BAB I
KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN A. Definisi Perencanaan
Perencanaan ialah menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi, asumsi untuk masa yang akan datang dengan tujuan memvisualisasi dan memformulasi hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diberlakukan, dan perilaku dalam batas-batas yang diterima yang akan digunakan dalam penyelesaian.
B. Perencanaan Pembelajaran
Menurut I Nyoman Sudana Dageng pembelajaran atau pengajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam pengertian ini secara implisit dalam pengajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pengajaran yang diinginkan
C. Dasar Perlunya Perencanaan Pembelajaran
Perlunya perencanaan pembelajaran sebagaimana disebutkan di atas dimaksudkan agar dapat dicapai perbaikan pembelajaran. Upaya perbaikan pembelajaran ini dilakukan dengan asumsi sebagai berikut:
a. Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran perlu diawali dengan perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran
b. Untuk merancang suatu pembelajaran perlu menggunakan pendekatan sistem c. Perencanaan desain pembelajaran diacukan pada bagaimana seseorang belajar
d. Untuk merencanakan suatu desain pembelajaran diacukan pada siswa secara perorangan
e. Pembelajaran yang dilakukan akan bermuara pada ketercapaian tujuan pembelajaran, dalam hal ini akan ada tujuan pembelajaran dan tujuan pengiring dari pembelajaran f. Sasaran akhir dari perencanaan desain pembelajaran adalah mudahnya siswa untuk
beajar
g. Perencanaan pembelajaran harus melibatkan semua variabel pembelajaran
h. Inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah penetapan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
D. Prinsip-prinsip Umum Tentang Mengajar
Prinsip-prinsip umum yang harus dijadikan pegangan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar adalah sebagai berikut:
a. Mengajar harus berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki siswa b. Pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan harus bersifat praktis c. Mengajar harus memperhatikan perbedaan individual setiap siswa
d. Kesiapan dalam belajar sangat penting dijadikan landasan dalam mengajar e. Tujuan pengajaran harus diketahui siswa
f. Mengajar harus mengikuti prinsip psikologis tentang belajar
E. Tipe-Tipe Belajar
Tipe belajar dikemukakan oleh Gagne pada hakikatnya merupakan prinsip umum baik dalam belajar maupun mengajar. Artinya, dalam mengajar atau membimbing siswa belajar pun terdapat tingkatan sebagaimana tingkatan belajar diatas. Kedelapan tipe itu adalah sebagai berikut:
c. Belajar Rangkaian (Chaining) d. Asosiasi Verbal (Verbal Assosiation)
e. Belajar Diskriminasi (Discrimination Learning) f. Belajar Konsep (Concept Learning)
g. Belajar Aturan (Rule Learning)
h. Belajar Pemecahan Masalah (Problem Solving)
BAB II
PENDEKATAN SISTEM DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN A. Pengertian Sistem
Sistem adalah suatu kesatuan unsur-unsur yang saling berinteraksi secara fungsional yang memperoleh masukan menjadi keluaran yang meliputi adanya tujuan, adanya fungsi untuk mencapai tujuan, ada komponen yang melaksanakan fungsi-fungsi tersebut, adanya interaksi antara komponen atau saling berhubungan, adanya penggabungan yang menimbulkan jalinan keterpaduan, adanya proses transformasi, adanya proses umpan balik untuk perbaikan dan adanya daerah batasan dan lingkungan.
B. Tujuan Sistem
Tujuan suatu lembaga pendidikan ialah untuk memberikan pelayanan kepada yang membutuhkan. Tujuan instruksional ialah agar siswa belajar mengalami perubahan perilaku tertentu sesuai dengan tingkatan taksonomi yang telah dirumuskan terlebih dahulu.
C. Fungsi-Fungsi Sistem
Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, diperlukan berbagai fungsi yang beraktivitas.
D. Komponen-Komponen Sistem
Bagian-bagian yang merupakan komponen pelaksana fungsi dapat ditunjukkan pada tabel di bawah ini:
Nama Tujuan Fungsi-fungsi Pelaksana Fungsi
Instuksiona
Ketua Jurusan, Ketua Lembaga, Ketua UPP Rektor, Ketua Dekan
E. Interaksi atau Saling Berhubungan
Semua komponen dalam sistem pembelajaran haruslah saling berhubungan satu sama lain. Misalnya dalam proses pembelajaran disajikan penyampaian pesan melalui media OHP, maka diperlukan adanya aliran listrik.
F. Penggabungan yang Menimbulkan Jaringan Keterpaduan
Proses Transformasi
Masukan Hasil
Objectives Performance
Standard Constraint
Input
Feed Back Control
Output Process
G. Proses Transformasi
Proses kerja sistem secara sederhana dapat dilukiskan
BAB III
TIGA VARIABEL PEMBELAJARAN A. Pendahuluan
Komponen utama dari ilmu merancang (a design science) menjadi 3 (tiga), yaitu: a. Alternative goals or requirements
b. Possibilities for action
c. Fixed parameters or constraints
Yang disebut empat components of a psychology of instruction. Keempat komponen ini adalah sebagai berikut:
a. Analisis isi bidang studi
b. Diagnosis kemampuan awal siswa c. Proses pembelajaran
d. Pengukuran hasil belajar
B. Metode Pembelajaran
Variabel metode pembelajaran diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:
1. Strategi Pengorganisasian Pembelajaran
Strategi pengorganisasian pembelajaran dibedakan menjadi 2 (dua) jenis:
- Strategi mikro mengacu kepada metode untuk pengorganisasian isi pembelajaran yang berkisar pada satu konsep, atau prosedur, atau prinsip
- Strategi makro mengacu kepada metode untuk mengorganisasi isi pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu konsep, atau prosedur, atau prinsip
Gambar 2.1 Proses kerja sederhana suatu sistem
Tujuan dan
Keefektifan, Efisiensi, dan Daya Tarik Pengajaran K
Strategi makro berurusan dengan bagaimana memilih, menata urutan, membuat sintesis, dan rangkuman isi pembelajaran yang saling berkaitan.
