• Tidak ada hasil yang ditemukan

BEST PRACTICES PENGEMBANGAN E GOVERNMENT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BEST PRACTICES PENGEMBANGAN E GOVERNMENT"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BEST PRACTICES PENGEMBANGAN E-GOVERNMENT

PADA PEMERINTAH DAERAH1

Junaidi

Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sriwijaya

Email : junaidiakas@yahoo.com

Abstrak

Akhir-akhir ini Pemerintah daerah telah banyak melakukan berbagai upaya peningkatkan kualitas pelayanan publik. Berbagai cara dan metode dilakukan. Salah satunya dengan mengaplikasikan berbagai teknologi informasi dalam proses penyelenggaraan pelayanan publik atau e-government. Sejak terbitnya Instruksi Presiden Republik Indonesia No.3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government, berbagai Instansi Pemerintah termasuk pemerintah daerah mulai mengadopsi e-government tersebut dengan berbagai metode dan tahapan. Dari pengamatan selama ini, Beberapa daerah menunjukkan kinerja pengembangan e-governmentnya cukup baik, namun beberapa da erah lain baru memahami penerapan e-government hanyalah sebatas membangun website. Bahkan website yang ada pun jauh dari kesan informatif. Tulisan ini mencoba mendiskripsikan dua aspek. Pertama, Potret dari beberapa Pemerintah daerah baik propinsi maupun kabupaten atau kota yang dianggap berhasil meningkatkan kualitas pelayanan publik melalui pemanfaatan teknologi informasi atau e-government. Pemda tersebut antara lain Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Kabupaten Jembrana, Kota Surabaya, Kabupaten Sragen dan Kota Yogyakarta. Kedua, Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi Keberhasilan Pemerintah Daerah dalam Pengembangan e-government. Belajar dari beberapa pemda yang telah berhasil meningkatkan kualitas pelayanan publik melalui pemanfaatn TI, ada 4 faktor dominan yang menjadi pendukung keberhasilannya yaitu Adanya political will Kepala Daerah, adanya blue print atau master plan pengembangan e-government, Manajemen perubahan dan adanya Partisipasi Masyarakat.

Kata kunci: pengembangan e-government, best practice, political will

1 Tulisan ini merupakan penyempurnaan dari makalah penulis yang pernah dipresentasikan

(2)

PENDAHULUAN

Saat ini upaya pengembangan e-government semakin luas dan nyata di lakukan kalangan birokrasi publik. Kecenderungan birokrasi publik seperti departemen, lembaga pemerintah non departemen, pemerintah daerah propinsi, kota dan kabupaten, menerapkan e-government dalam sistem tata pemerintahan sangat menarik untuk disimak dan dikaji.

Meningkatnya kualitas maupun kuantitas instansi pemerintah menerapkan e-government dapat dilihat sebagai bentuk komitmen pemerintah (pusat atau daerah) dalam upaya mengantisipasi perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi saat ini serta untuk mempercepat pembangunan telematika di Indonesia di masa mendatang, khususnya pemanfatan teknologi informasi guna mendukung reformasi birokrasi dan peningkatan kualitas pelayanan publik. Kondisi ini tentu sangat besar pengaruhnya bagi perbaikan citra birokrasi pemerintah ditengah maraknya praktek korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang dilakukan oleh para birokrat serta pejabat negara. Sebab nilai utama yang ingin dikejar dari kehadiran

e-government pada instansi pemerintah pada dasarnya adalah memaksimalkan nilai efisiensi, efektivitas, transparansi dan akuntabilitas.

Sejak terbitnya Instruksi Presiden Republik Indonesia No.3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi

Nasional Pengembangan

E-Government, berbagai Instansi Pemerintah termasuk pemerintah daerah mulai mengadopsi e-government tersebut dengan berbagai metode dan tahapan. Untuk mendukung upaya ini,

pihak masyarakat pun

menyelenggarakan E-Government Award, misalnya pemberian Penghargaan E-government Award oleh Majalah Warta Ekonomi yang telah dilakukan sejak Tahun 2002 (Tabel 1). Dukungan ini pada dasarnya sebagai bentuk apresiasi masyarakat terhadap Pemda yang serius menerapkan e-government. Dari Pengamatan selama ini, Beberapa daerah menunjukkan

kinerja pengembangan

e-governmentnya cukup baik, namun beberapa daerah lain baru memahami penerapan e-government hanyalah sebatas membangun website. Bahkan website yang ada pun jauh dari kesan informatif.

(3)

Kabupaten / Kota

Juara I Kabupaten Jembrana

e-Leadership Kota

Surabaya

Sumber: diolah Junaidi dari berbagai sumber, 2011.

Tulisan ini mencoba

mendiskripsikan beberapa hal. Pertama, Potret dari beberapa Pemerintah daerah baik propinsi maupun kabupaten atau kota yang dianggap berhasil meningkatkan kualitas pelayanan publik melalui pemanfaatan teknologi informasi atau e-government. Pemda tersebut antara lain Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Kabupaten Jembrana, Kota Surabaya, Kabupaten Sragen dan Kota Yogyakarta. Kedua, Faktor-faktor yang mempengaruhi Keberhasilan Pengembangan e-government dalam mendukung Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik

KONSEPSI PENGEMBANGAN E-GOVERNMENT

Di lingkungan pemerintahan Tehnologi Informasi atau TI sudah lama digunakan untuk mendukung tata laksana pemerintahan. Pemanfataan TI dimaksud pada awalnya hanya

(4)

Informasi Manajemen Pemerintahan pada waktu itu adalah melihat ke dalam (inward looking). Hampir sebagian besar Sistem Informasi yang dibangun menggunakan alasan untuk memenuhi kebutuhan instansi. Masih jarang - pada waktu itu sistem informasi manajemen pemerintahan yang dimaksudkan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan publik. Sebagai contoh, ketika muncul ide pembangunan sisten layanan pengurusan pajak kendaraan bermotor dalam satu atap (SIMTAP) alasan yang digunakan bukan untuk memperbaiki pelayanan publik, melainkan untuk meningkatkan pendapatan pemerintah.

Kondisi di atas berangsur berubah ketika internet sudah pula masuk ke lingkungan pemerintahan. Proses administrasi yang pada dasarnya adalah pengolahan informasi, dilakukan lewat internet, meninggalkan tradisi “hitam di atas putih” alias serba kertas. Lewat media inilah lahir apa yang disebut e-(electronic) government, meniru sektor swasta yang lebih dulu menerapkan e-commerce (Wibawa, 2000:1).

Ide dasar e-government sebenarnya adalah pada kebijakan “buatlah sekali saja” dimana badan-badan/dinas dan lembaga pemerintah berusaha menghindari duplikasi usaha, mematuhi standar-standar umum dan menggunakan infrastruktur yang sama untuk melayani warga masyarakat tanpa sekat. Semangat yang ingin disampaikan dalam e-government adalah transparansi. Diharapkan dengan transparansi, korupsi dapat dikurangi (Purbokusumo, 2005 : 82).

Beragam pengertian yang disampaikan baik itu oleh institusi non pemerintah atau institusi pemerintah terhadap konsep e-government. United Nation Development Programme (UNDP) dalam suatu kesempatan mendefinisikannya secara lebih

sederhana, yaitu: e-government is the application of Information and Communication Technology (ICT) by

government agencies” (dalam Idrajit, 2002:2). Sementara itu, vendor perangkat lunak terkemuka semacam SAP memiliki definisi yang cukup unik, yaitu: e-government is a global reform movement to promote Internet use by government agencies and everyone who

deals with them” (dalam Idrajit, ibid). Janed Caldow, Direktur dari Institue for electronic Government (IBM Corporation) dari hasil kajiannya bersama Kennedy School of Government, Harvard University, memberikan sebuah definisi yang menarik, yaitu: electronic government is nothing short of a fundamental transformation of government and governance at a scale we have not withnessed since the beginning of the industrial era” (dalam Idrajit, 2002:3).

(5)

government management. The resulting benefits can be less corruption, increased transparancy, greater convenience, revenue growth, and/or costs reductions" (dalam Achmad Djunaedi, 2002:2).

Setelah melihat bagaimana

lembaga-lembaga non pemerintah

mendefinisikan e-government, maka ada baiknya dikaji pula bagaimana

sebuah pemerintahan

menggambarkannya. Pemerintah federal Amerika serikat mendefinisikan e-Government secara ringkas, padat dan jelas, yaitu: e-Government refers to the delivery of government information and service online through the internet or other digital means (dalam Idrajit, ibid). Sementara itu, Nevada, salah satu negara bagian di Amerika Serikat, mendefinisikan e-Government sebagai: (a) online service that eradicate the traditional barriers that prevent citizens and businesses from using govermnent services and replace those barries with convenient access; (b) government operations for internal constituences that simplify the operational demands of goverrnment for both agencies and employess (dalam Idrajit, ibid). Pemerintah New Zealand melihat e-government sebagai fenomena sebagai berikut: e-government is a way for e-government to use the new technologies to provide peole with more convenient access to government information and services, to improve the quality of the service and to provide greater opportunities to participate in our democratic institutions and processes" (dalam Idrajit, 2002:4).

