• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM KONSE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM KONSE"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM

KONSEP PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM AZYUMARDI AZRA

Tugas Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Pemikiran Pendidikan Islam

Dosen pengampu:

La Rajab, M.A

Disusun oleh Kelompok II:

1. Nama :Frida Umi Kulsum

Nim :150301058

2. Nama :Lisna Ekawati

Nim :150301056

3. Nama :Farida Kellian

Nim :150301059

4. Nama :Saipul Abu Salam

Nim :150301057

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) AMBON

(2)

A. Latar Belakang Masalah

Era globalisasi dewasa ini dapat mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat muslim Indonesia pada umumnya, atau pendidikan Islam khususnya pesantren. Argumen panjang lebar tidak perlu dikemukakan lagi, bahwa masyarakat muslim tidak bisa menghindarkan diri dari arus globalisasi tersebut, apalagi jika ingin survive dan berjaya di tengah perkembangan dunia yang kian kompetitif.1

Memang harus diakui bahwa, hingga kini pendidikan Islam masih berada dalam posisi problematik. Di satu sisi, pendidikan Islam belum sepenuhnya bisa keluar dari idealisasi kejayaan pemikiran dan peradaban Islam masa lampau yang hegemonik; sementara di sisi lain, pendidikan Islam juga “dipaksa” untuk mau menerima tuntutan-tuntutan masa kini, khususnya yang datang dari Barat, dengan orientasi yang sangat praktis. Kenyataan tersebut acap kali menimbulkan dualisme dan polarisasi sistem pendidikan.

Kenyataan yang demikian, menurut Azyumardi Azra perlu segera dicarikan solusinya. Menurutnya, dalam pendidikan Islam perlu dikembangkan strategi pendekatan ganda dengan tujuan untuk memadukan pendekatan-pendekatan situasional jangka pendek dengan pendekatan konseptual jangka panjang. Sebab, pendidikan Islam adalah suatu usaha mempersiapkan muslim agar dapat menghadapi dan menjawab tuntutan kehidupan dan perkembangan zaman secara manusiawi. Karena itu, hubungan usaha pedidikan Islam dengan kehidupan dan tantangan itu haruslah merupakan hubungan yang parsial dan bukan hubungan insidental dan tidak menyeluruh. Di sini letak pentingnya sebuah upaya pembenahan dalam sistem pendidikan.

Di sisi lain, Azyumardi Azra juga memberikan gagasan program modernisasi pendidikan Islam. Azyumardi beranggapan, bahwa fenomena kemunculan “pesantren urban”, “sekolah islam unggulan” dan sebagainya merefleksikan, bahwa pendidikan

(3)

pesantren atau yang bermodel pesantren tetap mendapat tempat yang semakin kuat. Kini tinggal bagi pesantren itu sendiri untuk memberdayakan dirinya untuk mampu benar-benar menjadi “pendidikan alternatif” dalam menghadapi arus modernisasi dan globalisasi.2

Bertolak dari pemikiran-pemikiran di atas, sehingga permasalahan yang hendak dikaji dalam makalah ini adalah difokuskan pada pemikiran Azyumardi Azra yang berkenaan dengan gagasan pembaruan Islam. Azyumardi Azra dikenal sebagai salah satu tokoh dalam dunia pendidikan Indonesia yang banyak mengungkap permasalahan pendidikan Islam di Indonesia. Olehnya itu, dalam makalah ini akan dibahas pula sosok beliau sebagai tokoh intelektual muslim yang memiliki peranan dalam dunia pendidikan Islam.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah pokok yang akan dibahas adalah gagasan, pemikiran dan pembaruan Azyumardi Azra dalam pendidikan Islam. Dari pokok permasalahan di atas, terdapat beberapa submasalah yang dijabarkan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana gagasan pendidikan Islam Azyumardi Azra ?

2. Bagaimana pemikiran pendidikan Islam Azyumardi Azra ?

3. Bagaimana pembaruan pendidikan Islam Azyumardi Azra ?

(4)

BAB II PEMBAHASAN A. Biografi dan Pendidikan Azyumardi Azra

(5)

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta sejak Januari 2007 sampai sekarang.3 Beliau juga

pernah bertugas sebagai Deputi Kesra pada Sekretariat Wakil Presiden RI (April 2007-20 Oktober 2009). Sebelumnya beliau adalah Rektor IAIN atau UIN Syarif Hidayatullah selama 2 periode (IAIN, 1998-2002, dan UIN, 2002-2006).

