• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENILAIAN KAMBING RAMBON DAN BODY CONDIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENILAIAN KAMBING RAMBON DAN BODY CONDIT"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

PENILAIAN KAMBING RAMBON DAN BODY CONDITION SCORE SAPI SIMENTAL

( Laporan Praktikum Ilmu Tilik Ternak )

Oleh

Arinda Kusuma Wardani 1514141082

LABORATORIUM LAPANG TERPADU JURUSAN PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Praktikum : Penilaian Kambing Rambon Dan Body Condition Score Sapi Simental

Tempat Praktikum : Laboratorium Lapang Tepadu

Tanggal Praktikum : 16 November 2016

Nama : Arinda Kusuma Wardani

NPM : 1514141082

Jurusan : Peternakan

Fakultas : Pertanian

Universitas : Universitas Lampung

Bandar Lampung , 30 November 2016 Mengetahui,

Dosen Pembimbing

(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Sholawat serta salam tak lupa kita sanjungkan kepada Rosulullah Muhammad SAW. Terimakasih penulis ucapkan kepada asisten dosen yang telah membimbing dalam penyusunan laporan ini. Tidak lupa juga kepada teman-teman yang sudah membantu memberi gagasannya serta dukungannya hingga selesainya laporan ini.

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas praktikum mata kuliah Ilmu Nutrisi Ternak Ruminansia Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Dalam penulisan ini diharapkan penulis dapat menjelaskan tentang penilaian kambing rambon dan body condition score pada sapi simental. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini banyak kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran agar laporan ini lebih bermanfaat bagi khalayak ramai.

Bandar lampung, 16 November 2016

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ……… I

KATA PENGANTAR ……… II

DAFTAR ISI ……….. III

I.PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang ……….. 1

B. Tujuan Praktikum ……….. 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ………. 3

III. METODE PRAKTIKUM ………. 6

A. Waktu dan Tempat ………. 6

B. Alat dan Bahan ……….. 6

C. Cara Kerja ……….. 7

IV. PEMBAHASAN ……… 8

V. KESIMPULAN ……….. 14

(5)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ternak kambing semakin digemari oleh para peternak, baik kambing perah maupun kambing pedaging. Namun, pada kenyataannya kambing pedaging lebih banyak dibudidayakan karena cepat pemeliharaannya. Kambing jantan

kebanyakan digunakan untuk ternak potong. Jenis kambing bermacam-macam, salah satunya kambing rambon.

Secara tradisional, para peternak menjual ternak mereka hanya dengan cara pandangan saja tanpa menggunakan timbangan. Oleh karena itu bila dilihat cara penggunaan bobot badan dapat diperoleh dengan menggunakan berbagai rumus. Untuk menilai ternak diantaranya harus mengenal bagian-bagian dari tubuh sapi serta konformasi tubuh yang ideal. Ternak yang dinilai harus sehat dan baik sesuai dengan jenis bangsanya, bagus ukuran tubuhnya, seluruh bagian tubuh harus berpadu dengan rata, harus feminin dan tidak kasar.

(6)

sehingga menghasilkan urutan atau rangking tertinggi berdasarkan nilai rekor performanya, juga baik dalam memenuhi persyaratan secara fisik.

B. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari diadakannya praktikum ini adalah :

1. Praktikan dapat mengukur bagian-bagian tubuh ternak yang digunakan sebagai penilaian kuantitatif ternak;

2. Praktikan mampu melihat karakteristik yang dimiliki oleh kambing rambon;

3. Praktikan mampu menduga umur kambing berdasarkan gigi seri.

(7)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kambing Rambon merupakan hasil persilangan antara kambing Peranakan Etawah (PE) jantan dengan Kacang betina sehingga kandungan genetik kambing Kacang dalam kambing Rambon lebih tinggi daripada kambing PE. Kambing jawarandu memiliki ciri-ciri warna bulu hitam, putih, coklat atau kombinasi antara ketiganya, punggungnya melengkung kebawah, telinga lebar dan menggantung, bobot jantan dewasa dapat mencapai lebih dari 40 Kg sedangkan bobot betina dewasa di bawah 40 kg (Anonim,2012).

