• Tidak ada hasil yang ditemukan

JEPANG DAN NEGARA NEGARA INDUSTRI BARU I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "JEPANG DAN NEGARA NEGARA INDUSTRI BARU I"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Kampus Tercinta – IISIP Jakarta

Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

JEPANG DAN NEGARA-NEGARA INDUSTRI BARU

Industrialisasi dan Pembangunan Ekonomi Model Taiwan

Makalah Kelompok 7

Disusun Oleh:

Sela Prihanjani

2011230025

Reykha Mega Pratiwi

2011230063

Redita Adenisty

2011230006

Agung Dwi Saputra

2011230090

Wesley J. J.

2010230055

▸ Baca selengkapnya: apa motivasi ekspansi jepang di kawasan asia timur raya

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada abad ke-21 ini, dikenal juga dengan sebutan The Pasific Century yang menjelaskan bahwa perputaran perekonomian dunia sekarang sedang digalakkan olehNegara-negara yang berada di kawasan Asia-Pasifik, khususnya dominasi keberhasilan negara-negara di wilayah Asia Timur. Seperti kita ketahui bahwa Jepang adalah negara industri yang termaju di Asia. Banyak perusahaan-perusahaan besar multinasional Jepang yang telah mendunia, seperti beberapa contoh diantaranya adalah: SONY, HONDA, HITACHI dan sebagainya. Adanya nilai-nilai paham Konfusianisme yang menjadi jiwa dan membentuk karakter masyarakat Jepang diyakini sebagai salah satu cikal bakal faktor mendasar dibalik kemajuan Jepang saat ini hingga bisa menjadi negara yang mewakili Asia yang bisa disejajarkan bangsa Barat (Kwon, 2007: 57). Hal ini diperkuat oleh adanya kutipan sebagai berikut;

“Conceptualisations of East Asia in the post-1945 period typically referred to countries of Confucian heritage—with East Asia (essentially the three Chinas—the People’s Republic, Hong Kong, and Taiwan—Japan and Korea) being seen as distinctive regions” (Ravenhill, 2008: 3).

(3)

penjabaran tersebut, dapat dipahami bahwa nilai-nilai Konfusianisme juga memberikan pengaruh terhadap fenomena Industrialisasi yang terjadi di kawasan Asia Timur.

Di Era Pasifik ini, istilah Newly Industrializing Countries (NICs,) mulai sering dipergunakan dalam beberapa kajian dan diskusi-diskusi internasional. Negara-negara Indsutri Baru, atau juga bisa disebut “Empat Naga Kecil Asia” (The Four Little Dragons), menunjuk kepada Korea Selatan, Taiwan, Hongkong dan Singapura yang prestasi ekonomi mereka telah diakui dalam kawasan tersebut. NICs tidak bisa terlepas dari faktor Jepang sebagai Negara sentral dengan gagasannya yang terkenal, yakni konsep formasi angsa terbang (The Flying Geese Formation). Konsep ini memiliki makna bahwa negara-negara di Asia menjalankan pembangunan ekonomi mengikuti pola Jepang sebagai Negara sentral yang berada di garis depan industri kapitalis dan dengan bersifat “team work” maka efek yang akan dimiliki ialah mempengaruhi “langit globalisasi” secara lebih kuat.

Pada model negara pembangunan (developmental state) di Jepang ada beberapa hal yang sangat membedakannya. Jepang meninggalkan komitmen ideologi yang berlebihan maupun kepemilikan atas semua alat produksi dan sumber daya oleh negara pada dasawarsa terakhir di abad ke-19, yakni ketika korupsi dan efesiensi sudah demikian parah hingga memaksa pemerintah Jepang membiarkan pertumbuhan swasta. Model negara pembangunan ini mencoba untuk meyesuaikan semua tujuan-tujuan pembangunan dengan berlangsungnya mekanisme pasar, dimana harga-harga ditentukan oleh ukuran nilai yang nyata dan bukan oleh keputusan ataupun selera penguasa, hak milik perorangan diakui secara penuh oleh, serta pembuatan keputusan didesentralisasikan.

