• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK Anak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK Anak"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Perkembangan Kognitif Anak

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peserta didik tidak pernah lepas dari belajar, baik di sekolah lingkungan keluarga, maupun lingkungan masyarakat. Kemampuan kognitif sangat diperlukan peserta didik dalam pendidikan. Perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam perkembangan peserta didik. Kita ketahui bahwa peserta didik merupakan objek yang berkaitan langsung dengan proses pembelajaran, sehingga perkembangan kognitif sangat menentukan keberhasilan peserta didik dalam sekolah.

Dalam perkembangan kognitif di sekolah, guru sebagai tenaga kependidikan yang bertanggung jawab dalam melaksanakan interaksi edukatif dan pengembangan kognitif peserta didik, perlu memiliki pemahaman yang sangat mendalam tentang perkembangan kognitif pada anak didiknya.

Orang tua juga tidak kalah penting dalam kognitif anak karena perkembangan dan pertumbuhan anak dimulai di lingkungan keluarga. Namun, sebagian pendidik dan orang tua belum terlalu memahami tentang perkembangan kognitif anak, karakteristik perkembangan kognitif, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah perkembangan kognitif anak.

Oleh karena itu, mengingat pentingnya perkembangan kognitif bagi peserta didik, diperlukan penjelasan perkembangan kognitif lebih detail baik pengertian maupun tahap-tahap karakteristik perkembangan kognitif peserta didik.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang perkembangan kognitif peserta didik, dapat kita ambil masalah-masalah yang mendasar terhadap perkembangan kognitif, antara lain:

1. Apa pengertian perkembangan kognitif ?

2. Bagaimana proses perkembangan kognitif peserta didik ?

(2)

4. Masalah apa yang berkaitan dengan perkembangan kognitif peserta didik dan bagaimana

solusinya ?

C. Tujuan

Dari rumusan masalah perkembangan kognitif peserta didik, tujuan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengertian perkembangan kognitif peserta didik.

2. Mengetahui proses perkembangan kognitif peserta didik.

3. Mengetahui karakteristik perkembangan kognitif peserta didik dan tahap-tahapnya.

4. Mengetahui masalah seputar karakteristik perkembangan kognitif peserta didik dan

solusinya.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Perkembangan Kognitif

Serupa dengan aspek-aspek perkembangan yang lainnya, kemampuan kognitif anak juga mengalami perkembangan tahap demi tahap. Secara sederhana, kemampuan kognitif dapat dipahami sebagai kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah. Dengan berkembangnya kemampuan kognitif ini akan memudahkan peserta didik menguasai pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga anak mampu melanjutkan fungsinya dengan wajar dalam interaksinya dengan masyarakat dan lingkungan.

Sehingga dapat dipahami bahwa perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan pengetahuan, yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya, sesuai buku karangan.

(3)

pengetahuan anak. Seorang anak tidak dapat menerima pengetahuan secara langsung dan tidak bisa langsung menggunakan pengetahuan tersebut, tetapi pengetahuan akan didapat secara bertahap dengan cara belajar secara aktif dilingkungan sekolah.

Kemudian, pandangan perkembangan kognitif menurut Vygotsky berbeda dengan piaget. Vygotsky lebih menekankan pada konsep sosiokultural, yaitu konteks sosial dan interaksi dengan orang lain dalam proses belajar anak. Vygotsky juga yakin suatu pembelajaran tidak hanya terjadi saat disekolah atau dari guru saja, tetapi suatu pembelajaran dapat terjadi saat siswa bekerja menangani tugas-tugas yang belum pernah dipelajari disekolah namun tugas-tugas itu bisa dikerjakannya dengan baik, misalnya di masyarakat.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan dan dapat dipahami bahwa kognitif atau pemikiran adalah istilah yang digunakan oleh ahli psikologi untuk menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua proses psikologis yang berkaitan bagaimana individu mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai dan memikirkan lingkungannya.

B. Proses Perkembangan Kognitif

Dalam pembahasan proses perkembangan kognitif, ada dua alternative proses perkembangan kognitif yaitu pada teori dan tahap-tahap perkembangan yang dikemukakan oleh Piaget dan proses perkembangan kognitif oleh para pakar psikologi pemprosesan informasi.

