• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Discovery Learning dan Teknik Mencatat Mind Mapping Siswa Kelas 4 SD Negeri Blotongan 01 Smester 1 Tahun Pelajaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Discovery Learning dan Teknik Mencatat Mind Mapping Siswa Kelas 4 SD Negeri Blotongan 01 Smester 1 Tahun Pelajaran"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

6 Mind Mapping

2.1.1.1 Pembelajaran Discovery Learning

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintific seperti ini adalah pembelajaran yang terdiri atas kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengolah data, menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan hasil yang terdiri dari kesimpulan. Sedangkan discovery learning merupakan model pembelajaran kooperatif. Dimana kegiatan yang diinginkan adalah membuat siswa bekerjasama dan adanya partisipasi aktif dari siswa. Disini guru hanya sebagai fasilitator untuk membantu siswa dalam belajar, bukan sebagai sumber untuk siswa belajar. Oleh karena itu discovery learning merupakan model pembelajaran kooperatif seperti halnya dengan model pembelajaran yang lain. Namun karena discovery learning adalah kegiatan belajar ilmiah, jadi discovery learning masuk dalam pendekatan saintific sebagai model pembelajaran kooperatif tipe discovey learning.

(2)

Dari pendapat Ridwan, Sund, dan Richard maka dapat disimpulkan jika model pembelajaran kooperatif tipe discovery learning adalah sesuatu kegiatan belajar yang melibatkan siswa langsung untuk mencari informasi dan mencari data yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan.

Setiap pendekatan tentu saja memiliki titik efektifnya. Menurut Westwood dalam Ridwan, 2014 : 98), pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe discovery learning akan efektif jika terjadi hal–hal berikut ini :

1. Proses belajar dibuat secara teratur dengan hati-hati.

2. Siswa memiliki pengetahuan dan keterampilan awal untuk belajar. 3. Guru memberikan dukungan yang dibutuhkan siswa untuk

melakukan penyelidikan.

2.1.1.2 Langkah-langkah Pembelajaran Discovery Learning

Seperti dalam pendekatan pada umumnya, pendekatan juga harus memiliki langkah-langkah yang sistematis agar pembelajaran dapat berjalan secara berstruktur dan runtut, berikut ini adalah langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe discovery learning menurut beberapa para ahli yakni:

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe discovery learning terbimbing menurut Rusman adalah sebagai berikut :

1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.

2. Guru membagi petunjuk praktikum/eksperimen.

3. Guru menjelaskan apa saja yang akan dilakukan oleh siswa

4. Peserta didik melaksanakan eksperimen di bawah pengawasan guru.

5. Siswa melaksanakan penyelidikan dengan pantauan dari guru untuk menyelesaikan tugasnya.

6. Guru menunjukkan gelaja yang diamati.

7. Guru melakukan konfirmasi tentang tugas yang telah siswa selesaikan.

8. Peserta didik menyimpulkan hasil eksperimen.

9. Dari kegiatan-kegiatan penelitian, siswa menyimpulkan inti pembelajaran yang diberikan oleh guru.

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe discovery learning juga dikemukakan oleh Syah adalah sebagai berikut: :

1. Stimulasi / Pemberian Rangsangan

(3)

2. Pernyataan / Identifikasi Masalah

Pemberian masalah yang diambil dari kehidupan sekitar siswa dapat memancing siswa untuk timbul rasa ingin tahu, sehingga siswa semangat dalam melaksanakan pembelajaran.

3. Pengumpulan Data

Aktivitas siswa adalah membaca, wawancara, atau dapat mencari artikel untuk mendapatkan informasi tentang permasalahan yang timbul, yang telah disampaikan oleh guru sebelumnya.

4. Pengolahan Data

Dari data yang telah dikumpulkan, siswa melakukan pengolahan, memilih dan memilah informasi yang terpakai dan informasi yang tidak terpakai, sehingga siswa benar-benar mengetahui dengan sendirinya pemecahan dari masalah yang telah diberikan guru.

5. Pembuktian

Siswa dengan bantuan guru melakukan pembuktian dengan menghubungkan masalah dengan informasi yang telah siswa dapat. 6. Penarikan Kesimpulan

Siswa menyimpulkan materi dan pemecahan masalah yang telah dipelajari dengan guru.

