• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanya Jawab Tanya Jawab Seputar Karma Redaksi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tanya Jawab Tanya Jawab Seputar Karma Redaksi"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

2 B V D • S E P T E M B E R 2 0 0 8

DAFTAR ISI

S E P T E M B E R 2 0 0 8 • V O L 5 • N O 1 18

Sajian Utama

4 Tema Hukum Karma Oleh Redaksi

9 Introspeksi Kerbau Oleh Hendry Filcozwei Jan

11 Spiritful Drizzle Friendship Oleh Willy Yanto Wijaya

14 Berita PVVD Pendaftaran Makrab Oleh Vivi Sumanti

16 Tanya Jawab Tanya Jawab Seputar Karma Redaksi

22 Stori’s Story Kumpul Bersama Oleh Huiono

25 Ulasan Sutta Kebangkitan Oleh Willy Yandi Wijaya

27 Artikel Dharma Berdana Pada Pengemis Alvin

31 Tahukah Anda Apakah Kehidupan Lampau itu Benar-benar Ada ? Oleh Herman

34 Renungan Kehidupan Desa (2) Oleh Willy Yandi Wijaya

Artikel

19 Artikel Bebas

BVD Kecil

33 BVD Kecil

Lain-Lain

2 Daftar Isi

3 Dari Redaksi

20 Karikatur

36 Birthday

37 Laporan Keuangan

38 Kuis

(3)

D A R I R E D A K S I

Pelindung :

Persamuhan Umat Vihara Vimala Dharma

Redaksi :

Pemimpin Redaksi :

Herman

Blog-er & Reporter :

Juliyanto

Cover September :

Herman

Kontributor BVD:

Hendry Filcozwei Jan, Huiono, Willy Yanto Wijaya, Willy Yandi Wijaya, Endrawan Tan, Alvin, Yenny Lan

Kontributor BVD Kecil :

Angel, Yen-Yen

Namo Buddhaya,

Mettacittena

R E D A K S I

Pembaca yang berbahagia, pada edisi kali ini BVD kita mengangkat tema Karma. Karma adalah salah satu konsep utama dalam agama Buddha yang sangat menarik untuk dibahas. Hampir semua umat Buddha mengenal hukum Karma. Namun, banyak umat Buddha yang tidak mengenal karma secara mendalam sehingga tidak mempunyai dasar pengetahuan yang kuat mengenai Karma. Hal ini disebabkan oleh kurangnya bacaan umum yang membahas dasar-dasar hukum karma secara detail.

Oleh karena itu, kami berusaha untuk mem-berikan informasi-informasi dan pengetahuan mendasar mengenai Karma. Semoga informasi ini bisa memberikan pondasi pengetahuan yang kuat mengenai karma. Dengan memahami dasar-dasar dari hukum karma, maka kita bisa lebih siap untuk memahami konsep-konsep dharma yang lebih mendalam lagi. Dan bisa menerapkannya secara langsung dalam kehidupan.

Sekian harapan dari kami, semoga pembaca bisa puas dengan informasi yang kami berikan. Masukan, pesan dan saran dari pembaca sangat kami butuhkan.

Mettacittena

REDAKSI

(4)

4 B V D • S E P T E M B E R 2 0 0 8

T E M A

HUKUM KARMA

D

alam Abidharma dikenal konsep dharmaniyama. Dharmaniyama merupakan hukum universal atau hukum segala hal. Alam semesta dengan segala isinya (segala isi bumi, tata surya, maupun semua galaksi di jagad raya ini) diatur oleh sebuah hukum universal yang berlaku di semua alam kehidupan. Dharmaniyama bekerja dengan sendiri, bekerja sebagai hukum sebab-akibat. Hukum karma merupakan salah satu dari lima Niyama yang bekerja di alam semesta ini.

Konsep Hukum karma

Secara harafiah karma berarti tindakan atau perbuatan. Konsep ini telah dike-nal di India sebelum Buddha. Dalam ajaran Buddha, karma merujuk kepada tindakan yang disertai oleh kehendak. Seperti dalam Anggutara Nikaya bagian Nibbedhika-sutta dikatakan:

“O Para Biku, kehendak yang kusebut karma! Setelah memunculkan kehendak, seseorang menciptakan karma melalui tubuh, ucapan, dan pikiran.”

Jadi, suatu tindakan dikatakan karma jika disertai oleh kehendak (pal. cetana). karma bersifat samvattanika, artinya “mengarah terjadinya”. Dengan kata lain karma bukan berarti harus mutlak terjadi. Benih karma yang ditanam tidak harus mutlak berbuah. Dalam Samyutta Nikaya I.227, dijelaskan secara gamblang bahwa:

Sesuai dengan benih yang ditabur Maka itulah buah yang akan dipetik Pelaku kebaikan akan menuai kebajikan Pelaku kejahatan akan menuai ketidakbajikan Taburkanlah benihnya dan tanamkanlah dengan baik Engkau akan menikmati buahnya.

Ini adalah prinsip sebab (benih karma) dan efek (buah karma). Formulasi umum untuk menunjukkan hubungan antara sebab dan akibat adalah sebagai berikut:

Hukum Karma

Sum

ber : D

ar

i B

erb

aga

i S

um

(5)

T E M A

Sebab (benih karma) + kondisi-konsisi penunjang =

efek (buah atau hasil karma)

Rumusan di atas menjelaskan bahwa karma hanya dapat berbuah jika hadir secara lengkap beberapa unsur yang mendukungnya. Jadi, tidak semua benih karma menghasilkan buah karma. Bila unsur pendukung berupa kondisi tidak ada, maka benih karma tidak bisa berbuah menjadi efek. karma yang tidak menghasilkan buah karma disebut juga ahosi karma (karma yang sudah tidak efektif lagi).

Berbagai kejadian ditentukan oleh diri kita sendiri, Seperti yang dikatakan Buddha:

Para mahluk adalah pemilik karmanya sendiri, pewaris karmanya sendiri, memiliki karmanya sebagai penyebab kelahiran kembali, karma merupakan sanak

keluarganya, dan karma sebagai pelindungnya. karma yang menyebabkan mahluk yang memiliki keadaan hina atau mulia (Majjhima Nikaya III.203)

Namun karma bukan sesuatu yang mutlak (statik) atau sesuatu yang tidak dapat diubah. karma merupakan sesuatu yang dinamik. Apa yang kita lakukan

sekarang dapat mengubah masa depan kita. Misalnya kondisi kehidu-pan sekarang buruk, namun dengan melakukan banyak kebajikan, maka karma baik berkesempatan muncul pada kehidupan sekarang maupun akan datang.

Karma adalah penyebab utama ketidaksamaan di dunia ini. Men-gapa Ada orang yang kaya, ada yang miskin, ada yang tinggi, ada yang pendek, ada yang cantik, ada yang jelek, dan masih banyak lagi

(6)

6 B V D • S E P T E M B E R 2 0 0 8

Walaupun kondisi kehidupan kita sekarang merupakan akibat dari karma dari masa lampau. Namun tidak berarti bahwa pengalaman hidup yang kita alami sekarang semuanya berasal dari tindakan masa lampau. Dalam Abhidharma, karma hanyalah satu dari 24 kondisi-kondisi kausal (paccaya). Dengan demikian, maka tidak semua pengalaman yang kita alami berasal dari karma.

Dalam Anguttara Nikaya dijelaskan bahwa seandainya semua pengalaman hidup kita disebabkan oleh karma lampau, maka seseorang yang menjadi pembunuh, pencuri, penjahat atau orang tidak bermoral tidak bertanggungjawab atas perbua-tannya. Untuk apa mereka berusaha menjauhi perbuatan jahat jika mereka sudah ditakdirkan menjadi penjahat oleh karmanya.