Ukuran tubuh kambing jawarandu lebih kecil daripada kambing peranakan

etawah, Moncongnya lancip, jantan dan betina sama-sama memiliki tanduk (lurus atau kesamping), telinganya menggantung atau terkulai serta tidak

melipat, Panjang kaki sedang dan bulu kaki panjang maupun pendek, bobot lahirnya sekitar 1,5 sampai 2 kg. Kambing ini berbulu hitam, coklat, coklat tua, coklat belang putih, sawo matang atau kombinasi dari berbagai warna tersebut. Kambing jawarandu mampu tumbuh 50 sampai 100 g/hari (Saputro,2015).

(8)

perabaan (palpasi), dan penilaian melalui pengukuran tubuh. Memilih ternak berdasarkan visual berarti kita memilih ternak berdasarkan sifat-sifat yang tampak. Cara memilih bibit hampir sama saja dengan seleksi untuk tujuan produksi. Seleksi berdasarkan visual ini biasa disebut dengan judging. Ternak yang sehat dapat dipilih dengan melakukan penilaian melalui pandangan dari samping, belakang, dan depan atas ternak tersebut untuk mengetahui bahwa ternak dalam kondisi sehat, maka perlu diketahui karakteristik ternak yang sehat. Selanjutnya, penilaian dapat dilakukan dengan pengamatan tulang-tulang rusuk (ribs) untuk memilih ternak yang gemuk (Harjosubroto, 1994).

Gigi seri susu pada kambing berjumlah 4 pasang (2DI1, 2DI2, 2DI3, 2DI4). Cempe berumur 1 hari sampai 1 minggu memiliki sepasang gigi seri susu sentral (2DI1), pada umur 1 - 2 minggu terdapat sepasang gigi seri susu lateral (2DI2 ), pada umur 2 – 3 minggu terdapat sepasang gigi seri susu intermidial (2DI3), dan pada umur 3 - 4 minggu terdapat sepasang gigi seri susu sudut (2DI4 ). Pada umur 1 - 1,5 tahun, 2DI1 digantikan oleh sepasang gigi seri permanen sentral (2I1). Pada umur 1,5 - 2,5 tahun, 2DI2 digantikan oleh sepasang gigi seri permanen lateral (2I2). Pada umur 2,5 – 3,5 tahun, 2DI3 digantikan oleh sepasang gigi seri permanen intermedial (2I3 ). Pada umur 3,5 – 4,0 tahun, 2DI4 digantikan oleh sepasang gigi seri permanen sudut (2I4) (Frandson, 1993).

Body condition score (BCS) adalah nilai kondisi tubuh yang didasarkan pada estimasi visual timbunan lemak tubuh dibawah kulit sekitaran pangkal ekor, tulang punggung, tulang rusuk dan pinggul. BCS dapat digunakan untuk

(9)

memprediksi dini status kesenjangan energy sapi perah selama awal laktasi (Hayati, dkk. 2002)

(10)

III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum tilik ternak tentang Penilaian Kambing Rambon dan BCS pada sapi Simental dilaksanakan pada Rabu, 16 November 2016 pukul 08:00 WIB di laboratorium lapang terpadu, Jurusan peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

B. Alat dan bahan

Adapun alat-alat yang digunakan dala praktikum ini adalah tongkat ukur, butterfly 150 cm, tongkat ukur goose 150, pita ukur roundo, dan mistar ukur.

