• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menumbuhkembangkan potensi dan Spiritual Pe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Menumbuhkembangkan potensi dan Spiritual Pe"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam pasal 3 ayat 1 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UUSPN, 2003: 5-6).

Berdasarkan Undang-undang di atas, Pendidikan merupakan salah satu sektor yang paling penting dalam pembangunan nasional, karena pendidikan merupakan kegiatan yang di lakukan dalam rangka mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik dengan harapan supaya menjadi manusia yang beriman, berilmu, dan berakhlak mulia.

Pendidikan merupakan salah satu kekuatan dinamis dalam kehidupan setiap individu yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia. Hal ini sejalan dengan pendapat A. Tafsir (2005: 26), pendidikan adalah pengembangan pribadi dalam semua aspek dengan penjelasan bahwa, yang dimaksud pengembangan peribadi ialah yang mencakup pendidikan oleh diri sendiri, oleh lingkungan dan pendidikan oleh orang lain (guru) secara seluruh aspek yang mencakup jasmani, akal dan hati.

Ironisnya, pendidikan kita hari ini hanya mencakup dua aspek saja, yakni jasmani dan akal. Sementara hal yang paling urgen (hati) sering dilupakan oleh para guru, sehingga out put pendidikan kita hanya memiliki otak yang cerdas dan badan yang kuat, tetapi perilakunya tidak mencerminkan sebagai orang yang berpendidikan, contohnya: tawuran antar pelajar terjadi dimana-mana, korupsi semakin merajalela, dan yang paling memprihatinkan adalah sudah maraknya perilaku seks bebas para pelajar di bumi Nusantara ini, yang notabene mayoritas penduduknya beragama Islam. Ada realitas lain yang selama ini dikesampingkan dan dianaktirikan karena dianggap tidak memenuhi standar keilmiahan, yaitu hati (Utsman Najati: 2002). Nabi Muhamad SAW. Bersabda:

بلقلا يهو ل للك دسج رئاس دسف تدسف اذإو للك دسج رئاس حلص تحللص اذإ ةغضم دسجلا ىف ّنإ

(2)

Hati atau qalbu dalam istilah Tashawwuf memang tidak jelas hakikatnya, apalagi rinciannya, namun dalam istilah psikologi, gejala hati bisa diwakilkan dengan istilah rasa. Rincian rasa tersebut salah satunya adalah Iman. hati yang berkualitas tinggi adalah kalbu yang penuh berisi iman kepada Allah; atau dengan ungkapan lain, kalbu yang takwa kepada Allah ( A. Tafsir, 2010: 44). inilah potensi yang harus di gali dalam diri manusia, sebab manusia dilahirkan membawa potensi untuk beragama (potensi spiritual). Zakiyah Darajat mengatakan bahwa mulai umur kurang lebih tujuh tahun, perasaan anak-anak terhadap Tuhan telah berganti dengan cinta dan hormat, dan hubungannya dipenuhi oleh rasa iman. Dalam al-Qur’an surat ar-Rum ayat 30 Allah berfirman:

ا قلخل ليدبت اهيلع ساّنلا رطف ىتّلا ا ةرطف افينح نيّدلل كهجو مقأف

“Maka hadapkanlah wajahmu pada agama Allah, manusia diciptakan Allah (dengan membawa) fitrah itu Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah itu.” (ar-Ruum: 30)

Fitrah yang dimaksud di sini adalah potensi, yaitu potensi untuk menjadi baik dan sekaligus potensi untuk menjadi buruk, potensi untuk menjadi muslim sekaligus potensi untuk menjadi musyrik. Secara sempit fitrah di sini adalah potensi untuk beragama, juga potensi untuk tidak beragama. ( A. Tafsir, 2010: 37)

Fitrah Allah untuk manusia yang di sini diterjemahkan sebagai potensi memiliki kemungkinan berkembang dan meningkat sehingga kemampuanya melampaui jauh dari kemampuan fisiknya yang tidak berkembang. (Zakiyah Darajat, 2011: 17)

Potensi itu harus dikembangkan, jika tidak dikembangkan, niscaya ia kurang bermakna dalam kehidupan. Oleh karena itu perlu dikembangkan dan pengembangan itu senantiasa dilakukan dalam usaha dan kegiatan pendidikan. Teori nativis dan empiris yang dipertemukan oleh Kershenteiner dengan teori konvergensinya, telah ikut membuktikan bahwa manusia itu adalah makhluk yang dapat dididik dan dapat mendidik. Dengan pendidikan dan pengajaran, potensi spiritual itu dapat dikembangkan manusia.

Undang Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 12 dan 13 yang menyebutkan bahwa

“pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang, dan pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan”.

