• Tidak ada hasil yang ditemukan

belajar tentang sejarah filsafat Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "belajar tentang sejarah filsafat Islam"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

Pengertian Filsafat Islam

A. Definisi Filsafat dan Filsafat Islam

A.1. Pengertian Filsafat

Tentang pengertian filsafat terdapat pertikaian antara ahli-ahli. Ini tentu tidak mengherankan. Sedangkan pengertian kata-kata yang menunjuk

barang-barang yang kongkrit pun orang sukar berpendapat, apalagi yang melambangkan

hal yang abstrak.

Pengertian filsafat menurut plato: filsafat tidaklah lain dari pada pengetahuan

tentang segala yang ada. Dalam kurun (periode) Plato belum tumbuh diferensiasi

pengetahuan. Belum ada batas antara ilmu dan filsafat. Untuk menjadi filosof

orang harus menguasai semua pengetahuan yang ada ketika itu. Hal ini mungkin,

karena jumlah pengetahuan belum sebanyak seperti dalam kurun kita.1

A.2. Pengertian Filsafat Islam

Filsafat Islam adalah filsafat yang dihasilkan oleh para filosof Muslim

seperti :

 Al-Kindi (180-260 H/796-873 M)

Merupakan filosof Muslim pertama. Nama lengkapnya adalah

Abu Yusuf Ya’kub Ibnu Ishak al-Kindi, berasal dari bangsawan

Arab dari suku Kindah. Dilahirkan di Kufah, memperoleh

pendidikan masa kecil di Basrah, dewasa dan meninggal di

(2)

Baghdad. Jumlah karya tulis Al-Kindi 241 buah risalah dalam

bidang filsafat, logika, psikologi, astronomi, kedokteran, kimia,

matematika, politik, optik, dll.  Al-Farabi (259-339 H/872-950 M)

Nama lengkapnya Abu Nasr Muhammad Ibnu Muhammad

Ibnu Uzlag Ibnu Turkhan al-Farabi. Lahir di desa Wasij selatan

Samarkand, Asia Tengah. Al-Farabi mendapat gelar kehormatan

sebagai guru kedua karna diakui dan dinilai sebagai tokoh paling

terkemuka setelah Aristoteles dalam bidang logika , sedangkan

gelar pertama diberikan kepada Aristoteles. Jumlah karya tulisnya

menurut Qifti atau Ibnu Abi Usaibi’ah kurang lebih 70 buah, yang

terbagi dalam dua kelompok: kelompok yang berkaitan dengan

logika dan kelompok yang berkenaa dengan berbagai cabang ilmu

dan filsafat (fisika, matematika, metafisika, etika, dan politik).  Ibnu Sina (370-428 H/980-1036 M)

Ibnu Sina adalah filosof muslim yang mengembangkan falsafat

klasik islam ke puncak tertinngi. Nama lengkapnya adalah Abu Ali

al-Husayn Ibnu ‘Abdillah Ibnu Sina, lahir di desa Afsyanah dekat

Bukhara. Telah hafidz pada usia 10 tahun dan menguasai ilmu dam

filsafat pada usia 17 tahun. Karya tulisnya mencapai 276 buah. Para filosof Muslim seperti kata George C. Anawati,

memiliki “starting point” yang sama yaitu kebenaran Qurani”.

Mereka, kata Ahmad Fuad al-Ahwani, memperhitungkan unsur

“Islam” dan menyesuaikan pandangan-pandangan falsafinya

(3)

Esensi filsafat Islam dapat dilihat dalam beberapa definisi:

(a) Filsafat Islam adalah kajian tentang alam dan manusia dalam sinar terang

ajaran-ajaran agama yang dibawa oleh Islam.(Ahmad Fuad al-Ahwani) (b) Pemikiran jemaat muslim tntang alam, metafisika, dan tentang manusia,

individual dan sosial, tetapi pemikiran falsafi mereka terkait dengan

prinsip-prinsip dan pesan-pesan yang dibawa oleh Islam (Muhammd

al-Bahy)

(c) Filsafat Muslim adalah satu paduan pemikiran-pemikiran Barat dan timur

yang berda dibawah pengaruh ajaran Islam. Paduan itu sedemikian rupa

sehingga filsafat Islam berkembang pada jalan-jalannya sendiri, tidak

bergantung pemikiran siapapun yang ditiru.