(11)

C. Cara Kerja

Adapun cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah : 1. Penilaian Kambing Rambon

Berikut adalah langkah-langkah dalam praktikum penilaian kambing rambon: 1. Menyiapkan kambing rambon yang akan diamati;

2. Menilai karakteristik dan bagian-bagian tubuh kambing rambon; 3. Melakukan pengukuran ukuran tubuh kambing yangdiamati; 4. Mencatat hasilnya;

5. Mengamati kondisi gigi seri kambing;

6. Menduga umur umur kambing dari keadaan gigi seri; 7. Mencatat hasilnya.

2. Penilaian Body Condition Score Sapi Simental

Berikut adalah langkah-langkah penilaian BCS sapi Simental: 1. Melakukan pengamatan pada bagian-bagian tubuh sapi; 2. Menentukan kelas sapi;

3. Menentukan score sapi.

(12)

IV. PEMBAHASAN

Kambing Rambon memiliki sifat kualitatif yang separuh mirip kambing PE dan separuh mirip kambing Kacang. Menurut Davendra dan Burns (1994) kambing Rambon merupakan hasil persilangan dari kambing Peranakan Etawa jantan dengan kambing Kacang betina. Kambing Rambon memiliki nama lain Bligon atau Jawarandu.keunggulan kambing ini terletak pada pertumbuhannya yang cepat dan tingkat kesuburannya tinggi.

Berdasarkan hasil pengamatan sifat kualitatif dan sifat kuantitatif pada ternak kambing terdapat hasil yang berbeda. Pada pengamatan sifat kualitatif terdapat beberapa karakteristik seperti warna bulu, bentuk umum tubuh, bentuk mata, rahang, profil muka, bentuk tanduk, bentuk telinga, ambing atau putting( khusus kambing betina), dan testis (khusus kambing jantan). Sedangkan untuk

pengamatan sifat kuantitatif terdapat karakteristiknya yaitu : panjang badan, lingkar dada, dalam dada, lebar dada, tinggi pinggul, lebar pinggul, panjang kepala, lebar kepala, panjang telinga, lebar telinga, panjang tanduk, lingkar ambing, panjang putting, lingkar testis, tinggi badan, dan lingkar tanduk.. Pada pengamatan ini ada empat ekor kambing yang diamati.

(13)

William memiliki bulu yang halus dan mengkilat serta warna campuran hitam, putih, dan coklat. Bentuk tubuh serasi, dilihat dari depan, kaki lurus namun sedikit lebih kecil, dilihat dari belakang, jarak kaki belakang lebar, perkembangan daging baik, masih terdapat sedikit surai pada kaki belakang, namun panjang tubuh, panjang dada, dan dalam dada sesuai dengan karakteristik kambing Rambon. Bentuk mata kambing William baik, rahang atas dan bawah sama panjang sehingga mulut dapat tertutup rapat, profil muka sedikit cembung, bentuk tanduk dan telinga sesuaai dengan karakteristik, dan testis normal, besar dan simetris.

Nilai terendah ada pada kambing Selena, karena umur kambing ini yang masih muda sekitar 0-1 tahun. Kambing Selena memiliki bulu yang halus, mengkilat, dan berwarna hitam. Bentuk badan, bentuk mata, rahang, telinga dan profil muka sesuai dengan karakteristik kambing Rambon, tetapi kambing Selena belum memiliki tanduk dan putting.

Sedangkan pada pengamatan sifat kuantitatif kambing William, Stevani, Justin, dan Selena, ada pengamatan panjang badan memiliki nilai masing-masing 62 cm, 48 cm, 37 cm, dan 37 cm. lingkar dada memiliki nilai masing-masing 70 cm, 66 cm, 45 cm dan 41 cm. dari hasil tersebut dapat dihitung pendugaan bobot badan menggunakan rumus perhitungan Winter yang diterapkan di Eropa. Rumus tersebut adalah :

BB (kg) = (LDx PB 104

Keterangan:

BB = Berat Badan (kg) LD = Lingkar Dada (cm)

(14)

PB = Panjang Badan (cm)

Dari rumus diatas dapat diketahui dugaan berat badan kambing masing-masing adalah William 32.14 kg, Stevani 20.91 kg, justin 7.49 kg, dan Selena 6.05 kg.

