• Tidak ada hasil yang ditemukan

MASALAH UTAMA Isolasi Sosial Menarik Dir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MASALAH UTAMA Isolasi Sosial Menarik Dir"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL

I. MASALAH UTAMA

Isolasi Sosial: Menarik Diri

II. PROSES TERJADI NYA ISOLASI SOSIAL A. Definisi

Isolasi sosial adalah keadaan seorang individu yang mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain disekitarnya (Keliat, 2011). Jadi isolasi sosial Menarik diri adalah suatu keadaan kesepian yang dialami seseorang karena merasa ditolak, tidak diterima, dan bahkan pasien tidak mampu berinteraksi untuk membina hubungan yang berarti dengan orang lain disekitarnya.

B. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan isolasi sosial: menarik diri menurut Dermawan D dan Rusdi (2013) adalah sebagai berikut:

a. Gejala Subjektif

1. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain 2. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain

3. Respon verbal kurang atau singkat

4. Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain 5. Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu

6. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan 7. Klien merasa tidak berguna

8. Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup 9. Klien merasa ditolak

b. Gejala Objektif

1. Klien banyak diam dan tidak mau bicara 2. Tidak mengikuti kegiatan

3. Banyak berdiam diri di kamar

4. Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat 5. Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal

6. Kontak mata kurang 7. Kurang spontan

8. Apatis (acuh terhadap lingkungan) 9. Ekpresi wajah kurang berseri

10. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri 11. Mengisolasi diri

(2)

14. Retensi urine dan feses 15. Aktifitas menurun 16. Kurang enenrgi (tenaga) 17. Rendah diri

18. Postur tubuh berubah,misalnya sikap fetus/janin (khusunya pada posisi tidur)

C. Predisposisi

Menurut Fitria (2009) faktor predisposisi yang mempengaruhi masalah isolasi sosial yaitu:

1. Kembang

Pada setiap tahap tumbuh kembang terdapat tugas tugas perkembangan yang harus terpenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Apabila tugas tersebut tidak terpenuhi maka akan menghambat fase perkem bangan sosial yang nantinya dapat menimbulkan suatu masalah.

Sumber: (Stuart dan Sundeen, dalam Fitria,2009). 2. Faktor komunikasi dalam keluarga

(3)

3. Faktor sosial budaya

Norma-norma yang salah didalam keluarga atau lingkungan dapat menyebabkan hubungan sosial, dimana setiap anggota keluarga yang tidak produktif seperti lanjut usia, berpenyakit kronis dan penyandang cacat diasingkan dari lingkungan sosialnya.

4. Faktor biologis

Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang dapat mempengaruhi gangguan hubungan sosial adalah otak, misalnya pada klien skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan memiliki struktur yang abnorm al pada otak seperti atropi otak, serta perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbic dan daerah kortikal.

D. Presipitasi

Menurut Herman Ade (2011) terjadinya gangguan hubungan sosial juga dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal seseorang. Faktor stressor presipitasi dapat dikelompokan sebagai berikut:

1. Faktor eksternal Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang ditimbulkan oleh faktor sosial budaya seperti keluarga.

2. Faktor internal Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress yang terjadi akibat kecemasan atau ansietas yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi akibat tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhi kebutuhan individu

(4)

Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan dengan cara yang dapat diterima oleh norma-norma masyarakat. Menurut Riyardi S dan Purwanto T. (2013) respon ini meliputi:

a. Menyendiri

Merupakan respon yang dilakukan individu untuk merenungkan apa yang telah terjadi atau dilakukan dan suatu cara mengevaluasi diri dalam menentukan rencana-rencana.

b. Otonomi

Merupakan kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial, individu mampu menetapkan untuk interdependen dan pengaturan diri.

c. Kebersamaan

Merupakan kemampuan individu untuk saling pengertian, saling memberi, dan menerima dalam hubungan interpersonal.

d. Saling ketergantungan

Merupakan suatu hubungan saling ketergantungan saling tergantung antar individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.

Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah dengan cara-cara yang bertentangan dengan norma-norma agama dan masyarakat. Menurut Riyardi S dan Purwanto T. (2013) respon maladaptive tersebut adalah:

a. Manipulasi

Merupakan gangguan sosial dimana individu memperlakukan orang lain sebagai objek, hubungan terpusat pada masalah mengendalikan orang lain dan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri. Tingkah laku mengontrol digunakan sebagai pertahanan terhadap kegagalan atau frustasi dan dapat menjadi alat untuk berkuasa pada orang lain.

b. Impulsif

Merupakan respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai subyek yang tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak mampu merencanakan tidak mampu untuk belajar dari pengalaman dan miskin penilaian.

c. Narsisme

(5)

Adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain.

