• Tidak ada hasil yang ditemukan

Reaksi Transesterifikasi DPO (Degummed Palm Oil) untuk Menghasilkan Biodiesel Sawit Menggunakan Lipozyme dalam Pelarut Ionic Liquid1-Butyl-3- Methylimidazolium Hexafluorophosphate ([Bmim][Pf6]

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Reaksi Transesterifikasi DPO (Degummed Palm Oil) untuk Menghasilkan Biodiesel Sawit Menggunakan Lipozyme dalam Pelarut Ionic Liquid1-Butyl-3- Methylimidazolium Hexafluorophosphate ([Bmim][Pf6]"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 MINYAK KELAPA SAWIT

Minyak kelapa sawit diperoleh dari pengolahan buah kelapa sawit (Elaeis guinensis).Secara garis besar buah kelapa sawit terdiri dari serabut buah(pericarp) dan inti (kernel).Serabut buah kelapa sawit terdiri dari tiga lapis yaitulapisan luar atau kulit buah yang diseb but pericarp, lapisan sebelah dalam disebutmesocarp atau pulp dan lapisan paling dalam disebut endocarp.Inti kelapa sawitterdiri dari lapisan kulit biji (testa), endosperm dan embrio. Mesocarpmengandung kadar minyak rata-rata sebanyak 56%, inti (kernel) mengandungminyak sebesar 44%, dan endocarp tidak mengandung minyak. Minyak kelapasawit seperti umumnya minyak nabati lainnya adalah merupakan senyawa yangtidak larut dalam air, sedangkan komponen penyusunnya yang utama adalahtrigliserida dan nontrigliserida [10].

Hampir semua bagian pohon kelapa sawit dapat dimanfaatkan.Batang pohon sawit dapat digunakan untuk pembuatan pulp, bahan kimia turunan, sumber energi, papan partikel, dan juga bahan kontruksi.Buah kelapa sawit memiliki nilai ekonomis yang tinggi, dapat diolah rnenjadi minyak sawit yang bermanfaat untuk bidang pangan maupun non pangan.Bagian lainnya seperti sabut dan sludge, tandan kosong, cangkang, rninyak inti sawit dan bungkilnya juga dapat dimanfaatkan. Buah sawit umumnya memiliki panjang 2 hingga 5 cm dan berat 3 hingga 30 gram, berwarna ungu hitam pada saat muda, kemudian menjadi berwama kuning merah pada saat tua dan rnatang [11].

(2)

per tahun karena pengembangan lahan. Tingginya biaya produksi biodiesel dari minyak nabati lainnya justru menjadi keunggulan bagi pengembangan crude palm oil (CPO) sebagai bahan bakar alternatif. Karena bila dibandingkan dengan jenis minyak nabati lain sebagai penghasil bahan bakar alternatif, penggunaan CPO sebagai bahan baku akan jauh lebih murah[12].

2.1.1 PENGOLAHAN BUAH SAWIT MENJADI CPO

Pengolahan buah sawit menjadi CPO dilakukan dalam beberapa tahap yaitu :  Penerimaan tandan buah segar

 Perebusan  Perontokan  Pelumatan  Ekstraksi minyak  Klarifikasi.

CPO yang diekstrak secara komersial dari TBS walaupun dalamjumlah kecilmengandung komponen dan pengotor yang tidak diinginkan.Komponen ini termasuk serat mesokrap, kelembaban, bahan-bahan tidak larut, asam lemak bebas, phospholipida, logam, produk oksidasi, dan bahan-bahan yang memiliki bau yang kuat. Sehingga diperlukan proses pemumian sebelum digunakan[13].

Gambar 2.1 Crude Palm Oil[12].

(3)

pemumian fisik yangmerupakan metode pemumian yang lebih popularkarena lebih

efektif dan efisien[14].