Gigi ternak mengalami erupsi dan keterasahan secara kontinyu. Pola erupsi gigi pada ternak memiliki karakteristik tertentu sehingga dapat digunakan untuk menduga umur ternak. Bedasarkan tahap pemunculannya, gigi seri ternak ruminansia dapat dikelompokkan menjadi gigi seri susu (deciduo incosors =DI) dan gigi seri permanen (incisors = I). Gigi seri susu muncul lebih awal daripada gigi seri permanen dan digantikan oleh gigi seri permanen. Permuculan gigi seri susu, pergantian gigi seri susu menjadi gigi seri permanen, dan keterasahan gigi seri permanen terjadi pada kisaran umur tertentu sehingga dapat digunakan sebagai pedoman penentuan umur ternak ruminansia. Kambing dewasa memiliki susunan gigi permanen sebagai berikut : sepasang gigi seri sentral (central incisors), sepasang gigi seri lateral (lateral incisors), sepasang gigi seri

intermedial (intermedial incisors), sepasang gigi seri sudut (corner oncisors) pada rahang bawah, tiga buah gigi premolarpada rahang atas dan bawah, dan tiga buah gigimolar pada rahang atas dan bawah (de Lahunta dan Habel, 1986; Edey, 1993; Heat danOlusanya, 1988).

Dari hasil pengamatan terhadap 4 kambing Rambon, kambing William memiliki 3 pasang gigi seri susu dan 1 pasang gigi seri permanen. Sedangkan kambing Justin dan kambing Selena belum memiliki gigi seri permanen tetapi memiliki 4 pasang gigi seri susu. Berbeda dengan kambing Stevani yang sudah memiliki 4 pasang gigi seri permanen dan tidak memiliki gigi seri susu lagi. Berdasarkan pendapat

(15)

Fradson (1993), dugaan umur kambing William sekitar 1 – 1.5 tahun, Kambing Justin dan Selena berumur sekitar 0 – 1 tahun, dan yang paling tua adalah kambing Stevani dengan dugaan umur sekitar 3.5 – 4 tahun, ini sesuai dengan pendapat Prabowo (2010) bahwa pendugaan umur ternak dapat dilakukan dengan cara melihat kondisi gigi seri. Saat sudah banyak gigi seri permanen maka ternak semakin tua. Meskipun begitu, pendugaan umur berdasarkan kondisi gigi seri ternyata tidak dapat menduga umur kambing secara akurat karena setiap tahap perubahan gigi seri ternyata dalam kisaran waktu yang cukup lama

Body Condition Score (BCS) atau skor kondisi tubuh sapi sangat mempengaruhi keberhasilan usaha penggemukan. Menurut OFAC (2010), sapi bakalan yang baik untuk digemukkan adalah sapi dengan nilai BCS 2,5 (kurus) dan 3 (sedang) untuk kisaran angka 1-5. semakin rendah BCS nya, sapi akan terlihat kurus dan perlu diberi perlakuan khusus demi mengotimalkan kondisi tubuhnya, begitu pula dengan BCS yang semakin tinggi mengindikasikan sapi obesitas, sehingga harus dipantau selama pelaksanaan perkawinan, kebuntingan, hingga kelahiran, karena sapi gemuk rawan mengalami kesulitan waktu melahirkan (distokia).

Menurut Sukandar (2008), skor kondisi tubuh sapi sebagai berikut: a. Skor 1 (sangat kurus)

Secara keseluruhan hewan terihat sangat kurus dan sangat terlihat pada hewan dengan rambut yang tipis. Seluruh struktur tulang terlihat jelas dengan ekor, dada dan bagian lain terlihat tanpa lemak. Tulang belakang dapat terlihat satu persatu dan kita dapat meletakkan jari kita diantaranya. Tulang rusuk terlihat dengan jelas dan terasa tajam bila disentuh. Prosessus spinosus pendek tampak jelas, menonjol,