(4)

Didalam perjalanannya Jepang melakukan misi kolonialisme ke kawasan Asia lebih tepatnya di kawasan Asia Timur dengan menduduki Taiwan guna memenuhi kebutuhan industri dasar dan sekunder dari proses industrialisasinya sehingga menjadi negara maju dan mengglobal dengan berbagai produk nasionalnya sehingga disebut sebagai negara sentral. Sedangkan Taiwan diperlakukan sebagai negara yang di eksploitasi untuk memasok kebutuhan industrialisasi dari Jepang atau disebut dengan negara pinggiran. Karena hubungan antara negara sentral dengan negara pinggiran itulah maka Taiwan pun banyak terinspirasi meniru Jepang dalam melakukan model pembangunan ekonominya. Sebagai negara yang terkategori lamban dalam membangun industrinya, Taiwan memilih model negara pembangunan ini sebagai solusi untuk mengatasi aneka masalah keterbelakangan dan ketergantungannya pada pihak-pihak luar. Biasanya, sistem negara yang tumbuh dalam model negara pembangunan ini adalah negara dengan sistem pemerintahan yang bersifat otoriter, dalam artian bahwa semua usaha dan kegiatan ekonomi mendapat perhatian yang sangat besar dan disertai usaha-usaha guna menciptakan stabilisasi politik, apa pun caranya dan berapa pun harganya. Pada model negara pembangunan yang ada di Taiwan, sistem politiknya bahkan lebih otoriter dibandingkan dengan yang ada di Jepang.

Signifikansi peran Jepang sebagai negara sentral yang mendominasi pembangunan ekonomi di Taiwan dapat dilihat dari sepanjang tahun 1997 hingga tahun 1999 yang menunjukkan bahwa nilai ekspor Jepang ke Taiwan tetap lebih besar dibandingkan nilai impor dari Taiwan. Berikut tabel datanya:

Tabel 1.

Perdagangan Luar Negeri Jepang dan Taiwan (Milyan Yen)

(5)

Ketimpangan tersebut akhirnya mendorong Taiwan untuk bergabung dengan WTO agar dapat mengurangi defisit perdagangan dengan Jepang. Dari tabel tersebut juga dapat terlihat upaya yang dilakukan oleh Jepang untuk masuk ke dalam ruang lingkup perekonomian Taiwan melalui jalan perdagangan luar negeri yang nantinya akan membuka jalan lain yang akan digunakan oleh investor-investor asal Jepang untuk melakukan investasi asing langsung ke industri-industri di Taiwan.

1.2. Perang China – Jepang (1894-1895)

Dalam mengkaji perkembangan Taiwan, maka secara tidak langsung juga tak akan terlepas dari sejarah terbentuknya Taiwan. Sejarah berdirinya Taiwan juga dilatarbelakangi oleh Perang China-Jepang yang dinamakan Pemberontakan Tonghak artinya “Ajaran Timur”. Gerakan ini awalnya bersifat keagamaan yang bertujuan memadukan Buddhisme, Konfusianisme, dan Daosisme; sebagai lawan dari Kekeristenan yang biasa disebut Sohak atau “Ajaran Barat”.

Jepang menyatakan perang kepada China pada tanggal 1 Agustus 1894, setelah sehari sebelumnya Kaisar Guangxu mengumumkan pernyataan perang yang sama terhadap Jepang. Tentara Jepang berhasil mendesak pasukan China keluar dari Korea bahkan sampai memasuki wilayah China. Jepang berhasil menduduki wilayah pinggiran antara lain Manchuria dan Semenanjung Liaodong dan China kalah oleh imperialisme Jepang akibatnya lambat laun Jepang menguasasi beberapa wilayah China diantaranya:

1) Port Arthur 2) Dairen 3) Weihaiwei 4) Taiwan

5) Kepulauan Pescadores

(6)

