• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengukuran dan Perhitungan Kele

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Pengukuran dan Perhitungan Kele"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM ERGONOMI II

ANALISIS PENGUKURAN DAN PERHITUNGAN

KELELAHAN KERJA

Hardiani Waskito R.0214040

PROGRAM DIPLOMA 4 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara yang berkembang sangat membutuhkan sumber daya manusia atau tenaga kerja yang sehat, efisien dan produktif. Tenaga kerja seperti ini diharapkan mampu berkompetisi dengn tenaga kerja yang lain, baik didalam negeri dan luar negeri. Keunggulan tersebut dapat tercapai bila semua pihak turut berperan aktif bekerja sama dengan tingkat kemampuan yang ada pada tenaga kerja itu sendiri, Undang-undang RI No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 68 ayat 1 menyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja. Agar tenaga kerja ada dalam keserasian sebaik-baiknya, yang berarti dapat terjamin keadaan kesehatan dan produktivitas tinggi, maka perlu adanya keseimbangan dari faktor beban kerja, beban tambahan akibat lingkungan kerja, dan kapasitas kerja.

Sumber daya manusia memegang peranan penting dan menentukan keberhasilan atau organisasi. Sehubungan dengan hal tersebut, munculah fenomena yang merugikan dan dapat menghancurkan tujuan organisasi perusahaan, diantaranya adalah ketidakpuasan kerja, kelambanan kerja, kebosanan kerja, kelelahan kerja, penurunan efisiensi, senioritas kecemburuan sosial, penurunan semangat kerja, dan penurunan produktivitas kerja.

Kelelahan kerja merupakan suatu pola yang timbul pada suatu keadaan, yang secara umum terjadi pada setiap orang, yang telah tidak sanggup lagi melakukan kegiatan. Kelelahan merupakan masalah yang harus mendapat perhatian. Semua jenis pekerjaan baik formal dan informal menimbulkan kelelahan kerja.

Kelelahan (fatigue) adalah suatu keluhan umum pada masyarakat umum dan pada populasi pekerja. Pada pekerja, sekitar 20% memiliki gejala kelelahan kerja. Kelelahan kerja dapat ditandai oleh menurunnya performa kerja atau semua kondisi yang memengaruhi semua proses organisme,

(3)

termasuk beberapa faktor seperti perasaan kelelahan bekerja (subjective feeling of fatigue), motivasi menurun, dan penurunan aktivitas mental dan fisik. Sumber kelelahan kerja dapat berasal dari pekerjaan yang monoton, faktor fisik lingkungan kerja (pene-rangan, iklim kerja dan kebisingan), intensitas kerja mental dan fisik, faktor psikologi berupa tanggung jawab, konflik, kecemasan, kebiasan makan, penyakit, dan status kesehatan. Selain itu, kelelahan kerja dapat disebabkan oleh kapasitas kerja, durasi kerja, circadian rhythm, serta faktor psikologi pekerja. Faktor psikologi menyebabkan kelelahan kerja sebesar 64%, lebih dari 50% karena depresi dan sisanya karena panik, distimia, dan gangguan somatisasi. Stres kerja, depresi atau kecemasan juga dapat menyebabkan kehilangan hari kerja yaitu 28,5 hari per kasus, lebih tinggi dibandingkan dengan penyakit hubungan kerja dan gangguan muskuloskeletal (19,4 hari)

Kelelahan kerja yang tidak diatasi dapat menimbulkan berbagai permasalahan kerja yang fatal dan mengakibatkan kecelakaan dalam bekerja. Sehingga dapat dipastikan suatu perusahaan wajib mengetahui tingkat kinerja dan hal yang dapat menimbulkan permasalahan dalam bekerja yaitu antara lain kelelahan kerja yang dialami secara umum pada pekerjanya. Tujuan dari kesehatan kerja adalah untuk menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tujuan ini dapat tercapai apabila didukung oleh lingkungan kerja yang memenuhi syarat kesehatan. Salah satu tujuan dari pelaksanaan kesehatan kerja dalam bentuk operasional adalah pencegahan kelelahan dan meningkatkan kegairahan serta kenikmatan kerja

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari kelelahan kerja. 2. Untuk mengetahui jenis-jenis kelelahan kerja. 3. Untuk mengetahui faktor penyebab kelelahan kerja. 4. Untuk mengetahui gejala kelelahan kerja

5. Untuk mengetahui dampak dari kelelahan kerja.

(4)

8. Untuk mengetahui standar kriteria hasil pengukuran kelelahan kerja. C. Manfaat

1. Bagi Praktikan

a. Dapat mengetahui pengertian kelelahan kerja. b. Dapat mengetahui jenis-jenis dari kelelahan kerja. c. Dapat mengetahui faktor penyebab kelelahan kerja. d. Dapat mengetahui damapak dari kelelahan kerja.

e. Dapat mengetaui pengendalian terhadap kelelahan kerja. f. Dapat mengetahui pengukuran terhadap kelelahan akibat kerja. g. Dapat mengetahui standar kriteria hasil pengukuran kelelahan kerja. 2. Bagi D.4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

a. Dapat menambah pengetahuan bagi seluruh mahasiswa D.4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja tentang kelelahan kerja.

b. Dapat mendidik mahasiswanya menjadi mahasiswa yang bermutu, berdaya saing, dan mempunyai etos kerja yang tinggi.

c. Mendapatkan status atau akreditasi yang baik karena meluluskan mahasiswa-mahasiswanya yang berkualitas dan berdaya saing tinggi. d. Dapat memberikan gambaran mengenai kelelahan kerja dan cara

mengatasinya di lingkungan kerja.

e. Dapat meningkatkan mutu dan kualitas tenaga kerja dari lulusan Diploma 4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

(5)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Kelelahan Kerja

Banyak pengertian mengenai kelelahan kerja yang telah dikemukakan oleh para ahli. Secara garis besar kelelahan kerja merupakan suatu kondisi yang timbul karena aktivitas individu hingga individu tersebut tidak mampu lagi mengerjakannya. Dengan kata lain, kelelahan kerja dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kinerja yang berakibat pada peningkatan kesalahan kerja dan berujung pada kecelakaan kerja (Nurmianto, 2004).

Beberapa teori oleh para ahli mengenai definisi kelelahan kerja, yaitu menurut:

a. Nurmianto (2004), kelelahan merupakan kondisi dimana tubuh mengalami kehabisan energi karena perpanjangan kerja yang dilakukan. Kelelahan sering muncul pada jenis pekerjaan yang dilakukan secara berulang-ulang atau monoton.

b. Suma’mur (2009), kelelahan merupakan kondisi yang menunjukkan keadaan tubuh baik fisik maupun mental yang semuanya berakibat pada penurunan daya kerja serta ketahanan tubuh.

c. Suma’mur (2014), kata lelah (fatique) menunjukkan keadaan tubuh fisik dan mental yang berbeda, tetapi semuanya berakibat pada penurunan daya kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh untuk bekerja.

d. Tarwaka (2013), kelelahan merupakan suatu bagian dari mekanisme tubuh untuk melakukan perlindungan agar tubuh terhindar dari kerusakan yang lebih parah, dan akan kembali pulih apabila melakukan istirahat.

e. Wignjosoebroto (2000), kelelahan kerja merupakan menurunnya proses efisiensi, performa kerja, dan berkurangnya kekuatan/ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan kegiatan yang harus dilakukamn.