2.1.2CPO SEBAGAI BAHAN BAKU BIODIESEL

Salah satu sumber minyak nabati yang dapat dimanfaatan sebagai bahan baku biodiesel adalah Crude Palm Oil (CPO). CPO mengandung 40% - 46% asam palmitat dan 39%-45% asam oleat.CPOadalah minyak yang berasal dari daging buah sawit yang telah melewati tahap perebusan di sterilizing station dan dilanjutkan dengan pengepresan di pressing station. Dalam daging buah sawit terdapat 43% crude palm oil yang tersusun atas berbagai jenis asam lemak, yaitu asam palmitat (C16) 40%-46%, asam Oleat (C18-1) 39%-45%, asam linoleat (C18-2) 7%-11%, asam stearat (C18) 3,6%-4,7% dan asam miristat (C14) 1,1%-2,5% [12].

Crude palm oil (CPO) mengandung asam lemak bebas yang relatif tinggi berkisar 3%-5%, sedangkan untuk memproduksi biodiesel asam lemak bebas harus ≤ 2%. Untuk itu, dalam penelitian ini dibutuhkan perlakuan untuk menurunkan kandungan asam lemak bebas dan menghilangkan pengotor pada minyak sebelum crude palm oil (CPO) digunakan sebagai bahan baku biodiesel.

Tahap Degumming

Pretreatment disebut juga degumming CPO yangdilakukan

denganpenggunaan asam fosfat dan diikuti olehpembersihan menggunakan bleaching

earth.Proses degumming dilakukan untukmemisahkan getah tanpa mereduksi asam

lemakyang ada di minyak. proses degummingdilakukan dengan memasukkanCPO

sebanyak 60 kg ke dalam reaktor kemudiandipanaskan mencapai 80°C,

kemudianditambahkan asam fosfat 85% sebanyak 0.15%dari berat CPO yang

digunakan. Minyakkemudian diaduk pada kecepatan 56 rpm selama 15 menit

sebelum melewati bleacher dimana bleaching earthditambahkan pada konsentrasi

0,8-2,0%,tergantung pada kualitas minyak mentah. Penambahan asam fosfat berguna

untukmengendapkan fosfatida yang tidak larutdalam air.

(4)

 Menyerap pengotor yang tidak: diinginkan sepertilogam, air, bahan tidak

larut, sebagian karotenadan pigmen lainnya.

 Mengurangi produkoksidasi.

 Menyerap fosfolipid yang diendapkanoleh asam fosfat

 Memisahkan asamfosfat berlebih setelah proses degumming.

Pemisahan asam fosfat secara sempuma sangatpenting, karena keberadaan asam

fosfat dapatmenyebabkan meningkatnya asam lemak bebasminyakyang

dihasilkan.Bleaching dilakukan pada kondisi vakum20-25 mmHgpada suhu

95-110°C denganwaktu tinggal30 hingga 45 menit.Untuk alasan kualitas, biasanya

minyak dilewatkan padabarisankantong penyaring untuk menjebakpartikel bleaching

earth.Proses ini sangat penting karena keberadaan sisa bleaching earthakan

mengurangi stabilitas oksidasi RBDPOyang dihasilkan[13].

2.2 MEKANISME KERJA ENZIM

Lipase adalah jenis enzim yang sifatnya tergantung pada substrat dan sumbernya.Lipase yang berasal dari mikroba tertentu, mempunyai aktivitas optimum yang berbeda dengan mikroba lipolitik lainnya. Aktivitas lipase dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : pH, suhu dan waktu reaksi.

Berikut merupakan gambar dari mekanisme enzim untuk menghasilkan suatu produk:

Gambar 2.2 Mekanisme Kerja Enzim [15].

