• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEDIA PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MEDIA PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

ESA HILANG DUA TERBILANG

www.tebingtinggikota.go.id

SI N E RG I

REFERENSI TEBING TINGGI DELI

DAPATKAH PEMILU

2014 BERJALAN DAMAI?

PEMILU 2014

HANTU GOLPUT DAN SIKAP

KITA BERDEMOKRASI

0 0 1 3 6

7 7 1 9 7 9 8 0 0 8 8 5 9

(2)

ESA HILANG DUA TERBILANG

D A R I R E D A K S I

Drs. BAMBANG SUDARYONO

Pembaca budiman,

Tanpa terasa 2014 telah berjalan hingga bulan keempat dari kalender Masehi, yakni April. Ada peristiwa penting yang tak bisa lekang dari perhatian bangsa Indonesia pada bulan ini, yakni dilaksanakannya pemilu Legislatif 2014. Pemilu ini dipandang penting karena menjadi starting awal bagi terbentuknya sebuah lembaga perwakilan rakyat untuk masa lima tahun ke depan. Kita pun sudah tahu bahwa pemenang dari Pemilu Legislatif itu adalah PDIP, sebuah partai yang mengusung ide-ide nasionalisme. Di posisi kedua, bercokol Parpol subur bernama Partai Golongan Karya (Golkar). Parpol warisan Orde Baru ini dengan pengalaman yang cukup matang dan ditokang kader-kader loyal, berpendidikan baik serta dengan sumber daya melimpah, membuat Parpol lain sulit melangkahi kepiawaian mereka. Parpol berlam-bang pohon subur beringin dengan warna keberlam-banggaan kuning itu, pantas dipandang sebagai Parpol yang jadi sendi berdirinya demokrasi di era reformasi ini.

Tapi hal yang mengejutkan dalam Pemilu Ligislatif 2014 ini adalah loncatan yang dilakukan Partai Gerindra. Partai yang masih seumur jagung ini mampu menarik perhatian rakyat untuk memilihnya, sehingga

menuai suara cukup seginifikan. Parpol besutan Prabowo

S u b i a n t o p e n s i u n a n j e n d e r a l K o p a s u s i t u bertengger di urutan tiga. Banyak kalangan memiliki harapan pada parpol berlambang kepada Garuda itu. Malah di media elektronik dan media massa lainnya, Partai gerindra telah mendeklarasikan bahwa Prabowo akan menjadi calon presiden yang akan mereka usung pada Pilpres 9 Juni 2014 nantinya.

Hal yang cukup fenomenal lainnya adalah perolehan

suara Parpol berbasis massa Islam yang cukup signifikan

dan mengejutkan. Beberapa Parpol berbasis Islam itu, adalah PKB, PAN dan PPP yang mampu bertengger dengan posisi yang semula tidak pernah diperhitungkan. Sementara PKS yang semula diperkirakan akan terjun bebas akibat kasus yang melandanya ternyata berkat solidiritas kadernya mampu berada di papan tengah dari 12 Parpol yang ada.

Pembaca budiman…

Edisi Sinergi April 2014 ini akan memfokuskan kajian pada persoalan politik di negeri ini. Pilihan ini kami kedepankan mengingat 2014 memang dipan-dang sebagai tahun politik, karena pesta terbesar poli-tik akan berlangsung di tahun ini. Topik utama edisi April ini akan mencoba mengupas dinamika Pemilu

2014 serta wajah baru anggota legislative kita dari 12 Parpol yang memperebutkannya. Demikian pula seberapa besar respon masyarakat atas dinamika politik itu.

Kami juga mengisi edisi April ini dengan berbagai rubric yang kami harapkan akan bisa memancing pembaca untuk membacanya. Seperti biasa rubric pendidikan akan diisi den-gan persoalan politik di dunia pendidikan, juga hubungan poliitik dengan UMKM untuk rubric ekonomi.

Kemudian, di rubric parlementarian akan k a m i sajikan persentase jumah politisi perem-puan di DPRD kota Tebingtinggi. Atau pada ru-brik lain kami hubungkan semua rubric itu den-gan peristiwa politik yang terjadi di bulan April. Tak lupa, kami juga menyajikan sejumlah laporan terkait kegiatan Wali Kota Tebing Tinggi serta jajrannya sebagai laporan wajib guna mengetahui langkah keberhasilan pembangunan selama April 2014.

(3)

ESA HILANG DUA TERBILANG

KETUA PENGARAH

Ir.Umar Zunaidi Hasibuan, MM ( WaliKota Tebing Tinggi )

PENGENDALI

H. Johan Samose Harahap, SH, MSP (Sekdako Tebing Tinggi Deli )

PENANGGUNG JAWAB Ir. H. Zainul Halim

(Asisten Administrasi Umum )

PIMPINAN REDAKSI Drs. Bambang Sudaryono (Kabag Adm. Humas PP)

WAKIL PIMPINAN REDAKSI Maslina Dalimunthe.SE

(Kasubag Adm. Humas PP)

BENDAHARA : Jafet Candra Saragih

KOORDINATOR LIPUTAN Drs Abdul Khalik, MAP

SEKRETARIS REDAKSI

Dian Astuti

REDAKSI

Rizal Syam, Khairul Hakim, Juanda, Ulfa Andriani,S.Sos

LAYOUT DESAIN GRAFIS Aswin Nasution, ST

FOTOGRAFER :

Sulaiman Tejo, Tomy Erlangga, Agung Purnomo

KOORDINATOR DISTRIBUSI

Edi Suardi, S.Sos Ridwan

LIPUTAN DAN REPORTER Wartawan Unit Pemko Tebing Tinggi

Redaksi menerima tulis,photo juga surat berisi saran penyempurnaan dari pembaca dengan melampirkan tanda pengenal (KTP, SIM, Paspor) dan Redaksi berhak mengubah tulisan sepanjang tidak mengubah isi dan maknanya.

Bagian Administrasi Humasy Pimpinan dan Protokol Sekreariat Daerah Kota Tebing Tinggi

Jl,Dr Sutomo No : 14 Kota Tebing Tinggi Eimail :

sinergi@tebingtinggikota.go.id

Facebook :

majalah_sinergi@tebingtinggikota.go.id TERBIT SEJAK 16 Juli 2002 SK WALIKOTA TEBING TINGGI NO.480.05/ 286 TAHUN 2002

SINERGI

JAFET CHANDRA SARAGIH Koordinator Liputan Layout Desain Grafis

ASWIN NAST,ST

Foto Grafer Sinergi SULAIMAN

Foto Grafer Sinergi TOMY ERLANGGA Foto Grafer Sinergi

AGUNG PURNOMO Redaksi

ULFA ANDRIANI,S.Sos Pimpinan Redaksi

Drs.BAMBANG SUDARYONO

Wakil Pimpinan Redaksi MASLINA DALIMUNTHE,SE

ESA HILANG DUA TERBILANG

J A J A R A N R E D A K S I TA H U N 2 0 1 4

REFERENSI TEBING TINGGI DELI

2.

Sejarah Dan Pelaksanaan Pemilu Di Indonesia

Hantu Golput Dan Sikap Kita Berdemokrasi Dapatkah Pemilu 2014 Berjalan Damai?

PENDIDIKAN

Siswa SMA Antara Pemilu dan UN 2014

EKONOMI

Pengelolaan Keuangan Daerah

Harus Efektif dan Efisien KESEHATAN

Kaum Berkelamin Ganda (Hermaprodit) dan Masalahnya

LINGKUNGAN HIDUP

IKLAN OVOP GRATIS TEPIAN

D A F T A R I S I

(4)

ESA HILANG DUA TERBILANG

M o m e n t u m

(5)
(6)

ESA HILANG DUA TERBILANG

S I N E R G I TA S

P e m i l u ( 2 )

Pemilu dan pemilu sebuah

wacana yang tiada henti

menghiasi cakrawala

perpolitikan kita. Pemilu

dianggap sebagai bentuk

paling ril dari demokrasi

serta wujud paling konkret

keikutsertaan rakyat dalam

penyelenggaraan negara.

Oleh sebab itu, sistem & penye-lenggaraan pemilu hampir selalu menjadi pusat perhatian utama ka-rena melalui penataan, sistem & kualitas penyelenggaraan pemilu di-harapkan dapat benar-benar mewu-judkan pemerintahan demokratis. Sebegitu pentingkah pemilu? Ya. Pemilu sangatlah penting bagi sebuah

negara, dikarenakan: satu, Pemilu merupakan sarana perwujudan ke-daulatan rakyat. Dua, Pemilu meru-pakan sarana bagi pemimpin politik untuk memperoleh legitimasi. Tiga, Pemilu merupakan sarana bagi raky-at untuk berpartisipasi dalam proses politik. Empat, Pemilu merupakan sarana untuk melakukan penggan-tian pemimpin secara konstitusional. Untuk mendapatkan pemilu yang benar-benar representatif, tentu me-miliki asas-asa. Asas-asas pemilu yang diatur undang-undang meli-puti: Langsung,berarti masyarakat sebagai pemilih memiliki hak untuk memilih secara langsung dalam pe-milihan umum sesuai dengan keingi-nan diri sendiri tanpa ada perantara.

(7)

ESA HILANG DUA TERBILANG

Selanjutnya, jujur, berarti semua pihak yang terkait dengan pemilu harus bertindak dan juga bersikap jujur sesuai dengan peraturan perun-dang-undangan yang berlaku. Dan kemudian, adil, berarti dalam pelak-sanaan pemilu, setiap pemilih dan peserta pemilihan umum mendapat perlakuan yang sama, serta bebas dari kecurangan pihak mana pun. Biasanya pemilu yang berlangsung dalam setiap negara, diatur oleh se-buah sistem pemilu. Paling tidak ada dua, yaitu : distrik dan proporsional. Saat ini kita sedang menggunakan sistem pemilu proporsional (terbu-ka). Berikut penjabaran mengenai kelebihan dan kekurangan sistem distrik dan proporsional yang kedu-anya termasuk sistem pemilu me-kanis seperti yang dijelaskan di atas. Sistem distrik (satu dapil untuk satu wakil). Di dalam sistem distrik se-buah daerah kecil menentukan satu wakil tunggal berdasarkan suara terbanyak, sistem distrik memiliki

karakteristik, antara lain : first past

the post : sistem yang menerap-kan pemilihan yang berpusat pada calon, pemenangnya adalah calon yang mendapatkan suara terbanyak. The two round system : sistem ini menggunakan putaran kedua sebagai dasar untuk menentukan pemenang pemilu. Hal ini dijalankan untuk memperoleh pemenang yang men-dapatkan suara mayoritas. The

alter-native vote : sama dengan first past

the post bedanya adalah para pemilih diberikan otoritas untuk menentukan preverensinya melalui penentuan ranking terhadap calon-calon yang ada. Block vote : para pemilih me-miliki kebebasan untuk memilih calon-calon yang terdapat dalam

daftar calon tanpa melihat afiliasi

partai dari calon-calon yang ada. Kelebihan sistem distrik:

1. Sistem ini mendorong ter-jadinya integrasi antar par-tai, karena kursi kekuasaan yang diperebutkan hanya satu, 2. Perpecahan partai dan

pemben-tukan partai baru dapat dihambat, bahkan dapat mendorong penye-derhanaan partai secara alami, 3. Distrik merupakan daerah kecil,

karena itu wakil terpilih dapat dikenali dengan baik oleh komu-nitasnya, dan hubungan dengan pemilihnya menjadi lebih akrab, 4. Bagi partai besar, lebih mudah

untuk mendapatkan kedudu-kan mayoritas di parlemen, dan 5. Jumlah partai yang

ter-batas membuat stabilitas politik mudah diciptakan.

