8 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Tinjauan Teoritis
2.1.1 Laporan Keuangan
Pengelolaan keuangan yang baik dan transparan memerlukan
pengetahuan dan ketrampilan akuntansi secara baik. Akuntansi merupakan
kumpulan prosedur-prosedur untuk mencatat, mengklasifikasikan,
mengikhtisarkan dan melaporkan dalam bentuk laporan keuangan.
Kemampuan pelaku bisnis dalam memberikan informasi keuangan yang
akurat akan sangat berdampak terhadap stakeholder bisnis itu sendiri. Laporan
keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu
periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja
perusahaan tersebut. Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan
keuangan. Laporan keuangan dalam suatu perusahaan mempunyai arti yang
sangat penting terutama bagi pihak yang mempunyai kepentingan terhadap
perusahaan.
Pengertian laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia
(2010:2):
9 laporan tersebut, misal informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.
Pengertian laporan keuangan menurut Baridwan (1992 : 17) “laporan
keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan
transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama dua tahun buku yang bersangkutan.”
Menurut Munawir (1991 : 2) “laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil
dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk
mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan.” Dapat
disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan laporan akuntansi utama
yang mengomunikasikan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan, sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan
ekonomi. Beberapa pihak yang membutuhkan laporan keuangan perusahaan
diantaranya :
1. Pemilik Perusahaan
Pemilik perusahaan dapat mengetahui kinerja manajemen perusahaan
dalam mengelola perusahaan melalui laporan keuangan yang ada sehingga
hal tersebut dapat menjadi alat untuk mengetahui prestasi para karyawan,
menentukan perkembangan perusahaan di masa mendatang, dan
mengetahui mengenai perkiraan laba yang akan diperoleh pada masa
waktu tertentu serta mengetahui perkembangan harga saham bagi
10 2. Manajer serta Pimpinan Perusahaan
Laporan keuangan merupakan alat pertanggungjawaban manajer kepada
pemilik perusahaan. Laporan keuangan dapat digunakan untuk
mengetahui efektivitas biaya dari berbagai aktivitas perusahaan,
mengetahui efisiensi dari setiap divisi perusahaan, sebagai alat ukur atas
kinerja masing-masing iindividu, media untuk menentukan perlu tidaknya
sebuah kebijaksanaan di masa mendatang, dan memperkirakan besarnya
tingkat pengembalian yang akan diterima oleh pemilik perusahaan.
3. Investor
Seorang investor akan mempelajari laporan keuangan suatu perusahaan
sebelum berinvestasi dalam perusahaan tersebut. Jika sebuah perusahaan
memiliki laporan keuangan yang menjanjikan, maka akan memberikan
daya tarik bagi investor untuk menanamkan investasinya dalam
perusahaan tersebut.
4. Kreditor
Ketika kreditor memutuskan untuk memberikan bantuan berupa hutang
kepada suatu perusahaan, kreditor terlebih dahulu akan melihat
kemampuan perusahaan dalam mengembalikan pinjamannya.
Kemampuan perusahaan tersebut dapat dilihat dari laporan keuangan
perusahaan yang di dalamnya terdapat laporan arus kas, jumlah modal
serta asset yang dimiliki. Dengan demikian, kreditor akan merasa lebih
11 5. Pemerintah
Laporan keuangan perusahaan yang dilaporkan digunakan sebagai dasar
untuk menghitung besarnya pajak yang harus dibayarkan perusahaan
kepada pemerintah. Dengan demikian, pemerintah dapat memperkirakan
besarnya pajak yang diterima dari perusahaan-perusahaan sebagai dasar
pembuatan perencanaan kebijakan dari proses pembangunan.
6. Masyarakat
Laporan keuangan perusahaan dapat digunakan untuk mengetahui tingkat
pertumbuhan perusahaan dan memberikan informasi yang dapat
digunakan sebagai bahan penelitian dan proses pembelajaran di bidang
keuangan.
2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan menurut A Statement of Basic
Accounting Theory (ASOBAT) dalam Harahap (2000 : 6), merumuskan
empat tujuan laporan keuangan sebagai berikut :
a. Membuat keputusan yang menyangkut penggunaan kekayaan yang terbatas dan untuk menetapkan tujuan.
b. Mengarahkan dan mengontrol secara efektif sumber daya manusia dan faktor produksi lainnya.
12 Menurut IAI No. 1, “Tujuan Laporan Keuangan adalah menyediakan
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai
dalam pengambilan keputusan.”