(6)

f. Grandjean dan Kogi dalam Setyawati (2010), dari sudut neurofisiologi diungkapkan bahwa kelelahan dipandang sebagai suatu keadaan sistemik saraf sentral, akibat yang berkepanjangan dan secara fundamental dikontrol oleh aktivitas berlawanan antara sistem aktivitas dan sisitem inhibisi batang otak

2. Jenis-jenis Kelelahan Kerja

Kelelahan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu berdasarkan proses, waktu, dan penyebab terjadinya kelelahan.

a. Berdasarkan proses,meliputi : 1) Kelelahan otot (muscular fatigue)

Kelelahan otot di tunjukkan melalui gejala sakit nyeri yang luar biasa seperti ketegangan otot dan daerah sekitar sendi. Gejala kelelahan otot dapat terlihat pada gejala yang tampak dari luar (external signs). Pada percobaan dengan menggunakan seekor katak, apabila sebagian otot katak tersebut dialiri listrik, ternyata terjadi kontraksi dan berkurangnya kemampuan kerja otot dalam hal melakukan aktivitas pembebanan.Dalam beberapa detik kemudian akan terlihat beberapa hal sebagai berikut :

a) Menurunnya ketinggian beban yang mampu di angkat b) Merendahnya kontraksi dan relaksasi

c) Interval antara stimuli dan awal kontraksi menjadi lebih lama 2) Kelelahan Umum

(7)

letih yang luar biasa dan terasa aneh. Semua aktivitas menjadi terganggu dan terhambat karena munculnya gejala kelelahan terebut. Tidak adanya gairah untuk bekerja baik secara fisik maupun psikis, segalanya terasa berat dan merasa mengantuk.

b. Berdasarkan waktu terjadinya kelelahan, meliputi :

1) Kelelahan akut, yaitu disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh organ tubuh secara berlebihan dan datangnya secara tiba-tiba.

2) Kelelahan kronis merupakan kumulatif respon non spesifik terhadap perpanjangan stress. Keadaan ini tidak hanya disebabkan oleh suatu sebab tunggal seperti terlalu kerasnya beban kerja, namun juga oleh tekanan-tekanan yang terakumulasi setiap harinya pada suatu masa yang panjang. Pada keadaan seperti ini, gejalanya tidak hanya stres atau sesaat setelah masa stress, tetapi cepat atau lambat akan sangat mengancam setiap saat.

c. Berdasarkan penyebab terjadinya kelelahan, meliputi :

Berdasarkan penyebab kelelahan terbagi dua yaitu kelelahan fisiologis dan kelelahan psikologis.

1) Kelelahan fisiologis disebabkan oleh faktor fisik atau kimia yaitu suhu, penerangan, mikroorganisme, zat kimia, kebisingan, circadian rhythms, dll, sedangkan kelelahan psikologis disebabkan oleh faktor psikososial baik di tempat kerja maupun di rumah atau masyarakat sekeliling.Kelelahan fisiologis adalah kelelahan yang timbul karena adanya perubahan-perubahan fisiologis dalam tubuh. 2) Kelelahan psikologis dapat bersifat objektif dan subjektif, yang

(8)

Beberapa jenis kelelahan umum lainya menurut Grandjean (1988) adalah:

1. Kelelahan penglihatan, muncul dari terlalu letihnya mata.

2. Kelelahan seluruh tubuh, sebagai akibat terlampau besarnya beban fisik bagi seluruh organ tubuh.

3. Kelelahan mental, penyebabnya dipicu oleh pekerjaan yang bersifat mentaldan intelektual.

4. Kelelahan syaraf, disebabkan oleh terlalu tertekannya salah satu bagian darisistem psikomotorik.

5. Kelelahan kronis, sebagai akibat terjadinya akumulasi efek kelelahan padajangka waktu yang panjang.

6. Kelelahan Siklus hidup sebagai bagian dari irama hidup siang dan malam sertapetukaran periode tidur.

3. Faktor Penyebab Kelelahan Kerja

Terjadinya kelelahan tidak begitu saja, tetapi ada faktor yang menyebabkannya. Faktor yang menyebabkan kelelahan tersebut antara lain (Sum’mur, 1996):

a. Faktor dari dalam individu 1) Usia

Kebutuhan zat tenaga terus meningkat sampai akhirnya menurun pada usia 40 tahun. Berkurangn ya kebutuhan zat tenaga tersebut dikarenakan telah menurunnya kekuatan fisik sehingga kegiatan yang bisa dilakukan biasanya juga berkurang dan lebih lamban.Usia atau umur merupakan waktu atau masa hidup seseorang selama masih hidup didunia yang dihitung mu lai dari manusia dilahirkan. Para ahli psikologi membagi umur menjadi beberapa kelompok-kelompok yang didasarkan pada pertumbuhan fisik dan pertumbuhan mental antara lain:

(9)

Usia berkaitan dengan kinerja karena pada usia yang meningkat akan diikuti dengan proses degenerasi dari organ sehingga dalam hal ini kemampuan organ akan menurun. Dengan adanya penurunan kemampuan organ, maka hal ini akan menyebabkan tenaga kerja akan semakin mudah mengalami kelelahan.

2) Jenis Kelamin

Pada tenaga kerja wanita akan terjadi siklus biologis setiap bulan didalam mekanisme tubuhnya sehingga akan mempengaruhi kondisi fisik maupun psikisnya dan hal ini akan menyebabkan tingkat kelelahan wanita akan lebih besar dari pada tingkat kelelahan pria.

3) StatusGizi

Status gizi adalah salah satu faktor dari faktor kapasitas kerja, dimana keadaan gizi buruk dengan beban kerja yang beratakan menganggu kerja dan menurunkan efisiensi serta mengakibatkan kelelahan.

Dalam laporan FAO/WHO/UNU (1985) dinyatakan bahwa Indeks Masa Tubuh (IMT) merupakan indicator status gizi orang dewasa. Nilai IMT dihitung menurut ilmu berat badan (dalam kilogram) dibagi kuadrat tinggi badan(dalammeter). Status gizi umum spesifik zat gizi,melainkan lebih erat kaitannya dengan energy dan protein dapat diukur dengan antropometri.

Dengan kata lain antropometri atau ukuran tubuh dapat memberi gambaran status energy dan protein seseorang ,karenanya antropometri sering digunakan sebagai indicator status gizi yang berkaitan dengan masalah kurang energy protein.

(10)

Tabel 2.1 Kategori Indeks Massa Tubuh

Kategori IMT (Kg/m2) Keterangan

Kurus <17.0 Kekurangan BB tingkat berat 17,0-18,5 Kekurangan BB tingkat ringan

Normal >18,5-25,0 Normal

Gemuk >25,0-27,0 Kelebihan BB tingkat ringan >27,0 Kelebihan BB tingkat berat 4) Status Kesehatan

Adanya beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi kelelahan, penyakit tersebut antara lain :

a) Penyakit Jantung

Seseorang yang mengalami nyeri jantung jika kekurangan darah, kebanyakan menyerang bilik kiri jantung sehingga paru-paru akan mengalami bendungan dan penderita akan mengalami sesak napas sehingga akan mengalami kelelahan.

b) Penyakit gangguan ginjal

Pada penderita gangguan ginjal, system pengeluaran sisa metabolism akan terganggu sehingga tertimbun dalam darah (uremi). Penimbunan sisa metabolis memenyebabkan kelelahan. c) Penyakit asma

Pada penderita penyakit asma terjadi gangguan saluran udara bronkus kecil bronkiolus. Proses transportasi oksigen dan karbondioksida terganggu sehingga terjadi akumulasi karbondioksida dalam tubuh yang menyebabkan kelelahan.Terganggunya proses tersebut karena jaringan otot paru-paru terkena radang.

d) Tekanan darah rendah

Pada penderita tekanan darah rendah kerja jantung untuk memompa darah kebagian tubuh yang membutuhkan kurang maksimal dan lambat sehingga kebutuhan oksigennya tidak terpenuhi, akibatnya proses kerja yang membutuhkan oksigen terhambat. Pada penderita penyakit paru-paru pertukaran O2 dan CO2 terganggu sehingga banyak tertimbun sisa metabolism yang menjadi penyebab kelelahan.