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe discovery learning menurut Jerome Bruner adalah sebagai berikut:

1. Stimulasi / Pemberian Rangsangan

Disini siswa diberikan sebuah masalah yang ada disekitar mereka, sehingga timbul rasa penasaran dan tanda tanya pada diri mereka sampai timbul rasa ingin tahu.

2. Pernyataan / Identifikasi Masalah

Setelah dilakukan stimulasi, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mencari tahu atau mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah, bisa dari buku pelajaran yang relevan dengan bahan ajar.

3. Pengumpulan Data

Siswa diminta untuk mengumpulkan banyak informasi-informasi yang relevan dengan cara wawancara dengan nara sumber, membaca literature, mengamati objek, melakukan uji coba sendiri, dan sebagainya.

4. Pengolahan Data

Semua informasi yang telah didapat, diolah, diacak, diklarifikasikan, ditabuasi, dihitung dan ditafsirkan, sehingga dapat membentuk pengetahuan baru tentang alternatif jawaban yang perlu mendapat pembuktian secara logis.

(4)

Pada tahap ini siswa memeriksa secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil pengolahan data.

6. Penarikan Kesimpulan

Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi

Jadi, dari beberapa pendapat para ahli tentang langkah-langkah discover learning diatas, dapat ditarik kesimpulan jika langkah-langkah discovery learning adalah sebagai berikut:

1. Stimulasi / Pemberian Rangsangan 2. Pernyataan / Identifikasi Masalah 3. Pengumpulan Data

4. Pengolahan Data 5. Pembuktian

6. Penarikan Kesimpulan 2.1.1.3 Teknik Mencatat Mind Mapping

Untuk mempermudah seseorang dalam mengingat, maka seseorang akan menggunakan akal kreatifnya untuk membuat ringkasan supaya dapat mempermudah ingatannya untuk memeroleh ilmu. Menurut Michael Michalko, “mind map adalah alternatif pemikiran keseluruhan otak terhadap pemikiran linear.” Begitu juga dengan Tony Buzan (Buzan, 2010: 4) mengemukakan bahwa “mind map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan memetakan pikiran seseorang sehingga dapat mempermudah dalam menempatkan dan mengeluarkan informasi dari otak.” Tidak hanya Michael dan Tony, DePorter, (2009:153) juga mengemukakan “mind mapping adalah teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan.”

(5)

Hal yang dapat dilakukan ntuk menghasilkan suatu konsep dengan teknik mencatat mind mapping dapat mengikuti langkah-langkah cara membuat mind mapping berikut ini:

2.1.1.4 Langkah-langkah Teknik Mencatat Mind Mapping

Langkah-langkah dalam membuat mind map menurut Rusman adalah sebagai berikut :

1. Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan datar.

2. Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral. 3. Gunakan warna.

4. Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya.

5. Buatlah garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus. 6. Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis.

7. Gunakan gambar.

Tony juga mengungkapkan pendapatnya untuk lengkah-langkah membuat mind mapping yang baik adalah sebagai berikut:

1. Mulailah dari kertas kosong 2. Gunakan gambar untuk ide utama

3. Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat 4. Buat garis hubung melengkung

5. Gunakan kata kunci untuk setiap garis 6. Gunakan gambar

Tidak jauh berbeda dengan Rusman dan Tony, Langkah-langkah membuat mind mapping menurut Fikrotur adalah sebagai berikut:

1. Mulai dari bagian tengah

2. Menggunakan gambar atau foto untuk ide sentral 3. Menggunakan warna

4. Menghubungkan cabang-cabang ke gambar pusat 5. Membuat garis hubung yang melengkung

6. Menggunakan satu kata kunci untuk setiap garis 7. Menggunakan gambar

Jadi, dari uraian langkah-langkah menggunakan mind mapping diatas, dapat ditarik kesimpulan jika langkah-langkah menggunakan mind mapping adalah sebagai berikut:

(6)

2. Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral 3. Gunakan warna dan garis melengkung

4. Hubungkan setiap garis cabang ke gambar pusat 5. Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis 6. Gunakan gambar

2.1.2 Hasil Belajar

2.1.2.1 Pengertian Hasil Belajar

Setiap proses belajar, pasti akan mencari hasil keberhasilan dalam pembelajaran. Menurut Permendikbud Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukurpencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah.

