• Tidak ada hasil yang ditemukan

KRITIS PELANGGARAN KODE ETIKA PEGAWAI NE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KRITIS PELANGGARAN KODE ETIKA PEGAWAI NE"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

KRITIS PELANGGARAN KODE ETIKA PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS)

ATAS KASUS DUGAAN KORUPSI DANA BAGI HASIL CUKAI DAN TEMBAKAU

DINSOSNAKERTRANS MADIUN

MEIRIA DWI SAPUTRI 132300085

Mahasiswa Jurusan Komputerisasi Akuntansi Politeknik Negeri Madiun Jl. Serayu No. 84 Madiun

E-mail : meiria1995@gmail.com

ABSTRAK

Tulisan ini menguraikan tentang kode etika Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang mana pegawai negeri sipil merupakan unsur aparatur negara yakni sebagai abdi negara dan abdi masyarakat. Kedudukan PNS tersebut dalam konteks penyelenggaraan pemerintahan negara. Sebagai abdi negara seorang PNS terikat dengan segala aturan hukum dan perundang-undangan yang berlaku, yang mengatur jalannya pemerintahan dan hubungan antara Pemerintah dengan PNS yang bersangkutan. Tulisan ini difokuskan terutama untuk mengkritisi kasus korupsi yang dilakukan oleh pejabat Disnakertrans Madiun pada dana bagi hasil cukai dan tembakau. Kesimpulan dari kritisan kode etika pegawai negeri sipil adalah setiap Pegawai Negeri Sipil (PNS) harus memiliki sikap, tingkah laku dan perbuatan yang mencerminkan moral apartur negara di luar kedinasan, yaitu : (1) Berkelakuan baik dan tidak melakukan perbuatan yang apat merendahkan martabat Pegawai Negeri Sipil; (2) Tidak menyalahgunakan wewenang yang dimiliki; (3) Tidak melakukan perbuatan yang melanggar ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku; (4) Tidak menggunakan sarana dan prasarana kedinasan untuk kepentingan pribadi; dan (5) Tidak menggunakan sarana dan prasarana kedinasan sesuai maksud dan tujuan sarana dan prasarana itu diadakan.

Kata Kunci : Etika, Etika profesi, Kode Etika Pegawai Negeri Sipil (PNS), Korupsi.

1.

Pendahuluan

(2)

yang baik untuk masyarakat. Visi disini adalah menggambarakan tujuan yang konkrit atas suatu perbuatan yang akan diambil dan perspektif disini adalah pengertian yang tepat yang mana terdapat kesadaran hati, fikiran, dan ketajaman akal etis dalam pemahaman hal mana yang dalam situasi tepat hingga dapat mencapai tujuan dengan baik dan mencapai kesejahteraan serta kebahagiaan. Sebagaimana dalam pernyataan Aritoteles mengenai hidup yang baik bagi manusia adalah apabila ia mencapai apa yang menjadi tujuannya. Dengan bermodal prinsip etika yang baik diharapkan itu benar-benar terwujud agar tercipta kebahagiaan dan juga kedamaian.

(3)

Berkenanaan dengan kode etika dan pelaksanaan tugas dari seorang PNS, harus berjalan seimbang dan selaras sehingga PNS harus memahami dan melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya, menjunjung tinggi ketidakberpihakkan terhadap semua golongan, masyarakat, individu, serta tidak diskriminatif dalam memberikan pelayanan. Di samping itu, setiap Pegawai Negeri Sipil harus menunjukkan akuntabilitasnya dengan mempertanggung jawabkan seluruh pelaksanaan tugas yang dibebankan kepadanya baik kepada bangsa dan negara maupun masyarakat melalui pimpinan atau atasan langsungnya.

1.1.

Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :

a. Sejauhmana perlunya penegakan etika bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS).

b. Faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap penegakan etika Pegawai Negeri Sipil (PNS).

1.2.

Tunjuan dan Manfaat

1.2.1Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dari latarbelakang masalah di atas adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui sejauhmana perlunya penegakan kode

etika Pegawai Negeri Sipil (PNS)

(4)

Manfaat penelitian yang diperoleh berdasarkan latarbelaknag di atas adalah sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang diterima di bangku kuliah dengan membandingkan teori dengan permasalahan yang ada di lapangan serta membuat penulis mengerti pada

permasalahan yang ada meskipun belum sempurna, tetapi penulis akan lebih mendapatkan pengetahuan yang bertambah mengenai penegakan kode etika profesi khususnya pada

Pegawai Negeri Sipil (PNS).

