• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN

INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA

(Skripsi)

Oleh

DEVI SUSILAWATI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN

INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA

Oleh

DEVI SUSILAWATI

Berdasarkan hasil observasi di SMA Al Azhar 3 Bandarlampung diketahui bahwa proses pembelajaran lebih dominan menerapkan metode ceramah diselingi tanya jawab dan latihan soal serta siswa kurang dilibatkan langsung dalam menemukan konsep. Hal ini belum sesuai dengan KTSP yang proses pembelajarannya harus berpusat pada siswa. Oleh karena itu, perlu diterapkan suatu model pembelajaran yang mampu melibatkan siswa dalam menemukan konsep, yaitu pembelajaran yang bersifat konstruktivisme. Salah satunya adalah inkuiri terbimbing.

(3)

Devi Susilawati

eksperimen dan kelas X6 sebagai kelas kontrol. Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen menggunakan Non Equivalent Control Group Design. Efektivitas pembelajaran ini diukur berdasarkan n-Gain dan pengujian hipotesis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata n-Gain keterampilan inferensi dan penguasaan konsep kelas eksperimen 0,18 dan 0,36 dan kelas kontrol 0,14 dan 0,30. Tetapi berdasarkan pengujian hipotesis, kelas dengan pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki keterampilan inferensi lebih rendah daripada kelas dengan pembelajaran konvensional. Sedangkan kelas dengan pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki penguasaan konsep lebih tinggi daripada penguasaan konsep pada kelas dengan pembelajaran konvensional. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing tidak efektif dalam meningkatkan keterampilan inferensi tetapi efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep hukum-hukum dasar kimia dibandingkan pembelajaran konvensional.

(4)

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN

INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA

Oleh

DEVI SUSILAWATI Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Juruasan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN

PENGUASAAN KONSEP HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA

Nama Mahasiswa : DEVI SUSILAWATI Nomor Pokok Mahasiswa : 0613023019

Program Studi : Pendidikan Kimia Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. KomisiPembimbing

Dra. Ila Rosilawati, M.Si. Drs. Tasviri Efkar, M.S. NIP 196507171990032001 NIP 195810041987031001

2. Ketua JurusanPendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.

(6)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dra. Ila Rosilawati, M.Si. ...

Sekretaris : Drs. Tasviri Efkar, M.S. …………...

Penguji

Bukan Pembimbing: Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si. ………

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 196003151985031 003

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ogan Lima, Lampung Utara pada tanggal 18 April 1987, sebagai putri kelima dari Bapak Saparudin dan Ibu Suhati.

Pendidikan formal yang telah di tempuh oleh penulis antara lain: SD Negeri 1 Abung Barat Lampung Utara yang diselesaikan pada tahun 1999, SMP Negeri 1 Abung Barat, Lampung Utara diselesaikan pada tahun 2002, dan SMA Negeri 3 Kotabumi, Lampung Utara diselesaikan pada tahun 2005. Di tahun 2006, penulis melanjutkan jenjang pendidikannya di Universitas Lampung pada Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan melalui jalur SPMB.

(8)

i

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil’alamin…

Puji syukur kehadirat ALLOH SWT atas limpahan rahmat dan hidayahnya. Nabi MUHAMMAD SAW, suri tauladan terbaik sepanjang zaman.

Dengan kerendahan hati, ananda persembahkan rangkaian kata-kata sederhana ini kepada:

Teristimewa untuk Bapak dan Mamak tercinta...

Terimakasih tak terhingga karena Bapak dan Mamak selalu mendo’akan, memberikan kasih sayang, semangat, dukungan serta kepercayaan. Semoga ALLOH SWT membalas semua kerja keras dan pengorbanan

Bapak dan Mamak dengan surga.. Kakak-kakak tersayang

(Muhammad Suhardi, Sapriyanti Hayani (Almh), Marlinawati, S.Pd, Herlianti, dan Adik tersayang, Tiara Putri)

Terima kasih atas dukungan, keceriaan, ketulusan dan semangat yang telah diberikan.

Keponakan-keponakan tersayang,

(Hany Fatima Azzahra, Indira Dwi Azzahra, Muhammad Jordan Azzikri, dan Kevin Azza Fikri)

Terimakasih untuk keceriaan yang tulus.

Sanak keluarga, para Guru, Dosen, Murobbi serta Sahabat-sahabat yang telah membimbing, mendo’akan dan memberikan semangat.

(9)

ii

MOTTO

...Sembahlah Allah dan jangan mempersekutukan-Nya

dengan sesuatu pun, dan berbuat baiklah

kepada ibu bapak...

(Q. S. An-Nisa : 36)

“Keridhaan Allah tergantung pada keridhaan kedua orangtua,

dan murka Allah pun terletak pada murka kedua or

angtua”

(H.r. al-Hakim)

Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu

belajarlah untuk tenang dan sabar

(Khalifah Umar)

Berbuat baik, melakukan yang terbaik, jangan mudah

menyerah, senyum dan stok semangat gak boleh habis

(10)

iii

SANWACANA

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas kasih sayang dan rahmat-Nya Penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dalam Meningkatkan Keterampilan Inferensi dan Penguasaan Konsep Hukum-hukum Dasar Kimia” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Kimia di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. sebagai Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. sebagai Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si. sebagai Pembimbing Akademik dan Ketua Program Studi Pendidikan Kimia.