1. Teori Perkembangan Kognitif Piaget

Piaget meyakini bahwa pemikiran seorang anak berkembang dari bayi sampai dia dewasa. Menurut teori Piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru di lahirkan sampai mengijak usia dewasa mengalami empat tingkat perkembangan kognitif, yaitu :

a. Tahap Sensori-Motorik (usia 0-2 tahun)

Tahap ini seperti Bayi bergerak dari tindakan reflex instinktif pada saat lahir sampai permulaan pemikiran simbolis. Bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia melalui pengkoordinasian pengalaman-pengalaman sensor dengan tindakan fisik.

(4)

Pada tahap ini anak mulai merepresentasikan dunia dengan kata-kata dari berbagai gambar. Kata dan gambar-gambar ini menunjukkan adanya peningkatan pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi indrawi dan tindakan fisik.

c. Tahap Konkret-Operasional (usia 7-11 tahun)

Ditahap ini anak dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk-bentuk yang berbeda. Tetapi dalam tahapan konkret-operasional masih mempunyai kekurangan yaitu, anak mampu untuk melakukan aktivitas logis tertentu tetapi hanya dalam situasi yang konkrit. Dengan kata lain, bila anak dihadapkan dengan suatu masalah secara verbal, yaitu tanpa adanya bahan yang konkrit, maka ia belum mampu untuk menyelesaikan masalah ini dengan baik.

d. Tahap Operasional Formal (usia 11 tahun-dewasa)

Ditahap ini remaja berfikir dengan cara yang lebih abstrak, logis, dan lebih idealistik.

C. Karakteristik Perkembangan Kognitif Peserta Didik

Karakteristik perkembangan kognitif peserta didik dibagi menjadi 3, yaitu: 1. Masa kanak-kanak awal

a. Pengertian perkembangan kognitif masa kanak-kanak awal

Jean Piaget menanamkan masa kanak-kanak awal. Dari sekitar usia 2 sampai 7 tahun, sebagai tahap praoperasional, karena anak-anak belum siap untuk terlibat dalam operasi atau manipulasi mental yang mensyaratkan pemikiran logis. Karakteristik perkembangan dalam tahap kedua adalah perluasan penggunaan pemikiran simbolis, atau kemampuan representional, yang pertama kali muncul pada akhir tahap sensorimotor. Menurut Montessori ( Hurlock, 1978) anak usia 3-6 tahun adalah anak yang sedang berada dalam periode sensitif atau masa peka, yaitu suatu periode dimana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya. Anak taman kanak-kanak adalah anak yang sedang berada dalam rentang usia 4-6 tahun, yang merupakan sosok individu yang sedang berada dalam proses perkembangan. Proses pendidikan bagi anak usia 4-6 tahun secara formal dapat ditempuh di taman kanak-kanak.

b. Kemampuan yang mampu dikuasai anak

(5)

yang memungkinkan anak mengaitkannya dengan kegiatan yang telah dilakukannya sebelumnya. Fase ini merupakan fase permulaan bagi anak untuk membangun kemampuannya dalam menyusun pikirannya. Oleh sebab itu, cara berpikir anak pada fase ini belum stabil dan tidak terorganisasi secara baik.

Fase praoperasional mencakup tiga aspek, yang memiliki kemampuan yaitu: 1. Berpikir Simbolik

Berpikir simbolik yaitu kemampuan untuk berpikir tentang objek dan peristiwa walaupun objek dan peristiwa tersebut tidak hadir secara fisik (nyata) di hadapan anak. Subfase fungsi simbolis terjadi pada usia 2 - 4 tahun. Pada masa ini, anak telah memiliki kemampuan untuk menggarnbarkan suatu objek yang secara fisik tidak hadir. Contoh kemampuan ini membuat anak dapat rnenggunakan balok-balok kecil untuk membangun rumah-rumahan, menyusun puzzle, dan kegiatan lainnya. Pada masa ini, anak sudah dapat menggambar manusia secara sederhana. Pada fase praoperasional, anak mulai menyadari bahwa pemahamannya tentang benda-benda di sekitarnya tidak hanya dapat dilakukan melalui kegiatan sensorimotor, akan tetapi juga dapat dilakukan melalui kegiatan yang bersifat simbolis. Anak tidak harus berada dalam kondisi kontak sensorimotorik dengan objek, orang, atau peristiwa untuk memikirkan hal tersebut. Anak dapat membanyangkan objek atau orang tersebut memiliki sifat yang berbeda dengan yang sebenarnya.