Salah satu kritikan utama dalam konsep karma adalah pertanyaan mengapa ada orang jahat yang mengalami kebahagiaan, sedangkan sebaliknya ada orang baik yang menderita. Menurut ajaran Buddha, matangnya buah karma seseorang dipengaruhi oleh banyak sekali kondisi-komdisi dan sangat kompleks. Cara kerja hukum karma sangat rumit, melibatkan banyak unsur sehingga perbuatan tidak selalu menghasilkan akibat di kehidupan sekarang, namun berkaitan dengan kehidupan masa akan datang, seperti tertera dalam dharmapadda 119-120:

Pembuat kejahatan hanya melihat hal yang baik selama buah perbuatan jahatnya belum masak, tetapi bilamana hasil perbuatannya itu telah masak, ia akan melihat akibat-akibatnya yang buruk. Pembuat kebajikan hanya melihat hal yang buruk se-lama buah perbuatan bajiknya belum masak, tetapi bise-lamana hasil perbuatannya itu telah masak, ia akan melihat akibat-akibatnya yang baik.

Kelahiran Kembali

Karma dan kelahiran kembali merupakan dua konsep Buddhis yang berhubungan erat. Karma menentukan eksistensi dan alam kehidupan di mana kita dilahirkan kembali. Buddha mengatakan:

Dengan penglihatan supraindriawi yang murni dan sepranormal, Aku melihat para mahluk melenyap dari suatu keadaan eksistensi dan muncul kembali (punabhava) di keadaan eksistensi lain. Aku melihat yang hina dan yang mulia, yang cantik dan yang jelek, yang bergembira dan yang menderita, melintas sesuai dengan perbuatan mer-eka. (Majjhima Nikaya I.278)

T E M A

(7)

Pengertian kelahiran kembali (punabhava) dalam ajaran Buddha tidak serupa dengan konsep reinkarnasi Hindu yang mempercayai bahwa adanya suatu roh kekal yang bertransmigrasi meninggalkan tubuh lama dan memasuki tubuh baru. Manusia bisa naik ke alam yang lebih tinggi seperti surga atau turun ke alam lebih rendah seperti menjadi binatang. Seperti halnya lis-trik bisa termanifestasi dalam bentuk cahaya, panas, gerakan, demikian juga energi karma bisa termanifestasi dalam bentuk dewa, manusia, binatang atau mahluk lainnya.

Buddha memberikan berbagai perumpamaan yang memperlihatkan bahwa betapa sulitnya untuk terlahir sebagai manusia di kelahiran berikutnya. Misalnya :

bagaikan seekor kura-kura yang buta sekali dalam seabad muncul ke permukaan air, berusaha memasukkan lehernya ke lubang sebuah kuk emas yang diterpa kesana kemari oleh ombak samudra (Samyutta Nikaya .V. 457).

Namun perumpamaan tersebut ditujukan untuk semua mahluk yang tingkatannya rendah (seperti serangga, burung, ikan, cacing, dsb). Manusia mempunyai

kecenderungan yang tinggi untuk terlahir kembali sebagai manusia. Ini men-jelaskan mengapa secara parsial populasi manusia meningkat. Hal ini disebabkan oleh jumlah mahluk non-manusia relatif jauh lebih banyak daripada populasi manusia. Sehingga yang terjadi adalah jumlah populasi manusia dari tahun ke tahun semakin meningkat walaupun peluang terlahir sebagai manusia sangat kecil. Buddha membandingkan jumlah kelahiran manusia dan kelahiran ke alam rendah, yaitu :

Mereka yang terlahir sebagai manusia bagaikan sedikit debu yang dicolek di ujung jari-Nya, sedangkan mereka yang telahir ke alam rendah sebanyak pasir di bumi.

T E M A

(8)

8 B V D • S E P T E M B E R 2 0 0 8

Penentu Kelahiran

Kelahiran berikutnya suatu mahluk sangat ditentukan oleh karma. Untuk mengetahui karma apa yang menentukan kelahiran berikutnya, kita perlu mengetahui klasifikasi karma menurut prioritas matangnya buah karma, yaitu sebagai berikut:

1. Perioritas pertama adalah Garukakarma, yaitu karma yang paling berat yang langsung berbuah di kehidupan sekarang atau di kehidupan berikutnya. Garukakarma terdiri dari 5 karma buruk : membunuh ayah, membunuh ibu, membunuh seorang arahat, melukai seorang Buddha, dan memecah belah Sanggha. Ini adalah bentuk kejahatan yang paling berat.

2. Prioritas kedua adalah asanakarma, yaitu karma yang dilakukan baik secara fisik maupun mental menjelang kematian. Dalam hal ini, pemikiran yang baik tanpa adanya kemelekatan atau kebencian sangat diperlukan menjelang kema-tian

seseorang.

3. Perioritas ketiga adalah acinnakarma, yaitu karma yang sering dilakukan di kehidupan sehari-hari (karma kebiasaan).

4. Prioritas keempat adalah katattakarma, yaitu karma-karma sisa utama yang belum dihabiskan.

Jadi, jika seseorang melakukan garukakarma, maka di kehidupan berikutnya dia pasti terlahir kembali ke alam neraka yang paling dalam. Bila garukakarma tidak ada, maka asannakarma sangat menentukan kondisi-kondisi kelahiran berikutnya. Bila garukakarma dan asanakarma tidak ada, maka acinnakarma lah yang menentukan kondisi-kondisi kelahiran berikutnya. Misalnya kematian yang diakibatkan oleh kecelakaan mendadak, sehingga menjelang kematian pikirannya tidak melakukan karma. (tidak ada asannakarma). Dalam hal ini, maka acinnakarma yang berperan dalam menentukan kelahiran berikutnya. Jika ketiga karma di atas tidak ada maka katattakarma yang berperan menentukan kondisi-kondisi kelahiran berikutnya. Misalnya bayi yang baru lahir langsung meninggal, sehingga kelahiran berikutnya sangat ditentukan oleh karma-karma sisa di kehidupan lampaunya yang belum dihabiskan.

Hukum Karma

(9)

B

eberapa waktu lalu penulis mendapat undangan dari Ehipassiko Foundation untuk jadi “pembicara” pada segmen “Spir-it of the Youth” bersama Fredy Siloy dan Kartika. Acara bertajuk “The Grand Launching Bodhi Comic & CD” berlangsung pada Sabtu (09-08-2008) di Plaza Sentral, Jakarta .

Bagi penulis, ini keikut-sertaan pertama di hajatan

Ehipassiko Foundation, sedang bagi Fredy, sang ilustrator komik Bodhi, adalah yang kedua, setelah acara sama di Medan .

Ternyata kami sama-sama gugup kalau diminta bicara di depan umum (maklumlah penulis terbiasa

hadir di depan umum lewat tulisan, dan Fredy lewat lukisan-nya). Apalagi melihat nama besar yang akan tampil bersama kami: Bhante Jinadhammo, Bhante Paññavaro, dan Andrie Wongso (motivator No. 1 di Indonesia). Dit-ambah lagi tulisan di poster acara yang disebar ke berbagai milis Buddhis:

Hendry Filcozwei Jan (Holder of 7 Indonesian Records). Promosi yang makin menciutkan nyali. Untunglah dalam briefing sebelum acara dimulai Pak Han menenang-kan kami. “Tenang saja, nggak amenenang-kan gugup kok. Semua akan lancar-lancar saja karena: Kita mengatakan apa yang kita kerjakan dan kita mengerjakan apa yang kita katakan. Jadi bukan mengarang cerita.”