Menurut APB Statement No. 4 dalam Harahap (2000 : 99), tujuan laporan
keuangan digolongkan sebagai berikut:
a. Tujuan Khusus
Tujuannya untuk menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan lainnya secara wajar dan sesuai dengan GAAP.
b. Tujuan Umum
Tujuan umum adalah memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber-sumber ekonpmi, dan kewajiban perusahaan; memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaan bersih yang berasal dari kegiatan usaha dalam mencari laba; menaksir informasi keuangan yang dapat digunakan untuk menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba; mengungkapkan informasi relevan lainnya yang dibutuhkan para pemakai laporan.
c. Tujuan Kualitatif
Tujuan kualitatif yang dirumuskan APB Statements No. 4 adalah :
Relevance
Memilih informasi yang benar-benar dapat membantu pemakai laporan dalam proses pengambilan keputusan.
Understandability
Informasi yang dipilih untuk disajikan bukan saja yang penting tetapi juga harus informasi yang dimengerti para pemakainya.
Verifiability
13 Neutrality
Laporan akuntansi itu netral terhadap pihak-pihak yang berkepentingan.
Timeliness
Laporan akuntansi hanya bermanfaat untuk pengambilan keputusan apabila diserahkan pada saat yang tepat.
Comparability
Informasi akuntansi harus dapat saling dibandingkan, artiya akuntansi harus memiliki prinsip yang sama baik untuk suatu perusahaan maupun perusahaan lain.
Completeness
Informasi akuntansi yang dilaporkan harus mencakup semua kebutuhan yang layak dari para pemakai.
2.1.3 Jenis-jenis Laporan Keuangan • Neraca atau Laporan Posisi Keuangan
Neraca atau laporan posisi keuangan (balance sheet atau
statement of financial position) adalah bagian dari laporan keuangan
suatu entitas yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang
menunjukkan posisi keuangan entitas pada akhir periode tersebut.
Neraca terdiri dari tiga unsur, yaitu aset, liabilitas, dan ekuitas
Aset adalah harta yang dimiliki perusahaan, terdiri dari: kas
atau setara kas, benda tak bergerak (seperti tanah, gedung) dan juga
barang bergerak seperti kendaraan, serta harta non fisik (seperti nilai
yang dibayar untuk akuisisi anak perusahaan). Aset juga meliputi
piutang perusahaan, pajak yang sudah dibayar di muka, serta
14 Kewajiban terdiri dari: hutang perusahaan pada pihak lain,
pajak yang belum dibayar, uang muka dari pihak lain, biaya sewa yang
masih berjalan. Ekuitas sendiri menunjukkan hak milik dari pemegang
saham yang terdiri dari dua komponen, yaitu: modal usaha dan nilai
laba usaha (atau kerugian usaha).
• Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi (Income Statement atau Profit and Loss
Statement) adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan
yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menjabarkan
unsur-unsur pendapatan dan beban perusahaan sehingga menghasilkan
suatu laba (atau rugi) bersih. Laporan tersebut menggunakan konsep
perbandingan (matching concept) yaitu dengan membandingkan atau
mengaitkan beban dengan pendapatan yang dihasilkan selama periode
terjadinya beban tersebut.
• Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Ekuitas yaitu bagian dari laporan keuangan yang
memberikan informasi tentang perubahan ekuitas pemilik atau modal
selama kurun waktu (periode) tertentu. Laporan ini mencatat
perkembangan modal yang disetor oleh pemegang saham dalam suatu
15 laba bersih, jumlah dana yang dicadangkan apakah untuk modal usaha
atau lainnya, dan jumlah dana yang dibagikan sebagai dividen.
• Laporan Arus Kas
Laporan arus kas (cash flow statement) adalah bagian dari
laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada suatu
periode akuntansi yang menunjukkan aliran masuk dan keluar uang
(kas) perusahaan. Laporan arus kas terdiri dari tiga bagian, yaitu:
a) Aktivitas operasi, berupa penerimaan/pengeluaran uang yang
didapat dari jual/beli barang atau jasa, juga pembayaran kas untuk
pemasok, karyawan, dll.
b) Aktivitas investasi, berupa penerimaan/pengeluaran uang dari
komponen yang dianggap sebagai unsur investasi. Unsur yang
dianggap investasi biasanya kegiatan keuangan lain guna
mendapatkan imbal balik baik langsung atau tidak langsung.
Kegiatan investasi misalnya pembelian tanah, pembangunan
pabrik, atau juga penyertaan modal di perusahaan lain.
c) Aktivitas pendanaan, berupa penerimaan/pengeluaran uang dari
16 Manfaat laporan arus kas yaitu :
Sebagai indikator jumlah arus kas di masa yang akan datang,
serta berguna untuk menilai kecermatan atas taksiran arus kas
yang telah dibuat sebelumnya.