F. Pohon Masalah

Akibat : Gangguang Persepsi Sensori: Halusinasi Core problem : Isolasi Sosial:MD

Penyebab : Harga Diri Rendah (Budi Anna Keliat, 1999) G. Diagnosis Keperawatan

1. Isolasi sosial : menarik diri

2. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah 3. Resiko perubahan persepsi sensori : Halusinasi H. Mekanisme Koping

Mekanisme koping yang bisa di gunakan adalah pertahanan koping dalam jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego, Stuart (2009) mengatakan pertahanan jangka pendek yang bisa di lakukan klien isolasi sosial adalah lari sementara dari krisis, misalnya dengan bekerja keras, nonton televisi secara terus menerus, melakukan kegiatan untuk mengganti identitas sementara, misalnya ikut kelompok sosisal, keagamaan dan politik, kegiatan yang member dukungan sementara, seperti mengikuti sesuatu kompetensi atau kontes popularitas, kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara, seperti penyalagunakan obat obatan.

III. STRATEGI PELAKSANAAN

1. SP-1 Pasien: Isolasi Sosial Pertemuan Ke-1 A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien Subjektif:

(6)

Objektif:

a. Klien terlihat menyendiri b. Klien terlihat mengurung diri

c. Klien tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain 2. Diagnosis Keperawatan: Isolasi Sosial

3. Tujuan

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya b. Klien dapat menyebutkan penyebab Isolasi Sosial

c. Klien dapat menyebutkan keuntungan dan kerugian hubungan dengan orang lain

d. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap

e. Klien dapat menjelaskan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain. f. Klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial g. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik

4. Tindakan Keperawatan

a. Membina hubungan saling percaya

b. Mengidentifikasi penyebab Isolasi Sosial pasien

c. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain

d. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian berinteraksi dengan orang lain e. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang

f. Menganjurkan pasien memasukkna kegiatan latihan berbincang-bincang dengan orang lain kedalam kegiatan harian.

B. Proses Pelaksanaan 1. Orientasi

a. Salam Terapeutik

“Selamat pagi, perkenalkan saya perawat Sinta. Saya mahasiswa Keperawatan UPH yang akan dinas diruangan kamboja ini selama 4 hari dan hari ini saya dinas dari jam 8 pagi sampai jam 3 sore nanti. Nama kamu siapa? Senang dipanggil apa? Oh di panggil S saja ya”

b. Evaluasi/Validasi

“Bagaimana perasaan S saat ini? Oh, Jadi S merasa bosan dan tidak berguna. Apakah S masih suka menyendiri?”

c. Kontrak

(7)

Waktu: “Berapa lama S mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit saja?

Tempat: “S mau berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau diruang tamu saja?”

2. Kerja

“Dengan siapaS tinggal dirumah?” “Siapa yang paling dekat dengan S?”

“Apa yang menyebabkan ibu dekat dengan orang tersebut?” “Siapa anggota keluarga dan teman S yang tidak dekat dengan S?” “Apa yang membuat S tidak dekat dengan orang lain?”

“Apa saja kegiatan yang S lakukan saat sedang bersama keluarga?” “Bagaimana dengan teman yang lain?”

“Apakah ada pengalaman yang tidak menyenangkan ketika bergaul dengan orang lain?”

“Apa yang menghambat S dalam berteman atau berbincang-bincang dengan orang lain?”

“Menurut S apa keuntungan jika kita mempunyai teman? Wah benar, kita mempunyai teman untuk berbincang-bincang. Apa lagi S? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa). Nah, kalau kerugian kita tidak mempunyai teman apa ya S? Apa lagi?(Sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) jadi banyak juga ruginya tidak memiliki teman ya S?”

“Kalau begitu S mau belajar berteman dengan orang lain? Nah, untuk memulainya sekarang S latihan dengan saya terlebih dahulu. Begini S, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dahulu nama kita”

“Contohnya: Nama saya Sinta”

“Selanjutnya S menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya nama ibu siapa? Senang nya dipanggil apa?”

“Ayo S coba dipraktekkkan. Misalnya saya belum kenal dengan S, S coba berkenalan dengan saya”

“Ya bagus sekali S. Coba sekali lagi S” “Bagus sekali S”

“Setelah berkenalan dengan S, orang tersebut diajakn ngobrol hal-hal menyenangkan. Misalnya tentang keluarga, tentang hobi, pekerjaan dan sebagainya”

“Nah, bagaimana kalau sekarang kita latihan bercakap-cakap dengan teman S(damping S berbincang-bincang)

(8)

a. Evaluasi Subjektif dan objektif:

“Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan berkenalan?”