Untunglah semua ber-langsung lancar. Pada acara tersebut, penulis terkesan dengan uraian Dhamma Bhante Paññavaro. Ini yang ingin penulis bagikan kepada pembaca (mudah-mudahan yang penulis tangkap dan cerita-kan kembali ini tidak keliru dari maksud yang akan disampaikan oleh Bhante Paññavaro).

(10)

10 B V D • S E P T E M B E R 2 0 0 8

INTROSPEKSI

Oleh :

Hendry Filcozwei Jan

Beliau menceritakan, suatu saat beliau didatangi sekelompok pemuda Buddhis. Pemuda Buddhis ini merasa “panas” dengan ucapan pihak lain yang terasa melecehkan agama Buddha. Nasihat apa yang bisa saya berikan? Buddha terkenal ahli dalam membabarkan Dhamma, bisa menyesuaikan dengan keadaan (situasi saat itu dan keadaan pen-dengarnya).

“Nasihat apa yang jitu untuk pendengar yang sedang emosi? Untunglah kita punya komik mahabesar dan monumental, yaitu Borobudur ” lanjut Bhante

Paññavaro. Di sana terpahat aneka kisah Jataka. Dan saya menceritakan kisah tentang kerbau (binatang yang juga dikonotasikan dungu).

Tersebutlah kisah seekor kerbau. Suatu saat, kerbau ini sedang diganggu segerombolan kera. Ekornya ditarik, kepalanya dinaikin kera, dan macam-macam lagi tindakan gerombolan kera tersebut. Kerbau tadi hanya diam saja. Mengapa kerbau ini sabar sekali? Orang yang melihat pun saja rasanya tidak sabar dan ingin membalas. “Hai... kerbau, mengapa engkau

diam saja diganggu oleh kera-kera ini” tanya orang. Apa jawab kerbau tadi? “Biarkanlah mereka mengganggu saya, daripada mereka mengganggu harimau mereka bisa mati diterkam.”

Oh...rupanya itu pertimbangan kerbau. Ternyata sikap kerbau yang memilih diam ini ibarat pisau bermata dua. Sebagai Buddhis, kita yakin, apa yang kita tanam, itulah yang akan kita petik. Diam dan tidak membalas, be-rarti kita tidak membuat karma buruk yang baru. Ini juga melatih kesabaran kita. Di sisi lain, tindakan ini juga menyelamatkan kera. “Ya, biarlah kera mengganggu saya. Kalau mengganggu harimau, dia bisa mati diterkam” ucap kerbau. Tapi diamnya kerbau ini, sekal-igus juga sebuah pelajaran

(11)

Friendship

K

ong Hu Cu pernah berujar, “Perjumpaan adalah awal dari Perpisahan. Perpisahan adalah awal dari Perjumpaan.” Segala yang berjumpa, memang pasti akan berpisah. Ini adalah realita yang sangat mendasar dari kehidupan itu sendiri. Ini adalah riak-riak yang begitu nyata dari ketidakkekalan, yang dalam ajaran Buddha kita kenal sebagai anicca.

Walaupun demikian, saya

ingin mengungkapkan perasaan terima kasih yang mendalam kepada teman-te-man semua, yang telah mengisi fragmen-fragmen dalam perjalanan hidup saya. Ia akan menjadi kenangan berharga yang tersimpan dalam kalbu terdalam. Ia adalah momen-momen berharga, yang mungkin tidak akan pernah terulang lagi.

Sebagai ungkapan perasaan mendalam, saya persembahkan terjemahan lirik lagu “Friendship” dari Anime “Love Hina”. Mohon maaf jika terjemahan saya masih kurang bagus. ;p

Terima kasih atas segalanya... ฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀

Wishing you all the best for your future endeavours! Friendship

(Love Hina Live in Tokyo NK Hall Final Appearance)

Lyricist: Okazaki Ritsuko; Arranger: Shigemi Tooru; Singers: Horie Yui, Kurata Masayo, Noda Junko, et al.

SPIRITFUL DRIZZLE

(12)

12 B V D • S E P T E M B E R 2 0 0 8

SPIRITFUL DRIZZLE

Oleh : Willy Yanto Wijaya

Yesterday Kotoba ga tarinakute Surechigatta to shitemo Yamenaide Motto wakaritai

Toki ni hitori ni naritakute Tabi wo shite mo kokoro wa Umaranai Soshite taisetsu na hito ni kizuku yo

Itsumo itsumo

Sou umakuyuku to wa kagirinai mainichi Dakedo waratte Kimi ga kureta

Tatta hitokoto ga dorehodo ureshikatta ka

Zutto zutto oboeteru

Memories Mafuyu no kaerimichi Shiroi yuki ni ashiato

Furitsumoru Atatakana kimochi

Itsuka hanarete kurasu hi ga Kite mo Kitto tomodachi Dare yori mo itsumo chikaku ni kanjite iru kara

Tooku tooku

Tada kagayaite mieta mirai ga sugu soko Saa ikanakucha Kitto kimi ga

Sono akogare ya negai wo kanaerukoto

Zutto zutto shinjiteru

Itsumo itsumo

(13)

SPIRITFUL DRIZZLE

Oleh: Willy Yanto Wijaya

mainichi Dakedo waratte Kimi ga kureta

Tatta hitokoto ga dorehodo ureshi-katta ka

Zutto zutto oboeteru

Tooku tooku

Tada kagayaite mieta mirai ga sugu soko Saa ikanakucha

Kitto kimi ga

Sono akogare ya negai wo kanae-rukoto

Zutto zutto shinjiteru Zutto zutto shinjiteru

Kemarin, kata-kata tidaklah cukup Walaupun kita saling berpapasan, kita tidak berhenti

Aku ingin memahamimu lebih jauh

Kadang, aku ingin sendirian Walau seiring perjalanan, hatiku terasa kurang

Kemudian aku menyadari ses-eorang yang penting bagiku

Selalu, Selalu

Hari-hari tidak selalu berjalan den-gan baik, namun tersenyumlah Kegembiraan yang kurasakan walau hanya dari sedikit kata-kata yang kamu berikan

adalah hal yang akan selalu kuingat.

Kenangan, dalam perjalanan pulang

di tengah musim dingin

Jejak-jejak kaki di atas salju putih Kehangatan yang menyelimuti hati

Suatu hari, waktu bagi kita untuk ber-pisah akan tiba

Namun, kita tetaplah teman

Karena aku bisa merasakanmu lebih dekat dibandingkan siapapun juga

Jauh, nun jauh disana

Masa depan yang kulihat berkilauan ada di depan sana, jadi mari, kita harus pergi

Keinginan yang kamu impikan pasti akan menjadi kenyataan itulah hal yang akan selalu kuyakini.

Selalu, Selalu

Hari-hari tidak selalu berjalan dengan baik, namun tersenyumlah

Kegembiraan yang kurasakan walau hanya dari sedikit kata-kata yang kamu berikan

adalah hal yang akan selalu kuingat

Jauh, nun jauh disana

Masa depan yang kulihat berkilauan ada di depan sana, jadi mari, kita harus pergi

Keinginan yang kamu impikan pasti akan menjadi kenyataan itulah hal yang akan selalu kuyakini Itulah hal yang akan selalu aku yakini.

(Lagu dapa

t diunduh di willy

yan

to

.multiply

.c

(14)
(15)
(16)

16 B V D • S E P T E M B E R 2 0 0 8

TANYA JAWAB

Oleh: Redaksi

Tanya Jawab Seputar Karma

Apakah karma itu?

Karma berarti tindakan, yaitu meliputi semua tindakan yang dilakukan melalui jasmani, ucapan, dan pikiran yang disertai oleh kehendak. Suatu perbuatan yang tidak disertai oleh kehendak tidak dapat dikatakan sebagai karma karena tidak memberikan akibat pada pelakunya. Karma adalah hukum bahwa semua perbuatan merupakan benih-benih yang akan menghasilkan akibat tertentu dalam kondisi yang mendukung

Bagaimana Cara Kerja Karma?