(11)

Pada tenaga kerja yang mengalami tekanan darah tinggi akan menyebabkan kerja jantung menjadi lebih kuat sehingga jantung membesar.Pada saat jantung tidak mampu mendorong darah beredar keseluruh tubuh dan sebagian akan menumpuk pada jaringan seperti tungkai dan paru. Selanjutnya terjadi sesak napas bila ada pergerakan sedikit karena tidak tercukupi kebutuhan oksigennyaa kibatnya pertukaran darah terhambat. Pada tungkai terjadi penumpukan sisa metabolisme yang menyebabkan kelelahan.

5) Keadaan Psikis Tenaga Kerja

Keadaan psikis tenaga kerja yaitu suatu respon yang ditafsirkan bagian yang salah, sehingga merupakan suatu aktivitas secara primer suatu organ, akibatnya timbul ketegangan-ketegangan yang dapat meningkatkan tingkat kelelahan seseorang.

b. Faktor dari Luar

1) BebanKerja danMasa Kerja

Beban kerja adalah volume pekerjaan yang dibebankan kepada tenaga kerja baik berupa fisik maupun mental dan menjadi tanggung jawabnya.

Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya dan masing-masing tenaga kerja mempunyai kemampuan sendiri untuk menangani beban kerjanya sebagai tambahan dari beban kerja langsung ini.

Pekerjaan biasanya dilakukan dalam suatu lingkungan atau situasi yang akan menjadi beban tambahan pada jasmani dan rohani tenaga kerja tersebut. Seperti factor lingkungan fisik, kimia, biologi, ergonomic dan psikologi.

(12)

Masa kerja merupakan lama waktu seseorang bekerja pada suatu instansi atau tempat kerja. Pada masa kerja ini dapat berpengaruh pada kelelahan kerja khususnya kelelahan kronis, semakin lama seorang tenaga kerja bekerja pada lingkungan kerja yang kurang nyaman dan menyenangkan maka kelelahan pada orang tersebut akan menumpuk terus dari waktu ke waktu.

2) Lingkungan kerja fisik

Lingkungan kerja fisik yang mempengaruhi kelelahan antara lain penerangan, kebisingan dan iklim kerja:

a) Penerangan atau pencahayaan

Penerangan yang kurang baik dilingkungan kerja bukan saja akan menambah beban kerja, karena menganggu pelaksanaan pekerjaan,tetapi menimbulkan kesan yang kotor.

Untuk mengurangi kelelahan fisik akibat dari penerangan yang tidak cukup dikaitkan dengan factor obyek dan umur pekerja dapat dilakukan antara lain perbaikan kontras, meningkatkan penerangan dan pengaturan jam kerja yang sesuai dengan umur tenaga kerja.

b) Iklim Kerja / Tekanan

Panas Iklim kerja merupakan interaksi berbagai variable seperti temperatur, kelembaban udara, kecepatan gerak angin dan suhu radiasi,i klim kerja adalah keadaan udara di tempat kerja.Pengukuran tekanan panas pada suatu tempat salah satunya adalah dengan mengukur ISBB atau indeks suhu basah dan bola, anatara lain:

(1) Untuk pekerja diluar gedungISBB =

0,7 x suhu basah+0,2 x suhu radiasi+0,1 suhu kering. (2) Untuk pekerja didalamgedungISBB =

0,7 x suhu basah+0,3 x suhu radiasi. c) Kebisingan

(13)

cortex celebri yang dipengaruhi oleh system yang antagonistik, yaitu system penghambat(inhibisio)dan system (aktivasi).

d) FaktorErgonomi

Ergonomi dapat mengurangi beban kerja dan kelelahan kerja. Ergonomi juga berperan dalam memaksimalkan kenyamanan, keamanan dan efisiensi pekerja

Faktor penyebab terjadinya kelelahan di industri sangat bervariasi, dan untuk memelihara atau mempertahankan kesehatan dan efisiensi, proses penyegaran harus dilakukan diluar tekanan (cancel out stress). Penyegaran terjadi terutama selama waktu tidur malam, tetapi periode istirahat dan waktu-waktu berhenti kerja juga dapat memberikan penyegaran (Grandjean, 1993 dalam Tarwaka, 2013).

Faktor-faktor penyebab kelelahan adalah : a. Intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental b. Lingkungan kerja

ikim kerja, penerangan, kebisingan, getarandan lain-lain. c. Problem fisik : tanggung jawab, kekawatiran, konflik. d. Kenyerian dan kondisi kesehatan.

e. Circadian rhythm. f. Nutrisi

Faktor penyebab kelelahan kerja berkaitan dengan hal-hal berikut (Siswanto, 2001):

a. Pengorganisasian kerja yang tidak menjamin istirahat dan rekreasi, variasikerja dan intensitas pembebanan fisik yang tidak serasi dengan pekerjaan.

b. Faktor Psikologis, misalnya rasatanggungjawab dan khawatir yangberlebihan, serta konflik yang kronis/ menahun.

c. Lingkungan kerja yang tidak menjamin kenyamanan kerja serta tidakmenimbulkan pengaruh negatif terhadap kesehatan pekerja.

(14)

e. Monoton(pekerjaan/ lingkungan kerja yang membosankan) 4. Gejala Kelelahan Kerja

Suatu daftar gejala atau perasaan atau tanda yang berhubungan dengan kelelahan adalah (Suma’mur, 2014) :

a. Pelemahan kegiatan ditandai dengan gejala: Perasaan berat dikepala, menjadi lelah seluruh badan, kaki mearasa berat menguap, merasa kacau pikiran, mengantuk, merasa berat pada mata, kaku dan canggung pada gerakan, tidak seimbang dalam berdiri dan mau berbaring.

b. Pelemahan motivasi ditandai dengan gejala : merasa susah berfikir, lelah bicara, gugup,tidak dapat berkonsentrasi, tidak dapat memfokuskan perhatian terhadap sesuatu, cenderung untuk lupa, kurang percaya diri, cemas terhadap sesuatu, tidak dapat mengontrol sikap dan tidak dapat tekun melakukan pekerjaan.

c. Pelemahan fisik ditandai dengan gejala: sakit kepala, kekakuan di bahu, merasa nyeri di punggung, merasa pernafasan tertekan,merasa haus, suara serak, merasa pening, spasme kelopak mata, tremor pada anggota badan dan merasa kurang sehat.

Gambaran mengenai gejala kelelahan secara subjektif dan objektif antara lain (Sugeng Budiono, 2003):

a. Perasaan lesu, ngantuk dan pusing.

b. Tidak atau kurang mampu berkonsentrasi. c. Berkurangnya tingkat kewaspadaan. d. Persepsi yang buruk dan lambat.

e. Tidak ada atau berkurangnya gairah untuk bekerja. f. Menurunnya kinerja jasmani dan rohani.