4. Dra. Ila Rosilawati, M.Si. sebagai Pembimbing I atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan motivasi, nasihat, bimbingan, saran dan kritik selama kuliah dan dalam proses penyusunan skripsi ini.

(11)

iv

6. Ibu Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si. sebagai Pembahas atas segala bimbingan, nasihat, saran dan kritik yang diberikan selama kuliah dan dalam memperbaiki penulisan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Kimia yang saya banggakan, serta Staf Jurusan Pendidikan MIPA.

8. Bapak Drs. Ma’arifuddin, Mz. M.Pd.I. sebagai Kepala Sekolah, Ibu Ice Rosina Sari, S.Pd. sebagai Guru Mitra, serta segenap Guru dan Staf SMA Al Azhar 3 Bandar Lampung atas bantuan dan kerjasamanya selama penelitian. 9. Orang tuaku, Bapak Saparudin dan Ibu Suhati, serta Kakak-kakak,adik, dan

keponakan-keponakan tersayang.

10.Sahabat-sahabatku, Wita, Ani, Fitri, neng Ai, Herlina, teh Nufus, Anita S, Septiyani, N.Pahini, Dia, Sari, Binti, Dewi S, Atika (mbul), Nufit, Nefri, Laila (raja), Yunita W, Yuni W, teman-teman Putri Ayu dan Pondok Hamasah, Abi, Fima, Leni, Windi, Eva, Alifah, Lidya, Nining, Yuli, Aulia, Ade,Pendidikan

Kimia’06, kakak-kakak dan adik-adik Pendidikan Kimia, Julian Hadi Ferry,

dan PPL SMAN 9 Bandar Lampung 2010/2011 (Kamsuri, Rion, Juli, Daniel, Corry, Weni, Susi, Sulis, Wita, Wuri, Vera). Terimakasih atas bantuan, dukungan, do’a, dan semangat yang diberikan.

11.Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca, Amin.

Bandar Lampung, Mei 2012

(12)

v

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

I. PENDAHULUAN ... . 1

A.Latar Belakang ………. 1

B.Rumusan Masalah ……… 5

C.Tujuan Penelitian ……….. 5

D.Manfaat Penelitian ……… 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ……… 6

II. TINJAUAN PUSTAKA .………... 8

A.Efektivitas Pembelajaran ... 8

B. Pembelajaran Konstruktivisme ... 9

C.Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 10

D.Keterampilan Proses Sains ... 13

E. Penguasaan Konsep ... 15

F. Kerangka Pemikiran ... 17

G.Anggapan Dasar ... 19

H.Hipotesis ... 19

III. METODE PENELITIAN ………. 20

A.Populasi dan Sampel ……….... 20

(13)
(14)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing ... 12

2. Desain penelitian ... 21

3. Data rata-rata nilai pretest dan posttest keterampilan Inferensi siswa ………... 30

4. Data rata-rata nilai pretest dan posttest penguasaan konsep siswa ... 30

5. Rata-rata n-Gain keterampilan inferensi ...……... 31

6. Rata-rata n-Gain penguasaan konsep ...……….. 31

7. Nilai varians n-Gain keterampilan inferensi... ………….. 33

8. Nilai uji hipotesis (uji-t') keterampilan inferensi... ……. 33

9. Nilai varians n-Gain penguasaan konsep ………... 34

(15)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen. Ilmu kimia merupakan produk pengetahuan yang berupa fakta, teori, prinsip, hukum, temuan saintis; dan proses atau kerja ilmiah. Proses yang

dimaksud dapat berupa keterampilan mendasar yang sudah ada dalam diri siswa. Keterampilan-keterampilan dasar tersebut dalam IPA disebut keterampilan proses sains. Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa (Depdikbud, 1986 dalam Dimyati 2006).

(17)

2

Melalui proses belajar pula, diharapkan dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan proses sains siswa.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia di SMA Al Azhar 3 Bandarlampung, diketahui bahwa guru lebih dominan menggunakan metode yang diselingi dengan tanya jawab dan latihan soal dalam menyampaikan materi pelajaran. Penggunaan metode ini cenderung membuat siswa mendapatkan konsep dari suatu materi berdasarkan penjelasan dari guru. Penggunaan metode ini tentunya belum sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang lebih menekankan pada proses belajar yang berpusat pada siswa atau student centered. Dengan proses belajar yang berpusat pada siswa, maka siswa akan

dapat menemukan sendiri konsep dari suatu materi.

Siswa diharapkan tidak hanya mampu menemukan konsep dari suatu materi, tetapi juga mampu menerapkan konsep tersebut, sehingga mereka mampu memecahkan masalah, menemukan fakta dan ide-ide serta fakta bagi diri mereka sendiri. Sehingga guru dituntut tidak hanya menuangkan atau memberikan

sejumlah informasi ke siswa, tetapi mengusahakan bagaimana agar konsep-konsep penting tertanam kuat dalam benak siswa. Pembelajaran yang sesuai dengan hal tersebut adalah pembelajaran melalui penerapan teori pembelajaran kognitif yang dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori konstruktivisme.