Italy mungkin termasuk salah satu negara yang paling lengkap dan detail dalam mendefinisikan e-Government, yaitu: the use of modern ICT in the modernization of aur administration, which comprise the following classes of

action: (a) computerization, designed to enhance operational efficienscy within individual departemens and agencies; (b) computerization of service to citizen and firms, oten implying integration among the services of different departemens and agencies; dan (c) provision of ICT access to final users of government services and information (dalam Idrajit, ibid).

Dengan kata lain secara umum e-government sendiri adalah sistem manajemen informasi dan manajemen layanan masyarakat berbasis internet (Purbokusumo, ibid). Walaupun terdapat definisi yang berbeda-beda, namun dalam definisi di atas terdapat beberapa kesamaan dalam hal karakteristik dari definisi E-Government yaitu: (a) merupakan suatu mekanisme interaksi baru (modern) pemerintah, baik terhadap pihak internal pemerintahan sendiri maupun dengan pihak eksternal pemerintahan seperti instansi pemerintah lain, masyarakat, dan swasta atau kalangan yang berkepentingan (stakeholders); (b) melibatkan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi ICT (terutama internet) sebagai alat; (c) tujuan adalah untuk meningkatkan kualitas layanan, efisiensi, efektivitas, transparansi dan akuntabilitas; (d) adapun obyeknya adalah Layanan pemerintah.

(6)

diterapkan; dan (b) aspek manfaat, yaitu menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan besarnya manfaat yang dirasakan oleh para penggunanya (Indrajit, 2002:29).

Berdasarkan dua aspek di atas, maka tingkatan layanan e-government sebagaimana terlihat pada Gambar 1 di bawah ini:

Gambar 1 Tingkatan layanan e-government

Tingkatan (Nilai)

Kompleksitas

Sumber : PIU UK 2000, Fig.4.1 dalam Achmad Djunaedi, 2003. Beberapa Pemikiran Penerapan E-Government dalam Pemerintahan Daerah di Indonesia. Hal.4

Gambar di atas menunjukkan ada tiga tingkatan layanan utama dalam e-government yaitu : Publish, Interact, dan Transact (Indrajit, 2003:29-32)

Tingkatan Pertama yaitu Publish. Jenis ini merupakan implementasi e-government yang termudah karena selain proyeknya yang berskala kecil, kebanyakan aplikasinya tidak perlu melibatkan sejumlah sumber daya yang besar dan beragam. Di dalam kelas publish ini yang terjadi adalah sebuah komunikasi satu arah, dimana pemerintah mempublikasikan berbagai data dan informasi yang dimilikinya untuk dapat secara lagsung dan bebas diakses oleh masyarakat dan pihak-pihak lain yang berkepentingan melalui internet. Biasanya kanal akses yang

dipergunakan adalah komputer atau handphone melalui medium internet, dimana alat-alat tersebut dapat dipergunakan untuk mengakses home page (website) departemen atau divisi terkait, dimana kemudian user dapat melakukan browsing (melalui link yang ada) terhadap data atau informasi yang dibutuhkan.

Tingkatan Kedua yaitu Interact. Berbeda dengan kelas Publish yang sifatnya pasif, pada kelas interact telah terjadi komunikasi dua arah antara pemerintah dengan mereka yang berkepentingan. Ada dua jenis aplikasi yang biasa dipergunakan. Yang pertama adalah bentuk portal dimana home page terkait memberikan fasilitas searching bagi mereka yang ingin mencari data

PUBLIKASI: layanan

penyedian informasi

untuk pengguna

INTERAKSI: layanan pencarian dan pengambilan informasi berdasar kriteria dari pengguna (misal direktori medis)

(7)

atau informasi secara spesifik (pada kelas Publish, user hanya dapat mengikuti link saja). yang kedua adalah pemerintah menyediakan kanal dimana masyarakat dapat melakukan diskusi dengan unit-unit tertentu yang berkepentingan, baik secara langsung (seperti chatting, tele-conference, web-TV, dan lain sebagainya) maupun tidak langsung (melalui email, frequent ask question, newsletter, mailing list, dan lain sebagainya.

Tingkatan ketiga adalah Transact. Yang terjadi pada kelas ini adalah interaksi dua arah seperti pada kelas interact, hanya saja terjadi sebuah transaksi yang berhubungan dengan perpindahan uang dari satu pihak ke pihak lainnya (tidak gratis, masyarakat harus membayar jasa pelayanan yang diberikan oleh pemerintah atau mitra kerjanya). Aplikasi ini jauh lebih rumit

dibandingkan dengan dua kelas lainnya karena harus adanya sistem keamanan yang baik agar perpindahannuang dapat dilakukan secara aman dan hak-hak privacy berbagai pihak yang bertransaksi terlindungi dengan baik.

(8)

Gambar 2 Tipe relasi dalam e-government

Sumber :Djunaedi, Achmad, 2003. Beberapa Pemikiran Penerapan E-Government dalam Pemerintahan Daerah di Indonesia, hal.2)

Government to Citizens (G2C)

Tipe G2C ini merupakan aplikasi e-government yang paling umum, yaitu di mana pemerintah membangun dan menerapkan berbagai portofolio teknologi informasi dengan tujuan utama untuk memperbaiki hubungan interaksi dengan masyarakat (rakyat). Dengan kata lain, tujuan utama dari dibangunnya aplikasi e-government bertipe G2C adalah untuk mendekatkan pemerintah dengan rakyatnya melalui kanal-kanal akses yang beragam agar masyarakat dapat dengan mudah menjangkau pemerintahnya untuk pemenuhan berbagai kebutuhan pelayanan sehari-hari.

Government to Business (G2B)

Salah satu tugas utama dari sebuah pemerintahan adalah membentuk sebuah lingkungan bisnis yang kondusif

agar roda perekonomian sebuah negara dapat berjalan sebagaimana mestinya. Dalam melakukan aktivitas sehari-harinya, entiti bisnis semacam perusahaan swasta membutuhkan banyak sekali data dan informasi yang dimiliki oleh pemerintah. Di samping itu, yang bersangkutan juga harus berinteraksi dengan berbagai lembaga kenegaraan karena berkaitan dengan hak dan kewajiban organisasinya sebagai sebuah entiti berorientasi profit. Diperlukannya relasi yang baik antara pemerintah dengan kalangan bisnis tidak saja bertujuan untuk memperlancar para praktisi bisnis dalam menjalankan roda perusahaannya, namun lebih jauh lagi banyak hal yang dapat menguntungkan pemerintah jika terjadi relasi interaksi yang baik dan efektif dengan industri swasta.

Antar lembaga pemerintah/ Government to Government

(G2G) Antar warga

masyarakat (C2C)

Warga Warga

Pemerintah

Bisnis

Bisnis

Pemerinta Government

to Costomers

(G2C)

Business to Customers (B2C) : terasa

lebih dekat

Government to Business

(G2B)

Business to business (B2B): trankasi

antar

G2C, G2B, G2G lebih akrab, nyaman, transparan,

(9)

Government to Government (G2G) Di era globalisasi ini terlihat jelas adanya kebutuhan bagi negara-negar untuk saling berkomunikasi secara intens dari hari ke hari. Kebutuhan untuk berinteraksi antar satu pemerintah dengan pemerintah setiap harinya tidak hanya berkisar pada hal-hal yang berbau diplomasi semata, namun lebih jauh lagi untuk memperlancar kerjasama antar negra dan kerjasama antar entiti-entiti negara (masyarakat, industri, perusahaan, dan lain-lain) dalam melakukan hal hal yang berkaitan dengan administrasi perdagangan, proses-proses politik, mekanisme hubungan sosial dan budaya, dan lain sebagainya.

Electronic government ini dapat diimplementasikan dalam berbagai cara. Menurut Setiayadi (2003:10) contohnya-contohnya antara lain: (a) penyedian sumber informasi, khususnya informasi yang sering dicari oleh masyarakat. Informasi ini dapat diperoleh langsung dari tempat kantor pemerintahan, dari kios info (info kiosk), ataupun dari internet (yang dapat diakses oleh masyarakat dimana pun dia berada). Informasi ini dapat berupa informasi potensi daerah sehingga calon investor dapat mengetahui potensi tersebut. Informasi-informasi tentang berapa pendapatan daerah, komoditas unggulan daerah, jumlah perguruan tinggi di daerah, dan kondisi kualitas sumber daya manusia di daerah dapat diperoleh masyarakat secara cepat melalui web site daerah. Tersedianya informasi seperti itu akan menjadi penentu keberhasilkan dalam persaingan di era globalisasi informasi; (b) penyediaan mekanisme akses melaui kios informasi yang tersedia di kantor pemerintahan dan juga di tempat umum. Usaha penyedian akses ini dilakukan untuk menjamin kesetaraan kesempatan untuk mendapatkan

informasi; (c) e-procurement dimana pemerintah daat melakukan tender secara on-line dan transparan .

