1. Keberhasilan proses pemotongan tergantung pemilihan pahat potong (cutting tools)→material & geometri
2. Gbr. Di samping menunjukan
pertumbuhan (improvement) pahat potong → untuk
meningkatkan produktiftas proses
pemilihan material dan geometri pahat potong diikuti oleh pemilihan cutting conditions untuk aplikasi tertentu
Yang mempengaruhi pemilihan material
dan geometri cuting tool (pahat potong)
1. material benda kerja (sifat-sifat
material)
2. dimensi dan bentuk benda kerja
(geometri, akurasi dan persyaratan
lainya)
3. mesin perkakas dan pemegang
benda kerja (rigiditas, daya dan
range kecepatan potong dan
kecepatan makan)
Meningkatkan
produktiftas
pembuangan
Kenaikan
temperatur proses
pemotongan akan
berakibat keausan
(wear) pada pahat
potong meningkat
→ umur pahat
Suhu yang
dihasilkan dari
proses
pemesinan
terdistribusi ke:
1. Pahat potong
(sekitar 20%)
2. Benda kerja
(sekitar5%)
dan
3. Geram
Material pahat potong (cutting tool)
1. Proses pembentukan geram dengan cara pemesinan berlangsung dengan cara
mempertemukan dua material (benda kerja dan pahat potong)
Yang harus diperhatikan untuk material pahat adalah:
1. kekerasan: cukup tinggi > kekerasan benda kerja, juga pada temperatur tinggi pada saat proses pembentukan geram
2. Keuletan: cukup besar untuk menahan beban kejut yang terjadi (proses interupsi dan
kekerasan material benda kerja yang tidak homogen→hard spot)
3. ketahanan beban kejut termal→diperlukan bila terjadi perubahan temperatur yang cukup besar secara berkala / periodik)
4. Sifat adhesi yang rendah: untuk mengurangi
afnitas benda kerja terhadap pahat, mengurangi laju keausan, serta penurunan gaya pemotongan 5. Daya larut elemen/komponen material pahat
yang rendah: dibutuhkan demi untuk
Hot
hardness
:
kekerasan
berbagai
pahat potong
pada
Hot hardness →Kekerasan berbagai
pahat potong pada temperatur kerja
yang tinggi
Material pahat potong (cutting tool), secara
berurutan dari yang paling lunak tetapi ulet
sampai yang paling keras tetapi getas,
yaitu:
1. Baja karbon (high carbon steels; carbon
tool steels; CTS)
2. HSS (high speed steel; Tools steels)
3. Paduan Cor Nonferro (cast nonferrous
alloys; cast carbides)
4. Karbida (cemented carbides; hardmetals)
5. Keramik (ceramics)
6. CBN (cubic boron nitrides), dan
Baja karbon
a) Kadar karbon relatif tinggi (0.7 – 1.4%)
b) Tanpa unsur lain atau dengan persentase : 2%Mn, W, Cr
c) Mempunyai kekerasan 500 -1000 HV
d) Melonakos pada 250 oC → kecepatan potong rendah
hanya untuk pengerjaan benda kerja kayu atau logam lunak
e) Harga murah
HSS (High Speed Steel)
f) Ditemukan tahun 1898, merupakan baja paduan tinggi dengan unsur paduan: Cr dan W
g) Dibuat melalui proses penuangan (molten metalurgy) kemudian diroll / ditempa kemudian dibentuk dengan proses pemesinan menjadi berbagai bentuk pahat
(kondisi lunak → annealrd) kemudian diproses laku panas (heattreat) dihasilkan kekerasan 3x Baja
Karbon dan mempunyai sifat ulet yang baik
Ada 2 katagory HSS yaitu
1. HSS Konvensional (1) Molybdenun HSS , (2) Tungsten HSS
2. HSS spesial: (1) Co added HSS, (2) High
Vanadium HSS, (3) High Hardness Co HSS, (4) Cast HSS, (5) Powdered HSS, dan (6) Coated HSS
Umumnya penambahan paduan-paduan HSS , mempunyai sifat Hot Hardness , Recovery
Hardness dan Wear Resistance yang lebih baik sehingga bisa digunakan untuk material khusus:
1. Cobalt added HSS → material forging dan interupted material
3. hardness Co HSS→ kekerasan mencapai 69-70 HRc→ mampu memotong baja
yang telah dikeraskan, Ti, baja paduan Ni & Co (turbin jet engine dan grndability
yang baik
4. Cast HSS→ HSS dituang untuk
menghasilkan bentuk pahat yang rumit 5. Powdered HSS→diperoleh dari proses
sinter serbuk ferit dan serbuk
karbida→machineability, gridability dan heattreatability yang baik
6. Coated HSS→HSS (molten dan powdered) dilapis dengan Nitrida maupun oksida
dengan proses PVD (physical vapour deposition)→ metal pelapis diuapkan secara induksi dan menempel pada pahat (3-5 µm)→menaikan ketahanan
3. Paduan Cor Nonferro
1. mempunyai sifat diantara HSS dan karbida→ material dibentuk dengan penuangan menjadi bentuk tool bit,
kemudian diasah sesuai geometri yang diinginkan.
