• Tidak ada hasil yang ditemukan

Taman Wisata Alam Punti Kayu Palembang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Taman Wisata Alam Punti Kayu Palembang."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keanekaragaman hayati merupakan atribut dari suatu daerah dan secara khusus mengacu lebih dalam pada varietas dan di antara organisme hidup, kumpulan organisme hidup, komunitas biotik, dan proses biotik, baik yang terjadi secara alami atau dimodifikasi oleh manusia. Keanekaragaman hayati dapat diukur dalam hal keragaman genetik, identitas dan jenis spesies, kumpulan spesies, komunitas biotik, dan proses biotik, dan jumlahnya (misalnya, kelimpahan, biomassa dan lainnya) dan struktur masing-masing. Hal ini dapat diamati dan diukur pada skala spasial mulai dari paling kecil atau mikro dan habitat yang seadanya pada seluruh biosfer.

Indonesia terletak pada garis 6° LU – 11° LS dan 95° BT – 141° BT. Dengan demikian, Indonesia terletak di daerah beriklim tropis dan dilewati oleh garis khatulistiwa. Letak ini menyebabkan Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Indonesia juga memiliki berbagai jenis ekosistem, seperti ekosistem perairan, ekosistem air tawar, rawa gambut, hutan bakau, terumbu karang, dan ekosistem pantai. Keanekaragaman Spesies, secara historis, spesies merupakan unit dasar deskriptif dari kehidupan di dunia. Saat ini diperkirakan ada sekitar 1,7 juta spesies yang ada, perkiraan konservatif menunjukkan mungkin ada sekitar 12,5 juta spesies.

(2)

Sebuah situs dengan banyak taksa lebih tinggi yang berbeda dapat dikatakan memiliki keragaman lebih tinggi dibandingkan dengan taksonomi dari situs lain dengan sedikit jumlah taksa yang lebih tinggi tetapi lebih banyak spesiesnya. Habitat laut sering memiliki filum lebih berbeda tetapi kurang spesies dibandingkankan habitat darat, yaitu memiliki keragaman taksonomi yang lebih tinggi tetapi keanekaragaman spesies yang rendah. Sebagai contoh, karang Bunaken di lepas pantai utara Sulawesi memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di bumi.

Selain itu pentingnya ekologi suatu spesies dapat memiliki efek langsung pada struktur komunitas, dan keanekaragaman hayati secara keseluruhan. Sebagai contoh, spesies pohon hutan hujan tropis yang mendukung fauna invertebrata endemik dari seratus spesies membuat kontribusi yang lebih besar untuk pemeliharaan keanekaragaman hayati global daripada tanaman alpine Eropa yang mungkin tidak memiliki spesies lain.

Keanekaragaman Ekosistem, ekosistem adalah suatu tempat, misalnya danau, hutan, terumbu karang atau padang pasir, dimana tumbuhan, hewan dan pertimbangan akan jenis spesies. Bahwa semakin berlimpah spesies yang sama, maka semakin beragam daerah atau habitat. Menitik pada jumlah spesies di ukuran kelas yang berbeda, pada tingkat trofik yang berbeda, atau dalam kelompok taksonomi yang berbeda.

(3)

seksual yang mana variasi terjadi melalui rekombinasi. Contoh keragaman genetik adalah pada manusia dan lalat buah.

Jumlah kemungkinan kombinasi berbagai bentuk setiap urutan gen melebihi jumlah atom di alam semesta. Keragaman genetik dapat diidentifikasi pada semua tingkat organisasi, termasuk jumlah DNA per struktur sel dan kromosom. Seleksi bertindak pada pool gen sehingga munculnya variasi genetik dalam populasi kawin silang. Hasil survival diferensial dalam perubahan frekuensi gen dalam pool gen, dan ini setara dengan evolusi populasi. Variasi genetik memungkinkan kedua perubahan yaitu evolusi alami dan pembiakan buatan.

Semua tempat di Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang berbeda-beda. Oleh karena itulah perlu dilakukan kuliah lapangan untuk meninjau kenekaragaman hayati secara langsung ditempat-tempat yang masih mempunyai terdapat berbagai macam keanekaragaman hayati. Kuliah lapangan ini juga diperlukan untuk dapat mengetahui seberapa banyak kenekaragaman hayati yang dimiliki oleh suatu daerah yaitu Taman Wisata Alam Punti Kayu Palembang.

1.2. Tujuan Kuliah Lapangan

Kuliah lapangan ini dilaksanakan untuk :

1.2.1. Mengetahui seberapa banyak keanekaragaman hayati di suatu daerah. 1.2.2. Mencoba mengidentifikasi beberapa hewan dan tanaman yang

ditemui.

(4)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Indonesia terletak pada garis 6° LU – 11° LS dan 95° BT – 141° BT. Dengan demikian, Indonesia terletak di daerah beriklim tropis dan dilewati oleh garis khatulistiwa. Letak ini menyebabkan Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Indonesia juga memiliki berbagai jenis ekosistem, seperti ekosistem perairan, ekosistem air tawar, rawa gambut, hutan bakau, terumbu karang, dan ekosistem pantai. Keanekaragaman Spesies, secara historis, spesies merupakan unit dasar deskriptif dari kehidupan di dunia. Saat ini diperkirakan ada sekitar 1,7 juta spesies yang ada, perkiraan konservatif menunjukkan mungkin ada sekitar 12,5 juta spesies.

Persebaran Tumbuhan (Flora) di Indonesia. Jenis tumbuh-tumbuhan di Indonesia diperkirakan berjumlah 25.000 jenis atau lebih dari 10% dari flora dunia. Lumut dan ganggang diperkirakan jumlahnya 35.000 jenis. Tidak kurang dari 40% dari jenis-jenis ini merupakan jenis yang endemik atau jenis yang hanya terdapat di Indonesia dan tidak terdapat di tempat lain di dunia. Tumbuhan yang tumbuh di Malaysia, Indonesia, Philipina sering disebut kelompok tumbuhan

Malesiana.

Beberapa jenis tumbuhan khas di Indonesia : Durian ( Durio zibethinus ), ada beberapa varietas : Durian Petruk (Jepara), durian Simas (Bogor), durian Sitokong (Ragunan-Jakarta). Salak ( Salacca edulis ), beberapa varietas : salak pondoh (sleman), salak bali, salak condet (jakarta). Bunga Bangkai ( Rafflesia arnoldi ) dari Bengkulu Pohon Jati (Tectona grandis), Mahoni (Switenia mahagoni), Kenari (Canarium caesius) banyak ditemukan di Jawa, keruing (Dipterocarpus sp), Matoa (Pometia pinnata) dari Papua. Meranti (Shorea sp), rotan (Calamus caesius) di kalimantan. Cendana (Santalumalbum), kayu putih (Eucalyptus alba).

(5)

hayati di Indonesia, khususnya hewan, sangat berkaitan erat dengan letak geografis Indonesia. Penyebaran hewan ini secara umum terbagi menjadi dua wilayah, yaitu kawasan timur (Benua Australia) dan kawasan barat (Benua Asia).

Hewan dan Tumbuhan endemik di Indonesia. Hewan dan tumbuhan endemik Indonesia adalah hewan dan tumbuhan yang hanya ada di di Indonesia. Hewan yang endemik misalnya : harimau jawa (Panthera tigris sondaicus), harimau bali (sudah punah), jalak bali putih (Leucopsar rothschildi) di Bali, badak bercula satu (Rhinoceros sondaicus) di Ujung Kulon, binturong (Artictis binturong), monyet (Presbytis thomasi), tarsius (Tarsius bancanus) di Sulawesi Utara, kukang (Nycticebus coucang), maleo (hanya di Sulawesi), komodo (Varanus komodoensis) di Pulau Komodo dan sekitarnya.

Tumbuhan yang endemik terutama dari genus Rafflesia misalnya Rafflesia arnoldii (endemik di Sumatra Barat, Bengkulu, dan Aceh), Rafflesia borneensis

(Kalimantan), Rafflesia cilliata (Kalimantan Timur), Rafflesia horsfilldii (Jawa),

Rafflesia patma (Nusa Kambangan dan Pangandaran), Rafflesia rochussenii (Jawa Barat), dan Rafflesia contleyi (Sumatra bagian timur). Bedali (Radermachera gigantean), Kepuh (Stereula foetida), Bungur (Lagerstroemia spesiosa), Nangka celeng (Arthocarpus heterophyllus), Mundu (Garcinia dulcis), Sawo kecik

(Manilkara kauki), Winong (Tetrameles nudiflora), Kluwak (Pingium edule),

Gandaria (Bouea macrophylla).

Namun, semua keanekaragaman hayati yang meliputi folra dan fauna diatas tidak kesemuanya dapat dijumpai di Taman Wisata Alam Punti Kayu. Karena tanaman-tanaman tertentu yang dapat tumbuh didareah tersebut, termasuk hewan. Pada setiap taman wisata harus mampu merawa, menjaga serta dapat melestarikan apa yang telah ada didalamnya. Dengan tujuan keanekaragaman hayati tersebut dapat terjaga dan bisa seimbang sehingga kepunahan endemik disuatu daerah dapat dihindari. Kepunahan adalah suatu ancaman bagi kita semua. Karena kepunahan ini meyebabkan segala sesuatu baik ekosistem, hewan dan tumbuhannya pun menjadi tidak seimbang.

(6)

keseluruhan daripada mereka yang sangat mirip. Semakin besar perbedaan interspesifik (misalnya, posisi terisolasi dalam hirarki taksonomi), maka kontribusi lebih besar untuk setiap ukuran dari keseluruhan keanekaragaman hayati global.

Taman Wisata Alam Punti Kayu merupakan satu-satunya hutan wisata di kota Palembang. Kawasan Taman Puntikayu merupakan kawasan konservasi yang konsep pengembanganya berdasarkan pada prinsip-prinsip perlindungan keanekaragaman jenis tumbuhan hayati dan satwa. Potensi Punti Kayu berupa panorama hutan pinus (pinus mercussi) yang memiliki nilai estetika pemandangan menarik, serta adanya kebun binatang mini dengan hewan liar yaitu : kera ekor panjang (Macaca Fasicicularis), Beruk (Macaca Nemistriana), dan lain-lain.

(7)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Kuliah lapangan ini dilaksanakan pada Hari Sabtu, 21 Maret 2015 pukul 08.00-13.00 WIB di Taman Wisata Alam Punti Kayu, Palembang.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada kuliah lapangan ini adalah insecting net, kamera dan toples.

3.3. Cara Kerja

(8)

BAB 4

Spesies : Bambusa vulgaris schrad

Nama lokal : Bambu kuning Deskripsi

Jenis ini diyakini sebagai bambu yang paling banyak dibudidayakan di seluruh penjuru kawasan tropis dan sub-tropis. Di kawasan Asia Tenggara, bambu jenis ini banyak dibudidayakan, sering dijumpai di desa-desa, di pinggir-pinggir sungai, dan sebagai tanaman ornamnetal di perkotaan. Bambu Kuning dapat diperbanyak dengan cara rhizoma, stek rumpun atau cabang, cangkok dan kultur jaringan.

Habitus bambu kuning adalah pohon, tahunan, dan memiliki tinggi 5-10 m. Batang dari pohon bambu kuning yaitu berkayu, bulat, berlubang, beruas-ruas, kuning, bergaris hijau rnembujur. Berdaun tunggal, berseting, berpelepah, lanset, ujung rneruncing, tepi rata, pangkal membulat, panjang 15-27 cm, lebar 2-3 cm, pertulangan sejajar, hijau. Bunga majemuk, bentuk malai, di batang, ungu kehitaman. Dan memiliki akar serabut, putih kotor.

Pohon bambu kuning berkhasiat sebagai obat sakit kuning dan obat bengkak. Pada tumbuhan dengan senyawa metabolit sekunder seperti terpenoid, steroid, kumarin, flavanoid seta alkaloid merupakan senyawa kimia yang umumnya mempunyai kemampuan bioaktivitas yang dapat berfungsi sebagai perlindungan tumbuhan terhadap organisme pengganggu.

(9)

Klasifikasi : tunggang yang tertancap dlm. Kulit batang berwarna cokelat keabu-abuan atau berwarna cokelat kekuning-kuniangan, berbelah dangkal, tdk berbulu, anak cabangnya berbentuk bersegai empat (Saputra, 2013).

Daun mengkudu memiliki kandungan antraquinon, asam amino, glikosida, senyawa fenolik, dan asam ursulat. Kandungan alkaloid, fenol, glikosida, dan antraquinon ini merupakan suatu zat aktif yang bersifat antimikrobia, antibakteri dan antiinflamasi (Max, 1986) dalam (Taryati et al., 2012).Kandungan senyawa aktif dalam ekstrak daun mengkudu sebagai feed additive herbal alternatif pengganti antibiotik dapat ditinjau dari kondisi fisiologis puyuh, diantaranya profil darah berupa eritrosit, hemoglobin, hematokrit dan leukosit dan sebagainya (Taryati et al., 2012).

Bunga Buah Mengkudu tersusun majemuk, perbungaan bertipe bongkol bulat, bertangkai antara 1-4 cm, tumbuh di ketiak daun penumpu yang mana berhadapan dengan daun yang tumbuh dengan normal. Bunga banci, mahkota bunga berwarna putih, berupa corong, panjangnya dapat meraih 1, 5 cm. Benang sarinya tertancap di mulut mahkota. Kepala putik memiliki puting dua. Bunga itu mekar dari kelopak dan bentuknya seperti tandan. Bunganya berwarna putih, dan juga harum (Saputra, 2013).

(10)

Klasifikasi : berasal dari benua Amerika bagian utara. Akasia berasal dari kata Yunani ‘akis’ yang berarti duri. Sebagaimana jenis tanaman lainnya, akasia pun sebenarnya ada banyak jenisnya. Begitu juga dengan manfaatnya. Manfaat tumbuhan akasia ini terhitung banyak. Akasia bahkan sudah dijadikan sebagai tanaman herbal sejak lama. Seorang herbalis dari abad ke-16, Henry IV merupakan orang yang pertama memasukkan tumbuhan ini sebagai salah satu tanaman obat. Selain sebagai obat ia juga digunakan sebagai tanaman hias dan parfum (Safitri, 2013).

Pada umumnya Acacia mangium mencapai tinggi lebih dari 15 meter, kecuali pada tempat yang kurang menguntungkan akan tumbuh lebih kecil antara 7 - 10 meter. Pohon A. mangium yang tua biasanya berkayu keras, kasar, beralur longitudinal dan warnanya bervariasi mulai dari coklat gelap sampai terang. Dapat dikemukakan pula bahwa bibit Acacia mangium yang baru berkecambah memiliki daun majemuk yang terdiri dari banyak anak daun (Situs Dinas Pertanian Palembang: Acacia Mangium).

Dulunya manfaat tanaman akasia adalah sebagai salah satu peneduh di tepi-tepi jalan. kegunaan akasia juga adalah untuk penahan banjir di lereng-lereng tandus. Tumbuhan ini memang dapat tumbuh dengan cepat sekalipun tidak dirawan. Namun, tumbuhan ini termasuk tumbuhan yang rapuh karena cabangnya mudah patah. Lalu tanaman ini kemudian digantikan dengan tanaman lain yang lebih bisa bertahan di segala musim (Safitri, 2013).

4. Jatropha curcas

(11)

Kingdom : Plantae

Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) berasal dari Meksiko dan Amerika Tengah dan tersebar baik secara alami maupun oleh manusia ke Amerika Latin, Afrika, India, dan Asia Tenggara. Jatropha berasal dari bahasa Yunani yaitu “Jatros” yang berarti dokter dan “Trophe” yang berarti nutrisi. (Kaushik dan Kumar, 2006) dalam (Ekawati et al., 2013).

Jarak pagar berbentuk pohon kecil atau belukat besar dengan tinggi tanaman mencapai 5 meter dan bercabang tidak teratur. Batang berkayu, berbentuk silindris, dan bergetah. Daun jarak pagar berupa daun tunggal, berwarna hijau mudah sampai hijau tua, permukaa bawah lebih pucat daripada bagian atasnya. Bunga berwarna kuning kehijauan , berupa bunga majemuk berbentuk malai.buah berbentuk bunga kendaga, oval, berupa buah kotak, berdiameter 2-4 cm. berwarna hijau ketika masih muda dan kuning jika sudah matang. Biji berbentuk bulat lonjong, berwarna coklat kehitaman dengan ukuran panjang 2 cm, tebal 1 cm, dan berat 0,4-0,6 gram/biji (Laksamana, 2013).

Jarak pagar adalah tanaman yang memiliki banyak kegunaan seperti mencegah dan mengendalikan erosi, memperbaiki struktur tanah, sebagai pagar hidup, dan lain-lain. Hama dan penyakit yang dapat menyerang tanaman ini sedikit. Jarak pagar dapat tumbuh dengan curah hujan 200 sampai 1500 mm atau lebih per tahun (Syuri, 2007) dalam (Ekawati et al., 2013).Sejak dahulu, seluruh bagian dari jarak pagar sudah digunakan untuk pengobatan tradisional pada manusia maupun hewan ternak (Ekawati et al., 2013).

5. Pithecollobium lobatum Benth

(12)

Kingdom : Plantae

Tanaman Jengkol (Jering) berupa pohon dengan tinggi mencapai 10-26 meter. Buahnya berupa polong berbentuk gepeng dan berbelit. Warna buah Jengkol lembayung tua. Setelah tua, bentuk polong buahnya menjadi cembung dan di tempat yang mengandung biji ukurannya membesar. Tiap polong dapat berisi 5-7 biji Jengkol. Bijinya berkulit ari tipis dan berwarna cokelat mengilap (Anonima, 2015)

Tanaman ini berupa pohon yang tingginya dapat mencapai 26 m, dan cabang-cabangnya sering menyebar. Daunnya bersirip ganda dua,tunas dan daunnya berwarna antara ungu-coklat-lembayung yang dalam pertumbuhan berangsur-angsur berubah menjadi hijau.Bunganya membentuk malai, terdapat pada ketiak-ketiak daun yang sudah rontok. Buah muda berupa polong berbentuk gepeng, berbelit tidak beraturan, warna kulit polongnya lembayung tua. Berguna untuk pengganti sumba, sebagai lalapan. Sedangkan cabang ranting dimanfaatkan sebagai kayu besar. Arang kayunya digunakan sebagai bahan bakar. Menanam jengkol dapat dengan cara vegetatif dan generativ (Pitojo, 1992).

Pohon jengkol merupakan tanaman yang dapat tumbuh dimana saja. Di pedesaan pun tanaman jengkol terkadang sering tumbuh dengan sendirinya di lahan pekarangan rumah atau hutan. Sebagai tanaman asli daerah tropis, tanaman jengkol lebih pantas ditanam di tanah dataran rendah. Tanaman jengkol membutuhkan kadar penyinaran yang tinggi sepanjang hari (Anonimb, 2015).

6. Bambusa sp

(13)

Kingdom : Plantae

Tanaman bambu yang sering kita kenal umumnya berbentuk rumpun. Padahal dapat pula bambu tumbuh sebagai batang soliter atau perdu. Tanaman bambu yang tumbuh subur di Indonesia merupakan tanaman bambu yang simpodial, yaitu batang-batangnya cenderung mengumpul didalam rumpun karena percabangan rhizomnya di dalam tanah cenderung mengumpul. Batang bambu yang lebih tua berada di tengah rumpun, sehingga kurang menguntungkan dalam proses penebangannya. Arah pertumbuhan biasanya tegak, kadang-kadang memanjat dan batangnya mengayu. Jika sudah tinggi, batang bambu ujungnya agak menjuntai dan daun-daunya seakan melambai. Tanaman ini dapat mencapai umur panjang dan biasanya mati tanpa berbunga (Anonimc, 2015).

Tanaman bambu di Indonesia ditemukan mulai dari dataran rendah sampai pegunungan. Pada umumnya ditemukan di tempat-tempat terbuka dan daerahnya bebas dari genangan air. Tanaman bambu hidup merumpun, mempunyai ruas dan buku. Pada setiap ruas tumbuh cabang-cabang yang berukuran jauh lebih kecil dibandingkan dengan buluhnya sendiri. Pada ruas-ruas ini tumbuh akar-akar sehingga pada bambu dimungkinkan untuk memperbanyak tanaman dari potonganpotongan ruasnya, disamping tunas-tunas rumpunnya. Jenis bambu yang sering digunakan oleh masyarakat Indonesia adalah bambu tali, bambu andong, bambu petung dan bambu hitam (Batubara, 2002).

7. Citrus sp.

(14)

Divisi : Spermatophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Sapindales Famili : Rutaceae Genus : Citrus

Spesies : Citrus sp. Nama lokal : Jeruk Deskripsi

Tanaman ini banyak tumbuh di daerah tropis. Tanaman ini termasuk tanaman perdu. Sistem perakarannya tunggang. Batang terkadang berduri. Daunnya majemuk , dan duduk daunnya tersebar. Perbungaanya yaitu tunggal. Buahnya berbentuk bulat dengan bagian atas agak meruncing dan bagian bawah mendatar. Umumnya jumlah biji pada jeruk sedikit bahkan ada yang tidak berbiji.

Citrus sp banyak dimanfaatkan sebagian orang misalkan buahnya yang mengandung Vitamin C. Citrus sp yang kita lihat banyak dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan vitamin dalam tubuh dan mencegah sariawan. Selain itu dapat pula dijadikan sebagai pengharum ruangan karena aroma jeruk yang harum dan khas.

8. Petai Cina (Leucaena leucocephala)

(15)

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae Genus : Leucaena

Spesies : Leucaena leucocephala

Nama lokal : Petai Cina Deskripsi

Petai cina adalah tumbuhan yang memiliki batang pohon keras dan berukuran tidak besar. Daunnya majemuk terurai dalam tangkai berbilah ganda. Bunganya yang berjambul warna putih sering disebut cengkaruk. Buahnya mirip dengan buah petai (Parkia speciosa) tetapi ukurannya jauh lebih kecil dan berpenampang lebih tipis. Buah petai cina termasuk buah polong, berisi biji-bibji kecil yang jumlahnya cukup banyak. Petai cina oleh para petani di pedesaan sering ditanam sebagai tanaman pagar, pupuk hijau dan segalanya. Petai cina cocok hidup di dataran rendah sampai ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut. Petai cina di Indonesia hampir musnah setelah terserang hama wereng. Pengembangbiakannya selain dengan penyebaran biji yang sudah tua juga dapat dilakukan dengan cara stek batang.

9. Pinus (Pinus merkusii)

(16)

Divisi : Coniferophyta Kelas : Pinopsida Ordo : Pinales Famili : Pinaceae Genus : Pinus

Spesies : Pinus merkusii

Nama lokal : Pinus Deskripsi

Tanaman pinus (Pinus merkusii) berperawakan pohon dengan ketinggian 1 hingga 40 meter. Sistem perekaran dari Pinus merkusii berupa akar tunggang

(radix primaria). Batang pada Pinus merkusii berupa batang berkayu berbentuk bulat (teres) dengan permukaan batang beralur (sulcatus). Arah tumbuh tegak lurus (erectus) dengan percabangan monopodial. Daun berbentuk jarum dalam berkas terdiri dari 2 daun, pada pangkal berkas dikelilingi oleh sarung sisik berupa selaput tipis. Duduk daun tersebar (folia sparsa). Bunga pada Pinus merkusii

berkelamin satu (uniseksualis) berumah satu (monoecus). Bunga jantan dan betina dalam satu tunas. Bunga jantan berbentuk strobilus (silindris). Strobilus betina berbentuk kerucut, tumbuh di ujung dahan. Ujungnya runcing, bersisik dan biasanya berwarna coklat. Pada tiap bakal bijinya terdapat dua sayap.

10. Puding (Codiaeum variegatum)

Klasifikasi : Kingdom : Plantae

(17)

Famili : Euphorbiaceae Genus : Codiaeum

Spesies : Codiaeum variegatum

Nama lokal : Puding Deskripsi

Tanaman pinus (Pinus merkusii) berperawakan pohon dengan ketinggian 1 hingga 40 meter. Sistem perekaran dari Pinus merkusii berupa akar tunggang

(radix primaria). Batang pada Pinus merkusii berupa batang berkayu berbentuk bulat (teres) dengan permukaan batang beralur (sulcatus). Arah tumbuh tegak lurus (erectus) dengan percabangan monopodial. Daun berbentuk jarum dalam berkas terdiri dari 2 daun, pada pangkal berkas dikelilingi oleh sarung sisik berupa selaput tipis. Duduk daun tersebar (folia sparsa). Bunga pada Pinus merkusii

berkelamin satu (uniseksualis) berumah satu (monoecus). Bunga jantan dan betina dalam satu tunas. Bunga jantan berbentuk strobilus (silindris). Strobilus betina berbentuk kerucut, tumbuh di ujung dahan. Ujungnya runcing, bersisik dan biasanya berwarna coklat. Pada tiap bakal bijinya terdapat dua sayap.

(18)

Klasifikasi :

Kingdom : Animalia Kelas : Chordata Kelas : Reptilia Ordo : Crocodylia Famili : Crocodylidae Genus : Crocodylus

Spesies : Crocodylus porosus

Nama lokal : Buaya Muara

Deskripsi

Merupakan jenis buaya yang terbesar di dunia, pertumbuhannya mencapai lebih dari 6,1 meter. Panjang dan berat sampai 1 ton. Panjang untuk jantan dewasa 4 – 5 meter, dan yang betina dewasa mencapai 3 – 3,5 meter. Buaya Muara bisa berwarna hitam, coklat gelap, atau kekuning-kuningan pada bagian dorsal. Di sisi bagian bawah berwarna putih atau kekuningan. Ciri khasnya adalah bahwa sisik belakang kepalanya tidak ada atau berukuran sangat kecil. Pada moncongnya, antara mata dengan hidung terdapat sepasang lunas. Panjang moncong sekitar satu setengah sampai dua kali lebarnya atau lebih. Giginya berjumlah sekitar 17 – 19 buah, yang keempat, kedelapan dan Sembilan umumnya jauh lebih besar (Grzimek, 2003)

Persebaran buaya muara terluas di dunia. Buaya muara memiliki wilayah perantauan mulai dari perairan teluk Benggala (Sri Lanka, Bangladesh, India) hingga perairan Polinesia (Kepulauan Fiji Vanuatu) termasuk perairan Indonesia dan Australia serta negara lain di sekitar indonesia. Habitat kesukaan mereka tentu saja perairan Indonesia dan Australia. Tubuhnya berwarna abu-abu atau hijau tua terutama pada yang dewasa pada sedangkan yang muda berwarna lebih kehijauan dengan bercak hitam, dan pada ekornya terdapat belang hitam dari bercak- bercak berwarna hitam.Saat bertelur, betina akan membuat sarang dari sampah tumbuhan, dan dedaunan (Hardjianto, 2003).

(19)

Klasifikasi :

Kingdom : Animalia Kelas : Chordata Kelas : Reptilia Ordo : Squamata Famili : Serpentes Genus : Phyton

Spesies : Phyton raticulatus

Nama lokal : Ular Sanca Batik Deskripsi

Sanca Kembang berbentuk langsing untuk ukurannya dan berkembang dengan lingkar tubuh yang berotot yang cendrung tetap membulat dari pada memipih seperti ular pembelit lainnya. Sanca raksasa ini sangat bermacam-macam, dengan motif jaring atau rantai dengan warna dasar perak (abu-abu) atau perak coklat. Motif punggungnya adalah ciri khas warna dasar dari ular ini dan bergaris tepi warna hitam dan kuning, oranye atau coklat. Bintik-bintik di samping badannya berwarna terang. Seluruh tubuhnya memantulkan warna “hologram” (seperti pelangi) (Soejtipto, 1990).

Sanca kembang hidup di hutan-hutan tropis yang lembap. Ular ini bergantung pada ketersediaan air, sehingga kerap ditemui tidak jauh dari badan air seperti sungai, kolam dan rawa. Makanan utamanya adalah mamalia kecil, burung dan reptilia lain seperti biawak. Ular yang kecil memangsa kodok, kadal dan ikan. Ular-ular berukuran besar dilaporkan memangsa anjing, monyet, babi hutan, rusa, bahkan manusia yang ‘tersesat’ ke tempatnya menunggu mangsa. Ular ini lebih senang menunggu daripada aktif berburu, barangkali karena ukuran tubuhnya yang besar menghabiskan banyak energi (Mattison, 1999)

13.Haliastur indus

(20)

Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Aves

Ordo : Falconiformees Famili : Accipitridae Genus : Haliastur

Spesies : Haliastur indus

Nama lokal : Burung Elang Bondol Deskripsi

Burung Elang Bondol (Haliastur indus) Berukuran sedang (45 cm), berwarna putih dan coklat pirang. Dewasa: kepala, leher, dan dda putih; sayap, punggung, ekor, dan perut coklat terang, terlihat kontras dengan bulu primer yang hitam. Seluruh tubuh renaja kecoklatan dengan coretan pada dada. Warna berubah menjadi putih keabu-abuan pada tahun kedua, dan mencapai bulu dewasa sepenuhnya pada tahun ketiga. Perbedaan antara burung muda dengan Elang Paria pada ujung ekor membulat dan bukannya menggarpu.Iris coklat, paruh dan sera abu-abu kehijauan, tungkai dan kaki kuning suram (Farb, 1980).

Biasanya hidup soliter (sendiri), tetapi di daerah yang makanannya melimpah dapat membentuk kelompok sampai 35 individu. Ketika berada di sekitar sarang, sesekali memperlihatkan perilaku terbang naik dengan cepat diselingi gerakan menggantung di udara, kemudian menukik tajam dengan sayap terlipat dan dilakukan secara berulang-ulang. Terbang rendah di atas permukaan air untuk berburu makanan, tetapi terkadang juga menunggu mangsa sambil bertengger di pohon dekat perairan, dan sesekali terlihat berjalan di permukaan tanah mencari semut atau serangga-serangga kecil (Fatmahwati, 2012)

(21)

Klasifikasi :

Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Malacostraca Ordo : Decapoda Famili : Parathelphusidae Genus : Pharatelphusa

Spesies : Pharatelphusa convexa

Nama lokal : Yuyu

Deskripsi

Ketam/ Yuyu (Parathelphusa convexa) yang memiliki ciri-ciri ujung kaki yang cenderung lancip dan karapasnya berwarna coklat gelap atau bahkan hitam. Gonopor kedua seperti bentuk sendok yang memegang struktur seperti batang corong, akhir dari alurnya membentuk invaginasi lateral dan menunjukkan batas ventro dan dorsolateral. Pada hewan jantan perutnya sangat kecol dan batas lateralnya berliku-liku. Ketam jenis ini juga memiliki kornea mata yang kecil (Brandis & Sharma 2005).

Kepiting darat dan air tawar, tabu, keujeup.Sebagai imago, kepiting darat menghabiskan kehidupan di daratan atau air tawar, bernapas melalui insang eksternal. Kepiting darat lebih merusak daripada kepiting laut karena tidak bermigrasi. Kepiting menyerang padi di pembibitan maupun padi yang baru ditanam. Kepiting makan banyak pada malam hari dan bergerak lebih bebas dalam air daripada di darat. Kepiting mungkin menggali lubang dengan kedalaman 4 m. Liang ini tegak lurus dan memiliki tepi bundar lumpur pembukaan (Roback, 1974).

(22)

Klasifikasi :

Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Mamalia Ordo : Primata

Famili : Cercopithecidae Genus : Macaca

Spesies : Macaca nemestrima

Nama lokal : Beruk

Beruk mempunyai ciri-ciri yang berbeda dengan Macaca pada umumnya. Tubuh Beruk berukuran panjang 47.0 -58.5 cm, dengan panjang ekor 14-23cm dan berat tubuh kisaran 3.5 - 9 kg. Tubuhnya tertutup oleh mantel rambut berwarna coklat keabu-abuan dan kemerah-merahan. Di bagian kepala, leher, punggung sampai ekor berwarna gelap dan dibagian lain berwarna terang, muka dari samping nampak moncong ke depan sedang jika dilihat dari depan nampak bulat, di bagian atas nampak rambut membentuk setengah lingkaran berwarna coklat kemerahan (Junaidi, 2014).

Macaca nemestrina merupakan jenis primata yang agresif. Agresivitas ini dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya oleh gen. Gen yang berperan yaitu 5-HTT yang merupakan penyandi transporter serotonin yang bekerja meregulasi sistem serotonergik dan reseptornya melalui modulasi konsentrasi serotonin di dalam cairan ekstraselular. Variasi yang terjadi pada daerah promotor dan intron dapat mengubah regulasi transkripsi gen 5-HTT. Variasi ini terutama dapat mengurangi ekspresi dari transporter dan pengambilan serotonin. Perubahan ekspresi dari transporter dapat berpengaruh terhadap agresivitas, emosi, fungsi motorik dan beberapa sifat kognitif pada primata (Jasin, 1999).

(23)

KESIMPULAN

Berdasarkan kuliah lapangan yang telah dilaksanakan, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada Taman Wisata Alam Puntikayu Palembang, memiliki berbagai karakteristik setiap lingkungannya seperti ekosistem danau, ekosistem hutan pinus.

2. Mempunyai Taman Wisata khusus hewan-hewan yang dilindungi.

3. Pada taman wisata alam Punti Kayu kebanyakan tumbuh tanaman pinus, serta tanaman bambu.

4. Sama seperti tumbuhan ciri khas pada taman wisata Punti Kayu banyak terdapat monyet-monyet liar, kupu-kupu beranekaragam dan sebagainya. 5. Taman Wisata Alam Puntikayu dapat dijadikan wisata pendidikan dan wisata

kawasan lindung untuk berbagai keanekaragaman hayati didalamnya.

(24)

Anonima.2015. Jengkol. http://alamendah.org/2011/03/13/jengkol-atau-jering-archidendron-pauciflorum-si-bau-yang-disuka/. Diakses pada tanggal 10 april 205 pukul 20.12 WIB.

Anonimb. 2015. Budidaya Jengkol. http://1001budidaya.com/budidaya-jengkol/. Diakses pada tanggal 10 april 205 pukul 21.56 WIB.

Anonimc.2015. Banbu. http://klasifikasi tanaman. blogspot. com/ 2013/ 05/ klasifikasi-tanaman-bambu.html diakses pada tanggal 10 April 2015 pukul 21.30 WIB.

Batubara.R. 2002. Pemanfaatan Bambu di Indonesi. Sumatra Utara: USU digital library.

Farb, P. 1980. Ekologi( edisi bahasa Indonesia). Jakarta : Tira pustaka

Fatmahwati, I. 2012. Pembagian Flora Dan Fauna Di Indonesia Menurut Garis Wallace Dan Weber, http://ika11fatmahwati.wordpress.com/ 2012/10/04/pembagian-flora-dan-fauna-di-indonesia-menurut-garis-wallace-dan-weber/. Diakses pada tanggal 12 April 2015.

Grzimek, B. 2003. Animal Life Encyclopedia, Second Edition. Volume 7: Reptiles. Schlager Group Inc. American.

Harjianto, Dodhi. 2003. Skripsi: Studi Prilaku Makan Buaya Muara (Crocodilus porosus) di Penangkaran, Kelurahan Teritip Kota Balikpapan. Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman Samarinda

Laksamana.D. 2013. Jarak. http://www.petanihebat.com/2013/12/klasifikasi-dan-morfologi-tanaman-jarak.html diakses pada tanggal 10 April 2015 pukul 20.10 WIB.

Jasin, M. 1999. Zoologi Vertebrata. Surabaya. Sinar Wijaya. hal. 137.

Junaidi, dkk, 2014 Invertasisasi Jenis-jenis Mamalia, Jurnal Biologi (Padang : Universitas Andalas, 2(1), hal. 29.

Pitojo.S. 1992. Budidaya dan Pemanfaatannya Jengkol. Kanisius. Jakarta: ii-70 hml.

Roback, S.S. 1974. Insect (Arthropoda insect) In Pollution Ecology Of Freshwater Invertebrates. London : Academic Press Inc.

(25)

Safitri.A. 2013. Akasia. http://rumahsehat4.blogspot.com/2013/12/manfaat-tumbuhan-akasia-untuk-kesehatan.htm diakses pada tanggal 10 April 2015 pukul 20.00 WIB.

Saputra. 2013. Mengkudu. www.satwa. net/674/mengenal-buah-mengkudu.html diakses pada tanggal 10 April 2015 pukul 19.50 WIB.

Wardiny.T.M, Retnani.Y dan Taryati. 2012. Pengaruh Ekstrak Daun

Mengkudu Terhadap Profil Darah Puyuh Starter.JITP 2(2): 110-120.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan dalam aspek penggunaan media pembelajaran guru menggunakan media powerpoint dalam menjelaskan materi pembelajaran sistem persamaan liniear dua variabel

Perubahan atau transformasi yang terjadi dalam diri Hasan dari seorang pengamal ajaran Islam yang taat sehingga menjadi seorang ateis dalam novel Atheis menarik

Kedua belah pihak sepakat bahwa apabila dikemudian hari akan dilakukan perubahan, baik sebagian ataupun keseluruhan atas formulir, maka untuk kepentingan tersebut haruslah

Lenny dan Nur Indrianto (1999) melakukan penelitian tentang pengaruh transaction cost terhadap lamanya holding period saham biasa periode 1995-1996.” Hasil

185.000,- (Seratus Delapan Puluh Lima Ribu Rupiah) Pakaian : Bebas rapi dan bersepatu. Catatan : Kartu ujian

?u%ut geger lintang merupakan salah satu dari tiga spesies %u%ut yang diketahui makan dengan %ara menyaring air laut' Makanannya di antaranya yalah plankton krill lar:a

Mengajarkan bahwa kekristenan harus terlibat dalam aksi politik, bahkan tindakan kekerasan jikalau itu untuk menciptakan suatu masyarakat yang tidak berkelas, mengingat Yesus