Laporan arus kas juga menjadi alat pertanggungjawaban arus
kas masuk dan arus kas keluar selama periode pelaporan.
Laporan arus kas memberikan informasi yang bermanfaat bagi
pengguna laporan dalam mengevaluasi perubahan kekayaan
bersih/ekuitas dana suatu entitas pelaporan dan struktur
keuangan pemerintah (termasuk likuiditas dan solvabilitas).
• Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan merupakan catatan tambahan
dan informasi yang ditambahkan ke akhir laporan keuangan untuk
memberikan tambahan informasi kepada pembaca. Catatan atas
Laporan Keuangan membantu menjelaskan perhitungan item tertentu
dalam laporan keuangan serta memberikan penilaian yang lebih
komprehensif dari kondisi keuangan perusahaan. Catatan atas laporan
keuangan mengungkapkan (IAI, 2004) :
a) Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting,
17 laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas,
c) Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secar wajar.
2.1.4 Analisis Laporan Keuangan
Analisa laporan keuangan adalah aplikasi dari alat dan teknik analitis
untuk laporan keuangan bertujuan umum dan data-data yang berkaitan untuk
menghasilkan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi
dan kinerja perusahaan pada masa mendatang. Analisa laporan keuangan
merupakan proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu
mengevalusi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa
sekarang dan masa lalu. Melalui hasil evaluasi tersebut, pihak manajemen
dapat menggunakannya untuk mengambil keputusan dalam hal perencanaan,
pendanaan, investasi, dan operasi. Oleh karena laporan keuangan sangat
penting dan dibutuhkan oleh banyak pihak, maka dalam proses akuntansinya
harus didasarkan pada konsep dasar dan prinsip-prinsip yang berterima
umum, serta data yang disajikan harus dapat dipertanggungjawabkan
kebenaran dan kelayakannya. Analisis laporan keuangan dapat digunakan
untuk mengambil keputusan-keputusan manajemen, seperti :
• Melanjutkan atau tidak melanjutkan operasional suatu usaha atau
18 • Melakukan pembuatan atau pembelian bahan baku dalam proses
produksi
• Melakukan pembelian atau menyewa mesin-mesin produksi
• Melakukan penerbitan saham atau melakukan negosiasi untuk
memperoleh pinjaman bank guna meningkatkan modal kerja
perseroan.
• Berbagai keputusan lainnya yang memungkinkan manajemen
melakukan pilihan yang tepat terhadap berbagai alternatif yang ada
dalam mengelola perusahaan
Dari sudut lain tujuan analisis Laporan Keuangan menurut Bernstein
(1983) adalah sebagai berikut:
1. Screening
Analisis dilakukan dengan melihat secara analitis laporan keuangan dengan tujuan untuk memilih kemungkinan investasi atau merger
2. Forcasting
Analisis digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan dimasa yang akan datang.
3. Diagnosis
Analisis dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalah-masalah yang terjadi baik dalam manajemen operasi, keuangan atau masalah lain.
4. Evaluation
Analisis dilakukan untuk menilai prestasi manajemen, operasional, efisiensi dan lain-lain.
5. Understanding
19 Ada beberapa jenis analisa yang dapat digunakan dalam melakukan
analisa terhadap sebuah laporan keuangan, (Supardi dan Mastuti, 2003; 78)
yaitu:
1. Analisa Internal
Analisa internal merupakan analisa yang dilakukan oleh pihak manajemen dalam rangka mengukur efisiensi usaha dan menjelaskan perubahan yang terjadi dalam kondisi keuangan perusahaan. Selain menghasilkan laporan yang biasa diumumkan pada pihak di luar perusahaan, analisa ini juga menghasilkanlaporan yang tidak untuk diumumkan atau dipublikasikan tetapi hanya dipakai untuk maksud-maksud internal saja.
2. Analisa Eksternal
Analisa eksternal merupakan analisa yang dilakukan oleh pihakpihak di luar manajemen perusahaan misalnya bank, calon pemegang saham, dan calon kreditur lain yang mana dalam melakukan analisa mereka tidak bisa memperoleh data secara terperinci, hanya informasi yang sifatnya diterbitkan untuk umum. Analisa ini juga ditujukan guna menilai kinerja perusahaan yang bersangkutan, sebelum pihak eksternal melakukan kerjasama finansial dengan perusahaan tersebut.
3. Analisa Horizontal (Analisa Dinamis)
Analisa horizontal merupakan analisa perkembangan data keuangan dan data operasi perusahaan dari tahun ke tahun atau dengan kata lain mengadakan pembandingan laporan keuangan untuk beberapa periode waktu tertentu dengan menetapkan salah satu periode sebagai periode dasar pembanding. Dari analisa ini akan dapat terlihat perkembangan maupun penurunan operasional perusahaan.
