• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kewenangan dan Kerjasama UNDP dalam Prog

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kewenangan dan Kerjasama UNDP dalam Prog"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

KEWENANGAN DAN KERJASAMA UNDP DALAM PROGRAM

“BEING LGBTI IN ASIA”

FINAL PAPER

DISUSUN OLEH

YOGA ARFIANSYAH FIRDAUS

14010414140092

PROGRAM STUDI S-1 ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL & ILMU POLITIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

There are 17 sustainable development goals all based on a single, giuded principle: to leave no one behind. We will only realize this vision if we reach all people regardless of their sexual orientation or gender equality.

Ban Ki-moon, Sekretaris Jendral PBB

1.1 Latar Belakang

UNDP merupakan sebuah agensi dibawah PBB yang memiliki kewenangan dalam mempromosikan pengembangan manusia dalam menghadapi tantangan nasional maupun

global. Dalam mencapai adanya pengembangan manusia, usaha dilakukan melalui program-program pengembangan sektoral yang melibatkan isu spesifik tertentu. Salah satu program-program yang dilakukan UNDP adalah pengembangan komunitas LGBT di Asia sebagai representasi

dari Sustainable Development Goals yang dicanangkan oleh PBB. Program ini merupakan salah satu usaha dalam memerangi kesenjangan, kekerasan, dan diskriminasi berdasarkan

orientasi sosial, identitas jender, amupun status interseks tertentu di wilayah kontinen Asia. Dalam menjalankan tugasnya tersebut, UNDP melakukan kerjasama dengan berbagai organisasi lain.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah kerjasama yang dilakukan UNDP dalam menjalankan kewenangannya

(3)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penjelasan Singkat PBB dan UNDP

2.1.1 PBB

Pasca Perang Dunia II, masyarakat internasional menginkan adanya suatu institusi

yang mampu menjaga perdamaian dunia. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kemudian dibentuk pada 24 Oktober 1945. PBB menjadi organisasi terbesar di dunia yang terdiri dari 192 negara anggota. Secara struktural, PBB terdiri dari beberapa organ, diantaranya ialah

Majelis Umum, Dewan Keamanan, Dewan Ekonomi dan Sosial (ECOSOC), Trusteeship Council, Mahkamah Internasional, dan Sekretaris Jenderal. Dalam menjalankan tugasnya,

PBB bekerja sama dengan agensi-agensi yang berada dibawah naungannya, diantaranya ialah ILO, FAO, WHO, UNESCO, UNICEF, IBRD, IMF, UNCTAD, WTO, dan UNDP. Melalui organ-organ dan agensi-agensi tersebut, PBB berkomitmen dalam mengembangkan

persahabatan antarnegara, menjamin keamanan dan memelihara perdamaian dunia, serta mempromosikan pembangunan sosial. Keseluruhan tujuan dari PBB selanjutnya

direpresentasikan kedalam 17 Sustainable Development Goals dalam United Nations Sustainable Development Summit pada 25 September 2015 (Kemlu 2016).

2.1.2 UNDP

United Nations Development Programme (UNDP) merupakan salah satu agensi yang berada dibawah naungan PBB. Didirikan pada 22 November 1965, Hingga saat ini, UNDP

(4)

UNDP adalah adanya pembangunan yang direpresentasikan melalui kemajuan ekonomi di negara-negara berkembang. Pada mulanya, UNDP merupakan bagian dari Dewan Ekonomi

dan Sosial (ECOSOC). Pembentukan UNDP didasari atas perubahan tren fokus global dari yang sebelumnya berkutat pada pembahasan “high politics” seperti isu kedaulatan dan perang menuju ke isu “low politics” seperti masalah lingkungan hidup, demokrasi, dan HAM. Selain

itu, rusaknya perekonomian dunia terutama di negara-negara berkembang Pasca Perang Dunia II mendasari urgensi terbentuknya agensi yang menangani secara spesifik mengenai

isu pembangunan manusia. Secara umum, fungsi utama UNDP ialah:

1. Menanggulangi kemiskinan

2. Mewujudkan sistem demokrasi dalam suatu negara

3. Menanggulangi masalah HIV/AIDS

4. Energi dan keseimbangan lingkungan

5. Membantu negara dari keterpurukan (UNDP 2016)

Disisi lain, UNDP bertujuan untuk mempromosikan pembangunan manusia di segala bidang, termasuk mengatasi isu diskriminasi berdasarkan orientasi seksual. Salah satu bentuk

representasi dari usaha itu ialah melalui program “Being LGBTI in Asia.”

2.2 Program “Being LGBTI in Asia”

“Being LGBTI in Asia” adalah program yang bertujuan untuk mengatasi kesenjangan, kekerasan dan diskriminasi atas dasar orientasi seksual, identitas gender, maupun status interseks tertentu. Program ini merupakan salah satu upaya UNDP dalam mengakomodasi

(5)

LGBTI khususnya di Asia masih memperoleh beragam bentuk stigma dan diskriminasi berdasarkan identitas orientasi seksual mereka. Hal ini dapat berdampak buruk pada usaha

pembangunan manusia yang harus dilakukan secara komprehensif, yakni tanpa membedakan identitas seseorang termasuk dari orientasi seksual mereka. Apabila kaum LGBTI terus berada dalam tekanan sosial demikian, maka pengembangan bagian dari masyarakat LGBTI

akan terus terhambat (UNDP 2016).

Pendidikan, kesehatan, dan aspek lainnya mengindikasikan adanya kualitas yang lebih

rendah terhadap masyarakat yang memilih preferensi seksual yang berbeda. Dengan demikian, UNDP bersama institusi lain turut mempromosikan terjembataninya celah antara masyarakat LGBTI dengan pengembangan manusia yang maksimal (UNDP 2016)

Tujuan utama dari program ini ialah untuk mengidentifikasi, membahas dan pada akhirnya bergerak dalam upaya menyatukan sekat antara kaum LGBT dengan prasangka

sosial yang telah ada melalui kerjasama antara pemerintah, lembaga-lembaga hak asasi manusia, dan juga masyarakat sipil. Apabila tujuan ini tercapai maka akan dapat memberikan kontribusi langsung kepada komponen-komponen lain dalam Sustainable Development Goals

seperti: Penanggulangan kemiskinan, kesehatan dan kesejahteraan, pendidikan yang berkualitas, kesetaraan gender, lapangan pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi, mengurangi

kesenjangan, serta perdamaian, keadilan, dan institusi yang kuat (UNDP 2016)

Hasil yang diharapkan dari program ini ialah adanya peningkatan partisipasi masyarakat LGBTI di Asia dalam mengisi berbagai posisi sosial di masyarakat. Menjadikan

kaum LGBT sebagai masyarakat setara dan tanpa sekat yang turut berkontribusi aktif dalam kehidupan sosial. Melalui program ini juga diharapkan terbukanya akses yang maksimal di

(6)

baru terhadap perbedaan orientasi seksual dan bagaimana menanggapi kelompok masyarakat LGBT di lingkungan sekitar (UNDP 2016).

2.3 Kewenangan & Kerjasama

Kewenangan didefinisikan sebagai “kekuasaan membuat keputusan memerintah dan melimpahkan tanggung jawab kepada orang lain.” (KBBI 2016). Dalam sebuah organisasi

internasional, kewenangan tertinggi yang dimiliki adalah wewenang untuk menyuarakan ide, pendapat, serta inovasi. Hal ini adalah basis atau dasar konstruksi mengapa suatu organisasi

internasional itu dibentuk. Yaitu tujuan awal suatu organisasi sebagai sarana forum pertukaran ide-ide tertentu sesuai platform disektor mana organisasi tersebut bergerak. Berangkat dari argumen tersebut, telah menjadi kewenangan organisasi internasional untuk menyuarakan ide

atau pendapat apapun yang dianggap penting.

Secara umum, wewenang suatu organisasi internasional berasal dari konsensus atau

aspirasi anggota yang tergabung didalamnya. Negara-negara yang tergabung dalam UNDP adalah entitas yang memiliki kekuasaan dalam menantukan sejauh mana kewenangan UNDP dalam hubungan internasional.

Kewenangan UNDP, dalam hal ini direpresentasikan dalam tujuan organisasi tersebut. Tujuan ini merupakan hasi dari konsensus negara-negara yang tergabung

didalamnya. Tujuan dari UNDP yaitu:

1. Mempererat kerjasama global dalam usaha pembangunan manusia dan berperan sebagai sumber pencapaian pembangunan manusia.

2. Dalam rangka menjalankan usaha dalam pembangunan manusia, UNDP berfokus pada sumber daya PBB dengan tujuan: kelestarian lingkungan, mengurangi kemiskinan, dan

(7)

3. Menjadikan PBB sebagai institusi yang kuat dalam menjamin adanya usaha bagi pembangunan umat manusia. (UNDP 2016)

Salah satu wujud dari usaha UNDP dalam hal mencapai pembangunan manusia ialah menjalankan program pengembangan kaum LGBT.

Dalam mempromosikan pengembangan kaum LGBT, usaha dilakukan melalui upaya

peningkatan terhadap berbagai sektor seperti pendidikan, kesehatan, dan pelayanan sosial. Dalam melaksanakan upaya itu, UNDP memrlukan bantuan dari berbagai pihak agar

memproleh hasil yang maksimal. Dalam program ini, kerjasama dilakukan dengan menggadeng Kedutaan Besar Swedia di Bankok, serta Badan AS untuk Pembangunan Internasional (USAID) yang menyediakan bantuan keuangan. (UNDP 2016)

Selain itu, kolaborasi juga dilakukan melalui kerjasama antara stakeholder, lembaga-lembaga hak asasi manusia, pemerintah, dan masyarakat sipil lainnya. Bantuan dalam hal

saran maupun teknis dari berbagai pihak sangat diperlukan sehingga memerlukan jejaring yang luas demi terselenggaranya program ini secara maksimal. (UNDP 2016)

Mitra dari program ini mencakup: B-Change Foundation, UN Office of the High

Commissioner for Human Rights (OHCHR) UN Women, Asean SOGIE Caucus (ASC), The Lancet and the Salzburg Global Seminar, Asia Pacific Transgender Network (APTN), Asia

Pacific Forum of National Human Rights Institutions (APF), International Labour Organization (ILO), World Health Organization (WHO), UN Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), Joint United Nations Programme on HIV/AIDS

(UNAIDS), dan The Economist Events (UNDP 2016).

2.4 Landasan Teori

(8)

Dalam menganalisis kewenangan dan kerjasama UNDP dalam program “Being LGBTI in Asia”, penelitian ini menggunakan teori Liberal Institusional. Teori ini dipilih

karena dianggap paling relevan dan sesuai dengan permasalahan yang ada. Liberalisme institusional atau lebih identik dengan liberal fungsional adalah salah satu varian dari paradigma liberalisme HI yang melihat organisasi internasional sebagai katalis dalam

memajukan kerjasama antarnegara. Dengan demikian, liberal institusional memfokuskan pada kerjasama global. Sebagaimana yang dinyatakan Sørensen: “Kaum liberal institusional

menyatakan bahwa institusi internasional menolong memajukan kerjasama di antara negara-negara.” (Jack & Sørensen 2007:154)

Mengutip dari Nye, Sorensen kemudian menekankan adanya iklim yang baik dalam

perkembangan perdamaian yang stabil melalui keberadaan institusi. “Institutions mean that cooperative relationships are heavily institutionalized.” (Jack & Sørensen 2007:158)

Keberadaan institusi/organisasi internasional dengan demikian menjadi penting dalam membantu kemajuan kerjasama antarnegara serta mereduksi adanya atmosfir ketidakpercayaan diantara negara-negara tersebut. Hal ini seringkali menjadi masalah

mengingat liberalisme juga mengakui adanya sistem internasional yang anarki.

Liberal Institusional seringkali diasosiasikan dengan mahzab Wilsonian tentang

demokrasi. Dalam konstruksi teori ini, para teoritisi Liberal Institusional dipengaruhi oleh gagasan Woodrow Wilson dalam Fourteen Points yang ia rumuskan pada tahun 1918. Fourteen Points merupakan syarat yang diajukan dengan demi menciptakan perdamaian,

diantaranya ialah adanya sistem politik yang demokratis, terselenggaranya perdagangan bebas, dan organisasi internasional.

(9)

menyediakan wadah bagi negara-negara untuk berkomunikasi dan menjalin interaksi satu sama lain. Ha ini akan mereduksi adanya potensi distrust antarnegara sehingga dapat

menciptakan adanya peluang yang lebih besar dalam menciptakan perdamaian dan pembangunan.

2.4.2 Struktural Fungsionalisme

Perspektif Structural Functionalism melihat sistem sebagai sebuah struktur yang saling terhubung. Masing-masing organ memiliki fungsinya masing-masing dan saling

berkontribusi dalam perkembangan sistem. Kerjasama antarinstitusi merupakan bagian yang penting dalam berjalannya suatu program. Oleh karena itu, organ-organ dalam PBB, agensi, serta organisasi internasional lain merupakan salah satu struktur fungsional yang mendukung

program “Being LGBTI in Asia”. Struktur ini, dalam analisis sudut pandang Structural Functionalism, menjadi krusial dalam menjalankan suatu kerjasama diantara institusi. Dalam

hal ini, dipandang sebagai satu sistem yang terdiri dari organ-organ yang menyatu membentuk satu bagian tubuh. (Herper 2011)

Herbert Spencer menganalogikan struktur sebagai organ yang bekerja sesuai

fungsinya dalam tubuh secara keseluruhan. Sedangkan Emile Durkheim melihatnya sebagai satu bagian yang koheren, terikat, dan secara fundamental terkonstruksi untuk saling

berhubungan sehingga berfungsi seperti satu organisme. Menurutnya, seluruh bagian-bagian struktur yang ada haruslah dilihat sebagai sebuah fungsi yang bekerja secara bersama-sama. Suatu bagian tidaklah dianggap penting karena dirinya sendiri, melainkan bagaimana

posisinya dalam hubungan sosial. Hubungan sosial ini, menurut Auguste Comte diperlukan adanya persatuan dari masyarakat mengingat banyaknya tradisi yang mulai menghilang.

(10)

“Functionalist thought, from Comte onwards has looked particularly towards biology as the science providing the closest and most compatible model for social science. Biology has been taken to conceptualizing the structure and the function of social systems and to analyzing processes of evolution via mechanisms of adaptation…functionalism strongly emphasizes the pre-eminence of the social world over its individual parts (i.e. its constituent actors, human

subjects).” (Giddens, 1984)

Dalam kasus UNDP, hubungan antara agensi-agensi, organ PBB, serta organisasi internasional lain inilah yang secara kolektif menentukan besarnya suatu kewenangan yang

dimiliki institusi melalui kerjasama. Cara-cara kerjasama maupun kolaborasi dalam hubungan internasional oleh organisasi kemudian menjadikan tiap-tiap pihak menjadi bagian dari

struktur yang satu sebagaimana yang Comte katakan sebagai “organisme tunggal”.

Dengan menggunakan perspektif ini dapat dipahami kerjasama dalam kasus UNDP. Setiap struktur yang bekerja antara agensi, organ, dan organisasi saling berkaitan. Kerjasama

dilakukan dalam rangka menjalankan fungsi organ tersebut. Dengan demikian keberadaan agensi, organ, serta organisasi manapun tidak ditinggalkan namun berfungsi dalam menjaga

(11)

BAB III

PENUTUP

Keberadaan organisasi internasional didasarkan pada ada tidaknya kerjasama atau

diplomasi yang terjadi. Dalam kerjasama itu biasanya dibuat sutu perjanjian tertulis berupa pakta, konvensi, maupun MoU yang mengatur mengenai substansi suatu organisasi

internasional dan kaitannya dengan negara lain. Dalam hal ini, negara yang setuju untuk bekerjasama dengan suatu organisasi internasional, menyerahkan sebagian kedaulatannya untuk “kepentingan bersama”.

UNDP telah lama dikenal sebagai salah satu aktor dalam hubungan internasional. Keberadaannya telah diakui sebagai perannya dalam pembangunan manusia. Sebagai salah

satu aktor dalam hubungan internasional, UNDP, sama seperti aktor-aktor lain memiliki kewenangan. Secara umum, kewenangan UNDP sepeti institusi-institusi lainnya bergantung kepada dasar-dasar normatif pembentukannya. Karena UNDP-sebagaimana organisasi

internasional lainnya-bukanlah entitas yang berdaulat maka kewenangannya terbatas pada sejauh mana anggota itu sepakat dan negara yang terlibat setuju terhadap dasar-dasar serta

syarat organisasi itu berada. Suatu organisasi internasional tidak dapat melakukan/menjalankan kewenangannya lebih dari kesepakatan itu.

Dalam hal ini, UNDP bagaimanapun tidak akan dapat melakukan programnya di

wilayah negara yang tidak menghendaki program “Being LGBTI in Asia” tersebut seperti halnya di Indonesia. Indonesia dalam program ini menolak adanya bantuan keuangan UNDP

(12)

dalam ranah tersebut. Dengan demikian, diperlukan adanya mekanisme baru dalam menjembatani sekat tersebut.

Sampai sekarang, kekuasaan negara secara umum masih mendominasi kekuatan politik dunia. Namun demikian, dalam beberapa kasus, suatu organisasi internasional terkesan dapat memiliki wewenang yang bahkan melampaui kedaulatan suatu negara. IMF

contohnya, organisasi ini dalam kondisi tertentu dapat memperoleh kewenangan dalam menerapkan ketentuan-ketentuan yang ia inginkan ke negara-negara anggota peminta

pinjaman. IMF juga berwenang untuk memberikan resep ekonomi tertentu kepada negara tersebut. Suatu negara harus mampu memenuhi ketentuan yang dibuat oleh IMF, seperti tingkat korupsi yang rendah inflasi yang rendah, serta ekonomi yang sehat dan berkelanjutan.

Hal yang sama bisa saja terjadi pada UNDP. UNDP di satu disi sebagai platformnya yang demokratis dan terkesan positif dalam melakukan aktivitasnya, dapat menjadi ancaman

bagi kedaulatan suatu negara. Fenomena masuknya dana UNDP ke komunitas LGBT di negara-negara Asia seperti Indonesia adalah contoh dari adanya indikasi intervensi secara tidak langsung terhadap suatau negara. Seperti di Indonesia, usaha UNDP tersebut tidak

hanya dinilai menyalahai kewenangan, namun juga sebagai bentuk pelanggaran terhadap nilai-nilai masyarakat. Di masa mendatang, dengan semakin menguatnya UNDP di kancah

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Giddens, Anthony. 1984. The Constitution of Society: Outline of the Theory of Structuration. University of California.

Harper, Donald W. 2011. Structural-Functionalism: Grand Theory or Methodology?. University of Leiceister. Diakses dari academia.edu pada 10 Juni 2016

Jackson, Robert & Georg Sørensen (2007). Introduction to International Relations: Theories and Approaches. Oxford University Press

Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Perserikatan Bangsa-Bangsa. Diakses dari

http://www.kemlu.go.id/ pada 10 Juni 2016

UNDP.“United Nations Development Programme”. Diakses dari http://www.undp.org pada

10 Juni 2016

Referensi

Dokumen terkait

In engineering product application, Virtual Prototyping is supported by CAD software (Computer Aided Design) for representing geometric information, and CAE

berbeda atau dari satu program studi yang sama, namun masih dalam satu perguruan tinggi yang sama;.  Keanggotaan setiap kelompok PKM disarankan berasal

Dalam mencetak kaum muda yang berintelektual dan profesional dibutuhkannya upaya kerja sama pihak pemerintah beserta masyarakat untuk mendukung penuh berbagai

Metapedadidaktik dalam Pembelajaran Matematika: Suatu Strategi Pengembangan Diri Menuju Guru Matematika Profesional.. Bandung:

Oleh karena itu dengan semakin positifnya nilai dari ROA maka akan menunjukkan kinerja keuangan yang baik pula yang akan di ikuti dengan meningkatnya harga saham dari perusahaan

Adapun urutan penyampaian materi dalam pembelajarannya adalah konsep jarak dan perpindahan, kelajuan dan kecepatan, grafik posisi terhadap waktu x(t) dan makna

Dengan adanya pengaturan terhadap waktu injeksi bahan bakar akan meningkatkan efektifitas pembakaran yang secara tidak langsung juga mengurangi kadar emisi pada gas

Diumumkan kepada penyedia barang / jasa dengan kualifikasi yangs sesuai,bahwa Badan - Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Halmahera Tengah akan melaksa - nakan