Semua tindakan kita akan meninggalkan jejak-jejak dalam arus pikiran, jejak-jejak ini akan masak ketika kondisi yang sesuai muncul. Benih karma bisa saja tidak berbuah jika tidak ada kondisi yang mendukungnya. Jejak-jejak Karma mengikuti kita terus-menerus dari satu kehidupan ke kehidupan yang lain.

Apa klasifikasi karma yang paling umum?

Paling umum karma diklasifikasikan menjadi dua yaitu karma baik dan karma buruk. Jika suatu perbuatan menghasilkan penderitaan dan kesedihan bagi diri sendiri maupun mahluk lain, berarti perbuatan tersebut adalah karma buruk. Jika perbuatan itu menghasilkan keba-hagiaan, berarti karma baik. Suatu perbuatan tidak bisa sepenuhnya dikatakan karma baik atau karma buruk, karena perbuatan itu bisa saja merupakan karma baik bagi seseorang sebaliknya merupakan karma buruk bagi orang lain. Tergantung pada kehendak saat dia berbuat karma.

Sumber : Menjadi P

elita Hati, V

en. Thich Nhat Hanh, V

en. Sri D

hammananda, V

en. Th

uben Chodr

(17)

TANYA JAWAB

Oleh: Redaksi

Siapa yang mengatur Karma?

Tidak ada yang mengatur karma, kita sendirilah yang bertanggungjawab atas karma kita. Buddha tidak bisa mengatur karma kita, karena Buddha tidak men-ciptakan karma. Tetapi Buddha bisa menunjukkan jalan kepada kita bagaimana seharusnya kita bertindak di dalam pengaruh hukum karma.

Apa saja pengaruh Karma terhadap kelahiran dan kehidupan?

Karma mempengaruhi kelahiran dan kehidupan kita baik saat ini maupun masa yang akan datang. Karma mempengaruhi kepribadian, bakat, kebiasaan, dan karakter kita. Bahkan Lingkungan tempat kita dilahirkan juga dipengaruhi oleh karma. Kelahiran berikut dari suatu makhluk sangat ditentukan oleh karma pikirannya saat menjelang kematian. Kecuali jika dia melakukan garukakamma, maka dia pasti dilahirkan di neraka dalam.

Apakah semua perbuatan merupakan karma?

Hukum karma tidak berlaku untuk perbuatan-perbuatan tanpa kesadaran seperti berjalan, duduk, atau tidur. Karma berlaku untuk pikiran-pikiran yang didasari oleh kehendak. Perbuatan yang tidak sengaja/kecelakaan dianggap karma netral, tetapi tentu saja kita juga harus melatih kesadaran kita agar terhindar dari kecelakaan.

Bagaimana mengetahui karma?

Buddha mengajarkan bahwa membunuh akan mengakibatkan umur pendek, kemurahan hati akan menghasilkan kekayaan, dan sebagainya. Namun, sesungguhnya hanya kesadaran tanpa rintangan yang dapat memahami dinamika bekerjanya karma secara lengkap

Apakah hukum karma itu adil sementara ada orang baik yang

menderita sedangkan ada orang jahat yang hidupnya berlimpah

ruah?

(18)

18 B V D • S E P T E M B E R 2 0 0 8

TANYA JAWAB

akibat-akibat tindakan kita di kehidupan kita yang lampau. Prinsip ini menjelaskan mengapa ada orang jahat yang kaya-raya dan ada orang baik yang hidupnya melarat. Jadi, hukum karma sangat lah adil.

Mengapa tiba-tiba kita bisa merasa dekat ataupun

mempu-nyai perasaan tidak enak ketika bertemu dengan seseorang

yang baru kita dikenal?

Saat kita menemui seseorang yang baru dikenal, mungkin kita pernah merasa dekat ataupun mempunyai perasaan tidak enak dengan orang-orang itu. Hal ini dapat terjadi karena adanya hukum karma. Kita mungkin sudah pernah berhubungan dengan orang ini pada suatu waktu di masa lampau. Hubungan karma ini lah yang mempengaruhi kehidupan kita

Bagaimana mengurangi potensi karma buruk?

Purifikasi atau mengurangi potensi karma buruk sangat penting karena dapat mencegah penderitaan dan kecenderungan untuk berbuat salah di masa mendatang.

Empat komponen kekuatan yang digunakan untuk menyucikan jejak-je-jak karma:

1. Penyesalan

2. Tekad untuk tidak mengulanginya lagi

3. Berlindung kepada Triratna, dan mengembangkan welas asih kepada semua mahluk

4. Berbuat baik, meditasi dan membaca sutra/mantra, menerapkan obat penawarnya

Karma-karma buruk tidak bisa disucikan dengan sekali penyucian karena kita telah melakukan banyak sekali karma buruk di kehidupan-kehidupan kita sebelumnya. Jadi, Keempat kekuatan ini harus dilakukan berulang-ulang.

(19)

ARTIKEL BEBAS

Oleh : Yenny Lan

Dua sisi mata UANG

Ini adalah kisah kehidupan dari orang-orang yang ada di sekitarku..

Keluarga Ana sangat miskin, untuk makan sehari-hari mereka sekeluarga harus saling berbagi sepiring nasi untuk 3 orang. Bagi ke-luarga Ana saat ini UANG adalah segalanya. UANG bagaikan seorang malaikat yang san-gat mereka dambakan kedatangannya, yang akan membawa kehidupan mereka menjadi lebih baik.

Pagi itu, Heni teman satu kampusku datang ke arahku dengan terge-sa-gesa. Dengan erat dia memelukku dan berkata “Yen, kamu punya waktu untuk mendengar keluh kesahku?” air mata mengalir di kedua pipinya yang mungil itu. Aku langsung menganggukkan kepala dengan senyu-man, ingin mencoba menenangkannya. Heni adalah anak dari orang yang cukup terpandang, untuk Heni tidak pernah ada masalah tentang keuan-gan karena keluarkeuan-ganya dapat digolongkan ke dalam keluarga yang kaya, ya kaya raya mungkin ya. Aku sempat berpikir dia tidak pernah kekurangan dalam hidupnya, mau apa saja pasti tersedia, lalu apa masalah dia sampai dia menangis? Lalu dia pun menceritakan masalahnya padaku. Ternyata ke-luarga Heni sedang diambang perpecahan. Dua bulan yang lalu, orang tua Heni meninggal karena kecelakaan. Saat ini Heni bukan hanya sedih karena kepergian orang tuanya, tetapi dia lebih sedih dan menderita lagi karena saat ini ketiga orang kakaknya sedang memperebutkan warisan dari orang tuanya yang sangat besar sekali jumlahnya. Saat itu aku tertegun menden-gar cerita Heni. Bagi Heni saat ini UANG adalah kehancuran. UANG bagaikan sesosok setan jahat yang mengacaukan kehidupan keluarganya.

(20)
(21)
(22)

22 B V D • S E P T E M B E R 2 0 0 8

STORI’SSTORY

OLEH : HUIONO

Kumpul Bersama

S

alah seorang dari mereka, yang berjalan lebih cepat beberapa langkah,

segera menuju salah satu meja kosong. Kemudian dia bertanya pada

teman-temannya kalau-kalau ada usulan menempati meja lain saja.

Tampaknya teman-temannya tidak masalah dengan meja itu. Lalu, tanpa

dikomando, mereka menyatukan meja-meja lain yang semula terpisah

menjadi sederet meja panjang. Ketika mereka selesai menyusun meja,

rom-bongan lainnya tiba. Masih teman-teman mereka.

