1
Faktor-faktor yang Memengaruhi Rumah Tangga dalam
Perlakuan terhadap Sampah yang Paling Utama di Pulau
Jawa tahun 2013
Ahmad Mutawally*1, Yulias Untari S.Psi, Psi. 2
1IVSK4/13.7467 Jurusan Statistika
Peminatan Sosial dan Kependudukan e-mail: *113.7467@stis.ac.id, 2yulias@bps.go.id
Abstrak
Sampah merupakan limbah yang umumnya dibuang oleh masyarakat yang didalamnya terkandung zat-zat yang berbahaya karena mengandung bahan kimia yang dapat menimbulkan ancaman yang signifikan terhadap kesehatan mahusia dan/atau lingkungan. Indonesia merupakan negara penghasil sampah terbesar kedua di dunia setelah Cina dengan Pulau Jawa yang merupakan penghasil sampah terbesar di Indonesia. Pengelolaan sampah adalah cara untuk mengurangi dampak lingkungan serta masalah sosial dari timbunan sampah. Setiap masyarakat memunyai kebiasaan tersendiri dalam memperlakukan sampah. Baik atau buruknya perlakuan sesorang dalam memperlakukan sampah dapat dipengaruhi dari beberapa faktor. Evaluasi mengenai faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku tersebut dibutuhkan untuk dapat mengetahui pola masyarakat dalam memperlakukan sampah. Untuk itu dilakukan penelitian dengan analisis deskiptif dan analisis inferensia dari data Survey Perilaku Peduli Lingkungan Hidup tahun 2013. Dari hasil yang diperoleh dengan menggunakan metode regresi logistik biner, diketahui bahwa Klasifikasi tempat tinggal, jenis kelamin KRT, pendapatan rumah tangga, penyuluhan, pengetahuan perilaku peduli lingkungan, sikap terhadap lingkungan, dan sumber informasi merupakan variabel yang berpengaruh secara signifika n terhadap perlakuan rumah tangga terhadap sampah yang paling utama. Hasil evaluasi ini nantinya dapat digunakan untuk menentukan arah kebijakan terkait upaya pengelolaan sampah khususnya di lingkungan rumah tangga.
Kata kunci—sampah, pengelolaan sampah, pembuangan sampah, rumah tangga.
2
be used to determine the direction of policy related efforts of waste management particularly in the household environment.
Keywords—waste, waste management, waste disposal, household.
1. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara keempat yang memiliki penduduk terbanyak di dunia setelah Tiongkok, India, dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk Indonesia pada Sensus Penduduk 2000 adalah sebesar 206.264.595 jiwa. Sedangkan pada Sensus Penduduk 2010 adalah sebesar 237.641.326 jiwa. Jumlah penduduk Indonesia pada periode Sensus Penduduk 2010 bertambah lebih dari 30 juta jiwa dari periode sebelumnya atau pertumbuhan penduduk Indonesia pada periode 2000-2010 adalah sebesar 1,49 (BPS, 2015). Seiring bertambahnya jumlah penduduk serta meningkatnya aktivitas masyarakat, maka volume, jenis, dan karakteristik sampah yang dihasilkan masyarakat juga ikut bertambah.
Kementerian Lingkungan Hidup pada tahun 2012 mencatat rata-rata penduduk Indonesia menghasilkan sekitar 2,5 liter sampah per hari atau 625 juta liter dari jumlah total penduduk. Kondisi ini akan terus bertambah sesuai dengan kondisi lingkungannya. Peningkatan jumlah sampah ini harus disertai dengan pengolahan sampah yang baik dan kontinyu yang dimulai dari skala rumah tangga, karena rumah tangga merupakan sumber penghasil sampah yang utama.
Menurut hasil Survei Perilaku Peduli Lingkungan Hidup 2013, sebesar 72,61 persen masyarakat Indonesia melakukan perlakuan akhir terhadap sampah dengan cara kurang ramah lingkungan. Dari angka tersebut, 29,60 persen diantaranya merupakan rumah tangga yang berasal dari Pulau Jawa. Perlakuan terhadap sampah yang paling banyak dilakukan oleh rumah tangga di Pulau Jawa ialah dengan cara dibakar yaitu sebesar 50,77 persen (BPS, 2013). Pembakaran sampah yang dilakukan mungkin memang menyelesaikan masalah penumpukan sampah, namun pembakaran sampah juga akan menimbulkan masalah baru yaitu polusi udara dan meningkatnya konsentrasi CO2 di atmosfer yang dapat menjadi salah satu penyebab pemanasan global.