Gejala-gejala kelelahan hanya terdiri atas empat gejala, yaitu (Nurmianto,2004):

a. Rasa letih, lelah, lesu, dan lemah (4L) b. Mengantuk

(15)

5. Mekanisme Kelelahan

Keadaan dan perasaan kelelahan adalah reaksi fungsionaldari pusat kesadaran yaitu korteks serebri, yang dipengaruhi oleh dua sistem antagonistik yaitu sistem penghambat (inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi). Sistem penghambat terdapat dalam thalamus yang mampu menurunkan kemampuan manusia bereaksi dan menyebabkan kecenderungan untuk tidur. Sistem penggerak terdapat dalam formasio retikularis yang dapat merangsang peralatan dalam tubuh kearah bekerja, berkelahi, melarikan diri dan sebagainya.

Maka keadaan seseorang pada suatu saat sangat tergantung kepada hasil kerja diantara dua sistem antagonis dimaksud. Apabila sistem penghambat lebih kuat seseorang dalam keadaan lelah. Sebaliknya manakala sistem aktivitas lebih kuat seseorang dalam keadaaan segar untuk bekerja. Konsep ini dapat dipakai menjelaskan peristiwa-peristiwa sebelumnya yang tidak jelas. Misalnya peristiwa seseorang dalam keadaan lelah, tiba-tiba kelelahan hilang oleh karena terjadi peristiwa yang tidak diduga sebelumnya atau terjadi tegangan emosi. Dalam keadaan ini, sistem penggerak tiba-tiba terangsang dan dapat mengatasi system penghambat. Demikian pula peristiwa dalam monotoni, kelelahan terjadi oleh karena hambatan dari sistem penghambat, walaupun beban kerja tidak begitu berat.

Kelelahan yang terus menerus terjadi setiap hari akan berakibat terjadinya kelelahan yang kronis. Perasaan lelah tidak saja terjadi sesudah bekerja pada sore hari, tetapi juga selama bekerja, bahkan kadang-kadang sebelumnya. Perasaan lesu tampak sebagai suatu gejala. Gejala-gejala psikis ditandai dengan perbuatanperbuatan anti sosial dan perasaan tidak cocok dengan sekitarnya, sering depresi, kurangnya tenaga serta kehilangan inisiatif. Tanda-tanda psikis ini sering disertai kelainan-kelainan psikolatis seperti sakit kepala, vertigo, gangguan pencernaan, tidak dapat tidur dan lain-lain.

(16)

pada waktu jangka pendek disebabkan kebutuhan istirahat lebih banyak atau meningkatnya angka sakit. Kelelahan klinis terutama terjadi pada mereka yang mengalami konflik mental atau kesulitan-kesulitan psikologis. Sikap negatif terhadap kerja, perasaan terhadap atasan atau lingkungan kerja memungkinkan faktor penting dalam sebab ataupun akibat (Suma’mur, 1996).

Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Pada susunan saraf pusat, terdapat sistem aktivasi dan inhibisi. Kedua sistem ini saling mengimbangi tetapi kadang-kadang salah satu dari padanya lebih dominan sesuai dengan keperluan. Sistem aktivasi bersifat simpatis, sedangkan inhibisi adalah parasimpatis. Agar tenaga kerja berada dalam keserasian dan keseimbangan, kedua sistem tersebut harus berada pada kondisi yang memberikan stabilitasi kepada tubuh (Suma’mur, 1989).

Menurut Kassoris & Kohler (Nurmianto, 1996) efisiensi maksimal dicapai dengan hari kerja delapan jam. Dimulai dari pukul 07.00 sampai dengan pukul 16.00. Namun antara pukul 12.00 sampai dengan pukul 13.00 digunakan untuk istirahat untuk menghindari kelelahan.

Nurmianto (1996) berpendapat bahwa terjadinya kelelahan karena adanya pembebanan otot secara statis sehingga aliran darah ke otot berkurang yang mengakibatkan asam laktat terakumulasi. Di samping itu juga dikarenakan pembebanan otot yang tidak merata pada sejumlah jaringan tertentu. Pendapat Nurmianto ini didukung oleh Carnegie (1993) yang mengatakan bahwa kelelahan terjadi dikarenakan tekanan darah pada tubuh dan konsumsi oksigen menurun.

Menurut Ahmadi (Kartono, 1994) kelelahan terjadi apabila seseorang melakukan pekerjaan dalam waktu yang lama. hal ini juga dikemukakan oleh Anoraga (1992), jika dalam jangka waktu yang panjang seseorang terus menerus harus melakukan gerak yang sama maka sirkulasi darah menjadi terganggu, dan orang tersebut menjadi cepat lelah.

(17)

a. Kelelahan Akibat Faktor Fisiologis (Fisik atau Kimia)

Kelelahan fisiologis adalah kelelahan yang timbul karena adanya perubahan fisiologis dalam tubuh.Dari segi fisiologis, tubuh manusia dapat dianggap sebagai mesin yang dapat membuat bahan bakar, dan memberikan keluaran berupa tenaga yang berguna untuk melakukan kegiatan.

Pada prinsipnya, ada 5 macam mekanisme yang dilakukan tubuh, yaitu :

1) Sistem peredaran darah 2) Sistem pencernaan 3) Sistem otot 4) Sistem syaraf 5) Sistem pernafasan

Kerja fisik yang kontinyu, berpengaruh terhadap mekanisme tersebut, baik secara sendiri-sendiri maupun secara sekaligus.Kelelahan terjadi karena terkumpulnya produk sisa dalam otot dan peredaran darah, dimana produk sisa ini bersifat mambatasi kelangsungan kegiatan otot.Produk sisa ini mempengaruhi seratserat syaraf dan system syaraf pusat sehingga menyebabkan pegawai menjadi lambat bekerja jika sudah lelah.

b. Kelelahan Akibat Faktor Psikologis

Kelelahan ini dapat dikatakan kelelahan palsu, yang timbul dalam perasaan orang yang bersangkutan dan terlihat dalam tingkah lakunya atau pendapatpendapatnya yang tidak konsekuen lagi, serta jiwanya yang labil dengan adanya perubahan walaupun dalam kondisi lingkungan atau kondisi tubuhnya sendiri. Jadi hal ini menyangkut perubahan yang bersangkutan dengan moril seseorang., Sebab kelelahan ini dapat diakibatkan oleh beberapa hal yaitu kurang minat dalambekerja, berbagai penyakit, keadaan lingkungan, adanya hukum moral yang mengikatdan merasa tidak sesuai, sebab-sebab mental seperti : tanggung jawab, kekhawatirandan konflik. Pengaruh tersebut seakan-akan terkumpul dalam tubuh danmenimbulkan rasa lelah.

(18)

Kelelahan merupakan komponen fisik dan psikis seseorang. Kelelahan yang terjadi secara terus-menerus akan berakibat kepada kelelahan kronis (Suma’mur, 2009). Menurut Tarwaka (2014) kerja fisik yang memerlukan konsentrasi yang terus-menerus dapat menyebabkan kelelahan fisiologis hingga terjadi perubahan faal dan penurunan keinginan untuk melakukan suatu aktivitas kerja yang dikarenakan oleh kelelahan psikis. Semakin berat beban kerja seseorang maka akan semakin pendek waktu kerja yang dijalankan untuk bekerja tanpa mengalami kelelahan dan gangguan fisiologi lain. Namun apabila beban kerja yang diterima seseorang melebihi kapasitasnya, maka akan menimbulkan kelelahan dan gangguan fisiologis seperti gangguan pada sistem kardiovaskular (Tarwaka, 2014). Perasaan lelah tidak hanya dirasakan pada saat setelah bekerja, tetapi juga bisa dirasakan sebelum melakukan pekerjaan dan saat melakukan pekerjaan. Kelelahan akibat kerja dapat ditanggulangi dengan menyediakan sarana istirahat, memberi waktu libur, penerapan ergonomi, lingkungan kerja yang sehat dan nyaman (Eraliesa, 2009).