2

Kerangka Teoritis

2.2 Pengertian etika

Ludigdo (2007) menyatakan etika merupakan sebagai pemikiran dan pertimbangan moral memberikan dasar bagi seseorang maupun sebuah komunitas dalam melakukan sebuah tindakan dan dapat menentukan baik buruknya atau benar salahnya suatu tindakan yang akan diambilnya. Teori etika dapat disebut sebagai gambaran rasional mengenai hakekat dan dasar perbuatan dan keputusan yang benar serta

prinsip-prinsip yang menentukan klaim bahwa perbuatan dan keputusan tersebut secara moral diperintahkan dan dilarang (Fakhry, 1996, XV).

Arti Etika menurut K. Bertens, 2000 : 1. Etika sebagai praktis

(5)

- Apa yang dilakukan sejauh sesuai atau tidak dengan nilai-nilai dan norma moral.

2. Etika sebagia refleksi

- Pemikiran moral berpikir tentang apa yang dilakukan dan khususnya tentang apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan

- Berbicara tentang etika sebagai praksis atau mengambil praksis etika sebagai objenya

- Menyoroti dan menilai baik buruknya perilaku orang

- Dapat dijalankan pada taraf populer maupun ilmiah

Etika sebagai cabang filsafat

1. Moralitas (Ciri khas mnausia)

Hukum moral menurut K. Bertens,1997:4 merupakan imbauan kepada kemauan manusia dan mengarahkan diri kepada kemauan manusia dengan menyuruh melakukan sesuatu.

2. Etika (ilmu tentang moralitas)

Merupakan ilmu yang menyelidiki tingkah laku moral

2.3 Pengertian profesi

(6)

mengimplikasikan kompetensi mencetuskan ide, kewenangan ketrampilan teknis dan moral serta bahwa perawat mengasumsikan adanya tingkatan dalam masyarakat.

PAUL F. COMENISCH (1983) menyatakan bahwa profesi adalah “komunitas moral” yang memiliki cita-cita dan

nilaibersama. Sedangkan, K. BERTENS berpendapat bahwa profesi adalah suatu moral community (masyarakat moral) yang memiliki cita-cita dan nilai-nilai bersama.

Uraian yang tersaji diatas dapat disimpulkan bahwa profesi adalah aktivitas dari komunitas moral yang memiliki cita-cita dan nilai bersama .

2.4 Kode etika Pegawai Negeri Sipil (PNS)

Menurut Wahyudi Kumorotomo dalam bukunya ”Etika Administrasi Negara” Kode Etik adalah suatu alat untuk

menunjang pencapaian tujuan suatu organisasi atau sub organisasi atau bahkan kelompok-kelompok yang belum terikat dalam suatu organisasi. Sesuatu alat itu tentunya bisa saja diadakan kalau ia sudah dirasakan perlunya. Pada dasarnya kode etik adalah suatu hukum etik. Hukum etik itu biasanya dibuat oleh suatu organisasi atau suatu kelompok, sebagai suatu patokan tentang sikap mental yang wajib dipatuhi oleh para anggotanya dalam menjalankan tugasnya.

(7)

perilaku seorang PNS baik dalam kedinasan maupun dalam kesehariannya ditengah-tengah masyarakat.

Kode etik PNS mencakup seluruh aspek kehidupan baik kedinasan maupun dalam kehidupan kesehaiannya yaitu etika bernegara, kode etika berorganisasi, kode etika bermasyarakat, kode etika sesama PNS dan kode etika terhadap diri sendiri.

2.5 Korupsi

Korupsi berasal dari kata Latin Corrumpere, corruptio, atau corruptus. Arti harfiah dari kata ini adalah penyimpangan dari kesucian, tindakan tak bermoral, kebejatan, kebusukan, kerusakan, ketidakjujuran, atau kecurangan. Dengan demikian, ia punya konotasi adanya tindakan-tindakan hina, fitnah, atau hal-hal buruk lainnya.

3

Pembahasan

3.2 Analisa Permasalahan

(8)

Oleh Disnakertrans, uang itu dipakai untuk menyelenggarakan sejumlah kegiatan, seperti sosialisasi, pemberian bantuan modal kerja, dan pelatihan keterampilan kepada perusahaan rokok skala kecil. Fakta yang ditemukan penyidik Polres Madiun, laporan kegiatan itu tidak bisa dipertanggungjawabkan. Banyak kegiatan fiktif sehingga menimbulkan kerugian negara ratusan juta rupiah.

Sesuai audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), kerugian negara dalam kasus ini hampir mencapai Rp 77 juta dari total anggaran Rp 755 juta yang disalurkan melalui Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans, sekarang Dinsosnakertrans).