Adapun kelemahan sistem distrik:

1. Ada kesenjangan persentase su-ara yang diperoleh dengan jumlah kursi di partai, hal ini menyebab-kan partai besar lebih berkuasa, 2. Partai kecil dan minoritas

mer-ugi karena sistem ini mem-buat banyak suara terbuang, 3. Sistem ini kurang

mewak-ili kepentingan masyarakat heterogen dan pluralis, 4. Wakil rakyat terpilih

cend-erung memerhatikan kepent-ingan daerahnya daripa-da kepentingan nasional.

Sedangkan sistem proposional (satu dapil memilih beberapa wakil). Sistem yang melihat pada jumlah penduduk yang merupakan peserta pemilih. Berbeda dengan sistem dis-trik, wakil dengan pemilih kurang dekat karena wakil dipilih melalui tanda gambar kertas suara saja. Sis-tem proporsional banyak diterapkan oleh negara multipartai, seperti Ita-lia, Indonesia, Swedia, dan Belanda.

Sistem ini juga dinamakan perwaki-lan berimbang ataupun multi mem-ber constituenty. Ada dua jenis sistem di dalam sistem proporsional, yaitu ; list proportional representation : disini partai-partai peserta pemilu menunjukan daftar calon yang dia-jukan, para pemilih cukup memilih partai. alokasi kursi partai didasar-kan pada daftar urut yang sudah ada. the single transferable vote : para pe-milih di beri otoritas untuk menen-tukan preferensinya. pemenangnya didasarkan atas penggunaan kota. Kelebihan sistem proposional:

1. Dipandang lebih mewakili suara rakyat sebab perole-han suara partai sama dengan persentase kursinya di parlemen, 2. Setiap suara dihitung & tidak

ada yang terbuang, hingga partai kecil & minoritas me-miliki kesempatan untuk mengirimkan wakilnya di par-lemen. Hal ini sangat mewakili masyarakat majemuk(pluralis).

Sedangkan kelemahan sistem proposional:

1. Sistem proporsional tidak be-gitu mendukung integrasi partai politik. Jumlah par-tai yang terus bertambah menghalangi integrasi partai, 2. Wakil rakyat kurang dekat

den-gan pemilihnya, tapi lebih dekat dengan partainya. Hal ini mem-berikan kedudukan kuat pada pimpinan partai untuk menen-tukan wakilnya di parlemen, 3. Banyaknya partai yang

ber-saing menyebabkan kesu-litan bagi suatu partai untuk menjadi partai mayoritas.

**(Khairul Hakim)

(8)

ESA HILANG DUA TERBILANG

Sejarah Dan Pelaksanaan

Pemilu Di Indonesia

PEMILIHAN Umum atau dis-ingkat Pemilu di Indonesia meru-pakan suatu sarana dalam mewu-judkan kedaulatan rakyat. Pemilu diselenggarakan dengan asas lang-sung, umum, bebas, rahasia, ju-jur, dan adil dalam Negara Kes-atuan Republik Indonesia (NKRI). Pemilu berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945. Pemilu merupakan salah satu me-kanisme demokrasi di NKRI. Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 menyatakan bahwa rakyat memiliki kekuasaan (kedaulatan) yang tertinggi. Mekan-isme penyerahan kedaulatan rakyat melalui wakilnya (representative democracy) adalah melalui Pemilu. Pada awalnya Pemilu di Indonesia bertujuan untuk memilih anggota lembaga legislatif, yaitu Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi, dan DPRD Kabupaten/ Kota. Pemilihan presiden dan wakil presiden (pilpres) semula dilaku-kan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sebagai lembaga tert-inggi negara. Kemudian berdasarkan amandemen keempat UUD 1945 pada 2002 pilpres dilakukan secara langsung oleh rakyat sehingga pilpres dimasukkan dalam agenda Pemilu. Pilpres sebagai salah satu dari Pemilu di Indonesia diadakan per-tama kali pada tahun 2004. Selan-jutnya pada tahun 2007, berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007, pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah (pilkada) juga dimasukkan sebagai bagian dari agenda pemilu di Indonesia. Istilah Pemilu di Indonesia lebih sering merujuk kepada pemilu legislatif dan pemilu presiden dan wakil presiden

yang diadakan setiap 5 tahun sekali. Pada era reformasi berkembang asas “Jurdil” yang merupakan sing-katan dari “Jujur dan Adil”. Asas jujur mengandung makna bahwa pemilihan umum harus dilakukan sesuai dengan aturan yang berlaku. Hal ini bertujuan untuk memas-tikan bahwa setiap warga negara yang memiliki hak dapat memilih sesuai dengan kehendaknya dan setiap suara pemilih memiliki nilai yang sama untuk menentukan wakil rakyat yang akan terpilih. Sedangkan asas adil mengandung makna perlakuan yang sama atau adil terhadap peserta Pemilu dan pemilih. Tidak ada pengistime-waan ataupun diskriminasi terha-dap peserta atau pemilih tertentu. Asas jujur dan adil berlaku untuk pemilih ataupun peserta pemilu, dan juga penyelenggara pemilu.

(9)

ESA HILANG DUA TERBILANG

Sejarah Pemilu di Indonesia dari Tahun ke Tahun

Sepanjang sejarah berdirinya NKRI, telah diselenggarakan 10 kali Pemi-lu anggota lembaga legislatif yaitu pada tahun 1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, 2004, dan 2009. Pemilu tersebut diselenggara-kan sesuai dengan UUD 1945 yaitu:

• Pasal 18 (3): Pemerintahan

daerah provinsi, daerah kabu-paten, dan kota memiliki De-wan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dip-ilih melalui pemdip-ilihan umum.

• Pasal 19 (1):

AnggotaDe-wan Perwakilan Rakyat dip-ilih melalui pemdip-ilihan umum.

• Pasal 22C (1): Anggota Dewan Perwakilan Daerah dipilih dari setiap provinsi melalui pemili-han umum; (2) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dari setiap provinsi jumlahnya sama dan jumlah seluruh anggota Dewan Perwakilan Daerah itu tidak lebih dari seperti jumlah ang-gota Dewan Perwakilan Rakyat.

Berikut ini adalah pemilu-pemilu yang pernah berlangsung di Indonesia:

Pemilu 1955

Pemilu di Indonesia pertama kali berlangsung pada tahun 1955 den-gan maksud untuk memilih anggota-anggota DPR dan Konstituante. Pemilu di Indonesia ini dilaksana-kan di bawah pemerintahan Per-dana Menteri Ali Sastroamidjojo. Pemilu 1955 ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap pertama adalah Pemilu untuk memilih anggota DPR. Tahap ini diselenggarakan pada tang-gal 29 September 1955, dan diikuti oleh 29 partai politik dan individu. Tahap kedua adalah Pemilu untuk memilih anggota Konstituante.

Ta-hap ini diselenggarakan pada tanggal 15 Desember 1955. Tiga besar partai yang menjadi pemenang dalam Pemi-lu ini adalah Partai Nasional Indone-sia, Masyumi dan Nahdlatul Ulama

Pemilu 1971

Pemilu berikutnya diselengga-rakan pada tanggal 3 Juli 1971. Pemilu diikuti oleh 9 Partai poli-tik dan 1 organisasi masyarakat. Tiga besar partai pemenang dalam Pemilu ini adalah Golongan Kar-ya, Nahdlatul Ulama dan Parmusi.

Pemilu 1977-1997

Selanjutnya setiap lima tahun sekali Pemilu di Indonesia memilih anggota DPR. Pemilu-Pemilu ini dilangsung-kan pada tahun 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Pemilu di Indonesia pada tahun ini dilangsungkan pada re-zim pemerintahan Presiden Soeharto. Pemilu di Indonesia masa ini ser-ingkali disebut dengan “Pemilu Orde Baru”. Pemilu tersebut hanya diikuti dua partai politik dan satu Golongan Karya. Kesemuanya di-menangkan oleh Golongan Karya.

Pemilu 1999

Pemilu di Indonesia ini dilangsung-kan pada tahun pada tanggal 7 Juni 1999 di bawah pemerintahan Presiden BJ Habibie dan diikuti oleh 48 partai politik. Pemilu ini juga menandai be-rakihrnya rezim orde baru.Tiga besar Pemilu 1999 adalah Partai Demokra-si IndoneDemokra-sia Perjuangan, Partai Gol-kar, Partai Persatuan Pembangunan

Pemilu 2004

Pemilu 2004 berbeda dengan pemi-lu-pemilu sebelumnya. Selain me-milih anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota, rakyat juga dapat memilih anggota

De-wan Perwakilan Daerah (DPD). DPD adalah lembaga perwakilan baru yang ditujukan untuk mewakili kepentingan daerah. Pemilu tahun ini memilih presiden secara langsung. Peraturan pilpres tercantum dalam UU no.23 tahun 2003 yaitu:

• Pasal 3 ayat (2) & (4):

Pemilu Presiden dan Wakil Pres-iden dilaksanakan setiap 5 (lima) ta-hun sekali pada hari libur atau hari yang diliburkan, Pemilu Presiden dan Wakil Presiden harus sudah menghasilkan Presiden dan Wakil Presiden terpilih selambat-lam-batnya 14 (empatbelas) hari sebe-lum masa jabatan Presiden berakhir.

• Pasal 4:

Pemungutan suara untuk pelaksan-aan Pemilu Presiden dan Wakil Pres-iden sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dilaksanakan selam-bat-lambatnya 3 (tiga) bulan sete-lah pengumuman hasil Pemilu bagi anggota DPR, DPD, DPRD Provin-si, danDPRD Kabupaten/Kota.

• Pasal 5

i. Peserta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden adalah Pasan-gan Calon yang diusulkan secara berpasangan oleh partai poli-tik atau gabungan partai polipoli-tik. ii. Pengumuman calon Presiden dan

/ atau calon Wakil Presiden atau Pasangan Calon oleh partai poli-tik atau gabungan partai polipoli-tik dapat dilaksanakan bersamaan dengan penyampaian daftar calon anggota DPR kepada KPU. iii. Pasangan Calon sebagaimana di-maksud pada ayat (1) hanya da-pat diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang memperoleh sekurang-kurangn-ya 15% (lima belas persen) dari jumlah kursi DPR atau 20% (dua puluh persen) dari perole-han suara sah secara nasional dalam Pemilu anggota DPR.