Sambil menghela napas, salah

seorang lelaki duduk di

samp-ing temannya. Perempuan.

Sedang asyik menekan-nekan

tombol ponselnya. Lelaki itu

meraba-raba kantong

celanan-ya, mengeluarkan sebungkus

rokok yang telah mengkerut

sudut-sudutnya. Dia tidak

me-nyalakan rokok. Hanya

menge-luarkannya agar duduk terasa

lega.

Beberapa orang lagi kemudian duduk memenuhi sudut meja menghadap

ke arah dalam. Tepat saat itu pula rombongan ketiga tiba. Mereka, dengan

suara agak kencang, masing-masing berbicara pada teman-teman yang

ber-beda. Lalu kursi-kursi digeser lagi. Agak dirapatkan. Beberapa perempuan,

bahkan belum sempat duduk sudah memulai topik seru yang tidak bisa

ditunda lagi.

(23)

S

TORI’S

S

TORY

mencari dukungan tambahan untuk sesuatu yang akan mereka pesan,

atau sebetulnya tidak tau mau makan apa dan akan ikut-ikutan bila

menu favorit mereka disebutkan. Beberapa lagi masih mencari-cari

di antara urutan menu makanan dengan standar harga yang lebih

murah.

Pelayan agak kerepotan menuliskan pesanan karena mereka

me-nyebutkan menu pesanan tidak beraturan. Kemudian mereka harus

menyebut ulang. Dan untuk kepastian, juga demi menghidari

kesala-han, pelayan itu dengan sabar mengulang pesanan-pesanan yang telah

disebutkan. Ternyata masih ada kesalahan. Salah seorang di antara

mereka malah bingung dengan apa yang tadi dia pesan. Teman-teman

yang lain mengolok-ngoloknya. Dan si pelayan, demi kesopanan dan

keramahan, tersenyum dan dengan sabar memperbaiki kekeliruan.

Baru selangkah pelayan itu pergi, suara bising pecah kembali.

Mer-eka tampaknya tidak peduli dengan pengunjung lain di sekitar meja

mereka. Mungkin karena rombongan mereka yang paling besar,

sehingga tampil mencolok dan mendominasi. Mereka terbagi menjadi

kubu-kubu kecil. Seperti berdiskusi. Tapi sesungguhnya yang mereka

bincangkan adalah sekelumit masalah pribadi. Tentang hari ini. Atau

gosip yang sedang hangat mereka dengar akhir-akhir ini.

Beberapa orang hanya bicara sebentar. Sementara yang lain masih

begitu terlibat dan percakapan panjang. Yang terdiam, ada yang diam

menatap meja. Kemudian setelah melirik kiri kanannya untuk

men-coba berbicara pada salah satu dari mereka, dia sadar tidak tau haru

bicara apa.

(24)

24 B V D • S E P T E M B E R 2 0 0 8

STORI’SSTORY

Ada beberapa orang yang tampak tidak nyaman dengan kumpul-kumpul

seperti ini. Terlepas apakah mereka baru melalui hari yang melelahkan, sikap

mereka menunjukkan rasa bosan ketika menanggapi pertanyaan-pertanyaan.

Dan ketika dibiarkan diam, wajah mereka semakin muram. Saat melihat

te-man-teman mereka yang terus berbicara tanpa henti, hal itu semakin

mem-buat mereka terasa terasing dalam kebisingan bingar.

Pesanan yang diantarkan ke meja mereka membuat mereka berseru gembira.

Rasa lapar membuat beberapa orang yang sedari tadi terus berbicara

meng-hentikan obrolan mereka. Dan demi basa-basi, mereka saling mengucapkan

‘selamat makan’. Tidak semua menanggapi sepenuh hati. Hanya ketika

perem-puan yang paling manarik itu mengatakannya, hampir semua orang

menjaw-abnya dengan penuh tanggapan. Terutama laki-laki.

Tempat itu mendadak sepi. Karena masing-masing sibuk dengan makanan

mereka. Hanya sesekali saja terdengar suara ketika salah satu dari mereka

membutuhkan sesuatu.

(25)

U

LASAN

S

UTTA

Kebangkitan

Bangkitlah! Duduklah tegak-tegak!

Apa untungnya tidur?

Tidur macam apa yang ada bagi yang terserang penyakit,

Yang ditembusi oleh anak panah penderitaan?

Bangkitlah! Duduklah tegak-tegak!

Berlatihlah dengan mantap untuk mencapai Kedamaian.

Jangan biarkan raja kejahatan (mara) membodohimu dan

mereng-kuhmu ke dalam kekuasaannya,

Karena mengetahui engkau lengah

Atasilah nafsu keinginan ini

Di mana para dewa dan manusia tetap terikat dan mencari

kes-enangan darinya

Jangan biarkan saat kesempatan emas ini berlalu

Mereka yang membiarkan kesempatan emas ini berlalu

Akan meratapi ketika masuk ke dalam kesengsaraan

Kelengahan adalah suatu noda

Dan demikianlah noda yang menurun

Terus-menerus, Dari satu kelengahan ke kelengahan yang lain,

Dengan ketekunan dan pengetahuan

Hendaklah orang mencabut anak panah [nafsu-nafsu]

(26)

26 B V D • S E P T E M B E R 2 0 0 8

ULASANSUTTA

Dari ucapan Buddha ini, beliau sangat begitu memperhatikan masalah keinginan yang berlebihan-berlebihan dari seseorang (keserakahan). Beliau menyuruh kita untuk bangkit melawan nafsu keserakahan kita agar dapat mencapai kedamaian (nirwana). Di bagian selanjutnya disebutkan jangan biarkan mara (pemikiran negatif) dalam diri menguasai pikiran kita.

Satu kesempatan yang dimaksud adalah kesempatan terlahir sebagai seorang manusia yang mampu mencapai kedamaian (nirwana) saat ini juga.

Kesempatan emas tersebut juga menyiratkan keberuntungan kita mengenal ajaran Buddha yang penuh dengan welas asih dan kebijaksanaan.

(27)

A

RTIKEL

D

HARMA

BERDANA PADA PENGEMIS

D

ulu setelah pulang dari vihara, saya dan Sanjaya sering pergi ke mall yang tempatnya tidak jauh dari vihara. Kami berdua cukup berjalan kaki saja kesana, tetapi di jalan banyak para pengemis, bahkan yang masih anak-anak meminta-minta dan berharap kami memberinya uang. Saya tidak mau memberi mereka uang, karena saya berfikir mereka mengemis bukan karena mereka tidak mampu melakukan apa-apa selain mengemis, tetapi mereka menjadikan pengemis sebagai pekerjaannya, akibatnya mereka semua akan menjadi malas untuk bekerja, apalagi kalau masih anak-anak kecil sudah terbiasa mengemis, mentalnya akan menjadi jelek setelah mereka dewasa.

Tetapi teman saya Sanjaya, seperti biasanya sudah mempersiapkan uang untuk dibagikan pada para pengemis, dan ia tidak memikirkan akibat buruknya nanti bagi pengemis itu.

Pada awalnya saya sangat senang bisa berteman dengan orang yang dermawan seperti Sanjaya, tetapi lama-lama saya merasa kasihan juga padanya, sebab bisa saja ia tidak menyadari bahwa ia sedang dibodohi oleh para pengemis karena kedermawanannya.

Akhirnya suatu saat, ketika saya belajar bersama di rumah Sanjaya, saya mengutarakan padanya bahwa apa yang ia lakukan dalam melaksanakan dana, mungkin saja tidak tepat sasaran, bahkan mungkin tidak akan memimbulkan karma yang baik baginya. Saya tidak melarangnya untuk memberi dana pada pengemis, tapi saya hanya menjelaskan bahwa sekarang ini banyak orang yang berpura-pura menjadi pengemis sebagai pekerjaanya, bahkan banyak anak-anak kecil yang dikoordinir khusus untuk mengemis.