(18)

3

dan mengkomunikasikan berlakunya hukum-hukum dasar kimia melalui

percobaan serta menerapkan konsep mol dalam menyelesaikan perhitungan kimia.

Konsep dari materi hukum-hukum dasar kimia adalah suatu pembelajaran yang bersifat konkret, yaitu konsep tersebut ada dalam kehidupan sehari-hari. Pem-belajaran ini sebagian dapat dilakukan dengan metode praktikum dan diskusi sehingga siswa diharapkan dapat membangun konsep hukum-hukum dasar kimia sendiri. Hal ini sangat sesuai dengan prinsip pembelajaran konstruktivisme, yaitu siswa sendiri yang dipacu untuk menemukan konsep dalam dirinya, sehingga ilmu yang diperoleh siswa diharapkan dapat bertahan lama. Oleh karena itu, guru diharapkan mengupayakan cara-cara komunikasi yang efektif dan menyenangkan.

Salah satu model pembelajaran yang bersifat konstruktivistik adalah inkuiri terbimbing. Dalam model pembelajaran inkuiri menurut Gulo (2002) dalam Trianto (2007: 135) menyatakan strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah (1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar; (2) keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran; dan (3) mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.

Pembelajaran inkuiri dapat membentuk dan mengembangkan ”Self-Concept” pada

(19)

4

proses belajar yang baru, mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisia-tifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka, situasi proses belajar menjadi lebih terangsang, dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu, memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri (Roestiyah, 1998).

Keefektifan model pembelajaran inkuiri terbimbing juga didukung oleh peneliti-an-penelitian yang telah dilaksanakan. Seperti penelitian yang dilaksanakan oleh Ayuwulanda (2011) yang dilaksanakan di SMAN 1 Pringsewu memperoleh ke-simpulan bahwa pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing dapat meningkat- kan penguasaan konsep siswa. Hasil yang sama juga diperoleh pada penelitian yang dilaksanakan oleh Woelandez (2011) di SMAN 14 Bandar Lampung dengan kesimpulan bahwa model pembelajaran penemuan terbimbing dapat meningkat- kan kemampuan menyimpulkan siswa.

Pada penelitian ini, selain untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi hukum-hukum dasar kimia, juga akan diteliti keterampilan proses sains siswa, yaitu keterampilan inferensi. Keterampilan ini meliputi menjelaskan hasil pengamatan, dan menyimpulkan dari fakta terbatas. Menurut American

Association for the Advancement of Science (1970) dalam Devi (2011),

(20)

5

menggunakan media lembar kerja siswa ( LKS ). LKS dapat digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan pemahaman konsep dan mencegah terjadinya miskonsepsi siswa.

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul “Efektivitas Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Keterampilan Inferensi Dan Penguasaan Konsep Hukum-Hukum Dasar Kimia”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Apakah model pembelajaran inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan keterampilan inferensi siswa pada materi Hukum-Hukum Dasar Kimia? 2. Apakah model pembelajaran inkuiri terbimbing fektif dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi Hukum-Hukum Dasar Kimia?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:

(21)

6

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan dan penerapan model pembe-lajaran yang efektif untuk meningkatkan keterampilan inferensi dan

penguasaan konsep kimia siswa, khususnya pada materi pokok Hukum-Hukum Dasar Kimia.

2. Memberikan informasi mengenai model pembelajaran inkuiri terbimbing.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Efektivitas pembelajaran merupakan sesuatu ukuran yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan dan berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaaan yang signifikan antara pemahaman awal sebelum pembelajaran dan pemahaman setelah pembelajaran (gain yang signifikan).

2. Model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah pembelajaran dengan cara membimbing siswa dalam menemukan konsep kimia dengan langkah-langkah mengajukan permasalahan, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan.

(22)

7

4. Keterampilan proses sains yang diamati dalam penelitian ini adalah keterampilan inferensi, yaitu sebuah pernyataan yang dibuat berdasarkan fakta hasil pengamatan dengan indikator menjelaskan data hasil pengamatan dan menyimpulkan dari fakta yang terbatas

5. Penguasaan konsep Hukum-Hukum Dasar Kimia berupa nilai siswa pada materi pokok Hukum-Hukum Dasar Kimia yang diperoleh melalui pretest dan posttest.

(23)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Efektivitas Pembelajaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuau yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini efektivitas dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan instruksional khusus yang telah dicanangkan. Metode pembelajaran dikatakan efektif jika tujuan

instruksional khusus yang lebih banyak dicanangkan (Satria, 2005).

Efektifitas metode pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Menurut Wicaksono (2008), kriteria penelitian dalam suatu penelitian mengacu pada:

1. Ketuntasan belajar, pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila sekurang-kurangnya 75% dari jumlah siswa telah mencapai nilai KKM (kriteria ketuntasan minimal) dalam peningkatan hasil belajar.