2. Strategi Penyampaian Pembelajaran
Ada 2 (dua) fungsi dari strategi ini:
1. Menyampaikan isi pembelajaran kepada si belajar
2. Menyediakan informasi atau bahan-bahan yang diperlukan siswa untuk menampilkan unjuk kerja (seperti latihan tes)
3. Strategi Pengelolaan Pembelajaran
Strategi ini berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian mana yang digunakan selama proses pembelajaran. Paling tidak ada 3 (tiga) klasifikasi penting variable strategi pengelolaan, yaitu penjadwalan pembuatan catatan kemajuan belajat siswa, dan motivasi.
C. Kondisi Pembelajaran
Reigeluth dan Merril (1979) mengelompokkan variabel kondisi pembelajaran menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu:
1. Tujuan dan Karakteristik Bidang Studi
Merupakan pernyataan tentang hasil pembelajaran apa yang diharapkan.
2. Kendala dan Karakteristik Bidang Studi
Karakteristik bidang studi adalah aspek-aspek suatu bidang studi yang dapat memberikan landasan yang berguna sekali dalam mempreskripsikan strategi pembelajaran. Kendala adalah keterbatasan sumber-sumber, seperti waktu, media, personalia, dan uang.
3. Karakteristik Siswa
Karakteristik siswa adalah aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa seperti bakat, motivasi, dan hasil belajar yang telah dimilikinya.
D. Hasil Pembelajaran
Hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga), yaitu:
1. Keefektifan (effectiveness)
Keefektifan pembelajaran yaitu, kecermatan penguasaan perilaku yang dipelajari atau sering disebut dengan “tingkat kesalahan”, kecepatan unjuk kerja, tingkat alih ajar, tingkat retensi dari apa yang dipelajari.
2. Efisiensi (efficiency)
Biasanya diukur dengan rasio antara keefektifan dan jumlah waktu yang dipakai si belajar dan/atau jumlah biaya pembelajaran yang digunakan.
3. Daya tarik (appeal)
Biasanya diukur dengan mengamati kecenderungan siswa untuk tetap belajar.
BAB IV
SEPULUH LANGKAH MENDESAIN PEMBELAJARAN MENURUT DICK AND CARREY
A. Pendahuluan
Menurut Mudoffir (1990) sistem dapat diartikan sebagai suatu kesatuan insur-unsur yang saling berintegrasi dan berinteraksi secara fungsional yang memproses masukan menjadi keluaran.
B. Desain Pembelajaran Menurut Dick and Carrey
Model dalam mengorganisir pengajaran model Dick and Carrey dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi tujuan umum pengajaran
Tujuan pengajaran adalah untuk menentukan apa yang dapat dilakukan oleh anak didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
2. Melakukan analisis pembelajaran
Dengan cara analisis pembelajaran ini akan diidentifikasi keterampilan-keterampilan bawahan (subordinate skills). Jadi posisi analisis pembelajaran dalam keseluruhan desain pembelajaran merupakan perilaku prasyarat, sebagai perilaku yang menurut urutan gerak fisik berlangsung lebuh dahulu, perilaku yang menurut proses psikologi muncul lebih dahulu atau secara kronologis terjadi lebih awal, sehingga analisis ini merupakan acuan dasar dalam melanjutkan langkah-langkah desain berikutnya.
3. Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik mahasiswa
Aspek-aspek yang diungakap dalam kegiatan ini bisa berupa bakat, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berfikir, minat, atau kemampuan awal.
4. Merumuskan tujuan performansi
Menurut Dick and Carrey (1985) menyatakan bahwa tujuan performansi terdiri atas:
b. Menyebutkan tujuan, memberikan kondisi atau keadaan yang menjadi syarat yang hadir pada waktu anak didik berbuat
c. Menyebutkan kriteria yang digunakan untuk menilai unjuk perbuatan anak didik yang dimaksudkan pada tujuan
5. Mengembangkan butir-butir tes acuan patokan
Bagi seorang perancang pembelajaran harus mengembangkan butir tes acuan patokan, karena hasil tes pengukuran tersebut berguna untuk:
a. Mendiagnosis dan menempatkannya dalam kurikulum
b. Menceking hasil belajar dan menemukan kesalahan pengertian, sehingga dapat diberikan pembelajaran remidial sebelum pembelajaran dilanjutkan
c. Menjadi dokumen kemajuan belajar
6. Mengembangkan strategi pembelajaran
Dick and Carrey mengemukakan bahwa dalam merencanakan dalam satu unit pembelajaran ada tiga tahap, yaitu:
a. Mengurutkan dan merumpunkan tujuan dalam pembelajaran.
b. Merencanakan prapembelajaran, pengetesan, dan kegiatan tindak lanjut. c. Menyusun alokasi waktu berdasarkan strategi pembelajaran.