Konsekuensi kelelahan kerja menurut Randalf Schuler (1999) antara lain :

a. Pekerja yang mengalami kelelahan kerja akan berprestasi lebih buruk lagi daripadapekerja yang masih “penuh semangat”.

b. Memburuknya hubungan si pekerja dengan pekerja lain.

c. Dapat mendorong terciptanya tingkah laku yang menyebabkan menurunnyakualitas hidup rumah tangga seseorang.

7. Pengendalian Kelelahan Kerja

Upaya Pencegahan kelelahan kerja agar tingkat produktivitas kerja tetap baik atau bahkan meningkat, salah satu faktor pentingnya adalah pencegahan terhadap kelelahan kerja.

Cara mengatasi kelelahan kerja adalah sebagai berikut: a. Sesuai kapasitas kerja fisik

(19)

d. Sikap kerja alamiah e. Kerja lebih dinamis f. Kerja lebih bervariasi g. Redesain lingkungan kerja h. Reorganisasi kerja

i. Kebutuhan kalori seimbang j. Istirahat setiap 2 jam kerja.

Menurut Setyawati (2010), kelelahan kerja ditangani dengan cara berikut :

a. Promosi kesehatan kerja

b. Pencegahan kelelahan kerja terutama ditujukan kepada upaya menekan faktor-faktor yang berpengaruh secara negatif pada kelelahan kerja dan meningkatkan faktor-faktor yang berpengaruh secara positif.

c. Pengobatan kelelahan kerja dengan terapi kognitif dan perilaku pekerja bersangkutan, penyuluhan mental dan bimbingan mental, perbaikan lingkungan kerja, sikap kerja dan alat kerja diupayakan berciri ergonomis, pemberian gizi kerja yang memadai.

d. Rehabilitasi kelelahan kerja, maksudnya melanjutkan tindakan dan program pengobatan kelelahan kerja serta mempersiapkan pekerja tersebut bekerja secara lebih baik dan bersemangat.

(20)

Untuk melakukan pemulihan kelelahan kerja secara spesifik maka harus berdasarkan pertimbangan lingkup, frekuensi dan bobot kelelahan kerja. Namun secara umum langkah-langkah yang perlu dilakukan individu karyawan adalah sebagai berikut:

a. Menelaah penyebab mengapa terjadi kelelahan kerja, kapan saja, dimana, dan ketika mengerjakan apa.

b. Kalau dirasa terlalu berat perlu melakukan konsultasi dengan orang yang ahli dan berpengalaman.

c. Melakukan pemulihan kelelahan dengan cara berolahraga secara teratur, tidur yang cukup, bersosialisasi, relaksasi, dan kalau dianggap perlu berobat ke dokter.

d. Meminta cuti kerja.

Sementara itu mengatasi kelelahan kerja oleh perusahaan dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut:

a. Melakukan analisis kinerja karyawan dan organisasi.

b. Menelaah hubungan kinerja dengan kelelahan kerja karyawan. c. Menganalisis jenis uraian kerja dan beban kerja hubungannya

dengan kinerja.

d. menyusun program peningkatan kinerja khususnya subprogram mengurangi kelelahan kerja termasuk menentukan beban kerja optimum dan membangun lingkungan kerja yang nyaman.

e. Melaksanakan program peningkatan kinerja secara teratur.

f. Mengevaluasi keberhasilan pelaksanaan program dan kinerja karyawan/organisasi.

8. Metode Pengukuran Kelelahan Kerja

Sampai saat ini belum ada metode pengukuran kelelahan yang baku karena kelelahan merupakan suatu perasaan subyektif yang sulit diukur dan diperlukan pendekatan secara multidisiplin (Tarwaka, 2004)

(21)

Katikolamin, Stroop Test.(Suma’mur, 1995) Menurut Tarwaka,dkk (2004), pengukuran kelelahan dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:

a. Kualitas dan kuantitas hasil kerja

Pada metode ini, kualitas output digambarkan sebagai jumlah proses kerja (waktu yang digunakan setiap item) atau proses operasi yang dilakukan setiap unit waktu. Namun demikian banyak faktor yang harus dipertimbangkan seperti; target produksi; faktor sosial; dan perilaku psikologis dalam kerja. Sedangkan kualitas output (kerusakan produk, penolakan produk) atau frekuensi kecelakaan dapat menggambarkan terjadinya kelelahan, tetapi faktor tersebut bukanlah merupakan causal factor (Tarwaka, 2004)

Kuantitas kerja dapat dilihat pada prestasi kerja yang dinyatakan dalam banyaknya produksi persatuan waktu.Sedangkan kualitas kerja didapat dengan menilai kualitas pekerjaan seperti jumlah yang ditolak, kesalahan, kerusakan material, dan lain-lain.

b. Pencatatan perasaan subyektif kelelahan kerja.

Yaitu dengan cara Kuesioner. Subjective Self Rating Test dari Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) Jepang, merupakan salah satu kuesioner yang dapat untuk mengukur tingkat kelelahan subjektif.

Kuesioner tersebut berisi 30 daftar pertanyaan yang terdiri dari beberapa hal berikut:

1) Pertanyaan tentang pelemahan kegiatan: a) Perasaan berat di kepala.

b) Lelah di seluruh badan. c) Berat di kaki.

d) Menguap. e) Pikiran kacau. f) Mengantuk.

g) Ada beban pada mata. h) Gerakan canggung dan kaku. i) Berdiritidak stabil.

j) Ingin berbaring

2) Pertanyaan tentang pelemahan motivasi: a) Susah berfikir.

b) Lelah untukbicara. c) Gugup.

d) Tidak berkonsentrasi.

(22)

f) Mudah lupa.

g) Kepercayaan diri berkurang. h) Merasa cemas.

i) Sulit mengontrol sikap. j) Tidak tekun dalam pekerjaan.

3) Pertanyaan tentang gambaran kelelahan fisik : a) Sakit dikepala.

h) Spasme di kelopak mata. i) Tremor pada anggota badan. j) Merasakurang sehat.

Pengukuran Kelelahan, Sampai saat ini belum ada cara untuk mengukur tingkat kelelahan secara langsung. Pengukuran pengukuran yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya hanya berupa indikator yang menunjukkan terjadinya kelelahan akibat kerja. Grandjean (1993) dalam Tarwaka (2004) mengelompokkan metode pengukuran kelelahan dalam beberapa kelompok, yaitu:

a. Kualitas dan kuantitas kerja yang dilakukan b. Uji psikomotor

c. Uji hilangnya kelipan (flicker-fusion test) d. Perasaan kelelahan secara subjektif e. Uji mental

Menurut Suma’mur PK Untuk mengetahui kelelahan dapat diukur dengan:

a. Waktu reaksi (Reaksi sederhana atas rangsang tuggal atau reaksi-reaksi yang memerlukan koordinasi).

b. Konsentrasi (Pemeriksaan Bourdon Wiersma, UJi KLT). c. Uji “Flicker fision”.

d. EEG.

