• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Pancasila Dalam Pendidikan dan Unt

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peran Pancasila Dalam Pendidikan dan Unt"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Peran Pancasila Dalam Pendidikan dan Untuk

Menumbuhkan Rasa Nasionalisme

Disusun Oleh: Hizkia Nurul Amin NIM.11160150000051

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

ABSTRAK

Hizkia Nurul Amin. 11160150000051. Peran Pancasila dalam Pendidikan dan Menumbuhkan Rasa Nasionalisme Jakarta: Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran Pancasila dalam pendidikan dan menumbuhkan rasa nasionalisme dalam kalangan masyarakat maupun mahasiswa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah observasi dan wawancara.

Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini adalah Pancasila memiliki peran penting dalam pendidikan untuk menumbuhkan rasa nasionalisme. Dengan adanya Pancasila dalam pendidikan bisa membantu membentuk moral atau sikap generasi muda saat ini yang sudah terbawa arus globalisasi. Dan juga dalam menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta kepada bangsa Indonesia. Indonesia mempunyai beragam macam ras, suku, dan budaya, dengan adanya Pancasila mempunyai peran juga untuk menumbuhkan rasa toleransi terhadap sesama masyarakat.

(3)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji Syukur atas segala nikmat , iman, sehat dan daya serta upaya yang telah Allah SWT berikan. Berkat rahmat dan Hidayah-Nya lah kami mampu menyelesaikan karya ilmiah ini yang berjudul “Peran Pancasila Dalam Pendidikan dan Menumbuhkan Rasa Nasionalisme”. Karya ilmiah ini disusun untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Pancasila.

Tersusunnya karya ilmiah ini tak lepas dari bantuan dan dukungan yang diberikan oleh orang-orang yang berada disekitar saya. Maka, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua saya yang telah memberikan dukungan. Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam karya ilmiah ini,maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun penulis harapkan sebagai sarana evaluasi kesempurnaan dalam penulisan tugas karya ilmiah ini. Mudah-mudahan karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembelajaran Pancasila dan bagi seluruh pembaca Aamiin.

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.

Ciputat, Desember 2016

(4)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ...ii

BAB I Pendahuluan ... 1

A. Pendahuluan ... 1

B. Rumusan Masalah ... 1

C. Tujuan ... 2

BAB II Pembahasan ... 3

A. Sejarah Pancasila... 3

B. Pengertian Nasionalisme... 4

C. Pancasila Dalam Pendidikan... 7

D. Pengaruh Globalisasi terhadap Nilai Nasionalisme dikalangan Generasi Muda...9

E. Peran Pancasila untuk Menumbukan Nilai Nasionalisme dikalangan Generasi Muda BAB III Metodelogi Penelitian ... 11

A. Metode Penelitian... 11

B. Sumber Data... 11

(5)

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Salah satu permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia dewasa ini adalah memudarnya semangat nasionalisme dan patriotisme di kalangan generasi muda. Hal ini disebabkan banyaknya pengaruh budaya asing yang banyak masuk di negara kita, akibatnya banyak generasi muda yang melupakan budaya sendiri karena menganggap bahwa budaya asing merupakan budaya yang lebih modern dibanding budaya bangsa sendiri. Hal ini berakibat nilai-nilai luhur bangsa banyak diabaikan hampir terjadi disebagian besar generasi muda.

Globalisasi merupakan proses tatanan masyarakat yang tidak mengenal batas wilayah. Globalisasi dapat mempengaruhi kehidupan berbangsa dan bernegara baik secara langsung maupun tidak langsung. Globalisasi tidak hanya menjadi tantangan, tetapi juga sekaligus merupakan peluang untuk lebih mengetahui kehidupan lain di berbagai belahan dunia.

Globalisasi tentunya membawa dampak bagi kehidupan suatu negara termasuk Indonesia. Dampak globalisasi tersebut meliputi dampak positif dan negatif di berbagai bidang kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan budaya yang akan berpengaruh pada semangat mewujudkan nilai-nilai nasionalisme bangsa.