(24)

9

B. Pembelajaran Konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekan-kan bahwa pengetahuan kita merupamenekan-kan hasil konstruksi (bentumenekan-kan) kita sendiri. Konstruktivisme menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekar-winahyu (2001) "konstruktivisme juga menyatakan bahwa semua pengetahuan yang kita peroleh adalah hasil konstruksi sendiri, maka sangat kecil kemungkinan

adanya transfer pengetahuan dari seseorang kepada yang lain”. Menurut Von

Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001), agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan, maka diperlukan:

1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali penga-laman. Kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pe-ngalaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan inter-aksi individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut.

2. Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan mengenai persamaan dan perbedaan suatu hal. Kemampuan membanding-kan sangat penting agar siswa mampu menarik sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaan-nya untuk selanjutperbedaan-nya membuat klasifikasi dan mengkonstruksi pengeta-huannya.

3. Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang lain (selective conscience). Melalui “suka dan tidak suka” inilah muncul penilaian siswa terhadap pengalaman, dan menjadi landasan bagi pemben- tukan pengetahuannya.

Menurut Trianto (2007):

(25)

10

Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno (1997), antara lain: 1. Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif;

2. Tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa; 3. Mengajar adalah membantu siswa belajar;

4. Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir; 5. Kurikulum menekankan partisipasi siswa;

6. Guru adalah fasilitator.

Secara keseluruhan pengertian atau maksud pembelajaran secara konstruktivisme adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa. Guru hanya berperan sebagai penghubung yang membantu siswa mengolah pengetahuan baru, menyelesaikan suatu masalah dan guru berperan sebagai pembimbing pada proses pembelajaran yang menyediakan peluang kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan baru. Dibutuhkan suatu model pembelajaran yang dapat mewujudkan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Salah satu model pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing.

C. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Inkuiri dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukannya. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah (Ibrahim, 2000).

(26)

11

1. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan

Kegiatan metode pe mbelajaran inquiri dimulai ketika pertanyaan atau per-masalahan diajukan, kemudian siswa diminta untuk merumuskan

hipotesis.

2. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasa-lahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru membimbing siswa menentukan hipotesis yang relevan dengan permasa-lahan yang diberikan.

3. Mengumpulkan data

Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Guru membimbing siswa untuk menentukan langkah-langkah pengumpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel atau grafik.

4. Analisis data

Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Setelah memperoleh kesimpulan, dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan se-suai dengan proses inquiri yang telah dilakukannya.

5. Membuat kesimpulan

Langkah penutup dari pembelajaran inquiri adalah membuat kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh siswa.

Menurut Roestiyah (1998), inquiry memiliki keunggulan yang dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Dapat membentuk dan mengembangkan ”Self-Concept” pada diri siswa,

sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik.

2. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.

3. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka.

4. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.

5. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. 6. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.

7. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.

Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran inquiry antara lain:

1. Guru harus tepat memilih masalah yang akan dikemukan untuk mem-bantu siswa menemukan konsep.

(27)

12

3. Guru sebagai fasilitator diharapkan kreatif dalam mengembangkan pertanyaan-pertanyaan.

Kelemahan inquiry dapat diatasi dengan cara:

1. Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membimbing agar siswa terdorong mengajukan dugaan awal

2. Menggunakan bahan atau permainan yang bervariasi

3. Memberikan kesempatan kepada siswa mengajukan gagasan-gagasan meskipun gagasan tersebut belum tepat.

Langkah awal pembelajaran inkuiri terbimbing ialah merumuskan masalah, siswa diberikan masalah atau pertanyaan dari guru kemudian siswa bekerja untuk me-nemukan jawaban terhadap masalah tersebut di bawah bimbingan yang intensif dari guru. Setelah masalah diungkapkan, siswa mengembangkan dalam bentuk hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Kemampuan yang dituntut dalam mengembangkan hipotesis. Setelah siswa mengembangkan hipotesis, langkah selanjutnya siswa mengumpulkan data-data dengan melakukan percobaan dan telaah literatur. Siswa kemudian menganalisis data dari hasil pengumpulan data. Terakhir siswa dapat menarik kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan.

Pada penelitian ini tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang digunakan mengadaptasi dari tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang dikemukakan oleh Gulo dalam Trianto (2010). Tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing tersebut dapat dijelaskan pada Tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1. Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing

No Guru membagi siswa dalam kelompok

(28)

13

2. Membuat hipotesis

Guru memberikan

kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam

hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan. pada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil peng-olahan data yang terkumpul

Siswa mengumpulkan

D. Keterampilan Proses Sains

Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa (Depdikbud, 1986 dalam Dimyati 2006). Keterampilan-keterampilan dasar tersebut dalam IPA disebut Keterampilan-keterampilan proses sains. Menurut Hariwibowo, dkk. (2009):

Keterampilan proses adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan-kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan-kemampuan mendasar yang telah dikembangkan dan telah terlatih lama-kelamaan akan menjadi suatu keterampilan.