Beberapa metode pengukuran kelelahan kerja yang dapat dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat kelelahan yang dialami pekerja, antara lain sebagai berikut:

a. Alat Ukur perasaan kelelahan kerja (KAUPKK).

(23)

perasaan yangtidak menyenangkan.Keluhan-keluhan yang dialami pekerja sehari-harimembuat mereka mengalami kelelahan kronis. (Hotmatua, 2009).

b. Pengukuran gelombang listrik pada otak dengan Electro enchepalo graphy (EEG).

c. Uji psiko-motor (psychomotor test), dapat dilakukan dengan caramelibatkan fungsi persepsi, interpretasi dan reaksi motor denganmenggunakan alat digital reaction timer untuk mengukur waktu reaksi. Waktureaksi adalah jangka waktu dari pemberian suatu rangsang sampai kepada suatusaat kesadaran atau dilaksanakan kegiatan.Dalam uji waktu reaksi dapatdigunakan nyala lampu, denting suara, sentuhan kulit atau goyangan badan.Terjadinya pemanjangan waktu reaksi merupakan petunjuk adanya perlambatanpada proses faal syaraf dan otot.

d. Uji mental, pada metode ini konsentrasi merupakan salah satu pendekatanyang dapat digunakan untuk menguji ketelitian dan kecepatan dalammenyelesaikan pekerjaan. Bourdon Wiersman test merupakan salah satualat yang dapat digunakan untuk menguji kecepatan, ketelitian dankonsentrasi.

Dari uraian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa kelelahanbiasanya terjadi pada akhir jam kerja yang disebabkan oleh karena beberapa faktor,seperti monotoni, kerja otot statis, alat dan sarana kerja yang tidak sesuai denganantropometri pemakainya, stasiun kerja yang tidak ergonomik, sikap paksa danpengaturan waktu kerja-istirahat yang tidak tepat. Sumber kelelahan dapatdisimpulkan dari hasil pengujian tersebut.

9. Kriteria Hasil Pengukuran Kelelahan

Tigkat kelelahan kerja dapat diklasifikasikan berdasarkan waktu reaksi yang diukur dengan reactiontimer yaitu:

Tabel 2.2 Klasifikasi Kelelahan Kerja

(24)

Normal (N) 150,0 - 240,0 Kelelahan Kerja Ringan (KKR) 240,0 < X < 410,0 Kelelahan Kerja Sedang (KKS) 410,0 ≤ X < 580.0

Kelelahan Kerja Berat (KKB) ≥ 580.0

B. Perundang-undangan

1. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Syarat-syarat Keselamatan Kerja Pasal 3 ayat 1 yang berbunyi, ”mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan”. 2. Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 86 ayat

2 yang berbunyi, ”Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja”.

3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per. 02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.

4. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep-333/MEN/1989 tentang Diagnosis dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja.

5. Permenaker No : PER 05/MEN/1996 tentang SMK3.Pasal 4 ayat 1 d yang berbunyi “ Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja keselamatan dan kesehatan kerja serta melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan.” 6. Permenakertrans Nomor PER. 01/MEN/1981 tentang Kewajiban Melapor

(25)

BAB III HASIL

A. Gambar Alat, Cara Kerja dan Prosedure Pengukuran 1. Gambar Alat

Lakassidaya Reaction Timer

Keterangan: a. Kabel Power

b. Kabel Penghubung Mouse c. Tombol on/off

(26)

e. Display

f. Tombol sensor cahaya g. Tombol sensor suara h. Tombol mulai atau start i. Sensor cahaya

j. Mouse Fungsi:

a. Kabel power berfungsi menghubungkan alat dengan sumber listrik. b. Kabel penghubung mous berfungsi menghubungkan alat dengan mouse. c. Tombolon/off berfungsi untuk menghidupkan alat.

d. Tombol reset berfungsi mengubahangkadisplaymenjadi nol.

e. Display berfungsi untuk menampilkan perolehan hasil waktu reaksi. f. Tombol sensor cahaya untuk memilih sensor cahaya.

g. Tombol sensor suara untuk memilih sensor suara. h. Tombol mulai atau start untuk memulai operasi.

i. Sensor cahaya berfungsi untuk menampilkan sumber rangsang berupa cahaya.

j. Mouse untuk menghentikan waktu reaksi setelah probandus mendapatkan rangsangan.

2. Cara Kerja

a. Sambungkan “Mouse” dan “Lampu Sensor Cahaya” dengan alat Reaction Meter.

b. Hubungkan alat dengan sumber listrik menggunkan stop kontak kemudian tekan tombol “ON” untuk menghidupkan alat.

c. Pastikan angka pada display menunjukan 000.0 jika belum maka tekan tombol RESET.

d. Posisi probandus membelakangi operator.

e. Lampu sensor cahaya diletakkan di depan Probandus, agar nyala lampu dapat terlihat jelas.

(27)

f. Untuk mengukur dengan sensor cahaya, maka tekan tombol untuk sensor cahaya.

g. Operator siap untuk menekan saklar rangsang cahaya demikian juga probandus siap melihat lampu pada alat.

h. Operator menekan saklar sensor cahaya, probandus secepatnya menekan Mouse.

i. Untuk mengukur dengan sensor suara maka tekan tombol sensor suara. j. Cara pemerikasaan untuk sensor suara adalah sama dengan cara

menggunakan sensor cahaya hanya saja probandus siap mendengarkan suara dari alat.

k. Pemerikasaan dilakukan sebanyak 20 kali, dengan catatan pemeriksaan nomor 1-5 dan nomor 16-20 dihilangkan karena 1-5 adalah dalam taraf penyesuian alat dan nomor 16-20 dianggap tingkat kejenuhan mulai muncul.

l. Catat hasil pengukuran, cari rata-rata dari pemeriksaan 1-15 kemudian bandingkan dengan standar yang ada.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran agar hasil lebih akurat:

a. Pemberian rangsang tidak kontinyu

b. Jarak maksimal sumber rangsang dengan probandus maksimum 0,5 meter.

c. Konsentrasi probandus hanya pada sumber rangsang (tidak melihat maupun pemeriksa)

d. Waktu reaksi yang digunakan dapat dignakan keduanya atau salah satu (suara atau cahaya saja)

B. Hasil Pengukuran dan Perhitungan 1. Hasil Pengukuran

Praktikum pengukuran kelelahan kerja oleh Kelompok 5, Mahasiswa Program Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Universitas Sebelas Maret dilaksanakan pada:

(28)

Waktu : 13.30 – 14.30 WIB

Tempat : Ruang Kuliah 4, Prodi D4 K3 Kelompok : 5 (Lima)

Alat Ukur : Reaction Timer, Lakassidaya seri L-77

Tabel 3.1 Tabel Hasil Pengukuran Kelelahan dengan Raction Timer

(29)

3 3 4 2 3 0 *) Ket: N (Normal), R (Ringan), S (Sedang), B (Berat)

2. Perhitungan

Perhitungan rata-rata pengukuran kelelahan dengan waktu reaksi (reaction timer) menggnakan rumus perhitungan berikut:

Rata-rata : Jumlah Pengukuran ke-6 sampai ke-15 10

(30)