(3)

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengambil judul penelitian “Menumbuhkembangkan potensi Spiritual Peserta Didik melalui Ekstrakurikuler PAI di Lingkungan Madrasah”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini mencakup hal-hal yang disebutkan di bawah ini yang, disesuaikan dengan lapangan, dapat meluas ke berbagai aspek lainnya.

1. Apa yang menjadi landasan filosofis penyelenggaraan kegiatan ekstra kurikuler PAI di MIN Rancah, Ciamis?

2. Apa yang menjadi landasan keilmuan pembinaan ekstra kurikuler PAI di MIN Rancah, Ciamis?

3. Dasar kebijakan apa saja yang dijadikan acuan dalam penyelenggaraan ekstra kurikuler PAI di MIN Rancah, Ciamis?

4. Bagaimana pelaksanaan ekstra kurikuler PAI itu diatur dan ditata?

5. Bagaimana keterkaitan antara prestasi akademik dengan prestasi amaliah PAI di MIN Rancah, Ciamis?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui landasan filosofis penyelenggaraan kegiatan ekstra kurikuler PAI di MIN Rancah, Ciamis;

2. Untuk mengetahui landasan keilmuan pembinaan ekstra kurikuler PAI di MIN Rancah, Ciamis;

3. Untuk mengetahui dasar kebijakan yang dijadikan acuan penyelenggaraan ekstra kurikuler PAI di MIN Rancah, Ciamis;

4. Untuk mengetahui manajemen penyelenggaraan ekstra kurikuler PAI di MIN Rancah, Ciamis;

5. Untuk mengetahui keterkaitan antara prestasi akademik dengan prestasi amaliah PAI di MIN Rancah, Ciamis.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat teoritis

(4)

2. Manfaat Praktis: Penulis, Siswa, Guru, dan sekolah.

a. Bagi penulis, penelitian ini akan menambah wawasan tentang potensi spiritual dan ekstrakurikuler PAI yang bisa dijadikan acuan sebagai program dalam kegiatan KKG; b. Bagi Guru, penelitian ini menghasilkan acuan program kegiatan ekstrakurikuler PAI

untuk melejitkan potensi spiritual peserta didik;

c. Bagi siswa MIN Rancah, hasil penelitian ini memberikan manfaat berupa informasi tentang dahsyatnya potensi spiritual yang dimiliki oleh setiap individu yang harus ditumbuhkembangkan baik di sekolah maupun di luar sekolah;

d. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat meningkatkan motivasi siswa untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PAI secara kontinuitas.

E. Langkah-langkah Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Rancah yang berlokasi di Jl. Cibodas Dsn. Rancah Girang Desa Rancah Kecamatan Rancah Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat 346287

2. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang tidak menggunakan model-model matematik, statistik, dan komputer. (Margaretha: 2008). Metode kualitatif sering disebut metode naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural seeting). Metode kualitatif adalah metode yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, yang diginakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah instrumen kunci, pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna. (Sugiyono: 2012)

3. Populasi dan sampel

Istilah populasi dalam penelitian kualitatif tidak digunakan, namun Spradley menggunakan istilah “social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen, yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktifitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. (Sugiyono: 2012)

(5)

atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Tekhnik sampel dalam nonprobability sampling ini menggunakan emergent sampling design. Caranya adalah peneliti memilih orang tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan data yang diperlukan; selanjutnya berdasarkan data atauu informasi yang diperoleh dari sampel sebelumnya, peneliti dapat menetapkan sampel lainnya yang dipertimbangkan dapat memberikan data lebih lengkap. Tekhnik seperti ini oleh Bogdan dan Biklen (1982) dinamakan “snowball sampling technique”. Unit sampel yang dipilih makin lama makin terarah sejalan dengan makin terarahnya fokus penelitian.

4. Definisi Operasional Variabel

a. Potensi Spiritual

Potensi spiritual adalah potensi kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri manusia yang berhubungan dengan jiwa sadar atau kearifan di luar ego. Secara umum Potensi Spiritual adalah potensi kecerdasan yang berhubungan dengan keimanan dan akhlak mulia.

b. Ekstrakurikuler PAI

ekstrakurikuler PAI adalah seluruh rangkaian kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran sebagai jalan bagi peserta didik untuk dapat mengamalkan ajaran Agama yang telah diperolehnya di dalam kegiatan pembelajaran di kelas, serta untuk mendorong kepribadian peserta didik yang sesuai dengan tuntunan ajaran Islam.

5. Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.7

Dari rumusan di atas dapatlah kita tanarik garis besar bahwa analisis data bermaksud pertama-tama mengorganisasikan data. Data yang terkumpul banyak sekali dan terdiri dari catatan lapangan, komentar peneliti, gambar, foto, dokumen berupa laporan, biografi, artikel, dan sebagainya.