7. Mengembangkan dan memilih material pembelajaran
Dick and Carrey menyarankan ada tiga pola yang dapat diikuti oleh pengajar untuk merancang atau menyampaikan pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
a. Pengajar merancang bahan pembelajaran individual, semua tahap pembelajaran dimasukkan ke dalam bahan, kecuali prates dan pascrates.
b. Pengajar memilih dan mengubah bahan yang ada agar sesuai dengan strategi pembelajaran.
c. Pengajar tidak memakai bahan, tetapi menyampaikan semua pembelajaran menurut strategi pembelajarannya yang telah disusunnya.
8. Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif
Evaluasi adalah salah satu langkah dalam mengembangkan desain pembelajaran yang berfungsi untuk mengumpulkan data untuk perbaikan pembelajaran.
9. Merevisi bahan pembelajaran
Revisi dilakukan untuk menyempurnakan bahan pembelajaran sehingga lebih menarik, efektif bila digunakan dalam keperluan pembelajaran, sehingga memudahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
10. Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif dilakukan untuk menetapkan nilai apakah suatu desain pembelajaran, dimana dasar keputusan penilaian didasarkan pada keefektifan dan efisiensi dalam kegiatan belajar mengajar.
BAB V
TUJUAN PEMBELAJARAN A. Pendahuluan
1. Waktu mengajar dapat dialokasikan dan dimanfaatkan secara tepat. 2. Pokok bahasan dapat dibuat seimbang.
3. Guru dapat menetapkan barapa banyak materi pelajaran yang dapat atau sebaiknya disajikan dalam setiap jam pelajaran.
4. Guru dapat menepatkan urutan dan rangkaian materi pelajaran secara tepat.
5. Guru dapat dengan mudah menetapkan dan mempersiapkan strategi belajar mengajar yang paling cocock dan menarik.
6. Guru dapat dengan mudah mempersiapkan berbagai keperluan peralatan maupun bahan dalam keperluan belajar.
7. Guru dapat dengan mudah mengukur keberhasilan siswa dalam belajar.
8. Guru dapat menjamin bahwa hasil belajarnya akan lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar tanpa tujuan yang jelas.
B. Arti Tujuan Pembelajaran
Menurut Fred Percivil dan Henry Ellington yakni tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang jalas dan menunjukkan penampilan atau keterampilan siswa tertentu yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar.
C. Taksonomi Tujuan Pembelajaran
Benyamin S. Bloom dan D. Krathwohl (1964) memilah taksonomi pembelajaran dalam tiga kawasan, yakni:
1. Kawasan Kognitif
Kawasan kognitif adalah kawasan yang membahas tujuan pembelajaran berkenaan dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang lebih tinggi yakni evaluasi. Yang termasuk kawasan kognitif adalah tingkat pengetahuan (knowladge), tingkat pemahaman (comprehension), tingkat penerapan (application), tingkat analisis (analysis), tingkat sintesis (synthesis), tingkat evaluasi (evaluation).
2. Kawasan Afektif (Sikap dan Perilaku)
Kawasan afektif adalah satu domain yang berkaitan dengan sikap, nilai-nilai interes, apresiasi (penghargaan) dan penyesuaian perasaan sosial. Tingkatan afeksi ini ada lima, dari yang paling sederhana ke yang kompleks adalah sebagai berikut:
1. Kemauan menerima 2. Kemauan menanggapi 3. Berkeyakinan
4. Penerapan karya
5. Ketekunan dan ketelitian
3. Kawasan psikomotorik
Domain psikomotorik mencakup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan (skill) yang bersifat manual atau motorik. Urutan tingkatan dari yang paling sederhana sampai ke ujung paling kompleks (tertinggi) adalah persepsi, kesiapan melakukan suatu kegiatan, mekanisme, respons terbimbing, kemahiran adaptasi, originasi.
D. Format untuk Menulis Tujuan Pembelajaran
Menurut Mager tujuan pembelajaran sebaiknya mencakup tiga elemen utama, yakni:
Sumber belajar
-Belajar individu dan belajar individu dalam kelompok -Pendekatan sitem
Manajemen
Pengembang an Desain
Penggunaa n Evaluasi
2. Perlu dinyatakan kondisi dan hambatan yang ada pada saat mendemonstrasikam perilaku tersebut
3. Perlu ada petunjuk yang jelas tentang standar penampilan minimum yang dapat diterima.
BAB VI
STRATEGI PEMBELAJARAN A. Sekilas Tentang Strategi Pembelajaran
Ada 3 (tiga) jenis strategi yang berkaitan dengan pembelajaran, yakni: 1. Strategi pengorganisasian pembelajaran
2. Strategi penyampaian pembelajaran 3. Strategi pengelolaan pembelajaran
B. Strategi Pengorganisasian Pengajaran
Strategi mengorganisasi isi pengajaran disebut oleh Reigeluth, Bunderson, dan Merrill (1977) sebagai struktur strategi, yang mengacu pada cara untuk membuat urutan (sequencing) dan mensintesis (synthesizing) fakta, konsep, prosedur, dan prinsip yang berkaitan.