= 325,3+162,8+262,4+250,0+262,8+250,3+275,2+325,3+250,3+225,3 10

= 2859,7 10

= 285,97 milidetik c. Rizqi Okta Noviasti

= 037,4+188,1+175,8+162,9+175,4+100,2+150,5+188,3+187,9+150,4 10

= 1516,9 10

= 151,69 milidetik d. Cristyana Paramita

= 237,3+237,8+225,3+187,8+163,0+187,9+175,3+174,9+200,4+212,7 10

= 2002,4 10

= 200,24 milidetik e. Anisa Noor Hakim

= 137,7+137,4+125,1+225,2+150,0+150,4+200,4+175,7+213,2+138,0 10

= 1653,1 10

= 165,31 milidetik f. Zulfa Dita

= 162,9+162,8+175,3+150,4+187,8+175,4+162,8+200,4+175,3+175,4 10

= 1728,5 10

= 172,85 milidetik g. Ikfania Anggraeni

= 187,9+187,9+188,1+162,8+200,4+149,9+162,9+162,9+213,0+150,4 10

= 1766,2 10

= 176,62 milidetik h. Shalahudin Al-Ayubi

(31)

= 1733,7 10

= 173,37milidetik

BAB IV PEMBAHASAN

Pelaksanaan pengukuran dilakukan di ruangan tertutup untuk menghindari gangguan seperti suara bising, ruangan yang digunakan yaitu Ruang Kuliah 4. Pengukuran dilakukan oleh Kelompok 5 dengan semua anggota kelompok sebagai probandus dan sekaligus operator secara bergantian. Alat ukur yang digunakan Reaction Timer Lakassidaya seri L-77 dengan hanya menggunakan rangsangan dari sensor cahaya.

Pengukuran bertujuan untuk mengetahui kriteria kelelahan kerja yang dialami seseorang setelah melakukan pekerjaan. Kriteria tersebut menjadi tolak ukur apakah pekerja mengalami kelelahan kerja berat, kelelahan kerja sedang, kelelahan kerja ringan ataupun tidak mengalami kelelahan atau dalam keadaan normal. Kriteria kelehan telah dijelaskan pada bab sebelumnya.

Hasil dari penilaian atau analisis data tersebut setelah diketahui kriteria kelelahan yang dialami oleh pekerja, kemudian apabila hasil pengukuran menunjukkan bahwa pekerja mengalami kelelahan kerja ringan sampai berat maka perlu adanya pengendalian yang harus diterapkan agar tingkat kelelahan dapat diturunkan sehingga dapat meminimalaisir dampak yang dapat diakibatkan oleh kelelahan kerja.

Berdasarkan pengukuran kelalahan yang telah dilakukan berikut ini adalah hasil yang didapatkan oleh kelompok 5:

1. Probandus Hardiani Waskito rata-rata hasil pengukuran sebesar 179,1 milidetik, termasuk ke dalam kriteria Normal yaitu antara 150,0-240,0 milidetik.

(32)

3. Probandus Rizqi Okta N rata-rata hasil pengukuran sebesar 151,69 milidetik, termasuk ke dalam kriteria Normal yaitu antara 150,0 sampai 240,0 milidetik. 4. Probandus Cristyana Paramita rata-rata hasil pengukuran sebesar 200,24 milidetik, termasuk ke dalam kriteria Normal yaitu antara 150,0 sampai 240,0 milidetik.

5. Probandus Anisa Noor Hakim rata-rata hasil pengukuran sebesar 165,31 milidetik, termasuk ke dalam kriteria Normal yaitu antara 150,0 sampai 240,0 milidetik.

6. Probandus Zulfa Dita rata-rata hasil pengukuran sebesar 172,85 milidetik, termasuk ke dalam kriteria Normal yaitu antara 150,0 sampai 240,0 milidetik. 7. Probandus Ikfania Anggraeni rata-rata hasil pengukuran sebesar 151,69

milidetik, termasuk ke dalam kriteria Normal yaitu antara 150,0 sampai 240,0 milidetik.

8. Probandus Salahudin Al-Ayubi rata-rata hasil pengukuran sebesar 173,37 milidetik, termasuk ke dalam kriteria Normal yaitu antara 150,0 sampai 240,0 milidetik.

Dari hasil data pengukuran tersebut dapat kita ketaui bahwa 7 dari 8 orang probandus tidak mengalami kelelahan kerja atau dalam keadaan Normal (N), sedangkan 1 dari 8 probandus mengalami kelelahan Kelelahan Kerja Ringan (KKR).

7-8 orang probandus dengan kriteria Normal (N) sebelum dilakukan pengukuran tidak melakukan aktivas yang berat serta dalam keadaan sehat baik fisik maupun psikologis. Sedangkan 1 orang probandus yang mengalami Kelelahan Kerja Ringan.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil pengukuran antara lain adalah sebagai berikut.

1. Fator Usia, dalam pengikuran probandus merupakan mahasiswa yang berumur 18-21 tahun merupakan usia produktif sehingga kelelahan kerja yang dapat terjadi relatif lebih rendah.

2. Beban kerja, mungkin saat sebelum pengukuran melakukan suatu aktivtitas berat sehingga mempengarui hasil pengaruhi hasil pengukuran

(33)

3. Kesehatan,baik buruknya kesehatan probandus sangat berpengruh seperti saat dalam keadaan kurang sehat baik fisik maupun psikis maka tingkat kelelahan cenderung meningkat.

4. Status gizi, pada saat sebelum pengukuran beberapa probandus belum mendapatkan makan siang dan istirahat yang cukup sehingga tingkat kelelahan mudah meningkat.

5. Jenis kelamin, 7-9 orang probandus dari kelompok 5 adalah perempuan. Kondisi mekanisme fisiologis antara laki-laki dengan perembuan berbeda dalam beberapa hal sehingga secara tidak langsung dapat mempengarui tingkat kelelahan.

6. Faktor Psikologis, keadaan psikologis setiap probandus tentu berbeda satu sama lain. Probandus yang sedang menglami masalah baik itu dalam masalah kuliah, organisasi mahasiwa atau pun masalah pribadi juga turut mempengaruhi tingkat kelelahan.

7. Faktor lingkungan yaitu suhu udara turut berperan mengakibatkan kelelahan kerja. Saat sebelum pengukuran probandus berada diluar ruangan sehingga terpapar panas diluar ruangan yang suhunya dapat mencapai 34-38oC pada

siang hari.

8. Kebisingan, di ruangan yang digunakan untuk kegiatan praktikum terlalu banyak orang yang ada di dalam ruangan hal tersebut dapat mempengaruhi konsentrasi probandus yang tidak sepenuhnya fokus terhadap sensor/rangsang yang diberikan operator.

Setelah mengetahui hasil penilaian dari pengukuran dan dalam penilaian tersebut terdapat hasil yang tidak diinginkan maka perlu adanya upaya pengendalian yang harus dilakukan pada pekerja, upaya pengendalian terhadapa pekerja tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Lingkungan kerja bebas dari zat berbahaya, penerangan memadai, sesuai dengan jenis pekerjaan yang dihadapi, maupun pengaturan udara yang adekuat, bebas dari kebisingan, getaran, serta ketidaknyamanan.