(10)

ESA HILANG DUA TERBILANG

Pemilu pada 2004 juga merupakan pemilu pertama di mana para pe-serta dapat memilih langsung pres-iden dan wakil prespres-iden pilihan masyarakat (pilpres). Pilpres ini berlangsung dalam dua putaran, ka-rena tidak ada pasangan calon yang berhasil mendapatkan suara lebih dari 50%. Pilpres ini akhirnya di-menangkan oleh pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla.

Pemilu 2009

Pemilu tahun 2009 berlangsung pada 8 Juli 2009. Capres Susilo Bambang Yudhoyono yang diusung oleh Par-tai Demokrat bersama cawapresnya Boediono, berhasil menjadi peme-nang dalam satu putaran langsung. Mereka memperoleh suara 60,80%. Mereka mengalahkan pasangan capres-cawapres Megawati Soekar-noputri-Prabowo Subianto dan Muhammad Jusuf Kalla-Wiranto.

Pemilu 2014

Pemilu tahun 2014 dilaksanakan pada 9 April 2014 diikuti semula diikuti 10 peratai kemudian bertam-bah menjadi 12 partai politik. Parpol

Pemilu legislative 2014, yakni Par-tai Nasonal Demokrat, PKB, PKS, PDIP, Partai Golkar, Partai Gerindra, Partai Demokrat, PAN, PPP, Partai Hanura, Partai Damai Aceh (lokal), Partai Nasional Aceh (lokal), Partai Aceh (lokal), PBB, dan PKPI. Se-dangkan Pemilu Pilpres yang ber-langsung pada 9 Juli 2014, diikuti dua pasangan, yakni Prabowo Sub-ianto-Hatta Rajasa dan Joko Wido-do-Jusuf Kalla. Hingga laporan ini ditulis belum diketahui siapa pemen-tangnya, karena masih dalam proses gugutan di Mahkamah Konstitusi oleh pasangan Prabowo-Hatta.

Sejarah Pemilu di Indonesia – Pilkada

Pemilihan kepala daerah langsung sesuai dengan undang – undang no-mor 32 tahun 2004 adalah sebuah proses demokratisasi di Indonesia. Pilkada dilakukan secara langsung oleh penduduk daerah administratif setempat yang memenuhi syarat. Pilkada pertama di Indonesia dis-elenggarakan pada bulan Juni 2005. Pemilihan kepala daerah dilakukan

satu paket bersama. Maksudnya ada-lah memilih kepala daerah dengan wakilnya. Kepala daerah dan wakil kepala daerah yang dimaksud men-cakup:1) Gubernur dan wakil gu-bernur untuk provinsi 2) Bupati dan wakil bupati untuk kabupaten3) Wali kota dan wakil wali kota untuk kota. Selanjutnya pada tanggal 19 April 2007 terbitlah Undang – undang No. 22 tahun 2007 tentang penyelengga-raan pemilihan umum. Undang-un-dang itu merubah mekanisme dalam pilkada. Dalam undang-undang ini pemilihan kepala daerah dimas-ukkan dalam agenda pemilu yang berlangsung tiap 5 tahun sekali. Masyarakat mulai mengenal pemili-han kepala daerah dengan sebutan Pemilukada. Pilkada pertama yang dilangsungkan berdasarkan UU No.22 tahun 2007 ini adalah Pilkada DKI Jakarta yang berlangsung pada 8 Agustus 2007. Pilkada ini dime-nangkan oleh pasangan Fauzi Bowo – Prijanto yang meraih 2.109.511 suara (57,87%). www.empat-pilarkebangsaan.web.id, 7/4/2014

(Dikutip A. Khalik untuk Majalah SINERGI)

(11)

ESA HILANG DUA TERBILANG

U TA M A

Hantu Golput Dan Sikap Kita Berdemokrasi

TAMPAKNYA

banyak yang

sepakat jika mendengar kata Golput, dalam pikiran yang cukup serius, akan teringat nama Arief Budiman. Merujuk Arief (dkk.) beserta Gera-kan Golput pada Pemilu 1971 aGera-kan

mengklarifikasi pikiran yang men

-gotori pilihan Golput. Secara genuin, Golput bermakna gerakan kritis yang jauh dari apatis. Sehingga relevansi kebenaran pilihan tak memilih di pemilu sebagai keabsahan demokrasi akan terkait dengan pemaknaan kita terhadap Arief dan Gerakan Golput. Arief Budiman lahir di Jakarta, 3 Januari 1941. Bernama awal Soe Hok Djin, Arief aktif berpartisipasi dalam demokrasi sejak kuliah di Fakultas Psikologi Universitas In-donesia. Bersama adiknya, Soe Hok Gie, Arief termasuk aktivis

Angka-tan '66. Sebelumnya (1963) Arief aktif di politik kebudayaan dengan ikut menandatangani Manifesto Ke-budayaan menentang Lekra (Lem-baga Kebudayaan Rakyat) yang mendominasi dan dinilai monolitik dalam demokrasi berkebudayaan. Rentang usia Arief menjangkau jalannya pemerintahan lintas Orde beserta pemilunya. Kritismenya terus hadir di rezim Orde Lama, Orde Baru, hingga pasca-Reforma-si. Gerakan Golput sebagai opo-sisi Orde Baru merupakan hal yang membuat peraih PhD sosiologi dari Universitas Harvard Amerika Serikat ini menjadi populer dalam pembahasan partisipasi pemilu. “Golongan Putih” atau “Gol-put” sendiri secara istilah dice-tus oleh Imam Waluyo, salah

(12)

ESA HILANG DUA TERBILANG

pemimpin-pemimpin partai dik-erjai oleh aparat. Pegawai negeri dan aparat desa dipaksa menanda-tangani sumpah monoloyalitas ke-pada Golkar." Monoloyalitas yang dipublikasikan Liddle dilembaga-kan dalam Inpres No. 6 tahun 1970. Perbincangan soal pemilu dan tu-lisan bebas di dunia maya menje-laskan, istilah “putih” dalam terma “Golput” berarti gerakan ini men-ganjurkan agar mencoblos bagian putih di kertas atau surat suara di luar gambar partai peserta pemilu bagi yang datang ke bilik suara. Golongan putih kemudian juga di-gunakan sebagai istilah lawan bagi Golongan Karya, kontestan pemilu berwarna kuning sebagai represen-tasi politik dominan Orde Baru. Dari sini kita bisa tahu, tak memilih dengan istilah “Golput” merupakan sikap partisipatif warga berdemokra-si di dalam prosedural pemilu. Gol-put adalah sikap ideologis oposisi terhadap kuasa formal dengan tak memilih pada pilihan surat suara di dalam bilik yang dibatasi area berna-ma TPS. Golput adalah warga terda-ta di dafterda-tar pemilih yang daterda-tang ke TPS menggunakan hak pilihnya tapi memilih di luar peserta pemilu yang

tawarkan permukaan isi surat suara. Ada semacam doktrin republikan dalam Golput yang digerakan Arief dkk. Arief tak memisahkan parti-sipasi warga negara berdemokra-si dengan partiberdemokra-sipaberdemokra-si memilih di pemilu. Jelas Golput di sini berbeda dengan pernyataan “demokrasi yes, pemilu no!”. Tetap datang ke TPS untuk memilih tak memilih terha-dap tawaran di surat suara merupa-kan konsekuensi dari warga yang menerima demokrasi di negaranya.

Golput tetap relevan

Pertanyaannya, apakah Gol-put tetap relevan meski konteks Orde Baru sudah berganti? Dalam artikel opininya “Dua Kiat Menumpas Gol-put” (Majalah Tempo, 28/12/1996), Arief mengingatkan, defenisi Golput di atas mempunyai keterikatan ter-hadap sejarah prosedur pemilu dan kultur berpolitik Indonesia. Golput 1971 yang digerakannya jelas mas-uk dalam sejarah prosedur pemilu. Merujuk kultur berpolitik Indone-sia, sistem nenek moyang pemilihan kepala desa ternyata menyediakan pilihan kotak kosong sebagai

prose-dur tak memilih bila calon tunggal yang dinilai tak layak bagi pemilih.

Arief seperti mau menegaskan: jika tak memilih juga merupakan pili-han yang dijamin demokrasi, maka tak memilih tetap relevan dalam pemilu, di mana pun dan kapan pun. Sudah selayaknya pilihan poli-tik dalam demokrasi diupayakan utuh terepresentasi dalam prose-dur demokrasi bernama pemilu. Pasca-Reformasi, pemaknaan Gol-put yang merujuk konteks bisa jadi memang tak utuh sesuai. Tapi se-cara substansi bisa saja dikaitkan sehingga disimpulkan Golput tetap relevan. Golput adalah sikap ideolo-gis oposisi terhadap kuasa formal dengan tak memilih pada pilihan su-rat suara di dalam bilik yang dibatasi area bernama TPS. Yang dimaksud kuasa dihadapan pemilih bisa beru-pa otoritarian, oligarki, intervensi proses beserta hasil pemilu, atau apa pun. Doktrin sosialisasi penyeleng-gara pemilu berbunyi “pilih terbaik dari yang terburuk” sangat mungkin tak bisa diterima sebagian warga. Sehingga semangat pilihan ber-makna partisipasi perlawanan dalam prosedur memilih harus tetap dijaga. Coba bayangkan, seandainya di su-rat suara pemilu ada pilihan “putih” di samping pilihan warna-warni partai, daftar calon legislator, atau pasangan calon presiden-wakil presiden! Apakah penyediaan pili-han itu membuat penyelenggaraan pemilu lebih menarik warga da-tang ke tempat pemungutan suara (TPS)? Jawabannya, belum tentu. Tapi yang pasti, saat itu pilihan tak memilih atau golongan putih (Gol-put) telah diakui tak hanya bagian dari demokrasi tapi juga diakui se-cara prosedur pemilihan pemerin-tahannya, bernama pemilu. (www. rumahpemilu.org/usephasansadikin,

(13)

ESA HILANG DUA TERBILANG

Menengok Sejarah Golput

Berbicara golput, kita harus tengok sejarahnya. Golongan putih (golput) pada dasarnya adalah sebuah gera-kan moral yang dicetusgera-kan pada 3 Juni 1971 di Balai Budaya Jakarta, sebulan sebelum hari pemungutan suara pada pemilu pertama di era Orde Baru dilaksanakan. Arief Budi-man sebagai salah seorang eksponen golput berpendapat bahwa gerakan tersebut bukan untuk mencapai ke-menangan politik, tetapi lebih un-tuk melahirkan tradisi dimana ada jaminan perbedaan pendapat den-gan penguasa dalam situasi apa pun. Menurut kelompok ini, dengan atau tanpa pemilu, kekuatan efektif yang banyak menentukan nasib negara ke depan adalah Angkatan Bersen-jata Republik Indonesia (ABRI)

Sejumlah diskusi yang digelar ana-sir golput juga dilarang. Komando Keamanan Langsung (Kokamsung) Komda Metro Jaya sempat pula me-manggil para eksponen golput, yaitu Arief Budiman, Julius Usman, Imam Walujo, Husin Umar, dan Asmara Nababan. Larangan serupa juga di-lakukan di Jawa Tengah. Bahkan Menteri Luar Negeri Adam Malik

menyebut golput sebagai golongan setan. Ada jang bilang kita golon-gan putih jag tidak mau memil-ih…itu golongan setan, tegasnya.