Sanjaya hanya tersenyum mendengarkan kata-kata saya, lalu ia men-gatakan bahwa apa yang ia lakukan itu, jika dilihat dari sudut pandang pendapat orang pada umumnya, memang ada benarnya. Tetapi jika dilihat dari sudut pandang seseorang yang berdana, maka apa yang saya katakan itu tidak tepat.

(28)

28 B V D • S E P T E M B E R 2 0 0 8

ARTIKEL

DHARMA

Akhirnya kami berdua berdiskusi tentang masalah ini.

Sanjaya memulai diskusi dengan bertanya: “apakah kamu mengetahui siapa pengemis yang akan kamu beri, apakah kamu yakin mereka berpura-pura mengemis, haruskah kamu bertanya dulu untuk apa uang yang diberikan padanya, dan apakah kamu dapat memastikan bahwa pengemis itu nanti akan menjadi pemalas?” Karena saya menjawab tidak, Sanjaya mengatakan: “kalau begitu, yang keluar dari pikiran kamu itu prasangka buruk / prasangka baik?, ketidaksukaan / kasih sayang?, keragu-raguan untuk memberi / kemauan untuk memberi?” Karena saya bingung menjawabnya, maka saya hanya diam saja.

Sanjaya lalu menerangkan, jika saya bukan seorang peramal dan tidak bisa melihat keadaan seseorang nantinya, sebaiknya saya jangan terbiasa mengikuti suatu pendapat / persepsi yang berkembang di masyarakat umum, lalu perbuatan saya pun mengikuti persepsi umum itu. Karena suatu keadaan yang baik tetapi dipersepsikan / dianggap buruk oleh orang banyak, tidak berarti keadaan itu menjadi buruk, demikian juga sebaliknya.

Sanjaya menjelaskan bahwa orang yang sering berdana, dapat mengetahui sifat / tindak-tanduk orang yang berpura-pura menjadi pengemis, karena ia terlatih untuk terbiasa memperhatikan orang yang meminta dana kepadanya. Tetapi orang yang tidak mau berdana karena melihat / mendengar pendapat umum tentang keburukan pengemis, yang pertama-tama tumbuh dalam pikirannya adalah prasangka buruknya dulu terhadap pengemis, sehingga perasaan ketikdaksukaan akan membuat dirinya ragu-ragu untuk berdana.

Setelah mendengar penjelasan Sanjaya lalu saya bertanya: “bukankah jika kita memberi uang pada anak-anak kecil yang dikoordinir untuk mengemis, mental anak itu akan menjadi jelek?”

Sanjaya lalu mengajak saya untuk membayangkan keadaan yang terburuk yang akan saya alami, seandainya saya menjadi anak kecil yang dipaksa mengemis. Lalu saya berkata: mungkin saya akan dimarahi oleh pengasuh saya, mungkin juga saya akan disuruh bekerja terus meski sudah malam dan saya tidak akan diberi makan karena tidak ada uang dari hasil saya mengemis, atau mungkin saya akan dibuang oleh pengasuh saya karena tidak menguntungkan baginya.

Sanjaya lalu memberikan pandangannya, bahwa banyak orang yang sudah besar pun, masih tidak mengerti cara mencari uang dan bagaimana cara mengunakannya dengan benar. Apalagi hanya.seorang anak kecil, yang membaca angka pun tidak bisa. Sangat besar kemungkinannya ia tidak mengerti uang, karena dunia anak-anak adalah bermain. Contohnya: mereka lebih senang memiliki uang 1000 rupiah 10 lembar dari-pada 100000 rupiah 1 lembar.

(29)

kemungkinan besar yang ada dipikirannya hanya perasaan takut atau suatu tekanan batin saja, karena ada kewajiban yang harus mereka berikan kepada pengasuhnya setelah mereka mengemis / bermain.

Maka terlalu terburu-buru jika kita menilai bahwa anak-anak kecil yang dikoordinir untuk mengemis, mentalnya akan menjadi jelek kalau kita mem-berinya uang. Perjalanan hidup mereka masih panjang dan masih banyak kemungkinannya untuk berubah, sesuai dengan perkembangan pikiran anak kecil itu.

Sebenarnya hati saya menjadi kasihan juga pada anak-anak yang mengemis, kalau keadaannya seperti apa yang saya bayangkan tadi, tetapi saya masih ragu-ragu apakah semua anak-anak / orang dewasa yang mengemis itu tidak akan menjadi pemalas.

Saya pun bertanya lagi pada Sanjaya: “mengapa banyak yang mengatakan jika orang yang suka mengemis akan menjadi pemalas, sehingga hidupnya juga tidak akan menjadi lebih baik, meskipun kita sering memberinya uang?” Sanjaya lalu memberi perumpamaan:

Orang yang tidak bersekolah, kemungkinan besar menjadi orang yang bodoh, sehingga hidupnya akan menjadi lebih susah. Dan kenyataannya pun kemungkinan besar akan begitu.

Tetapi belum tentu setiap orang yang tidak bersekolah adalah orang yang bodoh, dan hidupnya akan menjadi lebih susah, karena akar permasalahannya bukanlah sekolah atau tidak bersekolah, tetapi kemauan seseorang untuk belajar dan kesempatannya untuk bisa bersekolah.

Dari sudut pandang yang seperti perumpamaan ini, pada umumnya kita mengatakan bahwa orang yang suka mengemis akan menjadi pemalas, karena kenyataannya pun kemungkinan besar akan begitu.

Tetapi kita sering lupa, bahwa belum tentu setiap orang yang mengemis adalah orang yang malas, dan hidupnya tidak akan menjadi lebih baik, karena akar permasalahannya bukanlah mengemis atau tidak mengemis, tetapi kemauan seseorang untuk berusaha dan kesempatannya untuk bisa bekerja. Meskipun seseorang lahir dengan kondisi kaya-raya, dan memiliki kesempatan yang banyak untuk bekerja, tetapi jika ia tidak pernah mau

berusaha dan mengunakan kesempatannya itu, maka hidup orang itu pun pasti tidak akan menjadi lebih baik.

Para pengemis hidupnya bisa menjadi lebih baik, kalau akar

permasalahan-nyalah kita cabut, misalnya dengan memberikan pandangan yang benar atau memberikan kesempatan mereka untuk bekerja.

Maka persepsi negatif tentang pengemis, bukanlah alasan yang tepat untuk tidak berdana pada mereka, meskipun kemungkinan besar orang yang

(30)

30 B V D • S E P T E M B E R 2 0 0 8

Ar�kel

Dharma

Kemudian saya berkata: “Kalau begitu, apakah secara tidak langsung kita telah membuat mental pengemis menjadi jelek, kalau ternyata mentalnya semakin jelek?” Jawab Sanjaya: “iya.”

Saya bertanya: “lalu mengapa kamu terus berdana pada pengemis, kalau kamu tahu bahwa bisa terjadi hal seperti itu?”

Sanjaya balik bertanya: “apakah secara tidak langsung pengemis telah membuat men-tal kita menjadi baik, kalau ternyata menmen-tal kita bisa semakin baik? ” Saya menjawab: “iya”

Sanjaya bertanya lagi: “lalu mengapa kamu tidak berdana pada pengemis, kalau kamu bahwa tahu bisa terjadi hal seperti itu?”

Saya tidak bisa memberikan argumentasi atas pertanyaan ini. Sanjaya lalu mengingatkan, bahwa diri kita sendirilah yang akan memetik buah karma yang kita perbuat, dan tidak ada orang yang bisa memberikan karma baik / karma buruknya kepada kita.