Setelah data dari lapangan terkumpul dengan menggunakan metode pengumpulan data di atas, maka peneliti akan mengolah dan menganalisis data tersebut dengan menggunakan analisis secara deskriptif-kualitatif, tanpa menggunakan teknik kuantitatif.

(6)

perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek situasi yang diteliti pada saat itu, sehingga memperoleh gambaran secara umum dan menyeluruh tentang keadaan sebenarnya. Menurut M. Nazir bahwa tujuan deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki8.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Potensi Spiritual

Dalam kamus bahasa Indonesia, potensi adalah kesanggupan, daya, kemampuan untuk lebih berkembang. Ahmad Tafsir menerjemahkan potensi sebagai fitrah, yang menjadi dasar acuannya adalah Hadist Bukhori Muslim:

(ملسم و ىراخبلا) ناسّجمي ول نارّصني ول نادّوهب هاوبأف ةرطفلا ىلع دلوي دولوم ّللك

(7)

Menurut hadits ini manusia lahir membawa kemampuan-kemampuan; kemampuan itulah yang disebut pembawaan. Fitrah yang disebut di dalam hadits itu adalah potensi. Potensi adalah kemampuan. (A. Tafsir, 2010: 35)

Menurut Dr. Abdurrahman Al-Baghdadi, fitrah yang disebut dalam hadits di atas adalah kecenderungan untuk beragama. (M. Iwan Januar, 2008: 21)

Potensi diri adalah kemampuan yang dimiliki setiap pribadi (individu) yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan dalam berprestasi. Potensi diri adalah kemampuan yang terpendam pada diri setiap orang, setiap orang memilikinya (Siahaan,Parlindungan,2005:4).

Secara umum potensi diri yang ada pada setiap manusia dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu :

1. Potensi Fisik

Merupakan potensi fisik manusia yang dapat diberdayakan sesuai fungsinya untuk berbagai kepentingan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup. Misalnya mata untuk melihat, kaki untuk berjalan, telinga untuk mendengar dan lain-lain.

2. Potensi Intelektual

Merupakan potensi kecerdasan yang ada pada otak manusia ( terutama otak sebelah kiri ). Fungsi potensi tersebut adalah untuk merencanakan sesuatu, menghitung dan menganalisis.

3. Potensi Emosional

Merupakan potensi kecerdasan yang ada pada otak manusia ( terutama otak sebelah kanan ). Fungsinya antara lain untuk mengendalikan amarah, bertanggungjawab, motivasi dan kesadaran diri.

4. Potensi Spiritual

Merupakan potensi kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri manusia yang berhubungan dengan jiwa sadar atau kearifan di luar ego. Secara umum Potensi spiritual adalah potensi kecerdasan yang berhubungan dengan keimanan dan akhlak mulia.

Supaya dapat menjalankan tugasnya tersebut secara baik maka manusia harus mengoptimalkan semua potensi yang di berikan oleh sang pencipta kepada dirinya, yaitu potensi spiritual, potensi intelektual, potensi emosional, dan potensi fisik.

(8)

Raja Bambang Sutikno dalam bukunya “The Power Of 4Q” keempat potensi tersebut digambarkan sebagai pohon yang hebat dan luar biasanya Ia menyebutnya sebagai pohon 4Q. Potensi spiritual diibaratkan sebagai akar, potensi fisik di ibaratkan sebagai pohon/batang pohon, potensi emosi di ibaratkan sebagai daun dan potensi intelektual di ibaratkan sebagai buah. Sebuah pohon, daun dan buah tidak akan pernah bisa hidup tanpa akar, karena akar adalah sebagai penyerap sari-sari makanan yang di butuhkan oleh pohon, daun dan buah.

2. Peserta Didik

a. Pengertian Peserta Didik

Peserta didik dalam perspektif paedagogis dipandang sebagai manusia yang memiliki potensi yang bersifat laten, sehingga dibutuhkan binaan dan bimbingan untuk mengaktualisasikannya agar ia dapat menjadi manusia susila yang cakap. (Madyo Ekosusilo, 1993: 20).

Dalam perspektif psikologis, peserta didik adalah individu yang sedang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun psikis menurut fitrahnya masing-masing. (Madyo Ekosusilo, 1993: 20). Sebagai individu yang tengah tumbuh dan berkembang, peserta didik membutuhkan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju ke arah titik optimal kemampuan fitrahnya.

Dalam perspektif Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 4, peserta didik diartikan sebagai anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

b. Kebutuhan Peserta Didik

Tingkah laku individu merupakan perwujudan dari dorongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Kebutuhan-kebutuhan ini merupakan inti kodrat manusia. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa kegiatan sekolah pada prinsipnya merupakan manifestasi pemenuhan kebutuhan peserta didiknya, sehingga dapat membantu dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka melalui berbagai aktifitas kependidikan termasuk aktifitas pembelajaran. Kebutuhan-kebutuhan peserta didik tersebut meliputi: kebutuhan jasmani, kebutuhan rohani, kebutuhan sosial, dan kebutuhan intelektual.

3. Ekstrakurikuler PAI

3.1. Pengertian

(9)

artinya rencana pelajaran. Jika keduanya digabungkan "Ektrakurikuler" berarti di luar rencana pelajaran (W.J.S Poerwadarmita, 1987: 26). Jadi Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan di luar kelas dan di luar jam pelajaran untuk menumbuh-kembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki peserta didik baik berkaitan dengan aplikasi ilmu pengetahuan yang didapatkannya maupun dalam pengertian khusus untuk membimbing siswa dalam mengembangkan potensi dan bakat yang ada dalam dirinya melalui kegiatan-kegiatan yang wajib maupun pilihan. (Departemen Agama RI: 2004)

PAI adalah singkatan dari Pendidikan Agama Islam yang memiliki pengertian proses operasional dalam usaha pendidikan ajaran-ajaran Islam. Menurut Dr. Zakiyah Darajat Pendidikan Islam adalah Pembentukan kepribadian Muslim. (Zakiyah Darajat: 2011)

Berdasarkan kedua pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian ekstrakurikuler PAI adalah seluruh rangkaian kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran sebagai jalan bagi peserta didik untuk dapat mengamalkan ajaran Agama yang telah diperolehnya di dalam kegiatan pembelajaran di kelas, serta untuk mendorong kepribadian peserta didik yang sesuai dengan tuntunan ajaran Islam.

3.2. Fungsi dan Tujuan Kegiatan Ekstrakurikuler PAI

Fungsi dan tujuan kegiatan ekstrakurikuler PAI telah dijabarkan dalam buku Departemen Agama RI tahun 2004 sebagai berikut:

1. Meningkatkan pemahaman terhadap agama sehingga mampu mengembangkan dirinya sejalan dengan norma-norma agama dan mampu mengamalkan dalam perkembangan ilmu pengetahuan, tekhnologi, dan budaya;

2. Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam semesta;

3. Menyalurkan dan mengembangkan potensi bakat siswa agar dapat menjadi manusia yang berkreatifitas tinggi dan penuh karya;

4. Melatih sikap disiplin, kejujuran, kepercayaan, dan tanggung jawab dalam menjalankan tugas;

5. Menumbuhkembangkan akhlak Islami yang mengintegrasikan hubungan dengan Allah, Rasul, manusia, alam semesta, bahkan diri sendiri;

6. Mengembangkan sensitifitas siswa dalam melihat persoalan-persoalan sosial keagamaan sehingga menjadi insan yang proaktif terhadap permasalahan sosial dan dakwah;

(10)

8. Memberi peluang siswa agar memiliki kemampuan untuk komunikasi (human relation) dengan baik; secara verbal maupun non verbal

9. Melatih kemampuan siswa untuk bekerja sebaik-baiknya, secara mandiri maupun dalam kelompok;

10. Menumbuhkembangkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah sehari-hari.

3.3. Bentuk-bentuk kegiatan ekstrakurikuler PAI

Bentuk-bentuk kegiatan ekstrakurikuler PAI yang dicanangkan oleh Kementerian Agama RI meliputi:

1. Pelatihan Ibadah perorangan dan Jama’ah melalui simulasi dan praktek ibadah secara mandiri dan kolektif

2. Tilawah Tahsin Al-Qur’an

3. Apresiasi seni dan kebudayaan Islam 4. Peringatan hari-hari besar Islam 5. Tadabur dan tafakur alam 6. Pesantren kilat

7. Khatmul Qur’an 8. Kegiatan perpustakaan

9. Kegiatan laboratorium dan penelitian 10. Kunjungan (wisata) Studi

11. Kepramukaan

12. Palang Merah Remaja (PMR) 13. Kampanye anti Narkoba 14. Kegiatan Olahraga

4. Madrasah

4.1. Pengertian Madrasah

“Madrasah” dalam bahasa Arab merupakan dzaraf makan (keterangan tempat) dari kata “darasa” yang artinya belajar, dengan demikian Madrasah berarti “tempat untuk belajar”, atau “tempat untuk memberikan pelajaran”

(11)

yang sama: “tempat belajar” jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, kata “Madrasah” memiliki arti “sekolah” meskipun sebenarnya kata “sekolah” itu pada mulanya bukan berasal dari bahasa Indonesia, melainkan merupakan resapan dari bahasa asing dalam hal ini Bahasa Inggris, yaitu school.

Secara tekhnis dalam proses belajar mengajarnya secara formal tidak ada perbedaan antara sekolah dan madrasah. Namun di Indonesia konotasi Madrasah lebih diidentitaskan bagi “sekolah agama”, tempat anak-anak didik memperoleh pembelajaran seluk beluk agama dan keagamaan (Agama Islam), seperti: Madrasah Diniyah, Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah.

4.2. Karakteristik Madrasah

Madrasah dan Sekolah mempunyai kesamaan tekhnis, yakni sebagai tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar secara formal. Namun demikian Kareel Steenbrink membedakan madrasah dan sekolah karena keduanya mempunyai karakteristik atau ciri khas yang berbeda. Madrasah memiliki kurikulum, metode dan cara mengajar sendiri yang berbeda dengan sekolah. Meskipun mengajarkan ilmu pengetahuan umum sebagaimana yang diajarkan di sekolah, madrasah memiliki karakter tersendiri, yaitu sangat menonjolkan nilai religiusitas masyarakatnya.

Perbedaan karakter antara madrasah dengan sekolah dapat dilihat dari perbedaan tujuan antara keduanya secara historis. Tujuan pendirian madrasah di Indonesia pertama kalinya adalah untuk mentransmisikan nilai-nilai Islam, selain untuk memenuhi kebutuhan modernisasi pendidikan, juga sebagai jawaban atau respon dalam menghadapi kolonialisme dan kristen, di samping untuk mencegah memudarnya semangat keagamaan penduduk akibat meluasnya lembaga pendidikan Belanda. (Departemen Agama RI: 2004)

Hari ini, madrasah dikenal sebagai lembagaga pendidikan Islam yang berada di bawah Sistem Pendidikan Nasional dan berada di bawah pembinaan Kementerian Agama. Lembaga pendidikan ini telah tumbuh dan berkembang sehingga menjadi bagian dari budaya Indonesia, karena ia tumbuh dan berproses bersama dengan seluruh proses perubahan dan perkembangan yang teradi di dalam masyarakat.Kurang lebih satu abad, Lembaga pendidikan madrasah telah membuktikan mampu bertahan dengan karakternya sendiri, yakni sebagai lembaga pendidikan untuk membina jiwa agama dan akhlak anak didik.

(12)

Setiap orang memiliki potensi, dan tentu saja potensi tersebut berbeda antara satu orang dengan orang lain. Potensi inilah yang bisa membawa manusia condong pada kebaikan atau keburukan. Manusia bisa menjadi taat kepada Allah dan berbuat baik kepada sesama, manusia pun bisa menjadi sosok durjana penuh angkara murka. Potensi tersebut telah dianugerahkan Allah SWT kepada manusia secara sempurna. Allah berfirman:

ميوقت نسحل ىف ناسنن انقلل دقل

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS. At-Tin[95]: 4)

Kesempurnaan tersebut tidak hanya secara fisik, tetapi juga secara psikis. Manusia mempunyai naluri untuk beragama, mempertahankan diri, mencintai lawan jenis, dan keturunan. Bersama dengan kebutuhan fisik seperti makan dan minum, kebutuhan naluriah mendorong manusia untuk mencari pemuasan. Naluri beragama menciptakan aktivitas religius, naluri seksual mendorong manusia untuk menikah, naluri mempertahankan diri mendorongnya untuk marah, bekerja dan yang lainnya.

Aneka kecenderungan tersebut dikenal dengan sebutan hawa nafsu. Hawa nafsu ini telah melekat pada diri manusia, jika manusia berusaha mengelolanya sesuai perintah dan larangan Allah Swt. manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan.

Berpadunya potensi diri manusia yang melahirkan berbagai macam kebutuhan, bila disertai dengan kecerdasannya, semestinya bisa menghantarkannya ke dalam kehidupan yang membahagiakan. Tetapi, realitasnya berkata lain, kecerdasan manusia sering dilumpuhkan oleh ketidakmampuan mereka untuk mengelola potensi kehidupan yang dimiliki. Manusia seringkali gagal memenuhi kebutuhan hidupnya secara benar. Manusia mampu menciptakan berbagai kemajuan fisik seperti iptek, namun di balik kemajuan itu, moral manusia malah jatuh ke dasar jurang kehidupan.

Dalam ayat selanjutnya Allah berfirman:

نيلفاس لفسل نددر ّمث

(13)

Selanjutnya Allah berfirman:

نونمم ريغ رجل مهلف تحللّصلااولمعو اونمل نيذّلا ّ إ

“Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebaikan, maka mereka akan mendapat pahala yang tidak ada putus-putusnya” (QS. At-Tin[95]: 6)

Berdasarkan ketiga ayat di atas, hanya orang-orang yang beriman dan melakukan amal kebaikan yang akan tetap berada dalam kesempurnaan. Disadari atau tidak, pada hakikatnya manusia membutuhkan agama, risalah dari Dzat Pencipta kehidupan dan manusia. Nilai-nilai itu adalah risalah samawi Ilahiyah, datang dari sisi-Nya. Oleh karenanya, kebutuhan manusia terhadap Sang Pencipta dan segala aturan-Nya adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa diragukan lagi. Aturan itu diperlukan untuk menata dan melejitkan potensi diri manusia, agar tidak terpuruk dalam kesengsaraan dan penderitaan.

Asyaibani dalam buku A. Tafsir menyatakan bahwa manusia itu kecenderungan beriman kepada kekuasaan tertinggi dan paling unggul yang menguasai jagat raya ini. Kecenderungan ini dibawanya sejak lahir. Jadi manusia itu ingin beragama. (A. Tafsir, 2011: 35)

Potensi spiritual sudah hadir dan bersemayam dalam diri manusia, siapapun dia, dan apapun agamanya. Karena itu kita dapat membangunkan, mengasah, dan menajamkan potensi spiritual sehingga menjadi aktif, reflektif, dan aplikatif dalam kehidupan sehari-hari, dengan cara mengintensifkan amalan-amalan ibadah kita baik secara vertikal maupun secara horizontal. Sebab fitrah manusia adalah liddiini haniifaa.

Potensi spiritual itu harus dikembangkan, dan pengembangan itu hanya bisa dilakukan melalui pendidikan. Kewajiban mengembangkan potensi itu merupakan beban dan tanggung jawab manusia kepada Allah. Kenyataan dalam sejarah bahwa manusia itu secara potensial adalah makhluk yang pantas dibebani kewajiban dan tanggungjawab, menerima dan melaksanakan ajaran Allah SWT. ajaran yang dibebankan kepada manusia untuk melaksanakannya. Setiap umat manusia dituntut untuk beriman dan beramal sesuai dengan petunjuk yang digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya. Tetapi petnjuk itu tidak datang kepada setiap orang seperti kepada Rasul dan nabi, melainkan harus melalui usaha dan kegiatan. (Zakiyah Darajat, 2011: 17) Karena itu, usaha dan kegiatan membina pribadi agar beriman dan beramal saleh itu adalah suatu kewajiban mutlak. Usaha dan kegiatan itu disebut pendidikan. Dengan arti lain, pendidikan adalah usaha dan kegiatan pembinaan pribadi.

Secara garis besarnya kerangka pemikiran dapat dijabarkan sebagai berikut:

(14)

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Rancah mempunyai program untuk menumbuhkembangkan potensi spiritual melalui kegiatan ekstrakurikuler PAI. Kegiatan ini sudah berlangsung selama satu tahun setengah, semenjak Bapak Sukmawan, S.Pd.I, M.Si menjabat sebagai Kepala madrasah.

Latar belakang dilaksanakannya program keagamaan ini adalah:

1. Lahir dari sebuah keinginan yang besar untuk menampakan ciri khas pendidikan madrasah yang berdasarkan sejarahnya, berdiri sebagai lembaga perjuangan yang berbasis pendidikan Islam.

2. Manusia yang lahir sebagai makhluk Allah membawa fitrah untuk beribadah kepada Allah.

نودبعيل ّ إ سنناو ّنجلا تحقلل امو

Tujuan pelaksanaan program ini adalah untuk mengaktualisasikan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari, sehingga ajaran Islam bisa menginternalisir dalam jiwa peserta didik dan bisa membentengi keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

Dasar yang dijadikan acuan pelaksanaan kegiatan keagamaan di MIN Rancah adalah 1. firman Allah dalam surat Ar-Ruum ayat 30:

ا قلخل ليدبت اهيلع ساّنلا رطف ىتّلا ا ةرطف افينح نيّدلل كهجو مقأف

“Maka hadapkanlah wajahmu pada agama Allah, manusia diciptakan Allah (dengan membawa) fitrah itu, tidak ada perubahan pada ciptaan Allah itu.” (ar-Ruum: 30)

2. Hadits Nabi

(15)

“Tiap orang dilahirkan membawa fitrah, ayah dan ibunyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (Hadits Riwayat Bukhori dan Muslim)

3. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

4. UU No. 34 Tahun 2006 tentang Pembinaan Prestasi Peserta didik yang Memiliki Potensi Kecerdasan dan atau Bakat istimewa

Yang paling menonjol kegiatan ekstrakurikuler PAI di MIN Rancah adalah praktek amaliyah ibadah, seperti: kultum, tadarusan, shalat duha, shalat dzuhur berjamaah, dan qiyamul lail. Kegiatan ini ditonjolkan untuk mengembangkan potensi spiritual siswa, karena potensi spiritual merupakan cikal bakal bagi pertumbuhan potensi lainnya.

Kegiatan keagamaan ini sangat bermanfaat bagi siswa, khususnya praktek amaliyah ibadah, menurut hasil wawancara dengan siswa, manfaat kegiatan keagamaan ini untuk melatih kesabaran, khusus shalat manfaatnya dapat menyehatkan jasmani dan rohani. Jasmani sehat karena sering digerakan sehingga tidak kaku, pengaruhnya terhadap rohani hati menjadi sejuk. Bahkan yang paling mengagetkan ada pendapat siswa yang mengatakan bahwa manfaat qiyamul lail dapat membukakan fikiran (ketika ulangan mudah mengerjakan soal).

Pengaruh dari amaliyah kegiatan keagamaan; siswa menjadi disiplin waktu, baik ketika berangkat maupun ketika pulang sekolah, selalu mengucapkan salam dimana saja dan kapan saja ketika bertemu dengan guru

B. PEMBAHASAN

Setelah mengetahui temuan-temuan yang didapat dari hasil penelitian mengenai “menumbuhkembangkan Potensi Spiritual Peserta Didik Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler PAI (Amaliyah Shalat Fardu dan Sunnah)” di MIN Rancah secara umum, kemudian hasil temuan itu kita analisis satu per satu berdasarkan point-point temuan yang telah diuraiakan di atas.

a. Latar belakang kegiatan

(16)

Latar belakang yang kedua adalah firman Allah yang menjelaskan tujuan penciptaan manusia untuk beribadah kepada Allah SWT. Berbicara masalah pendidikan Islam, maka secara filisofis harus mengikutsertakan objek utamanya, yaitu manusia dalam pandangan Islam. Manusia adalah makhluk Allah yang diciptakan untuk mengabdi kepada-Nya. ( Zakiyah Darajat, 2011: 2) untuk itulah Allah memerintahkan supaya manusia beribadah kepada-Nya.

نودبعيل ّ إ سنناو ّنجلا تحقلل امو

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)

b. Tujuan Kegiatan

Berdasarkan hasil penelitian, tujuan dari kegiatan ekstrakurikuler ini adalah untuk mengaktualisasikan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari, sehingga ajaran Islam bisa menginternalisir dalam jiwa peserta didik dan bisa membentengi keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

Tujuan kegiatan di atas tidak terlepas dari tujuan pendidikan Islam. Tujuan Pendidikan Islam menurut Ahmad Tafsir adalah Muslim yang sempurna, atau manusia yang takwa, atau manusia yang beriman, atau manusia yang beribadah kepada Allah. Muslim yang sempurna itu ditafsirkan sebagai Muslim yang jasmaninya sehat serta kuat, akalnya cerdas serta pandai, hatinya takwa kepada Allah. (A. Tafsir, 2010: 51)

Menurut Zakiyah Darajat, tujuan Pendidikan Islam sementara adalah membentuk Insan Kamil, sedangkan tujuan akhirnya adalah Insan Kamil yang mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai Muslim. (Zakiyah Darajat, 2011: 31)

Tujuan akhir ini senada dengan firman Allah:

نوملسم ممتنلو ّ إ ّنتومت و تقت ّقح ااوقّتااونمل نيذّلااهّيأي

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa; dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.” (QS. Ali-Imran [3]: 102).

c. Dasar Kegiatan

Berdasarkan hasil penelitian dasar kegiatan ini mengacu kepada Firman Allah surat ar-ruum ayat 30 dan Hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Bukhori Muslim yang menjelaskan bahwa manusia dilahirkan dengan membawa fitrah.

(17)

kebenaran, memiliki kesiapan untuk berbuat baik dan menolak semua jenis keburukan. Akan tetapi karena di dalam diri manusia terdapat unsur materi, kecenderungan untuk beradaptasi dengan lingkungan buruk juga merupakan realitas alamiah seorang manusia. Sebagaimana memiliki kesiapan fitri untuk mengetahui kebenaran dan berbuat baik, karena pengaruh kondisi lingkungan keluarga dan sosial yang tidak baik, kesiapan fitri itu juga potensial akan padam dan terhapus, lalu ia condong pada kebatilan dan kejahatan. Untuk itu fitrah sebagai kekuatan potensial agar tumbuh dan berkembang ke arah yang benar membutuhkan pendidikan dan pengajaran. (M.Utsman Najati, 2002: 18)

Senada dengan M. Utsman Najati, Zakiyah Darajat pun berpendapat bahwa dengan pendidikan dan pengajaran fitrah itu dapat dikembangkan manusia, sebab meskipun dilahirkan seperti kertas putih, bersih belum berisi apa-apa dan meskipun ia lahir dengan pembawaan yang dapat berkembang sendiri, namun perkembangan itu tidak akan maju kalau tidak melalui proses pendidikan. (Zakiyah Darajat, 2011: 17).

d. Manfaat kegiatan

Dari hasil penelitian ini, saya menggarisbawahi dua kegiatan yang dinilai oleh siswa memberikan manfaat yang luar biasa yaitu shalat dan qiyamu lail. Mereka berpendapat bahwa shalat dapat menyehatkan jasmani dan ruhani, karena dengan shalat badan menjadi sehat karena sering digerakan sehingga tidak kaku, dan hati menjadi sejuk. Sedangkan manfaat qiyamu lail mereka berpendapat dapat membukakan fikiran. Ketika penulis melakukan observasi, penulis merasakan suasana yang luar biasa ketika melihat anak-anak larut dalam kekhusyuan ibadah malam tersebut, bahkan ada siswa yang menangis ketika bermunajat kepada Allah SWT. sungguh ini pengalaman yang luar biasa bisa melaksnakan qiyamu lail bersama siswa siswi Madrasah Ibtidaiyah Negeri Rancah.

Untuk mengetahui apa yang menyebabkan shalat dapat menyehatkan badan dan menyejukan hati, mari kita tinjau berdasarkan pendapat para ahli. Jalal Syafi’i dalam bukunya ”dahsyatnya gerakan shalat” menjelaskan mukjizat dari gerakan-gerakan shalat yang kita laksanakan selama lima kali sehari semalam.

(18)

Menurut hasil wawancara, selain dapat menyehatkan badan, shalat juga dapat menjadikan hati sejuk. Hal ini sesuai dengan firman Allah

ىرلكذل ةلّصلا مقل ...

“Dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku.” (QS.

Berdasarkan ayat di atas tujuan mendirikan shalat adalah untuk mengingat Allah, karena hanya dengan mengingat Allah hati manusia menjadi tenang dan tentram. Allah berfirman:

بولقلا ّنئمطت ا رلكذب ل

"

Hasil wawancara terakhir, siswa mengatakan dengan qiyamu lail fikiran menjadi lebih terbuka. Hal ini disebabkan karena pada setiap malam terdapat waktu-waktu mustajab, tepatnya pada pertengahan malam terakhir. Ibnu Shalih al-Ishaq mengatakan bahwa shalat tahajud dan shalat malam, tadharru’ dan tunduk di hadapan Allah antara langit dan bumi merupakan sarana atau wasilah yang mendukung suksesnya do’a (dapat terkabul) bahkan menjadi perantara untuk menghasilkan apa yang diharapkan dengan tanpa banyak mengalami kesusahan. (M. Ibnu Shalih, 2012: 241).

Diriwayatkan dari Amr bin Abasah r.a bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw. Bersabda:

كمملت ىف ا رلكذممي نّمم نوممكت نل تحعطتممسا نإف ,رلخا ليّللا فوج ىف دبعلا نم ّبّرلا نوكي ام برقل

نكف ةعاّسلا

“Waktu terdekat antara Rabb dan hamba adalah pada pertengahan malam terakhir. Apabila kamu mampu untuk melakukan dzikir mengingat Allah SWT. pada saat itu maka lakukanlah.” (Hr. At-Tirmidzi, an-Nasa’i, dan Hakim)

Dan pada dasarnya meminta pertolongan yang terbaik kepada Allah Swt adalah dengan shalat. Sebagaimana firman Allah yang berbunyi:

نيعشاخلا ىلع ّ إ ةريبكل اهّنإو ةلّصلاو ربّصلاب ماونيعتساو

(19)

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN

Referensi

Dokumen terkait

menyimpang dari ajaran agama Islam. Sehingga pada akhirnya perintah Allah Swt wajib dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Merupakan ranah yang berkaitan dengan sikap

siswa yang ikut kegiatan ekstrakurikuler bola tangan dan karate bisa diterapkan dalam. kehidupan sehari-hari dan dalam kegiatan intrakurikuler disekolah tanpa

1) Hasil penelitian ini dapat mengingatkan masyarakat tentang ajaran agama Islam untuk diaplikasikan secara lebih sempurna dalam kehidupan sehari-hari. 2) Penelitian ini

dakwah dapat diartikan sebagai sebuah proses penyampaian ajaran Islam kepada umat manusia dalam bentuk amar ma’ruf nahi mungkar, dan keteladanan yang baik dalam kehidupan

Pembentukan konsep diri yang tepat dan motivasi untuk mengaktualisasikan diri, perolehan berbagai teknik alternatif untuk memungkinkannya melakukan kegiatan

Melihat para ulama sepakat bahwa dakwah adalah suatu kegiatan untuk menyampaikan dan mengajarkan serta mempraktikan ajaran islam didalam kehidupan sehari hari.1 Pendapat Enjang dan

Abdurrahman Wahid sendiri tidak setuju dengan adanya sistem Islam atau negara Islam di Indonesia, menurutnya ajaran Islam dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari oleh warga

Kesimpulan : Kehidupan sehari-hari pengikut ajaran Tarekat Khalwatiyah Samman di Sidenreng Rappang umumnya sama dengan ajaran Islam yang dijalankan oleh masyakat muslim lainnya, yang