(16)

dan dapat diraba. Tuber coxae dan Tuber ischiadicus sangat jelas terlihat. Pangkal ekor (anus) ke dalam atau menyusut dan vulva menonjol.

b. Skor 2 (kurus)

Prosessus spinosus dapat diraba, sedikit terlihat menonjol. Tuber coxae dan Tuber ischiadicus menonjol tetapi bagian diantaranya tidak terlalu cekung. Area sekitar anus sedikit cekung dan vulva sedikit menonjol. Secara keseluruhan hewan terlihat kurus, pertulangan bagian atas terlihat jelas dengan daging yang sedikit. Terlihat juga sedikit daging di pangkal ekor, panggul dan legok perut. Tulang belakang dapat dirasakan satu persatu namun tidak terasa tajam. Jari kita tidak bisa diselipkan diantaranya.

c. Skor 3(sedang)

Prosessus spinosus dapat terasa dengan sedikit tekanan. Pangkal ekor membulat. Tuber coxae dan Tuber ischiadicus membulat dan lebih halus. Area sekitar anus tertutup tetapi tidak ada deposit lemak. Iga agak terlihat, tonjolan tulang panggul terlihat tapi tidak begitu jelas. Otot terlihat maksimal dan lemak terlihat terbentuk di sekitar bahu dan dada. Iga pendek tertutup lemak dan lemaknya mulai

menyebar ke area tanjung (rump). d. Skor 4 (gemuk)

Prosessus spinosus hanya dapat dirasa dengan tekanan yang kuat. Pangkal ekor membulat. Tuber coxae membulat halus. Area sekitar Tuber ischiadicus terlihat padat dan ada deposit lemak. Struktur pertulangan akan sulit untuk dilihat, karena adanya deposit lemak dibelakang bahu, pangkal ekor, dada dan di atas bahu.

(17)

e. Skor 5 (sangat gemuk).

Pada ukuran ini sapi masuk kategori obesitas. Hewan trelihat tanpa pertulangan dan rata di seluruh permukaan sapi. Iga pendek tidak dapat dirasakan karena tertutup oleh lemak. Struktur tulang bagian atas tuber coxae, tuber ischiadicus dan processus spinosus pendek tidak terlihat. Penumpukan lemak di tulang ekor dan rusuk. Bagian punggung, panggul tampak berisi dan leher bulat.

Sapi Simental yang diamati memiliki BCS 3 karena processus tranfersus dapat diraba dengan cara menekan ibu jari, iga agak terlihat, tonjolan tulang panggul terlihat tapi tidak begitu jelas. Igapendek tertutup lemak dan lemaknya mulai menyebar ke area rump.

(18)

V. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum kali ini adalah:

1. Pada pengamatan sifat kuantitatif kambing William, Stevani, Justin, dan Selena, ada pengamatan panjang badan memiliki nilai masing-masing 62 cm, 48 cm, 37 cm, dan 37 cm. lingkar dada memiliki nilai masing-masing 70 cm, 66 cm, 45 cm dan 41 cm. dari hasil tersebut dapat dihitung

pendugaan bobot badan menggunakan rumus perhitungan Winter. Dugaan berat badan kambing masing-masing adalah William 32.14 kg, Stevani 20.91 kg, justin 7.49 kg, dan Selena 6.05 kg.

2. Kambing William memiliki karakteristik yang paling baik dengan skor tertinggi pada penilaian secara kualitatif yaitu 84. Secara keseluruhan kambing William, Stevani, Justin Dan Selena merupakan kambing Rambon dengan pautan keturunan yang relative dekat dengan bangsanya.

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim,2012.Kambing Jawarandu Dan Ciri-Cirinya.

http://www.situs-peternakan.com/2012/04/kambing-jawarandu.html. diakses pada tanggal 29 November 2016 pukul 20:00 WIB.

Devendra, C. dan M, Burns. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Penerbit ITB:Bandung.