“Nah, sekarang coba ulangi kembali dan peragakan ulang cara berkenalan dengan orang lain”

b. Rencana tindak lanjut

“Baiklah S, dalam satu hari mau berapa kali S latihan berbincang-bincang dengan orang lain? Dua kali ya S? Baiklah jam berapa S akan latihan? Ini ada jadwal kegiatan, kita isi di jam 11.00 dan jam 15.00 kegiatan S adalah bercakap-cakap dengan teman sekamar. Jika S melakukannya secara Mandiri maka S menuliskan nya M, Jika S melakukannya dengan bantuan atau diingatkan oleh keluarga atau teman maka S buat D, jika S tidak melakukannya maka S tulis T. apakah S mengerti? Coba S ulangi? Iya bagus S.

c. Kontrak yang akan datang

Topik: “Baiklah S, bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang pengalaman S, berbincang-bincang dengan teman baru dan latihan berbincang-bincang dengan topic tertentu. Apkaha S bersedia?” Waktu: “S mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11 saja?”

Tempat: “S maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau diruang tamu? Baiklah S besok saya akan kesini jam 11 ya. Saya permisi dulu, sampai jumpa”

2. SP-2 Pasien: Isolasi Sosial Pertemuan Ke-2 A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien Subjektif:

a. Klien mengatakan malas berinteraksi dengan orang lain. Objektif:

a. Klien menyendiri dikamar

b. Klien tidak mau melakukan aktivitas diluar kamar

c. Klien tidak mau melakukan interaksi dengan yang lainnya 2. Diagnosis Keperawatan: Isolasi Sosial

3. Tujuan

a. Klien dapat mempraktekkan cara berkenalan dengan orang lain

b. Membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain.

4. Tindakan Keperawatan

a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

(9)

c. Membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian

B. Proses Pelaksanaan 1. Orientasi

a. Salam Terapeutik

“Selamat pagi, APakah S masih ingat dengan saya?” b. Evaluasi/VAlidasi:

“Bagaimana dengan perasaan S hari ini? Apakah masih ada perasaan kesepian? Bagaimana semangat nya untuk berbincang-bincang dengan orang lain? Apakah S sudah mulai berkenalan dengan orang lain dan bagaimana perasaan S setelah mulai berkenalan?”

c. Kontrak

Topik: “Baiklah, sesuai dengan janji kita kemarin hari ini kita akan latihan bagaimana berkenalan dan berbincang-bincang dengan 2 orang lain agar S semakin banyak teman. Apakah S bersedia?”

Waktu: “Berapa lama S mau berbincang-bincang” Bagaimana kalau 10 menit?”

Tempat: “S mau berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau diruang tamu saja?”

2. Kerja

“Baiklah, hari ini saya datang bersama dua ornag ibu perawat yang juga dinas diruangan ini, S bisa memulai berkenalan”

“Apakah S masih ingat dengan cara berkenalan?(Beri pujian jika pasien masih ingat, jika pasienlupa bantu pasien mengingat kembali) Nah, seilahkan ibu mulai(fasilitasi perkenalan antara pasien dengan perawat lain) Wah bagus sekali, selain nama, alamat, hobby, Apakah ada yang S ingin ketahui lagi mengenai perawat C dan D? (Bantu pasien mengembangkan percakapan)”

“Nah S, apa saja kegiatan yang biasa S lakukan pada jam segini? Bagaimana kalau kita menemani teman S yang sedang menyiapkan makan siang diruang makan sambil menolong teman S, S bisa sambil berbincang-bincang dengan teman yang lain (damping pasien ke ruang makan)”

(10)

diatas meja kepada teman S? Apakah harus rapi atau tidak? Silahkan S, apalagi yang ingin S perbincangkan. Silahkan”

“Oke sekarang piring nya sudah rapi, bagaimana kalau S dengan teman S melakukan menyusun gelas diatas meja bersama sekalian S berbincang-bincang ya S”

3. Terminasi

a. Evaluasi subjektif dan objektif:

“Bagaimana perasaan S setelah kita berkenalan dengan perawat C dan D dan berbincang-bincang dengan teman S aaat menyiapkan makan siang di ruang makan? Coba S sebutkan kembali bagaimana caranya berkenalan?”

b. Rencana tindak lanjut

“Bagaimana kalau ditambah lagi jadwal kegiatan S yaitu jdwal kegiatan berbincang-bincang ketika membantu teman sedang menyiapkan makan siang. Mau jam berapa S latihan? Oh ketika makan pagi dan makan siang”

c. Kontrak yang akan datang:

Topik: “Baiklah S kalau besok kita berbincang-bincang dengan orang yang lebih banyak dari sebelumnya? S akan berbincang-bincang dengan Juru masak yang jumlah nya ada lima orang dan S bisa bertanya apa saja yang S ingin ketahui dari mereka. Apakah S bersedia?”