Sanjaya kemudian menerangkan, bahwa dari sudut pandang seseorang yang senang berdana, pengemis justru dianggap sebagai sasaran yang tepat untuk melatih diri: mengembangkan keperdulian pada orang lain, mengembangkan metta, meng-hilangkan kebiasaan berfikiran jelek, mengmeng-hilangkan keterikatan pada apa yang dimilikinya, meningkatkan kewaspadaan agar tidak mudah terbawa perasaan, dan tentunya untuk membuat karma baik.

Seandainya hasil karma baiknya itu hanyalah berupa perkembangan batin-nya saja, bagibatin-nya karma baik itu jauh lebih besar nilaibatin-nya daripada sejumlah materi, karena kebijaksanaannya dalam berdana bisa menjadi semakin baik.

Orang itu pun tidak akan berfikir bahwa ia sedang dibodohi orang lain, karena ia tidak melakukan suatu perbuatan yang didasari oleh prasangka buruk, sehingga ia tidak akan ragu-ragu untuk berdana pada pengemis, melainkan ia menyadari bahwa dirinya sedang mempraktekan salah satu dari delapan jalan mulia yaitu usaha yang benar.

Ia juga pasti mengerti bahwa melarang seseorang untuk berdana, melarang se-seorang menerima dana, dan mengisi pikirannya dengan kebencian / ketidaksukaan adalah suatu perbuatan yang salah.

(31)

TAUKAH ANDA?

Apakah Kehidupan Lampau itu benar-benar ada?

K

elahiran kembali dalam Buddism atau Reinkarnasi dalam Hindu me-rupakan suatu kepercayaan yaitu meyakini bahwa suatu mahluk akan lahir kembali dalam bentuk lain setelah tubuh atau jasad dari mahluk itu mati. Orang India telah percaya pada konsep ini sejak ribuan tahun yang lalu, baik yang beragama Hindu maupun yang beragama Buddha. Namun ada perbedaan dalam mendefenisikan konsep ini antara reinkarnasi dalam Hindu dan Punnabava (kelahiran kembali) dalam Buddhsm (lihat penjelasan sebelumnya pada Hukum Karma). Di dunia Barat, kepercayaan pada konsep ini setidaknya berawal sekitar abad ke tiga sebelum masehi, yaitu ketika seorang filsuf Yunani, Plato, menyatakan bahwa ruh manusia menjalani sembilan lingkaran kelahiran kembali sampai akhirnya mencapai tingkat tertinggi, yaitu tingkat kesembilan. Akan tetapi, pada 325 Masehi. Kaisar Konstantin secara resmi menyatakan bahwa orang-orang yang percaya pada doktrin reinkarnasi dapat dikenai hukuman mati. Namun konsep ini tetap dipercayai orang secara rahasia. Orang Mesir juga percaya pada konsep ini. Mereka percaya bahwa lingkaran kehidupan ruh akan terus berlanjut sampai 3000 tahun. Meskipun banyak bukti berbentuk anekdot yang memperlihatkan bahwa ada kehidupan lampau. Para ilmuwan tetap meremehkan dan bersikukuh menolak anggapan tersebut dengan alasan tidak didukung bukti-bukti ilmiah.

Walaupun begitu banyak keraguan, kepercayaan tentang reinkarnasi tetap bertahan sampai sekarang. Di abad ini, ketika agama-agama dari Timur yang mendasarkan kepercayaannya pada reinkarnasi menyebar ke Barat, minat bangsa barat terhadap reinkarnasi muncul kembali. Sejumlah penelitian ten-tang fenomena kelahiran kembali ini telah dilakukan. Banyak laporan tenten-tang reinkarnasi telah berhasil dikumpulkan. Salah satu kasus paling menarik yang dilaporkan di dalam buku berjudul Twenty Cases Suggestive of Reincarnation

(32)

32 B V D • S E P T E M B E R 2 0 0 8

TAHUKAH ANDA?

kedua orang tuanya bahwa sepuluh tahun sebelumnya, dia hidup sebagai seorang wanita tua bernama Ludgi, di sebuah kota yang bernama Muttra yang terletak jauh dari kota tempat tinggalnya sekarang. Melalui serentetan kesempatan, dan

kemudian dalam berbagai kesempatan yang telah direncanakan, gadis kecil itu bisa mengenali seluruh kerabat dari kehidupan masa lalunya. Pertama-tama, dia bertemu dengan sepupunya, kemudian dengan suaminya dan dua dari ketiga anaknya (Ludgi meninggal saat melahirkan anak ketiga). Semua yang diceritakan Shanti tepat dan terperinci, yang tidak mungkin dapat diceritakan oleh orang yang tidak mengalaminya. Dia juga bisa mengenali kota Muttra secara terperinci, pada-hal dalam kehidupannya yang baru, kota ini belum pernah dikunjunginya. Ketika berjalan mengelilingi kota itu dengan mata tertutup, gadis kecil Shanti bisa menun-jukkan arah dan berbagai bangunan di kota tersebut, dan bisa berbicara dengan dialek setempat yang belum pernah didengarnya. Cerita-cerita serupa telah banyak dilaporkan dari seluruh penjuru dunia.

Walaupun demikian, beberapa ahli tetap tidak percaya tentang konsep kela-hiran kembali. Ada yang berpendapat bahwa orang-orang yang memiliki ingatan masa lalu mungkin saja merupakan ingatan yang ditanam dengan menggunakan teknik hipnotis saat pasien tidak sadarkan diri. Beberapa ahli percaya bahwa orang yang memiliki ingatan masa lalu kemungkinan memetik informasi tersebut dari ingatan universal. Ingatan universal ini adalah sebuah konsep yang dibuat para ilmuwan untuk menjawab pertanyaan : Bagaimana kita bisa mengetahui sesuatu yang seingat kita belum pernah dipelajari sebelumnya. Konsep ini menduga bahwa adanya kesadaran kolektif yang didasarkan pada penjelasan bahwa ada suatu medan energi yang menyelubungi setiap manusia, pohon, batu, dan butiran pasir di muka bumi yang membawa suatu pola ingatan universal. Para penganut berbagai agama dan ilmuwan baik dari Amerika maupun sampai ke Cina sama-sama sepakat bahwa medan-medan energi membentuk semua bentuk kehidupan. Hal ini dapat dijelaskan dengan biomagnetik dan bioelektrik. Akan tetapi, konsep ini belum dibuktikan secara empiris. Salah satu fenomena yang mendukung teori ini adalah bahwa kemudahan dan kecepatan anda mempelajari suatu kegiatan tertentu tergantung pada seberapa sering orang lain (siapa pun orang tersebut) pernah melakukan kegiatan yang sama sebelum anda.

Jadi, apakah kehidupan lampau itu benar-benar ada? Secara empiris, me-mang belum cukup bukti-bukti ilmiah yang mendukung konsep kelahiran kembali. Namun ada banyak sekali bukti yang berbentuk anekdot. Buddhism percaya pada konsep ini. Dalam Majjhima Nikaya I.278 Sang Buddha dengan gamblang menjelas-kan bahwa Dia melihat mahluk melenyap dari satu keadaan eksistensi dan muncul kembali di keadaan eksistensi lain.

(33)

BVD KECIL

A

da sebuah desa kecil yang bernama desa Pojiko di Jepang. Jumlah Penduduk desa Pojiko sangat sedikit. Pojiko adalah sebuah desa dengan jumlah penduduk sekitar 50 orang. Sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah beternak. Ada sebuah fenomena aneh di desa ini. Setiap jam 6 sore, penduduk di desa ini segera masuk ke dalam rumahnya masing-masing. Tidak ada lagi yang keluar rumah di atas jam 6 sore. Sehingga seperti tidak ada kehidupan di malam hari.