De Lahuta, A. dan Robert E. Habel. 1986. Applied Veterinary Anatomi.W. B. Saunders Company.:Philadelphia.

Edey, I. N. 1983. Tropical Sheep and Goat Production. Australia University Internasional. Development Program.:Canberra.

Frandson, R.D. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press:Yogyakarta.

Harjosubroto. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.:Jakarta.

Hayati.S.Yuniardi dan Gozali.A.2002. Hubungan Antara Pre-partum Body Condition Score dengan Panjangnya Puncak Laktasi Sapi Perah FH di BPT-HMT Batu Raden. Jurnal Peternakan Halaman 39-46 Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman:Purwokerto.

(20)

Ontario Farm Animal Council (OFAC). 2010. Body conditioning score of beef

cattle. Available at http://www.ofac.org/pdf/body%20condition

%20score.pdf. Accession date: 2nd March 2012.

Saputro. T. 2015. Karakteristik Kambing Jawarandu Atau Bligon.

http://www.ilmuternak.com/2015/07/karakteristik-kambing-jawarandu-atau-bligon.html. diakses pada tanggal 29 November 2016 pukul 20:00 WIB.

Sukandar,A,Purwanto,B.P,Dan Anggraeni,A. 2008. Keragaan Bodu Condition Score Dan Produksi Susu Sapi Perah Friesian Holstein Di Peternakan Rakyat KPSBU Lembang Banduung. Seminar Nasional

(21)
(22)

UKURAN-UKURAN TUBUH KAMBING

Kambing

Ukuran tubuh William Stevani Justin Selena

jenis kelamin Jantan betina jantan betina

panjang badan 62 48 37 36

lingkar dada 70 66 45 41

dalam dada 31 28 15 15.5

lebar dada 17 16.5 10 7

tinggi pinggul 74 57 47 41

lebar pinggul 17 19 10 6

panjang kepala 24 15 10 11

lebar kepala 14 11.5 8 8

panjang telinga 31 16.5 12.5 18

lebar telinga 11 7 6.5 8

panjang tanduk 13 10.5 1

-lingkar ambing - - -

-panjang putting - 4.5 -

-lingkar testis 20 - 9

-tinggi badan 69 60 45.5 38

lingkar tanduk 13 6.5 -

-PENILAIAN BODY CONDITION SCORE SAPI Bangsa sapi Skor Kelas

Sapi

Simental

3

Sedang

Referensi

Dokumen terkait

Dari tahun 1945 sampai pada masa kini Islam masih bergulat dengan negara Indonesia, pergulatan tersebut dapat dilihat dari beberapa periode yang oleh Ismail (2017)

Untuk mata pelajaran bahasa indonesia, didapatkan hasil penelitian untuk pemahaman guru terhadap kurikulum mendapat rata-rata skor sebesar 3,7 (kriteria baik), pemahaman

Setelah diperoleh pemikiran desain, selanjutnya akan dikembangkan suatu nuansa yang tercipta dari pengaplikasian tema ramah lingkungan pada elemen pembentuk ruang maupun

Salah satu model teknik imunokromatografi adalah ICT, merupakan model deteksi antigen atau antibodi yang penggunaannya dengan diteteskan atau dicelupkan pada material

Terhadap pemanfaatan sumber daya hayati, Convention on Biological Divers,4/ (CBD) dan Protokol Nagoya telah mengatur akses dan pembagian keuntungan (access and benefit

Rosmaina (2000) menyatakan bahwa dengan masak fisiologisnya benih maka berat kering, viabilitas dan vigor benih kedelai akan mencapai maksimum, karena setelah masak fisiologis

Keunggulan polifosfat sebagai inhibitor kerak kalsium karbonat (CaCO 3 ) antara lain karena kemampuannya untuk menyerap pada permukaan kristal yang mikroskopik, menghambat

Saya akan membantu teman sekelompok yang kesusahan dalam mengerjakan tugas meskipun berbeda