Menyambut minggu tenang, gol-put sebagai sebuah gerakan moral membuat memorandum yang antara lain berisi seruan agar masyarakat menggunakan haknya sesuai keyaki-nan. Siapa pun dipersilakan me-milih atau tidak meme-milih. Memo-randum itu berbunyi, …kalau ada jang merasa lebih baik tidak me-milih daripada meme-milih, bertindak-lah atas dasar kejakinan itu pula.

Sejak Pemilu 1955 angka golput cenderung terus naik. Bila dihitung dari pemilih tidak datang dan su-ara tidak sah, golput pada pemilu 1955 sebesar 12,34%. Pada pemi-lu 1971, ketika golput dicetuskan dan dikampanyekan, justru men-galami penurunan hanya 6,67%. Pemilu 1977 golput sebesar 8,40%, 9,61% (1982), 8,39% (1987), 9,05% (1992), 10,07% (1997), 10.40% (1999), 23,34% (Pemilu Legislatif 2004), 23,47% (Pilpres 2004 taran I), 24,95% (Pilpres 2004 pu-taran II). Pada Pilpres pupu-taran II setara dengan 37.985.424 pemilih. Ada pun pada Pemilu Legislatif 2009 jumlah golput 30% bila dika-likan dengan Daftar Pemilih Tetap (DPT) sesuai dengan Perpu No. I/2009 sebesar 171.265.442 jiwa. Jadi, jumlah golput setara dengan 51.379.633 pemilih (Kontan, 7/7).

Dilindungi UUD

Bagaimana dengan angka golput Pilpres kemarin? Sebagian penye-lenggara quick qount merilis angka golput sebesar 27%-28%, lebih ren-dah dari angka golput pada Pileg lalu yang mencapai 35%, tetapi tetap lebih tinggi ketimbang golput Pil-pres 2004 putaran pertama (21,77%) dan putaran kedua (23,7%).

Banyak kalangan menyimpulkan, karena tingginya angka golputkhu-susnya sejak pemilu 2004maka pemenang pemilu sebenarnya ada-lah golput, bukan partai politik. Meskipun demikian, tujuan golput bukan untuk kemenangan politik. Golput hanya gerakan moral, se-hingga sebesar apa pun tetap tidak bisa berkuasa, kecuali golput men-jadi partai politik peserta pemilu.

Terus meningkatnya angka gol-put, memicu Majelis Ulama In-donesia (MUI) mengeluarkan fatwa haram pada golput. Fatwa tersebut diputuskan melalui fo-rum Ijtima Ulama di Padang Pan-jang, Sumatra Barat 24-26 Januari 2009. Menurut KH Ma’aruf Amin, Ketua MUI, fatwa ini dibuat agar masyarakat bisa memilih pemimpin yang bisa memperjuangkan syariat. Bila pemimpinnya sudah syariat maka sistemnya dan orang-orangn-ya akan diubah menuju kebaikan dan perubahan. Keluarnya fatwa ini menimbulkan pro dan kon-tra karena golput disamakan den-gan perbuatan melanggar perin-tah agama yang ganjarannya dosa.

Lantas bagaimana memahami gol-put? Golput adalah hak konstitu-sional, hak pemilih untuk tidak me-milih, yang dilindungi UUD 1945 Pasal 28E ayat (2): setiap orang berhak atas kebebasan meyakini ke-percayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya. Mari kembali kepada sejarah awal mula golput dicetuskan. Golput ada-lah gerakan moral sebagai wujud per-bedaan dengan penguasa. Karena itu, golput harus ditempatkan pada posisi sebagai sikap atas perbedaan. (www. historyblogdetik.com, 7/4/2014).

(Dikutip A. Khalik untuk Majalah SINERGI).

Pencetusan gerakan itu disambung dengan penempelan

pamflet kampanye yang

menyatakan tidak akan turut dalam pemilu, tanda gambarnya segi lima dengan dasar warna putih. Kampanye tersebut langsung mendapat respon dari aparat penguasa. Pangkopkamtibda Djakarta menyatakan golput sebagai

organisasi terlarang dan

pamflet tanda gambar

golput mesti dibersihkan

(14)

ESA HILANG DUA TERBILANG

Dapatkah Pemilu 2014 Berjalan Damai?

DIAKUI

atau tidak, sekarang ini ada pertanyaan mendasar (elementer question) dan pertanyaan besar (big question) yaitu apakah rangkaian Pemilu 2014 yang akan dimulai pada 3 s/d 6 April 2014 (untuk warga ne-gara Indonesia yang tinggal di luar negeri) dan 9 April 2014 untuk mere-ka yang tinggal di dalam negeri amere-kan berjalan dengan damai atau tidak ? Pertanyaan mendasar dan pertanyaan besar tadi ada relevansinya dikaitkan dengan perkembangan situasi dan kondisi terkini menyambut datangn-ya Pemilu 2014 datangn-yang ditandai den-gan sejumlah tindakan biadab, tin-dakan tidak bermoral dan kekerasan serta ancaman, bahkan penolakan atau memboikot Pemilu 2014. Aksi kekerasan politik atau teror

politik yang ditandai dengan penem-bakan terhadap warga masyarakat masih sering terjadi di Provinsi Aceh. Peristiwa terakhir terjadi pada 31 Maret 2014 sekitar pukul 21.00 WIB terjadi penembakan ter-hadap mobil milik salah satu pen-gurus partai lokal di Aceh yang berisi anak-anak dan perempuan di daerah bernama Simpang Kuburan China, Bireuen yang menyebab-kan tiga orang meregang nyawa. Teror politik lainnya di Aceh yang menggunakan senjata api ter-jadi tanggal 15 Maret 2014, dimana kantor salah satu partai lokal di Desa Guhang, Kecamatan Blangpidie, Kabupaten Aceh Barat Daya ditem-bak (OTK) sebanyak 3 kali. Sedang-kan sebelumnya pada 11 Maret 2014

malam hari, kantor salah satu par-tai lokal Aceh di Kecamatan Lueng Bata, Banda Aceh dilempari granat tangan oleh OTK, sedangkan di di Kampung Jawa Baru, Kota Lhokse-umawe, rumah salah seorang kepala desa yang diangkat oleh partai lokal setempat dilempar bom molotov oleh OTK pada 13 Maret 2014. Tingkat level teror politik yang lebih rendah juga terjadi di Aceh dalam bentuk perusakan kantor dan alat peraga kampanye yang terjadi di beberapa kabupaten atau kota antara lain, Kabupaten Meulaboh di Aceh Barat, Kota Langsa, Tapa-ktuan dan Kluet Timur di Kabupat-en Aceh Selatan, serta KabupatKabupat-en Aceh Utara terjadi di dua kecama-tan yaitu Nibong dan Cot Girek.

(15)

ESA HILANG DUA TERBILANG

Pertanyaan mendasar kedua adalah pelaksanaan Pemilu 2014 juga “di-hantui” dengan ancaman golput yang membesar bahkan beberapa kelompok yang kurang mencintai NKRI seperti di Aceh dan Papua juga berencana untuk memboikot atau menggagalkan Pemi-lu 2014. Kelompok bernama Acheh Sumatera National Liberation Front-Aceh Merdeka/ASNLF-AM) wilayah Pasee pada 18 Maret 2014 mengelu-arkan siaran pers mengimbau kepada rakyat Aceh agar tidak memberikan suara pada Pemilu Legislatif, karena pemilu dan partai politik dinilai meru-pakan alat pemecah kesatuan bangsa, dan Pemilu Indonesia di Aceh harus di-gagalkan. Untuk itu, jika rakyat Aceh ingin lepas dari penjajahan asing dan berdaulat di atas tanah indatu, maka boikot pemilu indonesia di Aceh, ka-rena hanya dengan memboikot pemilu jalan menuju merdeka bisa tercapai. Sementara itu, di Kota Jayapura, Papua, beredar seruan boikot Pemilu 2014 yang dikeluarkan oleh sese-orang bernama Mayjen Terianus Sato yang mengklaim sebagai Kepala Staf Umum Komando Nasional TPN-OPM menyerukan kepada seluruh rakyat Papua untuk tidak memberikan hak suaranya dalam Pemilu 2014, mem-inta PBB untuk mengadakan pemili-han bebas yang demokratis di Papua untuk menentukan nasib rakyat Papua, rakyat Papua yang ikut memilih dalam Pemilu 2014 merupakan pengkhianat perjuangan bangsa Papua, dan mem-inta dunia internasional datang untuk melihat pelaksanaan Pemilu 2014 di Papua guna melihat militer Indonesia memaksa rakyat Papua memilih. Be-redar juga seruan boikot Pemilu 2014 dari seorang yang mengklaim sebagai pemimpin OPM di Inggris bernama Benny Wenda, meminta Pemerintah Indonesia segera meninggalkan tanah Papua, meminta PBB untuk mengirim pasukan penjaga perdamaian untuk menggantikan militer Indonesia di Pap-ua, meminta masyarakat internasional khususnya Amerika Serikat dan Be-landa bertanggung jawab atas pelang-garan HAM di Papua, meminta PBB mengadakan referendum di Papua. Pendapat agak berbeda terungkap dalam pernyataan sikap KNPB pada tanggal 6 Maret 2014 berjudul “Pemi-lu 2014, Papua Harus Panas” yang

menilai, menjelang pemilu legislatif aparat keamanan mulai melakukan latihan perang, dan show force, serta mengancam orang Papua yang tidak berpartisipasi dalam pemilu hanya semata-mata untuk mencari uang dan memaksa legitimasi kolonial.

Menu-rut mereka, persepsi “ada konflik ada

uang” menjadikan para petinggi TNI/ Polri memiliki kepentingan dalam mempertahankan Papua sebagai tanah

konflik, agar proyek keamanan terus

berlanjut. TNI/Polri sudah menuduh “kelompok separatis atau kelompok bersenjata” akan melakukan gang-guan keamanan pada Pemilu 2014 dan menjadikan perjuangan Papua Merdeka sebagai “proyek keamanan” agar dana keamanan pemilu dapat mengalir. Keberhasilan pemilu di-politisasi sebagai parameter keber-hasilan demokrasi di Papua, pada-hal kenyataannya ruang demokrasi di Papua disumbat oleh TNI/Polri. Sedangkan di daerah Cikatomas, Ka-bupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, salah seorang tokoh informal di bidang keagamaan menyatakan, demokrasi adalah musuh Islam dan para penyelenggara demokrasi adalah musuh orang yang beriman. Selain itu, demokrasi dinilai sumber perpecahan dan pertikaian sesama bangsa, se-hingga sistem demokrasi harus diganti dengan Syari’at Islam. Tokoh tersebut menghimbau para mujahid harus tegas menolak demokrasi pada Pemilu 2014.