2. Berpikir Egosentris

Aspek berpikir secara egosentris, yaitu cara berpikir tentang benar atau tidak benar, setuju atau tidak setuju, berdasarkan sudut pandang sendiri. Oleh sebab itu, anak belum dapat meletakkan cara pandangnya di sudut pandang orang lain. Menurut Piaget, pemikiran itu khas bersifat egosentris, anak pada tahap ini sulit membayangkan bagaimana segala sesuatunya tampak dari perspektif orang lain. Subfase berpikir secara egosentris terjadi pada usia 2-4 tahun. Berpikir secara egosentris ditandai oleh ketidakmampuan anak untuk memahami perspektif atau cara berpikir orang lain. Anak berasumsi bahwa orang lain berpikir, menerima dan merasa sebagaimana yang mereka lakukan.

3. Berpikir lntuitif

Fase berpikir secara intuitif, yaitu kemarnpuan untuk menciptakan sesuatu, seperti menggambar atau menyusun balok, akan tetapi tidak mengetahui dengan pasti alasan untuk melakukannya. Subfase berpikir secata intuitif tenadi pada usia 4 - 7 tahun. Masa ini disebut subfase berpikir secara intuitif karena pada saat ini anak kelihatannya mengerti dan mengetahui sesuatu.

(6)

1. Encoding: proses di mana informasi dipersiapkan untuk penyimpanan jangka panjang dan

pemanggilan kembali di kemudian hari.

2. Storage: penyimpanan ingatan untuk penggunaan di masa depan.

3. Retrieval: proses di mana informasi diakses atau dipanggil kembali dari penyimpanan

ingatan.

Pada semua usia, mengenal dapat dilakukan lebih baik dari mengingat, akan tetapi kedua kemampuan tersebut meningkat pada masa anak-anak awal.

2. Masa Kanak-kanak Akhir

Menurut teori Piaget, pemikiran anak – anak usia sekolah dasar disebut pemikiran Operasional Konkrit (Concret Operational Thought), artinya aktivitas mental yang difokuskan pada objek – objek peristiwa nyata atau konkrit. Masa ini berlangsung pada masa kanak-kanak akhir. Dalam upaya memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari pancaindera, karena ia mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya. Dalam keadaan normal, pada periode ini pikiran anak berkembang secara berangsur – angsur. Jika pada periode sebelumnya, daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada periode ini daya pikir anak sudah berkembang ke arah yang lebih konkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-benar berada pada stadium belajar.

Dalam masa ini, anak telah mengembangkan 3 macam proses yang disebut dengan operasi – operasi, yaitu :

a) Negosiasi, yaitu pada masa konkrit operasional, anak memahami hubungan-hubungan antara

benda atau keadaan yag satu dengan benda atau keadaan yang lain.

b) Hubungan Timbal Balik, yaitu anak telah mengetahui hubungan sebab-akibat dalam suatu

keadaan.

c) Identitas, yaitu anak sudah mampu mengenal satu persatu deretan benda-benda yang ada.

Operasi yang terjadi dalam diri anak memungkinkan pula untuk mengetahui suatu perbuatan tanpa melihat bahwa perbuatan tersebut ditunjukkan. Jadi, pada tahap ini anak telah memiliki struktur kognitif yang memungkinkanya dapat berfikir untuk melakukan suatu tindakan, tanpa ia sendiri bertindak secara nyata.

KEMAJUAN KOGNITIF 1. Pemikiran spasial

(7)

dapat menilai berapa waktu yang dibutuhkan untuk pergi dari satu tempat ke tempat yang lain.

2. Sebab akibat

Contoh : Doni mengetahui atribut fisik objek mana yang akan memengaruhi hasil (misalnya, jumlah objek berpengaruh sedangkan jumlah warna tidak). Tetapi dia belum mengetahui faktor spesial mana seperti posisi dan penempatan objek, yang membuat perbedaan.

3. Klasifikasi

Kemampuan mengategorisasi membantu anak untuk berpikir secara logis. Contoh : elena dapat memilah objek ke dalam beberapa kategori, seperti bentuk, warna, atau keduanya. Dia mengetahui bahwa subkelas (mawar) memiliki anggota yang lebih sedikit dibandingkan dengan kelas yang menjadi induknya (bunga).

4. Seriasi dan kesimpulan transitif

Kemampuan untuk mengenali hubungan antara dua objek dengan mengetahui hubungan antara masing-masing objek tersebut dan objek ketiga. Contoh : nina dapat mengatur kumpulan tongkat sesuai urutan, dari yang paling pendek ke yang paling panjang, dan dapat memasukkan tongkat berukuran menengah ke tempat yang tepat. Dia mengetahui apabila satu tongkat lebih panjang dibandingkan tongkat kedua, dan tongkat kedua lebih panjang dari tongkat ketiga, maka tongkat pertama lebih panjang dari tongkat ketiga.