BAB VII
DESAIN PESAN DAN KARAKTERISTIK SISWA DALAM PEMBELAJARAN A. Konsep Desain dalam Teknologi Pembelajaran
Teknologi pendidikan merupakan penggabungan antara teknologi pembelajaran, teknologi belajar, teknologi perkembangan, teknologi pengembangan, dan teknologi lain seperti yang diterapkan untuk keperluan pemecahan masalah pendidikan.
B. Desain Pesan dalam Penelitian Teknologi Pendidikan
Dalam kawasan teknologi pendidikan terdapat lima kawasan yang menjadi bidang garapan penelitian. Kelima kawasan tersebut adalah design, development, utilization, management, evaluation.
C. Karakteristik Isi Pesan
Pesan dalam media massa diupayakan agar khalayak akan tertarik apabila pesan mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
1. Novelty (sesuatu yang baru) 2. Kedekatan atau proximity 3. Popularitas
4. Pertentangan (conflict) 5. Komedi (humor) 6. Keindahan 7. Emosi 8. Nostalgia 9. Human interest
D. Struktur Pesan
Elemen pokok dalam sebuah pesan:
1. Sisi pesan (message sidedness), penyusunan pesan lebih banyak menitik beratkan pada kepentingan pihak pengirim saja, biasanya pesan yang ditonjolkan adalah aspek-aspek positif.
2. Urutan penyajian berbentuk climax versus anticlimax order dan recency and primancy model. Hal ini berkaiatan dengan pesan satu sisi, climax order bila argumen terpenting diletakkan pada akhir bagian. Bila di awal anticlimax order, bila di tengah-tengah pyramidal order. Primancy bila dalam menyusun suatu pesan aspak positif dan negatif ditempatkan pada bagian awal. Recency bila aspek positif dan negatif ditempatkan pada bagian akhir.
3. Penarikan kesimpulan.
E. Daya Tarik Pesan
Daya tarik pesan berkaitan dengan teknik penampilan dalam penyusunan suatu pesan, ide yang meliputi fear (threat) appeals, emotional appeals, rational appeals, dan humor appeals.
F. Beberapa Teori Pembelajaran Visual
Ada empat riset mengenai ilustrasi yang meliputi: 1. Persepsi gambar
2. Memori atau gambar 3. Pembelajaran dan kognisi
4. Respons yang efektif terhadap gambar
Levin dan Lesgold menyarankan belajar dengan gambar harus disertai lima hal, yakni: 1. Dalam proses mengajar, penjelasan harus disertai dengan gambar
2. Materi ajar harus sesuai dengan perkembangan berfikir siswa 3. Cerita yang fiktif yang bersifat naratif
4. Gambar yang ditampilkan sesuai dengan isi cerita 5. Pembelajaran yang bersifat demonstratif
G. Model Memori
Paling tidak ada tiga teori yang dapat menggambarkan picture superiority effect, yaitu: 1. Model kode ganda
H. Gambar Statis dan Pemerolehan Pengetahuan
Ilustrasi gambar statis dapat bertindak sebagai fasilitas pemerolehan pengetahuan bilamana disajikan bersamaan dengan teks materi. Akan tetapi gambar tadi tidak bisa menjawab semua situasi belajar.
I. Tinjauan Karakteristik Siswa dalam Penelitian Teknologi Pendidikan
Variabel untuk menganalisis desain pesan dan karakteristik siswa:
1. Kondisi pengajaran: faktor yang mempengaruhi efek metode dalam meningkatkan hasil pengajaran
2. Metode pengajaran: cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pengajaran yang berbeda dibawah kondisi yang berbeda
3. Hasil pengajaran: semua efek yang dapat dijadikan indikator tentang nilai dari penggunaan metode pengajaran dibawah kondisi yang berbeda.
J. Karakteristik Siswa
Aspek ini bisa berupa bakat, minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berfikir, dan kemampuan awal (hasil belajar) yang telah dimilikinya. Ketujuh kemampuan awal menurut Reigeluth:
1. Pengetahuan bermakna tidak terorganisasi 2. Pengetahuan analogis
3. Pengetahuan tingkat yang lebih tinggi 4. Pengetahuan setingkat
5. Pengetahuan tingkat yang lebih rendah 6. Pengetahuan pengalaman
7. Strategi kognitif
K. Aliran Behaviorisme Kaitannya dengan Karakteristik Siswa
Salah satu aspek yang berbeda dari pendekatan metodologi behavioris adalah pada permintaan untuk data-data eksperimental (manipulasi) untuk membenarkan setiap interpretasi dari perilaku adalah sebab akibat. Hal ini dapat di praktekan melalui media dan pendengaran, metode film yang menekankan pada stimulus, respons, dan pemberdayaan karakter melalui alat-alat audio visual.
L. Analisis Tugas dan Tujuan Perilaku
Tujuan perilaku dimasukkan ke dalam 4 (empat) kategori:
1. Pengaruh dari pengetahuan murid tentang tujuan perilaku pada cara belajar 2. Pengaruh dari tujuan yang spesifik dengan tujuan yang umum pada belajar
3. Pengaruh pada belajar murid dari penguasaan materi dari guru dan penggunaan dari suatu tujuan
4. Pengaruh pada penguasaan murid dari tujuan-tujuan perilaku tentang efisiensi.
M. Desain Saat Ini dan Model Penyampaian
Tiga desain perilaku/ model penyampaian akan jelas melalui cara-cara:
1. PSI (Personalized System of Instruction)
PSI mempunyai 5 (lima) karakteristik, yaitu: a. Menggunakan instruktur atau pengajar b. Penguasaan materi pelajaran
e. Menggunakan kata-kata tertulis
2. Precision Teaching (Ketepatan Mengajar)
Suatu metode yang lebih menekankan mentoring kegiatan belajar di dalam kelas, dibandingkan dengan menciptakan program yang didasarkan pada temuan-temuan dari laboratorium.