Selain membuang sampah dengan cara dibakar, perlakuan akhir terhadap sampah dengan cara kurang ramah lingkungan lainnya adalah dengan cara dibuang ke laut/sungai/got, dibuang sembarangan, dan ditimbun/dikubur. Perlakuan membuang sampah dengan cara dibuang ke laut/sungai/got masih dilakukan di Pulau Jawa, yaitu sebesar 6,68 persen. Rumah tangga yang membuang sampahnya secara sembarangan pun tercatat sebesar 4,69 persen, sedangkan yang membuang sampah dengan cara ditimbun/dikubur sebesar 5,92 persen. Perlakuan terhadap sampah seperti ini tentunya dapat memperburuk kondisi lingkungan di sekitar tempat tinggal, karena selain menimbulkan polusi udara seperti bau, juga dapat menimbulkan banjir akibat tertutupnya saluran got atau aliran sungai.
Babayemi dan Dauda (2009) melakukan studi kasus tentang kuantitas dan nilai dari timbulan sampah padat di beberapa kota di Nigeria, faktor yang memengaruhi timbulan sampah, tipe dan kategori sampah padat, pengumpulan, pembuangan, reuse dan recycling, dan masalah lingkungan. Selain itu dievaluasi juga pilihan pembuangan sampah padat umum, tingkat kesadaran pengelolaan sampah, efek dari gender, usia dan status edukasi pada pengelolaan sampah padat serta alasan tidak menggunakan layanan pengumpulan sampah yang tepat di kota tradisional Abeokuta, Nigeria. Hasil studi ini menunjukkan bahwa status pendidikan, usia, gender, biaya layanan pengumpulan sampah dan lokasi dari tempat tinggal, dantara yang lain, merupakan faktor yang memengaruhi pengelolaan sampah padat di Abeokuta.
3
Tadesse dkk. (2007) melakukan penelitian di kota Makelle, Ethiopia Utara tentang keputusan rumah tangga dalam membuang sampah. Penelitian ini menggunakan multinomial logit estimation dengan menggunakan variabel sosioekonomi dan karakteristik demografi rumah tangga(jenis kelamin KRT; umur KRT; pendidikan KRT; jumlah wanita dalam rumah tangga; ukuran keluarga; tahun tinggal; kepemilikan rumah; penghasilan rumah tangga), fitur lingkungan dan fasilitas pembuangan sampah. Hasilnya adalah ketersediaan fasilitas limbah/pembuangan sampah seperti communal waste containers memiliki dampak yang signifikan terhadap pembuangan sampah oleh rumah tangga, penghasilan rumah tangga juga memiliki pengaruh dalam pemilihan membuang sampah. Sementara itu, variabel demografi seperi ukuran rumah tangga, jumlah wanita dalam rumah tangga, umur dan pendidikan KRT secara statistik tidak signifikan memengaruhi dalam pemilihan membuang sampah, penjelasan lain yang bisa jadi pertimbangan adalah keterbatasan variabelitas pada variabel pendidikan. Hasil lain menunjukkan bahwa besarnya tumpukan sampah dan peraturan institusional memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap pemilihan tujuan membuang sampah/limbah. Penelitian ini juga mengutip penelitian terdahulu yang dilakukan Tadesse dan Hadgu pada tahun 2007 bahwa pengumpulan dan pengiriman limbah pada level rumah tangga sebagian besar dilakukan oleh wanita dan anak-anak.
2. METODOLOGI 2.1 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari Survei Perilaku Peduli Lingkungan Hidup (SPPLH) pada tahun 2013 yang diadakan oleh BPS. SPPLH 2013 dilakukan di seluruh Indonesia dengan jumlah sampel sebanyak 75.000 rumah tangga dengan 70.406 rumah tangga yang berhasil dicacah, atau sebesar 93,87 persen dari target, namun pada penelitian ini hanya dianalisis sebanyak 23.142 sampel rumah tangga yang bertempat tinggal di Pulau Jawa.
Pengumpulan data pada survei ini dilakukan melalui wawancara langsung antara petugas dengan responden. Responden yang diwawancarai adalah anggota rumah tangga yang telah dewasa yang mengetahui tentang karakteristik atau perilaku yang ditanyakan, dalam hal ini diutamakan kepala keluarga selaku pengambil keputusan dalam rumah tangga, istri/suami dari kepala rumah tangga, atau anggota rumah tangga dewasa lainnya.