Adanya Electronic government ini akan membawa banyak manfaat, Menurut Inpres Nomor 3 Tahun 2003 tentang kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government ( dalam Setiadi, 2003) bahwa manfaat e-government antara lain :

1. Pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat. Informasi dapat disediakan 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu, tanpa harus menunggu dibukanya kantor. Informasi dapat dicari dari kantor, rumah, atau dari mana saja tanpa harus secara fisik datang ka kantor pemerintahan.

2. Peningkatan hubungan antara pemerintah, pelaku bisnis, dan masyarakat umum. Adanya keterbukaan (transparansi) maka diharapkan hubungan antara berbagai pihak menjadi lebih baik. Keterbukaan ini menghilangkan saling curiga dan kekesalan dari semua pihak.

3. Pemberdayaan masyarakat melalui informasi yang mudah diperoleh. Dengan adanya informasi yang mencukupi, masyarakat akan belajar untuk dapat mementukan pilihannya. Sebagai contoh, data-data tentang persekolahan (jumlah kelas, daya tampung murid, passing grade, dan sebagainya) dapat ditampilkan secara online dan digunakan oleh orang tua untuk memilihkan sekolah yang pas untuk anaknya.

(10)

Tanya jawab, koordinasi, diskusi antara pimpinan daerah dapat dilakukan tanpa kesemuanya harus berada pada lokasi fisik yang sama. Tidak lagi semua harus terbang ke jakarta untuk pertemuan yang hanya berlangsung satu atau dua jam. Di samping itu, dengan menggunakan teknologi on line, banyak proses yang dapat dilakukan dalam format digital, al ini akan banyak mengurangi penggunaan kertas (paperwork), sehingga proses akan menjadi lebih efisen dan hemat ((Purbokusumo, 2005 : 83).

5. Membantu mengintegrasikan pengetahuan (knowledge), informasi dan aktivitas dalam proses pemerintahan; mengurangi biaya-biaya operasi atau pungutan liar; meningkatkan tranparansi kepada publik; dan peningkatan kinerja melalui koordinasi dengan instansi terkait dan penggunaan data bersama (data sharing) yang lebih mudah, murah dan cepat ( Jogiyanto, 2003:4).

Di samping itu, kehadiran e-government dalam sistem tata pemerintahan dalam berbagai tingkat pada dasarnya adalah solusi bagi masalah-masalah pemerintahan seperti adanya kelambanan dalam pelayanan publik akibat adanya hirarkhi yang pangang dan prosedur yang kompleks; kualitas kebijakan yang buruk yang diakibatkan oleh informasi tidak tersedia pada saat dibutuhkan, manajemen informasi yang buruk serta alur informasi hanya bersifat vertikal dan tidak horizontal; KKN dan kebocoran yang tinggi akibat efektivitas pengawasan dan monitoring yang rendah; dan adanya investasi dari luar yang rendah sebagai akibat dari tidak tersedianya data potensi

sumberdaya dan pasar tidak tersedia serta biaya investasi yang tinggi.

Adanya e-government ini menurut Dwiyanto (2003) akan memberikan manfaat yaitu :

1. E-government menyederhanakan hirarkhi dan memperbaiki kualitas informasi sehingga hubungan antara bawahan menjadi terbuka dan langsung, kualitas dan kecepatan informasi menjadi lebih baik, pengambilan keputusan bisa memanfaatkan informasi secara optimal, dan respon pemerintah menjadi lebih baik dan tepat. 2. E-government memperbaiki

kualitas kebijakan dan legitimasi pemerintah meningkat, sehingga kebijakan pemerintah menjadi information-based dan efektif.

3. E-government membantu

mengorganisir data, menganalisis, dan memperbaharui data secara lebih mudah sehingga informasi mengenai potensi daerah bisa diperoleh dengan mudah.

4. E-government membuat

transparansi dan akuntabilitas pemerintah dan pelayanan menjadi takterhindarkan

5. E-government mempercepat terwujudnya good governance

(11)

yang bersifat statis, sementara dalam faktor nen teknis berkaitan dengan manusia yang memiliki berbagai karakter dan latar belakang kepentingan yang berbeda.

Bila visi, definisi dan leadership sudah dimiliki, faktor berikut yang menentukan dalam suksesnya implementasi e-government adalah kesepakatan mengenai sasaran yang ingin dicapai dengan e-government. Secara bijak Amartya Sen, ekonom pemenang hadiah nobel ekonomi, mengingatkan bahwa teknologi hanyalah alat (means) bukan tujuan (ends). Kesalahan dalam menetapkan tujuan membawa kita terjebak pada keberhasilan semu. Dengan pola Pikir Sen ini, kita harus berani mengatakan bahwa tujuan kita membangun e-government buka agar semua instansi pemerintah terotomatisasi, atau terintegrasi satu dengan lainnya melalui Internet, atau agar terbangun sistem pelayan publik secara online, namun lebih besar dari itu, yakni sebagai sarana untuk menyejahterakan masyarakat. Kejelasan sasaran dan pemahaman serta konsistensi semua pelaku terhadap tercapainya sasaran inilah yang perlu disepakati sejak awal suatu pemerintah merencanakan membangun e-government. Jika tidak, yang akan terbentuk adalah aplikasi-aplikasi telematika yang dibangun tanpa mengindahkan harmonisasi dan sinergi dengan elemen pemerintah lainnya.

Selain itu, faktor keberhasilan lainnya adalah adanya strategi implementasi yang jelas. Strategi ini di sini diibaratkan sebagai beberapa ekor kuda penarik sebuah kereta. Bila tidak ada kuda yang bergerak, maka kereta akan tetap tingal diam, sebaliknya bila kuda-kuda tersebut dibiarkan bergerak liar, maka laju kereta tidak terkendali da penumpang dalam keadaan bahya.

Kemampuan menentukan strategi dan sekaligus mengendalikan sumber daya ketika menjalankan e-government menjadi faktor pendukung suskes tidaknya implementasi e-government. Beberapa strategi tersebut yaitu (1) Strategi Integrasi Proses dan Teknologi, (2) Strategi yang berkaitan dengan Pembangunan Ekonomi, (3) Strategi yang berkaitan dengan upaya Demokratisasi, (4) Strategi yang berkaitan dengan upaya membangun komunitas, (5) Strategi yang berkaitan dengan upaya membangun koordinasi intra dan antar-instansi pemerintah, (6) Strategi yang berkaitan dengan perlunya tersedia kebijakan pendukung, (7) Strategi yang berkaitan dengan upaya penyediaan infrastruktur Internet dan aplikasi e-government (lebih lengkap lihat Setiadi , Ibid, hal.11-13).

Sementara itu, menurut hasil kajian dan riset dari Harvard JFK School of Government, untuk menerapkan konsep-konsep digitalisasi pada sektor publik, ada tiga elemen sukses yang harus dimiliki dan diperhatikan sungguh-sungguh. Masing-masing elemen sukses tersebut adalah Support, Capacity, dan Value (Indrajit, 2003:15).

POTRET PENGEMBANGAN

E-GOVERNMENT DI BEBERAPA DAERAH

(12)

Sragen memiliki program yang unggul dimana program tersebut tidak dimiliki oleh pemda lain. Namun demikian keunggulan tersebut memiliki arah yang sama yaitu bagaimana kualitas pelayanan publik semakin cepat, murah, transparan maupun akuntabel.

Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Pengembangan TI di Pemerintah Propinsi DIY telah dimulai sejak tahun 2002 yang diawali dengan pembangunan situs www.pemda-diy.go.id dan diikuti dengan penyusunan Rencana Induk Pengembangan e-government dan pembangunan infrastruktur interkoneksi antar instansi Pemerintah Propinsi DIY dengan menggunakan kabel hibrid fiber optic coaxia l(HFC) serta pengadaan perangkat keras pendukungnya seperti komputer server, personal komputer, dan lain sebagainya. Kemudian pada tahun berikutnya mulai dilakukan pengembangan perangkat lunak untuk mendukung para birokrat dalam melaksanakan tugas sehari-hari. Mengingat kegiatan pengembangan e-Government demikian banyaknya dan tidak akan selesai dalam jangka waktu yang pendek dan dalam rangka memenangkan persaingan baik antar pemerintah daerah maupun antar wilayah di luar negari diperlukan terobosan-terobosan, maka pada tahun anggaran 2005 Pemerintah Propinsi DIY mulai memutuskan untuk menemukenali bidang-bidang yang

mempunyai potensi untuk

dikembangkan dengan memanfaatkan jaringan internet/intranet dengan apa yang disebut dengan Digital Government Services (DGS). Pengembangan DGS ini diyakini akan mempercepat tercapainya visi pemerintah daerah yaitu ”Mantapnya Pemerintah Daerah yang katalistik dan

mendukung terbentuknya masyarakat

kompetitif”, karena dengan pengembangan DGS diyakini dapat mewujudkan pelayanan prima kepada seluruh masyarakat serta merupakan bagian upaya menuju terwujudnya Jogja Cyber Province. Jogja Cyber Province adalah model propinsi yang melakukan transformasi layanan yang berorientasi kepada pelanggan (masyarakat) dengan berbasis pada proses bisnis, informasi dan pengetahuan yang memanfaatkan TIK sebagai akselerator (Warta Ekonomi dan Dian Rakyat, 2010:44).

Ada enam bidang Layanan Unggulan DGS yaitu Pendidikan, Pariwisata, Perindustrian dan

Perdagangan, Pertanian,

Perikanan/Kelautan dan Perhubungan). Enam bidang tersebut telah ditunjuk sebagai pilot project bidang unggulan DGS 2006-2008. Dalam tiap bidang dipilih inisiatif strategis dengan tujuan yang terkait dengan peningkatan daya saing dan kesejahteraan masyarakat. Untuk memberi gambaran tentang inisiatif tersebut, di bawah ini diberikan masing-masing satu contoh inisiatif strategis di Bidang Pendidikan dan Bidang Perindustrian-Perdagangan. Dua inisiatif strategis ini telah diimplementasikan sejak Tahun 2006.

Pertama, Layanan Unggulan Bidang Pendidikan. Pemerintah menyediakan layanan pembelajaran melalui pemanfaatan ICT (baik on-line maupun offline). Layanan unggulan

(13)

sebagainya) untuk saling berkomunikasi dan berkontribusi terhadap peningkatan kualitas pendidikan di DIY. “Gerbang Pembelajaran” ini diintegrasikan dengan “DIY Regional Library Network” yang sudah dikembangkan dan akan diintegrasikan dengan national and international learning exchange.

Kedua, Layanan Unggulan Bidang Perindustrian dan Perdagangan. Pemerintah memberdayakan UKMK (Usaha Kecil Menengah dan Koperasi) dengan bertindak sebagai mediator atau konsultan bisnis yang menggerakan sendi-sendi bidang industri, perdagangan dan jasa di DIY. Fungsi mediator ini direpresentasikan melalui layanan DIY Small and Medium Business Development Center, yang diharapkan mampu menarik dunia usaha (investor, pembeli, distributor, retailer, dan lain-lain) serta mampu mendorong UKMK agar cepat tanggap terhadap dinamika bisnis.

Tahun 2008 pengembangan DGS diorientasikan pada Bidang Kesehatan dan Bidang Tenaga Kerja dan Transmigrasi. DGS bidang kesehatan yang dihasilkan saat ini bersifat informatif kepada masyarakat dan layanan interaktif untuk layanan registrasi online tenaga kesehatan. Layanan unggulan bidang kesehatan dapat dipahami bahwa Dinkes Propinsi DIY berperan sebagai pusat informasi kesehatan (Health Information Center); sebagai penyedia informasi yang terpercaya (reliable) dan capable untuk memetakan kondisi kesehatan masyarakat; melakukan analisa kesehatan berdasarkan data yang komprehensif dari semua unit-unit kesehatan; melakukan pemantauan dan pengendalian masalah kesehatan melalui Health Monitoring System dan Konsultan kesehatan bagi masyarakat,

baik secara online (web) maupun offline.

Beberapa aplikasi yang berhasil dibangun sebagai program unggulan berbasis TI antara lain aplikasi pendidikan berbasis online dan integrasi sitem pemerintahan sektoral yang terdiri dari bidang transportasi, pariwisata, tenaga kerja, dan kesehatan, dengan membangun sistem informasi terpadu (Warta Ekonomi dan Dian Rakyat, 2010:45). Untuk dapat mencapai sustainable development,

maka Pemprop Yogyakarta

mengantisipasi dengan menyiapkan blue print pengembangan e-government.

Aplikasi yang dikembangkan lewat program DGS banyak menyentuh masyarakat, misalnya Plaza Informasi yang menerima kunjungan masyarakat untuk mendapatkan informasi. Selain itu, dengan mengguakan sistem jemput bola, pemprop juga membuat Mobile Community Access Point (MCAP) yang mengunjungi masyarakat untuk memberikan informasi.

Kota Surabaya

(14)

Pengadaan barang dan jasa melalui lelang secara on line di kota Surabaya mula-mula dilakukan dengan dibukanya

situs web dengan nama

www.lelangserentak.com pada tahun 2003. Sarana awal e-government Pemerintah Kota Surabaya untuk lelang publik tersebut dibuka dengan keinginan yang kuat untuk menciptakan sistem lelang yang efisien, transparan, akurat, tepat waktu, dan menghemat anggaran publik. Seiring dengan perkembangan minat warga Surabaya yang meningkat dalam penggunaan fasilitas internet, situs ini ternyata mendapat tanggapan yang sangat positif dari warga masyarakat, terutama para pengusaha atau rekanan swasta yang selama ini kesulitan untuk mendapat akses ke jalur-jalur birokrasi Pemerintah Kota Surabaya yang terkadang rumit dan tidak transparan. Pada saat yang sama, para pejabat Pemkot Surabaya juga melihat bahwa biaya yang harus dialokasikan untuk pengembangan sistem ini sebenarnya cukup murah sedangkan keuntungan dari segi efisiensi biaya sangat besar.

Maka selanjutnya Pemkot Surabaya

punya komitmen untuk

menyempurnakan sistem lelang serentak tersebut dengan membuka situs yang lebih formal dengan nama www.surabaya-eproc.or.id pada tahun 2004. Kebijakan pelaksanaan e-procurement tersebut tertuang dalam Peraturan Walikota Surabaya nomor 50 tahun 2004 jo nomor 30 tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik (e-Procurement). Sistem internal yang terdapat di jajaran Pemkot Surabaya itu selanjutnya disebut Surabaya e-Procurement System (SePS) yang mengaitkan database tentang kebutuhan pengadaan barang dan jasa dengan banyak asosiasi rekanan atau pengusaha bisnis kecil

secara on line. Sejak dilaksanakannya e-procurement, lebih banyak lagi transaksi pengadaan barang dan jasa dapat dilaksanakan oleh Pemkot Surabaya melalui media elektronik. Pada tahun 2005, misalnya, tercatat bahwa ada sekitar 3.000 badan usaha telah menjadi anggota dari sistem e-procurement Pemkot Surabaya dengan total nilai lelang barang/jasa yang mencapai hampir Rp 300 milyar (Kumorotomo, 2008:10)

Perkembangan terbaru dari e-procurement di Pemkot Surabaya adalah ditingkatkannya keamanan transfer data sehingga mendapat pengakuan berupa sertifikat ISO 27001:2005 tentang Security

Management System. Mulai

pertengahan tahun 2007, pihak Pemkot juga meluncurkan layanan berupa Smart Office Zone. Layanan ini berupa fasilitas hotspot untuk mengakses internet yang disediakan untuk kawasan 250.000 meter persegi di sekitar kompleks perkantoran dan Taman Surya di balai kota Pemkot Surabaya. Integrasi dari layanan pengadaan barang dan jasa juga dilakukan dengan kantor unit pelayanan terpadu yang memiliki Sistem Manajemen Satu Atap (SIMTAP). Dari segi software, sudah dilakukan pengembangan sebanyak lima kali dengan basis program open source Linux Debian. Versi terakhir dari e-procurement sudah dilengkapi dengan Public Key Infrastructure. Stabilitas dari akses ke www.surabaya-eproc.or.id juga dijamin dengan sistem back up yang menggunakan colocation di Jakarta. Tentu saja fasilitas keamanan yang lain bagi setiap transaksi, seperti password, user name, enkripsi dan sistem private key juga telah dibuat sesuai standar.

(15)

2008 telah dibentuk Kantor Unit Layanan Pengadaan (ULP) yang bertugas mengadakan pelelangan dari seluruh Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) di lingkungan Pemkot Surabaya.

Program lain yang menjadi unggulan pemerintah Kota Surabaya adalah Government Resources Management System (GRMS) (Warta Ekonomi dan Rakyat, 2010:32). GRMS adalah sistem pengelolaan sumber daya pemerintahan yang terintegrasi dari aktivitas birokrasi dari hulu sampai hilir (dalam konteks belanja) yang dikembangkan dalam rangka menjunjang pengelolaan keuangan daerah. Sistem GRMS yang dikembangkan terdiri dari e-Budgeting, Project Planning, Procurement, e-Delivery; e-Controlling dan e-Performance.

Aplikasi lain yang dikembangkan oleh Pemkot Surabaya adalah Gessy (Gateway for Short Message System). Sistem SMS Gateway ini memiliki kegunaan mengirim pesan secara massal, mengambil data dari database, membuat autoresponder SMS, dan membuat interface berbasis web. Salah satu manfaatnya adalah warga Kota Surabaya dapat dengan mudah mendapatkan informasi mengenai data kependudukannya di wilayah Surabaya cukup dengan mengirim SMS. Gessy juga dapat menyajikan data jumlah penduduk Kota Surabaya lengkap dengan gendernya atau untuk mengetahui jumlah penduduk usia produktif. Pemkot Surabaya juga memanfaatkan sistem SMS Gateway sebagai sarana pengaduan proyek fisik.

Terobosan lain yang kini tengah dilakukan Pemkot Surabaya adalah menambah sidik jari dalam Kartu Identitas Penduduk (KTP). Terobosan ini sebagai tambahan identitas seseorang di samping KTP Nasional.

Ke depan, Pemkot seudah menyiapkan konsep pengembangan sistem integrasi dalam pemanfaatan KTP di samping sebagai identitas diri dapat juga dimanfaatkan sebagai integrasi untuk intervensi program pemerintah dan penggali potensi. Misalnya melalui KTP yang telah terintegrasi, akan dapat terdeteksi identitas pe nerima bantuan bagi keluarga miskin. Pada sektor pendidikan, dapat dimanfaatkan juga sebagai validasi pembayaran biaya sekolah dan penerima bantuan beasiswa.

Kabupaten Jembrana

Pengembangan e-government yang optimal perlu didukung dengan perencanaan yang baik. Dengan adanya perencanaan yang baik, penerapan teknologi informasi diharapkan akan dapat didorong untuk memaksimalkan capaian tugas-tugas pemerintahan, sehingga biaya-biaya yang dikeluarkan nantinya tidak semata-mata hanya sebagai pengeluaran saja, tetapi dapat menjadi salah satu bentuk investasi yang menguntungkan. Inilah yang mendorong Pemerintah Kabupaten Jembrana menyusun Rencana Induk Pengembangan e-Government. Penyusunan Rencana Induk Pengembangan e-Government dimulai tahun 2004 untuk masa berlaku 2004-2008. Selanjutnya disusun kembali Rencana Induk Pengembangan e-Government Tahun 2009-2013. Akibat terencananya program pengembangan e-government di Jembrana, banyak prestasi yang kini diraih Pemkab Jembrana.

(16)

penerapan kartu J-Card (Jembrana Card). Setiap warga Jembrana yang memiliki J-Card dapat pergi ke rumah sakit dan menunjukkan kartunya. Kartu akan ditempelkan ke mesin pembaca (card reader). Untuk otorisasi, si pasien cukup menempelkan tangannya. Di layar komputer akan terpampang riwayat medis si pasien dan pengobatan yang pernah diterimanya. Setelah diobati, si pasien boleh pulang dan cukup mengucapkan terima kasih.

Jembrana Card (J-card) juga ternyata berfungsi ganda. Selain kartu berobat, kartu ini juga sekaligus menjadi KTP dan ATM. Dengan penggunaan J-card sebagai KTP, pemerintah daerah bisa mengetahui jumlah, penyebaran dan tingkat ekonomi penduduknya. Menurut data, sudah 60% dari 263.000 warga Jembrana yang memiliki kartu J-card. Kendala yang masih dihadapi adalah keterbatasan kemampuan pemerintah daerah untuk memproduksi kartu per hari.

Manfaat penting lain implementasi J-Card adalah untuk pelaksanaan e-voting atau pemilu dengan sistem elektronik. Dengan sistem e-voting, calon pemilih cukup membawa J-Card. Dengan J-Card tersebut warga kemudian mendaftar, lalu menuju bilik suara yang suah berisi monitor touch screen. Di bilik suara, warga cukup menyentuh gambar calon dipilihnya, yang sudah tertera pada layar monitor. Jadi, warga Jembrana tidak lagi mencoblos atau mencontreng tanda gambar di kertas sebagaimana dalam pemilu nasional.

Dalam pelaksanaan pemilihan kepala desa dengan sistem e-voting, rata-rata waktu yang dibutuhkan pemilih untuk memberikan suaranya hanya 25,83 detik. Tingkat keakuratan data hasil pemilihan bisa dipastikan akan lebih tinggi karena bebas dari

kesalahan perhitungan manual dan kemungkinan manipulasi data seperti yang sering kita dengar pada pemilu tingkat nasional. Selain itu cara ini juga lebih irit karena tidak lagi menggunakan kertas yang sekali pakai tak bisa digunakan lagi.

Pemkab Jembrana pernah mencoba

membuat simulasi dan

membandingkannya dengan

pengalaman mereka saat menggelar Pilpres 2009 di lima kecamatan di sana. Hasilnya adalah pada Pilpres 2009 di lima kecamatan itu membutuhkan 373 TPS dengan rata-rata pemilih 548 orang per TPS. Jika dibandingkan dengan e-voting, hasil simulasi di lima kecamatan itu menunjukkan mereka hanya membutuhkan 254 TPS (32 % lebih sedikit) dan rata-rata pemilih 806 orang per TPS atau 47 % lebih banyak (Warta Ekonomi dan Dian Rakyat,2010: 21-22) Menurut Koswara, Kabupaten Jembrana merupakan salah satu pemerintah daerah yang berhasil menggunakan open source software untuk membangun sistem e-Governmentnya. Pada 2007 Pemkab Jembarana membangun J-Net (Jimbarwana Networking). J-Net yaitu jaringan yang mengintegrasikan Kecamatan, desa-desa, sekolah, puskesmas dan lain-lain se-Kabupaten Jembrana, dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan menuju ketata Pemerintahan yang baik (Good Governance), peningkatan kualitas pendidikan atau E-Learning, dan pemasyarakatan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi kepada kalangan masyarakat atau e-people.

J-Net dibangun untuk :

(17)

2. Meningkatkan kwalitas pelayanan masyarakat melalui komputerisasi administrasi pemerintahan di tingkat Kecamatan, Desa dan Kelurahan, ada 31 Jenis Surat Keterangan;

3. Meningkatkn kesejahteraan masyarakat pada semua lapisan melalui akses jaringan internet yang dapat menjadi perangsang tumbuhnya simpul simpul ekonomi baru di pelosok desa;

4. Meningkatkan kualitas intelektual anak didik melalui akses internet atau jaringan pendidikan nasional yang memungkinkan bagi pembelajaran elektronik; untuk menggunakan perangkat lunak legal sesuai dengan Undang-undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak atas Kekayaan Intelektual dalam

mendukung administrasi

Pemerintahan Kabupaten Jembrana; 5. Meniadakan kesenjangan digital di

lingkungan pemerintahan Kabupaten Jembrana.

J-NET sangat membantu dalam menyediakan sumberdaya manusia di lingkungan Kecamatan, Desa dan Kelurahan di Kabupaten Jembrana yang mampu mengoperasikan dan mempergunakan aplikasi-aplikasi berbasis open source yang telah disediakan dalam rangka peningkatan kwalitas pelayanan terhadap masyarakat serta Penggunaan aplikasi open sources dalam pemerintahan kabupaten Jembrana.

Perangkat lunak open source yang digunakan adalah untuk kebutuhan : 1. Sistem operasi OSS dengan aplikasi

open office untuk pengolahan kata, tabulasi dan presentasi;

2. Telepon VOIP atau Voice Over Internet Protocol sehingga biaya komunikasi relatif murah;

3. Video meeting untuk kebutuhan pertemuan pertemuan di kapupaten Jembrana;

4. Akses Intranet Pemkab Jembrana untuk

a. Sistem Perkantoran Elektronik menggunakan Kantaya atau Kantor Maya berbasis open source hasil pengembangan BPPT;

b. Sistem Informasi Manajemen Pemda (Simda) meliputi bidang Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan darat & laut, Pengaduan masyarakat dgn SMS melalui SMS center, Sistem Pelaporan Kecamatan, Kelurahan & Desa;

c. Kurikulum Administrasi Pendidikan Maya (Kasipena); 5. Akses ke Internet

Kota Yogyakarta

(18)

masyarakat sebagai pengguna layanan publik. Terbentuknya UPIK yang berada di bawah kantor BID (Badan Informasi Daerah) merupakan terobosan yang memang didorong oleh tuntutan masyarakat daerah di kota Jogja (Kumorotomo, 2008:5).

Kebijakan untuk membentuk UPIK digariskan melalui Keputusan Walikota Jogja No.86 tahun 2003 yang ditetapkan pada tanggal 14 November 2003. Kedudukan, tugas pokok dan fungsi satuan ini adalah sebagai penerima keluhan masyarakat atas pelayanan administratif maupun kebijakan yang diambil oleh pemerintah kota. Proses pembentukan unit ini dimulai dari ditetapkannya PT Exindo sebagai pemenang tender untuk pengadaan sistem dan pelatihan SDM untuk mengoperasikan sistem komunikasi antara warga masyarakat dan pemerintah daerah berbasis elektronik. Mula-mula, PT Exindo menawarkan pengembangan sarana aduan dengan teknologi yang sudah banyak dipakai oleh masyarakat, yaitu dengan pengiriman SMS (Short Message Services) melalui sarana telepon seluler, dengan telepon secara langsung, dan dengan pengiriman e-mail (electronic e-mail) melalui jaringan internet. Untuk pelaksanaan pengadaan software, monitoring dan evaluasi program, pemerintah kota Jogja juga dibantu oleh Swisscontact, sebuah rekanan swasta di bidang pengadaan software. Untuk sistem manajemen, terutama monitoring dalam organisasi dan etika pelayanan, juga terdapat bantuan konsultan PKPEK, sebuah LSM yang selama ini bergerak di bidang advokasi industri kecil dan pelayanan publik.

Peluncuran dan sosialisasi pemanfaatan UPIK dimulai sejak tanggal 29 Februari 2004. Payung kelembagaan dari sarana pengaduan ini

mula-mula dipercayakan kepada Kantor Humas. Berikut ini adalah alamat situs web dan nomor-nomor yang dapat diakses dengan sistem UPIK : Datang langsung : Kantor BID atau operator UPIK , Telepon kabel (fixed line) : 0274-555242 , Telepon seluler (SMS) : 081-227-80001 atau 2740, Situs web : www.upik.jogja.go.id, E-mail : upik@jogja.go.id.

Ternyata animo masyarakat untuk menyampaikan keluhan dan aduan melalui SMS demikian besar. Masyarakat yang sudah biasa menggunakan hotline service ke Pemda kota Jogja akhirnya tidak asing lagi dengan nomor telepon kabel, ponsel, maupun alamat situs di atas.

(19)

Namun satu hal yang pasti ialah bahwa usulan semacam itu akan digunakan sebagai masukan dalam penyusunan anggaran untuk jangka menengah atau

jangka panjang. Dari data statistik UPIK, Tabel 2 menunjukkan distribusi aduan yang disampaikan oleh warga yang direkap setiap bulan.

Tabel 2. Distribusi aduan warga melalui UPIK

No. Peringkat

Mei 2007 September

2007

Dinas Dituju Jumlah Dinas Dituju Jumlah

1 Kimpraswil 15 Humas & Info 11

2 Humas & Info 12 Naker/Kepegawaian 10

3 Pendidikan 9 Kimpraswil 10

4 Perijinan 7 Adum/pemerintahan 7

5 Lain-lain 5 Perijinan 6

6 Ketertiban 3 Perindag 4

7 Naker/Kepegawaian 3 Pendidikan 3

8 Sosial 3 BKKBC 2

9 Perhubungan 2 Lain-lain 2

10 Pariwisata 2 Perhubungan 1

Σ 62 Σ 56

Sumber : Laporan UPIK 2007 dalam Kumorotomo (2008:6)

UPIK merupakan sebuah upaya pengembangan e-government yang telah masuk kategori interaktif. Informasi melalui media elektronik tidak hanya bersifat sepihak, dari pemerintah ke masyarakat, tetapi sudah bersifat timbal-balik dengan mengutamakan informasi dari masyarakat ke pemerintah. Perkembangan ini memang tidak mudah karena menuntut aparat pemerintah daerah untuk lebih responsif dan peka terhadap semua aduan dari masyarakat. Tentu saja tanggapan yang ideal dari aparat pemerintah bukan sekadar jawaban yang segera tetapi juga tindakan riil yang sesuai dengan kehendak

masyarakat. Namun perkembangan ini tentu akan membawa manfaat yang besar bagi kinerja lembaga pemerintah. Dari sebuah penelitian (Yulia Rustiyaningsih, 2008), berikut ini adalah manfaat yang dapat dipetik dari responsivitas Pemda kota Jogja dengan sarana UPIK:

1. Meningkatnya kemampuan Pemda untuk mengenali kebutuhan masyarakat

2. Kemudahan dalam menyusun agenda dan skala prioritas

3. Pengembangan program sesuai aspirasi dan kebutuhan masyarakat 4. Meningkatnya tanggungjawab atas

(20)

5. Meningkatnya komitmen aparat dalam melayani masyarakat.

Manfaat yang dapat diperoleh dari efektivitas komunikasi dengan bantuan sistem UPIK tampaknya sederhana. Namun apabila dilihat secara sungguh-sungguh, dapat dipahami bahwa keseriusan untuk menanggapi aduan masyarakat akan mengandung implikasi sangat penting. Sebagai contoh, kemudahan dalam menyusun agenda dan skala prioritas sebenarnya akan sangat terbantu aparat Pemda menindaklanjuti aduan ke UPIK secara serius. Pemerintah Kota Jogyakarta telah menetapkan bahwa laporan UPIK yang dikirimkan tembusannya ke Tim Tindak Lanjut difungsikan sebagai laporan bulanan kepada Walikota dan sekaligus sebagai masukan kepada Bappeda. Walikota sendiri sudah memberikan instruksi bahwa laporan khusus yang menyangkut adanya indikasi KKN (Kolusi, Korupsi, Nepotisme) oleh aparat Pemda supaya langsung ditujukan kepadanya secara langsung. Apabila pola tindak-lanjut semacam ini dilaksanakan secara konsisten, tentu masalah korupsi dalam birokrasi publik dapat ditekan dan citra Pemda yang selama ini dipandang tidak responsif akan dapat dikikis.

Contoh lainnya, dalam hal tanggungjawab atas layanan yang diberikan, sistem UPIK jelas membuktikan peran teknologi informasi dalam peningkatan tanggungjawab Pemda dan kinerja pelayanan Pemda sendiri. Sejalan dengan difungsikannya UPIK sebagai sarana interaktif, Pemda

kota juga melaksanakan

penyempurnaan mekanisme perijinan. Kini Pemda kota Jogja telah memiliki Dinas Perijinan yang memungkinkan setiap warga dapat mengurus berbagai surat perijinan di satu atap. Pembentukan satuan ini sebagai sebuah

Dinas memang di satu sisi bertentangan dengan PP No.41 tahun 2007 tentang Struktur Organisasi dan Tatakerja Pemerintah Daerah. Kenyataan ini memang pernah menjadi sumber kekhawatiran diantara sebagian perumus kebijakan di kota Jogja. Namun karena di sisi lain pembentukan Dinas Perijinan telah menghasilkan manfaat yang besar dalam efisiensi pelayanan, keberadaan dinas ini tetap dipertahankan dan bahkan dilengkapi dengan perangkat teknologi informasi yang semakin bagus. Tidak dapat dipungkiri bahwa keberhasilan UPIK sebagai wahana interaksi antara warga dan Pemda kota Jogja sangat didukung oleh komitmen pejabat Walikota. Komitmen walikota yang lebih suka dipanggil sebagai “kepala pelayan” ketimbang penguasa di Kota Jogja merupakan salah satu jaminan bagi berfungsinya UPIK bagi umpan-balik perumusan kebijakan pemerintah daerah (Kumorotomo, 2008:8)

Kabupaten Sragen

Upaya pengembangan Jaringan infrastruktur di Kabupaten Sragen telah dilakukan sejak 2002 yaitu dimulainya koneksi jaringan computer dan integrasi sistem pada kompleks perkantoran SETDA yang terpusat di PDE; Tahun 2003 dimulai koneksi antar Dinas/Satker di luar SETDA dan 8 titik Kecamatan hingga pada Tahun 2005/2006 semua Dinas/Satker dan 20 Kecamatan terkoneksi jaringan Online; sejak Tahun 2007 telah dibangun Jaringan pada semua Desa se-Kabupaten Sragen yang meliputi 208 Desa/Kelurahan (Darmawan, 2011: 70); Development System/Aplikasi, Pengolahan Data dan Maintenance seluruhnya dilaksanakan oleh TimTeknis PDE Sragen.

(21)

implementasi e-Government di Indonesia. Menurut Prasojo (2008) beberapa program yang telah berhasil dilakukan antara lain Pemerintah Kabupaten Sragen melaksanakan berbagai program seperti pembangunan jaringan pemerintahan secara online dengan perangkat wireless, pengoperasian sampai ke tingkat desa/kelurahan dalam rangka memperlancar hubungan komunikasi di lingkungan pemerintah kabupaten; pembangunan data kependudukan sipil secara elektronik dengan menggunakan single identity number, serta dengan mengembangkan mekanisme pemilihan kepala desa secara elektronik.

Penerapan e-government di Kabupaten Sragen didukung adanya e-Leadership yang kuat, inovasi dan upaya terus menerus dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan melalui teknologi informasi. Perkembangan pesat teknologi informasi di Kabupaten ini terlihat dari maraknya dunia virtual di lingkungan masyarakat melalui aplikasi remote Jaringan Global se Kabupaten Sragen (NAGIOS), siaganya Internet dan intranet online 24 jam di semua satker, dan Website Kabupaten Sragen yang interaktif.

Simangunsong (2010) berpendapat

bahwa Kabupaten Sragen

mengembangkan One Stop Service (OSS). OSS Center adalah sebuah institusi yang memberikan dukungan pengembangan satuan kerja layanan perijinan terpadu atau lebih dikenal dengan istilah One Stop Services disingkat OSS. OSS Center mendukung terwujudnya inovasi layanan perijinan terpadu didaerah yang pada kenyataannya masih memiliki keterbatasan untuk mengembangkan pelayanan perijinan terpadu secara prima.

Sedangkan manfaat nyata dari OSS ini adalah OSS diharapkan mampu melayani seluruh perijinan yang dibutuhkan oleh investor dan dunia usaha di daerah masing-masing, mulai dari ijin mendirikan bangunan (IMB), ijingangguan (HO), ijin usaha (SIUP, TDP, TDI, IUT, IUI, TDG, dll) atau ijin per sektor seperti ijin usaha restora, ijin pendirian salon dan OSS Center akan memberikan berbagai informasi dan pelatihan tentang sistem, metode, dan cara untuk mengembangkan layanan perijinan dan investasidi Indonesia yang dapat diakses secara langsung di kantor OSS Center atau melalui telepon, email, dan website (www.oss-center.net). OSS Center juga akan

menghubungkan pemerintah

kota/kabupaten dan OSS di seluruh Indonesia dengan lembaga pendamping atau lembaga-lembaga lain yang dapat memberikan bantuan teknis untuk pengembangan OSS.

Saat ini Kabupaten Sragen sudah menerapkan e-government secara penuh. Hasilnya, Pemkab Sragen memiliki beberapa jenis layanan publik unggulan yang terintegrasi.

Pertama, website resmi Pemkab Sragen sejak 2002. Lewat website www.sragenkab.go.id, masyarakat bisa memperoleh informasi lengkap mengenai profil dan potensi kabupaten yang terdiri dari 20 kecamatan dan 208 desa/kelurahan ini, termasuk harga sembako dan sarana interaktif aparat dan masyarakat.

Kedua, Sistem Informasi Manajemen Kependudukan sejak 2003. Layanan ini memungkinkan pembuatan KTP hanya butuh waktu lima menit, tanpa ada pungutan liar dan prosedur yang berbelit.

(22)

Adanya e-government memungkinkan Pemkab Sragen memberikan layanan perizinan terpadu di kantor pelayanan satu atap kepada kalangan dunia usaha.

Keempat, Sistem Informasi Kepegawaian (Simpeg), berfungsi sebagai Aplikasi Kepegawaian, Kartu Pegawai, Gaji Berkala, dan lain-lain.

Kelima, Billing System, merupakan aplikasi di lingkungan Rumah Sakit meliputi Rekam medis, data pasien, Jasa Medis, dan lain-lain.

Keenam, Mapatda, merupakan aplikasi di Dipenda seperti PAD, Retribusi, PBB, dan lain-lain.

Ketujuh, Sistem Informasi Pemerintahan Daerah Kantaya (Kantor Maya) sejak 2004. Sistem online ini mempermudah pekerjaan pegawai Pemkab Sragen dan koordinasi antar organisasi pemerintahan di sana. Misalnya, untuk pelaporan dan pengawasan di setiap unit kerja, kecamatan dan BUMD, sarana pengiriman data, informasi dan pengawasan proyek di setiap unit kerja, informasi agenda kerja di setiap satuan kerja, pengiriman surat dinas atau undangan kedinasan ke setiap unit kerja, dan untuk forum diskusi serta interaksi antar pegawai. Sistem informasi pemerintahan ini terhubung secara elektronik dengan Departemen Perdagangan dan Departemen Dalam Negeri. Ini menjadikan Kabupaten Sragen sebagai proyek uji coba Departemen Perdagangan dalam

pemberian perizinan usaha perdagangan secara elektronik (e-licensing).

Kabupaten Sragen juga telah mengembangkan Pusat Data dan Informasi (Sragen Multimedia Centre). Adanya Pengembangan Pusat Data, Informasi dan Promosi melalui Multi Media Centre ini, masyarakat dapat memperoleh da memanfaatkan layanan

publik seperti Website

www.sragenkab.go.id, Geographic Information System (Pemetaan Wilayah Digital), Infrastruktur (Pendidikan,

Kesehatan, Transportasi),

Kepegawaian/Penggajian, Produk Unggulan Daerah (Kerajinan, Industri, UKM, Agribisnis), Potensi Pariwisata, Info Perdagangan/Harga Pasar (SIPAW), Info Pertanahan (BPN online), Info Perijinan (BPT online), dan Laboratorium e-Government.

Hasil Kajian terhadap 5 pemerintah daerah di atas dalam upaya meningkatan kualitas pelayanan publik melalui pemanfaatan teknologi informasi atau e-government memberikan satu benang merang bahwa program yang dibuat, disusun dan diimplementasikan setiap daerah ternyata memiliki keunikan masing-masing sehingga memunculkan program unggulan. Dari program unggulan inilah daerah tersebut memperoleh banyak manfaat khususnya apresiasi yang tinggi dari masyarakat dan pemerintah melalui pemberian penghargaan E-government Award dan

(23)

Tabel 3 Program unggulan, aplikasi e-government yang dikembangkan dan penghargaan yang telah diperoleh

Pemerintah Daerah

Program Unggulan, Aplikasi E-government yang dikembangkan dan Penghargaan Yang telah diperoleh

Propinsi Yogyakarta

Program Unggulan : Jogja Cyber Province (JCP), MCAP, Plaza Informasi

Aplikasi E-gov yang dikembangkan : pendidikan berbasis online dan integrasi sitem pemerintahan sektoral yang terdiri dari bidang

transportasi, pariwisata, tenaga kerja, dan kesehatan, dengan membangun sistem informasi terpadu

Penghargaan : Warta Ekonomi E-Government Award Tahun 2009, 2007, 2006, 2005, 2004, 2003

Pemkot Yogya

Program Unggulan : sistem Informasi UPIK

Aplikasi E-gov yang dikembangkan : Sistem Informasi UPIK, Perijinan terpadu, PSB Online

Penghargaan : Website terbaik 2009, Warta Ekonomi E-Gov Award Tahun 2005

Pemkot Surabaya

Program Unggulan : e-procument, SIAK, GRMS, Gessy

Aplikasi E-gov yang dikembangkan : e-Procurement, e-Budgeting, KTP Online,

Penghargaan : Terbaik e-leadership Tahun 2009, Warta Ekonomi E-Gov Award Tahun 2009, 2008, 2007, Pemenang Khusus Open Source Award 2010 dalam membangun komitmen

Kabupaten Jembrana

Program Unggulan dan Aplikasi E-gov yang dikembangkan : J-Card (Jembrana Card), J-Net (Jimbarwana Networking), e-Voting, Kantaya, SIAK

Pengharagaan : Warta Ekonomi E-Gov Award Tahun 2009 dan 2008, Warta Ekonomi e-Government Award 2008 Best Of The Best, Piagam Penghargaan E-Voting Piagam, Aplikasi Unggulan Jembrana Smart Card, Juara I Indonesia Open Source Award 2010

Kabupaten Sragen

Program Unggulan : e-Leadership, E-Voting, Kantaya

Aplikasi E-gov yang dikembangkan : 13 aplikasi sistem diantaranya Kantaya (Kantor Maya),Simduk, Simpeg, Billing System, Simpatada, SIM Perijinan, Simduk, Simkasda, Simbada, Sim RSU, Sim Perusda, SIM BPR/BKK, Sim GIS, Sim Pertanahan BPN, SIM pendidikan dan SMS Centre.

Penghargaan : Wara ekonomi 2006, Best of The Best Warta Ekonomi Award Tahun 2007, The Best E-Government Award Tahun 2008, Best Of The Best E-Government Award Se-Indonesia Tahun 2008, Juara II Indonesia Open Source Award 2010

(24)

PENUTUP: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN

PENGEMBANGAN

PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK MELALUI E-GOVERMENT

Belajar dari keberhasilan beberapa Pemda di atas, maka paling tidak ada 4 faktor dominan yang menjadi pendukung keberhasilannya yaitu :

Adanya political will Kepala Daerah Political will dan Komitmen dari kepala daerah sebagai pimpian tertinggi birokasi di daerah untuk melaksanakan program. Di mulai dengan membangun kesamaan visi, misi dan tujuan dengan aparat birokrasi, kepercayaan dan keterlibatan birokrasi dalam pelaksanaan program sangat menentukan. Artinya komitmen politik kepala daerah saja tidak cukup tanpa dukungan dan motivasi aparat biokrasi untuk melaksanakan program tersebut. Apalagi jika terdapat sejumlah orang dalam internal birokrasi yang kontraproduktif terhadap gagasan dan pelaksanaan program.

Belajar dari Kota Surabaya menerapkan aplikasi e-procurement, program ini lahir berkat kemauan yang keras dari Walikota Surabaya Bambang Dwi Hartono. Meskipun awalnya mendapat tentangan yang keras dari sejumlah kalangan, termasuk sebagian pimpinan di pemerintah pusat, Bambang Dwi Hartono jalan terus. Kini aplikasi yang dikembangkan Kota Surabaya itu ditiru oleh banyak lembaga pemerintahan daerah lainnya.

Adanya blue print atau master plan pengembangan e-government.

Kaitan antara tata kelola proyek e-government dengan perencanaan. Ini setidaknya tercermin dari blue print

atau master plan pengembangan e-government. Artinya proyek-proyek e-government yang dikembangkan tidak asal-asalan, tapi memang sesuai tahapan dan merujuk pada master plannya. Propinsi DIY punya Pergub Nomor 42 Tahun 2006 tentang Blueprint Jogja Cyber Province, Kota Surabaya Perwako Nomor 30 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Proses Pemilihan Penyedia Barang/Jasa Pemerintah dengan Sistem E-procurement, Kota Yogyakarta punya Perwako Nomor 78 Tahun 2007 tentang e-Government. Dengan adanya blue print tersebut berbagai program pengembangan e-gevernment dilakukan secara lebih terarah, dapat diukur tingkat keberhasilannya sehingga program tersebut sustainability lebih terjamin.