Memperoleh gelar M.A, M.Phil., dan Ph.D. dari Colombia University, New York (1992), pada Mei 2005 di memperoleh DR HC dalam/humane letters dari Carroll College, Montana, USA. Beliau juga guru besar kehormatan Universitas Melbourne (2006-9); selain itu juga anggota Dewan Penyantun International Islamic University, Islamabad Pakistan (2005-sekarang); Komite Akademis The Institute for Muslim Society and Culture (IMSC), International Aga Khan University (London, 2005-2010).

Dalam bidang ilmu pengetahuan dan riset, dia adalah anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI, 2005-sekarang); anggota Dewan Riset Nasional (DRN, 2005-sekarang). Juga anggota Sout Heast Asian Regional Exchange Program (SEASREP, Tokyo, 1999-2001); Asian Research Foundation-Asian Muslim Action Network (ARF-AMAN, Bangkok, 2004-sekarang); The Habibie Center Schollship (2005-sekarang); Ford Foun Dation International Fellowship Program (IFP-IIEF, 2006-sekarang); Asian Scholarship FOUndational (ASF, Bangkok, 2006-sekarang); Asian Public Intellectual (API), The Nippon Foundation (Tokyo, 2007-sekarang); anggota Selection Committee Senior Fellow Program AMINEF-Fulbright (2008).

Selain itu, beliau anggota Dewan Pendiri Kemitraan-Patnership for Governance Refourm in Indonesia (2004-sekarang); Dewan Penasehat United Nation Democracie Found (UNDEF, New york, 2006-8); International IDEA (Institute for Democracie and Electoral Assistance), Stockholm (2007-sekarang); Multi Faith Centre, Griffith University, Brisbane (2005-sekarang); LibforAll, USA

(6)

sekarang) Center for the Study of Contenporary Islam (CSCI, University of Melbourne, 2005-7); Tripsartite Forum for Inter-Faith Cooperation (New York, 2006-sekarang); anggota World Economic Forum’s Global Agenda Council on the West-Islam Dialogue (Davos 2008-sekarang).

Beliau juga pemimpin redaksi Studia Islamika; Indonesia Journal for Islamic Studies (Jakarta, 1994-sekarang); Journal of Qur’anic Studies (SOAS, University of London, 2006-se karang); Journal of Usuluddin (University Malaya, Kuala Lumpur, 2006-sekarang); Journal Sejarah (University Malaya, Kuala Lumpur, 2005-sekarang); The Australian Journal of Asian Law (Sydney, Australia, 2008-sekarang);

IAIS Journal of Civilisation Studies (International Institute of Advanced Studies, Kuala Lumpur, 2008-sekarang); Journal of Royal Asiatic Society (JRAS, London, 2009-sekarang);Journal of Islamic Studies (Oxford Centre for Islamic Studies, sekarang); dan Journal Akademika (Universiti Kerbangsaan Malaysia, 2010-sekarang).

Beliau telah menerbitkan lebih dari 21 buku, yang terakhir adalah Indonesia, Islam and Democracy: Dynamic in a Global Context (Jakarta dan Singapure, TAF, ICIP, Equinox-Soulstice, 2006); Islam in the Indonesian World: An Account of Institutional Development (Mizan International: 2007); (co-contributing editor),

Islam Beyond Conflct: Indonesian Islam and Western Political Theory (London: Ashgate: 2008); Varieties of Religious Authority: “Changes and Challenges in 20th Century Indonesian Islam (Singapure: ISEAS, 2010). Lebih 30 artikelnya dalam bahasa inggris telah diterbitkan dalam berbagai buku dan jurnal pada tingkat internasional.

(7)

pada September 2010, beliau mendapat penghargaan gelar CBE (Commander of the Order of Britsih Empire) dari Ratu Elizabeth, Kerajaan Inggris atas jasa-jasanya daslam hubungan antar agama dan peradaban.4

B. Gagasan Pendidikan Islam Azyumardi Azra

Sebagai salah satu tokoh pendidikan Islam di Indonesia, Azyumardi Azra juga doktor dan guru besar sejarah, namun pandangannya terhadap pendidikan Islam tidak diragukan lagi. Begitupun dengan gagasan beliau mengenai pendidikan Islam itu sendiri.

Kata gagasan merupakan kata benda yang berarti hasil pemikiran; ide. Beberapa gagasan atau ide Azyumardi Azra tentang pendidikan Islam telah banyak dimuat dalam beberapa tulisan dan dalam bentuk buku. Diantara gagasan atau ide pendidikan Islam Azyumardi Azra sebagai berikut:

1. Tujuan Pendidikan Islam

Istilah “tujuan” atau “sasaran” atau “maksud”, dalam bahasa Arab dinyata¬kan dengan ghardu atau hadafu atau maqsu. Sedangkan dalam bahasa Inggris, istilah “tujuan” dinyatakan dengan goal, direction, destination atau aim. Secara istilah, tujuan adalah arah atau haluan yang hendak dicapai melalui upaya atau aktivitas.