Semangat nasionalisme merupakan salah satu modal utama yang harus dimiliki bangsa Indonesia dalam menghadapi ancaman-ancaman ketahanan nasional terutama globalisasi. Disadari atau tidak, nasionalisme bangsa memberikan pengaruh yang besar bagi kemajauan suatu bangsa tersebut.

Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara merupakan hasil kesepakatan bapak pendiri bangsa ketika negara Indonesia didirikan, dan hingga sekarang di era globalisasi, negara Indonesia tetap berpegang teguh kepada pancasila sebagai dasar negara. Sebagai dasar negara, Pancasila harus menjadi acuan negara dalam menghadapi berbagai tantangan global dunia yang terus berkembang.

(6)

Sehubungan hal tersebut, generasi muda sebagai pilar bangsa diharapkan memiliki jiwa patriotisme dan nasionalisme dengan tetap bertahan pada nilai-nilai budaya bangsa Indonesia meskipun banyak budaya asing masuk di negara Indonesia. Dengan berlandaskan Pancasila diharapkan pengaruh budaya asing bisa disaring sehingga generasi muda bisa menjadi generasi yang benar-benar cinta pada tanah air Indonesia apapun keadaanya.

Untuk memahami kaitan antara Pancasila dan nasionalisme bangsa, maka karya ilmiah ini berusaha menjelaskan terlebih dahulu mengenai sejarah Pancasila, pengertian nasionalisme, pengaruh globalisasi serta peranan Pancasila dalam menumbuhkan rasa nasionalisme di kalangan generasi muda Indonesia di era globalisasi.

B. Rumusan Masalah

a. Bagaimana sejarah Pancasila? b. Apa pengertian Nasionalisme?

c. Bagaimana Pancasila dalam pembelajaran?

d. Apa pengaruh globalisasi terhadap nilai nasionalisme dikalangan generasi muda?

e. Apa peran Pancasila untuk menumbuhkan nilai nasionalisme dikalangan generasi muda?

C. Tujuan

a. Mengetahui sejarah Pancasila

b. Mengetahui pengertian nasionalisme c. Mengetahui Pancasila dalam Pembelajaran

d. Mengetahui pengaruh globalisasi terhadap nilai nasionalisme dikalangan generasi muda

(7)

BAB II

Pembahasan

A. Sejarah Pancasila

- Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia

Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau (Jepang: Dokuritsu Junbi Cosakai atau dilafalkan Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai) adalah sebuah badan yang dibentuk oleh pemerintah pendudukan balatentara Jepang pada tanggal 29 April 1945 bertepatan dengan hari ulang tahun Kaisar Hirohito. Badan ini dibentuk sebagai upaya mendapatkan dukungan bangsa Indonesia dengan menjanjikan bahwa Jepang akan membantu proses kemerdekaan Indonesia. BPUPKI beranggotakan 63 orang yang diketuai oleh Radjiman Wedyodiningrat dengan wakil ketua Hibangase Yosio (orang Jepang) dan R.P. Soeroso.

Pada tanggal 7 Agustus 1945, Jepang membubarkan BPUPKI dan membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau (Jepang: Dokuritsu Junbi Inkai) dengan anggota berjumlah 21 orang sebagai upaya pencerminan perwakilan etnis [1]terdiri berasal dari 12 orang dari Jawa, 3 orang dari Sumatra, 2 orang dari Sulawesi, 1 orang dari Kalimantan, 1 orang dari Nusa Tenggara, 1 orang dari maluku, 1 orang dari Tionghoa.

- Rapat Pertama

Rapat pertama diadakan di gedung Chuo Sangi In di Jalan Pejambon 6 Jakarta yang kini dikenal dengan sebutan Gedung Pancasila. Pada zaman Belanda, gedung tersebut merupakan gedung Volksraad, lembaga DPR pada jaman kolonial Belanda.

Rapat dibuka pada tanggal 28 Mei 1945 dan pembahasan dimulai keesokan harinya 29 Mei 1945 dengan tema dasar negara. Pada rapat pertama ini terdapat 3 orang yang mengajukan pendapatnya tentang dasar negara.