4. Analisa Vertikal (Analisa Statis)
20 membandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lainnya dalam laporan keuangan tersebut untuk mengetahui keadaan keuangan atau hasil usaha pada periode itu saja.
2.1.5 Analisis Rasio Keuangan
menilai kinerja suatu perusahaan berdasarkan perbandingan data keuangan
yang terdapat pada pos laporan keuanga
suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Analisis rasio dapat digunakan
untuk membimbing investor dan kreditor untuk membuat keputusan atau
pertimbangan tentang pencapaian perusahaan dan prospek pada masa datang.
Meskipun didasarkan pada data dan kondisi masa lalu, analisis rasio keuangan
dimaksudkan untuk menilai risiko dan peluang pada masa yang akan datang.
Pengukuran dan hubungan satu pos dengan pos lain dalam laporan keuangan
yang tampak dalam rasio-rasio keuangan dapat memberikan kesimpulan yang
berarti dalam penentuan tingkat kesehatan keuangan suatu perusahaan.
Menurut Munawir (2004:37) “Analisis rasio adalah suatu metode analisa
untuk mengetahui hubungan pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba
rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.” Menurut
Hanafi (2005:77) “Analisis rasio adalah penggabungan yang menunjukkan
21 hubungan antara unsur laporan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis
yang sederhana.”
Terdapat dua metode dalam pendekatan analisis rasio keuangan, yaitu :
1) Pendekatan Lintas Seksi (Cross Sectional Approach). Yaitu cara
mengevaluasi dengan jalan membandingkan rasio-rasio antara perusahaan
yang satu dengan perusahaan lainnya yang sejenis pada saat bersamaan.
Dengan cara ini dapat diketahui apakah perusahaan yang bersangkutan
berada di atas, berada pada rata-rata, atau berada dibawah rata-rata
industri.
2) Pendekatan Runtut Waktu (Time Series Analysis). Yaitu cara
mengevaluasi dengan jalan membandingkan rasio-rasio finansial
perusahaan dari satu periode ke periode lainnya. Dengan membandingkan
antara rasio-rasio yang dicapai saat ini dengan rasio-rasio dimasa lalu
yang dapat memperlihatkan apakah perusahaan mengalami kemajuan atau
kemunduran. Perkembangan perusahaan terlihat pada kecenderungan
''(trend)'' dari tahun ke tahunnya, dan dengan melihat perkembangan ini
perusahaan akan dapat membuat rencana untuk masa depannya.
Menurut Riyanto (2001:330) angka rasio digolongkan berdasarkan
sumber datanya sebagai berikut:
22 2) Rasio laporan laba rugi (income statement ratios) yaitu semua
rasio yang datanya diambil atau bersumber dari laporan laba rugi misalnya groos profit margin, net operating margin, operating ratio dan sebagainya.
3) Rasio antar laporan (interestatement ratios) yaitu semua rasio yang datanya diambil atau bersumber dari neraca dan data lainnya dari laporan laba rugi, misalnya tingkat perputaran persediaan (inventory turnover), tingkat perputaran piutang (accounting receivable turnover), assets turnover dan sebagainya.
Dalam menganalisa dan menilai posisi keuangan dan potensi atau
kemajuan-kemajuan perusahaan, faktor-faktor yang perlu mendapat perhatian
adalah:
a) Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek yang harus segera
dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangan pada saat ditagih.
Yang termasuk dalam rasio likuiditas yaitu:
1) Rasio lancar (current ratio) digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi hutang jangka pendeknya dengan
menggunakan aktiva lancar( kewajiban Lancar).
Rasio Lancar = Aktiva Lancar / Kewajiban Lancar
2) Rasio cepat (quick ratio) digunakan untuk mengukur kemampuan
23 menggunakan aktiva lancarnya yang likuid, yaitu aktiva lancar diluar
persediaan.
Rasio Cepat = (Aktiva Lancar – Persediaan) / Kewajiban Lancar
3) Rasio modal kerja terhadap total aktiva (working capital to total assets
ratio) menunjukkan potensi cadangan kas yang ada akibat selisih yang
terjadi antara aktiva lancar dengan hutang lancar (kewajiban lancar).
Rasio Modal Kerja terhadap Total Aktiva = (Aktiva Lancar –
Kewajiban Lancar) / Total Aktiva
b) Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan
menggunakan sumber daya yang dimiliki, atau dengan kata lain sejauh
mana efektifitas penggunaan asset dengan melihat tingkat aktivitas asset.
Yang termasuk dalam rasio aktivitas diantaranya:
1) Rasio periode pengumpulan piutang digunakan untuk mengetahui
berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi
uang tunai.