2. Mempunyai 4 elemen utama → (1) Co sebagai pelarut;
(2) Cr (10-35% berat) membentuk karbida;
(3) W (10-25% berat) pembentuk karbida dan menaikan
kekerasan;
4. Karbida
1. Jenis karbida yang disemen (cemented
carbides)→ ditemukan tahun 1923 (Krupp-Widia)
2. Dibuat dengan proses sintering serbuk
karbida (Nitrida, Oksida) dengan pengikat Co
3. Tungsten (Wolfram, W), Titanium (Ti) dan Tantalum (Ta) dicarburising menjadi
karbida kemudian digiling (ball-mill)
menjadi serbuk dan disaring kemudian
dicampur dengan pengikat Co dan dicetak dengan bahan pelumas lilin
(wax)→dilakukan presentering (1000℃)
untuk menghilangkan pelumas kemudian disinter (1600℃)→menyusut 80% dari
bentuk semula
5. Keramik
a) Keramik oksida (oxide ceramics)→serbuk halus dan homogen oksida alumina (Al2O3), titik lebur 2054 ℃
ditekan pada temperatur dan tekanan yang tinggi (HIP, Hot Isostatic Press)→terjadi self sintering
(tanpa metal perekat) menjadi keramik sisipan yang sangat keras
b) Karbida, nitrida, borida,
a) silika→ dibuat denga sintering menjadi bahan batugerinda
b) CBN (Cubic Boron Nitride)→ juga dibuat dengan proses sintering menjadi bahan batu gerinda 6. Intan/diamond
• Sintered diamond (GE 1955) merupakan hasil
proses sintering serbuk intan tiruan dengan bahan perekat Co (5- 10%)→ hothardness tinggi dan
Geometri pahat potong
Elemen pahat potong terdiri dari:
1. Badan (body): bagian pahat yang dibentuk
menjadi mata potong atau tempat untuk sisipan pahat (dari karbida atau ceramik)
2. Pemegang / gagang (shank): bagian pahat untuk dipasangkan pada mesin perkakas, bila bagian ini tidak ada fungsinya digantikan oleh lubang pahat
3. Lubang pahat (tool bore): lubang pada pahat melalui mana pahat dapat dipasang pada poros utama (spindle) atau poros pemegang dari mesin perkakas (umumnya mesin freis)
4. Sumbu pahat (tool axis): garis maya yang
digunakan untuk mendefnisikan geometri pahat, umumnya garis tengah dari pemegang atau lubang pahat
5. Dasar (base): bidang rata pemegang untuk
meletakan pahat sehingga mempermudah proses pembuatan, pengukuran ataupun pengasahan
dasar badan pemegan g Bidang geram, Aγ Bidang utama, Aα Bidang bantu, A’α
Mata potong, S Mata potong
bantu, S’
Elemen pahat freis
Pemegan g (shank)
Badan
Umur dan keausan pahat potong
1. Proses pemesinan dilakukan oleh pahat potong (cutting tools) untuk membuang geram
2. Pada proses pembuangan geram tersebut
terjadi gaya dan temperatur yang tinggi yang dialami oleh pahat potong
3. Sebagai akibat dari gaya potong dan temperatur tsb pahat potong akan mengalami kerusakan
4. Lamanya terjadi kerusakan pada pahat
potong sampai pahat potong tersebut tidak dapat digunakan lagi disebut sebagai umur pahat potong (tool life)
Penyebab & jenis kerusakan pada
pahat potong
Ada tiga penyabab terjadinya kerusakan pada pahat potong