Dari peperangan tersebut berbuah suatu perjanjian damai yaitu Shimonoseki Treaty pada tanggal 19 Maret 1895, berisikan sebagai berikut:

1) China mengakui kemerdekaan Korea

2) Menyerahkan Semenanjung Liaodong, Taiwan, dan Kepulauan Pescadores kepada Jepang

3) Membayar pampasan atau ’kerugian’ perang sebesar 200 juta mata uang perak kepada Jepang

4) Membuka lebih banyak kota pelabuhan bagi Jepang

5) Kapal-kapal dagang Jepang boleh memasuki aliran Sungai Yangzi mulai dari Yizhang hingga ke Chongqing, serta sungai yang menghubungkan Shanghai, Xuzhou, dan Hangzhou.

Atas kemenangannya dari Cina pada tahun 1895 maka berdasarkan perjanjian Shimoseki, Taiwan dan Pascadores diserahkan kepada Jepang secara resmi menjadi negara sentral dan dimulailah proses dimana Taiwansebagai negara pinggiran mengalami fase ketergantungan teknologi industri yang ditandai dengan dibukanya akses pasar dengan dunia luar yang sebelumnya sangat tertutup.

Diberlakukannya supremasi hukum, standarisasi sistem moneter, memperbaiki tingkat kesehatan umum, perbaikan sistem pendidikan, pembangunan sarana fisik, seperti: pembangunan jalan kereta api, pembangunan generator pembangkit tenaga listrik yang telah menjadikan Taiwansebagai satu-satunya negara selain Jepang sebagai negara sentral yang memiliki pembangkit listrik, serta meningkatkan produktivitas produk pertanian seperti gula dan beras sebesar 75%.

(7)

2.1. The Flying Geese Formation dan Negara-Negara Industri Baru

Model “ganko keitei” (the flying geese) dikemukakan untuk pertama kalinya oleh Akamatsu pada tahun 1930-an. Uraiannya dapat dipakai untuk menjelaskan siklus produksi atas suatu jenis sektor industri dan restrukturisasi industri domestik serta keterkaitannya dengan ekspansi Jepang ke negara-negara tetangganya. Model tersebut pada intinya hendak menjelaskan betapa sebuah negara yang mengawali industrialisasi dengan cara mengimpor produk-produk industri yang sudah jadi dari negara-negara lain, kemudian melaksanakan industrialisasi pengganti atau subtitusi impor, atau yang dikenal sebagai ISI (Industrialization Subtitution Import), dan berusaha mengembangkan industrinya lebih jauh agar bisa mengekspor produk-produk industri ke negara lain, atau strategi EPI (Export Promotion Industry). Model ini memperlihatkan bahwa selama ini Jepang telah, paling sedikit menjalani tiga tahap siklus produksi dengan negara-negara tetangganya, yakni dengan cara merelokasikan atau memindahkan sektor-sektor industrinya yang memang perlu perluasan ke negara industri baru disekelilingnya.

Pada tahap pertama, sektor industri yang dipindahkan oleh Jepang ke Korea dan Taiwan adalah industri tekstil yang terus dilakukan sampai Jepang muncul menjadi kekuatan ekonomi dunia. Tahap kedua merelokasi sektor industri berat dan kimia termasuk industri baja, perlengkapan militer dan bahkan sektor industri permobilan (yang masih berlangsung sampai pada dasawarsa 1980-an). Akhirnya industri-industri yang mempergunakan teknologi tinggi juga ikut dipindahkan, misalnya sektor industri elektronik, komunikasi, komputer, silicon chip, microprocessor, dan produk-produk serba canggih lainnya.