Kononnya di desa ini tersebar mitos tentang serigala rawa demam. Serigala Rawa Demam ini adalah seorang manusia dengan wujud serigala yang setiap malam jumat, pukul 6 malam, keluar dari sarangnya untuk men-cari mangsa. Mitos ini sangat membuat penduduk desa Pajiko ketakutan. Sehingga muncul ide untuk tidak keluar rumah di atas jam 6 malam. Mitos ini berawal dari terbunuhnya seekor hewan ternak milik salah satu penduduk desa pada malam jumat tepat jam 6. Hewan ternak ini mati dengan mengge-naskan,

darah-darahnya bercucuran di tanah. Sejak itu, maka timbul lah mitos ini sehingga menyebabkan ketakutan penduduk desa untuk keluar rumah di atas jam 6 malam. Akibatnya, pada malam hari, suasana di desa ini seperti desa mati.

Walaupun demikian, ada sebagian kecil dari penduduk desa Pajiko yang tidak percaya pada Mitos ini. Mereka adalah orang-orang yang berpikir logis dan rasional. Mereka menantang mitos ini dengan alasan yang logis dan rasional. Menurut mereka, Manusia Serigala Rawa Demam itu tidak ada. Kejadian terbunuhnya hewan ternak itu bukan akibat Serigala Rawa Demam, melainkan disebabkan oleh binatang buas yang datang dari hutan. Desa Pajiko adalah desa yang terletak di tengah-tengah hutan. Jadi, logis sekali jika ada binatang-binatang buas yang masuk ke dalam desa untuk memakan hewan ternak penduduk desa.

Pesan : Jangan mudah percaya dengan hal-hal yang tidak masuk akal ! Jangan membiarkan hal-hal seperti itu mem-bodohi pikiran kita!

OLEH : YEN YEN (GABI REMAJA)

(34)

34 B V D • S E P T E M B E R 2 0 0 8

R E N U N G A N

OLEH : WILLY YANDI WIJAYA

Kehidupan Desa (2)

W

alau hanya 2 bulan saya di Kabupaten Purbalingga,

tepat-nya di Desa Gondang, pengalaman tersebut mengingatkan

kembali kenangan saya di suatu momen ketika saya hidup

dengan santai, tenang, tanpa beban, kesederhanaan dan yang paling

penting adalah menjalani hidup tanpa dengan keserakahan, keinginan

berlebihan dan kebencian.

Awalnya cuaca yang dingin membuat saya membutuhkan waktu

untuk beradaptasi. Namun, semakin lama saya semakin terbiasa

dengan hawa sejuk pegunungan di Desa Gondang, Kecamatan

Karangreja, Kabupaten Purbalingga. Cuaca yang sejuk cocok bagi

tanaman tertentu yang memang biasa hidup di tempat dingin. Di sini

saya dapat menemukan tanaman jagung, singkong maupun padi yang

sebagian besar ditanamin oleh penduduk di sini.

Satu hal yang membuat saya kagum dengan kehidupan Desa Gondang

adalah kejahatan yang sangat jarang terjadi. Penduduk meninggalkan

rumahnya menuju ke ladang dalam keadaan kosong dan mungkin

tidak dikunci. Tidak seperti di Kota besar yang seringkali lengah

sebentar, motor di depan telah raib di telan kawanan pencuri. Jadi

pikiran-pikiran jahat tidak tumbuh seperti di sebagian kecil orang

kota (para pencuri, perampok, pencopet).

Selama dua bulan saya di sana, saya menyempatkan diri untuk naik

turun gunung. Walau melelahkan, pemandangan indah di

(35)

Banyak hal yang dapat saya pelajari dari kehidupan penduduk desa.

Kepolosan dalam berucap dan bertindak, kesopanan yang selalu dijunjung,

sampai kesederhanaan Hidup yang terkadang kita abaikan dalam hidup

kita sehari-hari. Satu hal yang saya banyak pelajari adalah selalu

berpikir-lah yang positif, jangan pernah berpikir yang negatif, karena pemikiran

yang negatif hanya akan merusak pikiran diri sendiri.

R E N U N G A N

“ Satu hal yang saya banyak pelajari adalah selalu berpikirlah

yang positif, jangan pernah berpikir yang negatif, karena

(36)

36 B V D • S E P T E M B E R 2 0 0 8

(37)

LAPORAN KEUANGAN

LAPORAN KEUANGAN MEDKOM BULAN SEPTEMBER 2008

pendapatan :

Dana dari Donatur *) : Rp.0.-Dari BPH : Rp.

400.000,-Pengeluaran:

Biaya Cetak (150 eks.) : Rp. 345.000,-Biaya kirim : Rp. 10.000,-Biaya Operasional : Rp. 0

Dana Akhir : Rp.

45.000,-ANGGARAN PENGELUARAN BULAN OKTOBER 2008

Biaya cetak :

Rp. 402.500,-Biaya kirim : Rp. 0 Biaya Operasional : Rp.

10.000, Terima Kasih 10.000,

-*) Bagi pembaca yang ingin menjadi

donatur

, dapat langsung

ditransfer ke

rekening:

BCA KCP MARANATHA 2821509442 atas nama

RATANA SURYA SUTJIONO.

(38)

38 B V D • S E P T E M B E R 2 0 0 8

K U I S

Kirimkan jawaban Anda paling lambat

tanggal 20 September 2008

dengan format :

Quiz BVD_September_jawaban_nama_kota asal

via SMS ke : 085221527272

via email ke : redaksibvd@yahoo.com

Jawaban kuis BVD edisi Agustus:

Willy

Pemenang Edisi Agustus 2008 yaitu:

Hendry 08132019XXXX

KODE:

J-T-W-1M-1-1X-Y-11-1K

Pecahkan kode di atas!

Tips:

1. Konversi KODE di atas menjadi angka semua!

2. Konversil hasil (angka) nomor satu menjadi

Huruf!

Hints:

(39)

Pengumuman Kegiatan PVVD

Bulan September 2008:

1.

Tanggal 13 September 2008

, Talk Show UNPAD di Hotel

Kedaton.

2

.

Tanggal 14

September

2008

Open House PVVD

3

.

Tanggal 21

September

2008

Donor Darah

4

.

Tanggal 27-28

September

2008

, MAKRAB PVVD di

Natural Hill Cimahi

5

.

Tanggal 29

September 2008 - 4 Oktober

2008,

Pelatihan IMABI (Ikatan Mahasiswa Buddhis Indonesia)

di AMITAYUS

(40)

Referensi

Dokumen terkait

Dari fenomena yang ada maka dapat diketahui bagaimana seorang anak dapat menirukan adegan yang ada di dalam tayangan televis baik itu secara verbal maupun nonverbal (tingkah

ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014.. PARTAI

JIka melihat kondisi lingkungan selama penelitian pada ke empat stasiun pengamatan yang berbeda salinitasnya menunjukan variasi suhu, salinitas, bahan organic mauppun

Untuk memperoleh data tentang pengaruh penggunaan media pembelajaran Audio Visual Aids (AVA) terhadap hasil belajar Kompetensi Dasar memahami substansi dan strategi

Pemilihan terapi harus memperhatikan faktor‐faktor yang menyebabkan progresi gagal ginjal, dan terapi agresif menggunakan immunosupresan hanya diberikan untuk pasien yang

Dari grafik tersebut (gambar 24) dapat dilihat bahwa pada penggunaan gliserol dengan level tinggi dan level rendah, semakin banyak jumlah CMC-Na yang digunakan maka

[r]

Instrumen keuangan yang diterbitkan atau komponen dari instrumen keuangan tersebut, yang tidak diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar