• Tidak ada hasil yang ditemukan

50 HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI KELURAHAN SIDOHARJO RW 1 RT 2 DAN 4 KECAMATAN LAMONGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "50 HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI KELURAHAN SIDOHARJO RW 1 RT 2 DAN 4 KECAMATAN LAMONGAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

KECAMATAN LAMONGAN

Dwi Feni Mariyanti*, Nanik**, Suratmi***

…………...……….…… …… . .….ABSTRAK…… … ...………. …… …… . .….

Balita merupakan kelompok yang umur yang menunjukkan pertumbuhan pesat

sehingga memerlukan perhatian yang lebih untuk kondisi kesehatannya. Status gizi balita

dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : pengetahuan, asupan zat gizi, sosial

ekonomi, kebiasaan dan pola makan, lingkungan, makanan kesukaan, makanan pantangan,

ketrampilan makan.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa hubungan pengetahuan

ibu balita tentang gizi dengan status gizi balita. Desain yang digunakan dalam penelitian

ini adalah

Cross Sectional

dengan menggunakan metode

total sampling. Populasi

penelitian ini sebanyak 24 ibu dan balita sedangkan sampel yang diambil sebanyak 24

responden yaitu ibu balita dan balita di Kelurahan Sidoharjo RW 1 RT 2 dan 4 Kecamatan

Lamongan, pada bulan September 2009. Data penelitian ini diambil dengan menggunakan

kuesioner tertutup. Setelah ditabulasi data yang ada dianalisis dengan menggunakan uji

Rank Spearman

dengan tingkat kemaknaan 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan untuk ibu balita yang berpengetahuan baik sebanyak

6 (25%) orang, kemudian kategori cukup sebanyak 13 (54%) orang dan untuk ibu balita

dengan pengetahuan kurang sebanyak 5 (21%) orang. Frekuensi balita dengan satus gizi

normal sebanyak 17 (71%) balita, kemudian status gizi kategori kurus sebanyak 3(13%)

balita dan status gizi kategori gemuk sebanyak 4(16%) balita.

Sedangkan dari hasil

pengujian statistik diperoleh hasil ada hubungan antara pengetahuan ibu balita tentang gizi

dengan status gizi balita di Desa Sidomulyo dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,569

dengan tingkat signifikasi 0,004 (p<0,05).

Kesimpulan hasil penelitian ini sebagian besar ibu balita berpengetahuan cukup dan

sebagian besar status gizi balita dalam keadaan normal.Rekomendasi penelitian ini yaitu

perlu adanya peningkatan pengetahuan ibu balita tentang gizi agar dapat meminimalkan

frekuensi status gizi balita dengan kategori kurang.

Kata kunci

:

pengetahuan ibu balita, status gizi balita.

PENDAHULUAN

.……. … ….

Balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan perhatian yang lebih untuk kondisi kesehatannya. Balita merupakan kelompok umur yang rentan gizi dan rentan penyakit. Penanganan atau perbaikan gizi hanya sebagai upaya terapi tidak hanya diarahkan kepada gangguan gizi

(2)

kelompok balita ini adalah kandidat gizi buruk apabila tidak dilakukan upaya pencegahan ( Setyabudi : 2007 )

Pada tahun 2006 di Indonesia sebanyak 2,3 juta penderita gizi buruk dan masih terdapat 5 juta lebih mengalami gizi kurang. Jumlah penderita gizi buruk dan gizi kurang ini sekitar 28 % dari total balita diseluruh Indonesia. Data survey awal diperoleh dari dinas kesehatan Kabupaten Lamongan pada bulan Juli 2009 terdapat 1.197 balita dengan BGM dan 1.381 balita dengan gizi buruk dari 99.691 balita di Kabupaten Lamongan. Studi pendahuluan yang dilakukan di Kelurahan Sidoharjo RW 1 RT 2 dan 4 pada bulan juli 2009 terhadap 10 ibu balita dengan menggunakan teknik wawancara didapatkan 1 (10%) ibu yang mengetahui secara rinci tentang gizi balita, dan 9 (90%) tidak mengetahui secara rinci tentang gizi balita.

Penyebab gizi kurang yang dialami oleh balita adalah pola pengasuhan balita, suatu studi positive deviance mempelajari mengapa dari sekian banyak bayi dan balita di suatu desa miskin Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur hanya sebagian kecil yang gizi kurang, padahal orang tua mereka semuanya petani miskin. Dari studi ini diketahui pola pengasuhan balita berpengaruh terhadap timbulnya gizi kurang. balita yang diasuh ibunya sendiri dengan kasih sayang, apalagi ibunya berpendidikan dan mengerti pentingnya Air Susu Ibu (ASI), posyandu, kebersihan, meskipun sama-sama miskin, ternyata balitanya lebih sehat. Begitu pula unsur pendidikan dan pengetahuan wanita berpengaruh pula pada kualitas pengasuhan balita. Sebaliknya sebagian balita yang gizi kurang ternyata diasuh oleh nenek atau tetangga yang bukan kerabat yang juga tidak berpendidikan. Banyaknya wanita yang meninggalkan desa mencari kerja di kota, kemungkinan juga dapat menjadi penyebab gizi kurang maupun gizi buruk (Ali Khosman : 2008). Pelayanan kesehatan, penanganan diare dengan oralit, tindakan cepat pada balita yang tidak naik berat badan, pendidikan dan penyuluhan kesehatan dan gizi, penyediaan air bersih, kebersihan lingkungan, merupakan beberapa hal yang

dapat menimbulkan gizi kurang maupun gizi buruk ( Setyabudi : 2007 ) . Perlunya perhatian lebih tentang tumbuh kembang di usia balita didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa emas ini, bersifat irreversible (tidak dapat pulih). Kurang gizi pada balita dapat berdampak terhadap pertumbuhan fisik maupun mentalnya. balita kelihatan pendek, kurus dibandingkan teman-teman sebayanya yang lebih sehat. Kekuranggan gizi dapat mempengaruhi perkembangan otak balita, padahal otak tumbuh selama masa balita. Ketika memasuki usia sekolah anak tidak bisa berprestasi karena kecerdasannya terganggu (Ali Khosman : 2008).

Untuk mengatasi kasus gizi kurang pada balita memerlukan peran dari keluarga maupun praktisi kesehatan. Yaitu adanya usaha untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan yang dapat dilakukan melalui penyuluhan tentang gizi dan kesehatan serta penyuluhan tentang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan memantau pertambahan berat badan balita dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) di Posyandu. Peningkatan keaktifan bagi ibu balita dalam kegiatan posyandu, untuk memantau pertumbuhan balita dan dapat meningkatkan kesehatan bagi balitanya. Selain itu Para ibu hendaknya memperhatikan pola pengasuhan balita karena pola pengasuhan anak berpengaruh terhadap timbulnya gizi kurang. Ibu harus memiliki kesabaran bila balitanya mengalami problema makan dan lebih memperhatikan asupan makanan sehari-hari bagi balitannya. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi dengan Status Gizi Balita.

METODE PENELITIAN.…

… .…

(3)

variable independent dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2008:83)

HASIL

.

PENELITIAN

1. Data Umum

1) Distribusi Responden

Data yang digunakan adalah data primer yang diambil dari 24 responden yang telah dikumpulkan kemudian diolah dan dikelompokkan pada beberapa parameter dan hasil yang didapat sebagai berikut :

(1) Distribusi responden berdasarkan umur Tabel 1 Distribusi umur ibu balita di

Kelurahan Sidoharjo RW 1 RT 2 dan 4 Kecamatan

Dari tabel 1 menunjukkan bahwa dari 24 ibu balita di Kelurahan Sidoharjo RW 1 RT 2 dan 4 Kecamatan Lamongan berumur antara 21-30 tahun 12 responden (50%) dan berumur 31-40 tahun yaitu 12 responden (50%).

(2) Distribusi responden berdasarkan pendidikan

Tabel 2 Distribusi pendidikan Ibu balita di Kelurahan Sidoharjo RW 1 RT 2 dan 4 Kecamatan

Dari tabel 2 menunjukkan bahwa dari 24 ibu balita di Kelurahan Sidoharjo RW 1 RT 2 dan 4 Kecamatan Lamongan hampir setengahnya berpendidikan SMA yaitu 11 responden (45%) dan sebagian kecil berpendidikan PT yaitu 3 responden (13%).

(3) Distribusi responden berdasarkan pekerjaan

Tabel 3 Distribusi pekerjaan ibu balita di Kelurahan Sidoharjo RW 1 RT 2 dan 4 Kecamatan

Dari tabel 3 menunjukkan bahwa dari 24 ibu balita di Kelurahan Sidoharjo RW 1 RT 2 dan 4 Kecamatan Lamongan sebagian besar responden sebagai ibu rumah tangga yaitu 17 responden (71%) dan sebagian kecil bekerja PNS yaitu 1 responden (4%).

(4) Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin anak

Tabel 4 Distribusi jenis kelamin anak di Kelurahan Sidoharjo RW 1 RT 2 dan 4 Kecamatan 1 Laki-laki 11 46 2 Perempuan 13 54

Jumlah 24 100

(4)

2. Data Khusus

1) Distribusi responden berdasarkan pengetahuan

Tabel 5 Distribusi pengetauan ibu balita di Kelurahan Sidoharjo RW 1 RT 2 dan 4 Kecamatan

Dari tabel 5 menunjukkan bahwa dari 24 ibu balita di Kelurahan Sidoharjo RW 1 RT 2 dan 4 Kecamatan Lamongan sebagian besar responden pengetahuan kurang tentang gizi yaitu 13 responden (54%) dan sebagian kecil responden pengetahuan kurang tentang gizi yaitu 5 responden (21%).

2) Distribusi responden berdasarkan status gizi balita

Tabel 6 Distribusi Status Gizi balita di Kelurahan Sidoharjo RW 1 RT 2 dan 4 Kecamatan Lamongan, September 2009

No Status Gizi Jumlah Responden

Dari tabel 6 menunjukkan bahwa dari 24 balita di Kelurahan Sidoharjo RW 1 RT 2 dan 4 Kecamatan Lamongan sebagian besar Status Gizi Normal yaitu 17 balita (71%) dan sebagian kecil Status Gizi Kurus yaitu 3 balita (13%).

3) Tabel Silang Berdasarkan Hubungan antara Pengetahuan Ibu Balita dengan Status Gizi Balita

Tabel 7 Distribusi Hubungan Pengetahuan Ibu balita dengan Status Gizi Balita di Kelurahan Sidoharjo RW 1 RT 2 dan 4 Kecamatan Lamongan, September 2009

pengetahuan status gizi Total gemuk normal kurus

16.7% 70.8% 12.5% 100.0%

Dari tabel 7 menunjukkan bahwa dari 24 responden yang berpengetahuan cukup mayoritas dengan status gizi balita normal sebanyak 11 (84,6%) balita. Responden yang berpengetahuan baik dengan status gizi normal sebanyak 3 (50%), sedangkan responden yang berpengetahuan kurang mayoritas dengan status gizi normal sebanyak 3 (60%).

Untuk mengetahui ada tidaknya Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Tentang Gizi Dengan Status Gizi Balita mak dilakukan uji analisa data dengan uji statistic nonparametik menggunakan SPSS dengan α = 0,05. dari uji yang dilakukan maka didapatkan nilai koefisien korelasi Rank Sperman(rs) = 0,569 dan (p) = 0,004 dimana p<0,05 maka H0akan ditolak, berarti terdapat

hubungan antara pengetahuan ibu dengan status gizi Balita di Kelurahan Sidoharjo RW 1 RT 2 dan 4 Kecamatan Lamongan.

PEMBAHASAN

.… .…

1. Identifikasi Pengetahuan Ibu Tentang Gizi

(5)

responden 21% untuk responden yang berpengetahuan kurang. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan pengindraan terhadap obyek tertentu pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2003:127). Tingkat pengetahuan seseorang disebabkan oleh beberapa faktor antara lain karena faktor pendidikan, usia, pengalaman dan pekerjaan. Didapatkan 58% responden yaitu sebagian besar berpendidikan SMU dan PT sebagian kecil responden yaitu 42% berpendidikan SD dan SMP. Menurut Wahid Iqbal Mubarak semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Hal ini menunjukkan pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seseorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal dibangku sekolah, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendididkan nonformal seperti penyuluhan maupun seminar kesehatan.

Faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan adalah pekerjaan. Distribusi responden berdasarkan menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu 71% sebagai ibu rumah tangga (tidak bekerja) sedangkan 29% responden yaitu sebagian kecil memiliki pekerjaan baik swasta maupun sebagai PNS. Bekerja merupakan usaha atau upaya seseorang untuk mendapatkan harta untuk dimiliki dan dimanfaatkan sesuai kebutuhan dan keinginanya. Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengalaman dalam bekerja dapat

memberikan pengetahuan dan ketrampilan professional serta pengalaman belajar, selama bekerja akan mengembangkan kemampuan seseorang dalam mengambil suatu keputusan ( Pro-Healt : 2009 ) .

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa dengan bekerja maka seseorang akan memperoleh kesempatan yang lebih luas untuk menembah pengetahuannya, tapi perlu ditekankan meskipun perempuan yang tidak bekerja tidak menutup kemungkinan ia memperoleh informasi baik dari berbagai media misalnya televisi dan interaksi sosial yang dilakukan maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.

Menurut Wahid Iqbal Mubarak pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetauan, sebab itu pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Caranya dengan mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu, semakin banyak pengalaman yang diperoleh, semakin banyak pula pengetahuan.

(6)

penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.

2. Identifikasi Status Gizi Balita

Dari hasil pengumpulan data, peneliti memperoleh 24 responden adapun distribusi responden menurut status gizi balita seperti pada tabel 6 didapatkan 71% sebagian besar responden berstatus gizi normal dan 13% sebagian kecil berstatus gizi kurus. Staus gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu (Ibnu Fajar, 2003:18). Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi seorang balita antara lain, pengetahuan, status ekonomi, budaya, dan asupan zat gizi balita.

Setiap keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya. Di negara seperti Indonesia yang jumlah pendapatan penduduk sebagian besar adalah golongan rendah dan menengah akan berdampak kepada pemenuhan bahan makanan terutama makanan yang bergizi. Keterbatasan ekonomi yang berarti ketidakmampuan daya beli keluarga yang berarti tidak mampu membeli bahan makanan yang berkualitas baik, maka pemenuhan gizi pada balitanya juga akan terganggu. Hal ini membuktikan bahwa status ekonomi seorang keluarga erat kaitannya dengan status gizi balita. Akan tetapi seiring dengan program pemerintah dengan pemberian PMT pada balita yang tidak naik berat badannya maka saat ini status ekonomi bukan hal yang mutlak menentukan status gizi seorang balita.

3. Analisa hubungan antara pengetahuan ibu balita tentang gizi dengan status gizi balita

Hasil identifikasi hubungan antara pengetahuan ibu balita tentang gizi dengan status gizi balita menggunakan uji Spearman didapatkan hasil bahwa p<0,05 maka H1akan

diterima sehingga disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu balita tentang gizi dengan status gizi balita. Hal ini

menunjukkan bahwa status gizi seorang balita dipengaruhi oleh faktor pengetahuan.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior), karena dari pengalaman mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru. Kunci keberhasilan menanamkan kebiasaan makan yang baik adalah tergantung pada pengetahuan dan pengertian ibu bagaimana cara menyusun makanan yang memenuhi syarat gizi. Hal ini membuktikan bahwa pengetahuan erat hubungannya dengan status gizi balita. Dengan pengetahuan ibu yang baik tentang gizi pada balita diharapkan status gizi balita dalam keadaan yang baik.

KESIMPULAN DAN SARAN

.

1. Simpulan

1) Sebagian besar ibu balita di Kelurahan Sidoharjo Rw 1 RT 3 dan 4 berpengetahuan cukup

2) Sebagian besar balita di Kelurahan Sidoharjo Rw 1 RT 3 dan 4 berstatus gizi normal

3) Terdapat hubungnan antara pengetahuan ibu dengan status gizi Balita di Kelurahan Sidoharjo Rw 1 RT 3 dan 4.

2. Saran

Dengan melihat hasil penelitian bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan ibu balita dan status gizi balita, diharapkan bagi instansi pendidikan untuk mengembangkan konsep tentang pentingnya pengetahuan tentang gizi sesuai dengan teori yang dikemukakan.

Penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan perbandingan terhadap upaya peningkatan status gizi balita dalam rangka mewujudkan Indonesia sehat 2010.

(7)

. . .

DAFTAR PUSTAKA

. .

Ali Khosman (2008). Mengetahui Status

Gizi Balita.

http://www.Mediacastone.com. Diakses 20 Juni 2009

Arif Hendra (2008), Status Gizi, http://www.HalalguideInfo.com. Diakses 20 juni 2009

Dep. Kes RI (2006). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi Deteksi Dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Di Tingkat Pelayanan Kesahatan Dasar.

Entjang, indah (2000). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung : PT Citra Aditya Bakti

Mardalis (2004), Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta : PT Bumi Angkasa

Nazir (2005), Metode Penelitian, Bogor : Graha Indonesia

Nursalam (2003), Konsep dan Penerapan

Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan, Jakarta : Salemba

Medika

Nursalam dan Siti Pariani (2001), Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan, Jakarta : CV. Info Medika

Pro-Health (2009). Pengetahuan dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, http://www.forbetterhealth.wordpress.c om. Diakses tanggal 15 Oktober 2009

Setyabudi (2007). Pengantar Gizi Masyarakat. http://www.Kompas.com. Diakses 20 Juni 2009

Soekidjo Notoatmodjo (1993), Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi 1, Jakarta : Melton Putra Offset

Soekidjo Notoatmodjo (2003), Pengantar Perilaku dan Pendidikan Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta

Soekidjo Notoatmodjo (2003), Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta : PT. Rineka Cipta

Soekidjo Notoatmodjo (2007), Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku,Jakarta : PT. Rineka Cipta

Suharsimi, Arikunto (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,, Jakarta : Rineka Cipta

Wahid Iqbal M (2007), Prmosi Kesehatan, Yogyakarta : Graha Ilmu

Gambar

Tabel 1Distribusi umur ibu balita di
Tabel 7Distribusi

Referensi

Dokumen terkait

Perlakuan jenis aplikasi formula bakteri tidak berbeda nyata namun perlakuan dengan pengaruh tertinggi yaitu aplikasi formula bakteri balitkabi (F2) sebesar 5,68 g tanaman -1 hal

Mengembangkan budaya 5S (senyum, sapa, salam, sungkem, dan sopan) untuk Membentuk Karakter Cinta Damai. Penerapan budaya 5S dimaksudkan untuk membentuk

• Beberapa efek ini diakibatkan oleh peningkatan stimulasi postsinap reseptor 5-HT akibat peningkatan konsentrasi obat atau akibat stimulasi reseptor yang sama namun regio

Pada peristiwa hukum yang sama (dengan menggunakan pola 2) penjelasannya adalah: Untuk mewujudkan adanya perlindungan terhadap keturunan ( hifdz an-nasl ), maka harus

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT karena atas berkah dan rahmatNYA penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perilaku Penemuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang positif antara Persepsi Citra Merek dengan Keputusan Pembeliandeterjen Daia pada Warga RW 004, Jakarta

Pada penyusunan skripsi ini peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Jenis - jenis Makna Istilah Bidang Ekonomi Makro-Mikro pada Rubik Ekonomi