2.2. Jepang sebagai Negara Sentral dengan Taiwan sebagai Negara Pinggiran

(8)

negara pinggiran. Karena hubungan antara negara sentral dan negara pinggiran itulah maka Taiwan dan Korea Selatan pun banyak terinspirasi meniru Jepang dalam melakukan model pembangunan ekonominya. Walaupun tidak jarang pula karena sifat sentimen sebagai negara-negara terjajah menolak akan warisan konsep dan budi baik Jepang sebagai penjajah, akan tetapi fenomena yang harus diakui bersama adalah Taiwan telah berhasil sejajar dengan negara sentralnya di Asia Timur dengan kapitalisasi ekonomi dan rangkaian produk hasil industrinya yang sejajar dengan negara sentralnya. Selain itu sebuah bangsa pinggiran juga memerlukan interpendensi dengan tatanan institusi internasional (sekali pun dengan sentral) seperti: pemilihan kebijakan yang memihak kepentingan negara, peran institusi dan motif politik dari kepemimpinan yang kuat, dan kriteria tersebut kemudian dioperasionalkan oleh Taiwan itu sendiri.

Taiwan memilih menerapkan pola perubahan struktur industrinya diberbagai bidang, dalam peningkata industri bidang pertanian melalui konsep “Three Pin” dari mulai peningkatan kualitas produk, memperkuat merek produk agro bisnis, setelah memiliki kecukupan dalam ketahanan pangan maka strategi selanjutnya terkonsentrasi kepada industri yang berkelanjutan yang berorientasi pada ekspor , melalui peningkatan produksi bahan baku termasuk tranformasi ke industri teknologi padat modal sepeti industri tekstil, petro kimia, teknologi informasi, permesinan hingga alat elektronik.

2.3. Model Industrialisasi Taiwan

Pengaruh masa penjajahan Jepang di Taiwan terhadap proses industrialisasi sangatlah besar. Minat Jepang di Taiwan pada awalnya lebih tertuju kepada produksi beras dan gula. Namun bila dibandingkan dengan Korea Selatan, pengaruh Jepang tentu saja lebih besar terhadap negara tersebut. Hal ini mengingat bahwa jarak Korea dari Jepang lebih dekat dan sebelumnya suatu integrasi ekonomi memang telah dibangun Jepang dengan Korea Selatan dan Manchuria (yang kini menjadi wialayah Cina).

(9)

pengolahan pertanian secara ilmiah dan komersial, sehingga pendapatan para petani Taiwan pada masa penjajahan ini bahkan lebih besar dari pada jumlah pendapatan para petani Jepang sendiri. Unsur penting lainnya yang diwariskan Jepang adalah sitem otoriter pemerintahan dalam mengatur perekonomian yang tentu saja memudahlam pemerintah Kuomintang untuk meneruskan pengaturan ekonomi dan administrasi di wilayah tersebut.

2.4. Faktor-faktor Keberhasilan Pembangunan Ekonomi Taiwan

2.4.1. Figur Kepemimpinan Chiang Kai Shek

Ciang Kai-shek sebagai pemimpinm sekalus tokoh pembaharu masyarakat Taiwan, telah berhasil meletakan dasar pembangunan sekaligus memastikan bahwa tahapan tahapan yang dicapai sesuai dengan perencanaan. Salah satu kebijakan dasarnya adalah dibuatnya model yang menyalurkan semangat kewirausahawan rakyatnya. Kebijakan berikutnya adalah memberi peran kepada pelaku industri menengah untuk bekerja sama dengan institusi internasional untuk dikembangakansecara menyebar dan merata ke seluruh wilayah Taiwan. Membangun jalan-jalan kereta api dan jalan bebas hambatan, meningkatkan fasilitas kesehatan, memimpin gerakan anti narkotik, menciptakan aturan untuk menstabilitas harga, penegakan hukum serta sangsi-sangsinya, penataan industri pertanian serta melakukan gerakan hidup baru baru melalui semangat Confucian.

(10)

Program strategi pembangunan ekonomi Taiwan yang fundamental berlangsung sejak tahun 1952 hingga tahun 1999, periode ini merupakan masa peralihan dari masyarakat yang berbasis agrikultur (meliputi persawahan, pertenakan, perikanan dan kehutanan) menjadi masyarakat yang berbasis industri. Perencanaan program strategi pembangunan ini dapat dibagi menjadi tiga fase dimana setiap fasenya pemerintah memformulasikan perencanaan ekonomi dan politik yang disesuaikan dengan kebutuhan domestik dan internsional bagi kesejahteraan rakyatnya.

2.5. Sasaran dan Tahapan Pembangunan Di Taiwan

Strategi Pembangunan ekonomi Taiwan pada tahun 1952 sampai dengan tahun 1999 yang membentuk strategi pembangunan dan membentuk konsep “Global Village”

yaitu: strategi, sasaran dan pencapaian pembangunan yang terdiri dari:

(Fase I : 1952 – 1962) : membangun sumber daya dan infrastruktur dasar sebagai titik tolak tahapan selanjutnya, meliputi:

a. Deklarasi situasi Emergency Degree (1949) yaitu adanya ancaman dari ideologi komunis Cina dan keberlangsungan proses demokratisasi.

b. Perbaikan Human Capital melalui pendidikan terpadu disemua tingkatan.

c. Pertanian sebagai primadona dasar: Gula, Padi, Teh, Pisang, Tekstil sebagai produk ekspor andalan.

d. Membangun sosial ekonomi masyarakatpedesaan disektor pertanian melalui kebijakan Land Reform (1951)

e. Menjadikan (SME,s : Small and Medium-Sized Enterprises) sebagai pilar kebangkitan kekuatan industrialisasi nasional yang menyebar keseluruh wilayah.

f. Dideklarasikannya pelaksanaan empat tahun pertama pelaksanaan Economic Development Plan: fokus kepada rekonstruksi pertanian dan peningkatan produksi beras, pupuk dan hydro elektronik power (1953-1956).

(Fase II : 1963 – 1980): masa peralihan dari gas agribisnis menjadi industridan jasa padat modal dan investasi, meliputi:

a. Dideklarasikannya 10 proyek utama bidang infrastruktur meliputi: 6 infrastruktur bidang transport, 3 infrastruktur bidang industri dan 1 infrastruktur bidang

Power Site.

(11)

d. Set up Institute for Information Industri (1979)

(Fase III : 1981 – 1999): Perubahan struktur industriyang berbasis Information Technology Industries dan tentang penguasaan pasar global, regional maupun internasional:

a. Dideklarasikannya berakhirnya masa Emergency Degree yaotu berakhirnya era ancama ideologi komunis Cna, melakukan demokratisasi yang lebih luas di Taiwan serat membina hubungan dengan negara Cina lebih baik.

b. Pelaksanaan perencanaan tahapan pembangunan yang dijalnkan sebagai acuan pertumbuhan.

Berikut ini adalah uraian lengkap dari rencana pembangunan dan sebagai acuan pembangunan:

1. 1953 – 1956: The First Four- years Economic Development Plan:

Konsentrasi kepada: rekonstruksi dan peningkatan produksi beras, pupuk, Hydro Elektronok Power

2. 1957 – 1960: The Second Four-Years Economic Development Plan:

Konsentrasi kepada: subtitusi import, industri dan agrikultur meningkat secra significant sehingga menyumbang kenaikan ekonomi

3. 1961-1964: pemberian instensif pada industri ekspor, peningkatan kualitas pelayanan dasar, pengembangan energi, kontribusi industri kepada pertumbuhan agrikultur, eksplorasi dan pengembangan terhadap kepulauan yang memeiliki keterbatasan sumber daya alam

4. 1965-1968: The Fourth Four-years Economic Development Plan:

Kosentrasi kepada penanggulangan dampak-dampak yang atas terjadinya pembatasan bantuan diluar negeri (Amerika Serikat dan Jepang) guna menuju kemandirian negara

5. 1969-1972: The Fifth Four-Years Economic Development Plan:

Peningkatan daya saing produk industri unggulan yang telah memberi pendapatan signifikan seperti: industri kimia dan jasa pelabuhan peti kemas 6. 1973-1976 The Sixth Four-Years Economy Development Plan:

(12)

2.5.2. Gerakan Reformasi Lahan (Land Reform): Pra syarat Pembangunan Ekonomi

Pada tahun 1949, bersamaan dengan datangnya Amerika sebagai negara sentral maka Chiang Khai Sek memulai gerakan Land Reform yang didukung penuh oleh Amerika, dengan tujuan untuk mengembalikan fungsi dan penggunaan tanah sebaik-baiknya untuk meningkatkan pendapatan para petani sehingga mampu mempersempit kesenjangan pendapatan anatara petani dan tuan tanah. Keberhasilan Taiwan melakukan gerakan reformasi lahan sebelum mengalami pertumbuhan ekonomi yang tinggi telah memberikan andil besar kepada distribusi pembangunan ekonomi domestik yang besar.

Adapun tahapan-tahapan penting yang berkaitan dengan gerakan reformasi lahan adalah sebagai berikut:

I. Pada tahun 1949-1953, Partai Kuomintang (KMT) melakukan reformasi lahan dimana program reformasi ini dilakukan tidak hanya untuk pemerataan hasil-hasil pembangunan tetapi juga memiliki dimensi politis yaitu agar dapat melakukan mobilisasi yang dijalankan oleh Partai Komunis Cina. Minimnya hubungan dengan kelompok-kelompok elit sebagai penguasa wilayah setempat, melimpahnya jumlah pewawis lahan serta bersama kekuatan untuk disebar ke pedesaan telah menjadikan program ini sukses.

II. Pada tahun 1953 dilakukan program reformasi kelembagaan yaitu dengan dibentuknya (ESB: Badan Stabilitas Ekonomi) Taiwan yang langsung dipimpin oleh seorang Gubernur dan dibantu oleh beberapa komisi yang bertugas menangani berbagai masalah pembangunan yang berbeda.

III. Dibentuk Asosiasi Industri dan Perdagangan Nasional Taiwan dengan peran sebagai jalur komunikasi dan sosialisasi program-program pembangunan pemerintah pusat kepada kelompok-kelompok dunia usaha.

2.6. Konsep “Global Village” Sebagai Fondasi Tranformasi Industrialisasi

(13)

berkat bantuan militer dan ekonomi dari AS, Chiang Kai Shek langsung membuat gran desain pembangunan ekonomi serta Land Reform yang kemudian dikelan dengan The Global Village.

Pembangunan yang terjadi di Taiwan dilakukan dengan memodernisasi industri pertanian sebagai dasar menuju masyarakat industri kecil menengah (SME,s: small and medium sized enterprises) untuk mejadi kekuatan dominan sehingga terciptanya oenguatan ekonomi yang nyata, yang dapat membuat rakyat mampu bersaing dengan dunia internasional. Keberhasilan konsep dasar pembangunan di Taiwan meliputi faktor-faktor berikut:

a) Tingginya Produktivitas Masyarakat Tradisional

b) Membangun Ekonomi pedesaan melalui Pendidikan dan Pertanian c) Modernisasi industri pertanian

d) Pertanian Sebagai Bisnis Strategi Pengembangan Industri.

(14)

BAB III PENUTUP

Kesimpulan:

Adanya nilai-nilai paham Konfusianisme yang cenderung bersifat less adversarial, less individualistic, dan less self-interested membentuk karakter masyarakat Jepang diyakini sebagai salah satu cikal bakal faktor mendasar dibalik kemajuan Jepang saat ini hingga bisa menjadi negara yang mewakili Asia yang bisa disejajarkan bangsa Barat. Pengaruh masa penjajahan Jepang di Taiwan terhadap proses industrialisasinya sangatlah besar. Model Development State Jepang yang telah memberikan pengaruh besar terhadap negara-negara pinggiran merupakan usaha-usaha integrasi ekonomi Jepang terhadap wilayah-wilayah jajahannya yang memang dilancarkan secara intens dan serius.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Dickson, Anna K, 1995, Development and International Relations, Cambridge: Politiy Press.