Pada tanggal 29 Mei 1945, Mr. Muhammad Yamin dalam pidato singkatnya mengemukakan lima asas yaitu:

(8)

2. Peri Ke- Tuhanan

3. Kesejahteraan Rakyat

4. Peri Kemanusiaan

5. Peri Kerakyatan

Pada tanggal 31 Mei 1945, Prof. Dr. Mr. Soepomo mengusulkan lima asas yaitu:

1. Persatuan

2. Mufakat dan Demokrasi

3. Keadilan Sosial

4. Kekeluargaan

5. Musyawarah

Pada tanggal 1 Juni 1945, Soekarno mengusulkan lima asas pula yang disebut Pancasila yaitu:

1. Kebangsaan Indonesia

2. Internasionalisme dan Peri Kemanusiaan

3. Mufakat atau Demokrasi

4. Kesejahteraan Sosial

5. Ketuhanan yang Maha Esa

Kelima asas dari Soekarno disebut Pancasila yang menurut beliau bilamana diperlukan dapat diperas menjadi Trisila atau Tiga Sila yaitu:

a. Sosionasionalisme

b. Sosiodemokrasi

(9)

Bahkan masih menurut Soekarno, Trisila tersebut di atas bila diperas kembali disebutnya sebagai Ekasila yaitu merupakan sila gotong royong merupakan upaya Soekarno dalam menjelaskan bahwa konsep tersebut adalah dalam satu-kesatuan. Selanjutnya lima asas tersebut kini dikenal dengan istilah Pancasila, namun konsep bersikaf kesatuan tersebut pada akhirnya disetujui dengan urutan serta redaksi yang sedikit berbeda.

Sementara itu, perdebatan terus berlanjut di antara peserta sidang BPUPKI mengenai penerapan aturan Islam dalam Indonesia yang baru.

- Masa antara Rapat Pertama dan Kedua

Sampai akhir rapat pertama, masih belum ditemukan kesepakatan untuk perumusan dasar negara, sehingga akhirnya dibentuklah panitia kecil untuk menggodok berbagai masukan. Panitia kecil beranggotakan 9 orang.

Setelah melakukan kompromi antara 4 orang dari kaum kebangsaan (nasionalis) dan 4 orang dari pihak Islam, tanggal 22 Juni 1945 Panitia Sembilan kembali bertemu dan menghasilkan rumusan dasar negara yang dikenal dengan Piagam Jakarta (Jakarta Charter) yang berisikan:

a. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya

b. Kemanusiaan yang adil dan beradab

c. Persatuan Indonesia

d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan

e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

(10)

telah sepakat bahwa kemerdekaan bangsa akan diisi nilai-nilai yang telah ada dalam budaya bangsa, kemudian disebut nilai-nilai Pancasila.

Penetapan Pancasila sebagai dasar negara dapat dikatakan mulai pada masa orde lama, tanggal 18 Agustus 1945 sehari setelah Indonesia baru memproklamirkan diri kemerdekaannya. Apalagi Soekarno akhirnya menjadi presiden yang pertama Republik Indonesia

Walaupun baru ditetapkan pada tahun 1945, sesungguhnya nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila disarikan dan digali dari nilai-nilai budaya yang telah ada dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Pencetus dan penggali Pancasila yang pertama adalah Soekarno sendiri. Sebagai tokoh nasional yang paling berpengaruh pada saat itu, memilih sila-sila yang berjumlah 5 (lima) yang kemudian dinamakan Pancasila dengan pertimbangan utama demi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke.

Pancasila yang merupakan dasar dan ideologi negara dan bangsa wajib diimplementasikan dalam seluruh aspek kehidupan bernegara. Dalam mewujudkan Pancasila melalui kebijakan ternyata tidaklah mulus, karena sangat dipengaruhi oleh pimpinan yang menguasai negara, sehingga pengisian kemerdekaan dengan nilai-nilai Pancasila menampilkan bentuk dan diri tertentu.

B. Pengertian Nasionalisme

Nasionalisme adalah paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri serta kesadaran anggota dalam suatu bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabdikan identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa.

Nasionalisme menurut pendapat para ahli adalah sebagai berikut :

(11)

2. Otto Bauer mengatakan bahwa nasionalisme adalah kesatuan perasaan dan perangai yang timbul karena persamaan nasib, contohnya nasionalisme negara-negara Asia.

3. Menurut Hans Kohn nasionalisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi inividu harus diserahkan kepada negara kebangsaan dan bangsa.

4. Louis Snyder mengemukakan nasionalisme adalah hasil dari faktor-faktor politis, ekonomi, sosial dan intelektual pada suatu taraf tertentu dalam sejarah. Sebagai contoh adalah timbulnya nasionalisne di Jepang.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa nasionalisme adalah kecintaan alamiah terhadap tanah air, kesadaran yang mendorong untuk membentuk kedaulatan dan kesepakatan untuk membentuk negara berdasar kebangsaan yang disepakati dan dijadikan sebagai pijakan pertama dan tujuan dalam menjalani kegiatan kebudayaan dan ekonomi.

C. Pancasila dalam Pendidikan

Perkembangan era globalisasi yang nampak begitu cepat turut mempengaruhi kehidupan bangsa indonesia. Tak mau ketinggalan, segala kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang ada dan baru senantiasa berusaha diikuti oleh bangsa Indonesia. Keinginan kita untuk selalu maju agaknya tak sedikit berdampak dan membawa pengaruh bagi bangsa ini. Baik itu berupa dampak positif maupun negatif.

(12)

Pertama, dalam lembaga pendidikan informal seperti keluarga. Keluarga merupakan jenjang pendidikan yang pertama dan utama bagi anak. Ini berarti, bagaimana karakter anak berkembang nantinya bergantung dari pola asuh yang diterapkan di rumah. Apakah pola asuh yang memberi kebebasan pada anak, pola asuh yang mewajibkan anak untuk selalu patuh, atau pola asuh antara orangtua dan anak saling mengerti tanggungjawab, hak dan kewajiban masing-masing. Selanjutnya untuk menanamkan moral yang baik pada anak, orang tua juga harus memiliki karakter yang tentu saja lebih baik terlebih dahulu. Dengan begitu orangtua seakan menjadi teladan bagi anak dalam bertindak sehingga anak senantiasa berhati-hati dalam bertingkah laku.

Kedua, dalam ranah lembaga pendidikan formal atau sekolah, peran seorang guru sangat penting dalam membentuk karakter siswanya. Para guru yang merupakan orangtua kedua siswa di sekolah, perlu senantiasa mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila yang sebenarnya. Mulai dari kebiasaan untuk berdoa setiap kegiatan belajar mengajar, saling toleransi antar teman, menumbuhkan sikap peduli sesama, dan tidak membeda- bedakan antara siswa satu dengan siswa lain.

Ketiga, implementasi pendidikan Pancasila di masyarakat tentu dimulai dari sekitar lingkungan rumah. Keberagaman etnis yang ada di masyarakat hendaknya menjadi suatu warna tersendiri bagi mereka, sebagaimana semboyan yang dimiliki bangsa Indonesia yaitu “Bhinneka Tunggal Ika”. Walaupun negara Indonesia terdiri dari beragam suku, namun kerukunan antar seluruh umat tetap perlu dijunjung tinggi.

Nah, mengingat barbagai fenomena moral yang sangat krusial, dunia pendidikan baik itu pendidikan informal, formal maupun non formal hendaknya terus menerus melakukan inovasi dan melakukan perbaikan agar benar-benar bisa menjadi lebih baik dalam menjalankan fungsinya sebagai alat untuk melakukan pengenalan nilai-nilai moral untuk terbentuknya insan yang berkarakter.

(13)

bertaqwa kepada Tuhan yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.1

D. Pengaruh Globalisasi terhadap Nilai Nasionalisme dikalangan Generasi Muda Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan muda. Pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga begitu kuat. Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak anak muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala- gejala yang muncul dalam kehidupan sehari-hari anak muda sekarang.

Dari cara berpakaian banyak remaja-remaja kita yang berdandan seperti selebritis yang cenderung ke budaya Barat. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan yang memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan. Pada hal cara berpakaian tersebut jelas-jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan gaya rambut mereka dicat beraneka warna. Pendek kata orang lebih suka jika menjadi orang lain dengan cara menutupi identitasnya. Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.

Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan dapat diakses oleh siapa saja. Apa lagi bagi anak muda internet sudah menjadi santapan mereka sehari-hari. Jika digunakan secara semestinya tentu kita memperoleh manfaat yang berguna. Tetapi jika tidak, kita akan mendapat kerugian. Dan sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan tidak semestinya. Misal untuk membuka situs-situs porno. Bukan hanya internet saja, ada lagi pegangan wajib mereka yaitu handphone. Rasa sosial terhadap masyarakat menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih sibuk dengan menggunakan handphone.

Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun dan cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Karena globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka

(14)

hati mereka. Contoh riilnya adanya geng motor anak muda yang melakukan tindakan kekerasan yang menganggu ketentraman dan kenyamanan masyarakat.

Berdasarkan analisa dan uraian di atas pengaruh negatif globalisasi lebih banyak daripada pengaruh positifnya. Oleh karena itu diperlukan langkah untuk mengantisipasi pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai nasionalisme.

E. Peran Pancasila untuk Menumbukan Nilai Nasionalisme dikalangan Generasi Muda

Pancasila sejak masa Orde Baru runtuh sampai sekarang ini dianggap sebelah mata oleh masyarakat. Hal ini disebabkan karena penyimpangan yang dilakukan oleh pemerintah dan telah melanggar nilai-nilai dari Pancasila. Penyimpangan terbesar dan yang paling sulit untuk dibasmi adalah masalah KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme), masalah yang seolah-olah sudah menjadi penyakit mendarah daging di Indonesia ini. KKN dilakukan karena kurang adanya rasa nasionalisme dalam bangsa Indonesia tersebut, dan tidak mengamalkan Pancasila dengan baik dan benar.

Sebagai bangsa yang baik harus dapat menentukan mana sesuatu yang baik dan mana yang buruk. Dalam kata lain, tidak boleh melanggar nilai-nilai yang terdapat pada Pancasila. Bangsa yang baik juga harus dapat memisahkan antara kepentingan pribadi dan golongan, dengan kepentingan bersama yakni kepentingan bersama harus didahulukan. Tetapi dalam keseharian, sikap mengutamakan kepentingan bersama sangat susah dan hampir dikatakan mustahil untuk dihapuskan karena masalah pribadi, hubungan pertemanan, relasi, dan hubungan darah merupakan hubungan yang erat dan bahkan dapat mengalahkan rasa nasionalisme terhadap bangsa Indonesia.

Pancasila yang sejak dahulu diciptakan sebagai dasar negara dan sudah sejak nenek moyang kita digunakan sebagai pandangan hidup sudah seharusnya dijadikan pedoman bagi bangsa Indonesia dalam kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasyarakat. Demikian juga bagi generasi muda, Pancasila yang mulai kehilangan pamornya di kalangan generasi muda diharapkan akan muncul kembali kejayaannya jika generasi muda mulai sadar dan memahami fungsi Pancasila serta melaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.

(15)

di kalangan mahasiswa pelajar, banyak mengekor budaya barat dari pada budaya sendiri. Hal ini bisa dilihat dari cara bersikap, berpakaian, berbicara sampai pola hidup yang cenderung meniru budaya asing dari pada budayanya sendiri.

Menurut Rajasa (2007), generasi muda mengembangkan karakter nasionalisme melalui tiga proses yaitu :

1. Pembangun Karakter (character builder) yaitu generasi muda berperan membangun karakter positif bangasa melalui kemauan keras, untuk menjunjung nilai-nilai moral serta menginternalisasikannya pada kehidupan nyata.

2. Pemberdaya Karakter (character enabler), generasi muda menjadi role model dari pengembangan karakter bangsa yang positif, dengan berinisiatif membangun kesadaran kolektif dengan kohesivitas tinggi, misalnya menyerukan penyelesaian konflik.

3. Perekayasa karakter (character engineer) yaitu generasi muda berperan dan berprestasi dalam ilmu pengetahuan dan kebudayaan, serta terlibat dalam proses pembelajaran dalam pengembangan karakter positif bangsa sesuai dengan perkembangan zaman.2

(16)

BAB III

Metodologi Penelitian

A. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan metode penelitian jenis penelitian kualitatif deskriptif, yakni mengumpulkan data secara sistematis dan konsisten, kemudian menyeleksi, membandingkan, menganalisa data dan hasil penelitian berupa data dan informasi yang berkaitan dengan tema yang akan diteliti serta manarasikan untuk mengambil keputusan.

Kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi obyek alamiah. Pendekatan kualitatif ini bersifat luwes, tidak lazim dalam mendifinisikan konsep, serta memberi kemungkinan bagi perubahan-perubahan manakala ditemukan fakta yang lebih mendasar, menarik dan unik bermakna dilapangan.

Penulis berharap melalui pendekatan kualitatif ini dapat menggambarkan dan menganalisis Peran Pancasila dalam pendidikan dan untuk menumbuhkan rasa nasionalisme yang dilakukan mahasiswa dan siswa melalu pelajaran ataupun mata kuliah. Tujuan dari penelitian deksriptif adalah menghasilkan gambaran akurat tentang sebuah kelompok, menggambarkan mekanisme sebuah proses atau hubungan, memberikan gambaran lengkap baik dalam berntuk verbal, menyajikan informasi dasar akan suatu hubungan, menciptakan seperangkat kategori dan mengklasifikasikan subjek penelitian, menjelaskan seperangkat tahapan atau proses, serta untuk menyimpan informasi bersifat kontradiktif mengenai subjek penelitian. B. Sumber Data

(17)

Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif teknik pemilihan informan dalam penelitian ini adalah purposive (bertujuan) sampling yang memberikan keleluasaan kepada peneliti dalam menyeleksi informan yang sesuai dengan tujuan penelitian. Karena purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahai obyek atau situasi sosial yang diteliti.

C. Teknik pengumpulan Data

Untuk pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh secara langsung, sedangkan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Ketika peneliti mengumpulkan data untuk tujuan penelitian ilmiah, kadang-kadang perlu memperhatikan berbagai fenomena, atau menggunakan pengamatan orang lain yang sudah dilatih peneliti terlebih dahulu untuk tujuan tersebut.3

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan observasi non-partisipan karena jauhnya peneliti dan fenomena topik yang diteliti mengurangi bias pengaruh peneliti pada fenomena tersebut. Observasi ini untuk penelitian dan pengamatan sistematis dalam rangka menyimpulkan data dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung terhadap penelitian yang akan diteliti. Metode ini digunakan untuk mengamati Peran Pancasila Dalam Pendidikan dan Menumbuhan Rasa Nasionalisme

2. Wawancara

Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi. Dalam proses ini, hasil wawancara ditentukan oleh beberapa faktor berinteraksi dan memengaruhi arus informasi. Faktor-faktor tersebut adalah pewawancara,

(18)

responden, topik, penelitian yang tertuang dalam daftar pertanyaan, dan situasi wawancara.4

Kelebihan dari instrumen wawancara sebagai berikut:

a. Wawancara mempunyai manfaat besar dalam mengidentifikasi dan mengatasi masalah-masalah kemanusiaan.

b. Wawancara dapat memberikan informasi tambahan untuk memperkuat data yang diperoleh.5

c. Mampu mendeteksi kadar pengertian subjek terhadap pertanyaan yang diajukan. Jika mereka tidak mengerti bisa diantisipasi oleh interviewer dengan memberikan penjelasan.

d. Fleksibel, pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan masing-masing individu.6

4 Sofian Effendi dan Tukiran, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 2012), h.207

5 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012) , Cet. ke-3 h.60

(19)

BAB IV

Hasil Penelitian

1. Pancasila dalam Pendidikan

Pancasila dalam pendidikan sangat penting. Pendidikan adalah investasi jangka panjang, pendidikan adalah tanggung jawab bersama. Bagaimana agar program sekolah bisa efektif dan tepat sasaran untuk anak- anak. Setiap program yang dicanangkan oleh pemerintahan tentunya harus sesuai dengan peraturan yang berlaku di Negara ini, sudah pasti yaitu pancasila yang merupakan sumber dari segala sumber hukum. Sehingga proses pelaksanaannya harus disesuaikan dengan pancasila.

Pancasila dalam pendidikan sangat berperan penting karena pancasila itu sebagai ideologi atau pedoman bangsa ini, Pancasila menggambarkan atau mencerminkan sikap- sikap bangsa Indonesia dan kita harus menerapkan sila- sila yang ada di Pancasila ke dalam kehidupan kita, dan juga adanya Pancasila dapat membentuk moral adab, perilaku dan kepribadian yang sehat, jiwa nasionalisme, rasa toleransi dalam beragama, ras maupun suku.

Dengan adanya Pancasila bisa menambah rasa ingin tahu makna setiap sila-sila Pancasila-sila. Pertama, jika patuh pada tuhan yang maha esa sesuai sila-sila pertama, kita akan mampu menjaga titipan yang diberi tuhan maha esa. Kedua, jika kita patuh pada sila kedua hidup kita pasti akan bertingkah menunjukan perilaku yang beradab, sehingga nasionalisme sesama masyarakat. Ketiga, kita akan hidup untuk saling cinta mencitai satu sama lain, untuk menjaga keutuhan suku, ras dan budaya yang ada di Indonesia sehingga masyarakat memiliki rasa nasionalisme. Keempat, jika masyarakat Indonesia menerapkan atau menjalankan sila keempat, pasti pemimpin negara, menteri- menteri, akan memimpin negeri ini dengan penuh keterbukaan/ transparan dalam prinsip pemerintahannya. Bukan diam- diam banyak pencitraan dan akhirnya terjatuh ke jurang keserakahan. Kelima, hampir sama dengan sla keempat, namun semua aspek negeri ini belum memberikannkeadilan dan kesejahteraan yang merata. Akan tetapi, jika kesadaran semua aspek untuk memeratakan itu (keadilan sosial) didasari dengan benar- benar menyesuaikan sila ke lima Pancasila yaitu masyarakat akan punya rasa nasionalisme dalam membangun negara Indonesia dan saling mensejahterakan atau membantu masyarakat yang kurang mampu.

(20)

Begitupun dengan HAM (Hak Asasi Manusia), tidak semua masyarakat di Indonesia apa itu HAM, atau pun bagaimana cara kerja HAM. Masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak mendapatkan hak nya untuk mengenyam pendidikan karna keterbatasan biaya, dengan itu pemerintahan mengadakan program sekolah gratis 12 tahun yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia, dan mengetahui ideologi Pancasila untuk menerapkan dalam kehidupan sehari- hari.

2. Peran Pancasila untuk Menumbuhkan Nilai Nasionalisme dikalangan Generasi Muda

Peran Pancasila dalam menumbuhkan rasa nasionalisme sangat penting saat ini karna sekarang di zaman modern ini banyak generasi muda yang sudah terbawa arus globalisasi. Pancasila berperan besar dalam menumbuhkan rasa nasionalisme dan patriotisme di kalangan generasi muda. Apapun langkah tindakan yang dilakukan harus selalu didasarkan nilai-nilai Pancasila. Pancasila yang memiliki lima sila yang antara sila satu yang lain saling menjiwai dan dijiwai dan menunjukan satu kesatuan yang utuh, memiliki makna yang sangat dalam untuk menjadi landasan bersikap bertindak dan bertingkah laku. Berbagai tantangan sudah dialamai bangsa Indonesia untuk menggantikan ideologi Pancasila tidak menggoyahkan keyakinan kita bahwa Pancasila yang cocok sebagai dasar negara dan sebagai ideologi sejati di negara Indonesia. Pancasila dijadikan acuan para generasi muda dalam bersikap bertindak dan bertutur kata yang sesuai dengan norma Pancasila.

(21)

bangsa Indonesia. Karenaitu, Pancasila tak bisa terlepas dari tata kehidupan rakyat sehari-hari mengingat Pancasila merupakan pandangan hidup, kesadaran, dan cita-cita moral yangmeliputi seluruh jiwa dan watak yang telah berakar dalam kebudayaan bangsa Indonesia.

(22)

BAB V Penutup A. Kesimpulan

Pancasila adalah ideologi atau pedoman bagi bangsa ini, dan mempunyai peran penting yang sangat penting dalam proses pendidikan di Indonesia. Dengan mempelajari sejarah, peran Pancasila dalam pendidikan untuk membantu menumbuhkan rasa nasionalisme kepada generasi muda yang sudah mengikuti arus globalisasi dan sebenarnya peran pancasila dimasyarakat juga mempunyai peran yang penting juga, seperti menghargai atau menghormati sesama masyarakat walaupun kita berbeda, karena Indonesia memiliki suku, ras dan budaya berbeda- beda. Dengan menerapkan Pancasila dalam kehidupan sehari- hari bangsa ini akan menjadi lebih baik lagi kedepannya.

B. Saran

(23)

DAFTAR PUSTAKA

IT RAPENDIK, “Pentingnya Peran Pendidikan Pancasila Untuk Membangun Generasi Bangsa yang Cerdas dan Bekarakter”diakses dari http://www.rapendik.com/single-

post/2016/03/24/PENTINGNYA-PERANAN-PENDIDIKAN-PANCASILA-UNTUK-MEMBANGUN-GENERASI-BANGSA-YANG-CERDAS-DAN-BERKARAKTER. Pada

tanggal 17 Desember 2016 pukul 16.23

Widya Andiks, “Peranan Pancasila dalam Pendidikan”,diakses dari

http://widyaandiks.blogspot.co.id/2013/12/makalah-peranan-pancasila-dalam.html, pada tanggal 8 Desember 2016 pukul 9.27

Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012) , Cet. ke-3 h.37 dan h.60

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu dari faktor yang mempengaruhi loyalitas pelanggan adalah kualitas layanan. Jika kualitas layanan dari sebuah restoran tidak dapat memenuhi ekspektasi

Untuk pasien yang dikategorikan sebagai pasien yang mendesak atau gawat darurat, pengkajian dilakukan setiap 15 menit / lebih bila perlu.Setiap pengkajian ulang harus

§ Pengetahuan umum tentang industri pariwisata termasuk, peran utama, fungsi dan hubungan diantara sektor yang berbeda tsb, dengan pengetahuan yang lebih rinci tentang topik

Telah kita lihat bahwa keselamatan kita tidak dapat ter-lepas begitu sadja tanpa adanja persekutuan dengan orang2 sutji lainnja, jang dalam beberapa hal jang digambarkan oleh

Penelitian ini menggunakan penerapan klasifikasi berbasis obyek (OBIA) untuk pemetaan zona geomorfologi ekosistem terumbu karang di Pulau Pari.. Penerapan metode OBIA

Fungsi ini digunakan untuk memeriksa hak akses dari user yang melakukan request , apakah user WHUVHEXW PHPSX\DL KDN ³DGPLQ´ DWDX KDQ\D ³XVHU´ Fungsi ini dibuat untuk

Cara penyampaian pelajaran dengan cara satu arah akan menimbulkan kebosanan bagi siswa, karena siswa akan menjadi pasif (bersifat menerima saja) tentang apa yang

Pada grafik 3 menggambarkan bahwa sebagian besar siswa kelas VIII SMP Malidar Bekasi memi- liki tingkat kecenderungan perilaku bullying bera- da dalam kategori sedang yakni sebesar