5. Penalaran induktif dan deduktif

Penalaran induktif merupakan tipe penalaran logis yang bergerak dari yang observasi khusus terhadap anggota kelas hingga mencapai kesimpulan tentang kelas tersebut. Dan penalaran deduktif merupakan tipe penalaran logis yang bergeneral dari premis umum tentang sebuah kelas kepada sebuah kesimpulan tentang anggota tertentu atau beberapa anggota dari kelas tersebut. Contoh : Dara dapat memecahkan masalah induktif maupun deduktif dan mengetahui bahwa kesimpulan induktif (yang didasarkan pada beberapa premis tertentu) memiliki tingkat kepastian yang lebih rendah dibandingkan dengan kesimpulan deduktif (didasarkan kepada premis umum).

POKOK BAHASAN KOGNITIF 1. Perkembangan Memori

Cara otak menyimpan informasi dipercaya bersifat universal, walaupun efisiensi dari sistem tersebut bervariasi dari orang ke orang (Siegler, 1998). Model pemrosesan informasi menggambarkan otak memiliki tiga “gudang”, yaitu:

a) Memori sensoris (sensory memory) adalah sistem penyimpanan awal “tangki penampungan”

(8)

perubahan berkaitan dengan usia; sebagaimana yang telah kita saksikan, bayi pun memilii ingatan sensoris.

b) Memori kerja (working memory) adalah sebuah “gudang” jangka pendek bagi informasi

yang sedang dikerjakan oleh seseorang pada saat ini; dan informasi tersebut adalah informasi yang berusaha untuk dipahami, diingat, atau dipikirkan.

c) Memori jangka panjang (long-term memory) adalah sebuah “gudang” dengan kapasitas

penyimpanan yang tidak terbatas, yang menyimpan informasi dalam jangka waktu yang lama.

2. Perkembangan Pemikiran Kritis

Perkembangan pemikiran kritis yaitu pemahaman atau refleksi terhadap permasalahan secara mendalam, mempertahankan pikiran agar tetap terbuka, tidak mempercayai begitu saja informasi-informasi yang datang dari berbagai sumber serta mampu befikir secara reflektif dan evaluatif.

3. Perkembangan Kreativitas

Dalam tahap ini, anak-anak mempunyai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan, terutama lingkungan sekolah. 4. Perkembangan Bahasa

Selama masa anak-anak awal, perkembangan bahasa terus berlanjut. Perkembangan bahasa pada usia sekolah yaitu antara lain:

a) Aspek pada penggunaan bahasa adalah narasi dan percakapan.

Umumnya pada usia ini, tugas komunikasi menjadi kompleks dan sulit, sehingga anak-anak usia ini mengalami kesulitan untuk memahami perasann orang lain, lalu anak-anak usia 5-6 tahun cenderung kurang mampu mengkomunikasikan informasi dari anak yang lebih tua, jadi informasi yang abstrak belum mampu dikomuikasikan pada anak-anak.

b) Meningkatnya jumlah pembendaharaan dan spesifikasi definisi.

(9)

3. Masa Remaja

a) Pengertian Perkembangan Kognitif Remaja

Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan. Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.

Perkembangan kognitif remaja mencapai tahap operasional formal yang memungkinkan remaja berpikir secara abstrak dan komplek, sehingga remaja mampu mengambil keputusan untuk dirinya. Selama masa remaja, kemampuan untuk mengerti masalah-masalah kompleks berkembang secara bertahap. Masa remaja adalah awal dari tahap pikiran formal operasional, yang mungkin dapat dicirikan sebagai pemikiran yang melibatkan logika pengurangan atau deduksi. Tahap ini terjadi di semua orang tanpa memandang pendidikan dan pengalaman mereka. Namun, bukti riset tidak mendukung hipotesis itu yang menunjukkan bahwa kemampuan remaja untuk menyelesaikan masalah kompleks adalah fungsi dari proses belajar dan pendidikan yang terkumpul.

Unsur yang terpenting dalam mengembangkan pemikiran seseorang adalah latihan dan pengalaman. Latihan berpikir, merumuskan masalah dan memecahkannya, serta mengambil kesimpulan akan membantu seseorang untuk mengembangkan pemikirannya ataupun intelegensinya. Piaget membedakan dua macam pengalaman, yaitu :

1. Pengalaman fisis: terdiri dari tindakan atau aksi seseorang terhadap objek yang di hadapi

untuk mengabstraksi sifat-sifatnya.

2. Pengalaman matematis-logis: terdiri dari tindakan terhadap objek untuk mempelajari akibat

tindakan-tindakan terhadap objek itu.

(10)

Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta pengalaman yang benar-benar terjadi. Mampu memunculkan kemungkinan-kemungkinan hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran yang benar-benar abstrak.

b) Fleksibel dan kompleks

Seorang remaja mampu menemukan alternatif jawaban atau penjelasan tentang suatu hal. Mulai berpikir tentang ciri-ciri ideal bagi mereka sendiri, orang lain, dan dunia, serta membandingkan diri mereka dengan orang lain dan standard-standard ideal ini. Berbeda dengan seorang anak yang baru mencapai tahap operasi konkret yang hanya mampu memikirkan satu penjelasan untuk suatu hal. Hal ini memungkinkan remaja berpikir secara hipotetis. Remaja sudah mampu memikirkan suatu situasi yang masih berupa rencana atau suatu bayangan (Santrock, 2001). Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan demikian, seorang remaja mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya. Di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia), masih banyak sekali remaja yang belum mampu berpikir dewasa. Sebagian masih memiliki pola pikir yang sangat sederhana. Hal ini terjadi karena sistem pendidikan di Indonesia banyak menggunakan metode belajar mengajar satu arah atau ceramah, sehingga daya kritis belajar seorang anak kurang terasah. Bisa juga pola asuh orang tua yang cenderung masih memperlakukan remaja seperti anak-anak sehingga mereka tidak punya keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usianya. Seharusnya seorang remaja harus sudah mencapai tahap perkembangan pemikiran abstrak supaya saat mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis dan mampu untuk menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik.

c) Logis

Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan (Santrock, 2001). Mulai mampu mengembangkan hipotesis atau dugaan terbaik akan jalan keluar suatu masalah, menyusun rencana-rencana untuk memecahkan masalah-masalah dan menguji pemecahan-pemecahan masalah secara sistematis. Misal : Dalam pengambilan keputusan oleh remaja mulai dari pemikiran, keputusan sampai pada konsekuensinya, bagaimana lingkungannya yang menunjukkan peran lingkungan dalam membantu pengambilan keputusan pada remaja.

D. Masalah Perkembangan Kognitif Peserta Didik

(11)

Permasalahan membaca pada masa ini masih dengan cara dieja, pemahamannya hanya satu kata dan terkadang anak sulit diajak belajar membaca.

Solusi: Membaca diikuti kata-kata bergambar agar menari anak untuk membaca. b. Masa kanak-kanak akhir

Permasalahan membaca dan pemahaman di SD saat ini umumnya menggunakan sistem klasikal yang menempatkan kecepatan memahami isi bacaan berdasarkan kecepatan rata-rata memahami isi buku atau siswa merasa bahwa pembelajaran membaca pemahaman yang dilakukan oleh guru terlalu cepat.

Solusi: Guru mengefektifkan pembelajaran membaca interpretatif dengan mengelompokkan siswa menjadi 8 kelompok dengan memahami isi bacaan dan sharing.

c. Masa Remaja

Permasalahan membaca pemahaman di masa SMP/SMA lebih ke kurang memahami isi bacaan.

Solusi: Seharusnya dengan membaca pemahaman secara serius.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Perkembangan kognitif pada peserta didik merupakan suatu pembahasan yang cukup penting bagi pengajar maupun orang tua. Perkembangan kognitif pada anak merupakan kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah yang termasuk dalam proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.

(12)

Meskipun banyak hal dan kendala dalam perkembangan kognitif anak, setidaknya kita sebagai calon pengajar maupun sebagai orang tua harus memahami tentang perkembangan kognitif dan tahap-tahap karakteristik perkembangan kognitif agar kita mampu mengetahui perkembangan kemampuan kognitif masing-masing anak.

DAFTAR PUSTAKA

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Fatimah, E. 2010. Psikologi Perkembangan (perkembangan peserta didik). Bandung: CV Pustaka Setia.

Arya. 2010. Perkembangan kognitif pada anak. (online).

(http://ilmupsikologi.wordpress.com/2010/03/31/perkembangan-kognitif-pada-anak/, diakses 2 November 2010).

Wiriana, 2008. Perkembangan kognitif pada anak. (online).