Variabel yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari tujuh variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas terdiri dari klasifikasi desa-kota, jenis kelamin KRT, pendapatan rumah tangga, penyuluhan, pengetahuan perilaku peduli lingkungan hidup, sikap terhadap lingkungan hidup, dan sumber informasi. Adapun variabel terikat yang digunakan adalah perlakuan terhadap sampah yang paling utama/sering dilakukan.
2.2 Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini terdiri analisis deskriptif dan analisis inferensia. Analisis deskriptif mengunakan grafik untuk mengambarkan persentase penduduk terhadap perlakuan terhadap sampah yang paling utama/sering dilakukan di Pulau Jawa. Analisis inferensia mengunakan analisis regresi logistic biner untuk memeriksa apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel-variabel bebas dan variabel tak bebas. Penelitian ini memiliki dua kategori variabel tak bebas yaitu perlakuan terhadap sampah yang ramah lingkungan, dan tidak ramah lingkungan. Data diolah dengan mengunakan software SPSS.
Tahapan dalam analisis inferensia yang dilakukan menggunakan regresi logistik biner adalah sebagai berikut:
4
ramah lingkungan.
2. Menentukan variabel bebas serta kategori referensinya. Terdapat 7 variabel bebas pada penelitian ini yaitu klasifikasi tempat tinggal, jenis kelamin KRT, pendapatan rumah tangga, penyuluhan, pengetahuan perilaku peduli lingkungan, sikap terhadap lingkungan, dan sumber informasi. Kategori referansi dari variabel bebas adalah kategori terkecil pada variabel dummy.
3. Pengujian parameter secara simultan, yaitu pengujian parameter untuk menguji pengaruh variabel bebas terhadap variabel tak bebas secara bersama-sama atau simultan dalam model dengan menghitung statistik uji G
4. Pengujian parameter secara partial, yaitu pengujian parameter untuk mengetahui variabel bebas mana saja yang berpengaruh terhadap variabel tak bebas dalam model dengan menghitung statistik uji Wald.
5. Interpretasi odds rasio, yaitu kecenderungan atau ukuran risiko untuk mengalami kejadian tertentu antara satu kategori dengan kategori lainnya.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Analisis Deskriptif
Dalam pengolahan data SPPLH tahun 2013 menunjukkan bahwa hanya 31,92 persen rumah tangga yang melakukan perlakuan sampah yang ramah lingkungan. sedangkan 68,08 persen rumah tangga melakukan perlakuan sampah yang tidak ramah lingkungan. Angka ini menunjukkan bahwa lebih dari setengah rumah tangga di Pulau Jawa melakukan perlakuan terhadap sampah yang dapat merusak lingkungan. Hal ini mengindikasikan bahwa pengelolaan sampah rumah tangga di Pulau Jawa masih tergolong buruk.
Sumber: Data SPPLH tahun 2013 (diolah)
Gambar 1. Persentase rumah tangga berdasarkan perlakuan terhadap sampah yang paling utama di Pulau Jawa tahun 2013
Tabel 1. Karakteristik Rumah Tangga di Pulau Jawa menurut perlakuan terhadap sampah tahun 2013
68.08% 31.92%
perlakuan sampah tidak ramah lingkungan
5
No. Karakteristik Rumah Tangga
Tidak Ramah Lingkungan
Ramah
Lingkungan Total
1. Klasifikasi Tempat Tinggal
Pedesaan 94,30% 5,70% 100%
Tidak Ikut Penyuluhan 68,60% 31,40% 100%
Ikut Penyuluhan 56,80% 43,20% 100%
5.
Pengetahuan Lingkungan
Pengetahuan Kurang Baik 82,98% 17,02% 100%
Pengetahuan Baik 59,55% 40,45% 100%
6.
Sikap
Kurang/tidak Peduli Lingkungan 81,90% 18,10% 100%
Peduli Lingkungan 65,90% 34,10% 100%
7.
Sumber Informasi
Media Lainnya 80,30% 19,70% 100%
Media Masa 66,70% 33,30% 100%
Kombinasi Keduanya 62,90% 37,90% 100%
Sumber : SPPLH 2013 (diolah)
Berdasarkan data SPPLH tahun 2013, pada kategori variabel klasifikasi tempat tinggal terlihat bahwa terdapat berbedaan yang sangat mencolok bagaimana rumah tangga melakukan perlakuan sampah di perkotaan dan di pedesaan. Rumah tangga yang tinggal di perkotaan yang melakukan perlakuan sampah yang ramah lingkungan sebesar 50,18 persen sedangkan rumah tangga yang tinggal di pedesaan hanya 5,73 persen; hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan fasilitas yang berbeda antara perkotaan dan pedesaan.