(29)

14

Pendekatan keterampilan proses sains bukan tindakan instruksional yang berada di luar kemampuan siswa. Pendekatan keterampilan proses sains dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa.

Menurut Wetzel (Mahmudin, 2010), keterampilan proses sains merupakan dasar dari pemecahan masalah dalam sains dan metode ilmiah. Keterampilan proses sains dikelompokkan menjadi keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu.

Menurut American Association for the Advancement of Science (1970) dalam Devi (2011), bahwa pengklasifikasian keterampilan proses dasar yaitu:

1. Observation (pengamatan)

Keterampilan pengamatan menggunakan lima indera yaitu penglihatan, pembau, peraba, pengecap dan pendengar

2. Measuring (pengukuran)

Klaslifikasi adalah proses yang digunakan ilmuwan untuk mengadakan penyusunan atau pengelompokkan atas objek-objek atau kejadian- kejadian.

3. Inferention (menyimpulkan)

Inferensi adalah sebuah pernyataan yang dibuat berdasarkan fakta hasil pengamatan. Hasil inferensi dikemukakan sebagai pendapat seseorang terhadap sesuatu yang diamatinya.

4. Prediction (meramalkan)

Prediksi adalah ramalan tentang kejadian yang dapat diamati diwaktu yang akan datang.

5. Clasifying (menggolongkan) 6. Communication (komunikasi)

Komunikasi didalam keterampilan proses berarti menyampaikan pendapat hasil keterampilan proses lainnya baik secara lisan maupun tulisan.

(30)

15

bersama-sama. Keterampilan proses dasar merupakan fondasi bagi terbentuknya landasan berfikir logis. Oleh karena itu, sangat penting dimiliki dan dilatihkan bagi siswa sebelum melanjutkan keterampilan proses yang lebih rumit dan kompleks.

Menurut Wetzel (Mahmudin, 2010), keterampilan proses terpadu meliputi : 1. Merumuskan hipotesis, membuat prediksi (tebakan) berdasarkan bukti

dari penelitian sebelumnya atau penyelidikan.

2. Mengidentifikasi variabel, penamaan dan pengendalian terhadap variabel independen, dependen, dan variabel kontrol dalam penyelidikan.

3. Membuat definisi operasional, mengembangkan istilah spesifik untuk menggambarkan apa yang terjadi dalam penyelidikan berdasarkan karakteristik diamati.

4. Percobaan, melakukan penyelidikan dan mengumpulkan data. 5. Interprestasi data, menganalisis hasil penyelidikan.

Menurut American Association for the Advancement of Science (1970) dalam Devi (2011), keterampilan inferensi (menyimpulkan) adalah sebuah pernyataan yang dibuat berdasarkan fakta hasil pengamatan. Hasil inferensi dikemukakan sebagai pendapat seseorang terhadap sesuatu yang diamatinya. Pola pembelajaran untuk melatih keterampilan proses inferensi, sebaiknya menggunakan teori belajar konstruktivisme, sehingga siswa belajar merumuskan sendiri inferensinya.

E. Penguasaan Konsep

Menurut Sagala (2003):

(31)

16

Konsep merupakan pokok utama yang mendasari keseluruhan sebagai hasil ber-pikir abstrak manusia terhadap benda, peristiwa, fakta yang menerangkan banyak pengalaman. Pemahaman dan penguasaan konsep akan memberikan suatu apli-kasi dari konsep tersebut, yaitu membebaskan suatu stimulus yang spesifik se-hingga dapat digunakan dalam segala situasi dan stimulus yang mengandung kon-sep tersebut. Jika belajar tanpa konkon-sep, proses belajar mengajar tidak akan ber-hasil. Hanya dengan bantuan konsep, proses belajar mengajar dapat ditingkatkan lebih maksimal.

(32)

17

F. Kerangka Pemikiran

Hasil belajar yang dicapai oleh siswa ada kaitannya dengan kegiatan pembelajaran yang direncanakan oleh seorang guru. Dengan perencanaan yang matang sebelum melakukan kegiatan pembelajaran akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Model pembelajar- an sebagai salah satu faktor yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran menempati peran penting dalam proses pembelajaran. Kemampuan guru untuk memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang tepat akan menentukan tingkat prestasi belajar siswa terhadap konsep yang diberikan dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran inkuiri dapat membentuk dan mengembangkan ”Self-Concept” pada

diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik, membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru, mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisia-tifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka, situasi proses belajar menjadi lebih terangsang, dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu, memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri (Roestiyah, 1998).

Dalam penelitian ini akan diteliti bagaimana peningkatan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep siswa pada materi hukum-hukum dasar kimia di SMA Al Azhar 3 Bandarlampung. Semua data diambil dari dua kelas yang berbeda. Pada kelas eksperimen diberi perlakuan dengan pembelajaran menggunakan

(33)

18

Masing-masing kelas diberi pretest, ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai materi pembelajaran atau untuk melihat kemampuan siswa terhadap materi pembelajaran sebelum diberi perlakuan yang berbeda.