Kegiatan fiktif hingga menimbulkan kerugian negara ratusan juta rupiah contohnya kegiatan pembinaan kepada pabrik rokok. Setelah ditelusuri, pembinaan itu tidak pernah dilakukan. Pabrik rokok yang disebutkan dalam laporan pertanggungjawaban mendapatkan pembinaan ternyata sudah tutup sejak lama.

Kepolisian Resor Madiun menetapkan empat pejabat Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kabupaten Madiun, Jawa Timur, sebagai tersangka kasus dugaan korupsi anggaran yang bersumber dari Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau (DBHCT) tahun 2010.

3.3 Prinsip –Prinsip Etis

(9)

Lingkungan Kementerian Kesehatan menyatakan dalam pasal 3 ayat 1 mengenai Prinsip Dasar Kode Etik Pegawai tercermin dalam Panca Prasetya KORPRI. Prinsip dasar Kode Etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1),meliputi:

a. setia dan taat kepada negara kesatuan dan pemerintah Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;

b. menjunjung tinggi kehormatan bangsa dan negara, serta

memegang teguh rahasia jabatan dan rahasia negara;

c. mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat di atas kepentingan pribadi dan golongan;

d. memelihara persatuan dan kesatuan bangsa serta kesetiakawanan Korps Pegawai Republik Indonesia; dan

e. menegakkan kejujuran, keadilan dan disiplin serta

meningkatkan kesejahteraan dan profesionalisme.

3.4 Etika Yang Dilanggar

(10)

Disnakertrans Madiun tersebut telah melanggar beberapa kode etik bernegara yaitu :

a. Menaati semua peraturan perundang-undang yang berlaku

dalam melaksanakan tugas;

Point tentang menaati peraturan perundang-undang yang berlaku telah dilanggar oleh 4 petugas Disnakertrans, yakni tentang nilai dasar kode etika PNS dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 008 Tahun 2012 Tentang Kode Etik Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Kementerian Kesehatan pasal 4, yaitu pegawai tidak mengutamakan kepentingan negara melainkan mementingkan kepentingan pribadi dengan memenuhi keinginan diri dengan melakukan tindak korupsi serta tentang profesionalisme telah diabaikan dengan memanipulasi laporan kegiatan fiktif atas penggunaan dana DHBCT.

b. Akuntabel dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan;

Akuntabel dalam artiannya adalah mengenai keahlian dan kemampuannya dalam melaksanakan tugas dapat dihandalkan sesuai dengan tanggungjawab proporsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.

(11)

c. Tanggap, terbuka, jujur, dan akurat, serta tepat waktu

dalam melaksanakan setiap kebijakan program pemerintah; Dari sekian poin diatas telah dilanggar oleh 4 petugas Disnakertrans Madiun, sebab mereka menyengaja untuk tidak tanggap akan kegunaan dan fungsi dari dana yang ada , juga tidak bersikap terbuka dengan relasi kerja PNS yang lain berlaku rahasia dalam penyelewengan, serta tidak jujur dalam pelaksanaan profesinya.

d. Tidak memberikan kesaksian palsu atau keterangan yang

tidak benar.

Pada kenyataannya adalah 4 petugas Disnakertrans melakukan pemalsuan laporan kegiatan realisasi dana dengan kegiatan fiktif yang tidak pernah dilakukan berdasar kenyataan

3.5 Solusi

Berdasarkan kasus diatas perlu tindak lanjut atas tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh pejabat

Disnakertrans Madiun.

Kepolisian Resor Madiun menetapkan empat pejabat Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kabupaten Madiun, Jawa Timur, sebagai tersangka kasus dugaan korupsi anggaran yang bersumber dari Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau (DBHCT) tahun 2010.

(12)

sesuai Undang Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok Pokok Kepegawaian dan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS, sangsi diberikan jika perkaranya sudah mempunyai kekuatan hukum tetap dan dinyatakan bersalah.

Tindak korupsi sudah pasti membawa dampak negatif baik pada pribadi pelaku maupun pihak yang disekitar pelaku. Hal terpenting dalam permasalahan yang sudah sering terjadi diseluruh dunia adalah perlu kita ketahui bagaimana cara menangkal terjadinya korupsi. Dengan memperhatikan faktor yang menjadi penyebab korupsi dan bagaimana faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap terjangkitnya korupsi, dapat dikemukakan beberapa landasan untuk menangkalnya.

1.

Cara Sistemik Struktural

Yang harus dilakukan adalah mendayagunakan segenap suprastruktur politik maupun infrastruktur politik dan pada saat yang sama membenahi birokrasi sehingga lubang-lubang yang dapat dimasuki tindakan-tindakan korup dapat ditutup.”suprastruktur politik” adalah keseluruhan lembaga

penyelenggara negara yang mempunyai kewenangan hukum konstitusional yang bersumber dari UUD 1945 seperti MPR, Presiden, DPR, DPA, BPK, MA dan Pemerintah daerah beserta jajarannya.