Waktu: “S mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11mselama 15 menit saja sambil mereka menyiapkan masak untuk makan siang?”

Tempat: “S maunya kita berbincang-bincang dimana? Bagaiman kalau di dapur saja bu?’

3. SP-3 Pasien: Isolasi Sosial Pertemuan Ke-3 A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien Subjektif:

Klien mengatakan malas berinteraksi dengan orang lain. Objektif:

a. Klien menyendiri dikamar

b. Klien tidak mau melakukan aktivitas diluar kamar

c. Klien tidak mau melakukan interaksi dengan yang lainnya 2. Diagnosis Keperawatan: Isolasi Sosial

3. Tujuan

(11)

b. Membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain.

4. Tindakan Keperawatan

a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

b. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang

c. Membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian

B. Proses Keperawatan 1. Orientasi

a. Salam Terapeutik

“Selamat pagi S, amsih ingat dengan saya?” b. Evaluasi/Validasi

“Bagaimana dengan perasaan S hari ini? Apakah masih ada perasaan kesepian? Bagaimana semangat nya untuk berbincang-bincang dengan orang lain? Apakah S sudah mulai berkenalan dengan orang lain dan bagaimana perasaan S setelah mulai berkenalan?”

d. Kontrak

Topik: “Baiklah, sesuai dengan janji kita kemarin hari ini kita akan latihan bagaimana berkenalan dan berbincang-bincang dengan Juru masak yang jumlahnya ada lima orang. Agar S semakin banyak teman. Apakah S bersedia?”

Waktu: “Berapa lama S mau berbincang-bincang” Bagaimana kalau 15 menit?”

Tempat: “S mau berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau didapur saja?”

2. Kerja

“Baiklah S, bagaiman kalau kita menuju ruang dapur, disana para Juru masak sedang memasak dan jumlah mereka disana ada lima orang. Bagaimana kalau kita berangkat sekarang?”

(12)

merapikan tempat tidur, dengan siapa S ingin di damping? Dengan Ny. H? baiklah S. Kegiatannya merapikan tempat tidur ya ( Perawat mengajak pasien H untuk menemani pasien merapikan tempat tidur dan memotivasi pasien dan teman sekamar berbincang-bincang”

3. Terminasi

a. Evaluasi subjektif dan objektif

“Bagaimana perasaan S setelah kita berkenalan dengan juru masak di dapur? Kalau setelah merapikan kamar bagaimana S? apa pengalaman S yang menyenangkan berada dalam kelompok? Adakah manfaatnya kita bergabung dengan orang banyak?”

b. Rencana tindak lanjut

“Baiklah S selanjutnya S bisa menambah orang yang S kenal atau S bisa ikut kegiatan menolong membawakan nasi untuk dimakan oleh teman-teman S. Jadwal bercakap-cakap setiap pagi saat merapikan tempat tidur kita cantumkan dalam jadwal ya S. Setiap jam berapa S akan berlatih? Baiklah pada pagi jam 08:00 dan sore jam 16:00.

c. Kontrak yang akan datang Topik :

“Baik lah ibu bagaimana kalau besok saya kan mendampingi ibu dalam melakukan berbincang-bincang saat menjemput pakaian ke laundry. apakah ibu bersedia?”

Waktu :

“Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00” Tempat :

“Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu? Baiklah B besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa besok B. Saya permisi, selamat siang”

4. SP-4 Pasien: Isolasi Sosial Pertemuan Ke-4 A. Proses Keperawatan

(13)

a. Klien mengatakan sudah mau berinteraksi dengan orang lain. b. Klien mengatakan mampu berinteraksi dengan orang lain. Data Objektif:

a. Klien sudah mau keluar kamar.

b. Klien bisa melakukan aktivitas di ruangan. 2. Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial.

3. Tujuan

a. Klien mempu berkenalan dengan dua orang atau lebih. b. Klien dapat memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian. 4. Tindakan Keperawatan.

a. Mengevaluasi jadwal kegitan harian pasien. b. Memberikan kesempatan pada klien berkenalan.

c. Menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.