Peran Media Massa

Dalam Pemilu Legislatif pada 9 April 2014 untuk legislatif, dan 9 Juli 2014 untuk presiden, peranan

me-dia massa menunjukkan signifikansi

yang tinggi dalam kerangka masing-masing caleg, parpol dan capres me-nyebarkan propaganda politik mere-ka, termasuk melalui media sosial. Sudah semenjak awal 2000-an, med-sos digunakan untuk kampanye poli-tik. Keberhasilan Barrack Obama me-menangkan pemilu Amerika Serikat pada tahun 2008, dan keberhasilan Jokowi-Ahok memenangkan pilkada DKI pada tahun 2012 membuktikan bahwa medsos dapat digunakan se-cara optimum untuk propaganda poli-tik. Bahkan, banyak foto hoax bernu-ansa politik yang beredar di medsos,

dan dipercaya sebagai foto benar. Dewan Pers juga sudah mewanti-wanti peranan besar pers dalam men-ciptakan pemilu damai di Indonesia, sehingga Dewan Pers menghimbau politisi yang memiliki perusahaan media untuk tetap adil saat mem-beritakan partai lain. Menyayangkan pemberitaan mengenai calon anggota legislatif tidak sebanyak pemberitaan mengenai calon presiden. Ketidak-seimbangan proporsi ini merupakan pelanggaran atas hak masyarakat un-tuk mendapatkan informasi dan dapat memancing apatisme publik. Hal ini dengan indikasi ada saluran televisi yang memaksa untuk memberitakan kampanye partai yang tokohnya pemi-lik media itu, padahal nilai beritanya tidak begitu besar. Stasiun televisi itu juga hanya menampilkan berita baik tentang partai dari si pemilik. Di sisi lain, televisi itu menampilkan pelanggaran kampanye partai lain. Fungsi media massa haruslah menjadi sarana pendidikan politik, agar setiap warga masyarakat baik pada saat men-jelang Pemilu dan Pilpres 2014 dewa-sa ini, pada dewa-saat pelakdewa-sanaan pemun-gutan suara dan pada periode pasca Pileg dan Pilpres 2014, yang utama memahami dan mampu melaksanakan aturan-aturannya. Selanjutnya pada pasca Pilpres, media massa kembali mendukung pemerintahan yang ter-bentuk, menghargai pemerintahan sebelumnya serta meninggalkan ser-ta melupakan suasana rivaliser-tas dan mungkin pertentangan yang ada se-lama masa menjelang Pileg dan Pil-pres 2014 serta suasana emosioanal pada saat-saat hasilnya diumumkan. Jika hal ini menjadi concern bersama, maka menciptakan pelaksanaan Pemi-lu damai di Indonesia akan menjadi ringan. Bagaimanapun juga harus di-tumbuhkan kesadaran bahwa pemilu damai di Indonesia akan membawa ke-majuan bagi bangsa ini, namun pemilu yang amburadul dan tidak aman akan membawa bangsa ini mengarah ke-pada failed state atau negara gagal dan itu mengerikan tidak hanya bagi warga bangsa ini, namun juga warga bangsa di kawasan lainnya. Irfani Nurmaliah, Peneliti Muda Forum Di-alog Lembaga Studi Informasi Strate-gis Indonesia (Fordial-LSISI) Jakarta.

(Dikutip A. Khalik ;SINERGI)

(16)

ESA HILANG DUA TERBILANG

Siswa SMA Antara Pemilu dan UN 2014

Sebagai siswa yang berada di gerbang akhir pembelajaran wajib mereka yaitu 12 tahun, sebelum nantinya melanjutkan ke tingkat perguruan tinggi ataupun langsung bekerja, mereka mendapat kesempatan lang-ka yaitu menentulang-kan nasib pribadi dan juga nasib bangsa Indonesia ke depannya. Hampir sebagian besar siswa kelas XII tersebut pasti sudah memiliki hak pilih dan tercatat seba-gai pemilih pemula yaitu baru perta-ma kali menggunakan hak pilihnya dalam hajatan lima tahunan tersebut. Jika mengasumsikan jumlah peserta ujian seperti tahun 2012/2013 seki-tar 2,6 juta siswa SMA dan SMK (http://www.tribunnews.com/na-sional/2013/05/24) dan tidak terlalu banyak perubahan pada tahun ajaran 2013/2014 ini, maka sebenarnya ter-dapat jumlah 2 juta pemilih baru yang merupakan pemilih pemula dalam pemilu legislatif 2014. Meski tidak terlalu besar jumlahnya, akan tetapi jika tidak mendapatkan pendidikan politik yang benar, maka akan ada 2 juta suara golput akibat mereka tidak tahu siapa yang harus dipilih dan apa gunanya memilih jika “menurut mereka” suaranya tidak terlalu ber-manfaat. Belum lagi, mereka lebih mementingkan persiapan Ujian Na-sional yang hanya berselang bebera-pa hari saja setelah pemilu legislatif (info : pemilu 9 April, UN 14 April). Momentum ini bagi kelas XII sebe-narnya sekali seumur hidup yaitu bersamaan waktu antara pemilu (menentukan nasib bangsa Indone-sia) dan Ujian Nasional

(menentu-kan masa depannya sendiri). Tahun 2014 menjadi tahun pertaruhan bagi siswa SMA dan SMK kelas XII ini, karena tentu saja mereka tidak in-gin mengulang di jenjang yang sama pada tahun depan. Sebagai seorang pendidik, penulis sebenarnya juga mencermati bahwa sebagian dari siswa kelas XII ini antusias mengha-dapi kedua momen berharga dalam kehidupan mereka tersebut. Hal ini terbukti saat banyak dari mereka yang disela-sela drilling persiapan UN, bertanya tentang partai poli-tik, mengapa pemilu harus dua kali, mengapa tidak boleh golput, dan pertanyaan lain seputar pemilu. Dari pertanyaan mereka tersebut dan juga saat penulis tanyakan sete-lah berakhirnya pemilu 9 April lalu, ternyata sebagian mereka juga turut aktif berpartisipasi dalam pemi-lu 2014 dan bahkan mereka juga mengikuti berbagai perkembangan politik nasional melalui media. Hal ini tentu saja membuat penulis ber-syukur, karena sebagai pemilih pe-mula, mereka tidak menjadi apatis terhadap kondisi bangsa Indonesia. Jika mereka serius dan konsentrasi dalam menghadapi Ujian Nasional, tentu hal tersebut tidak mengheran-kan, karena bukankah itu hal utama yang memang menjadi tujuan dasar mereka di jenjang akhir SMA/SMK ini. Akan tetapi, jika mereka juga tu-rut berpartisipasi dan bahkan mengi-kuti perkembangan kondisi per-politikan negeri ini, terutama lewat pemilihan umum, ini menandakan mereka merasa bahwa sebagai

gener-asi muda mereka juga memiliki per-an dalam menentukper-an nasib bper-angsa Indonesia ini 5 tahun ke depan. Jika siswa grade XII SMA dan SMK saja menyempatkan waktu untuk berpartisipasi dan merasa punya andil dalam mengikuti pemilu di sela-sela persiapan UN yang juga menentukan nasib mereka, bukan-kah seharusnya mereka yang lebih tua secara usia dan merasa bahwa pemilu tidak begitu penting dan akhirnya memilih golput menjadi malu ? Lepas dari apapun itu, se-bagai seorang pendidik, saya hanya ingin menyampaikan pesan kepada para calonn generasi pemimpin penerus bangsa Indonesia ini, yaitu suara yang mereka berikan dalam pemilu tidak akan sia-sia, dan seka-rang waktunya bagi kalian untuk mempersiapkan diri menghadapi tantangan berikutnya yaitu Ujian Nasional yang akan dimulai 14 - 16 April 2014. Mengerjakan dengan ju-jur, merupakan pesan utama yang saya ingin sampaikan kepada siswa SMA dan SMK, serta percaya pada kemampuan kalian, karena jika ka-lian sudah sampai pada jenjang grade XII, berarti kalian sebenarnya sudah melalui dua jenjang sebel-umnya. Tetap optimis dan jangan lupa berdoa bagi persiapan Ujian Nasional dan juga bagi bangsa In-donesia ini kedepannya. Danny Pra-setyo, kompasiana.com, 13/4/2014

(Dikutip A. Khalik untuk Majalah SINERGI)

Bagi siswa kelas XII SMA/SMK, bulan April 2014 ini merupakan saat

paling menentukan baik dalam kehidupan mereka maupun bagi masa

depan bangsa Indonesia ke depannya.

(17)

ESA HILANG DUA TERBILANG

Pengelolaan Keuangan Daerah

Harus Efektif dan Efisien

“Untuk mendukung pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerin-tahan daerah, tentunya perlu di-lakukan melalui pengelolaan tata pemerintahan yang baik”, demikian sambutan tertulis Menteri Dalam Negeri RI yang dibacakan Sekdako Johan Samose Harahap mewakili Walikota Tebing Tinggi saat men-jadi pembina upacara peringatan Hari Otonomi Daerah ke 18 Tahun 2014, Senin (28/4) di halaman kan-tor Sekretariat Pemko Tebing Tinggi. Mendagri menyampaikan, bahwa pasca Pemilu Legislatif 9 April 2014, pemerintahan daerah dan masyarakat harus senantiasa

men-jaga suasana kondusif di masyarakat terutama dalam menghadapi Pemilu Presiden pada tanggal 9 Juli 2014 mendatang. “Selain itu, pemerintah daerah agar terus menjaga terse-lenggaranya pelayanan publik dan aktivitas pemerintahan”, imbuhnya. Dalam rangka mengoptimalkan tata kelola pemerintahan ke depan, lan-jutnya, berbagai kebijakan yang perlu diperhatikan serta disinergikan antara lain Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Administrasi Kependudukan, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Apara-tur Sipil Negara dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

“Dua RUU yang masih dalam pembahasan antara DPR RI dan Pemerintah yaitu RUU Pemerin-tahan Daerah sebagai perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan RUU Pemilihan Kepala Dae-rah dan Kebijakan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)”, jelasnya. Akhir sambutannya, Mendagri mengharapkan dengan semangat Hari Otonomi Daerah dapat

mere-fleksikan kembali makna otonomi

daerah dan menjadi spirit untuk melakukan yang terbaik bagi neg-eri ini untuk sebesar-besarnya demi kesejahteraan masyarakat.**Juanda Keterangan gambar :

HUT OTDA “Sekdako Johan Samose Harahap mewakili Walikota Tebing Tinggi saat menjadi pembina upacara peringatan Hari Otonomi Daerah ke 18 Tahun 2014 di halaman kantor Sekretariat Pemko Tebing Tinggi”.