Dalam variabel jenis kelamin KRT dan perlakuan terhadap sampah, hanya terdapat sedikit perbedaan antara rumah tangga yang dikepalai oleh laki-laki dan perempuan. Rumah tangga yang dikepalai oleh laki-laki 31,83 persen melakukan perlakuan sampah yang ramah lingkungan. sedangkan 32,40 persen rumah tangga yang dikepalai oleh perempuan melakukan perlakuan sampah yang ramah lingkungan.
6
Pada variabel penyuluhan, persentase rumah tangga yang salah satu ART-nya mengikuti penyuluhan/pelatihan terkait lingkungan hidup melakukan perlakuan sampah yang ramah lingkungan lebih banyak dari pada yang tidak mengikuti penyuluhan/pelatihan. 43,21 persen rumah tangga yang memiliki ART yang mengikuti penyuluhan/pelatihan melakukan perlakuan sampah yang ramah lingkungan. sedangkan itu rumah tangga yang tidak mengikuti penyuluhan 31,44 persen melakukan perlakuan sampah yang ramah lingkungan. Sementara itu sebanyak 56,79 persen rumah tangga yang telah mengikuti penyuluhan tetap melakukan perlakuan sampah yang tidak ramah lingkungan, hal ini mungkin dipengaruhi oleh berbagai macam faktor lainnya selain penyuluhan.
Pada variabel Pengetahuan perilaku peduli lingkungan, rumah tangga yang memiliki pengetahuan peduli lingkungan baik yang melakukan perlakuan terhadap sampah yang ramah lingkungan sebanyak 40,45 persen. Sedangkan rumah tangga yang memiliki pengetahuan kurang baik hanya 17,02 persen yang melakukan perlakuan sampah yang ramah lingkunga. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa rumah tangga yang memiliki pengetahuan lingkungan yang baik cenderung melakukan perlakuan sampah yang ramah lingkungan dibandingkan dengan rumah tangga yang memiliki pengetahuan lingkungan kurang baik.
Pada variabel sikap peduli lingkungan, rumah tangga dengan sikap peduli lingkungan terdapat 34,09 persen rumah tangga yang melakukan perlakuan terhadap sampah yang ramah lingkungan. Sedangkan rumah tangga yang tidak peduli lingkungan dan melakukan perlakuan terhadap sampah yang ramah lingkungan hanya sebesar 18,08 persen saja. Hal ini menunjukkan bahwa rumah tangga yang peduli lingkungan akan lebih banyak melakukan perlakuan terhadap sampah secara ramah lingkungan dari pada rumah tangga yang tidak/kurang peduli akan lingkungan.
Dalam variabel sumber informasi, Persentase tertinggi rumah tangga yang melakukan perlakuan sampah yang ramah lingkungan terdapat pada rumah tangga dengan sumber informasi kombinasi media masa dan media lainnya yaitu sebesar 37, 08 persen. Sementara itu kelompok rumah tangga yang mendapatkan informasi hanya dari media masa saja sebanyak 33,31 persen melakukan perlakuan terhadap sampah yang ramah lingkungan. sedangkan kelompok rumah tangga yang mendapatkan informasi hanya dari media lainnya hanya 19, 73 persen yang melakukan perlakuan sampah ramah lingkungan.
3.1 Analisis Inferensia Uji Simultan
Pengujian parameter secara simultan dilakukan untuk menguji pengaruh variabel bebas terhadap variabel tak bebas secara bersama-sama atau simultan dalam model dengan menghitung statistik uji G. Hasil pengujian ini dapat dilihat pada output Omnibus Test of Model Coefficient dengan hasil dari nilai statistik G adalah sebesar 7631,786 dengan nilai p-value kurang dari 0,05 maka tolak H0. Hal ini menunjukkan bahwa minimal terdapat minimal 1 variabel bebas yang berpengaruh secara signifikan terhadap perlakuan rumah tangga terhadap sampah yang paling utama.
Tabel 2. Hasil uji simultan
7
Pengujian parameter secara partial dilakukan untuk mengetahui variabel bebas mana saja yang berpengaruh terhadap variabel tak bebas dalam model dengan menghitung statistik uji Wald.
Tabel 3. Hasil uji parsial
Variabel
B
df Sig(1) (2) (3) (4)
Klasifikasi(1) 2,505 1 0,000
Jenis Kelamin(1) 0,375 1 0,000
Pendapatan Ruta 5 0,000
Pendapatan Ruta(1) 0,220 1 0,001
Pendapatan Ruta(2) 0,660 1 0,000
Pendapatan Ruta(3) 1,341 1 0,000
Pendapatan Ruta(4) 1,693 1 0,000
Pendapatan Ruta(5) 2,533 1 0,000
Penyuluhan(1) 0,261 1 0,002
Pengetahuan(1) 0,591 1 0,000
Peduli Lingkungan(1) 0,378 1 0,000
Sumber Informasi 2 0,000
Sumber Informasi(1) 0,230 1 0,000
Sumber Informasi(2) 0,254 1 0,000
Constant -4,254 1 0,000
Berdasarkan tabel 3, diketahui bahwa p-value dari semua variabel bebas kurang dari 0,05 sehingga H0 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua variabel bebas yang digunakan berpengaruh secara signifikan memengaruhi perlakuan utama terhadap sampah yang paling utama.
Dengan menggunakan hasil penduga parameter β pada masing-masing variabel bebas dapat dibentuk persamaan logistik biner sebagai berikut:
ĝ
D = -4,254 + 2,505D1+ 0,375D2+0,210D31+0,660D32+1,341D33+ 1,693D34 + 2,533D35+ 0,261D + 0,691D5+ 0,378D6+ 0,230D71+ 0,254D72keterangan:
D1 : variabel dummy untuk klasifikasi tempat tinggal D2 : variabel dummy untuk jenis kelamin KRT
D31 : variabel dummy pertama untuk pendapatan rumah tanggga D32 : variabel dummy kedua untuk pendapatan rumah tanggga D33 : variabel dummy ketiga untuk pendapatan rumah tanggga D34 : variabel dummy keempat untuk pendapatan rumah tanggga D35 : variabel dummy kelima untuk pendapatan rumah tanggga D : variabel dummy untuk penyuluhan
D : variabel dummy untuk pengetahuan perilaku peduli lingkungan D6 : variabel dummy untuk sikap peduli lingkungan hidup
8
Tabel Klasifikasi (Classification Table)
Tabel 4. Tabel Klasifikasi
Persentase ketepatan klasifikasi model 76,9 Cut off : 0,50
Pada tabel klasifikasi diatas menunjukkan overall percentage sebesar 76,9 dengan cut value 0,50. Hasil ini sudah cukup baik karena model regresi logistik yang digunakan mampu menebak dengan benar 76,9 persen kondisi yang terjadi.
Rasio Kecenderungan (Odds Ratio) Klasifikasi Tempat Tinggal
Dengan tingkat signifikansi sebesar lima persen, rumah tangga yang tinggal di perkotaan mempunyai kecenderungan untuk melakukan perlakuan terhadap sampah yang ramah lingkungan sebesar 12,241 kali lebih tinggi dibandingkan dengan rumah tangga yang tinggal di perdesaan dengan asumsi variabel lain dianggap tetap. Boateng dkk. (2016) mengatakan bahwa terdapat perbedaan pengolahan sampah di daerah di pedesaan dan perkotaan. Hal ini mungkin dikarenakan perbedaan fasilitas dan pelayanan pengelolaan sampah dimana daerah perkotaan lebih baik dari pedesaan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tadesse dkk. (2007) yang menemukan bahwa adanya ketersediaan layanan pembuangan limbah berpengaruh secara signifikan dengan pilihan rumah tangga dalam membuang sampah.
Jenis Kelamin
Dengan tingkat signifikansi sebesar lima persen, rumah tangga yang dikepalai oleh perempuan mempunyai kecenderungan untuk melakukan perlakuan terhadap sampah yang ramah lingkungan sebesar 1,455 kali lebih tinggi dibandingkan dengan rumah tangga yang dikepalai oleh laki-laki dengan asumsi variabel lain dianggap tetap. Hal ini sejalan dengan penelitian Chan (1998) yang mengatakan bahwa wanita lebih cenderung melakukan tindakan pro-lingkungan dibandingkan laki-laki. Babayemi dan Dauda (2009) juga menunjukkan bahwa wanita memiliki kesadaran dalam regulasi dan kayanan pengelolaan limbah dibanding laki-laki. Wanita juga lebih aktif berpartisipasi dalam pengelolaan sampaah pada level rumah tangga (Tadesse & Hadgu, 2007)
Pendapatan rumah tangga
9
perlakuan sampah yang ramah lingkungan dibandingkan dengan rumah tangga dengan penghasilan <500 ribu rupiah. Sedangkan rumah tangga dengan pendapatan 5,1 – 10 juta rupiah dan >10 juta rupiah memiliki kecenderungan sekitar 5,4 kali dan 12,5 kali lebih tinggi untuk melakukan perlakuan sampah yang ramah lingkungan. Tadesse dkk. (2007) menyebutkan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan rumah tangga maka mengurangi peluang untuk menggunakan area terbuka dan tepi jalan sebagai tempat pembuangan sampah. Peningkatan pendapatan mengimplikasikan rumah tangga memiliki keinginan dan kemampuan untuk membayar layanan pengelolaan sampah atau pekerja lainnya. Hal ini sejalan dengan penelitian Babayemi dan Dauda (2009) yang mengatakan bahwa biaya layanan pengumpulan sampah merupakan faktor yang berpengaruh dalam pengelolaan sampah.
Penyuluhan
Dengan tingkat signifikansi sebesar lima persen, rumah tangga yang salah satu ARTnya pernah/sedang mengikuti penyuluhan terkait lingkungan hidup mempunyai kecenderungan untuk melakukan perlakuan terhadap sampah yang ramah lingkungan sebesar 1,298 kali lebih tinggi dibandingkan dengan rumah tangga yang tidak mengikuti penyuluhan dengan asumsi variabel lain dianggap tetap. Melalui penyuluhan masyarakat menerima gagasan pengolahan sampah dengan baik. Hal tersebut penting dan bermanfaat bagi lingkungan dan bagi diri mereka sendiri (Notoadmodjo S. dalam Setyowati dan Mulasari, 2013).
Pengetahuan Perilaku Peduli Lingkungan
Dengan tingkat signifikansi sebesar lima persen, rumah tangga yang memiliki pengetahuan perilaku peduli lingkungan yang baik mempunyai kecenderungan untuk melakukan perlakuan terhadap sampah yang ramah lingkungan sebesar 1,806 kali lebih tinggi dibandingkan dengan rumah tangga yang memiliki pengetahuan perilaku peduli lingkungan yang buruk/kurang baik dengan asumsi variabel lain dianggap tetap. Studi yang dilakukan Setyowati dan Mulasari (2013) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara tingkat pengetahuan ibu rumah tangga dengan perilaku mengelola sampah plastik
Sikap terhadap Lingkungan
Dengan tingkat signifikansi sebesar lima persen, rumah tangga yang peduli lingkungan mempunyai kecenderungan untuk melakukan perlakuan terhadap sampah yang ramah lingkungan sebesar 1,460 kali lebih tinggi dibandingkan dengan rumah tangga yang tidak peduli lingkungan dengan asumsi variabel lain dianggap tetap. Perilaku adalah suatu sikap yang dilahirkan akibat interaksi antara manusia dengan lingkungan, sehingga perilaku individu dan masyarakat dapat mempengaruhi kondisi lingkungan dan kesadaran masyarakat mampu memengaruhi hal tersebut (Widodo T. dalam Setyowati dan Mulasari, 2013). Studi yang dilakukan Chan (1998) menemukan bahwa sikap merupakan faktor paling penting dalam memprediksi niat seseorang dalam bersikap pro-lingkungan.
Sumber Informasi
10
mengatakan bahwa pengetahuan yang baik diperoleh dari berbagai sumber seperti pengalaman ibu rumah tangga, serta yang diperoleh melalui media cetak, radio dan televisi yang berpengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan. Informasi baru tentang sesuatu memberikan landasan kognitif bagi peningkatan pengetahuan.
4. KESIMPULAN
1. Rumah tangga di pulau jawa yang melakukan perlakuan sampah tidak ramah lingkungan lebih dari 68 persen.
2. Klasifikasi desa-kota, jenis kelamin KRT, pendapatan rumah tangga, penyuluhan, pengetahuan perilaku peduli lingkungan, sikap peduli lingkungan, dan sumber informasi berpengaruh secara signifikan terhadap perlakuan sampah yang utama di Pulau Jawa. 3. Rumah tangga yang tinggal di daerah perkotaan, dikepalai oleh perempuan, pendapatan
rumah tangga >10 juta rupiah, salah satu ART nya pernah mengikuti penyuluhan, memiliki pengetahuan perilaku peduli lingkungan yang baik, memiliki sikap peduli lingkungan, dan mendapatkan informasi tentang lingkungan dari kombinasi media masa dan media lainnya memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk melakukan perlakuan terhadap sampah secara ramah lingkungan.
5. SARAN 1. Bagi pemerintah :
a. Agar lebih meningkatkan fasilitas dan layanan dalam pengelolaan terhadap sampah. Dengan tersedianya layanan disekitar tempat tinggal, maka masyarakat akan lebih mudah menggunakan dan memanfaatkannya.
b. Lebih giat dan intensitas ditingkatkan dalam melakukan penyuluhan tentang lingkungan serta melakukan sosialisasi dan memberikan edukasi kepada masyarakat dari berbagai media seperti media cetak dan media elektronik. Hal ini dapat meningkatkan pengetahuan serta kesadaran masyarakat tentang pentingnya lingkungan.
2. Bagi masyarakat dan rumah tangga
a. meningkatkan kepedulian dan kesadaran akan pentingnya lingkungan hidup disekitar kita dan agar bersama-sama melestarikannya.
b. Kepada orang tua diharapkan mengedukasi anaknya untuk selalu peduli dengan lingkungan.
3. Bagi BPS agar dapat kembali melakukan survei-survei tentang lingkungan hidup karena hasil dari survei tersebut dapat bermanfaat baik dalam pengambilan keputusan ataupun menambah wawasan dari pengguna data.
11
DAFTAR PUSTAKA
Ageresti, A. (2002). Categorical Data Analysis (2nd ed).. New Jersey:John Willey and Sons, Inc Alex S. (2012). Sukses Mengolah Sampah Organik Menjadi Pupuk Organik. Yogyakarta: Pustaka
Baru Press.
Babayemi,J.O., & Dauda, K. T. (2009). Evaluation of Solid Waste Generation, Categories and Disposal Options in Developing Countries: A Case Study of Nigeria. Journal of Applied Science: Environmental Management, 13(3), 83-88.
Boateng, S., Amoako, P., Appiah, D.O., Poku, A.A., dan Garsonu, E.K. (2016). Comparative Analysis of Household Solid Waste Management in Rural and Urban Ghana. Journal of Environmental and Public Health, Volume 2016, Article ID 5780258, 10 pages http://dx.doi.org/10.1155/2016/5780258
BPS. (2013). Buku II. Pedoman Pencacahan Survei Perilaku Peduli Lingkungan Hidup 2013. Jakarta: BPS.
BPS. (2013). Indikator Perilaku Peduli Lingkungan Hidup (Katalog: 3305005). Jakarta: BPS. BPS. (2014). Indikator Perilaku Peduli Lingkungan Hidup (Katalog: 3305007). Jakarta: BPS. Chan, K.. (1998). Mass Communication and Pro-Environmental: Waste Recycling in Hongkong.
Journal of Environmental Management, 52(4), 317-325. Doi: 10.1006/jema.1998.0189. Ferdiansyah, M.N. & Rudito, B. (2012). Proposed Waste Management Concept For Equatefole’s
Corporate Social Responsibility Program In Pangalengan. Journal of Business and Management, 1(5), 332-335.
Hosmer D.W. & Lomeshow, S. (2000). Applied Logistic Regression. Canada: John Willey and Sons, Inc
Jambeck dkk. (2015). Marine Pollution: Plastic waste inputs from land ito ocean. Science 347, 768. DOI: 10.1126/science.1260352.
Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. 2010. Status Lingkungan Hidup Indonesia 2010. Jakarta : KLHRI.
Kementrian Kesehatan RI. (2015). Kesehatan dalam Kerangka Sustainable Development Goals (SDGs). Jakarta: Kemenkes
Matsumoto, S. (2011). Waste Separation at Home: Are Japanese Municipal Curbside Recycling Policies Efficient?. Resources, Conservation and Recycling, 55, 325-334. Doi:10.1016/j.resconrec.2010.10.005.
Meulen, G.G.V.D. (2011). Geo-Informatics Aid to Solid Waste Management For Sustainable Health And Safety In Urban Areas. Netherlands: Eindhoven University of Technology. Mulyadi, A., Husein,S., dan Saam, Z. (2010). Perilaku Masyarakat dan Peran Serta Pemerintah
Daerah dalam Pengelolaan Sampah di Kota Tembilahan. Jurnal of Environmental Science: Ilmu Lingkungan, ISSN: 1978-5283.
Setyowati, R., & Mulasari,S.A. (2013). Pengetahuan dan Perilaku Ibu Rumah Tangga dalam Pengelolaan Sampah Plastik. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional : Kesmas, 7, 12. Undang-Undang No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
12
LAMPIRAN
Hasil regresi logistik biner
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 23142 100.0 Missing Cases 0 .0
Total 23142 100.0 Unselected Cases 0 .0
Total 23142 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
perlakuan sampah tidak ramah
lingkungan 0
perlakuan sampah ramah lingkungan 1
Categorical Variables Codings
Freque
ncy
Parameter coding
(1) (2) (3) (4) (5)
Pendapatan ruta per
bulan
< 500 ribu rupiah 2944 .000 .000 .000 .000 .000
500 ribu - 1 juta rupiah 7609 1.000 .000 .000 .000 .000
1,1 -2,5 juta rupiah 7832 .000 1.000 .000 .000 .000
2,6 - 5 juta rupiah 3435 .000 .000 1.000 .000 .000
5,1 - 10 juta rupiah 1031 .000 .000 .000 1.000 .000
> 10 juta rupiah 291 .000 .000 .000 .000 1.000
sumberinformasi media lainnya 5318 .000 .000
media masa 7212 1.000 .000
kombinasi keduanya 10612 .000 1.000
Jenis kelamin laki-laki 19645 .000
perempuan 3497 1.000
penyuluhan recode tidak ikut penyuluhan 22200 .000
ikut penyuluhan 942 1.000
Pengetahuan Kurang Baik 8431 .000
Baik 14711 1.000
tingkat kepedulian
recode
kurang/tidak peduli lingkungan 3147 .000
peduli lingkungan 19995 1.000
klasifikasi tempat
tinggal
pedesaan 9508 .000
13
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 7684.110 12 .000
Block 7684.110 12 .000
Model 7684.110 12 .000
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 21300.534a .283 .396
a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter
estimates changed by less than .001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 81.313 8 .000
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
Y = perlakuan sampah tidak
ramah lingkungan
Y = perlakuan sampah ramah
lingkungan
Total Observed Expected Observed Expected
Step 1 1 2075 2118.018 93 49.982 2168
2 2230 2255.179 111 85.821 2341
3 2182 2190.742 132 123.258 2314
4 2100 2061.419 167 205.581 2267
5 1856 1768.424 482 569.576 2338
6 1396 1378.124 781 798.876 2177
7 1327 1304.153 982 1004.847 2309
8 1356 1363.095 1529 1521.905 2885
9 641 685.744 1221 1176.256 1862
14
Classification Tablea
Observed
Predicted
Y
Percentage
Correct perlakuan
sampah tidak
ramah
lingkungan
perlakuan
sampah ramah
lingkungan
Step 1 Y perlakuan sampah tidak
ramah lingkungan 13235 2521 84.0
perlakuan sampah ramah
lingkungan 2825 4561 61.8
Overall Percentage 76.9
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a Klasifikasi(1) 2.505 .049 2663.798 1 .000 12.241
JenisKelamin(1) .375 .048 59.979 1 .000 1.455
PendapatanRuta 861.915 5 .000
PendapatanRuta(1) .220 .069 10.283 1 .001 1.246
PendapatanRuta(2) .660 .067 95.754 1 .000 1.934
PendapatanRuta(3) 1.341 .074 328.507 1 .000 3.822
PendapatanRuta(4) 1.693 .098 300.131 1 .000 5.434
PendapatanRuta(5) 2.533 .183 192.528 1 .000 12.589
Penyuluhan(1) .261 .084 9.750 1 .002 1.298
Pengetahuan(1) .591 .039 224.337 1 .000 1.806
PeduliLingkungan(1) .378 .057 43.780 1 .000 1.460
SumberInformasi 29.650 2 .000
SumberInformasi(1) .230 .051 20.605 1 .000 1.258
SumberInformasi(2) .254 .048 28.285 1 .000 1.290
Constant -4.254 .092 2134.247 1 .000 .014
a. Variable(s) entered on step 1: Klasifikasi, JenisKelamin, PendapatanRuta, Penyuluhan, Pengetahuan,