Esensi pemikiran filsafat Islam adalah perihal kesesuaian, atau minimal,

ketidak bertentangan pemikiran filsafat yang diterima atau dikembangkan para

filosof muslim dengan ajaran wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad.

B. Hubungan Filsafat Islam dengan Filsafat Yunani

Para filosof muslim banyak mengkaji materi dari pemikiran-pemikiran filsafat Yunani. Bila materi pemikiran filsafat Yunani yang dikaji tersebut

memiliki bentuk-bentuk atau rumusan-rumusan yang tidak bertentangan dengan

ajaran wahyu dalam Islam, maka materi tersebut dapat langsung diambil

sepenuhnya menjadi bagian dari filsafat Islam. Contohnya dalam falsafat

Plutonius terdapat ajaran tentang emanasi (pancaran) yang menggambarkan

bahwa sumber dari segala yang ada ini adalah Yang Esa. Dari Yang Esa itu

(4)

Materi. Subtansi falsafat emanasi plotonius dapat dipahami oleh kalangan filosof

Muslim tidak bertentangan dengan ajaran wahyu dalam Islam tentang penciptaan

alam oleh Tuhan dan oleh sebab itu mereka ambil dan kembangkan sedemikian

rupa sehingga muncullah falsafat emanasi versi Al-Farabi, Ibnu Sina, Ikhwan

al-Safa’ , dan lain-lain.2

Berbeda jika bentuk-bentuk pemikiran filsafat tidak sejalan dengan ajaran

wahyu dalam Islam, maka materi tersebut perlu diberi bentuk yang sesuai dengan

ajaran wahyu dalam Islam. Contohnya falsafat Aristoteles “Tuhan sebagai wujud

yang maha sempurna hanya pantas mengetahui yang maha sempurna saja, yakni

diri-Nya sendiri”. Ia tidak pantas memberikan perhatian pada apa saja yang tidak

mahasempurna dan oleh karen itu Ia tidak mengetahui selain diri-Nya. Filsafat ini

jelas bertentangan dengan ajaran Islam yang menegaskan bahwa Tuhan

mengetahui segala sesuatu, diri-Nya, dan apa saja selain diri-Nya, baik di bumi

maupun di langit. Oleh karena itu para filosof muslim tidak menerima begitu saja

filsafat ini, namun dijadikan materi kajian tidak dibiarkan bentuknya,

dikembangkan dan diberi bentuk yang sesuai dengan ajaran wahyu dalam Islam. 3

Dengan demikian hubungan antara filsafat Yunani dan filsafat Islam seperti

hubungan antara materi dan bentuk. Islam (yakni wahyunya) telah memberi

bentuk baru kepada filsafat Yunani. ia hanya pantas disebut filsafat Islam karena

pola ajaran Islam yang erat kaitannya dengan masalah-masalah filsafat, telah

2 Prof.Dr.Abdul Aziz Dahlan. Pemikiran Filsafat dalam Islam. (Jakarta: Perpustakaan Nasional, 2003) hal.1.

(5)

membentuk filsafat Yunani sedemikian rupa ehingga butir-butir filsafatnya tidak

ada lagi yang bertentangan dengan wahyu Allah.4

BAB III

Sejarah Filsafat Islam

A. Sejarah Filsafat Islam

(6)

Berabad-abad sebelum munculnya islam di jazirah arab,proses Helenisasi

telah berlangsung di Mesir, Syam, Irak, dan Persia. Helenisasi dalam arti

“penyebaran ilmu, filsafat, dan budaya Helen (Yunani)” berlangsung di empat

kawasan itu sejak pasukan yang dipimpin oleh Raja Makedonia, Alexander Yang

Agung, berhasil menaklukan keempat kawasan tersebut (334-323 SM). Alexander

berupaya menyatukan budaya Yunani dengan budaya negeri-negeri yaang

ditaklukannya, terutama budaya Persia. Ia sendiri menikah dengan Statira, putri

Darius, raja Persia yang ditaklukan. Dua puluh empat jendral dan 10.000

prajuritnya yang menguasai ilmu dan filsafat Yunani dan mereka diperintahkan

juga mengembangkan ilmu dan filsafat Yunani tersebut dimanapun mereka

berada.5 Jadi, jauh sebelum keempat kawasan tersebut (Persia, Syam, Irak, Mesir)

jatuh ketangan umat islam dimasa pemerintahan Kholifah Umar bin Khattab di

abat VII M, telah ada sejumlah kota yang dikenal sebagai pusat-pusat studi ilmu

dan filasat Yunani, seperti Alexandria di Mesir, Antiokia, Harran, dan Nisibids di

