• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI MUSYARAKAH DALAM LEMBAGA KE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "IMPLEMENTASI MUSYARAKAH DALAM LEMBAGA KE"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI MUSYARAKAH DALAM LEMBAGA KEUANGAN

SYARIAH

Makalah

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Fiqh Muamalah

Dosen Pengampu : Taufiq Hidayat, Lc, MIS

Disusun Oleh :

M. Labib Fahmi Arif (132411194)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

(2)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Naluri humanis akan membutuhkan yang lain tidak terbantahkan oleh semua ahli ilmu apapun, asalkan masih kategori makhluk sosial meminta tolong adalah hal yang wajib dilakukannya di setiap hela nafasnya, ialah manusia, sosok yang tercipta dengan segala kekurangannya dalam memenuhi setiap kebutuhannya tetapi tak lupa pula Sang Pencipta memberikannya berbagai kelebihan agar antara satu orang dengan orang lainnya saling mencukupi dan menolong demi kesejahteraan bersama.

Sistem ekonomi yang semakin berkembang mengharuskan para manusia untuk terus berusaha demi menafkahi anak maupun cucunya, menjadi wirausaha maupun mengerjakan proyek menjadi salah satu opsi demi profit tinggi, tetapi terkadalang modal pun menjadi hambatan permasalahan ini, islam datang menawarkan transaksi yang tetap terbatasi oleh hukum agama dengan iming-iming keberkahan di dalamnya.

Akad syirkah menjadi pilihan yang diberikan demi terwujudnya kebersamaan serta sikap tolong menolong antar manusia dalam mewujudkan visi yang sama antar pihak, kata “manusia terbaik adalah manusia yang berguna bagi manusia lainnya” pun menjadi motivasi demi lancarnya transaksi ini, tetapi banyak macam juga syarat yang mesti dipelajari untuk memahami akad kerjasama ini agar batas syari’ah tidak ditabrak oleh egoisme yang tinggi. B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Akad Musyarakah?

2. Apa Saja Macam-macam Akad Musyarakah?

(3)

PEMBAHASAN

A. Pengertian Akad Musyarakah

Musyarakah (ةكراشم) dalam gramatikal bahasa arab merupakan isim masdar (sumber) dari lafadz كراشي كراش - yang berarti saling berserikat atau bekerja sama, dalam bahasa inggris musyarakah sering disebut dengan kata partnership atau project financing participation, tetapi secara istilah musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak ataupun lebih atas suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi serta kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai perjanjian yang ada,1 atau seperti yang

dikemukakan Wahbah az-Zuhaily dalam kitabnya bahwa pengertian musyarakah adalah:

اهضعب نع نازتمي ل ثيحب رخلاب نيلاملا دحأ طلخ يأ طلتخلا يه ةكراشملا

“Musyarakah adalah bercampur yakni bercampurnya salah satu dari dua harta dengan yang lainnya, sehingga tidak dapar dibedakan antara keduanya”2

Derivasi dari kata musyarakah disebut secara jelas dalam al-Qur’an di surat an-Nisa’ ayat 12 yang berbunyi: meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), Maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, Maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, ……”

Selain surat di atas, dalam surat Shaad ayat 24 juga menunjukkan ayat tentang perkongsian, tetapi tidak secara jelas memakai derivasi dari kata ةكراشم, tetapi memakai lafadz yang sinonim denganya yang berbunyi:

“….., Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan Amat sedikitlah mereka ini….”

Kedua ayat diatas menunjukkan landasan dari al-Qur’an tentang dibolehkannya akad musyarakah, sedangkan landasan hukumnya dalam Haditsnya yaitu:

1 Syafi’i Antonio, Bank Syariah:Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta:Gema Insani, 2001), hal. 90

(4)

, , : : ,

نم تجرخ هناخ اذاف هبحاص امهدحأ نخي ملام نيكرشلا ثلاث ان أ لوقي هللا نا لاق هعفر ةريره يبأ نع

)

مكاحلاو دواد اوبأ هاور امهنيب

( .