Tujuan pendidikan Islam, menurut Azyumardi Azra ialah terbentuknya kepribadian utama berdasarkan nilai-nilai dan ukuran Islam. Tetapi, seperti pendidikan umum lainnya, tentunya pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan-tujuan yang lebih bersifat operasional sehingga dapat dirumuskan tahap-tahap proses pendidikan Islam mencapai tujuan lebih jauh. Tujuan pendidikan Islam yang dimaksud adalah tujuan pertama-tama yang hendak dicapai dalam proses pendidikan itu. Tujuan itu merupakan “tujuan antara” dalam mencapai “tujuan akhir” yang lebih

(8)

jauh. Tujuan antara itu, menyangkut perubahan yang diinginkan dalam proses pendidikan Islam, baik berkenaan dengan pribadi anak didik, masyarakat maupun lingkungan tempat hidupnya.

Tujuan pendidikan akan sama dengan gambaran manusia terbaik menurut orang baik tertentu. Mungkin saja seseorang tidak mampu melukiskan dengan kata-kata tentang bagaimana manusia yang biak yang ia maksud. Sekalipun demikian tetap saja ia menginginkan tujuan pendidikan itu harislah manusia terbaik. Tujuan pendidikan sama dengan tujuan manusia. Manusia menginginkan semua manusia, termasuk anak keturunannya, menjadi manusia yang baik. Sampai disini tidaklah ada perbedaan antara seseorang dengan orang lain. Perbedaan akan muncul tatkala merumuskan ciri-ciri manusia yang baik itu tertentu.5

Tujuan hidup muslim sebagaimana firman Allah dalam QS al-Dhariyat/51: 56.

﴿ ننوددبدععييلن الليإن سينإنلعٱوي نليجنلعٱ تدقعليخي اميوي

٥٦ ﴾

Terjemahnya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.6

Kemudian dijelaskan juga firman Allah dalam QS Ali-Imran/3: 102.

﴿ نيومدلنسعملدمتدنأيوي الليإن نليتدومدتي اليوي ۦهنتناقيتد قليحي هيلليلٱ ااوقدتليٱ ااوندمياءي نييذنلليٱ اهييلدأييييي

١٠٢ ﴾

Terjemahnya: Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada\-Nya.7

Tujuan hidup muslim sebagaimana dijelaskan ayat-ayat al-Qur’an di atas, yakni untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertakwa dan mengabdi kepada-Nya. Sebagai hamba Allah yang bertakwa, maka segala sesuatu

5Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami; Integrasi Jasmani, Rohani Dan Kalbu Memanusiakan Manusi. (Cet, VI; Bandung: PT Remaja Rosdakarya Ovsed, 2014). hlm. 76.

6Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya Al-Jumanatul ‘Ali. (Bandung” J-Art, 2005). hlm. 524.

(9)

yang diperoleh dalam proses pendidikan Islam itu tidak lain termasuk dalam bagian perwujudan pengabdian kepada Allah swt. Tujuan hidup ini, juga menjadi tujuan akhir pendidikan Islam.

Pendidikan Islam sebagai sebuah proses memiliki dua tujuan yakni tujuan akhir (tujuan umum) yang disebut sebagai tujuan primer dan tujuan antara (tujuan khusus) yang disebut tujuan sekunder. Tujuan akhir pendidikan islam adalah penyerahan dan penghambaan diri secara total pada Allah tujuan ini bersifat tetap dan berlaku umum, tanpa memperhatikan tempat, waktu, dan keadaan. Tujuan antara pendiidkan Islam merupakan penjabaran tujuan akhir yang diperoleh melalui usaha ijtihad para pemikir pendidikan Islam, yang karenanya terikat oleh kondisi locus dan

tempus. Tujuan antara harus mengandung perubahan-perubahan yang diharapkan subjek didik setelah melakukan proses pendidikan, baik yang bersifat individual, sosial, maupun profesional. Tujuan antara ini perlu jelas keberadaanya sehingga Pendidikan Islam dapat diukur keberhasilanya tahap demi tahap. Tujuan antara inilah yang biasanya dijabarkan dalam bentuk kurikulum atau program pendidikan.8

Berangkat dari tujuan-tujuan pendidikan Islam yang disebutkan di atas, jelas menyebutkan bahwa tujuan pendidikan Islam ialah hasil yang ingin dicapai dari proses pendidikan yang berlandaskan Islam. Oleh karena itu, pendidikan Islam harus jelas konsepnya sehingga mampu diukur indikator keberhasilannya.

Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa tujuan pendidikan secara esensial adalah terwujudnya peserta didik yang memahami ilmu-ilmu keislaman dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, terwujudnya insan kamil, yakni manusia yang kembali kepada fitrahnya dan kepada tujuan kehidupan¬nya sebagaimana ia berikrar sebagai manusia yang datang dari Allah dan kembali kepada Allah.

(10)

2. Kurikulum Pendidikan Islam

Secara etimologis, istilah kurikulum (curriculum)berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya “pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”. Istilah kurikulum berasal dari dunia olahraga, terutama pada bidang atletik pada zaman Romawi Kuno di Yunani. Dalam bahasa Prancis, istilah kurikulum berasal dari kata

cuorier yang berarti “berlari”. Kurikulum berarti suatu jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari dari garis starti sampai dengan garis finish ntuk memperoleh medali atau penghargaan. Jarak yang harus ditempuh tersebut kemudian diubah menjadi program sekolah dan semua orang yang terlibat di dalamnya. Program tersebut berisi mata pelajaran-pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik selama kurun waktu tertentu, seperti SD/MI (6 tahun), Mts/SMP (3 tahun), SMA/SMK/MA (3 tahun) dan seterusnya. Dengan demikian, secara terminologis istilah kurikulum dalam pendidikan adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan peserta didik di sekolah untuk memperoleh ijazah.9

Kemudian lebih detail Azyumardi Azra menyatakan, bahwa kurikulum merupakan pencapaian tujuan-tujuan yang lebih terperinci lengkap dengan materi, metode, dan sistem evaluasi melalui tahap-tahap penguasaan peserta didik terhadap berbagai aspek; kognitif, afektif, dan psikomotorik.10 Pengertian ini sejalan dengan

pendapat Crow dan Crow yang dikutip oleh Abuddin Nata, bahwa kurikulum adalah rancangan pengajaran yang isinya sejumlah mata pelajaran yang disusun secara sistematik yang diperlukan sebagai syarat untuk menyelesaikan suatu program pendidikan tertentu. Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh peserta didik untuk memperoleh gelar atau ijazah.

9Zainal Arifin. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum Konsep, Teori, Prinsip, Prosedur, Komponen, Pendekatan, Model Evaluasi & Inovasi. (Cet. IV; Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2014). hlm. 2-3.

(11)

Jika diaplikasikan dalam kurikulum pendidikan Islam, maka kurikulum berfungsi sebagai pedoman perencanaan yang digunakan oleh pendidik untuk membimbing peserta didiknya ke arah tujuan tertinggi pendidikan Islam, yaitu mengacu pada konseptualisasi manusia paripurna (insan kamil).

Perencanaan pendidikan bagi peserta didik muslim baik di Negara mayoritas Islam maupun minoritas memerlukan perombakan radikal dalam bidang kurikulum menyangkut struktur dan mata pelajaran (subject matter). Oleh karena itu, perencanaan pendidikan Islam harus berlandaskan dua nilai pokok dan permanen, yakni; persatuan fundamental masyarakat Islam tanpa dibatasi ruang dan waktu, dan persatuan masyarakat internasional berdasarkan kepentingan teknologi dan kebudayaan bersama atas nilai-nilai kemanusiaan.

Dengan kata lain, setiap materi yang diberikan kepada peserta didik harus memenuhi dua tantangan pokok: pertama, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi; kedua,penanaman pemahaman pengalaman ajaran agama.

Dengan demikian, untuk membahas kurikulum pendidikan Islam seyogianya diarahkan pada:

a. Orientasi pada perkembangan peserta didik; b. Orientasi pada lingkungan sosial;

c. Orientasi pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.11

Dalam hal ini, pengembangan kurikulum harus memberikan arah dan pedoman untuk memenuhi kebutuhan peserta didik yang disesuaikan dengan bakat, minat, dan kemampuannya. Selain itu, orientasi kurikulum diarahkan juga untuk memberi kontribusi pada perkembangan sosial, sehingga output-nya mampu menjawab dan mengejawantahkan masalah-masalah yang dihadapi masyarakat. Demikian juga, pendiidikan Islam harus berorientasi terhadap ilmu pengetahuan yang memuat sejumlah mata pelajaran dari berbagai disiplin ilmu, termasuk teknologi.

(12)

Azra menegaskan, bahwa kurikulum pendidikan Islam jelas selain mesti berorientasi kepada pembinaan dan pengembangan nilai agama dalam diri peserta didik, kini harus pula memberikan penekanan khusus pada penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hanya dengan cara ini, pendidikan Islam bisa fungsional dalam menyiapkan dan membina SDM seutuhnya, yang menguasai iptek dan berkeimanan dalam mengamalkan agama. Hanya dengan cara ini pula, secara sistematis dan programatis dapat melakukan pengentasan kemiskinan secara bertahap namun pasti.12

Oleh karena itu, sudah saatnya untuk lebih serius dalam menangani sistem pendidikan Islam. Dengan berusaha mencapai tujuan pendidikan Islam yang berdasarkan kurikulum pendidikan Islam, yang secara ideal berfungsi membina dan menyiapkan peserta didik yang berilmu, berteknologi, berketerampilan tinggi, dan sekaligus beriman dan beramal saleh.

Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa Gagasan Pendidikan Islam menurut Azyumardi Azra yaitu Tujuan dari pendidikan Islam untuk terbentuknya kepribadian terutama berdasarkan nilai-nilai dan ukuran Islam dan kurikulum merupakan pencapaian tujuan-tujuan yang lebih terperinci lengkap dengan materi, metode, dan sistem evaluasi melalui tahap-tahap penguasaan peserta didik terhadap berbagai aspek; kognitif, afektif, dan psikomotoriknya.

B. Pemikiran Pendidikan Islam Azyumardi Azra 1. Demokratisasi Pendidikan Islam

Demokrasi berasal dari bahasa Yunani (Demoskratos) erat kaitannya dengan sistem perintahan atau ketatanegaraan yang dekat dengan dua istilah lainnya yaitu monarki dan oligarki. Monarki merupakan bentuk pemerintahan yang dikuasai oleh seorang raja. Sedangkan oligarki menunjukan bentuk pemerintahan yang dikuasai

(13)

oleh sedikit atau sejumlah orang. Adapun demokrasi menunjukan bentuk pemerintahan yang ada pada rakyat. Dalam pengertian luas demokrasi berarti suatu pemerintahan yang ikut sertakan secara aktif semua anggota masyarakat dalam keputusan yang diambil oleh mereka yang berwenang (wakil rakyat). Pemerintah yang demokratis tidak berhak melakukan pemaksaan terhadap pengungkapan pendapat, kebebasan pres, kebebasan berkumpul dan kebebasan memilih, dan lain-lain. Hal ini karena sistem demokrasi menolak Diktatorianisme, feodalisme, dan totalitarinisme.dalam demokrasi, hubungan antara penguasa dengan rakyat, bukanlah hubunga kekuasaan tetapi berdasarkan hukum yang menjunjung tinggi HAM.13

Menurut Azyumardi Azra, demokratisasi adalah proses menuju demokrasi. Sedangkan demokratisasi pendidikan menurut Azra, proses menuju demokrasi di bidang pendidikan. Dengan demikian, demokratisasi pendidikan adalah proses menuju demokrasi pendidikan Islam.

Menurut Azra, demokratisasi pendidikan Islam bertujuan akhir pembentukan masyarakat Indonesia yang demokrasi, bersih, bermoral, dan berakhlak serta berpegang teguh pada nilai keadaban. Selain itu, Azra juga mengemukakan beberapa ciri demokratisasi pendidikan Islam, yaitu:

a. Adanya kurikulum yang dinamis dan memberikan ruang bagi terwujudnya kreatifitas peserta didik, mempunyai semangat untuk melakukan perubaha sosial.

b. Perubahan paradigma pendidikan Islam, merubah paradigm dari otoriter ke demokratis, tertutup ke keterbukaan, doktiner ke partisipatoris.

c. Adanya sinkronisasi antara lembaga-lembaga pendidikan Islam dengan lingkungan masyarakat.

2. Modernisasi Pendidikan Islam

(14)

Azyumardi Azra menyebutkan,bahwa gagasan dan program modernisasi pendidikan Islam memiliki akar-akarnya dalam gagasan dan program modernisasi pemikiran dan institusi Islam secara keseluruhan. Baginya, modernisasi pemikiran dan kelembagaan merupakan prasyarat kebangkitan kaum muslimin di masa modern. Karena itu, pemikiran dan kelembagaan Islam termasuk pendidikan haruslah dimodernisasi dan diperbaharui sesuai dengan kerangka modernitas.14

Azra menekankan perlunya dilakukanmodernisasi pada segenap aspek kehidupan masyarakat muslim, terlebih terkait dengan konsep pemikiran yang merupakan landasan bagi segenap aktivitas dan ide-ide.Kerangka berpikir selayaknya mengalami perubahan dan penyesuaian terhadap perkembangan zaman. Diperlukan pemikiran yang terbuka dengan wawasan yang luas dan adaptif agar mampu menyeleksi trend dan perkembangan gaya hidup. Dengan pemikiran serta wawasan yang terbuka juga mampu menyaring perkembangan dan kemajuan teknologi yang relevan sebagai bentuk pelayanan terhadap publik.

Hubungan antara modernisasi dan pendidikan menurut Azra, pada satu segi pendidikan dipandang sebagai suatu variabel modernisasi yang merupakan prasyarat dan kondisi yang mutlak bagi masyarakat untuk menjalankan program dan mencapai tujuan-tujuan modernisasi. Tetapi pada segi lain, pendidikan sering dianggap sebagai objek modernisasi. Dalam hal ini, pendidikan negara-negara yang tengah menjalankan program modernisasi pada umumnya dipandang masih terbelakang dalam berbagai hal, dan karena itu, sulit diharapkan bisa memenuhi dan mendukung program modernisasi. Karena itu, pendidikan harus diperbarui atau dimodernisasi, sehingga dapat memenuhi harapan dan fungsi yang dipikulnya.

Secara garis besar melihat dari input-uotput dunia pendidikan Islam yang kemudian perlu disentuh dengan "modernisasi" secara umum Azyumardi Azra menggambarkan:

(15)

1. Input dari masyarakat ke dalam sistem pendidikan.

a. Ideologis-normatif: Orientasi-orientasi ideologis tertentu yang diekspresikan dalam norma-norma nasional (Pancasila, misalnya) menuntut sistem pendidikan untuk memperluas dan memperkuat wawasan nasional peserta didik.

b. Mobilisasi politik: Kebutuhan bagi modernisasi dan pembangunan menuntut sistem pendidikan untuk mendidik, mempersiapkan dan menghasilkan kepemimpinan modernitas dan inovator yang dapat memelihara dan bahkan meningkatkan momentum pembangunan.

c. Mobilisasi ekonomi: Kebutuhan akan tenaga kerja yang handal menuntut sistem pendidikan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi SDM yang unggul dan mampu mengisi berbagai lapangan kerja yang tercipta dalam proses pembangunan. Dalam hal ini, lembaga-lembaga pendidikan Islam tidak sekedar menjadi lembaga transfer dan transmissi ilmu-ilmu Islam, tetapi sekaligus juga harus dapat memberikan keterampilan(skill) dan keahlian (abilities).

d. Mobilisasi sosial: Peningkatan harapan bagi mobilitas sosial dalam modernisasi menuntut pendidikan untuk memberikan akses dan venue ke arah tersebut. Dengan demikian, pendidikan Islam bukan sekedar untuk memenuhi kewajiban menuntut ilmu belaka, tetapi harus juga memberikan modal sehingga kemungkinan akses bagi peningkatan sosial.

e. Mobilisasi kultural: Modernisasi yang menimbulkan perubahan-perubahan kultur menurut sistem pendidikan untuk mampu memelihara stabilitas dan mengembangkan warisan cultural yang kondusif bagi pembangunan.15

2. Output bagi masyarakat

(16)

a. Perubahan sistem nilai: dengan memperluas peta kognitif peserta didik, maka pendidikan menanamkan nilai-nilai yang merupakan alternatif bagi sistem nilai tradisional.

b. Output politik: Kepemimpinan modernitas dan innovator yang secara langsung dihasilkan sistem pendidikan dapat diukur dengan perkembangan kuantitas dan kekuatan birokrasi sipil-militer, intelektual dan kader-kader administrasi politik lainnya, yang direkrut dari lembaga-lembaga pendidikan, terutama pada tingkat menengah dan tinggi.

c. Output ekonomi: dapat diukur dari tingkat ketersediaan SDM atau tenaga kerja yang terlatih dan siap pakai, baikwhite collar maupun blue collar. d. Output sosial: Dapat dilihat dari tingkat integrasi sosial dan mobilitas peserta

didik ke dalam masyarakat secara keseluruhan.

e. Output kultural: Tercermin dari upaya-upaya pengembangan kebudayaan ilmiah, rasional dan inovatif, peningkatan peran integratif agama dan pengembangan bahasa pendidikan.16

Jadi dapat ditarik kesimpulanya bahawa tujuan dari terbentuknya demokratisasi pendidikan Islam yaitu bertujuan untuk pembentukan masyarakat Indonesia yang demokrasi, bersih, bermoral, dan berakhlak serta berpegang teguh pada nilai keadaban Dengan kerangka modernisasi di atas, pendidikan Islam diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dunia modern. Dengan bermodalkan lahirnya lembaga pendidikan Islam yang berorientasi pada modernisme, melahirkan SDM yang profesional, dan mampu memberikan akses ke arah mobiltas sosial. Agar pendidikan islam bisa bersain dalam dunia pendidikan yang kekinian.

C. Pembaruan Pendidikan Islam Azyumardi Azra

Pendidikan Islam jelas mempunyai peranan penting dalam peningkatan SDM. Dalam kerangka fungsi idealnya untuk peningkatan kualitas SDM, sistem pendidikan Islam haruslah senantiasa mengorientasikan diri untuk menjawab kebutuhan dan

(17)

tantangan dalam masyarakat sebagai konsekuensi logis dari perubahan. Namun, pendidikan Islam hingga saat ini kelihatan masih terlambat merumuskan diri merespon perubahan dan kecenderungan perkembangan masyarakat sekarang dan masa akan datang. Sistem pendidikan Islam tetap lebih cenderung berorientasi ke masa silam ketimbang berorientasi ke masa depan, atau kurang bersifat future-orinted.17 Oleh karena itu, perlu adanya usaha pembaruan dan pengembangan dalam

sistem pendidikan Islam.

Menurut Azra, dalam pendidikan Islam perlu dikembangkan strategi pendekatan ganda dengan tujuan memadukan pendekatan-pendekatan situasional jangka pendek dengan pendekatan konseptual jangka panjang. Sebab, pendidikan Islam adalah suatu usaha mempersiapkan muslim agar dapat mengahadapi dan menjawab tuntutan kehidupan dan perkembangan zaman secara manusiawi. Karena itu, hubungan usaha pendidikan Islam dengan kehidupan dan tantangan itu haruslah merupakan hubungan yang prinsipal dan bukan hubungan insidental dan tidak menyeluruh. Karena itu, diperlukan pendekatan dan inovasi yang objektif dan kreatif agar dengan demikian tercipta usaha-usaha pendidikan berdasarkan kepentingan peserta didik, masyarakat Islam dan umat manusia secara keseluruhan.

Oleh karena itu, pendidikan Islam harus direformasi, direstrukturisasi, dan diinovasi agar dapat menyesuaikan diri dengan dinamika masyarakat dan dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat era pasar bebas.

Hasil penalaran Azra, bahwa usaha pembaruan dan pengembangan sistem pendidikan Islam selama ini belum maksimal atau tidak komprehensif dan menyeluruh. Karena, sebagian besar sistem pendidikan Islam belum dikelola secara profesional. Kebanyakan lembaga pendidikan Islam masih dikelola dengan semangat “keikhlasan”, sehingga tidak terjadi esensial dalam pendidikan Islam. Tetapi menurutnya, tanpa harus mengorbankan semangat keikhlasan dan jiwa pengabdian,

(18)

sudah waktunya sistem dan lembaga pendidikan Islam dikelola secara profesional, bukan hanya dalam soal penggajian, pemb;erian honor, tunjangan atau pengelolaan administrasi dan keuangan. Profesionalisme mutlak pula diwujudkan dalam perencanaan, penyiapan tenaga pengajar, kurikulum dan pelaksanaan pendidikan itu sendiri.

Dengan demikian, pembaruan pendidikan Islam mesti dilakukan tidak hanya sekedarsurvive di tengah persaingan global yang semakin tajam dan ketat, tetapi juga berharap mampu tampil di depan. Oleh karena itu, pembaruan pendidikan Islam dimulai dari sistem dan kelembagaan pendidikan Islam. Tegasnya adalah pembaruan pendidikan Islam yang didasarkan pada prinsi

Dapat ditarik kesimpulan dari pemikiran azyumardi azra bahwa usaha pembaruan dan pengembangan sistem pendidikan Islam selama ini belum maksimal atau tidak komprehensif dan menyeluruh. Karena, sebagian besar sistem pendidikan Islam belum dikelola secara profesional. Kebanyakan lembaga pendidikan Islam masih dikelola dengan semangat “keikhlasan”, sehingga tidak terjadi esensial dalam pendidikan Islam. Tetapi menurutnya, tanpa harus mengorbankan semangat keikhlasan dan jiwa pengabdian, sudah waktunya sistem dan lembaga pendidikan Islam dikelola secara profesional, bukan hanya dalam soal penggajian, pemb;erian honor, tunjangan atau pengelolaan administrasi dan keuangan.

D. Analisis Kritis

(19)

dengan baik dan profesional sehingga pendidikan islam itu belum sepenuhnya mampuh bersaing dengan dunia pendidikan .

Disamping itu juga sistem pendidikan Islam tetap lebih cenderung berorientasi ke masa silam ketimbang berorientasi ke masa depan, atau kurang bersifat futurorinted. Baginya, modernisasi pemikiran dan kelembagaan merupakan prasyarat kebangkitan kaum muslimin di masa modern. Dan beliau juga memberikan solusinya agar pemikiran dan kelembagaan Islam termasuk pendidikan haruslah dimodernisasi dan diperbaharui sesuai dengan kerangka modernitas. Azra menekankan perlunya dilakukan modernisasi pada segenap aspek kehidupan masyarakat muslim, terlebih terkait dengan konsep pemikiran yang merupakan landasan bagi segenap aktivitas dan ide-ide.

Kerangka berpikir selayaknya mengalami perubahan dan penyesuaian terhadap perkembangan zaman. Untuk itu diperlukan pemikiran yang terbuka dengan wawasan yang luas dan adaptif agar mampu menyeleksi trend dan perkembangan gaya hidup. Dengan pemikiran serta wawasan yang terbuka juga mampu menyaring perkembangan dan kemajuan teknologi yang relevan sebagai bentuk pelayanan terhadap publik.

(20)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa gagasan Azyumardi Azra mengenai pendidikan Islam merupakan hasil pemikiran terhadap pengembagan mutu pendidikan Islam. Gagasan yang dimaksud adalah tujuan dan kurikulum pendidikan Islam.

Adapun mengenai pemikiran Azyumardi Azra terhadap pendidikan Islam yakni perhatiannya terhadap demokratisasi dan modernisasi pendidikan Islam dengan tujuan agar mampu mengangkat martabat lembaga pendidikan islam yang menghasilkan kualitas tinggi.

Dalam hal pembaruan, Azyumardi Azra menitikberatkan pada input dan output pendidikan Islam bagi masyarakat. Dengan memadukan nilai-nilai tradisional dan nilai-nilai yang berorientasi ke masa depan.

B. Implikasi

(21)

terutama kaum akademisi pendidikan Islam. Selain itu, diharapkan para generasi muda mampu melakukan pembaruan dalam dunia pendidikan Islam dalam bentuk aplikatif.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum Konsep, Teori, Prinsip, Prosedur, Komponen, Pendekatan, Model Evaluasi & Inovasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2014.

Azra, Azyumardi. Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan Milenium III. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2012.

Azra, Azyumardi. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII: Melacak Akar-akar Pembaruan Pemikiran Islam di Indonesia. Bandung: Mizan. 1998.

Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya Al-Jumanatul ‘Ali. Bandung: J-Art. 2005.

Hadidjah. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Hiliana Press. 2011.

Mahmud. Pemikiran Pendidikan Islami. Bandung: Pustaka Setia. 2011.

Suharto, Toto. Filsafat Pendidikan Islam Menguatkan Epistemologi Islam Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2014.

Referensi

Dokumen terkait

Tabulasi silang antara Tingkat Stres dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa Tingkat II dan III Fakultas keperawatan Universitas Katolik Widya mandala Surabaya Tahun Akdemik

brand image dari STIKES PemKab Jombang dari investasi sistem informasi akademik.. Hasil dari studi kelayakan investasi informasi akademik pada STIKES

Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul

Peneliti selanjutnya diharapkan bisa melakukan penelitian serupa dengan menambahkan variabel indikator lainnya untuk mengukur pengaruh dari penerapan tata kelola

• Pergerakan bantuan bencana/kemanusiaan oleh NGO perlu mendapatkan kebenaran dari Jawatankuasa Pengurusan Bencana Negeri atau Jawatankuasa Pengurusan Bencana Daerah di kawasan

10 Dokumen Perencanaan 05 Jumlah peningkatan pengelolaan sarana dan prasarana menunjang pelayanan peradilan 8 Layanan Pengelolaan 06 Jumlah terselenggaranya

Selama proses kehidupannya, manusia selalu membutuhkan ruang sebagai tem pat tinggalnya. Contoh yang sederhana adalah pada saat masih kecil atau masih bayi kamu

Faktor jarak tempuh yang dilalui nelayan ketika melaut merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan karena apabila jarak tempuh yang semakin