Para ahli seperti Oemar Malik (2006) mengemukakan “hasil belajar sebagai terjadinya perubahan tingkah laku yang awalnya belum memiliki banyak pengalaman dan ilmu pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap, serta keterampilan.” Dan Sudjana (1989) mengatakan bahwa “hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengetahuan yang baru dalam kemampuan belajarnya.” Sedangkan Howart Kingsley dalam Sudjana (1989) membagi tiga macam hasil belajar mengajar sebagai (1) keterampilan dan kebiasaan, (2) pengetahuan dan pengarahan, (3) sikap dan cita-cita. Dimyati dan Mudjiono (2002) mengemukakan bahwa “hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar, dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.” Kemudian Mulyono Abdurrahman (2009) berpendapat bahwa “hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar.”

(7)

evaluasi. (Sularyo 2004:9). Ranah afektif, berkenaan dengan sikap dan nilai yang meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai. Ranah psikomotor, meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati).

Dengan demikian hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Dengan hasil belajar diharapkan dapat membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi, sehingga akan mengubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.

2.1.2.2 Kriteria Hasil Belajar

Ketuntasan belajar (daya serap) merupakan pencapaian taraf penguasaan minimal yang telah ditetapkan guru dalam tujuan pembelajaran setiap satuan pelajaran. Ketuntasan belajar dapat dianalisis dari dua segi yaitu ketuntasan belajar pada siswa dan ketuntasan belajar pada materi pelajaran/tujuan pembelajaran, keduanya dapat dianalisis secara perorangan atau perkelas siswa. (Sularyo 2004:6). Adapun kriteria ketuntasan belajar yang digunakan adalah sesuai yang dikeluarkan Tim Khusus (2000:4) adalah sebagai berikut. :

a. Setiap materi/pokok uji/soal/ yang merupakan ketercapaian kompetensi dasar mencapai ketuntasan apabila telah dikuasai oleh 75% siswa sekelas.

b. Setiap siswa mencapai ketuntasan belajar bila telah menguasai sekurang-kurangnya 75% (atau memperoleh nilai 70) dari keseluruhan materi pokok uji. c. Setiap kelas siswa (seluruh siswa dalam kelas) mencapai ketuntasan belajar

bila jumlah siswa yang memperoleh nilai 70 sebanyak 75% dari jumlah siswa di kelas itu.

(8)

belajar sesuai dengan kebutuhan dengan adanya minat yang lebih dalam pembelajaran, sehingga terjadi perubahan perilaku siswa kearah yang lebih positif dan kriteria ketuntasan hasil belajar tercapai. Dengan demikian efektivitas dalam pembelajaran dapat tercapai.

Kriteria ketuntasan belajar yang dipergunakan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah sesuai dengan yang ditetapkan oleh ketentuan tersebut. Ukuran tersebut dapat mengacu pada ketuntasan belajar siswa sekurang-kurangnya 75 % dari jumlah siswa telah memperoleh nilai = 70 dalam peningkatan hasil belajar.

2.1.2.3 Pembelajaran Discovery Learning dan Teknik Mencatat Mind Mapping

Model pembelajaran kooperatif tipe discovery learning merupakan sesuatu kegiatan belajar yang melibatkan siswa langsung untuk mencari informasi dan mencari data yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. Siswa menemukan sendiri pemecahan masalah yang disediakan oleh guru. Sedangkan mind mapping adalah teknik mencantat yang dapat menambah kreatifitas berpikir siswa dengan cara menggambar atau menyimbolkan sesuatu konsep, dan mempermudah siswa untuk mengolah informasi yang didapat dan yang akan dikeluarkan dari otak. Jadi, guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe discovery learning dan dibantu dengan teknik mencatat mind mapping, guru akan lebih mudah untuk membagi informasi yang harus ditemukan sendiri oleh siswa. Guru menyediakan suatu masalah berupa gambar, dan siswa mengimajinasikan masalah tersebut, lalu menggambarkan di cabang gambar persoalan tersebut, maka siswa akan lebih mudah menemukan dan menyimpan informasi yang mereka dapat dan saat ada tes siswa juga mudah untuk mengingat kembali, karena siswa pasti senang dengan gambar yang berwarna warni, secara otomatis mereka akan mengingat pembelajaran yang tersusun pada gambar mind map mereka.

