siswa harus memiliki kemampuan

Keterampilan Proses Sains (KPS). Keterampilan proses sains merupakan suatu tindakan instruksional untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa, sehingga konsep yang diperoleh siswa akan lebih bermakna karena kemampuan berpikir siswa akan lebih berkembang.

(18)

karakteristik kimia sebagai proses dan produk serta mengembangan keterampilan-keterampilan proses sains.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada kelas X SMA Al-Azhar 3 Bandarlampung, proses lebih dominan diterapkan metode ceramah diselingi tanya jawab dan latihan soal. Hal ini belum sesuai dengan Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP) yang proses pembelajarannya harus mengacu padastudent centered(berpusat pada siswa). Seperti pada materi pokok ikatan kimia tentang senyawa kovalen nonpolar dan polar, siswa dapat diajak mengamati langsung fenomena alam yang akan dipelajari. Misalnya senyawa molekul air dan minyak. Untuk mengetahui apakah air dan minyak merupakan senyawa nonpolar atau polar, maka bisa dilakukan praktikum. Tetapi, ynag terjadi selama ini siswa hanya memperoleh penjelasan-penjelasan dari guru tanpa dilibatkan langsung dalam menemukan konsep dari materi itu.

(19)

3

Salah satu Standar Kompetensi yang harus dicapai oleh siswa kelas X adalah memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia (stoikiometri) dengan kompetensi dasar yang diukur, yaitu membuktikan dan mengkomunikasikan berlakunya hukum-hukum dasar kimia melalui per-cobaan serta menerapkan konsep mol dalam menyelesaikan perhitungan kimia. Konsep dari materi hukum-hukum dasar kimia adalah suatu pembelajaran yang bersifat konkret, yaitu konsep tersebut ada dalam kehidupan sehari-hari. Pem-belajaran ini sebagian dapat dilakukan dengan metode praktikum dan diskusi sehingga siswa diharapkan dapat membangun konsep hukum-hukum dasar kimia sendiri. Hal ini sangat sesuai dengan prinsip pembelajaran konstruktivisme, yaitu siswa sendiri yang dipacu untuk menemukan konsep dalam dirinya, sehingga ilmu yang diperoleh siswa diharapkan dapat bertahan lama. Oleh karena itu, sudah menjadi tugas guru untuk dapat menciptakan proses pembelajaran yang me-nyenangkan bagi siswa, sehingga siswa tidak hanya mendapatkan penguasaan konsep saja, tetapi juga manfaat dari ilmu kimia tersebut bagi kehidupan mereka sehari-hari.

(20)

Pembelajaran inkuiridapat membentuk dan mengembangkan ”Self-Concept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik, membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru, mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka, situasi proses belajar menjadi lebih terangsang, dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu, memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri(Roestiyah, 1998).

Pada penelitian ini, selain untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi hukum-hukum dasar kimia, juga akan diteliti keterampilan proses sains siswa, yaitu keterampilan mengkomunikasikan dengan indikator yang diamati adalah mengubah data dari bentuk narasi menjadi data dalam bentuk tabel, mem-buat grafik dari data tabel, menjelaskan secara tertulis informasi apa yang ter-dapat dalam tabel dan grafik, dan membuat kesimpulan dari hasil menjelaskan data. Keterampilan mengkomunikasikan dapat dikembangkan dan dilatihkan kepada siswa dengan menggunakan media lembar kerja siswa (LKS).

(21)

5

Dengan latar belakang dan uraian di atas, dilakukan penelitian yang berjudul

“Efektivitas Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dalam Meningkatkan Keterampilan Mengkomunikasikan dan Penguasaan Konsep Hukum-hukum Dasar Kimia”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Apakah pembelajaran inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan pada materi hukum-hukum dasar kimia? 2. Apakah pembelajaran inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan

penguasaan konsep pada materi hukum-hukum dasar kimia?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk men-deskripsikan efektivitas pembelajaran inkuiri terbimbing dalam meningkatkan: 1. Keterampilan mengkomunikasikan siswa pada materi hukum-hukum dasar

kimia.

2. Penguasaan konsep siswa pada materi hukum-hukum dasar kimia.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

(22)

dan penguasaan konsep kimia siswa, khususnya pada materi pokok hukum-hukum dasar kimia.

2. Dapat memberikan pengalaman belajar secara langsung kepada siswa, mem-permudah siswa dalam mengkonstruksi dan memahami konsep pada materi pokok hukum-hukum dasar kimia selama proses pembelajaran berlangsung. 3. Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan

mutu pembelajaran kimia.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada:

1. Efektivitas pembelajaran merupakan sesuatu ukuran yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan dan berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaaan yang signifikan antara pemahaman awal sebelum pembelajaran dan pemahaman setelah pembelajaran (gain yang signifikan).

2. Model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah pembelajaran dengan cara membimbing siswa dalam menemukan konsep kimia dengan langkah-langkah mengajukan permasalahan, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan.

(23)

7

4. Keterampilan proses sains yang diukur adalah keterampilan mengkomunikasi-kan dengan indikator mengubah data dari bentuk narasi menjadi data dalam bentuk tabel, membuat grafik dari data tabel, menjelaskan secara tertulis informasi apa yang terdapat dalam tabel dan grafik, dan membuat kesimpulan dari hasil menjelaskan data.

5. Penguasaan konsep hukum-hukum dasar kimia berupa nilai siswa pada materi pokok hukum-hukum dasar kimia yang diperoleh melaluipretestdanposttest. 6. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan keterampilan

(24)

A. Efektivitas Pembelajaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini efektivitas dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan instruksional khusus yang telah dicanangkan. Metode pembelajaran dikatakan efektif jika tujuan instruksi-onal khusus yang dicanangkan lebih banyak tercapai (Satria, 2005).

Efektivitas metode pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Menurut Wicaksono (2008), kriteria keefektifan dalam suatu penelitian adalah:

Model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaaan yang signifikan antara pemahaman awal sebelum pembelajaran dan pemahaman setelah pembelajaran (gain yang signifikan).

B. Pembelajaran Konstruktivisme

(25)

9

Sekarwinahyu (2001) "konstruktivisme juga menyatakan bahwa semua penge-tahuan yang kita peroleh adalah hasil konstruksi sendiri, maka sangat kecil ke-mungkinan adanya transfer pengetahuan dari seseorang kepada yang lain”.

Menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001), agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan, maka diperlukan:

1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali

pengalaman. Kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut. 2. Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan

mengenai persamaan dan perbedaan suatu hal. Kemampuan membanding-kan sangat penting agar siswa mampu menarik sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaan-nya untuk selanjutperbedaan-nya membuat klasifikasi dan mengkonstruksi

pengetahuannya.

3. Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang lain(selective conscience). Melalui “suka dan tidak suka” inilah muncul penilaian siswa terhadap pengalaman, dan menjadi landasan bagi pemben-tukan pengetahuannya.

Menurut Trianto (2007):

Setiap orang membangun pengetahuannya sendiri, sehingga transfer penge-tahuan akan sangat mustahil terjadi. Pengepenge-tahuan bukanlah suatu barang yang dapat ditransfer dari orang yang mempunyai pengetahuan kepada orang yang belum mempunyai pengetahuan. Bahkan, bila seorang guru bermaksud mentransfer konsep, ide, dan pengertiannya kepada siswa, pemindahan itu harus diinterpretasikan dan dikonstruksikan oleh siswa itu lewat pengalamannya.

Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno (1997), antara lain: 1. Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif

2. Tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa 3. Mengajar adalah membantu siswa belajar

4. Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir 5. Kurikulum menekankan partisipasi siswa

(26)

Secara keseluruhan pengertian atau maksud pembelajaran secara konstruktivisme adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa. Guru hanya berperan sebagai penghubung yang membantu siswa mengolah pengetahuan baru, menyelesaikan suatu masalah dan guru berperan sebagai pembimbing pada proses pembelajaran yang menyediakan peluang kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan baru.

C. Model Pembelajaran Inkuiri terbimbing

Penemuan dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban ter-hadap pertanyaan ilmiah yang diajukannya. Dengan kata lain, penemuan adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah (Ibrahim, 2000).

Gulo dalam Trianto (2010) menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran penemuan adalah sebagai berikut:

1. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan

Kegiatan metode pembelajaran inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis.

2. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi per-masalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru membimbing siswa menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan.

3. Mengumpulkan data

Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Guru membimbing siswa untuk menentukan langkah-langkah pengumpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel atau grafik.

4. Analisis data

(27)

11

5. Membuat kesimpulan

Langkah penutup dari pembelajaran inquiri adalah membuat kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh siswa.

Menurut Roestiyah (1998),inquirymemiliki keunggulan yang dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Dapat membentuk dan mengembangkan ”Self-Concept”pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik.

2. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.

3. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka.

4. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.

5. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. 6. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.

7. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.

Kelemahan dari model pembelajaraninquiryantara lain:

1. Guru harus tepat memilih masalah yang akan dikemukan untuk membantu siswa menemukan konsep.

2. Guru dituntut menyesuaikan diri terhadap gaya belajar siswa-siswanya. 3. Guru sebagai fasilitator diharapkan kreatif dalam mengembangkan

pertanyaan-pertanyaan.

Kelemahaninquirydapat diatasi dengan cara:

1. Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membimbing agar siswa terdorong mengajukan dugaan awal

2. Menggunakan bahan atau permainan yang bervariasi

3. Memberikan kesempatan kepada siswa mengajukan gagasan-gagasan meskipun gagasan tersebut belum tepat.

Langkah awal pembelajaran inkuiri terbimbing ialah merumuskan masalah, siswa diberikan masalah atau pertanyaan dari guru kemudian siswa bekerja untuk

(28)

hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Kemampuan yang dituntut dalam mengembangkan hipotesis. Setelah siswa mengembangkan hipotesis, langkah selanjutnya siswa mengumpulkan data-data dengan melakukan percobaan dan telaah literatur. Siswa kemudian menganalisis data dari hasil pengumpulan data. Terakhir siswa dapat menarik kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan. Pada penelitian ini tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang digunakan mengadaptasi dari tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang dikemukakan oleh Gulo dalam Trianto (2010). Tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing tersebut dapat dijelaskan pada Tabel 1 sebagai berikut.

Tabel 1. Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing

No Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1. Mengajukan

pertanyaan atau perma-salahan

Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah. Guru membagikan LKS kepada siswa

Siswa mengidentifikasi masalah yang terdapat dalam LKS

2. Membuat hipotesis

Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah

pendapat dalam membuat hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprio-ritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan

Siswa memberikan

pendapat dan menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan

3. Mengumpul-kan data

Guru membimbing siswa mendapatkan informasi atau data-data melalui percobaan maupun telaah literatur

Siswa melakukan percoba-an maupun telaah literatur untuk mendapatkan data-data atau informasi 4. Menganalisis

data

Guru memberi kesempatan pada tiap siswa untuk menyampaikan hasil peng-olahan data yang terkumpul

Siswa mengumpulkan dan menganalisi data serta menyampaikan hasil peng-olahan data yang terkumpul 5. Membuat

kesimpulan

Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan

(29)

13

D. Keterampilan Proses Sains

Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa (Depdikbud, 1986 dalam Dimyati 2006). Keterampilan–keterampilan dasar tersebut dalam IPA disebut keterampilan proses sains.

Menurut Hariwibowo (2009):

Keterampilan proses adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan-kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan-kemampuan mendasar yang telah dikembangkan dan telah terlatih lama-kelamaan akan menjadi suatu keterampilan.

Pendekatan keterampilan proses sains bukan tindakan instruksional yang berada di luar kemampuan siswa. Pendekatan keterampilan proses sains dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa.

Menurut Wetzel (Mahmudin, 2010), keterampilan proses sains merupakan dasar dari pemecahan masalah dalam sains dan metode ilmiah. Keterampilan proses sains dikelompokkan menjadi keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu.

Menurut Rezba dan Wetzel (Mahmudin, 2010), keterampilan proses dasar terdiri atas enam komponen tanpa urutan tertentu, yaitu:

1. Observasi atau mengamati, menggunakan lima indera untuk mencari tahu informasi tentang obyek seperti seperti karakteristik obyek, sifat,

persamaan, dan fitur identifikasi lain.

2. Klasifikasi, proses pengelompokkan dan penataan objek.

(30)

4. Komunikasi, menggunakan multimedia, tulisan, grafik, gambar, atau cara lain untuk berbagi temuan.

5. Menyimpulkan, membentuk ide-ide untuk menjelaskan pengamatan. 6. Prediksi, mengembangkan sebuah asumsi tentang hasil yang diharapkan. Menurut Rezba (Mahmudin, 2010), keenam keterampilan proses dasar di atas terintegrasi secara bersama-sama ketika ilmuan merancang dan melakukan penelitian, maupun dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan proses dasar merupakan fondasi bagi terbentuknya landasan berfikir logis. Oleh karena itu, sangat penting dimiliki dan dilatihkan bagi siswa sebelum melanjutkan

keterampilan proses yang lebih rumit dan kompleks.

Menurut Wetzel (Mahmudin, 2010), keterampilan proses terpadu meliputi : 1. Merumuskan hipotesis, membuat prediksi (tebakan) berdasarkan bukti dari

penelitian sebelumnya atau penyelidikan.

2. Mengidentifikasi variabel, penamaan dan pengendalian terhadap variabel independen, dependen, dan variabel kontrol dalam penyelidikan.

3. Membuat definisi operasional, mengembangkan istilah spesifik untuk menggambarkan apa yang terjadi dalam penyelidikan berdasarkan karakteristik diamati.

4. Percobaan, melakukan penyelidikan dan mengumpulkan data. 5. Interprestasi data, menganalisis hasil penyelidikan.

Keterampilan mengkomunikasikan merupakan keterampilan untuk menyampaikan hasil penemuannya kepada orang lain baik secara lisan maupun tulisan dapat be-rupa penyusunan laporan, pembuatan paper, penyusunan karangan, pembuatan gambar, tabel, diagram, grafik (Semiawan, 1992).

(31)

15

Semiawan (1992) antara lain:

1. Menyimpulkan hasil penelitian.

2. Merekomendasikan tindak lanjut dari hasil penelitian.

3. Menginformasikan alasan logis perlunya penelitian/penyelidikan ilmiah. 4. Mendeskripsikan masalah penelitian/penyelidikan secara jelas dalam

laporan dan mengkomunikasikannya. 5. Menspesifikasi variabel yang diteliti.

6. Mengkomunikasikan prosedur perolehan data.

7. Mengkomunikasikan cara mengolah dan menganalisis data yang sesuai untuk menjawab masalah penelitian.

8. Menyajikan hasil pengolahan data dalam bentuk tabel, grafik, diagram alur, dan peta konsep.

9. Menggunakan media yang sesuai dalam menyajikan hasil pengolahan data.

10. Menjelaskan data baik secara lisan maupun tulisan.

11. Mengkomunikasikan kesimpulan dan temuan penelitian berdasarkan data.

12. Menyajikan model hubungan dengan simbol dan standar internasional dengan benar.

Jenis keterampilan yang akan diukur adalah kemampuan mengubah data dari bentuk narasi menjadi data dalam bentuk tabel, membuat grafik dari data tabel, menjelaskan secara tertulis informasi apa yang terdapat dalam tabel dan grafik, dan membuat kesimpulan dari hasil menjelaskan data.

E. Penguasaan Konsep

(32)

Menurut Sagala (2003), definisi konsep adalah:

Buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga menghasilkan produk pengetahuan yang meliputi prinsip, hukum, dan teori.

Penguasaan konsep akan mempengaruhi ketercapaian hasil belajar siswa. Suatu proses dikatakan berhasil apabila hasil belajar yang didapatkan meningkat atau mengalami perubahan setelah siswa melakukan aktivitas belajar. Pendapat ini didukung oleh Djamarah dan Zain (2006) yang mengatakan bahwa belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah ber-akhirnya melakukan aktivitas belajar. Proses belajar seseorang sangat

di-pengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah pembelajaran yang digunakan guru dalam kelas. Dalam belajar juga dituntut adanya suatu aktivitas yang harus dilakukan siswa sebagai usaha untuk meningkatkan penguasaan materi. Sebagian besar materi pelajaran yang dipelajari di sekolah terdiri dari konsep-konsep. Makin banyak konsep yang dimiliki seseorang, makin banyak alternatif yang dapat dipilih dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.

F. Kerangka Pemikiran

(33)

17

tingkat prestasi belajar siswa terhadap konsep yang diberikan dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran tersebut juga harus disesuaikan dengan karakteristik dari siswa dan materi pelajaran yang akan diajarkan.

Berdasarkan tinjauan pustaka yang dikemukakan sebelumnya tentang model pem-belajaran inkuiri terbimbing, siswa dihadapkan pada masalah yang erat kaitannya dalam kehidupan sehari-hari untuk dipecahkan dengan bimbingan dari guru, kemudian siswa berdiskusi untuk memecahkan masalah dari suatu hipotesis yang mereka buat sendiri sehingga siswa dapat terlibat secara aktif dalam proses ber-pikir, biasanya siswa akan mudah menerima konsep dalam pembelajaran jika mereka bekerja bersama (berdiskusi) karena mereka akan lebih mudah ber-komunikasi, lebih percaya diri mengutarakan pendapatnya. Kemudian, proses penemuan konsep dilakukan oleh siswa dengan melakukan pengumpulan dari data hasil percobaan dan analisis data secara terbimbing. Keterlibatan siswa secara langsung dalam proses penemuan konsep akan mempermudah siswa memahami materi pelajaran dan lebih aktif, sehingga pada tahap akhir siswa dapat me-nyimpulkan materi pembelajaran.

(34)

G. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Siswa kelas X semester ganjil SMA Al-Azhar 3 Bandarlampung tahun pelajaran 2011/2012 yang menjadi populasi penelitian mempunyai ke-mampuan dasar yang sama dalam penguasaan konsep kimia.

2. Perbedaan keterampilan mengkomunikasikan dan penguasaan konsep siswa terjadi karena perbedaan perlakuan dalam proses pembelajaran.

H. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

(35)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Al-Azhar 3 Bandarlampung tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 318 siswa dan ter-sebar dalam delapan kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknikpurposive sampling. Purposive samplingyaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu. Dalam penelitian ini diambil sebagian dari populasi yang akan dijadikan sampel, yaitu dua kelas dari delapan kelas yang ada. Satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas yang lain sebagai kelas kontrol dengan latar belakang mempunyai kemampuan akademik yang sama, yaitu dilihat dari nilai rata-rata mid semester tentang struktur atom dan sistem periodik yang hampir sama. Dua kelas tersebut anatara lain kelas X5dan kelas X6, kemudian ditentukan kelas X5sebagai kelas eksperimen dan kelas X6 sebagai kelas kontrol.

B. Jenis dan Variabel Penelitian

(36)
[image:36.595.136.441.168.220.2]

dan kelas kontrol. Desain penelitian tersebut dapat dijelaskan pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Desain penelitian

Kelas Pretest Perlakuan Posttest

Kelas eksperimen O1 X1 O2

Kelas kontrol O1 X2 O2

Keterangan:

X1: Pembelajaran kimia menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing X2: Pembelajaran kimia menggunakan pembelajaran non inkuiri terbimbing

(konvensional)

O1: Pretestyang diberikan sebelum perlakuan O2: Posttestyang diberikan setelah perlakuan

Dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas, yaitu pembelajaran inkuiri terbimbing dan pembelajaran konvensional dan satu variabel terikat, yaitu ke-terampilan mengkomunikasikan dan penguasaan konsep siswa kelas X SMA Al-Azhar 3 Bandarlampung tahun pelajaran 2011/2012 pada materi pokok hukum-hukum dasar kimia.

C. Data Penelitian 1. Jenis data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat kuantitatif.

2. Sumber data

Sumber data dibagi menjadi dua yaitu:

(37)

21

dan kelas kontrol

b. Data sekunder yang meliputi data lembar kinerja guru dan lembar aktivitas siswa

3. Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode tes untuk memperoleh data nilai keterampilan mengkomunikasikan dan penguasaan konsep siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Metode tes yang digunakan adalah pretestdanposttest.

D. Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Melakukan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, yaitu di SMA Al-Azhar 3 Bandarlampung.

2. Menentukan populasi dan sampel, yaitu kelas X SMA Al-Azhar 3 Bandar-lampung.

3. Mempersiapkan perangkat pembelajaran dan instrumen yang akan digunakan selama proses pembelajaran di kelas.

4. Validasi instrumen yang dilakukan oleh seorang ahli untuk melakukannya. Dalam penelitian ini dilakukan oleh dosen pembimbing untuk mengujinya. 5. Melaksanakanpretestdi kedua kelas.

6. Pelaksanaan proses pembelajaran di masing-masing kelas, yaitu kelas

eksperimen menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dan kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional.

(38)

8. Menganalisis data berdasarkan data hasil penelitian.

9. Membahas hasil analisis data penelitian dan menarikan kesimpulan.

Adapun langkah-langkah penelitian tersebut ditunjukkan pada alur penelitian, seperti ditunjukkan pada alur berikut:

[image:38.595.117.512.201.561.2]

a.

Gambar 1. Alur penelitian

E. Instrumen Penelitian

Bentuk instrumen pada penelitian ini adalah:

1. Kelas eksperimen menggunakan 4 LKS Kimia materi hukum-hukum dasar kimia dengan pendekatan keterampilan proses sains. Keempat LKS tersebut yaitu LKS 1 berisi sub materi Hukum Lavoisier, LKS 2 berisi sub materi

Observasi pendahuluan

Mempersiapkan perangkat pembelajaran dan instrumen

Menentukan populasi dan sampel

Kelas kontrol pembelajaran konvensional

Pretest Kelas eksperimen pembelajaran inkuiri terbimbing Posttest

Analisis data

(39)

23

Hukum Proust, LKS 3 berisi sub materi Hukum Dalton, dan LKS 4 berisi sub materi Hukum Gay Lussac dan Hipotesis Avogadro. Sedangkan kelas kontrol menggunakan LKS tanpa pendekatan keterampilan proses. Kedua kelas memiliki rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan silabus yang berbeda. 2. Soalpretestdanposttestuntuk menjaring pemahaman konsep dan

keterampilan mengkomunikasikan siswa sebelum dan sesudah evaluasi pembelajaran. Soal pretes dan postes yang digunakan dalam penelitian ini sudah dilakukan uji validitas oleh Apriyanto (2010) di SMA Tri Sukses Natar 2010/2011.

3. Lembar aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang meliputi aktivitas siswa bertanya kepada guru, menjawab pertanyaan guru, dan memberikan pendapat.

4. Lembar kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung yang meliputi kinerja guru menjawab pertanyaan siswa, memberikan pertanyaan kepada siswa, dan mempersilahkan siswa memberikan pendapat.

F. Teknik Analisis Data

1. Uji N-gain

(40)

Kriteria interpertasi gain yang dikemukakan oleh Hake, yaitu: g≥0,7 (tinggi)

0,3≤g < 0,7 (sedang) g < 0,3 (rendah)

2. Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data dari kedua kelompok terdistribusi normal atau tidak dan untuk menentukan uji selanjutnya apakah memakai statistik parametrik atau non parametrik. Pasangan hipotesis yang akan diuji adalah :

H0: data berdistribusi normal H1: data tidak berdistribusi normal

Kenormalan data dihitung dengan menggunakan uji chi kuadrat (χ2) dengan

rumus:

   K

i i

i i

E E O

1

2

2 ( )

χ

Keterangan:

χ2= uji Chi- kuadrat Oi= frekuensi observasi Ei= frekuensi harapan

(41)

25 2 2 2 1

s

s

F

3. Uji kesamaan dua varians (homogenitas)

Karena pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumusan statistik uji kesamaan dua rata-rata, maka untuk uji statistik ini diperlukan pengujian

homogenitas kedua varians kelas sampel.

Untuk uji homogenitas dua varians ini rumusan hipotesisnya adalah : H0: Data N-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang

homogen σ12= σ22

H1: Data N-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang tidak homogen.

σ12≠ σ22

Uji kesamaan varians bertujuan untuk mengetahui apakah kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai tingkat varians yang sama (homogen) atau tidak. Uji homogenitas dapat dihitung dengan rumus:

dengan ) 1 ( . . 2 2 2           

n n x f x f n S i i i i Keterangan:

S12= varians terbesar S22= varians terkecil n = jumlah siswa (∑ fi) xi = tanda kelas

fi = frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas

(42)

4. Uji hipotesis penelitian

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis memberikan , hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).

a. Hipotesis pertama (keterampilan mengkomunikasikan)

H0: Rata-rata N-gain keterampilan mengkomunikasikan siswa di kelas yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing sama dengan siswa di kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional

H0: µ1x= µ2x

H1: Rata-rata N-gain keterampilan mengkomunikasikan siswa di kelas yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi daripada siswa di kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional

H1: µ1x> µ2x

b. Hipotesis kedua (penguasaan konsep)

H0: Rata-rata N-gain penguasaan konsep siswa di kelas yang diterapkan pem-belajaran inkuiri terbimbing sama dengan siswa di kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional

H0: µ1y= µ2y

H1: Rata-rata N-gain penguasaan konsep siswa di kelas yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi daripada siswa dikelas yang diterapkan pembelajaran konvensional

H1: µ1y> µ2y

(43)

27 2 ) 1 ( ) 1 ( 2 1 2 2 2 2 1 1 2       n n s n s n s 2 1 2 1 1 1 n n s x x t    2 2 2 1 2 1 2 1 n s n s x x ti   

1) Jika varians kedua kelas sama, maka rumus yang digunakan adalah:

dimana

Keterangan: 

1

x rata-rata N-Gain kelas eksperimen

2

x rata-rata N-Gain kelas kontrol

2 1

s varians kelas eksperimen

2 2

s varians kelas kontrol

n1 = jumlah siswa kelas eksperimen n2 = jumlah siswa kelas kontrol

Kriteria yang digunakan adalah terima hipotesis H0jikathitung < ttabel. Derajat

kebebasan untuk daftar distribusi t ialah (n1+ n2-2) dengan peluang (1-α) (Sudjana, 2002).

2) Jika varians kedua kelas tidak sama, maka rumus yang digunakan adalah:

Keterangan: 

1

x rata-rata N-Gain kelas eksperimen

2

(44)

2 1 2 2 1 1 1

w

w

t

w

t

w

t

1 2 1 1 n s w  2 2 2 2

n

s

w

 2 1

s varians kelas eksperimen

2 2

s varians kelas kontrol

n1 = jumlah siswa kelas eksperimen n2 = jumlah siswa kelas kontrol

Kriteria yang digunakan adalah tolak hipotesis H0jika:

dengan , , dan t1= t(1-α), (n1-1)dan t2= t(1-α), (n2-1).

(45)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Rata-rata N-gain keterampilan mengkomunikasikan siswa dengan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi daripada dengan pembelajaran konvensional pada materi pokok hukum-hukum dasar kimia SMA Al-Azhar 3 Bandarlampung. 2. Rata-rata N-gain penguasaan konsep siswa dengan pembelajaran inkuiri

ter-bimbing lebih tinggi daripada dengan pembelajaran konvensional pada materi pokok hukum-hukum dasar kimia SMA Al-Azhar 3 Bandarlampung.

3. Pembelajaran inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan dan penguasaan konsep pada materi hukum-hukum dasar kimia siswa SMA Al-Azhar 3 Bandarlampung.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

(46)

kinerja guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Hal ini untuk melihat keefektifan suatu model pembelajaran dengan melihat bagaimana proses pem-belajaran tersebut berlangsung.

2. Bagi calon peneliti lain agar lebih memperhatikan karakteristik setiap siswa agar proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.

3. Pada akhir pertemuan dalam proses pembelajaran, disarankan untuk memberikan latihan soal yang terdapat di dalam soalpretestagar lebih mudah untuk

mengetahui apakah siswa sudah memahami materi pelajaran apa belum.

4. Hendaknya soalpretestdanposttestyang akan diberikan divalidasi ulang untuk mengantisipasi rendahnya nilaipretestdanposttest, juga soalpretestdanposttest tersebut harus dibuat seringkas mungkin agar siswa lebih mudah dalam

memahami soal.

5. Pada saat memulai proses pembelajaran dalam suatu penelitian diusahakan tidak terlalu berdekatan dengan jadwal dimulainya pembelajaran materi yang akan diteliti. Hal ini untuk mengantisipasi kurangnya waktu pembelajaran saat penelitian nanti berlangsung. Dan juga hendaknya diadakan pertemuan diluar jam pelajaran untuk mengantisipasi waktu penelitian yang sangat terbatas. 6. Pembelajaran inkuiri terbimbing dapat dipakai sebagai alternatif model

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Apriyanto, E. 2010. Perbandingan Penguasaan Konsep Hukum-hukum Dasar Kimia Antara Pembelajaran Menggunakan Metode Eksperimen Berbasis

Keterampilan Generik Sains Dengan Metode Tanya Jawab Konvensional. (Skripsi). FKIP UNILA. Bandarlampung.

Ayuwulanda, A. 2011. Perbandingan Penguasaan Konsep Kelarutan dan

Hasil Kali Kelarutan antara Pembelajaran Inkuiri Terbimbing denganLearning Cycle 6 Phase. (Skripsi). FKIP UNILA. Bandarlampung.

Djamarah, S.B. dan A. Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Hariwibowo. 2009. Makalah Pembelajaran-Proses:Pendekatan Keterampilan Proses. www.yahoo.com. CERPEN LUBIS GRAFURA. Lubis Grafura (Ed). 26 Mei 2009. 30 Desember 2010 http://lubisgrafura.wordpress.com/2009/05/26/ makalah-pembelajaran-proses-pendekatan-keterampilan-proses/.

Ibrahim, M. 2000. Pembelajaran Inkuiri. Herfis (Ed). Juli 2009. 25 April 2011 http://herfis.blogspot.com/2009/07/ pembelajaran-inkuiri.html.

Katamso, E. 2010. Penerapan Pembelajaran Penemuan Terbimbing Untuk

Meningkatkan Aktivitas dan Keterampilan Memecahkan Masalah Pada Materi Pokok Hukum-hukum Dasar Kimia.(Skripsi). FKIP UNILA. Bandarlampung. Mahmudin. 2010. Komponen Penilaian KPS. Mahmudin (Ed). Oktober 2010. 9 Juli

2011 http://mahmudin.wordpress.com/-2010/10/komponen-penilaian-k-p-s/ tembolok.html.

Pannen, P., D. Mustafa, dan M. Sekarwinahyu. 2001. Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Dikti. Jakarta.

(48)

Purba, M. 2006. Kimia Kelas X. Erlangga. Jakarta.

Purwanto, E.A. dan D.R. Sulistyastuti. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif untuk Administrasi Publik dan Masalah-masalah Sosial. Gava Media. Yogyakarta.

Roestiyah. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Sagala, S. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung. Satria, A. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. .Halim Jaya. Jakarta. Semiawan, C. 1992. Pendidikan Ketrampilan Proses. Gramedia. Jakarta. Sriyono. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Rineka Cipta. Jakarta. Sudjana. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung.

Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran inovatif Berorientasi konstruktivisme.

Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Prenada Media Group. Jakarta.

Gambar

Tabel 1. Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing
Tabel 2. Desain penelitian
Gambar 1. Alur penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Dengan berpikir apabila pembelajaran seperti ini diterapkan pada pembelajaran kimia di kelas diharapkan siswa dapat meningkatkan keterampilan mengkomuni-kasikan dan juga

Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui keterampilan proses sains baik mengkomunikasikan ataupun inferensi dan penguasaan konsep materi kesetim- bangan kimia yang

Kerakteristik model pembelajaran Learning Cycle 3 E dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan dan inferensi siswa pada materi Hukum- hukum dasar kimia terdiri dari tiga fase

Dengan demikian apabila model pembelajaran inkuiri terbimbing diterapkan pada materi koloid akan meningkatkan keterampilan menginferensikan dan penguasaan konsep yang lebih

MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI LABORATORIUM TERBIMBING, PENGUASAAN KONSEP, KETERAMPILAN GENERIK SAINS, MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN.... Model Pembelajaran

Berdasarkan penelitian dapat disim- pulkan bahwa Rata-rata N-gain keterampilan mengkomunikasikan dan penguasaan konsep pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan

Beberapa penelitian terkait penerapan pembelajaran inkuiri dalam meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa di antaranya, Ulpiyana (2014),

Hasil penelitian ini menunjukkkan bahwa rata-rata N- Gain score keterampilan proses sains dan penguasaan konsep berada pada kategori tinggi; penguasaan konsep peserta didik setelah