3. Direction Instruction (Pembelajaran Langsung)
Dalam mendesain pembelajaran agar belajar lebih dimengerti diperlukan tiga analisis, yaitu analisis perilaku, analisis komunikasi, dan analisis sistem ilmu pengetahuan.
BAB VIII
PERLUNYA MEMPERTIMBANGKAN FAKTOR EMOSIONAL ANAK DALAM MERANCANG PEMBELAJARAN
A. Konsep Dasar Emosional
Keterampilan sosial dan emosional akan semakin penting peranannya dalam kehidupan daripada kemampuan intelektual. Kualitas-kualitas emosional meliputi empati, mengungkapkan dan memaahami perasaan, mengendalikan amarah, kemandirian, kemampuan menyesuaikan diri, diskusi, kemampuan memecahkan masalah antarpribadi, ketekunan, kesetiakawanan, keramahan, sikap hormat.
B. EQ Versus IQ
IQ dapat diukur dengan menggunakan uji-uji kecerdasan standar, misalnya wechsler intelligence scales, yang mengukur baik kemampuan verbal maupun nonverbal, termasuk ingatan perbendaharaan kata, wawasan, pemecahan masalah, abstraksi logika, persepsi, pengolahan informasi, dan keterampilan motorik visual. Keterampilan EQ bukanlah lawan keterampilan IQ atau keterampilan kognitif, namun keduanya berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkatan konseptual maupun di dunia nyata.
C. Anatomi Saraf Emosi
Hubunga bagian korteks dan neokorteks menentukan kecerdasan emosional seseorang. Dengan korteks memungkinkan kita memahami sesuatu secara mendalam, menganalisis, mengapa kita mengalami perasaan tertentu, selanjutnya berbuat sesuatu untuk mengatasinya. Menurut Lawrence otak manusia dapat digolongkan dalam dua fungsi yaitu, otak logika dan otak emosi.
D. Menjadi Orang Tua Ber-EQ Tinggi
Ada tiga gaya umum orang tua dalam mendidik anaknya yakni otoriter, permisif, dan otoritatif. Keluarga yang menetapkan keotoriteran dan pengawasan ketat tidak memperlihatkan pola yang berhasil. Mereka cenderung tidak bahagia, menyendiri, dan sulit mempercayai orang lain. Sebaliknya orang tua permasif, berusaha menerima dan mendidik sebaik mungkin, tetapi cenderung sangat pasif ketika sampai ke masalah penetapan batas-batas atau menanggapi ketidakpatuhan. Orang tua otoritatif, berbeda dengan orang tua otoriter maupun orang tua permisif, berusaha menyeimbangkan antara batas-batas yang jelas dan lingkungan rumah yang beik untuk tumbuh.
E. Emosi dari Segi Moral
2. Mereka harus mengembangkan kepedulian, perhatian dan rasa tanggung jawab
3. Mereka harus merasakan reaksi emosi negatif seperti malu, bersalah, marah, takut, dan rendah diri bila melanggar aturan moral.
F. Empati dan Kepedulian kepada Anak
Para psikolog perkembangan menegaskan bahwa sesungguhnya ada dua komponen empati yaitu:
1. Reaksi emosi kepada orang lain yang normalnya berkembang dalam enam tahun pertama kehidupan anak-anak
2. Reaksi kognitif yang sampai sejauh mana anak-anak dari sudut pandang atau perspektif orang lain.
G. Mengembangkan Empati dan Kepedulian
Kita dapat melihat empati emosi pada kebanyakan anak yang belum berusia lima tahun. Sebagian besar anak balita (bawah tiga tahun) secara naluri mencoba meringankan penderitaan orang lain. Usia enam tahun ditandai dengan dimulainya tahapan empati kognitif kemampuan memandang sesuatu dari sudut pandang orang lain dan berbuat sesuai dengan itu.
H. Keterampilan EQ yang Harus Diingat
Hal yang perlu diingat dalam EQ adalah
1. Ajarkan nilai kejujuran kepada anak sejak mereka masih muda dan konsisten dengan pesan Anda waktu usia mereka bertambah.
2. Anda dapat menjadikan kejujuran dan etika sebagai bahan perbincangan sejak anak masuk sangat mudah dengan memilihkan buku-buku dan video untuk dinikmati bersama anak, memainkan permainan kepercayaan, dan memahami berubahnya kebutuhan anak atas privasi
I. Emosi Moral Negatif: Rasa Malu dan Rasa Bersalah
Membuat anak merasa malu atas perbuatan anti sosialnya merupakan cara yang manjur untuk mengubah perilaku.
1. Memanfaatkan Rasa Malu
a. Upaya mempermalukan harus diberikan apabila seorang anak tidak memiliki reaksi emosi setelah melakukan sesuatu yang seharusnya membuatnya malu
b. Upaya mempermalukan harus dipertimbangkan sebagai strategi pengubahan perilaku yang sah apabila cara pendisiplinan yang lebih lunak dianggap gagal
2. Berfikir Realistis
Lawan dari membohongi diri sendiri adalah berfikir secara realitas memandang dunia seperti apa adanya dan menanggapi dengan keputusan dan perilaku yang sesuai.