“Dari Abu Hurairah yang dirafa’kan kepada Nabi SAW, bahwa Nabi SAW bersabda, sesungguhnya Allah SWT berfirman : “ aku adalah pihak ketiga antara dua orang yng berserikat selama salah satu pihak tidak menghianati pihak yang lain. jika salah satu pihak telah berkhianat, aku keluar dari mereka “. ( HR. Abu Daud dari Abu Hurairah ).

Hadits qudsi di atas pun menunjukkan bahwa Allah membolehkan hambaya untuk saling bekerjasama satu sama lain, bahkan Allah selalu menyertai kedua belah pihak selama keduanya masih menjunjung tinggi amanat yang telah diembannya dan menjauhi pengkhinatan dalam perjanjiannya.3

Kesepakatan kebolehan akad musyarakah juga berdasarkan dari ijma’ ulama yang berbunyi: “Ibn Qudamah dalam bukunya Al Mughni 5/109 telah berkata: “Kaum Muslimin telah berkonsensus akan legitimasi musyarakah secara global walaupun terdapat perbedaan pendapat dalam beberapa elemen dari padanya”.4

B. Macam-macam Akad Musyarakah

Akad musyarakah atau biasa disebut syirkah secara umum terbagi dalam 2 macam, yaitu

syirkah amlak dan syirkah uqud, masing-masing dari keduanya pun mempunyai definisi dan pembagian yang berbeda, adapun penjelasannya secara tafshily adalah sebagai berikut:

1. Musyarakah Kepemilikan ( كلملا ةكرش )

Syirkah amlak adalah kerjasama antara dua orang maupun lebih dalam hal kepemilikan suatu barang tanpa melalui transaksi musyarakah, musyarakah semacam ini mempunyai 2 bentuk:

 رايتخلا ةكرش (sukarela), yaitu perkongsian yang muncul atas kesediaan kedua belah pihak untuk memiliki suatu barang, contohnya ada dua orang yang ditawari atau diberi hibah untuk memiliki satu tanah, dalam hal ini keduanya boleh menolak untuk bekerjasama tetapi jika keduanya menerima maka otomatis akan timbul

syirkah atas kepemilikan tanah tersebut.

يرابجلا ةكرش (terpaksa), adalah perserikatan atas suatu harta oleh dua pihak maupun lebih yang muncul secara terpaksa (tidak atas keinginan mereka), contohnya adalah perserikatan dalam hal warisan antara saudara seibu, seperti yang telah ditunjukkan dalam QS. an-Nisa’: 12.5

3 Ibid., hal. 91

4 Karnaen Perwataatmadja dan Muhammad Syafi’i Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1992), hal. 24

(5)

2. Musyarakah Kontrak ( دوقعلا ةكرش )

Persekutuan kontrak yaitu bentuk kerjasama yang timbul melalui penyataan akad (ijab dan

qobul) dari dua pihak maupun lebih untuk menjalankan suatu usaha maupun perkongsian dalam suatu harta yang disertai dengan pembagian keuntungan dan kerugian, syirkah ‘uqud

terbagi menjadi lima menurut hanabilah, sedangkan ulama fiqh yang lainnya (termasuk Syafi’iyyah dan Malikiyyah) membagi musyarakah kontrak menjadi 4 bagian dengan mengecualikannya syirkah mudharabah di dalamnya, berbeda lagi dengan Hanafiyyah yang berpendapat bahwa akad ini memiliki enam bentuk, adapun penjelasan secara umum dari masing-masing macam musyarakah oleh beberapa imam tadi adalah:

 نانعلا ةكرش

Syirkah al-‘Inan adalah suatu bentuk perkongsian antara dua pihak dalam hal modal serta adanya pembagian keuntungan berdasarkan nisbah yang telah disepakati dan sama-sama menanggung kerugian berdasarkan porsi modal yang disetorkan, dalam kontrak kerjasama ini tidak ada persyaratan kesamaan proporsi modal yang diberikan antara kedua pihak, sehingga tergantung kesepakatan antara mereka.

 ةضوافملا ةكرش

Syirkah al-mufawadhah adalah suatu bentuk perkongsian antara dua pihak dalam hal modal serta adanya pembagian keuntungan dan kerugian, perbedaan bentuk ini dengan syirkah di atas adalah adanya penekanan syarat kesamaan porsi dana yang diberikan, kerja, tanggung jawab, dan beban usaha harus dibagi oleh masing-masing pihak.6

 نادبلا وأ لامعلا ةكرش

Syirkah al-a’maal atau syirkah al-abdan yaitu bentuk kerja sama antara dua orang atau lebih dalam hal bersama-sama mengerjakan suatu proyek kerja, adapun ujroh

(upah kerja) dapat dibagi sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati, contoh kerjasama antara tukang batu dan tukang kayu dalam membangun suatu rumah.7

 هوجولا ةكرش

Syirkah wujuh merupakan suatu kontrak antara dua pihak ataupun lebih yang memiliki reputasi dan wibawa yang baik serta ahli dalam bisnis,8 dalam hal ini

kedua pihak berserikat dalam membeli suatu barang tetapi tanpa menggunakan modal atau dengan cara kredit, sehingga keduanya hanya berpegang pada penampilan dan kepercayaan pedagang pada mereka.9

 ةبراضملا ةكرش

6 Syafi’I Antonio, Bank Syariah:Dari Teori Ke Praktik., hal. 92

7 Ahmad Wardi Mushlich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2010), hal. 351

8 Syafi’I Antonio, Bank Syariah:Dari Teori Ke Praktik., hal. 93

(6)

Pada dasarnya akad mudharabah (ةبراضملا ) merupakan bagian dari akad syirkah

dalam artian keduanya sama-sama berbentuk kontrak kerjasama, hanya saja dalam akad mudharabah pihak satu memberikan modal dan pihak yang lain sebagai orang yang bekerja (لماع ), sehingga banyak literatur membedakan antara kedua macam akad ini, tetapi dalam akad ini (syrikah mudharabah) terkadang kedua pihak dapat sama-sama berpartisipasi dalam modal bukan dalam pekerjaan sehingga muncullah yang disebut mitra pasif dan mitra aktif.

Dari jenis-jenis syirkah di atas hanya syirkah ‘inan yang disepakati bersama atas kebolehan hukumnya oleh semua kalangan ulama, sedangkan jenis lainnya masih menjadi

khilaf oleh para ulama madzhahib, pendapat tersebut adalah:

 Syafi’iyyah, Zhahiriyyah, dan Imamiyyah yang menganggap semua syirkah tidak

jawaz kecuali syirkah ‘inan dan mudharabah

 Hanabilah (pengikut imam Ahmad ibn Hanbal) memperbolehkan semua bentuk diatas kecuali untuk syirkah mufawadhah berbeda halnya dengan Malikiyyah yang hanya melarang akad musyarakah pada syirkah wujuh saja.

 Hanafiyyah dan Zaidiyyah memperbolehkan semua jenis syirkah tadi tanpa kecuali dengan catatan syarat-syaratnya yang ditetapkan telah terpenuhi.10

C. Rukun, Syarat-syarat dan Batalnya Akad Musyarakah

Akad musyarakah tidak berbeda dengan berbagai akad yang lain dimana akad ini dapat berjalan dengan baik (sah) jika semua rukun dan syarat-syaratnya terpenuhi, adapun rukun dari musyarakah adalah:11

نيدقاع (pelaku akad) yaitu para mitra usaha  دقعلا ةغيص(ijab dan kabul)

دقعلا للحم(obyek akad) yaitu modal, pekerjaan, dan keuntungan Sedangkan syarat-syarat dari musyarakah secara umum adalah:

 Jenis usaha fisikdapat diwakilkan kepada orang lain atau kepada mitra usahanya

 Keuntungan yang didapat dari hasil usaha harus diketahui dengan jelas dan Keuntungan usaha dibagi sesuai kesepakatan, sedangan kemungkinan rugi dibagi sesuai dengan porsi modal masing-masing.

 Semua modal disatukan sebagai modal usaha dan dikelola bersama. Setiap pemilik modal mempunyai hak turut serta (sesuai dengan porsinya) dalam menetapkan kebijakan usaya yang dijalankan oleh pengelola proyek (customer).

 Adanya transparansi dan diketahui para pihak terhadap biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek serta jangka waktu proyek.

 Setelah pekerjaan (proyek) selesai, modal dikembalikan pada masing-masing pihak beserta sejumlah bagi hasil.

 Akad hendaknya dibuat selengkap mungkin, sehingga menghindarkan risiko yang tidak diinginkan di kemudian hari.

10Ibid., hal. 346

(7)

Selain kesasihan akad, dalam musyarakah juga terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan akad ini menjadi rusak/ batal, adapun secara umum hal-hal yang dapat membatalkan akad musyarakah adalah:

 Pembatalan akad oleh salah satu pihak, pembatalan tersebut sah dilakukan karena akad musyarakah tergolong akad yang ghair lazim sehingga pembatalan dari salah satu pihak saja dapat merusak berjalannya akad ini.

 Meninggalnya salah satu anggota syirkah

 Murtadnya salah satu anggota serikat  Gilanya peserta secara terus menerus12

D. Implementasi Akad Musyarakah dalam Lembaga Keuangan Syari’ah

Sejak munculnya fatwa DSN MUI nomer 08/ DSN-MUI/ IV/ 2000, akad musyarakah mulai diterapkan di berbagai skema maupun produk dari kegiatan operasional lembaga keuangan syari’ah baik itu IKB (Industri Keuangan Bank) maupun IKNB (Industri Keuangan Non Bank) sendiri, dalam perkembangannya muncul juga akad musyarakah dengan varian baru, akad tersebut biasa disebut sebagai musyarakah menurun atau MMQ (Musyarakah Mutanaqisah) yang mulai berlaku dan legal sejak dirumuskannya fatwa nomer 73/ DSN-MUI/ XI/ 2008.

Pengertian dari Musyarakah Mutanaqisah sesuai dengan yang tertuang dalam lembar fatwa diatas yaitu akad musyarakah atau Syirkah yang kepemilikan asset (barang) atau modal salah satu pihak (syarik) berkurang disebabkan pembelian secara bertahap oleh pihak lainnya,13 dalam dewasa ini pemakaian akad MMQ sedang dikembangkan dan dikaji lebih

dalam oleh pihak bank yang ditopang oleh BI (Bank Indonesia) serta OJK (Otoritas Jasa Keuangan). Adapun beberapa skema maupun produk lembaga keuangan syari’ah yang memakai akad musyarakah adalah:

1. Pembiayaan Modal Kerja, fasilitas ini merupakan yang sudah tidak asing lagi untuk sektor mikro yang kebanyakan selalu membutuhkan suntikan modal demi pengembangan usahanya, PMK ini kebanyakan berjalan menggunakan akad mudharabah tetapi tidak menutup kemungkinan pihak LKS ataupun nasabah ikut menyertakan modalnya dalam usaha tersebut sehingga dapat dikonversi menjadi akad musyarakah.

2. PRKS (Pembiayaan Rekening Koran Syari’ah), rekening koran sendiri sama dengan buku rekening tabungan biasa, dimana berisi tentang transaksi yang dilakukan oleh bank kepada rekening nasabah, perbedaanya hanyalah pada pemegang buku tersebut, karena rekening koran hanya diberikan kepada pemilik rekening giro bukan untuk pemegang rekening biasa.

Adapun pengertian pembiayaan rekening koran syariah adalah fasilitas pinjaman atau pembiayaan dari rekening koran dengan ketentuan yang disepakati dan sesuai dengan prinsip syari’ah, tidak berbeda dengan bentuk pembiayaan

12 Ahmad Wardi Mushlich, Fiqh Muamalat., hal. 364

(8)

biasa, dalam produk PRKS ini juga dapat memakai akad musyarakah dengan bank sebagai syarik yang menyetorkan modalnya dengan nasabah.14

3. Pembiayaan Ekspor, merupakan fasilitas yang digunakan untuk membiayai kegiatan perdagangan nasabah yang berkaitan dengan transaksi ekspor, terkait produk ini DSN (Dewan Syari’ah Nasional) sudah mengeluarkan fatwa tentang

letter of credit ekspor syari’ah, yaitu surat pernyataan akan membayar kepada eksportir yang diterbitkan oleh Bank untuk memfasilitasi perdagangan ekspor dengan pemenuhan persyaratan tertentu sesuai dengan prinsip syariah, dalam pelaksanaannya produk ini dapat memakai akad musyarakah ataupun akad yang lainnya.15

4. KPR (Kredit Pemilikan Rumah), yaitu fasilitas pembiayaan konsumtif yang diberikan kepada masyarakat untuk membeli, membangun dan merenovasi rumah, dimana inti dari produk ini adalah agar masyarakat terbantu dalam memiliki rumah idamannya, akad yang banyak digunakan dalam KPR syari’ah adalah musyarakah mutanaqisah.

Produk ini sedang banyak dijalankan oleh beberapa bank syari’ah baik BUS (Bank Umum Syari’ah) maupun UUS (Unit Usaha Syari’ah), diantaranya adalah BMI (Bank Muamalah Indonesia), OCBP NISP dan Bank Panin Syariah.16

Penggunaan akad MMQ pada produk KPR syari’ah pada saat ini belum memberi andil besar terhadap pembiayaan di industri syari’ah, data April 2013 menunjukkan pembiayaan dengan akad ini baru mencapai 50,3 %, kontribusi besar masih dipegang oleh sistem murabahah dengan proporsi 60,1% dari total pembiayaan.17

5. Investasi di asuransi Syari’ah, adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan / atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah,18 pengertian diatas

mengandung arti bahwa selain adanya dana tabarru’ dalam asuransi syari’ah juga ada unsur investasi yang termasuk dalam akad tijari.

Pada fatwa nomer 21/DSN-MUI/X/2001 dijelaskan bahwa pada dasarnya akad tijari

dalam asuransi syari’ah berjalan dengan menggunakan akad mudharabah, tetapi pada perkembanganya investasi dalam asuransi syari’ah juga dapat menggunakan akad mudharabah musytarakah dimana akad ini adalah perpaduan antara mudharabah dan musyarakah, dalam penggunaan akad tersebut pihak perusahaan asuransi yang notabenenya sebagai mudharib juga ikut menyertakan modalnya dalam investasi nasabah ke suatu portofolio.19

14 Lihat fatwa DSN MUI NO. 55/DSN-MUI/V/2007 tentang Pembiayaan Rekening Koran Syari’ah Musyarakah

15 Lihat fatwa DSN MUI NO. 35/DSN-MUI/IX/2002 tentang Letter Of Credit (L/C) Ekspor Syari’ah

16http://www.tribunnews.com/bisnis/2015/06/05/panin-syariah-kembangkan-bisnis-kpr 10 juni 2015 15:07

17 http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/syariah-ekonomi/13/06/13/mobsho-bi-skema-mmq-indent-tidak-sejalan-dengan-fatwa-dsn

18 Lihat fatwa DSN MUI NO. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syari’ah

(9)

6. Line Facility, adalah fasilitas plafon pembiayaan bergulir dalam jangka waktu tertentu dengan ketentuan yang disepakati dan mengikat secara moral (karena berjalan dengan prinsip wa’ad) serta dijalankan sesuai prinsip syari’ah, produk ini dapat dijalankan dengan akad murabahah, ijarah, istishna’, mudharabah, dan musyarakah.20

Jalinan produk ini dijalankan oleh BCA syari’ah yang membentuk kerjasama dengan BMT-UGT Sidogiri sejak 2013 hingga sekarang, khususnya dalam fasilitas pembiayaan line facility PMK Musyarakah atau executing (revolving)

sebesar Rp. 30 miliar pada 2013 dan Rp. 20 miliar pada 2015.21

7. Linkage Program, merupakan bentuk kerjasama berupa pembiayaan oleh bank syari’ah kepada LKMS (Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah) seperti BMT ( Baitul Maal Wa Tamwil), BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah), KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah), dan lain-lain, selain kepada LKMS sasara pembiayaan linkage ini juga tertuju kepada LKBB (Lembaga Keuangan Bukan Bank) atau yang familiar dengan IKNB seperti pegadaian, asuransi, PMVD (Perusahaan Modal Ventura Daerah), Asuransi, dan lain-lain, Linkage Program ini dapat dijalankan dengan berbagai akad termasuk di dalamnya adalah akad musyarakah, dan dalam layanan ini bank syari’ah mempunyai dua pola yaitu:

Executing yaitu pola pembiayaan dari bank syariah kepada LKMS atau LKBB untuk diteruskan kepada nasabah mereka dengan kebijakan penuh berada di tangan lembaga-lembaga tersebut.

Channeling adalah pola pembiayaan oleh bank syari’ah kepada nasabah LKMS/ LKBB dengan menjadikan LKMS/ LKBB hanya sebagai perantara dalam penyerahan dana, dengan kebijakan pembiayaan berada di tangan bank syari’ah.22

Linkage Program saat ini banyak dijalankan oleh beberapa bank syari’ah seiring dengan pesatnya program micro finance oleh bank-bank di Indonesia, salah satu bank syari’ah yang sedang mengembangkannya adalah BSB (Bank Syari’ah Bukopin).23 (Republika.co.id)

Adapun contoh alur-alur dari transaksi dari pembiayaan modal kerja misalnya pada sebuah perbankan syari’ah adalah:

1) Mengajukan permohonan investasi musyarakah oleh nasabah dengan pengisian formulir permohonan pembiayaan modal kerja misalnya, formulir akan dijadikan dokumen pendukung bagi pihak bank, setelah itu bank akan mengevaluasi kelayakan investasi dengan 5 C dan 3 R (character, capacity, capital, 20 Lihat fatwa DSN MUI NO. 45/DSN-MUI/II/2005 tentang Line Facility

21http://megapolitan.kompas.com/read/2015/05/11/08372471/Pendidikan.Kewirausahaan.Jalan.Keluar.Kurangi.An gka.Pengangguran 10 juni 2015 14:16

22 Lihat http://www.syariahmandiri.co.id/category/business-banking/small-banking-business/pembiayaan-linkage/

10 juni 2015 14:16

(10)

commitment/ condition, collateral, return, re-payment, dan risk) kemudian dilakukan verifikasi, setelah kelayakan nasabah dan usahanya sudah terpenuhi maka penandatanganan akad dapat dilaksanakan di hadapan notaris.

2) Bank dan nasabah mengeluarkan masing-masing modalnya dalam usaha tersebut dengan nasabah berstatus sebagai mitra aktif dapat memulai kegiatan usahanya. 3) Hasil usaha dievalusasi pada waktu yang ditentukan berdasarkan kesepakatan,

keuntungan dibagi sesuai kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung berdasarkan modal proporsional masing-masing mitra, dengan catatan kerugian bukan disebabkan oleh kelalaian mitra aktif.

4) Bank menerima pengembalian modal dari nasabah, setelah semua modal sudah dikembalikan, usaha tersebut dapat sepenuhnya menjadi milik nasabah.24

PENUTUP

Kesimpulan

(11)

Akad musyarakah adalah kontrak kerjasama antara dua orang ataupun lebih dalam suatu usaha dimana keduanya sama-sama memberi kontribusi baik dari segi modal, pekerjaan, keuntungan, dan lain-lain, akad ini mempunyai beberapa jenis diantaranya adalah syirkah ‘inan, syirkah wujuh, syirkah abdan/ a’maal, syirkah mufawadhah, dan syirkah mudharabah, dan dari berbagai jenis tersebut hanya satu yang disepakati kebolehannya oleh para ulama sedangkan untuk jenis yang lain terdapat khilaf (perbedaan pendapat) antar ulama.

Modern ini, akad musyarakah semakin berkembang sehingga muncul juga akad MMQ (musyarakah mutanaqisah) yang dilegalkan lewat fatwa DSN MUI pada tahun 2008, selain itu semua bentuk musyarakah juga marak diimplemetasikan ke berbagai produk yang ditawarkan di dalam lembaga keuangan syari’ah, diantaranya: pembiayaan modal kerja (PMK), letter of credit

untuk kegiatan ekspor, KPR (Kredit Pemilikan Rumah), investasi pada asuransi syari’ah, dan lain-lain.