1. Gaya pemotongan yang berlebihan dan atau adanya gaya dinamis yang menyebabkan
pahat potong patah
2. Suhu yang tinggi karena kesalahan
menentukan kondisi pemotongan (kecepatan potong yang dipilih terlalu tinggi)
3. Kerusakan pahat yang terjadi secara bertahap
Jenis kerusakan pada pahat potong: 4. Flank wear (keausan tepI)
5. Crater wear (keausan kawah)
6. Keausan pada ujung pahat (nose radius wear) 7. Keausan karena adanya takikan (notch wear),
Mekanisme terjadinya keausan pada pahat potong
1. Proses abrasi → fank wear, crater wear
2. Adhesi → built up edge (BUE) → notch wear 3. Difusi→perpindahan atom metal dan carbon
dari daerah konsentrasi tinggi ke
rendah→butir karbida kehilangan pegangan dan terkelupas
Bentuk geram hasil pemesinan
1. Benda yang bersifat getas (besi
tuang)→akan mempunyai bentuk geram
yang sejenis berupa serbuk atau
serpihan
2. Benda kerja yang bersifat ulet akan
mempunyai bentuk geram yang
bervariasi tergantung pada kondisi
pemesinan yang dipilih (kedalaman
potong, gerak makan dan kecepatan
potong
3. Bentuk geram yang panjang
berkesinambungan tidak dikehendaki
karena mempersulit pembuangan
Built up edge (BUE)
: adalah penumpukan
metal (geram) pada pahat potong dalam
proses pemesinan (baja), karena adanya
daya adhesi atau afnitas antar material
benda kerja dan material pahat (terjadi pada
kecepatan potong yang rendah)
BUE
mengubah geometri pahat potong
(sudut geram γo), karena berfungsi sebagai
sudut potong yang baru
Umur pahat potong: Adalah lamanya pahat
potong dapat digunakan untuk proses pemesinan
Kriteria umur pahat potong
1. Kerusakan total pada mata potong
2. Pemeriksaan visual fank wear atau crater wear oleh operator
3. Pemeriksaan oleh operator dengan jari bahwa telah terjadi keausan
4. Jika terjadi perubahan bentuk pada geram 5. Jika surface fnish berubah
6. Jumlah produk yang dihasilkan
7. Waktu pemotongan yang didefnisikan sudah dicapai
Rumus Taylor untuk penetuan umur pahat potong
v.Tn = C
Cutting fuid
Cutting fuid diperlukan untuk menaikan
umur pahat→mampu menaikan kira-kira
sampai 60%
Cutting fuid
1. Menurunkan temperature yang
terjadi pada proses pemotongan
2. Mengurangi terjadinya gesekan
Jenis-jenis cairan pendingin
1. Cairan sintetik (chemical fuids)→jernih atau diwarnai, tidak bersifat melumasi biasanya dipakai untuk sifat penyerapan panas yang tinggi dan melindungi terhadap korosi
2. Cairan emulsi ( emulsions, water soluble oils) → air yang mengandung partikel minyak (5-20
μm) bersifat sebagai pendingin dan melumasi 3. Cairan semi sintetik (semi sintrtik fuids) →
merupakan paduan (1) dan (2) dengan sifat: mempunyai daya pendingin yang relatif besar, mempunyai daya pembersih, tidak mudah
terdegradasi yang menimbulkan asam (korosi pada tanki mesin)
4. Minyak (cutting oils) → berasal dari minyak bumi, hewan, minyak nabati dan