Pelajaran kimia sering dianggap sebagai mata pelajaran yang susah untuk dime-ngerti. Indikasinya dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang kurang memuaskan. Pembelajaran yang biasa diterapkan selama ini menggunakan pembelajaran non inkuiri terbimbing (konvensional) dimana pembelajaran berpusat pada guru, siswa pasif dan kurang terlibat dalam pembelajaran. Hal ini menyebabkan siswa meng- alami kejenuhan yang berakibat kurangnya minat belajar. Minat belajar akan tumbuh dan terpelihara apabila kegiatan belajar mengajar dilaksanakan secara bervariasi, baik melalui variasi model, metode maupun media pembelajaran.

(34)

19

G. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Siswa kelas X semester ganjil SMA Al Azhar 3 Bandarlampung tahun pela-jaran 2011/2012 yang menjadi populasi penelitian mempunyai kemampuan dasar yang berbeda dalam penguasaan konsep kimia.

2. Model pembelajaran inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep.

3. Perbedaan penguasaan konsep Hukum-Hukum Dasar Kimia karena perbedaan perlakuan dalam proses pembelajaran.

H. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

(35)

20

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Al-Azhar 3 Bandarlampung tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 318 siswa dan ter-sebar dalam delapan kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu. Dalam penelitian ini diambil sebagian dari populasi yang akan dijadikan sampel, yaitu dua kelas dari delapan kelas yang ada. Satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas yang lain sebagai kelas kontrol dengan latar belakang mempunyai kemampuan akademik yang sama, yaitu dilihat dari nilai rata-rata mid semester tentang struktur atom dan sistem periodik yang hampir sama. Dua kelas tersebut anatara lain kelas X5 dan kelas X6, kemudian ditentukan kelas X5 sebagai kelas eksperimen dan kelas X6 sebagai kelas kontrol.

B. Jenis dan Variabel Penelitian

(36)

21

dan kelas kontrol. Desain penelitian tersebut dapat dijelaskan pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Desain penelitian

Kelas Pretest Perlakuan Posttest

Kelas eksperimen O1 X1 O2

Kelas kontrol O1 X2 O2

Keterangan:

X1: Pembelajaran kimia menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing X2: Pembelajaran kimia menggunakan pembelajaran konvensional O1: Pretest yang diberikan sebelum perlakuan

O2: Posttest yang diberikan setelah perlakuan

C. Data Penelitian

1. Jenis data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat kuanti- tatif.

2. Sumber data

Sumber data dibagi menjadi dua yaitu:

a. Data primer yang meliputi data hasil pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol

b. Data sekunder yang meliputi data lembar kinerja guru dan lembar aktivitas siswa

3. Metode pengumpulan data

(37)

22

eksperimen dan kelas kontrol. Metode tes yang digunakan adalah pretest dan posttest.

D. Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Melakukan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, yaitu di SMA Al Azhar 3 Bandar Lampung.

2. Menentukan populasi dan sampel, yaitu kelas X SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung.

3. Mempersiapkan instrumen yang akan digunakan selama proses pembelajaran di kelas.

4. Validasi instrument yang dilakukan oleh seorang ahli untuk melakukannya. Dalam penelitian ini uji validitas telah dilakukan oleh Apriyanto (2010) di SMA Tri Sukses Natar 2010/2011.

5. Melaksanakan pretest di kedua kelas.

6. Pelaksanaan proses pembelajaran di masing-masing kelas dengan pembelajar- an yang berbeda, yaitu kelas eksperimen menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dan kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. 7. Pelaksanaan posttest di kedua kelas.

8. Menganalisis data berdasarkan data hasil penelitian. 9. Penarikan kesimpulan.

(38)

23

Adapun langkah-langkah penelitian tersebut ditunjukkan pada alur penelitian, seperti ditunjukkan pada alur berikut:

a.

Gambar 2. Alur Penelitian

E. Teknik Analisis Data

Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

Nilai pretest dan posttest dirumuskan sebagai berikut:

Nilai siswa =

Observasi Pendahuluan

Mempersiapkan instrumen Menentukan Populasi

dan Sampel

Kelas Kontrol Pembelajaran Konvensional

Pretest Kelas Eksperimen Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Posttest

Analisis Data

Kesimpulan Validasi instrumen

(39)

24

Data yang diperoleh kemudian dianalisis, dengan menghitung n-Gain yang selanjutnya digunakan untuk menguji kenormalan dan homogenitas dua varians.

1. Perhitungan n-Gain

Untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran dalam meningkatkan ke- terampilan inferensi dan penguasaan konsep maka dilakukan analisis nilai gain ternormalisasi. Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan nilai pretest dan posttest dari kedua kelas. Rumus n-Gain menurut Meltzer adalah :

n-Gain (g) =

Hasil perhitungan n-Gain kemudian diinterpretasikan dengan klasifikasi sebagai berikut:

g ≥ 0,7 (tinggi)

0,3 ≤ g < 0,7 (sedang)

g < 0,3 (rendah)

1. Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data dari kedua kelompok terdistribusi normal atau tidak dan untuk menentukan uji selanjutnya apakah memakai statistik parametrik atau non parametrik. Pasangan hipotesis yang akan diuji adalah :

(40)

25

Kenormalan data dihitung dengan menggunakan uji chi kuadrat (χ2) dengan rumus:

Keterangan : χ2

= uji Chi- kuadrat Ei = frekuensi observasi Oi = frekuensi harapan

Data akan berdistribusi normal jika χ2 hitung ≤ χ2 tabel dengan taraf signifikan 1 % (Sudjana, 2005).