Fx, Sutopo. 2009. China Sejarah Singkat. Jogjakarta: Garasi.

Gilpin, Robert, Jean M., 2001. Global Political Economy Understanding the International Economic Order. New Jersey: Princeton University Press Government Information Office, 2006, Taiwan at a Glance 2005-2006.

Hadi, Syamsul. 2005. Strategi Pembangunan Mahatir dan Soeharto: Politik Industrialisasi dan Modal Jepang di Malaysia dan Indonesia. Jakarta: Pelangi Cendikia.

Hughes, Helen, 1992. Keberhasilan Industrialisasi di Asia Timur. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Lim Hua Sing. 2008. Japan & China in East Asean Integration. Singapore: Institute of Southeast Asian Studies, hal.197-198

Munandar, Haris.1995. Ekonomi-Politik di Asia Pasifik. Jakarta: Erlangga.

Rudy, T. May. 2003. Hubungan Internasional Kontemporer dan Masalah-masalah Global; Isu, Konsep, Teori dan Paradigma. Bandung: PT. Refika Aditama

Supriyadi, Ucup. 2008. Tesis. Fenomena Keberhasilan Pembangunsn Korea Selatan dan Taiwan. Jakarta: Universitas Indonesia.

Taiwan Government Informsyion Office. 2003. Taiwan Engine of Economic Growth. Taiwan: Brosur.

Referensi:

(16)

Christensen, Thomas J. 2003. “China, the US-Japan Alliance, and the Security Dilemma in East Asia”, pp. 25-56 in G John Ikenberry & M Mastanduno (eds), International Relations Theory and the Asia Pacific. New York: Columbia University Press.

Dosch, Jorn. 2004. “The United States in the Asia Pacific”, pp. 17-34 in Michael K Connors, Remy Davidson, Jorn Dosch (eds), The New Global Politics of the Asia-Pacific.

Kwon, Keedon. 2007. “Economic Development in East Asia and a Critique of the Post-Confucian Thesis”. Theory and Society. Vol. 36, no. 1, pp. 55-83.

Ravenhill, John. 2008. East Asian Regionalism: Much Ado about Nothing?. Working paper (Australian National University, Department of International Relations, Research School of Pacific and Asian Studies : Online); 2008/3, hal. 1-41.

Situs Online (Website):

http://www.isop.ucla.edu/eas/documents/1895shimonoseki-treaty.htm

http://geography.about.com/library/cia/blctaiwan.html

http://www.infoplease.com/atlas/country/taiwan.html

Referensi

Dokumen terkait

Kesesuaian Nama Mata Uji dan Program Studi yang tertera pada kanan atas Naskah Soal dengan Lembar Jawaban Ujian Nasional (LJUN).. Laporkan kepada pengawas ruang ujian apabila

mahagoni Jacq.), maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: Dari sampel daun yang telah diperoleh isolat fungi endofit dari tanaman mahoni ( Swietenia mahagoni

Dari hasil pengaruh temperatur pencampuran maupun nilai kepadatan campuran beraspal akan sangat mempengaruhi kinerja campuran beraspal, temperatur pencampuran pada saat pelaksanaan

CDM dari aplikasi penjadwalan dan monitoring perbaikan lambung kapal terdapat 10 tabel yang berasal dari kebutuhan penyimpanan data dari data flow diagram yaitu

Tujuan dari penelitian ini, Untuk mengidentifikasi dan mendeteksi kerusakan bantalan akibat korosi pada pompa sentrifugal dengan kondisi yang telah ditentukan melalui

terdapat dalam jaringan kripik tempe yaitu produsen, pemasok bahan mentah, agen, konsumen dengan adanya jaringan sosial kripik tempe sido gurih ini terbentuk karena

Zulham Mulyadi Nasution: Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Dan Barang Pada Angkutan Darat..., 2004... Zulham Mulyadi Nasution: Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Dan Barang

[r]