2.2.1ENZIM SEBAGAI KATALIS

(5)

menghasilkan konversi yang lebih besar dapat bergantung kepada jenis katalis yang digunakan. Misalnya pada katalis asam yangdigunakan ketika minyak memiliki konsentrasi dan asam lemak bebas yang tinggi, dimana sulfat dan asam sulfonat sebagaikatalis yang paling umum dari kelas ini. Sebagai kerugian, katalisis asammemerlukan penggunaan alkohol dalam jumlah besar dalam rangkauntuk mendapatkan hasil biodiesel yang memuaskan dengan menerapkanrasio molar alkohol : minyak 30-150:1. Selain itu,katalis asam seperti asam sulfat yang mengkatalisistransesterifikasi trigliserida perlahan akan menyebabkan reaksi yang lamasekali seperti 48-96 jam[17].Akhirnya, ada risiko korosi dariperalatan yang digunakan karena keasaman tinggi katalis tersebut.Kemudian penggunaan katalis basa sebagai katalis memiliki waktu yang lebih cepat dibandingkankatalis asamdan tidak memerlukan jumlah alkohol yang besar. Katalis dasar yang paling sering digunakan adalahnatrium atau kalium hidroksida. Awalnyabereaksi dengan alkohol menghasilkan alkoksidanya,yang kemudian bereaksi dengan minyak untuk membentuk biodiesel dangliserol. Namun penggunaan katalis basa dapat memungkinkan terbentuknya rekasi saponifikasi trigliserida yang menyebabkan ester yang diperoleh tidak produktif[16]. Oleh karena itu,minyak yang digunakan dalam produksi biodiesel harus umpan dengan pemanasan,sehingga memakan waktu danproses yang mahal.Kelemahan lain dari metode ini adalahair yang dihasilkan selama reaksi.Sebuah alternatif untuk asam tradisional atau alkalikatalisis adalah dengan proses enzimatik, yang mengatasikelemahan sistem katalitik sebelumnya sepertisebagai perlengkapan korosi dan kebutuhan energi yang tinggi.Namun, biaya enzim yang tinggi tetap menjadi penghalanguntuk pelaksanaan proses enzimatik dalamindustri. Selain itu, kehadiran alkohol dapatmenonaktifkan enzim dan kadang-kadang bahkan terjadinya denaturasi.Aktivitas enzim juga dipengaruhi oleh gliserol.Karena kelarutan rendah dari gliserol biodiesel[18].

(6)

penting dalam bioteknologi modern.Banyak industri yang telah mengaplikasikan penggunaan enzim sebagai biokatalis.

Gambar 2.3 Mekanisme Enzimatik Produksi FAME [19].

Pada gambar diatas melaporkan bahwakinetikabiodieselmengikutimekanisme Ping-Pong BiBidengan sebagian besarmodel sebelumnyayang

(7)

panjangdenganlipasesebagaikatalis.Mekanismeyang

diusulkantransesterifikasidengankatalisenzimatikterjadidalam empat langkah: (a) enzim-substrat kompleksterbentuk karenapenambahan oksigennukleofilikdalam

kelompokOHyanghadir padaenzim, (b) asamterkonjugasidariaminamentransferprotondenganoksigenalkilsubstratdanpembent

ukangliserolbagian(jika triacylglycerideadalahsubstrat, diacylglycerideakan

membentukdengangliserolbagiandansebagainya), (c) atom

oksigendarimolekulalkoholditambahkan keatomkarbon dariC=Odariasilenzimmenengah,sehinggaterasilasikompleksenzim-alkohol

terbentukdan(d) oksigen darikompleksenzimdihilangkandanprotonditransfer dariasamterkonjugasidariamina, sehingga asam lemakmetilester [20].

2.2.2 STABILITAS ENZIM DI DALAM CAIRAN IONIK

Dilaporkan dalam literatur telah berhasil menerapkan cairan ionik sebagaipendukung enzimatik, menciptakan sistem katalitik yang dapat digunakan dalam transesterifikasi minyak menjadi biodiesel. Biokatalisis dalam cairan ionik menunjukkan selektivitas yang lebih tinggi, tingkat yang lebih tinggi dan stabilitas enzim yang lebih besar. Dalam produksi biodiesel,dukungan enzim dalam cairan ionik telahdikembangkan bertujuan untuk mengatasi masalah yang terkait dengan transesterifikasi enzimatik konvensional, seperti penonaktifan enzim oleh beberapa alkoholterutama metanol dan penyumbatan situs aktif enzim dengan gliserol yang menurunkan aktivitas mereka dan menghambat penggunaan kembali biokatalis tersebut. Karena kelemahan ini, enzimterutama lipase tidak diterapkan pada skala industri, meskipun menyajikan aktivitas katalitik yang tinggi untuk transesterifikasi trigliserida di bawah kondisi reaksi ringan [21].