Rasio Periode Pengumpulan Piutang = (Piutang x 360 hari) / Penjualan
Kredit
2) Rasio tingkat perputaran piutang digunakan untuk mengukur berapa
kali tingkat perputaran piutang dalam satu tahunnya.
24 3) Rasio tingkat perputaran persediaan menunjukkan tingkat efektifitas
manajemen persediaan, yaitu menunjukkan lamanya dana tertanam
dalam persediaan.
Rasio Tingkat Perputaran Persediaan = Harga pokok penjualan /
Rata-rata persediaan
4) Rasio tingkat perputaran aktiva tetap menunjukkan sejauh mana
efektifitas perusahaan menggunakan aktiva tetapnya. Semakin tinggi
rasio berarti semakin efektif penggunaan aktiva tetapnya.
Rasio Tingkat Perputaran Aktiva Tetap = Penjualan / Aktiva tetap
c) Rasio Laverage atau Solvabilitas
Rasio laverage atau solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kawajiban-kewajiban jangka panjangnya.
Yang termasuk dalam rasio laverage atau solvabilitas diantaranya:
1) Rasio Hutang (debt ratio) mengukur sejauhmana kemampuan
perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya.
Rasio Hutang = Total Hutang / Total Aktiva
2) Rasio kewajiban terhadap modal (debt to equity ratio) menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua total kewajibannya
dengan menggunakan modal sendiri.
Rasio Kewajiban terhadap Modal = Total Hutang / Total Modal
25
3) Time interest earned ratio mengukur kemampuan perusahaan
membayar bunga hutang dengan laba sebelum bunga dan pajak atau
dengan kata lain seberapa besar laba sebelum bunga dan pajak yang
tersedia untuk menutup beban bunga.
Time Interest Earned Ratio = Laba Operasi / Beban bunga per tahun
4) Rasio kewajiban lancar terhadap total aktiva mengukur berapa besar
total aktiva perusahaan yang dibiayai dengan kewajiban lancar.
Rasio Kewajiban Lancar Terhadap Total Aktiva = Hutang Lancar /
Total Aktiva
5) Rasio kewajiban tidak lancar terhadap total aktiva mengukur berapa
besar total aktiva perusahaan yang dibiayai dengan kewajiban bukan
lancar.
Rasio Kewajiban Tidak Lancar Terhadap Total Aktiva = Hutang tidak
lancar / Total aktiva
d) Rasio Rentabilitas atau Profitabilitas
Rasio rentabilitas atau profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Yang termasuk dalam
rasio rentabilitas atau profitabilitas diantaranya:
1) Marjin laba kotor mencerminkan mark-up terhadap harga pokok
26 meminimalisasi harga pokok penjualan dalam hubungannya dengan
penjualan yang dilakukan perusahaan.
Marjin Laba Kotor = Laba Kotor / Penjualan Bersih
2) Marjin laba usaha mencerminkan kemampuan manajemen untuk
menghasilkan laba setelah beban operasi atau usaha dan harga pokok
penjualan dalam hubungannya dengan penjualan yang dilakukan.
Marjin Laba Usaha = Laba Usaha / Penjualan Bersih
3) Marjin laba bersih mencerminkan kemampuan manajemen untuk
menghasilkan laba setelah harga pokok penjualan, beban operasi atau
usaha, beban lain-lainnya dan pajak dalam hubungannya dengan
penjualan.
Marjin Laba Bersih = Laba Bersih setelah pajak / Penjualan Bersih
4) Return On Investment (ROI) mencerminkan kemampuan manajemen
dalam mengatur aktiva-aktivanya seoptimal mungkin sehingga dicapai
laba bersih yang diinginkan.
ROI = EBIT / Total Aktiva
5) ROA (Return on Assets) = (Laba bersih setelah pajak / Total Aktiva) x
100%
6) ROE (Return on Equity) = Laba bersih setelah pajak / Rata-rata
27 e) Rasio Pasar
Rasio ini melihat perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap nilai
buku perusahaan.
2.1.6 Analisis Potensi Kebangkrutan a. Definisi Kebangkrutan
“Kebangkrutan (bankruptcy) biasanya diartikan sebagai
kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk
menghasilkan laba” (Supardi, 2003:79). Kebangkrutan sebagai suatu
kegagalan yang terjadi pada sebuah perusahaan didefinisikan dalam
beberapa pengertian menurut Martin dalam Supardi dan Mastuti (2003:79)
yaitu :
• Kegagalan Ekonomi (Economic Distressed)
Kegagalan dalam ekonomi berarti bahwa perusahaan kehilangan uang atau pendapatan perusahaan dan tidak mampu menutupi biayanya sendiri. Hal ini berarti tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajiban.
• Kegagalan Keuangan (Financial Distressed)
Pengertian financial distressed menurut Supardi dan Mastuti (2003:79) mempunyai makna kesulitan dana baik dalam arti dana dalam pengertian kas atau dalam pengertian modal kerja.
b. Sumber Informasi Prediksi Kebangkrutan
Menurut Hanafi (2003:264) kebangkrutan yang terjadi sebenarnya dapat
28 1) Analisis aliran kas untuk saat ini atau masa mendatang.
2) Analisis strategi perusahaan, yaitu analisis yang memfokuskan pada persaingan yang dihadapi oleh perusahaan.
3) Struktur biaya relatif terhadap pesaingnya. 4) Kualitas manajemen.
5) Kemampuan manajemen dalam mengendalikan biaya.
Menurut Suwarsono (1995), ada beberapa tanda atau indikator
manajerial dan operasional yang muncul ketika perusahaan akan
mengalami kebangkrutan antara lain:
a) Indikator dari lingkungan bisnis
Pertumbuhan ekonomi yang rendah menjadikan indikator yang cukup penting pada lemahnya peluang bisnis, apalagi jika disaat yang sama banyak perusahaan baru yang memasuki
pasar. Besarnya perusahaan tertentu menjadi sebab
mengecilnya perusahaan yang lain. b) Indikator internal
Manajemen tidak mampu melakukan perkiraan bisnis dengan alat analisa apapun yang digunakan, sehingga manajemen kesulitan mengembangkan sikap proaktif. Lebih cenderung bersikap reaktif, dan oleh karena itu biasanya terlambat mengantisipasi perubahan.
c) Indikator kombinasi
Seringkali perusahaan yang sakit disebabkan oleh interaksi ancaman yang datang dari lingkungan bisnis dan kelemahan yang berasal dari lingkungan perusahaan itu sendiri. Jika disebabkan oleh keduanya, biasanya membawa akibat yang lebih kompleks dibanding yang disebabkan oleh salah satu saja.
c. Faktor-faktor penyebab kebangkrutan
Menurut Jauch dan Glueck dalam Adnan(2000:139) faktor-faktor yang
29 a) Faktor Umum
1) Sektor ekonomi
Faktor-faktor penyebab kebangkrutan dari sektor ekonomi adalah gejala inflasi dan deflasi dalam harga barang dan jasa, kebijakan keuangan, suku bunga dan devaluasi atau revaluasi uang dalam hubungannya dengan uang asing serta neraca pembayaran, surplus atau defisit dalam hubungannya dengan perdagangan luar negeri.
2) Sektor sosial
Faktor sosial sangat berpengaruh terhadap kebangkrutan cenderung pada perubahan gaya hidup masyarakat yang mempengaruhi permintaan terhadap produk dan jasa ataupun cara perusahaan berhubungan dengan karyawan. Faktor sosial yang lain yaitu kerusuhan atau kekacauan yang terjadi di masyarakat.
3) Teknologi
Penggunaan teknologi informasi juga menyebabkan biaya yang ditanggung perusahaan membengkak terutama untuk pemeliharaan dan implementasi. Pembengkakan terjadi, jika penggunaan teknologi informasi tersebut kurang terencana oleh pihak manajemen, sistemnya tidak terpadudan para manajer pengguna kurang profesional.
4) Sektor pemerintah
Pengaruh dari sektor pemerintah berasal dari kebijakan pemerintah terhadap pencabutan subsidi pada perusahaan dan industri, pengenaan tarif ekspor dan impor barang berubah, kebijakan undang-undang baru bagi perbankan atau tenaga kerja dan lain-lain.
b) Faktor Eksternal Perusahaan 1) Faktor pelanggan atau nasabah
30 2) Faktor pemasok/kreditur
Kekuatannya terletak pada pemberian pinjaman dan mendapatkan jangka waktu pengembalian hutang yang tergantung kepercayaan kreditor terhadap kelikuiditasan suatu bank.
3) Faktor pesaing/bank lain
Faktor ini merupakan hal yang harus diperhatikan karena menyangkut perbedaan pemberian pelayanan kepada nasabah, perusahaan juga jangan melupakan pesaingnya karena jika produk pesaingnya lebih diterima oleh masyarakat perusahaan tersebut akan kehilangan nasabah dan mengurangi pendapatan yang diterima.
c) Faktor Internal Perusahaan Faktor-faktor yang menyebabkan kebangkrutan secara internal menurut Harnanto dalam Adnan (2000:140) sebagai berikut :
1) Terlalu besarnya kredit yang diberikan kepada nasabah sehingga akan menyebabkan adanya penunggakan dalam pembayaran sampai akhirnya tidak dapat membayar.