Daftar Pustaka

 Antonio, Syafi’i. 2001. Bank Syariah:Dari Teori Ke Praktik. Jakarta: Gema Insani.  Yaya , Rizal, dkk. 2012. Akuntansi Perbankan Syari’ah: Teori dan Praktik Kontemporer.

Jakarta:Salemba Empat.

 Az-Zuhaili, Wahbah. 1989. Al-Fiqh Al-Islamiy wa Adillatuh, Juz 4. Daar Al-Fikr: Damaskus.

 Perwataatmadja, Karnaen dan Muhammad Syafi’i Antonio. 1992. Apa dan Bagaimana Bank Islam. Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf.

 Az-Zuhaili, Wahbah. 2011. Fiqh Islam Wa Adillatuhu jilid 5. terj. Abdul Hayyie, dkk. Jakarta: Gema Insani.

 Mushlich, Ahmad Wardi. 2010. Fiqh Muamalat.Jakarta: Amzah.

 Ascarya. 2006. Akad Dan Produk Bank Syari’ah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.  Fatwa DSN MUI NO. 73/DSN-MUI/XI/2008 tentang Musyarakah Mutanaqisah

 Fatwa DSN MUI NO. 55/DSN-MUI/V/2007 tentang Pembiayaan Rekening Koran Syari’ah Musyarakah

 fatwa DSN MUI NO. 35/DSN-MUI/IX/2002 tentang Letter Of Credit (L/C) Ekspor Syari’ah

 Fatwa DSN MUI NO. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syari’ah  Fatwa DSN MUI Nomer 51/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Mudharabah Musytarakah

Pada Asuransi Syariah

 Fatwa DSN MUI NO. 45/DSN-MUI/II/2005 tentang Line Facility

http://www.syariahmandiri.co.id/category/business-banking/small-banking-business/pembiayaan-linkage/ diakses pada tanggal 10 juni 2015 pukul 14:16

(12)

 http://www.tribunnews.com/bisnis/2015/06/05/panin-syariah-kembangkan-bisnis-kpr diakses pada tanggal 10 juni 2015 pukul 15:07

http://m.republika.co.id/berita/ekonomi/syariah-ekonomi/13/11/07/mvvp0x-salurkan-pembiayaan-mikro-bsb-kembangkan-linkage-program diakses pada tanggal 10 juni 2015

pukul 14:16

 http://megapolitan.kompas.com/read/2015/05/11/08372471/Pendidikan.Kewirausahaan.J

Referensi

Dokumen terkait

Suatu studi yang bertujuan untuk memperoleh dosis maksimum dari pemberian bokashi Titonia (Titonia diversifolia) terhadap konsentrasi merkuri (Hg) dalam tanah dan dalam

Apa yang harus dilakukan: pahami bahwa implementasi teknologi umumnya merupakan permasalahan perubahan manajemen. Tempatkan general manajer dan pemimpin yang

Puji syukur penulis ucapkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala rahmat- Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga telah berhasil menyelesaikan Laporan Skripsi

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa analisis sentimen pada Guru – guru SMK Eklesia dan SMK Bina Insani Jailolo

25% Tidak aktif dalam diskusi Kurang aktif dalam diskusi Sangat aktif dalam diskusi Perorangan - Sikap 25% Penyampaian tidak keras, tanpa menatap peserta, tanpa sikap

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan media Aloe vera pada proses elektrolisis serta mengetahui efektivitas penggunaan elektroda stainless steel dan

ada peradangan atau iritasi pada mukosa lambung Tn.S dalam waktu 2 x 24 jam dengan kriteria: 1.Skala Nyeri Tn.S berkurang 2.Tn.S tidak merasa nyeri pada epigastrium

Teknik ini terfokus pada domain-domain tertentu, domain perempuan dijadikan sub domain lagi yang lebih memfokuskan pada perempuan kelas menengah dan bawah, terkait