Syam, Jundisapur di Irak, dan Balakh di Persia. Dalam beberapa abad menjelang

munculnya Islam di Jazirah Arab, nasib ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani di

keempat kawasan tersebut ternyata lebih baik dari Yunani dan Itali. Dalam catatan

sejarah juga disebutkan bahwa Perpustakaan Istana yang berisi buku-buku ilmu

pengetahuan dan filsafat Yunani di Roma, atas dorongan Paus Gregorius Agung

(590-604 M), juga dibumihanguskan dan orang-orang dilarang membaca

karya-karya para pengarang Yunani dan Romawai kuno. Sedangkan di Mesir, Syam,

(7)

Irak, dan Persia, terutama pada kota-kota yang menjadi pusat ilmu dan budaya

Yunani itu, api ilmu pengetahuan dan filsafat masih menyala kendati tidak besar.

Wilayah kekuasaan pemerintahan Islam semakin meluas secara luar biasa

pada masa pemerintahan Bani Umayyah. Hingga dasawarsa terakhir abad I H,

wilayah Dunia Islam sudah membentang dari Spanyol (Andalusia) dan Maroko di

ujung barat sampai dengan Pakistan sekarang di ujung timur, dari Asia Tengah di

sebelah utara Laut Arab di sebelah selatan. Dunia Islam dibagi menjadi dua

kategori: Dunia Islam Belahan Barat (Tunisia, Aljazair, Maroko,

Spanyol/Andalusia,Sisilia) dengan Kordoba sebagai pusatnya , Dunia Islam

Belahan Timur (terutama yang terletak di bagian Asia) dengan Baghdad sebagai

pusatnya.

Kontak pertama umat Islam dengan ilmu dan filsafat berlangsung lebih dulu

di Dunia Islam Belahan Timur melalui dialog-dialog/ debat agama antara ulama

Muslim dengan non-Muslim dan melalui penerjemahan besar-besaran buku-buku

ilmu pengetahuan dan filsafat ke dalam Bahasa Arab oleh khalifah-khalifah Bani

Abbas (II dan III H). Sedangkan kontak ilmu dan filsafat di Dunia Islam Bagian

Barat terjadi setelah buku-buku hasil pengembangan ilmu dan filsafat dari Dunia

Islam Belahan Timur dibawa ke wilayah Barat.

(8)

Setelah hancurnya kekuasaan Bani Umayah munculah kekuasaan Bani Abbas (132 H/750 M). Pada masa itu, usaha umat islam untuk membangun segala bidang

ilmu dan filsafat semakin gencar dilakukan. Perkembangan yang mendukung

gerakan tersebut ialah:

 Aksara Arab dan tanda-tanda baca telah mengambil bentuk yang sempurna  Tata-bahasa Bahasa Arab telah dirumuskan secara mantap

 Industri kertas telah dapat diusahakan pada masa Harun al-Rasyid

(170-193 H/786-809 M)

 Bahan-bahan pengetahuan baik tentang agama apun bukan, tersimpan

dalam ingatan atau tercatat dalam lembaran-lembaran menumpuk untuk

ditulis dengan cara yang lebih sistematis

 Perdebatan di golongan umat islam dan antar agama banyak merangsang

para ulama menekuni bidang ilmu yang ingin dikuasai.

Gerakan tersebut diawali Khalifah Ja’far al-Mansur (136-158 H/754-775

M). Gerakan tersebut dilakukan dengan cara:

 pemberian dana yang besar

 menarik banyak ulama dan para ahli dari bebagai daerah untuk

menetap di Baghdad

 merangsang usaha pembukuan ilmu-ilmu agama dan penerjemahan

buku-buku non-agama kedalam bahasa Arab.