Manajemen Perubahan

Memang tidak mudah melakukan perubahan, sebab acapkali upaya perbaikan yang dibuat bukannnya mendapat dukungan tapi malah memperoleh perlawanan baik dari luar maupun dalam organisasi. Belajar dari cara Bupati Jembrana I Gede Winasa dalam menerapkan manajemen perubahan, ia terpaksa menerapkan tangan besinya. Bupati menuntut agar setiap karyawan di Kabupaten Jembrana mampu mengoperasikan komputer. Jika tidak ia meminta karyawannya mundur.

(25)

organisasi karena adanya benturan kepentingan diluar pemkot. Kejadian semacam ini memang banyak terjadi di lingkungan Pemkot Surabaya, terutama pada awal implementasi e-Procurement sering terjadi pada level middle management.

Adanya Partisipasi Masyarakat. Kepemimpinan yang kuat telah memberikan iklim yang baik untuk membangkitkan kesadaran bersama akan arti penting dukungan semua pihak yang terlibat dengan implementasi e-Government. Tahap awal implementasi bukan tanpa hambatan. Belajar dari Kabupaten Sragen menerapkan E-government, ketika 2003 awal dibukanya KPT (Kantor Pelayanan Terpadu), yang

sejak 2006 berubah menjadi Badan Pelayanan Terpadu 2006, telah memunculkan sinisme dari banyak pihak (Anwaruddin, 2008).

Pelibatan semua pihak dalam implementasi e-Government dari berbagai tingkatan, mulai kabupaten sampai desa, merupakan modal awal keberhasilan. KPT telah mengubah paradigma pelayanan publik di Kabupaten Sragen. Hubungan antar lembaga pun menyesuaikan. KPT sebagai sebuah one-stop service telah berhasil menyatukan komitmen semua dinas terkait dalam memudahkan dan meningkatkan kualitas layanan publik.

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Anwaruddin, Awang (2008). Best Practices Keberhasilan e-leadership. Diakses

pada 29 April 2011 dari

http://www.e-capacity-building.info/ecb5/index.php?option=com_content&task=view&id=46&Ite mid=53.

Darmawan, Ikhsan. 2011. E-government : Studi Pendahuluan di Kabupaten Sragen. Proseding Simposium Nasional Otonomi Daerah 2011 LAB-ANE FISIP Untirta, Serang Banten, 24-25 Mei 2011.

Djunaedi, Achmad. (2006). Pengalaman Pengembangan Digital Government Services di Pemerintah Propinsi DIY, Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi untuk Indonesia, ITB, Mei 2006, Bandung.

---, 2003. Beberapa Pemikiran Penerapan e-Government dalam Pemerintahan Daerah di Indonesia. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional E-Government dan Workshop Linux, diselenggarakan oleh FMIPA UGM, Yogyakarta, 30 Okober 2002.

Dwiyanto, Agus. Revitalisasi Pemerintahan Melalui E-Government. Makalah disampaikan pada Lokakarya Nasional Strategi dan Tahapan Implementasi E-Government Untuk Pemda, yang diselenggarakan oleh Gama Technocamp UGM, Yogyakarta, 9 - 11 Oktober 2003.

Erizal, Roswiani, Ani (2009). Pemanfaatan Model Strategic Alignment untuk Penentuan Layanan Unggulan Digital Government Service Bidang Kesehatan Pada Pemerintah Daerah Propinsi DIY,Makalah Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi, Juni 2009, Yogyakarta. Diakses

pada 5 Juni 2010 dari

http://journal.uii.ac.id/index.php/Snati/article/viewFile/1215/1012

Erizal. (2008). Digital Government Service Bidang Kesehatan, Executive

Summary.Diakses pada 10 Mei 2011 dari

http://www.pilarsolusi.com/files/Executive_Summary_DGS_Bid_Kesehatan .pdf

HM, Jogiyanto. Kesuksesan Penerapan E-Government, Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Peluang dan Tantangan e-Government di Era Otonomi Daerah, Yang diselenggarakan oleh Dalam Rangka Dies Natalis 48 FE UGM, Yogyakarta, 18 September 2003.

Indrajit, Richardus Eko, 2002. Electronic Government, Strategi Pembangunan dan Pengembangan Sistem Pelayanan Publik Berbasis Tehnologi Digital. Yogyakarta : Andi.

Kumorotomo, Wahyudi. (2008). Pengembangan E-government untuk Peningkatan Transparansi Pelayanan Publik : Studi Kasus UPIK di Pemkot Jogyakarta dan E-procurement di Pemkot Surabaya. Makalah KAN Juni 2008 , UGM,

Jogjakarta. Diakses pada 4 Agustus 2009

darihttp://kumoro.staff.ugm.ac.id/wpcontent/uploads/2008/06/pengembanga n-e-government dalam-peningkatan-transparansi-pelayanan-publik.pdf Koswara, Engkos. E-government berbasis Open Source dan Kisah Keberhasilan

(27)

Purbokusuma, Yuyun, 2005, Desentralisasi dan Perbaikan Pelayanan Publik, Dalam : Purwanto, Erwan Agus, Kumorotomo, Wahyudi (eds), Birokrasi Publik dalam Sistem Politik Semi Parlementer, Yogyakarta : Gava Media. Prasojo, Eko.,Kurniawan, Teguh. (2008). Reformasi Birokrasi dan Good

Governance : Kasus Best Practices dari sejumlah Daerah di Indonesia.

Diakses pada 29 April 2011 dari

http://staff.ui.ac.id/internal/0900300014/publikasi/ReformasiBirokrasi_dan_ GoodGovernance_EP_TK_reviseed.pdf

Setiyadi, Mas Wigrantoro Roes, E-Government sebagai Suatu Investasi : Mengukur Resiko-keuntungan dan kegagalan-Kenerhasilan Implementasi E-Government di Pemda. Makalah disampaikan pada Lokakarya Nasional Strategi dan tahapan Implementasi E-Government Untuk Pemda, yang diselenggarakan oleh Gama Technocamp UGM, Yogyakarta, 9 - 11 Oktober 2003.

Sinurat, Herry.(2008). Inovasi Reformasi Pengadaan Barang/Jasa di Kota Surabaya. Diakses pada 6 Juni 2010 dari http://www.usdrp-indonesia.org/files/downloadContent/183.pdf.

Sulianto, Budi. (2007). Penerapan Egovernment di Kabupaten Sragen. Diakses

pada 10 Mei 2011

darihttp://fit.uii.ac.id/media/egovernmentkabupatensragen.pdf.

Simangunsong, Jumadi. (2010). Pengembangan E-government di Indonesia, Jurusan MTI Fikom UI, Diakses 10 Mei 2011 dari

http://jumadifran.files.wordpress.com/2010/09/pengembangan-e-government-di-indoensia2.pdf

Warta Ekonomi dan Dian Rakyat. (2010). Warta Ekonomi E-Government Award 2009, Jawara -jawara Pengaplikasi E-government, Jakarta : Warta Ekonomi dan Dian Rakyat

Wibawa, Samodra, 2000. Memperkenalkan Elekcronik Government di Kota -Kota Indonesia, (http://www.geocites.com/adeniha/egov.htm, diakses 28 Pebruari 2005).

Pergub Nomor 42 Tahun 2006 tentang Blueprint Jogja Cyber Province Pemerintah Propinsi DIY

Peraturan Bupati No.11 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Teknologi Informasi dan Komunikasi atau E-government di Kabupaten Sragen.

Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 78 Tahun 2007 tentang e-Government Peraturan Walikota Surabaya Nomor 30 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan

Proses Pemilihan Penyedia Barang/Jasa Pemerintah dengan Sistem E-procurement

Gambar

Tabel 1 Daftar pemenang warta ekonomi  e-government award tahun 2006-2009
Gambar 1 Tingkatan layanan e-government
Gambar 2  Tipe relasi dalam e-government
Tabel 2. Distribusi aduan warga melalui UPIK
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penulisan materi tasybih yang ada pada manuskrip ini tidak terstruktur dengan baik, buktinya adalah beberapa materi terualang dalam beberapa halaman teks seperti

Hal ini bertujuan agar or- ganisasi bisa mendapatkan keuntungan karena sumberdaya yang ada menjadi sumber keuntungan kompetitif berkelanjutan dan memiliki nilai

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh pajak, tunneling incentive dan good corporate governance (GCG) terhadap indikasi melakukan transfer pricing

mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap skor tingkat kesehatan bank.. umum swasta nasional devisa

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan sumber inulin yang berasal dari umbi dahlia, baik dalam bentuk tepung maupun ekstrak mampu

Secara khusus diketahui bahwa adanya perbedaan pemahaman tentang independensi KIP Aceh, namun secara umum dapat diketahui bahwa KIP Aceh merupakan penyelenggara

Hal ini menunjukkan walaupun secara parsial Return on Equity tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham, namun bila bersama-sama dengan Net Profit Margin,

Pada penelitian ini yang akan dilakukan adalah membandingkan 5 buah metode algoritma data mining untuk menentukan metode mana yang paling optimal dalam menentukan