Diperlukan kemampuan pengelolaan keuangan daerah yang efisien, efektif,

transparan dan akuntabel disertai dengan kemanfaatan yang semakin

nyata dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan daerah.

(18)

ESA HILANG DUA TERBILANG

Kaum Berkelamin Ganda

(Hermaprodit) dan Masalahnya

SECARA MEDIS

, kasus inter-seksualitas terjadi dalam variasi yang amat beragam. Penyebabnya bisa penyimpangan kode kro-mosom pada gen penentu kel-amin atau gangguan hormonal. Setiap kali terjadi kelahiran, se-lalu ditanyakan bayinya lelaki atau perempuan? Kebanyakan dokter atau orang tua biasanya dapat men-jawabnya secara tegas. Akan tetapi juga terdapat kasus di mana jenis kelamin bayi tidak dapat diketahui dengan pasti, karena tanda-tandanya tidak tegas. Bayi semacam ini dis-ebut inter-seksual atau hermaprodit. Di Jerman saja terdapat paling sedikit 16.000 kasus inter-sexual dari keseluruhan populasi 80 juta. Masalah medis penderita inter-sek-sualitas tidak akan mencuat, jika tidak dikaitkan dengan tatanan so-sial kemasyarakatan. Undang-un-dang personal di Jerman misalnya, menuntut ditegaskannya jenis kel-amin bayi yang baru dilahirkan dalam waktu satu minggu. Tuntu-tan undang-undang ini, menyebab-kan banyak dokter anak merasa terpaksa menegaskan jenis kelamin bayi, dengan tindakan medis ope-rasi atau dengan terapi hormonal. Sejak berabad-abad dalam berbagai kebudayaan atau kepercayaan, pend-erita inter-seksual atau hermaprodit, yang tidak jelas jenis kelaminnnya, dipandang memiliki peranan istime-wa. Karena mereka dianggap seba-gai titisan dewa tanpa jenis kelamin, biasanya kelompok hermaprodit ini dianggap memiliki kemampuan su-per-natural. Namun dalam kehidu-pan modern, kelompok inter-seksual ini menghadapi banyak masalah dan penderitaan. Penyebabnya biasanya

bukan masalah medis melainkan masalah sosial kemasyarakatan. Di negara-negara maju, di mana proses kelahiran biasanya dilaku-kan di rumah sakit, masalahnya ke-mudian bergeser menjadi problem medis. Penanganan standar medis-nya diungkapkan peneliti masalah inter-seksualitas di rumah sakit Charite Berlin, Dr.Ulrike Klöppel: “Sejak tahun 50-an untuk pertama kalinya terdapat konsep perawa-tan bagi anak-anak yang tidak je-las jenis kelaminnya. Baik dengan

cara operasi atau terapi hormonal pada dua tahun pertama setelah di-lahirkan. Inti dari konsep ini adalah, melakukan pemisahan jenis kelamin secara tegas antara laki-laki dan per-empuan, segera setelah kelahiran. Dalam kasus ini, pemilihan jenis kelamin tidak lagi mengacu pada faktor biologis seperti kelenjar kel-amin atau kromosom, melainkan pada apa yang mungkin dilakukan.“ Secara medis, kasus inter-seksuali-tas terjadi dalam variasi yang amat beragam. Penyebabnya bisa peny-impangan kode kromosom pada gen penentu kelamin atau gangguan hor-monal. Akibatnya bayi dapat menun-jukan adanya kelenjar kelamin gan-da gan-dalam tubuhnya. Jika janin gan-dalam kandungan mengembangkan resist-ensi hormon laki-laki Androgen,

walaupun pasangan kromosomnya mengembangkan jenis kelamin la-ki-laki, buah pelir bayi tidak akan berkembang sempurna. Artinya, bayi ini diluarnya mengembangkan alat kelamin perempuan tetapi di dalam tubuhnya tidak memiliki organ re-produksi perempuan. Ada juga yang mengembangkan penis dan vagina secara bersamaan. Inilah yang dis-ebut hermaprodit yang sebenarnya. Kadang-kadang juga lahir bayi yang jaringan kelenjar dalam tubuhnya dengan jelas menunjukan jenis kelaminnya, lelaki atau perempuan, tapi organ kelaminnya tidak berkem-bang dengan tegas. Dalam kasus sep-erti ini, biasanya para dokter anaklah yang menentukan. Apakah bayi itu akan dijadikan lelaki atau perem-puan? Claudia Lohrenscheit dari in-stitut Jerman untuk masalah hak asa-si menjelaskan dampak hukum yang biasanya muncul di kemudian hari: “Jika bayi dilahirkan tanpa kejesan jenis kelamin, praktek yang la-zim adalah dalam dua tahun pertama setelah dilahirkan, dilakukan kore-ksi dengan tindakan operasi untuk menegaskan jenis kelaminnya. Ka-rena jenis kelamin perempuan lebih mudah direkayasa lewat operasi, bi-asanya bayi ini dijadikan perempuan. Tapi bukan hanya satu kali operasi, melainkan puluhan kali hingga ia dewasa. Kadang-kadang anak ini memiliki perasaan terjebak dalam tubuh yang salah. Muncul tuduhan dilakukan pelanggaran hukum berat. Padahal tema ini tidak banyak diper-hatikan, baik di Jerman maupun di tatanan internasional.“ www.dw.de. kaumhermaprodit-dan-masalahnya.

(Dikutip A. Khalik untuk Majalah SINERGI)

Foto : Simbol manusia hermafrodit

(19)

ESA HILANG DUA TERBILANG

Sekolah

adalah lembaga formal pendidikan dengan fungsi mening-katkan pengetahuan dan kemampuan anak sebagai bekal dimasa depan. Disekolah anak-anak hidup dari pagi hingga sore. Karenanya, menjaganya agar tetap bersih dan sehat penting un-tuk dilakukan. Dengan kondisi sekolah yang sehat akan melahirkan siswa yang cerdas, bermutu, berwawasan lingkun-gan serta mampu menerapkan sikap cinta dan peduli lingkungannya di ling-kungan sekolah maupun masyarakat Menciptakan lingkungan sekolah yang bersih dan sehat bisa diwujudkan asal-kan dengan partisipasi seluruh warga sekolah serta dukungan dari jajaran internal sekolah. Karenanya, penting untuk menciptakan lingkungan yang sehat agar generasi penerus bangsa kita juga tetap sehat dan bisa mem-bangun Indonesia dengan semangat kebersihan lingkungan yang kental.

Solusi Mengatasi Sampah di Lingkungan Sekolah

Oleh karena itu dibutuhkan suatu wa-dah yang mampu mengorganisasikan sampah menjadi lebih berguna. Solusi yang penulis tawarkan adalah dengan membentuk koperasi sampah disetiap sekolah. Koperasi sampah adalah kope-rasi yang anggotanya murid/ siswa pen-didikan dasar, penpen-didikan menengah, dan sekolah - sekolah tempat pendidikan yang setaraf dengan itu yang melakukan kegiatan mengumpulkan, mengolah ser-ta memasarkan produk – produk yang terbuat dari sampah. Dengan kata lain, koperasi sampah adalah koperasi siswa. Menurut peraturan yang berlaku, ang-gota koperasi harus orang yang sudah dewasa, akan tetapi koperasi sampah ternyata anggotaanggotanya belum de-wasa. Oleh karena itu, koperasi sampah dimaksudkan untuk melatih siswa dalam melakukan kegiatan ekonomi yang telah diizinkan dari pemerintah.

Dengan adanya koperasi sampah disetiap sekolah, maka setiap siswa di-wajibkan menabung dikoperasi tersebut.

Namun tabungannya bukan berupa uang tetapi sampah yang mereka kumpulkan disekitar lingkungan sekolah. Sampah – sampah yang sudah dikumpulkan akan diolah menjadi barang – barang kerajinan tangan sehingga mempunyai nilai jual yang tinggi. Hasil penjulan barang – barang olahan tersebut akan menjadi tabungan bagi siswa – siswi yang telah menabung sampah di kope-rasi sampah yang ada disetiap sekolah.

Manfaat Koperasi Sampah

Sebagaimana tujuan koperasi yaitu untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, maka koperasi sampah sangat bermanfaat bagi anggotanya pada khususnya dan se-kolah pada umumnya. Adapun manfaat yang dimaksud adalah sebagai berikut. 1. Dapat menunjang kegiatan belajar

mengajar di sekolah;

2. Dapat mendidik siswa untuk man-diri atau mampu mengurus man-dirinya sendiri;

3. Dapat berlatih menjadi wiraswasta-wan di bidang perkoperasian; 4. Membimbing para siswa untuk

dapat berpartisipasi aktif dalam menyelanggarakan koperasi di sekolah;

5. Dapat menanamkan disiplin, rasa tanggung jawab, setia kawan, dan gotong royong;

6. Dapat menciptakan lingkungan sekolah yang bersih, sehat serta indah.

Pembinaan Koperasi Sekolah

Kegiatan pembinaan koperasi sampah dilaksanakan melalui kegiatan kokuri-kuler dan ekstrakurikokuri-kuler. Agar kope-rasi sampah dapat berjalan dengan lancar, maka perlu diadakan pembi-naan secara terus-menerus, terpadu, dan terarah sesuai dengan perkemban-gan kegiatan ekonomi di masyarakat. Pembinaan secara kontinu dilakukan dengan cara bimbingan, penyuluhan,

dan pengarahan terhadap koperasi sampah oleh guru dan kepala sekolah. Pembinaan tersebut dapat berupa : a) bantuan materi, seperti perlengkapan yang dibutuhkan dalam pengelolaan koperasi, sehingga cara pengelolaannya semakin hari semakin maju dengan cara mencontoh pengelolaan koperasi yang ditangani dengan peralatan yang sudah lengkap; b) mengikutsertakan pengu-rusnya dalam pertemuan - pertemuan dan seminar (bagi Sekolah Menengah Atas) tentang koperasi, guna mengembangkan pemikiranpemikiran baru, sehingga wa-wasan para pengurus tentang pengelo-laan koperasi sekolah makin bertambah; c) mengundang para pakar koperasi un-tuk memberikan penjelasan dan penyulu-han kepada pengelola tentang caracara praktis mengelola koperasi sampah; d) bekerja sama dengan UMKM yang ada dilingkungan sekitar sekolah sehingga produk – produk yang dihasilakan men-jadi lebih mudah untuk dipasarkan. Untuk mewujudkan koperasi sampah yang baik, maka pengelolaan kope-rasi yang dilakukan oleh siswa bera-da di bawah bimbingan, penyuluhan, dan pengawasan guru Pembina kope-rasi yang diangkat oleh kepala sekolah.