(9)

mengaplikasikan model pembelajaran kooperatif tipe discovery learning dengan teknik mencatat mind mapping :

1. Stimulasi

Guru melakukan apersepsi agar siswa tahu apa yang akan mereka dapatkan dalam pembelajaran.

2. Pernyataan

Guru menyediakan masalah yang harus dipecahkan oleh siswa. 3. Pengumpulan Data

Disinilah teknik mencatat mind mapping dapat masuk kedalam model pembelajaran kooperatif tipe discovery learning. Saat siswa menghadapi masalah, dan siswa harus menemukan sendiri pemecahannya, maka siswa dapat berimajinasi dengan gambar.

4. Pengolahan Data

Guru dan siswa mengolah data yang telah didapatkan oleh siswa. 5. Pembuktian

Guru dan siswa melakukan konfirmasi tentang apa yang telah mereka buat atau pikirkan.

6. Penarikan Kesimpulan

Guru dan siswa menarik kesimpulan materi pembelajaran 2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

(10)

Hasil tersebut telah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu 80% siswa tuntas. Dengan demikian hipotesis yang diajukan peneliti dapat dibuktikan kebenarannya, dengan penerapan Discovery learning dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD Negeri Kutowinangun 12.

Penelitian skripsi menurut Fiska Erlian Renita Ayuni tahun 2014 yang berjudul Upaya Peningkatan Hasil Belajar dan Keaktifan Belajar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Melalui Metode Discovery learning Siswa Kelas 5 SD Negeri Kumpulrejo 01 Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. Hasil penelitian pada hasil belajar siswa menunjukkan kondisi awal siswa yang mencapai KKM terdapat 9 siswa (39%), pada siklus I terjadi peningkatan yang cukup signifikan yaitu terdapat 17 siswa (74%), dan pada siklus II terdapat 20 siswa (87%). Kondisi awal siswa yang keaktifannya rendah berjumlah 10 siswa (45%), dan setelah dilakukan penelitian pada siklus I siswa yang keaktifan belajarnya rendah bejumlah 6 siswa (26%) dan siklus II keaktifan belajarnya rendah berjumlah 3 siswa (12%).Peningkatan keaktifan belajar siswa dengan kriteria sangat tinggi dikondisi awal yang berjumlah 1 siswa dengan presentase 4%, menjadi 4 siswa dengan presentase 17% pada siklus I dan 8 siswa dengan presentase 35%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan belajar siswa.

(11)

awal 51,51% ,siklus I 66,66%, dan 90,90% pada siklus II. Sedangkan peningkatan kondisi awal Sebelum tindakan (pra siklus) siswa yang tuntas belajar sebanyak 18 siswa (54,54%) dari 33 siswa, dengan nilai ratarata 70,48. siklus I, jumlah siswa yang tuntas belajar menjadi 28 siswa (84,84%) dengan nilai rata-rata 76,81. Pada siklus II, diketahui bahwa hanya 1 siswa yang tidak tuntas dalam belajarnya, dengan perolehan nilai rata -rata 77,72.Disimpulkan bahwa model pembelajaran Discovery learning pada mata pelajaran IPA dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas 5 Semester II SD Negeri Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten semarang.

Menurut penelitian Silverius Novie Paranso tahun 2013 yang berjudul Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Menggunakan Model Pembelajaran Mind mapping Siswa Kelas 5 SDN Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2012/2013. Sklus I, aktivitas siswa cukup baik dengan perolehan skor 44 (64.7%). Siklus II aktivitas siswa baik dengan skor 54 (79.4%). Sekolah dan guru disarankan untuk menerapkan model mind mapping dalam pembelajaran IPA materi lain maupun mata pelajaran lain. Siswa disarankan berlatih melakukan pemetaan konsep setiap materi pelajaran. Dengan melakukan pemetaan konsep, akan memungkinkan siswa lebih mudah dan lebih banyak memahami materi pelajaran. Dengan demikian dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

(12)
(13)

Perbandingan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan discovery learning dan tekhnik mencatat mind mapping.