Gerakan ini diteruskan oleh khalifah berikutnya, seperti Al-Mahdi

(158-169 H/775-785 M) , Harun al-Rasyid (170-193 H/786-809 M), dan mencapai

puncak pada pemerintahan Al-Makmun (198-218 H/813-833 M) yang

memperhebat peranan lembaga ilmiah/falsafi “Bait al-Hikmah” di Baghdad, suatu

(9)

Naskah-naskah ilmu pengetahuan dan filsafat yang tersedia dalam bahasa Yunani,

Persia, Siryani, Sangsekerta, dll banyak diterjemahkan dalam bahasa Arab. Para

ahli dikirim ke Balkan untuk mencari dan membeli naskah , mereka digerakkan

penguasa Bani Abbas untuk melakuan kerjasama membangun dunia ilmu dan

filsafat yang jaya. Mereka dibayar tinggi bahkan dibayar dengan emas yang

beratnya sama dengan berat lembaran kertas yang berisi hasil terjemahan ke

dalam bahasa Arab.

BAB III

Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan

Filsafat Islam adalah filsafat yang dihasilkan oleh para filosof

(10)

filsafat yang diterima atau dikembangkan para filosof muslim dengan ajaran

wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad. Para filosof muslim banyak

mengkaji materi dari pemikiran-pemikiran filsafat Yunani.

Perkembangan filsafat islam berkembang pesat pada masa

pemerintahan khalifah Abbassiyah akibat perkembangan keilmuan para ulama

yang melakukan gerakan penerjemahan buku-buku ilmu dan filsafat yang

berasal dari Yunani. kegiatan penerjemahan oleh para ulama tersebut

menimbulkan munculnya para filsuf dari golongan umat muslim sendiri yang

tidak hanya mengkaji ulang filsafat Yunani tapi juga menggunakan

pemikirannya sendiri untuk berfilsafat.

B. Saran

Kita dituntut untuk mempelajari filsafat Islam menurut ajaran Islam

yang berpedoman pada Al quran dan Hadis. Dalam mempelajarai Filsafat

Islam kita perlu juga mengetahui sejarah perkembangan ilmu Filsafat

khususnya Filsafat Islam. Sebagai akademisi kita harus pandai-pandai dalam

mengambil suatu pelajaran, tidak seharusnya kita langsung menerima suatu

ide pemikirian tanpa membandingkan dengan pemikiran lain dan juga tanpa

mendalami suatu disiplin ilmu khususnya yang berkaitan dengan Filsafat

Islam.

Banyak para ahli Filsafat Islam yang turut mewarnai kependidikan

Islam. Sehingga tidak ayal lagi jika Filsafat Islam sudah menjadi acuan

(11)

Islam akan terus berkembang seiring munculnya para ahli baru yang

mendalami Ilmu tersebut. Hal yang perlu dibutuhkan adalah perbaikan dalam

perkembangan Filsafat Islam. Dari situlah akan muncul para ahli Filsafat

Islam yang tidak menyimpang dari Islam itu sendiri.

Daftar Pustaka

Dahlan, Abdul Azis. Pemikiran Falsafi dalam ISLAM. Jakarta: Perpustakaan Nasional.

2003.

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Nasution (dalam Nurlaeli, 2012, hlm. 98), analisis data kualitatif bersifat terbuka open-ended, redukatif. Dikatakan terbuka karena terbuka bagi perubahan perbaikan

Memerhatikan beberapa pandangan para pakar di atas mengenai tipe-tipe atau bentuk-bentuk komunikasi, maka kita akan membagi atas lima tipe, yakni, Komunikasi dengan

Akurasi merupakan suatu uji yang dilakukan pada suatu metode apakah data yang dihasilkan mendekati nilai yang sebenarnya (Mattocks, 2010 ; Hasan et al ., 2015) dalam hal

Kerangka konsep penelitian (a) pembuatan SMTA dan SNTA, dan (b) penggunaan selulosa mikrokristal dan nanokristal dalam tablet natrium diklofenak. 1.3

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti mengangkat judul : “ANALISIS PENGARUH RASIO EARLY WARNING SYSTEM DAN RISIKO SISTEMATIK TERHADAP HARGA SAHAM

Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa secara parsial motivasi memberikan kontribusi pengaruh terhadap kinerja pegawai sebesar 17,6%, sementara itu

Melihat hasil perhitungan di atas maka dapat diartikan bahwa wajib pajak orang pribadi yang telah memahami peraturan perpajakan dan mau melakukan kewajibannya selaku

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui peningkatan pemahaman guru terhadap materi Kurikulum 2013 setelah mengikuti diklat Implementasi Kurikulum 2013,