Penutup

Lingkungan sekolah yang bersih, sehat serta indah akan menudukung kegiatan proses belajar mengajar di sekolah se-hingga sekolah mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas. Namun untuk menciptakan lingkungan yang bersih, sehat serta indah tidaklah mudah. Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran siswa untuk membuang sampah pada tempatnya. oleh karean itu dibutuhkan wadah untuk mengatasi permasala-han tersebut. Solusinya adalah dengan membentuk koperasi sampah. Hal ini dirasa sangat penting karena bukan han-ya sebagai tempat belajar siswa tetapi juga sebagai tempat menabung siswa. *) Penulis adalah guru SMK Negeri 1 Tebing Tinggi

Menciptakan Kebersihan Lingkungan Sekolah

Melalui Koperasi Sampah

Oleh : Fajar Efendi Daulay,S.Pd

(20)

ESA HILANG DUA TERBILANG

Kartini Dan Percaturan Politik

Oleh : Drg. Dina Kamarina,MKes

Memaknai refleksi

kelahiran RA Kartini yang diperingati setiap tang-gal 21 April sebagai tokoh nasional yang dikenal sangat getol memperjuangkan gerakan emansipasi wanita di Indonesia, sepintas lalu merupakan dogma yang nyaris tanpa kritik sejak memoar be-liau tertuang dengan tinta emas dalam lembaran sejarah kemerdekaan Indone-sia. Bukan hanya wanita, pria bahkan waria pun sampai detik ini meyakini derap kemajuan emansipasi wanita In-donesia dicapai berkat gerakan eman-sipasi yang dipelopori RA Kartini. Pada dasarnya dalam memaknai seman-gat Kartini tidak hanya sebatas pada momentum tanggal 21 April, tetapi bagaimana kita mampu mengaplikasikan semangat Kartini dalam aktivitas kita sehari-hari dalam membentuk karakter pribadi sebagai bangsa Indonesia, serta menjujung tinggi perjuangan, dan meng-hargai kesetaraan antar sesama. Hal ini juga diharapkan dapat menjadi momen-tum peningkatan peran perempuan dalam berbagai bidang sehingga dapat ikut ber-peran serta dalam pembangunan nasion-al. Perjuangan Kartini merupakan cikal-bakal gerakan emansipasi wanita dalam mewujudkan kesetaraan gender dalam kehidupan sosial, pendidikan, ekonomi dan kehidupan berbangsa dan bernegara. Kartini yang mewarisi semangat 'Habis Gelap Terbitlah Terang' telah mendo-brak keterbelengguan kaum perempuan, dan mengajarkan semangat emansipasi wanita. Sehingga saat ini perempuan Indonesia pun telah memiliki kemajuan dalam hal emansipasi. Antara lain bi-dang politik. Yakni terkait adanya pera-turan Komisi Pemilihan Umum menge-nai calon anggota legislatif perempuan minimal 30 persen merupakan salah satu kemajuan bagi kaum wanita. Oleh kare-nanya partisipasi kaum perempuan mem-perjuangkan keterwakilannya di lem-baga legislatif merupakan wujud nyata meneruskan perjuangan RA Kartini se-bagai pelopor kebangkitan perempuan di Indonesia. Ini merupakan tantangan bagi kaum perempuan agar dapat berkarya di bidang politik, dengan mencotoh ke-cerdasan Raden Ajeng Kartini meskipun

di masa dahulu akses perempuan untuk terjun di berbagai sektor sangatlah sulit. Ada dua momentum besar bagi per-empuan Indonesia pada April 2014 ini, yaitu pemilu legislatif yang baru mereka lewati dan peringatan Hari Kartini. Pas-tilah ia bangga menyaksikan perempuan Indonesia kini tak hanya berpendidikan tapi juga mengisi panggung politik yang selama ini didominasi laki-laki. Namun Kartini juga sedih melihat sebagian ka-umnya kini kecewa karena gagal men-jadi wakil rakyat. Penghitungan suara menunjukkan keberhasilan caleg laki-laki jauh lebih besar ketimbang perem-puan. Padahal menjelang Pemilu 2014 muncul optimisme. Hal itu mendasarkan peningkatan persentase jumlah caleg perempuan dibandingkan dengan pemilu sebelumnya, yaitu dari 30% pada Pemilu 2009 menjadi 37% pada Pemilu 2014. Antusiasme perempuan pun terlihat dari kesemarakan pemasangan poster dan bal-iho menampilkan wajah caleg perempuan di tepi jalan dan tempat-tempat strategis. Desakan pemerintah lewat UU tentang Pemilu yang mengamanatkan parpol peserta pemilu menyertakan 30% caleg perempuan dalam daftar caleg supaya

lolos verifikasi, ternyata berjalan efektif.

Sayang, peningkatan jumlah caleg per-empuan belum diiringi dengan makin besarnya peluang elektabilitas mereka. Dalam pemilu legislatif, kebanyakan pemilih, bahkan pemilih perempuan, lebih menaruh kepercayaan kepada caleg laki-laki. Caleg perempuan yang sudah populer di masyarakat tentu mu-dah mendapat suara. Namun bagaimana dengan caleg perempuan pendatang baru yang belum dikenal masyarakat. Tidak seharusnya caleg perempuan yang gagal menjadi wakil rakyat terus berse-dih. Masih ada cara lain untuk menjadi pejuang aspirasi. Salah satunya terlibat dalam forum musyawarah pemban-gunan (musrenbang) dari level desa hingga kota. Selama ini, keterlibatan perempuan dalam forum musrenbang masih kecil. Hampir seluruh anggota forum itu adalah laki-laki. Padahal fo-rum ini sangat strategis mengingat membahas persoalan pembangunan

dan hajat hidup masyarakat sehari-hari. Kaum perempuan yang oleh masyarakat dikonstruksikan dekat dengan pemenu-han kebutupemenu-han hidup sehari-hari (pe-layanan kesehatan, ketersediaan air bersih, akses jalan yang baik, pendidi-kan) jarang dilibatkan dalam forum musrenbang. Akibatnya, prioritas pem-bangunan diputuskan oleh mayoritas laki-laki yang mungkin tidak sepe-nuhnya paham terhadap kebutuhan per-empuan. Padahal keterlibatan perem-puan dalam forum itu tidak kalah mulia dibanding berebut kursi wakil rakyat. Partisipasi mereka dalam organisasi-organisasi perempuan menjadi solusi lain. Organisasi perempuan dengan berbagai ragam kegiatannya (ekonomi, pendidikan, sosial, budaya, dan seba-gainya) bisa berperan sebagai kelompok kepentingan atau kelompok penekan. Dalam konteks ini, aktivis perempuan bisa memberda¬yakan organisasi yang ia pimpin atau ia ikuti untuk mem-perjuangkan kepentingan perempuan. Selain itu, membiasakan diri berha-dapan dengan pemerintah dan publik. Cerita kegalauan aktivis perempuan di beberapa negara Amerika Latin patut menjadi pelajaran. Mereka, aktivis gera-kan perempuan, belagera-kangan ini memilih jalan memperjuangkan kepentingan perempuan lewat cara menjadi anggota parlemen. Namun bukannya kesuksesan yang diperoleh, melainkan kekecewaan akibat patriakalisme yang masih kuat di parlemen. Akibatnya, mereka su-lit berjuang dan berakhir dengan frus-trasi. Mereka akhirnya memutuskan kembali bergerak di jalur nonparlemen. Politik pencitraan juga perlu terus dikembangkan. Adalah mustahil ber-mimpi menjadi wakil rakyat ketika publik tidak mengenal siapa dan apa yang telah dikerjakan oleh caleg. Di sinilah saatnya perempuan perlu terus meningkatkan prestasi sekaligus kon-tinu mempromosikan melalui berbagai aktivitas sosial, budaya, dan ekonomi. Bidang-bidang tersebut sangat dekat dengan kehidupan perempuan sehingga bisa menjadi modal dasar kuat untuk mengembangkan potensi perempuan.

(21)

ESA HILANG DUA TERBILANG

PAWAI TA’ARUF DALAM RANGKA MTQ KOTA TEBING TINGGI TAHUN 2014

(22)

ESA HILANG DUA TERBILANG

GEBYAR GENRE

“ IKRAR MENUNDA USIA PERKAWINAN “

(23)

ESA HILANG DUA TERBILANG

PERINGATAN HARI KARTINI

(24)

ESA HILANG DUA TERBILANG

MALAM KESENIAN KOTA TEBING TINGGI DI PRSU

(25)

ESA HILANG DUA TERBILANG

Malam Kesenian Kota Tebing Tinggi Di PRSU

ESA HILANG DUA TERBILANG

(26)

ESA HILANG DUA TERBILANG

PENUTUPAN MTQ KOTA TEBING TINGGI TAHUN

(27)

ESA HILANG DUA TERBILANG

L E N S A P E M K O

(28)

ESA HILANG DUA TERBILANG

WALIKOTA TEBING TINGGI SIDAK TPS PADA PEMILU 9 APRIL 2014

(29)

ESA HILANG DUA TERBILANG

WALIKOTA TEBING TINGGI TINJAU KIOS PASAR SAKTI

(30)

ESA HILANG DUA TERBILANG

Tari Dulang Jadi Unggulan Pariwisata Tebing Tinggi

‘Tari Dulang’ yang merupakan tari tradisional etnis Melayu sebagai peninggalan

sejarah Kerajaan Padang di Kota Tebing Tinggi saat ini hampir punah keberadaannya. Ke depan, Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan

Pariwisata (Dispora Budpar) setempat akan menjadikan tarian etnis Melayu itu sebagai ikon wisata daerah.