No. Nama Variabel Hasil

Penelitian

Perbedaan Persamaan

X Y

1. Kristina Vileonarti Discovery learning

Hasil Belajar Meningkat Tidak menggunakan teknik mencatat mind mapping

Hasil Beajar Meningkat Tidak menggunakan teknik mencatat mind mapping

Menggunakan pendekatan discovery learning dan mengalami peningkatan 3. Agnesia Clara Dau Discovery

learning

Hasil Beajar Meningkat Tidak menggunakan teknik mencatat mind mapping

Hasil Beajar Meningkat Tidak menggunakan pendekatan discovery

(14)

2.3 Kerangka Pikir

Pada proses pembelajaran saat ini, sering kali siswa merasa bosan dan tidak tertarik pada proses pembelajaran, itu dikarenakan pembelajaran hanya berfokus pada guru, jadi siswa hanya mendengarkan dan menulis jika guru memintanya. Hal seperti ini sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Karena siswa tidak merasa bahwa pelajaran itu menarik. Agar siswa menjadi tertarik dan senang dengan pembelajaran, guru perlu mengembangkan kreatifitas dengan cara menggunakan model-model pembelajaran, siswa akan senang jika mereka mendapat pengalaman baru.

Model pembelajaran kooperatif tipe pembelajaran discovery learning sesuatu kegiatan belajar yang melibatkan siswa langsung untuk mencari informasi dan mencari data yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. Adapun langkah-langkahnya yaitu, stimulasi / pemberian rangsangan, pernyataan / identifikasi masalah, pengumpulan data, pengolahan data, pembuktian, dan penarikan kesimpulan. Dari langkah-langkah tersebut, guru dapat mengambil skor dari tes dan non tes yang akan dijadikan satu untuk memperoleh skor hasil belajar. Hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Dengan hasil belajar diharapkan dapat membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi, sehingga akan mengubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik. Teknik mencatat mind mapping digunakan guru untuk membantu siswa dalam menulis catatan yang menarik, sehingga siswa gemar membaca dan belajar dari buku catatan yang telah mereka buat sendiri. Penggunaan teknik mencatat mind mapping juga dapat membantu siswa agar siswa dapat tertarik dalam pembelajaran, juga dapat mengembangkan kreatifitas imajinasi dan ingatan yang lebih lama dibanding hanya mencatat seperti biasa, dan itu tentunya akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

2.4 Hipotesis Tindakan

(15)

a. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe discovery learning dan teknik mencatat mind mapping dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD Negeri Blotongan 01 semester 1 tahun pelajaran 2016-2017.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam sebuah sajian pementasan gamelan, untuk bisa mendapatkan keunikan nada dan lagu biasanya tidak cukup hanya dengan satu atau dua Suling saja, melainkan beberapa suling

Menurut Gale (1994) dalam Alida (2007:74) nilai pelanggan adalah persepsi konsumen terhadap nilai atas kualitas yang ditawarkan relatif lebih tinggi dari pesaing akan

memperlihatkan tampilan menu koleksi Museum Sonobudoyo dengan animasi yang terdapat pada masing-masing tombol dan diiringi musik gamelan, pada halaman ini berisi

Data hasil kuesioner yang terkumpul selanjutnya dilakukan analisis untuk membahas masalah penelitian dan juga mengungkapkan pengaruh E-service quality terhadap

Kebijakan pelayanan kesehatan menjadi salah satu komponen yang utama (Pujowati, 2012). Peningkatan pelayanan kesehatan yang baik seharusnya tidak berhenti sampai pada

Pendidikan di dalam suatu organisasi adalah suatu proses pengembangan kemampuan ke arah yang diinginkan oleh organisasi yang bersangkutan (Notoadmodjo, 1992). Bidan

Seed Vigor Testing Handbook.. Association of Seed Analysts,

Sekolah Dasar Inti Se-Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Tahun 2018 Tujuan penelitian ini untuk mengembangkan aplikasi penilaian autentik berbasis software microsoft excel