B. Proses Pelaksanaan 1. Orientasi

a. Salam Terapeutik.

“Selamat pagi S, Apakah S masih kenal dengan saya? b. Evaluasi/ Validasi:

“Bagaimana dengan perasaan S hari ini? masih ada perasaan kesepia, rasa enggan berbicara dengan orang lain? Bagaimana dengan kegiatan hariannya sudah dilakukan? Dilakukan sambil bercakap-cakap kan S? sudah berapa orang baru yang S kenal? Dengan teman kamar yang lain bagaimana? Apakah sudah bercakap-cakap juga? Bagaiman perasaan S setelah melakukan semua kegiatan? Waah S memang luar biasa”

c. Kontrak: Topik:

(14)

Waktu :

Berapa lama S mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit? Tempat :

S mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu?

2. Kerja

“Baiklak, apakah S sudah mempunyai daftar baju yang akan di ambil? (sebaiknya sudah disipakan oleh perawat) baiklah S, mari kita berangkat ke ruangan laundry (komunikasi saat di ruangan laundry)”

“Nah S, caranya yang pertama adalah S ucapkan salam untuk ibu V, setelah itu S bertanya kepada ibu V apakah pakaian untuk ruangan Kamboja sudah ada? Jika ada pertanyaan dari S ibu V jawab ya? Setelah selesai, minta ibu V menghitung total pakaian dan kemudian S ucapkan terimakasih pada Ibu V. Nah, sekarang coba S mulai (perawat mendampingi pasien)”

3. Terminasi

a. Subjektif dan objektif:

“Bagaimana perasaan S setelah bercakap-cakap saat menjemput pakaian ke ruangan laundry? Apakah pengalaman yang menyenangkan S?”

b. Rencana tindak lanjut:

“Baiklah S, selanjutnya S bisa terus menambah orang yang S kenal dan melakukan kegiatan menjemput pakaian ke ruangan laundry”

c. Kontrak yang akan datang : Topik :

“Baiklah S, bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang kebersihan diri. Apakah S bersedia?”

Waktu :

“S mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00” Tempat :

(15)

IV. DAFTAR PUSTAKA

Stuart, W. Gail. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Singapore: Elsevier

Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN(Basic Course). Jakarta: EGC

Townsend, M.C (2009) Psychiatrich Mental Health Nursing Concepts Of Care in Evidence-Based Practice. 6 ed. Philadelphia: F.A Davis Company

Hermawan, Beny,.2015. Naskah Publikasi diakses dari http://eprints.ums.ac.id/34432/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf pada 11 Juni 2018

Purnawan, Adi Sugito,.2018. Laporan Pendahuluan Isolasi Sosial diakses dari https://www.academia.edu/8977519/LAPORAN_PENDAHULUAN_ISOLASI_SOSI AL pada 11 Juni 2018

Pratama, Anggi,.2017. Laporan Pendahuluan Isolasi Sosial Lengkap diakses dari http://www.lpkeperawatanku.cf/2017/03/laporan-pendahuluan-isolasi-sosial.html pada 11 Juni 2018

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol daging buah sirsak ( Annona muricata L.) terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa, Shigella

Setelah itu dilakukan pengukuran kapasitas antioksidan total, dengan cara ditimbang sampel ekstrak etanol buah merah ( Pandanus conoideus Lam.) sebanyak 50 mg, kemudian

Pekerja dalam satu perusahaan adalah perselisihan antara serikat buruh atau.. serikat Pekerja dengan serikat buruh atau serikat Pekerja lainya dalam

CRM memungkinkan kita mengerti siapa konsumen kita sebenarnya, apa yang mereka beli dari kita dan juga yang kita sebenarnya, apa yang mereka beli dari kita dan juga yang

Konsep tata hijau yang digunakan dalam perencanaan lanskap in iadalah konsep dengan mengahadirkan tanaman yang berfungsi sebagai penambah ruang terbuka hijau

Dengan ini menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya ilmiah ini telah diperiksa/divalidasi dan hasilnya telah memenuhi kaidah i1miah, norma akademik dan norma hukum sesuai

Dalam melakukan pengambilan contoh, Petugas Karantina Tumbuhan harus mengisi Laporan Pengambilan Contoh sesuai dengan format laporan pada Form 1 Laporan Pengambilan

Peralatan yang dipergunakan meliputi: perangkat lunak (software) MS Excel, Crop Water Balance Evapotranspiration (CWB-ETO) yang dikeluarkan oleh CIRAD Perancis tahun 2001,