(34)

4. Pemberian gizi kerja yang memadai sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban kerja.

5. Beban kerja berat tidak berlangsung terlalu lama.

6. Pembinaan mental secara teratur dan berkala dalam rangka stabilitas kerja dan kehidupannya.

7. Disediakaan fasilitas rekreasi, waktu rekreasi dan istirahat di laksankan secara baik.

8. Cuti dan liburan diselenggarakan sebaik-baiknya.

(35)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Kelelahan merupakan suatu bagian dari mekanisme tubuh untuk melakukan perlindungan agar tubuh terhindar dari kerusakan yang lebih parah, dan akan kembali pulih apabila melakukan istirahat. Tarwaka (2013),

2. Ada bebrapa macam kelelan antara lain:

a. Berdasarkan proses terjadinya yaitu ada kelelahan otot dan kelelahan umum

b. Berdasarkan waktu terjadinya yaitu kelelahan akut dan kelelahan kronis.

c. Berdasarkan penyebab terjadinya, yaitu kelelahan fisiologis dan psikologis.

3. Faktor penyebab kelelahan kerja antara lain:

a. Faktor dari dalam individu antara lain, usia, jenis kelamin, status gizi, status kesehatan dan keadaan psikis tenaga kerja.

b. Faktor dari luar individu yaitu beban kerja dan lingkungan kerja fisik seperti kebisingan, getaran, tekanan panas, penerangan dan lain-lain. 4. Gejala-gejala kelelahan kerja (Suma’mur, 2014) :

a. Pelemahan kegiatan: Perasaan berat dikepala, menjadi lelah seluruh badan, mengantuk, merasa berat pada mata, tidak seimbang dalam berdiri dan mau berbaring.

b. Pelemahan motivasi: merasa susah berfikir, lelah bicara, ,tidak dapat berkonsentrasi, tidak dapat fokus, mudah lupa, dan mudah cemas c. Pelemahan fisik: sakit kepala, kekakuan di bahu, merasa nyeri di

punggung, merasa pernafasan tertekan,merasa haus, serak dan lain-lain 5. Akibat dari kelelahan kerja secara umum antara lain:

a. Motivasi kerja rendah b. Kualitas kerja rendah

(36)

c. Banyak terjadi kesalahan

d. Menimbulkan stresas akibat kerja

e. Mengakibatkan cidera, penyakit akibat kerja (PAK) serta kecelakaan kerja.

6. Upaya pengendalian kelelahan kerja a. Promosi kesehatan kerja

b. Pencegahan kelelahan kerja c. Pengobatan kelelahan kerja d. Rehabilitasi kelelahan kerja

7. Pengukuran kelelahan kerja dapat dilakukan dengan; pengukuran berdasarkan kuantitas dan kualitas produk yang dihasilkan, Psychomotor test dengan Reaction Timer, Uji hilangnya kelipan atau Fliker Fusion dan bisa juga menggunakan pengukuran secara subjektif yaitu dengan memberikan kuisioner.

Pengukuran menggunakan Reaction Timer pada prinsipnya adalah jarak waktu dari pemberian rangsang sampai kepada saat kesadaran atau dilaksanakan kegiatan tertentu. Rangsang yang diberikan bisa berupa cahaya ataupun suara dan reaksi yang dapat dilakukan adalah dengan memencet tombol jika telah menerima rangsang.

8. Dari pengukuran yang telah dilakukan oleh kelompok lima, 7 dari 8 orang probandus masuk dalam kategori Normal (N) sedangkan 1 dari 8 orang probandus mengalami Kelelahan Kerja Ringan (KKR).

B. Saran

1. Sebaiknya sebelum melakasanakan kegiatan pengukuran semua mahasiswa harus sudah paham betul materi tentang kelelahan kerja sehingga mengetahui apa tujuan dan manfaat dari kegiatan praktikum tersebut.

2. Sebainya sebelum dilakukan pengukuran mahasiswa sudah paham dan mengerti prosedur praktikum, prinsip kerja alat dan cara kerja yang ada. 3. Sebaiknya pengukuran dilakukan oleh ditempat yang nyaman terhindar

(37)

kegiatan pengukuran tersebut kondisi tempat atau ruangan terlalu banyak orang sehingga konsentrasi probandus tidak dapat sepenuhnya fokus pada alat sensor/rangsang cahaya ataupun suara yang diberikan.

4. Sebaiknya dalam kegiatan praktikum semua mahasiswa dapat berperan menjadi probandus, operator dan pencatat hasil secara bergantian sehingga mahasiswa mengerti semua kegiatan praktikum.

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga,P. 2009. Psikologi Kerja. Jakarta : Rineka Cipta.

Eraliesa, F.2009. Hubungan Foktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan, Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan Grandjean, Etienne. 1998. Fitting the Task to the Man 4th Edition. London:

Taylor&Francis Publisher.

Nurmianto, Eko. 2004. Ergonomi: Konsep dasar dan Aplikasinya, , Surabaya: Guna Widya.

Randall Shculer dkk. 1999 Manajemen Sumber Daya Manusia Menghadapi Abad 21 Jakarta: Erlangga.

Sedermayanti. 2009. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas, Bandung: CV Mandar Maju

Setyawati L. 2011. Selintas Tentang Kelelahan Kerja. Yogyakarta: Amara Books.

Suma’mur PK. 1989. Higiene Perusahaan danKesehatanKerja, , Jakarta; CV. Haji Massagung.

Suma’mur PK. 1996. Higiene Perusahaan dan KesehatanKerja, , Jakarta: Gunung Agung.

Suma’mur PK. 2014. Higiene Perusahaan dan KesehatanKerja (Hiperkes), , Jakarta: CV. Sagung Seto

Tim Penyusun. 2012. Buku Pedoman Praktikum Ergonomi II, Semester III. Program D IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja FK. UNS. Surakarta

Tim Pengusun. 2015. Buku Pedoman Praktikum Ergonomi II, Semester III. Program D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja FK. UNS. Surakarta.

Tarwaka, 2004 .Ergonomi untuk Keselamatan Kesehatan Kerjadan Produktivitas. Surakarta: Unba Press.

Tarawaka, 2013. Eronomi Industri, Dasar- Dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di Tempat Kerja, Sukarta: Harapan Press Solo.

Sritomo Wignjosoebroto, 2000. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Surabaya: Guna Wijaya.

(39)

Gambar

Tabel 3.1 Tabel Hasil Pengukuran Kelelahan dengan Raction Timer

Referensi

Dokumen terkait

dan pengurangan pecahan. Dalam pelaksanaan pembaelajaran di kelas, Dela.. tampak selalu menunjukkan ketertarikan dan keaktifan dalam menggunakan alat peraga keping

Ikepolisian hendaknya menindaklanjuti temuan Tim Pencari Fakta kasus Munir terkait dengan penyertaan tentang pembunuhan Munir, termasuk memeriksa nama-nama yang direkomendaikan

Pada benda uji BKD-T, pelat sambung diafragma melingkar mengalami leleh lebih dulu pada drift ratio ke-7 siklus pertama (1,4%). Berdasarkan kerusakan dan keruntuhan pada benda uji

Dengan ini menyatakan akan melakukan kerja sama dalam pelaksanaan Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKMM) yang berjudul “Menjadikan Desa Lemah Duwur,

Baginya, radikalisme sebagai fa- ham yang sering dikaitkan dengan pemahaman ajaran Islam ditandai dengan beberapa indikasi, yaitu (1) fanatik kepada suatu pendapat tanpa

Syukur alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan 2 metode pengumpuluan data, adapun dua teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kualitatif menggunkan observasi

Rotasi kekuasaan eksekutif boleh dikatakan hampir tidak pemah terjadi.. perubahan, selama Orde Baru hanya terjadi pada jabatan wakil presiden, sementara pemerintahan