(http://www.doctoc.com/docs/20992333/perkembangankognitif-padaanak, diakses 4 November 2010)

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Intelek Kognitif

(13)

radikal berpendapat bahwa perkembangan intelektual individu sekitar 90% seringkali intervensi lingkungan sulit dilakukan meskipun sudah secara maksimal. Sebaliknya, kelompok penganut pedagogis radikal amat yakin bahwa intervensi lingkungan, termasuk pendidikan, justru memiliki andil sekitar 80-85%, sedangkan hereditas hanya memberikan kontribusi 15-20% terhadap perkembangan intelektual individu. Syaratnya adalah memberikan kesempatan rentang waktu yang cukup bagi individu untuk mengembangkan intelektualnya secara maksimal.

(14)

Keluarga Intervensi yang paling penting dilakukan oleh keluarga atau orang tua adalah memberikan pengalaman kepada anak dalam berbagai bidang kehidupan sehingga anak memiliki informasi yang banyak yang merupakan alat bagi anak untuk berpikir. Cara-cara yang digunakan, misalnya memberi kesempatan kepada anak untuk merealisasikan ide-idenya, menghargai ide-ide tersebut, memuaskan dorongan keingintahuan anak dengan jalan seperti menyediakan bacaan, alat-alat keterampilan, dan alat-alat yang dapat mengembangkan daya kreativitas anak. Memberi kesempatan atau pengalaman tersebut akan menuntut perhatian orang tua. b) Sekolah Sekolah adalah lembaga formal yang diberi tanggungjawab untuk meningkatkan perkembangan anak tersebut perkembangan berpikir anak. Dalam hal ini, guru hendaknya menyadari bahwa perkembangan intelektual remaja terletak di tangannya. Beberapa cara diantaranya adalah sebagai berikut : Menciptakan interaksi atau hubungan yang akrab dengan remaja/peserta didik. Dengan hubungan yang akrab tersebut, secara psikologis peserta didik akan merasa aman sehingga segala masalah yang dialaminya secara bebas dapat dikonsultasikan dengan guru mereka. Memberi kesempatan kepada para remaja/peserta didik untuk berdialog dengan orang-orang yang ahli dan pengalaman dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, sangat menunjang perkembangan intelektual anak. Membawa para peserta didik ke objek-objek tertentu, seperti objek budaya dan ilmu pengetahuan, sangat menunjang perkembangan intelektual peserta didik. Menjaga dan meningkatkan pertumbuhan fisik remaja, baik melalui kegiatan olahraga maupun menyediakan gizi yang cukup, sangat penting bagi perkembangan berpikir peserta didik. Sebab jika peserta didik terganggu secara fisik, perkembangan intelektualnya juga akan terganggu Meningkatkan kemampuan berbahasa remaja, baik melalui media cetak maupun dengan menyediakan situasi yang memungkinkan untuk

berpendapat atau mengemukakan ide.

Source: http://www.eurekapendidikan.com/2014/11/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html

Referensi

Dokumen terkait

Pada masa operasional konkret ini akan terjadi koordasi yang memungkinkan anak mencoba memperhatikan sudut pandang orang lain, periode ini anak mulai

 Jean Piaget menyebut perkembangan anak usia dini sebagai tahap operasional dalam perkembangan kognitif, karena anak pada usia ini belum siap terlibat dalam operasi mental logis

Pada usia 4 – 6 tahun, anak berada di usia emas atau masa golden age dimana anak sudah mulai aktif melakukan beberapa kegiatan dan memiliki rasa ingin tahu yang

Anak sudah memasuki tahap operasi kongkrit, mulai dapat berpikir dengan logika, dan meningkatkan kemampuan metakognitif serta memori mereka. Mengapa perkembangan fisik perempuan

 Mulai ada pengenalan pada “aku” sendiri  Anak masih immature3.  Anak berusaha menyesuaikan

Di tahap operasional formal remaja tersebut sudah mulai mengembangkan pemikirannya lebih dari pemikiran logis, remaja tersebut sudah mulai bisa mengembangkan konstruk ide yang ada di

Banyak orang tua yang tidak mengetahui bagaimana orang tua tahu bahwa anaknya sudah berkembang sesuai dengan tahapannya atau tidak, karena ditakutkan dengan abainya rasa ingin tahu

Pengenalan Bentuk Geometri Pada Treatment 3 Keterangan: Hijau : Belum Berkembang BB Biru : Mulai Berkembang MB Kuning : Berkembang Sesuai Harapan BSH X1 : Indikator Kemampuan Anak