(8)

besar untukmenguntungkan secara ekonomis. Metode untuk menstabilkan dan mengaktifkan enzim dalam ILS dapat dibagimenjadi dua strategi yang berbeda : yaitu dengan cara modifikasi enzim dan modifikasipelarut. Modifikasi enzimtermasuk liofilisasi (untuk mengubahmorfologi enzim padat), modifikasi kimia (untuk penambahan kimiafungsi ke dalam biomolekul enzim) dan imobilisasi dalam dukungan yang cocok.

Selain itu memahami faktor-faktor yangmempengaruhi aktivitas enzim dan stabilitas di media ILS juga sangat penting. Telah dilaporkan bahwa reaksi enzim dalam ILS dapat dipengaruhi oleh beberapa faktorseperti aktivitas air, pH, bahan pembantu dan kotoran. Beberapa sifat ILS memilikijuga telah berkaitan dengan aktivitas dan stabilitas enzim,yang paling penting termasukpolaritas,kapasitas ikatan hidrogen, viskositas dan hidrofobik. Hal ini jelas dari set properti yang jenis dan kekuataninteraksi ILS dapat membangun dengan molekul enzim pasti akan mempengaruhi struktur 3D mereka.Pengaruh tersebut dapat menghasilkan atau tidak perubahan aktivitas enzim[22].

Gambar 2.4 Stabilitas Enzim di dalam Cairan Ionik [23]

2.3BIODIESEL

(9)

diuraialam secara alamiah, dan dapat diproduksi secara domestik dari hasil pertanian.Dibandingkan dengan minyak solar, biodisel dapat menghasilkan jumlahpower, dan torsi yang sama dengan minyak solar dalam jumlah yang sama. Hal inidikarenakan umumnya biodisel mempunyai nilai setana yang lebih tinggi dariminyak solar.Selain itu biodisel juga mempunyai efek pelumasan yang lebih baikdaripada minyak solar.Biodisel juga sesuai dengan komponen mesin disel emisigas buang yang dihasilkan ternyata juga lebih baik dalam beberapa hal biladibandingkan dengan menggunakan bahan bakar fosil [24].

Biodiesel terdiri dari mono-alkil ester asam lemak, yang biasanya ester metil dan kadang-kadang disebut sebagai FAME, atau metil ester asam lemak. Ini mono-alkil ester yang dihasilkan hari ini dari lemak, minyak, atau sayuran bahan baku minyak menggunakan reaksi kimia yang disebut transesterifikasi. Proses teknologi transesterifikasi mapan dan saat ini tidak merupakan faktor pembatas di pasar biodiesel. Bahan bakar terbarukan ini terutama digunakan sebagai 2- 20% volume campuran dengan petroleum diesel.Campuran biodiesel misalnya B5 menunjukkan 5% volume biodiesel campuran [25].

Bahan bakar biodiesel dibuat dengan mengkonversi minyak nabati dan lemak hewani menjadi dikenal sebagai asamlemak alkil ester. Untuk menjadi ester, minyak atau lemak harus dipanaskan dan dicampur dengan kombinasi metanol dan natrium hidroksida. Proses konversi ini disebut esterifikasi atau transesterifikasi.Aditif biodiesel memiliki banyak manfaat selain untukmengurangi ketergantungan pada minyak yang lain. Para peneliti telah berpaling ke lemak ayam sebagai pengganti yang lebih murah dari minyak kedelai.Mereka telah menunjukkan bahwa adanya bahan baku yang menguntungkan untuk produksi biodiesel karena tersedia dengan biaya yang rendah dan memiliki potensi hasil sangat tinggi. Namun, kehadiran asam lemak bebas dalam lemak ayam mentah telah menjadi hambatan yang signifikan untuk menghasilkan hasil biodiesel yang tinggi. Asam lemak menciptakan masalah dalam proses transesterifikasi karena mereka cenderung membentuk sabun sebagai produk sampingan. Sabun ini meningkatkan pembentukan gel, yang membuatnya lebih sulit untuk menghasilkan bahan bakar biodiesel yang tinggi [26].