2) Manajemen tidak efisien yang disebabkan karena kurang adanya kemampuan, pengalaman, ketrampilan, sikap inisiatif dari manajemen.
3) Penyalahgunaan wewenang dan kecurangan dimana sering dilakukan oleh karyawan, bahkan manajer puncak sekalipun sangat merugikan apalagi yang berhubungan dengan keuangan perusahaan.
d. Manfaat Informasi Prediksi Kebangkrutan
Informasi tentang prediksi kebangkrutan suatu perusahaan akan sangat
bermanfaat bagi beberapa kalangan. Menurut Hanafi (2000:261) informasi
31 a. Pemberi pinjaman
Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat untuk pengambilan keputusan siapa yang akan diberi pinjaman, dan kemudian bermanfaat untuk mengambil kebijakan memonitor pinjaman yang ada.
b. Investor
Investor saham atau obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan tentunya akan sangat berkepentingan melihat adanya kemungkinan bangkrut atau tidaknya perusahaan yang menjual surat berharga tersebut. Investor yang menganut strategi aktif akan mengembangkan model prediksi kebangkrutan untuk melihat tanda–tanda kebangkrutan seawal mungkin dan kemudian mengantisipasi kemungkinan tersebut. c. Pemerintah
Pada beberapa sektor usaha, lembaga pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk mengatasi jalannya usaha tersebut. Pemerintah mempunyai kepentingan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan lebih awal supaya tindakan-tindakan yang perlu bisa dilakukan lebih awal.
d. Akuntan
Akuntan mempunyai kepentingan terhadap informasi kelangsungan suatuusaha karena akuntan akan menilai kemampuan going concern suatu perusahaan.
e. Manajemen
Informasi kebangkrutan digunakan untuk melakukan langkah-langkah preventif sehinggga biaya kebangkrutan bisa dihindari atau dapat diminimalisir.
2.1.7 Analisis Model Altman Z-Score
Altman Z-score merupakan model yang dibuat oleh Altman pada
tahun 1968 yang dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan suatu
perusahaan sampai dua tahun sebelum saatnya tiba. Model ini menggunakan
32 keuangan yang mencakup rasio likuiditas perusahaan seperti rasio lancar,
rasio leverage perusahaan seperti rasio hutang terhadap modalnya, rasio
profitabilitas seperti rasio laba bersih terhadap modal atau akumulasi laba
ditahan, rasio uji pasar dan aktivitas. Model Altman Z-Score dapat
mengklasifikasikan perusahaan kedalam kelompok yang mempunyai
kemungkinan yang tinggi untuk bangkrut atau kelompok perusahaan yang
memiliki kemungkinan bangkrut yang rendah. Rumus Altman Z-Score
mengalami beberapa perubahan, yang pertama adalah rumus yang digunakan
untuk perusahaan manufaktur yang telah go public, yaitu Z-Score = 1,2 X1 +
1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 0,999 X5. Kemudian untuk perusahaan pribadi,
terdapat perubahan pada nilai X4 di mana X4 = book value of equity/liabilities
sehingga rumusnya menjadi Z-Score = 0.717 X1 + 0.847 X2 + 3.107 X3 +
0.420 X4 + 0.998 X5. Untuk perusahaan non-manufaktur, formulanya
dimodifikasi menjadi Z-Score = 6.56 X1 + 3.26 X2 + 6.72 X3 + 1.05 X4
Z-Score = 1,2 X
.