3. Keuntungan Optimisme
4. Mengubah Kelakuan Anak dengan Mengubah Pola Pikir Mereka
Mengubah pola pikir bisa sama efektifnya dengan penggunaan obat dalam mengatasi gangguan depresi, fobia, kecemasan, dan gangguan psikosomatik tertentu.
5. Mendefinisikan Masalah Sebagai “Musuh”
Anak harus memisahkan diri sendiri dari masalah yang dihadapinya, memandang masalah mereka sebagai musuh, memberinya julukan, dan mencanangkan perang melawan mereka.
6. Membuat Kerangka Baru Suatu Masalah dan Menuliskannya
Menurut psikolog Michael White dan David Epston dari Selandia Baru adalah mengusahakan agar anak menuliskan masalah yang mereka hadapi, dan membantu menjauhkan jarak antara anak dengan masalah mereka. Pernyataan tertulis yang sederhana sekalipun dapat memotivasi anak untuk betul-betul mengubah sikap dan perilakunya.
J. Aplikasi Pertimbangan Faktor Emosional Anak dalam Perencanaan Pembelajaran
Benjatield (1992) mengemukakan bahwa fungsi emosi meliputi: 1. Emosi pembangkit energi (energizer) contoh: marah
2. Emosi sebagai pembawa pesan/ isyarat (messenger) yaitu keadaan diri kita dapat diketahui dari emosi kita
3. Emosi pembawa informasi dalam komunikasi interpersonal, yakni bahwa ungkapan emosi dapat difahami secara universal
4. Emosi sebagai sumber informasi tentang keberhasilan, contoh seseorang yang ingin sembuh dari sakit, kemudian keadaan yang terkesan sehat menunjukkan seseorang telah berhasil dari sakitnya.
Sifat khusus adalah keadaan psikologis dari individu, ada beberapa sifat khusus yang menimbulkan kejahatan, yaitu:
1. Sakit jiwa
Disebabkan oleh adanya konflik mental yang berlebihan, atau karena pernah melakukan perbuatan yang dirasakan sebagai dosa berat.
2. Perkembangan emosional
Hal yang mungkin mendorong anak melakukan kejahatan moral adalah desakan dari pola umum emosi yang meliputi rasa malu, rasa takut, rasa marah, rasa cemburu, rasa duka cita.
3. Perkembangan mental
Penyebab kejahatan moral dapat terjadi karena rendahnya mental. Rendahnya mental ini ada hubungannya dengan daya inteligensia.
4. Anomi
Masa anomi ditandai dengan meninggalkan kedaan lama dan mulai menginjak dalam keadaan yang baru. Maka akan terjadi kebingungan dalam menghadapi hal baru tesebut.
K. Aplikasi Emosi dalam Kehidupan Sehari-Hari
Dalam kehidupan sehari-hari faktor emosi anak dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan mencerdaskan anak di lingkungan keluarga.
1. Proses emosi dapat dijelaskan dari proses fisiologik
3. Kondisi bangkitnya emosi dan motivasi sangat mirip satu sama lain 4. Takut dan marah
BAB IX
MERANCANG EVALUASI HASIL BELAJAR A. Pendahuluan
Urutan dan persiapan sebelum ujian sampai pengambilan keputusan sesudah ujian: a. Mengukur, menilai, mengevaluasi
b. Menetapkan fungsi penilaian
c. Merancang soal mutu (kriteria soal bermutu, struktur soal, bobot soal) d. Melakukan pengukuran dan penilaian hasil ujian
e. Melakukan pengambilan keputusan
B. Pengukuran, Penilaian, dan Pengevaluasian Hasil Belajar
Mengukur adalah membandingkan sesuatu ukuran tertentu yang bersifat kuantitatif. Menilai adalah mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran subjektif dan bersifat kualitatif. Mengevaluasi adalah proses mengukur dan menilai.
C. Fungsi Ujian sebagai Instrumen Evaluasi
Suatu ujian dikatakan bermutu baik apabila ujian tersebut: a. Menguji apa yang hendak diuji
b. Terdiri atas serangkaian soal ujian yang baik
D. Struktur Soal Ujian
Suatu ujian dikatakan bermutu apabila ujian tersebut terdiri atas serangkaian soal yang telah diorganisasikan dalam suatu struktur soal sedemikian rupa sehingga rangkaian soal itu akan menunjukkan representatif, seimbang dan relevansi dengan sasaran belajar sekaligus. Apabila kemampuan kognitif dalam soal sesuai dengan kemampuan kognitif yang diminta dalam sasaran belajar dan mahasiswa mampu menjawab soal itu dengan baik, berarti mahasiswa itu mampu mencapai sasaran belajar yang ditetapkan.
E. Kriteria Evaluasi
Untuk melakukan penilaian terhadap kemampuan individual mahasiswa dibutuhkan beberapa syarat yaitu, soal ujian harus dibuat spesifik, penilaian dilakukan secara dikotomi. Ada dua acuan penilaian dalam pengambilan keputusan:
a. Penilaian Acuan Patokan (PAP) b. Penilaian Acuan Norma (PAN)
F. Beberapa Konsep yang Berkaitan dengan Evaluasi 1. Validitas Instrumen
Hakikat validitas adalah berhubungan dengan sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa yang dianggap orang seharusnya diukur oleh alat tersebut. Jenis validitas ada 4 (empat macam validitas yang berasal dan dasar pembagian jenis, yaitu :
a. Validitas logis meliputi validitas isi, validitas konstruksi
2. Reliabilitas Instrumen
Ruang lingkup reliabilitas meliputi pengertian, hal-hal yang berhubungan dengan jenis tes yang dapat direliabilitas, hal yang berhubungan dengan tercoba (testee), hal yang berhubungan dengan penyelenggaraan tes. Fungsi reliabilitas instrumen paling tidak ada empat fungsi yaitu:
a. Reliabilitas instrumen sebagian merupakan fungsi dari panjangnya instrumen itu b. Reliabilitas sebagian merupakan fungsi dari heterogenitas kelompok
c. Reliabilitas suatu tes sebagian merupakan fungsi dari kemampuan individu yang mengerjakan tes tersebut
d. Reliabilitas untuk sebagian, jika dalam penelitia adalah fungsi dari sifat variabel yang sedang diukur.
BAB X
MERANCANG KEGIATAN PEMBELAJARAN A. Perlunya Penyiapan Rancangan Kegiatan Pembelajaran (RKP)
Rancangan kegiatan pembelajaran (RKP) adalah seperangkat tulisan yang berisi rencana pembelajaran dan praktikum dari dosen atau tenaga pengajar dalam memberikan kuliah dan/atau praktikum
B. Bagaimana Menyusun Rancangan Kegiatan Pembelajaran
Paling tidak ada sepuluh langkah yang dilalui dalam menyiapkan kegiatan pembelajaran yaitu:
1. Pentingnya dosen mencari informasi sebanyak-banyaknya 2. Menulis pokok bahasan dan subpokok bahasan
3. Merumuskan TIU untuk tiap pokok bahasan
4. Menyusun pokok bahasan dan subpokok bahasan dalam skema hubungan 5. Menentukan frekuensi kuliah untuk setiap pokok bahasan
6. Merumuskan sasaran belajar
7. Membuat matriks Rencana Kegiatan Perkuliahan (RKP) 8. Menentukan ujian dan bobot soal
9. Menyusun pedoman perkuliahan dan RKP
10. Menyerahkan Rencana Kegiatan Perkuliahan (RKP)
BAB XI
PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DALAM PEMBELAJARAN
A. Pendahuluan
Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) merupakan suatu paradigma baru dalam sistem pembaruan kurikulum pendidikan di sekolah. Munculnya kurikulum berbasis kompetensi didasari oleh lemahnya kemampuan lulusan sekolah formal sekarang ini dalam arti lulusan sekolah kurang memiliki kemampuan taksonomi yang diharapkan baik secara kognitif, afektif, maupun secara psikomotorik.
B. Esensi KBK
menghayati dan mengamalkan untuk bertakwa kapada Tuhan Yang Maha Esa, rasa ingin tahu, toleransi, berpikiran terbuka, kepercayaan diri, kasih sayang, kepedulian, kebersamaan, kekeluargaan, dan persahabatan.
C. Kompetensi yang Diharapkan dalam Pembelajaran
Setiap jenjang pendidikan mempunyai kompetensi-kompetensi yang ingin dicapai. Memperhatikan pendidikan berbasis kompetensi adalah pendidikan yang menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu jenjang pendidikan. Kompetensi lulusan suatu jenjang pendidikan, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, mencakup komponen pengetahuan, keterampilan, kecakapan, kemandirian, kreativitas, kesehatan, akhlak, ketakwaan, dan kewarganegaraan.
D. KBK Penerapan dalam Pembelajaran Matematika 1. Karakteristik mata pelajaran matematika
Ditinjau dari aspek kompetensi yang ingin dicapai, mata pelajaran matematika menekankan penguasaan konsep dalam algoritma di samping kemampuan memecahkan masalah.
2. Standar kompetensi mata pelajaran matematika
Untuk mata pelajaran matematika di SMA, telah dirumuskan sembilan standar kompetensi sebagai berikut:
a. Menggambarkan operasi dan sifat serta manipulasi aljabar dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan bentuk pangkat, akar, dan logaritma, persamaan kuadrat dan fungsi kuadrat, sistem, persamaan linier-kuadrat, pertidaksamaan satu variabel, logika matematika.
b. Menggunakan perbandingan, fungsi, persamaan, dan identitas trigonometri dalam pemecahan masalah.
c. Menggunakan sifat dan aturan geometri dalam menentukan kedudukan titik, garis dan bidang, jarak, sudut, dan volum.
d. Menggunakan aturan statistika dalam menyajikan dan meringkas data dengan berbagai cara serta memberi tafsiran, menyusun, dan menggunakan kaidah pencacahan dalam menentukan banyak kemungkinan dan menggunakan aturan peluang kejadian majemuk.
e. Menggunakan manipulasi aljabar untuk merancang rumus trigonometri dan menyusun bukti.
f. Menyusun dan menggunakan persamaan lingkaran serta garis singgungnya, menggunakan algoritma pembagian, teorema sisa, teorema faktor dalam pemecahan masalah, menggunakan operasi dan manipulasi aljabar dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan fungsi komposisi dan fungsi invers.
g. Menggunakan konsep limit fungsi dan turunan dalam pemecahan masalah. h. Menggunakan konsep integral dalam pemecahan masalah.
i. Merancang dan menggunakan model matematika program linier serta menggunakan sifat dan aturan yang berkaitan dengan barisan, deret, matriks, vektor, transformasi, fungsi eksponen, dan logaritma dalam pemecahan masalah.
3. Pengembangan silabus dan sistem penilaian
pelajaran, perumusan standar kompetensi dan kompetensi dasar, penentuan materi pokok, pemilihan pengalaman belajar, penentuan indikator, penilaian, yang meliputi jenis tagihan, bentuk instrumen, dan contoh instrumen, perkiraan waktu yang dibutuhkan, dan pemilihan sumber atau bahan atau alat.
4. Penyusunan dan analisis instrumen
Tujuan penilaian adalah untuk mengetahui apakah siswa telah atau belum menguasai suatu dasar kompetensi dasar tertentu.
a. Langkah penyusunan instrumen
Penyusunan spesifikasi instrumen mencakup kegiatan: menentukan tujuan, menyusun kisi-kisi, memilih bentuk instrumen, dan menentukan panjang instrumen.
b. Bentuk instrumen dan penskorannya
- Pertanyaan lisan. Penskoran pertanyaan lisan dapat dilakukan dengan pola kontinum 0 s.d. 10, atau 0 s.d. 100.
- Pilihan ganda. Bentuk pilihan ganda dapat dipakai untuk menguji penguasaan kompetensi pada tingkat berpikir rendah seperti pengetahuan dan pemahaman, sampai pada tingkat berpikir tinggi seperti aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Penskoran pilihan ganda dapat dilakukan dengan rumus : skor = B/N x 100 Dimana :
B = banyaknya butir yang dijawab N = banyaknya butir soal
- Uraian objektif. Pertanyaan yang biasa digunakan adalah simpulkan, tafsirkan, dan sebagainya.
- Uraian bebas. Bentuk instrumen ini dapat dipakai untuk mengukur kompetensi siswa dalam semua tingkat dan ranah kognitif.
- Jawaban singkat atau isian singkat - Menjodohkan
- Portofolio
c. Bentuk instrumen nontes dan penskorannya
Langkah pembuatan instrumen sikap dan minat adalah sebagai berikut: 1. Pilih ranah afektif yang akan dinilai, misalnya sikap atau minat 2. Tentukan indikator minat
3. Pilih tipe skala yang digunakan 4. Telaah instrumen oleh sejawat 5. Perbaiki instrumen
6. Siapkan inventori laporan diri 7. Tentukan skor inventori
8. Buat hasil analisis inventori skala minat dan skala sikap
5. Analisis instrumen
6. Evaluasi hasil penilaian
Evaluasi terhadap hasil belajar bertujuan untuk mengetahui ketuntasan siswa dalam menguasai kompetensi dasar. Dari hasil evaluasi tersebut dapat diketahui kompetensi dasar, materi, atau indikator yang belum tercapai ketuntasan. Dengan mengevaluasi hasil belajar, guru akan mendapatkan manfaat yang besar untuk melakukan program perbaikan yang tepat.
E. Pelaporan Hasil Penilaian dan Pemanfaatannya
Penilaian pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui perkembangan hasil belajar siswa dan hasil mengajar guru. Laporan hasil belajar siswa mencakup ranah kognitif, psikomotor, dan afektif.
1. Pelaporan hasil penilaian
Hasil penilaian ranah kognitif dan psikomotor dapat berupa nilai angka maupun deskripsi kualitatif terhadap kompetensi dasar tertentu. Pelaporan ranah afektif dilakukan secara kualitatif.
a. Laporan untuk siswa dan orang tua
Laporan yang dibuat guru untuk siswa dan orang tua berisi catatan prestasi belajar siswa. Catatan itu dapat dibedakan atas dua cara, yaitu lulus atau belum lulus. Prestasi siswa yang dilaporkan guru kepada siswa dan orang tua dapat dilihat dalam buku rapor yang diisi pada setiap semester.
b. Laporan untuk sekolah
Laporan yang dibuat guru untuk pihak sekolah sebaiknya lebih lengkap. Guru tidak semata-mata melaporkan prestasi siswa, tetapi juga menyinggung problem kepribadian mereka. Laporan tidak hanya dalam bentuk angka tetapi juga dalam bentuk deskripsi tentang siswa.
c. Laporan untuk masyarakat
Pada umumnya laporan untuk masyarakat berkaitan dengan jumlah lulusan sekolah. Setiap siswa yang telah lulus membawa bukti bahwa mereka memiliki suatu pengetahuan dan keterampilan tertentu.
2. Pemanfaatan hasil penilaian a. Untuk siswa
Informasi hasil belajar dapat dimanfaatkan siswa untuk mengetahui kemajuan hasil belajar diri, mengetahui konsep-konsep atau teori yang belum dikuasai, memotivasi diri untuk belajar lebih baik, dan memperbaiki strategi belajar.
b. Untuk orang tua
Informasi ini digunakan orang tua untuk membantu anaknya belajar, memotivasi anaknya belajar, membantu sekolah meningkatkan hasil belajar siswa, membantu sekolah melengkapi fasilitas belajar.
c. Untuk guru dan kepala sekolah