2.

Cara Abolisionistik

(13)

diarahkan pada usaha-usaha menghilangkan sebab-sebab tersebut. Oleh karena itu, jalan yang ditempuh adalah dengan mengkaji permasalahan-permasalahan yang tengah dihadapi masyarakat, mempelajari dorongan-dorongan individual yang mengarah ke tindakan-tindakan korupsi, meningkatkan kesadaran hukum masyarakat, serta menindak orang-orang yang korup berdasarkan kodifikasi hukum yang berlaku.

3.

Cara Moralistik

Cara Moralistik dapat dilakukan secara umum melalui pembinaan mental dan moral manusia, khotbah-khotbah, ceramah, atau penyuluhan di bidang keagamaan, etika dan hukum.

Upaya-upaya untuk menangkal korupsi akan kurang berhasil bila ancangan yang dilakukan hanya sepotong-sepotong. Oleh karena itu, upaya tersebut hendaknya dimulai secara sistematis, melibatkan semua unsur masyarakat. Akar dari kedurjanaan itu adalah tidak adanya usaha bahu-membahu antara masyarakat dan pemerintah dan perasaan terlibat dengan kegiatan-kegiatan pemerintah baik di kalangan pegawai negeri maupun dalam masyarakat pada umumnya.

(14)

dapat dilakukan adalah dengan menguangi kecenderungan ke arah sentralisasi.

4

Penutup

4.2 Kesimpulan

Kasus dugaan korupsi yang dilakukan pejabat PNS Disnakertrans Madiun atas dana hasil bagi cukai dan tembakau telah melanggar kode etik PNS yaitu prinsip-prinsip dasar beserta nilai-nilai dasar etika PNS baik dalam etika bernegara, etika berorganisasi dan etika terhadap diri sendiri.

4.3 Saran

Pengawasan terhadap kemungkinan tindakan-tindakan korup hanya dapat dilakukan secara efektif jika komponen-komponen pengawasan dapat dibagi antara aparat pusat dan daerah serta antara aparat eksekutif dan legislatif. Kecuali itu, penugasan-penugasan dalam jajaran pemerintahan harus jelas dan dapat dipahami oleh setiap satuan yang ada.

(15)

5

Daftar Pustaka

[1] Ludigdo, U. 2007. Paradoks Etika Akuntan. Yogyakarta :

Pustaka Pelajar.

[2] Bertens, K. 2000. Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta :

Kanisius.

[3] https://

ademuklis.wordpress.com/2014/01/29/profesi-menurut-para-ahli/

[4]

http://www.teoripendidikan.com/2015/01/pengertian-kode-etika-profesi-pns.html

[5] http://bawas.mahkamahagung.go.id/bawas_doc/doc/kode_etik_pn

s%281%29.pdf

[6] Kumorotomo, Wahyudi. 1992. Etika Administrasi Negara. Jakarta : Rajawali Pers.

[7] Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 008 Tahun 2012 Tentang Kode Etik Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Kementerian Kesehatan

[8] http://Nasional.htm

Referensi

Dokumen terkait

1) Bahan hukum primer berupa peraturan perundang- undangan yang berkaitan dengan kajian kode etik terhadap pelanggaran hakim yang berpotensi pidana.. d) Keputusan Bersama

Hasil penelitian sebagaimana dideskripsikan di atas memberikan gambaran tentang bagaimana implementasi kebijakan etika PNS pada Sekretariat Daerah Kabupaten Kepulauan

Pertimbangan hakim Pengadilan Agama Kota Malang dalam memberikan izin poligami bagi Pegawai Negeri Sipil PNS sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku adalah

Penegakan kode etik merupakan upaya dalam penegakan peraturan perundang- undangan mengenai kode etik ASN. Bagi pegawai yang melakukan pelanggaran selain akan dikenakan

Pelanggaran terhadap prinsip‐prinsip 

Pelanggaran  terhadap  prinsip‐prinsip  Tata  Kelola  Perusahaan  yang  baik,  nilai‐nilai  etika, 

Demikian Pedoman Etika Usaha dan Tata Perilaku (Code of Conduct) Perum Jasa Tirta I dibuat sebagaimana mestinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

Hasil penelitian sebagaimana dideskripsikan di atas memberikan gambaran tentang bagaimana implementasi kebijakan etika PNS pada Sekretariat Daerah Kabupaten Kepulauan