Untuk melestarikan ‘Tari Dulang’ sebagai ikon pariwisata daerah, dalam pertunjukan pekan budaya di Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU) Tebing Tinggi akan menyuguhkan Tari Dulang yang dicampur dengan opera pentas seni dari Kelompok Pertunjukan Rakyat (Petra) den-gan judul ‘Gara-Gara Cempedak’. “Tari Dulang sudah ada sejak ratu-san tahun lalu yakni pada masa ke-jayaan Kerajaan Padang, ke depan Disporabudpar akan melestarikan-nya dengan menjadikan Tari Du-lang sebagai ikon wisata di Kota

Tebing Tinggi”, jelas Kadis Pemuda Olahraga Budaya Parawisata (Dis-porabudpar) Kota Tebing Tinggi H Azhar Efendi Lubis SE didamp-ingi Kabid Kebudayaan dan Par-awisata Kartini SPd serta Ketua Dewan Kesenian Kota Tebing Tinggi Zubaidah SPd, Selasa (1/4). Tari Dulang pada zaman dahulu, ditampilkan di kerajaan ketika ada kegiatan besar kerajaan seperti acara malam berinai (upacara berinai bo-sar), saat malam putera bangsawan berkhitan serta rangkaian penaba-lan nama maharaja. “Tari Dupenaba-lang di mainkan oleh tiga orang pria dengan di iringi oleh musik alunan melayu kuno”, papar Azhar Efendi. Menurut dia, Tari Dulang ditarikan oleh Tok Pawang (Pawang kerjaan) dengan diiringi oleh bentaro kiri, bentaro kanan yang semuanya ada-lah pria dan Tok Pawang langsung memimpin tarian tersebut. “Dalam Tari Dulang ini dipakai beberapa gerak klasik melayu yaitu duli, sila, rebah dan sila pacak. Tari Dulang di yakini juga untuk memanggil kekua-tan gaib dari Lapan Petalo yang

ber-semayam di alam gaib dengan istilah sebutan Pauh Sijonggi”, kisahnya. Dalam tari ini, tiga orang laki-laki yang menari menggunakan dulang (sejenis nampan berkaki), inai, de-lapan buah piring, enam buah dian atau lilin. Tari ini memang dahulu sangat berbau dengan mistis dan Tari Dulang di iringi nyanyian pemujaan terhadap Lapan Petalo bersemanyam di Pauh Sijonggi dan nyanyian pu-jaan ini disebut ‘Sinandung Dulang’ dengan iringan beberapa musik sep-erti gendang, bangsi, musik gesek dan alat lainnya. “Tari Dulang asli dari Kota Tebing Tinggi di masa ke-jayaan Kerajaan Padang, ini harus dilestarikan sebagai ikon parawista dan budaya”, ujar Azhar Efendi. Selain Tari Dulang, dalam kegia-tan malam budaya dari Kota Tebing Tinggi nantinya juga akan di gelar beberapa tarian dan lagu-lagu dae-rah seperti lagu Tolu Sahudulan dari Batak Simalungun dan Ho-ras Sabu-saburan dari Batak Toba. Dendang melayu Tebing Tinggi idolaku, tarian etnik, teater, tarian mayebe eme, keroncong semalam di Tebing Tinggi, lagu rere dan sito-gol, tari zapin asmara dengan lagu penutup berjudul atenang-atenang. “Banyak kesenian dan budaya yang ditampilkan pada kegiatan malam budaya di PRSU nantinya, kita men-gadopsi semuanya karena Tebing Tinggi dihuni oleh seluruh etnis agama, budaya, suku”, paparnya. Mengapa Tari Dulang menjadi prior-itas, karena Tari Dulang merupakan tonggak sejarah kebudayaan melayu kuno yang ada di Tebing Tinggi, maka sejarah budaya ini harus terus di lestarikan agar kelak anak cucu di Kota Tebing Tinggi bisa mengetahui apa itu Tari Dulang. “Kita berharap Tari Dulang bisa di gemari serta di sukai oleh pengunjung PRSU, kare-na tarian ini termasuk unik dan jarang ada ditemukan”, kata Azhar Efendi.

**.Tomy Keterangan gambar :

TARI DULANG “Tiga orang pria sedang membawakan ‘Tari Dulang’ dengan propeti lilin, piring dan nampan berkaki. Tarian etnis Melayu yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu itu akan dijadikan sebagai ikon wisata daerah”.

(31)

ESA HILANG DUA TERBILANG

Malam Pentas Seni Budaya Tebing Tinggi

Di PRSU Meriah

Malam Pageleran

Pentas Seni Budaya Kota Tebing Tinggi di arena Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU), Sabtu malam (5/4), berlangsung meriah menampilkan berbagai atrak-si tarian etnik budaya untuk mem-promosikan lintas budaya daerah. Atraksi seni budaya dimulai dari tari persembahan, tarian tor-tor Batak Toba dan Simalungun, Melayu dan tarian Bali. itu bagai terhipnotis den-gan penampilan opera yang dimain-kan oleh Petra Kota Tebing Tinggi Sedangkan yang menjadi andalan adalah persembahan Tarian Dulang yang hampir punah pada masa ke-jayaan Kerajaan Padang di Kota Tebing Tinggi. Ribuan pononton yang memadati pentas malam budaya dengan judul 'Gara-Gara Cempedak'.

Bukan itu saja, lagu Melayu ciptaan dari putera Kota Tebing Tinggi hasil karya Ismail Budiman yang berjudul ‘Tebing Tinggi Idola’ dan ‘Semalam Di Tebing Tinggi’ turut menam-bah kagum para penonton, karena tema lagu tersebut menceritakan Kota Tebing Tinggi yang tidak sep-erti dulu lagi dengan penataan Kota sekarang menjadi semakin indah. Walikota Tebing Tinggi Ir H Umar Zunaidi Hasibuan mengatakan, malam seni budaya adalah dalam rangka promosi daerah dan men-genalkan Tebing Tinggi pada bidang pariwisatanya, yaitu mendorong in-vesitasi nasional dan internasional untuk datang ke Kota Lemang. “Kita berharap Tebing Tinggi akan lebih dikenal diluar melalui budayanya

yang multi etnis, mari kita jadikan Tebing Tinggi menjadi kota yang ten-tram dan damai dengan memajukan seni budaya bangsa”, papar Umar. Berbagai suguhan penampilan seni lintas etnis itu merupakan binaan dari Dinas Pemuda Olahraga Budaya dan Pariwisata (Disporabudpar) Kota Tebing Tinggi khususnya Bidang Budaya dan Pariwisata yang men-didik seniman-seniman muda untuk menjadi lebih baik dan berprestasi. “Diharapkan kegiatan ini bisa men-gantisipasi serta mencegah narkoba dan pergaulan bebas dikalangan anak remaja, makanya perlu di-lakukan peningkatan kesadaran na-sional bagi pemuda”, ujar Kabid Budaya dan Pariwisata, Kartini S.Pd disela-sela acara tersebut.**Aswin

Keterangan gambar :

MALAM PENTAS SENI “Terlihat para seniman penari binaan Disporabudpar Kota Tebing Tinggi menampilkan Tarian Bali dan Tari Dulang pada malam budaya pentas seni di Pekan Raya Sumatera Utara”.

(32)

ESA HILANG DUA TERBILANG

P E M K O K I TA

Keterangan gambar :

GOTROY MASSAL “Lurah Mekar Sentosa HM Hasbie Ashshiddiqi MM (kaos biru tangan panjang) bersama-sama dengan warga melakukan kegiatan gotong royong massal yang digelar bekerjasama dengan Dinas Kebersihan dan

Ratusan warga Kelurahan

Mekar Sentosa Kecamatan

Rambutan Kota Tebing Tinggi

melakukan gotong royong

massal bersama Dinas

Kebersihan dan Pertamanan

(DKP) setempat, Minggu

(6/4).

Gotroy yang melibatkan kaum lanjut usia (lansia) itu difokuskan pada semua lingkungan dan dititik beratkan di Ja-lan Bukit Cermin hingga kantor lurah. Lurah Mekar Sentosa HM Hasbie Ashshiddiqi MM menjelaskan, ke-bersihan lingkungan adalah prioritas utama disamping juga untuk men-umbuhkan semangat kebersamaan melalui gerakan gotong royong mas-sal. Apalagi saat ini Walikota Tebing Tinggi Ir H Umar Zunaidi Hasibuan begitu konsern dalam hal kebersihan. “Melansir hadits Rasulullah berbunyi ‘Annazhofatu minal Iman’ bahwa ke-bersihan adalah sebahagian dari

tanda-tanda orang beriman, untuk menum-buhkan kesadaran akan pentingnya kebersihan, kami membuat himbauan dan spanduk di sekitar pasar kaget (lokasi jualan setiap hari Minggu) yang telah lama dijadikan untuk ber-jualan oleh masyarakat yang umumn-ya pendatang dari luar”, ujar H Hasbie. Pada kesempatan itu, Hasbie juga menghimbau masyarakat mela-lui spanduk-spanduk yang berbu-nyi, ‘Lurah dan Masyarakat Mekar Sentosa mendukung Pemilu yang Bersih, namun kami juga meng-harapkan kawasan (pasar kaget) ini bersih dan Asri, berjualan/mencari nafkah adalah ibadah, namun men-jaga kebersihan dan membuang sampah pada tempatnya juga ibadah’. “Kita berharap melalui spanduk dan himbauan tersebut, para pedagang ‘pasar kaget’ yang membuka lapak jualan setiap hari Minggu hingga malam hari disepanjang Jalan Gunung Arjuna dan masyarakat di kelurahan Mekar Sentosa semakin tumbuh ke-sadarannya untuk menjaga kebersihan

lingkungan serta lebih mempererat semangat kebersamaan melalui go-tong royong massal”, harap H Hasbie. Menurut Lurah Mekar Sentosa, saat ini masyarakat di kelurahan itu sudah mu-lai menyadari akan pentingnya hidup bersih, “Alhamdulillah kesadaran war-ga Mekar Sentosa untuk hidup bersih semakin tinggi, ini terlihat terkadang tanpa di komando/perintah mereka secara suka rela hampir tiap minggu pagi membersihkan parit dan peka-rangan rumah mereka”, tutur Hasbie. Kadis Kebersihan dan Pertamanan di-wakili Kabid Kebersihan Zubir Husni Harahap yang ikut hadir dalam go-tong royong massal tersebut menga-takan, Pemko Tebing Tinggi melalui Dinas Kebersihan memberikan apre-siasi dengan kegiatan gotong royong yang digagas oleh Lurah Mekar Sen-tosa, apalagi menjelang turunnya tim penilai Adipura ke kota itu. “Kita tidak tahu kapan datangnya (tim pe-nilai Adipura), tapi yang pasti, kita harus tetap menjaga agar kota kita ini tetap bersih”, cetusnya.** Agung

Referensi

Dokumen terkait

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 5 Tahun 1999 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (Lembaran

Tantangan utama pencapaian MDGs bidang kesehatan adalah bagaimana pemerintah dapat menerjemahkan komitmen dan kebijakan intervensi efektif yang sudah tersedia menjadi program

Reaksi antara senyawa merkuri dengan NaBH4 atau SnCl2 dalam keadaan asam akan membentuk gas atomik Hg. Jumlah Hg yang terbentuk sebanding dengan absorbansi Hg yang dibaca

Berdasarkan hasil penelitian dapat di- ketahui bahwa keterampilan dasar konseling (KDK)yang dikuasai konselormempunyai hu- bungan yang signifikan terhadap minat siswa dalam

Sebab bukti yang sah ten- tunya dalah suatu bukti tertulis yang autentik yang menerangkan tentang suatu hal, agar hal tersebut mempu- nyai dasar kekuatan hukum

Untuk semua teman Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya angkatan 2009 dan sahabat-sahabatku yang selalu memberikan semangat dengan

482/PK/Pdt/2014 yang me- menangkan pihak pembeli sedangkan pemilik tanah sesungguhnya hanya diarahkan untuk menuntut penjual dengan meminta hasil penjualan yang dilakukan

Penelitian ini menggunakan software Oasis Montaj, MagMap, SonarWiz, dan C- Max untuk mengolah data kemagnetan dan image yang dihasilkan side scan sonar sehingga