(10)

Minyak mentah dan lemak dapat diekstrak dari sayurdan sumber hewani untuk menjadi salah satu alternatif penggunaanbahan bakar fosil , namun tidak dapat menjalanipembakaran langsung dalam mesin diesel modern karenaviskositas dan kerapatan yang tinggi [16]. Minyak terdiri dari trigliserida yangdapat dikonversi menjadi biofuel menggunakan tiga teknik pengolahanutamapirolisis, juga dikenal sebagaicracking, microemulsification dan transesterifikasi adalah metode yang paling popular [27]. Minyak juga terdapat asam lemak bebas yang dapat dikonversi keester dengan proses esterifikasi.

Biodiesel dianggap sebagai bahan bakar yang menjanjikan sebagai bahan bakar fosil.Secara kimia, biodiesel merupakan campuran asam lemak alkil ester (FAME) yang dihasilkan dari berbagai bahan minyak, seperti minyak nabati, lemak hewan dan limbah minyak.FAME diperoleh dengan transesterifikasi katalitik dari trigliserida dengan alkohol (biasanya metanol atau etanol). Transesterifikasi kimia telah digunakan untuk produksi industri biodiesel meskipun proses memiliki beberapa kelemahan yaitu energi yang intensif, pemulihan gliserol yang harus dikeluarkan dari produk, limbah yang memerlukan perawatan dan asam lemak bebas yang mengganggu dalam reaksi [28].Baru-baru ini sintesis enzim biodiesel telah banyak dilakukan. Proses enzimatik ini memiliki banyak keuntungan dibandingkan metode kimia. Pemulihan produk lebih mudah dan konversi yang tinggi, sedangkan kelemahan utama adalah penonaktifan enzim sebagai akibat dari hidrofilik sifat substrat alkohol yang membatasi jumlah operasi daur ulang yang dapat dilakukan. Cairan ionik (ILS) telah terbukti sebagai pelarut yang baik untuk banyak proses biokimia dan memiliki kemampuan luar biasa untuk menstabilkan enzim selama terus menerus operasi [29].

Dalam penelitian ini kami akan menggunakan proses enzimatik baru untuk memproduksi biodiesel dari CPO (Crude Palm Oil) menggunakan lipase terimobilisasi yaitu lipozyme sebagai katalis dalam sistem reaksi berdasarkan cairan ionik immidazolium dengan panjang gugus dalam struktur kation PF6. Dimana hasil

(11)

Gambar 2.5 Campuran Reaksi Biodiesel, Gliserol dan Enzim dengan IL Padat [30]

2.4.1 REAKSI TRANSESTERIFIKASI

Reaksi antara minyak (trigliseraldehida) dan alkohol merupakan reaksi transesterifikasi. Transesterifikasi adalah suatu reaksi yang menghasilkan ester dimana salah satu pereaksinya juga merupakan senyawa ester. Jadi disini terjadi pemecahan senyawa trigliseraldehida dan migrasi gugus alkil antara senyawa ester. Ester yang dihasilkan dari dari reaksi transesterifikasi ini disebut biodiesel.Reaksi transesterifikasi merupakan reaksibolak balik yang relatif lambat. Untukmempercepat jalannya reaksi dan meningkatkanhasil, proses dilakukan dengan pengadukanyang baik, penambahan katalis dan pemberianreaktan berlebih agar reaksi bergeser ke kanan.Pemilihan katalis dilakukan berdasarkankemudahan penanganan dan pemisahannya dari produk.

Reaksi transesterifikasi memerlukan minyak berkemurnian tinggi (kandungan%FFA <2%). Kandungan FFA yang tinggi pada minyak akan mengakibatkan reaksitransesterifikasi terganggu akibat terjadinya reaksi penyabunan antara katalisdengan FFA. Reaksi penyabunan ini terjadi seiring dengan berjalannya reaksitransesterifikasi, apabila kandungan FFA kecil (<2%) maka kecepatan reaksipenyabunan relatif lebih lambat dibandingkan reaksi transesterifikasi begitu jugasebaliknya reaksi penyabunan akan berjalan jauh lebih cepat ketika kandunganFFA-nya tinggi sehingga yang terjadi bukanlah reaksi pembentukan metil ester(biodiesel) melainkan reaksi pembentukan sabun[31].

(12)

Gambar 2.6SkemadariSintesis Biodiesel dengan Proses Transesterifikasi [7]

Seperti yang diamati, rasio stoikiometri antara alkoholdan minyak untuk transesterifikasi adalah 3:1. Namuntransesterifikasi minyak nabati adalah reaksireversibel, sehingga hasil reaksi tergantung pada pergeserandari kesetimbangan kimia dalam mendukung ester. Oleh karena itu, kelebihanalkohol umumnya lebihtepat untuk meningkatkan perpindahan darireaksi kesetimbangan ke arah produk [8]. Selain itu, diperlukan untuk mengoptimalkanfaktor lain seperti konsentrasi katalis,suhu dan agitasi media reaksi[18]. Lebih khusus lagi,proses transesterifikasi memiliki urutan tigatahap. Langkahpertama mengubahtrigliserida menjadi digliserida kemudian menjadi monogliserida, di langkah terakhir gliserol diperoleh dari monogliserida. Kehadirankatalis biasanya diperlukan untukkonversi yang lebih efektif dari minyak menjadi biodiesel.

2.5 CAIRAN IONIK SEBAGAI PELARUT PADA PROSES ENZIMATIS BIODIESEL

(13)

selama reaksi, penggunaan asil lainnya akseptor seperti metil dan etil asetat.imobilisasi enzim, penggunaan pelarut organik lainnya seperti t-butanol, heksana, n-heptana, 1,4-dioksan, penggunaan asam yang mengandung lemak bahan baku dan modifikasi genetik lipase untuk toleransi metanol yang lebih tinggi. Namun demikian beberapa pelarut tersebut dapat menjadi racun untuk enzim lipase sehingga turunya aktivitas dan stabilitas enzim.Selain itu juga mengamati bahwa lipase dapat dinonaktifkan oleh gliserol yang merupakan produk sampingan dari transesterifikasi.Dengan demikian dibutuhkan pelarut hijau dan ramah lingkungan untuk menghasilkan biodiesel.Karena sifat unik dan ramah lingkungan mereka, cairan ionik telah diidentifikasi sebagai pilihan yang menjanjikan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.Transesterifikasi enzimatik minyak nabati dalam cairan ionik telah dibuktikan oleh beberapa kelompok dalam memproduksi biodiesel.Menempatkan enzim dalam katalis jenis cairan ionic imidazolium sebagai pelarutyang dapat melindungi lipase dari penonaktifan oleh methanol.Biasanya cairan ionik mengandung lebih pendek rantai kation 1,3-dialkylimidazolium (misalnya, [BMIM] PF6 atau [BMIM] NTf2) dan Reaksi dilakukan dalam sistem

biphasic yang membutuhkan sejumlah air. Manfaat ini adalah untuk melindungi enzim dan menghindari interaksi langsung dengan metanol sehingga memungkinkan untuk digunakan kembali lipase di dalamreaksi transesterifikasi [30].

2.6PELARUT DALAM SINTESIS BIODIESEL 2.6.1 CAIRAN IONIK (IONIC LIQUID)

(14)

Ionic liquidsterdiri dari aniondan kation yang cair pada suhu kamar,berbeda dengan garam-garam anorganik sederhana yang hadirdengan titik lelehyang tinggi . Senyawa ini mungkin cairanpada suhu serendah -96°C. Namundaya tarik ioncukup untuk senyawa ini yang memiliki hampirtekanan uap nol yang berarti bahwa tidak adaemisi senyawa organik volatil (VOC)saat digunakan. Selain itumereka bisa berwarna,tidak mudah terbakar, memiliki aktivitas katalitik yang tinggi, rendahviskositas, potensi daur ulang dan mudahdimanipulasi.Karakteristik paling menarik dari IL adalah kemungkinan merancang molekulyang bertujuan pada aplikasi tertentu atau untukmendapatkan satu set sifat tertentu seperti peleburantitik, viskositas, densitas, kelarutan air danselektivitas.Senyawa ini juga memiliki kemampuan untuk melarutkanberbagai zat yang berbeda [18]. IL menyajikaninteraksi yang sama ditemukan di pelarut organik konvensionalseperti ikatan hidrogen, dipol – dipoldan interaksi van der Waals, tetapi juga hadirinteraksi ionik seperti reaksitarik elektrostatikatau tolak antara partikel bermuatan,yangmembuat mereka sangat larut.Selain itu, kation biasanya memilikialkil rantaipanjang yang menentukan kelarutan dalam cairan apolar.

Meskipun ada banyak cairan ionik yang tersedia, dua cairan ionik yang telah digunakan dalam rekasi transesterifikasi dengan hasil yang menguntungkan adalah 1butil-3-metilimidazoliumhexafluorophosphate[BMIM][PF6] dan

1-butil-3methylimidazoliumtetrafluoroborate [BMIM][BF4].Perbedaan utama antara kedua

cairan ionik adalah bahwa [BMIM] [ PF6] adalah hidrofobik (yang jarang di antara

pelarut organik polar), sementara [BMIM][BF4] adalah hidrofilik. Sebuah cairan

ionik hidrofilik bisa strip air yang dibutuhkan untuk lipase untuk mempertahankan aktivitas katalitik, mengakibatkan deaktivasi lipase. Sebagai juga diketahui bahwa anion lain yang lebih nukleofilik dari PF6 anion, yang dapat menyebabkan mereka

untuk mengkoordinasikan lebih kuat ke situs bermuatan positif dalam struktur lipase. Hal ini akan menyebabkan perubahan konformasi dalam struktur enzim, sehingga membuat mereka tidak aktif[21].

2.6.2 PENGGUNAAN ULANG TERHADAP CAIRAN IONIK

(15)

cair-cairdengan air dan heksana dalam dua langkah berturut-turut, serta pemulihan cairan ionik dan biokatalis yang kemudian dapat digunakan kembali dalam siklus berikutnya untuk produksi biodiesel setelah penambahan alkohol dan trigliserida sebagai substrat.

(16)

2.6.3[BMIM][PF6]

[BMIM][PF6] atau 1-Butyl-3-Methylimidazolium Hexafluorophosphate

adalah suatu cairan ionik yang terdiri dari kation 1-Butyl-3-Methylimidazoliumdan anion PF6yang bersifat hidrofobik yang tidak mampu bercampur dengan air

[32].[BMIM][ PF6] memiliki rumus molekul C8H15N2-PF6 dengan struktur sebagai

berikut:

Gambar 2.7 Struktur Molekul [BMIM][ PF6] [33]

Tabel 2.1 Sifat Fisik Cairan Ionik [BMIM][PF6] [33]

Moleculer

2.7 POTENSI EKONOMI BIODIESEL DARI CPO

Produksi CPO di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat. CPO memiliki potensi yang cukup besar untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel. Karena memiliki potensi yang cukup besar, CPO diharapkan dapat menjadi sumber bahan baku utama untuk pembuatan biodiesel guna mencukupi kebutuhan bahan bakar dalam negeri yang semakin tinggi. Adapun peluang untuk mengembangkan potensi biodiesel sendiri di Indonesia cukup besar terutama untuk substitusi minyak solar mengingat saat ini penggunaan minyak solar mencapai sekitar 40% dari total penggunaan BBM untuk sektor transportasi. Sementara penggunaan solar pada industri dan PLTD adalah sebesar 74% dari total penggunaan BBM pada kedua sektor tersebut.

(17)

digunakan dalam produksi dan harga jual biodiesel. Dalam hal ini, harga biodiesel mengacu pada harga komersial CPO dan biodiesel.

Harga CPO = Rp 7500/ liter[34] Harga Biodiesel = Rp 8400/ liter[34]

Dapat dilihat bahwa, harga jual CPO sebagai bahan baku hampir sama dengan harga jual biodiesel sebagai produk dimana biaya produksi belum termasuk dalam perhitungan. Tentu hal ini tidak membawa nilai ekonomis dalam pembuatan biodiesel dari CPO. Namun, adanya kebijakan dari pemerintah mengenai penggunaan biodiesel sebagai bahan bakar yaitu pemberlakuan Peraturan Menteri ESDM Nomor 25/2013 sejak Agustus 2013 dimana memberikan dampak yang signifikan terhadap konsumsi biodiesel dalam negeri. Kementerian ESDM mengungkapkan bahwa konsumsi biodiesel dalam negeri meningkat hingga 101%.Pada Agustus 2013 lalu, konsumsi nabati (fatty acid methyl ester/ FAME) yang dicampurkan ke dalam solar sehingga menjadi biodiesel, masih 57.871 kiloliter.Sementara itu, bulan Oktober 2013 ini konsumsi telah mencapai 116.261 kiloliter.Mulai September 2013, perusahaan di sektor transportasi, industri, komersial, dan pembangkit listrik diwajibkan memakai FAME (fatty acid methyl ester) minimal 10% dalam campuran solar.Hal ini sesuai yang tercantum dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 25/2013 tentang Penyediaan, Pemanfaatan, dan tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) Sebagai Bahan Bakar Lain.Biodiesel yang digunakan dalam campuran solar juga diwajibkan merupakan produk lokal, bukan produk impor.

Gambar

Gambar 2.1 Crude Palm Oil[12].
Gambar 2.2 Mekanisme Kerja Enzim [15].
Gambar 2.3 Mekanisme Enzimatik Produksi FAME [19].
Gambar 2.4 Stabilitas Enzim di dalam Cairan Ionik [23]
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Hasil Evaluasi Dokumen Penawaran yang tertuang dalam Berita Acara Hasil Pelelangan Nomor : 14/PBJ-KEMENAG-KATINGAN /VII/2012 tanggal 30 Juli 2012 dan Surat

(3) Format dan bentuk permohonan rekomendasi teknis untuk perpanjangan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam lampiran VIII yang merupakan bagian tidak terpisahkan

yang dilaksanakan minggu lalu , dan schedul pelelangan telah menyesuaikan dari schedue pelaksanaan pemenang yang disampaikan dari pelelangan rehab pada waktu

Ernest Gellner yang memotret adanya pergeseran atau loncatan-loncatan akan terus berjalan dari satu titik paradigma ke titik paradigma yang lain, bisa dikatakan bahwa

The first one is a simplified Persistent Scatterer Interferometry approach that exploits two key properties of the Sentinel-1 data: the high coherence of the 12-day interferograms

that is to say, at first, the postseismic deformation direction is opposite to that of coseismic deformation, then it tends to be consistent with

Dosen menggali informasi awal kepada mahasiswa mengenai persepsi mahasiswa terhadap lingkup Hukum Acara Perdata, antara lain yaitu: Azaz-Azaz Hukum Acara Perdata Serta Surat

Hasil Penelitian: Hasil penelitian memperlihatkan ada hubungan indeks massa tubuh dengan hiperurisemia pada usia dewasa di Dusun Daleman Gadingharjo Sanden