2. Uji homogenitas

Karena pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumusan statistik uji kesamaan dua rata-rata, maka untuk uji statistik ini diperlukan pengujian homo- genitas kedua varians kelas sampel.

Untuk uji homogenitas dua varians ini rumusan hipotesisnya adalah : H0:Data n-Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang

homogen σ12= σ22

H1: Data n-Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang tidak homogen.

(41)

26

Uji kesamaan varians bertujuan untuk mengetahui apakah kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai tingkat varians yang sama (homogen) atau tidak. Uji homogenitas dapat dihitung dengan rumus:

dengan

fi = frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas

Kriteria pengujian adalah tolak hipotesis H0 jika: Fhitung ≥ F1/2α(n1-1, n2-1) (Sudjana, 2002).

1. Uji hipotesis penelitian

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik , hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).

a. Hipotesis pertama (keterampilan inferensi)

H0: Rata-rata n-Gain keterampilan inferensi siswa di kelas yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing sama dengan rata-rata n-Gain

keterampilan inferensi siswa di kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional

(42)

27

H1: Rata-rata n-Gain keterampilan inferensi siswa di kelas yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi daripada rata-rata n-Gain keterampilan inferensi siswa di kelas yang diterapkan pembelajaran kovensional

H1 : µ1x > µ2x

b. Hipotesis kedua (penguasaan konsep)

H0 : Rata-rata n-Gain penguasaan konsep siswa di kelas yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing sama dengan rata-rata n-Gain penguasaan konsep siswa di kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional

µ1y = µ2y

H1 : Rata-rata n-Gain penguasaan konsep siswa di kelas yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi daripada rata-rata n-Gain penguasaan konsep siswa di kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional

µ1y > µ2y

Keterangan:

µ1 : Rata-rata (x,y) pada materi hukum-hukum dasar kimia pada kelas yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing

µ2 : Rata-rata (x,y) pada materi hukum-hukum dasar kimia pada kelas dengan pembelajaran konvensional.

(43)

28

Uji ini digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Uji yang digunakan adalah uji t yang dipengaruhi oleh hasil uji kesamaan dua varians antara kelas yaitu: a) Jika varians kedua kelas sama, maka rumus yang digunakan adalah:

dimana Keterangan:

= rata-rata n-Gain kelas eksperimen

= rata-rata n-Gain kelas kontrol

= varians kelas eksperimen

= varians kelas kontrol

n1 = jumlah siswa kelas eksperimen n2 = jumlah siswa kelas kontrol

Kriteria yang digunakan adalah terima hipotesis H0 jika thitung < ttabel. Derajat

kebebasan untuk daftar distribusi t ialah (n1+ n2-2) dengan peluang (1-α) (Sudjana, 2005).

b) Jika varians kedua kelas tidak sama, maka rumus yang digunakan adalah:

Keterangan:

= rata-rata n-Gain kelas eksperimen

= rata-rata n-Gain kelas kontrol

= varians kelas eksperimen

(44)

29

= varians kelas kontrol

n1 = jumlah siswa kelas eksperimen n2 = jumlah siswa kelas kontrol

Kriteria yang digunakan adalah tolak hipotesis H0 jika:

dengan dan

t′ = t(1-α), (n1-1) dan t2 = t(1-α), (n2-1). Peluang untuk penggunaan daftar distribusi t

ialah (1-α) sedangkan dk-nya masing-masing (n1-1) dan (n2-1) (Sudjana, 2005).

2 2

(45)

49

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Pembelajaran inkuiri terbimbing tidak efektif dalam meningkatkan keterampilan inferensi siswa pada materi hukum-hukum dasar kimia SMA Al Azhar 3 Bandar Lampung.

2. Pembelajaran inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi hukum-hukum dasar kimia SMA Al Azhar 3 Bandar Lampung.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

(46)

50

2. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian serupa dengan meng-gunakan pembelajaran inkuiri terbimbing agar lebih memperhatikan pengelolaan waktu, karakteristik setiap siswa, dan melibatkan semua siswa selama praktikum. Artinya praktikum tidak dilakukan secara demonstrasi, supaya siswa dapat me-mahami konsep dengan lebih baik dan siswa lebih berminat dan termotivasi untuk belajar dalam keadaan yang menyenangkan.

(47)

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN

INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA

(Proposal)

Oleh

DEVI SUSILAWATI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Apriyanto, E. 2010. Perbandingan Penguasaan Konsep Hukum-hukum Dasar Kimia Antara Pembelajaran Menggunakan Metode Eksperimen Berbasis

Keterampilan Generik Sains Dengan Metode Tanya Jawab Konvensional. (Skripsi). FKIP UNILA. Bandar Lampung.

Ayuwulanda, A. 2011. Perbandingan Penguasaan Konsep Kelarutan dan

Hasil Kali Kelarutan antara Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Learning Cycle 6 Phase. (Skripsi). FKIP UNILA. Bandar Lampung.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah, S.B. dan A. Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta.

Jakarta.

Hariwibowo. 2009. Makalah Pembelajaran-Proses:Pendekatan Keterampilan Proses. www.yahoo.com. CERPEN LUBIS GRAFURA. Lubis Grafura (Ed). 26 Mei 2009. 30 Desember 2010 http://lubisgrafura.wordpress.com/2009/05/26/ makalah-pembelajaran-proses-pendekatan-keterampilan-proses/.

Ibrahim, M. 2000. Pembelajaran Inkuiri. Herfis (Ed). Juli 2009. 25 April 2011 http://herfis.blogspot.com/2009/07/ pembelajaran-inkuiri.html.

Kamriantiramli. 2011. http:// Keterampilan Proses Sains / Kamriantiramli.htm. diakses 5 juli 2011.

Katamso, E. 2010. Penerapan Pembelajaran Penemuan Terbimbing Untuk

Meningkatkan Aktivitas dan Keterampilan Memecahkan Masalah Pada Materi Pokok Hukum-hukum Dasar Kimia. (Skripsi). FKIP UNILA. Bandar Lampung. Mahmudin. 2010. Komponen Penilaian KPS. Mahudin (Ed). Oktober 2010. 9 Juli

(49)

Meltzer, E.D. 2005. Relation Between Student’s Problem-Solving Performance and Representational Format. American Journal of Physics 73. No.5. p. 463.

Pannen, P., D. Mustafa, dan M. Sekarwinahyu. 2001. Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Dikti. Jakarta.

Prianto dan Harnoko. 1997. Perangkat Pembelajaran. Depdikbud. Jakarta. Purba, M. 2006. Kimia Kelas X. Erlangga. Jakarta.

Purwanto, E.A. dan D.R. Sulistyastuti. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif untuk Administrasi Publik dan Masalah-masalah Sosial. Gava Media. Yogyakarta.

Roestiyah. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Sagala, S. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung. Satria, A. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. .Halim Jaya. Jakarta.

Sriyono. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Rineka Cipta. Jakarta. Sudjana. 2005. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung.

Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran inovatif Berorientasi konstruktivisme.

Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Prenada Media Group. Jakarta.

Woelandez, F. 2011. Penerapan Pembelajaran Penemuan Terbimbing untuk

(50)

Judul Skripsi : Efektivitas Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dalam Meningkatkan Keterampilan Inferensi Dan Penguasaan Konsep Hukum-Hukum Dasar Kimia Nama Mahasiswa : Devi Susilawati

No. Pokok Mahasiswa : 0613023019 Program Studi : Pendidikan Kimia Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dra. Ila Rosilawati, M.Si Drs. Tasviri Efkar, M.S NIP 19650717 199003 2 001 NIP 19581004 198703 1 001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

(51)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dra. Ila Rosilawati, M.Si ...

Sekretaris : Drs. Tasviri Efkar, M.S ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman M.Si NIP. 19600315 198503 1 003

(52)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah: Nama : Devi Susilawati

NPM : 0613023019

Fakultas/Jurusan : KIP/Pendidikan MIPA Program Studi : Pendidikan Kimia

Alamat : Jl. Lintas Sumatra No. 56 Ogan Lima

Kecamatan Abung Barat, Kabupaten Lampung Utara Lampung 34558

Menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Mei 2012 Yang Menyatakan,

Gambar

Tabel 1. Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing
Tabel 2. Desain penelitian
Gambar 2. Alur Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui keterampilan proses sains baik mengkomunikasikan ataupun inferensi dan penguasaan konsep materi kesetim- bangan kimia yang

Efektivitas Pembelajaran Learning Cycle 3 E Untuk Meningkatkan Keterampilan Inferensi Dan Penguasaan Konsep Pada Materi Reaksi Redoks.

Kerakteristik model pembelajaran Learning Cycle 3 E dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan dan inferensi siswa pada materi Hukum- hukum dasar kimia terdiri dari tiga fase

5 Pada penelitian ini, selain untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi reaksi oksidasi-reduksi, juga akan diteliti keterampilan proses sains siswa, yaitu

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah model pembelajaran LC 5E efektif dalam meningkatkan keterampilan inferensi siswa dan penguasaan konsep pada materi pokok

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa: Rata-rata n-Gain keterampilan meng- inferensi dan penguasaan konsep siswa

Beberapa penelitian terkait penerapan pembelajaran inkuiri dalam meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa di antaranya, Ulpiyana (2014),

Hasil penelitian ini menunjukkkan bahwa rata-rata N- Gain score keterampilan proses sains dan penguasaan konsep berada pada kategori tinggi; penguasaan konsep peserta didik setelah