Karena sampel penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang telah
go public, maka formula yang digunakan untuk menghitung nilai Z-Score
adalah (Altman, 2005:299):
1
+ 1,4 X
2+ 3,3 X
3+ 0,6 X
4+ 0,999 X
Keterangan :
5
X1
X
: Working Capital / Total Assets
33 X3
X
: Earnings Before Interest and Taxes / Total Assets
4
X
: Market Value of Equity / Total Liabilities
5 : Sales / Total Assets
Penafsiran dari nilai Z yang didapatkan adalah sebagai berikut:
• Z-Score ≥ 2,99 – Berdasarkan laporan keuangan, perusahaan dianggap
aman
• 2,70 ≤ Z-Score < 2,99 – Terdapat kondisi keuangan di suatu bagian
yang membutuhkan perhatian khusus
• 1,80 ≤ Z -Score < 2,70 – Ada kemungkinan perusahaan akan
mengalami kebangkrutan dalam 2 tahun ke depan
• Z < 1,80 – Perusahaan berpotensi kuat akan mengalami kebangkrutan
2.1.7.1 Working Capital To Total Assets
Rasio pertama yang digunakan adalah rasio modal kerja
terhadap total aktiva, ini adalah ukuran bersih pada aktiva lancar
perusahaan terhadap modal perusahaan. Modal kerja bersih adalah selisih
antara aktiva lancar dikurangi hutang lancar. Karakteristik likuiditas
benar-benar ditentukan secara jelas karena biasanya sebuah perusahaan
34 aktiva lancar sehubungan dengan total aktiva. Rumus untuk menghitung
rasio ini yaitu :
X1
Total Assets
= Current Assets – Current Liabilities
2.1.7.2 Retained Earning To Total Assets
Rasio ini berguna untuk mengukur profitabilitas suatu bisnis
tanpa memandang seberapa besar utang dari perusahaan. Usia
perusahaan dinyatakan secara implisit dalam rasio ini, sebagai contoh,
sebuah perusahaan baru relatif mungkin akan menunjukan rasio laba
ditahan/total aktiva yang rendah karena tidak adanya waktu untuk
menambah laba kumulatifnya. Oleh karena itu, dapat dibuktikan bahwa
perusahaan baru nampak berbeda dari analisis ini, dan
kesempatan/peluang untuk diklasifikasikan dalam golongan bangkrut
relatif lebih tinggi, dari pada perusahaan-perusahaan yang lebih tua.
Rumus untuk menghitung rasio ini yaitu :
X2
35 2.1.7.3 Earning Before Interest and Taxes To Total Assets
Rasio ini dihitung dangan membagi total aktiva perusahaan
dengan penghasilan sebelum bunga dan potongan pajak. Rasio ini
merupakan ukuran produktivitas dari aktiva perusahaan yang benar-benar
terlepas dari pajak atau faktor leverage. Keadaan bangkrut terjadi saat
total kewajiban melebihi penilaian wajar terhadap aktiva perusahaan yang
ditentukan oleh kemampuan aktiva dalam menghasilkan laba. Rumus
untuk menghitung rasio ini yaitu :
X3
Total Assets
= Earnings Before Interest and Taxes
2.1.7.4 Market Value of Equity to Total Liabilities
Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat leverage dari
suatu perusahaan. Utang yang terlalu besar akan berbahaya bagi
kelangsungan perusahaan, terutama apabila terdapat bunga yang harus
dibayar. Dalam rasio ini, modal diukur melalui gabungan nilai pasar dan
keseluruhan lembar saham preferen dan biasa. Sementara hutang meliputi
hutang lancar dan hutang jangka panjang. Ukuran tersebut menunjukan
seberapa banyak aktiva perusahaan dapat menurun nilainya (diukur dari
36 aktiva dan perusahaan menjadi bangkrut. Rumus untuk menghitung rasio
ini adalah :
X4
Total Liabilities = Market Value of Equity
2.1.7.5 Sales To Total Assets
Rasio ini disebut juga assets turnover dan biasanya digunakan
untuk mengukur tingkat efisiensi suatu bisnis dalam memanfaatkan aset
yang dimiliki. Rasio perputaran modal adalah standar rasio keuangan
yang menggambarkan kemampuan peningkatan penjualan dari aktiva
perusahaan dan merupakan suatu ukuran kemampuan manajemen dalam
menghadapi kondisi yang kompetitif. Rumus untuk menghitung rasio ini
yaitu :
X5
Total Assets = Sales
2.1.8 Analisis Model Springate
Model Springate adalah model rasio yang menggunakan Multiple
Discriminant Analysis (MDA), metode ini menggunakan lebih dari satu rasio
keuangan yang berkaitan dengan kebangkrutan perusahaan agar membentuk
37 dari 19 rasio keuangan yang populer, yang mampu memprediksi business
yang pailit dan tidak pailit. Formula untuk menghitung model Springate
(Boritz, et al, 2007:5) :
Z = 1,03X
1+ 3,07X
3+0,4X
5+ 0,66X
Keterangan :
6
X1
X
: Working Capital / Total Assets
3
X
: Earnings Before Interest and Taxes / Total Assets
5
X
: Sales / Total Assets
6
Penafsiran dari nilai Z yang didapatkan adalah jika Z < 0,862 maka
perusahaan diklasifikasikan akan bangkrut. : Net Profit before Taxes / Current Liabilities
2.1.8.1 Net Profit Before Taxes to Current Liabilities
Rasio ini dihitung dengan membagi kewajiban lancar
perusahaan dengan penghasilan sebelum potongan pajak dibagi dengan
total aktiva. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
menutupi kewajiban lancarnya dengan menggunakan laba bersih sebelum
dipotong pajak. Rumus untuk menghitung rasio ini yaitu :
X6
38 2.2Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan analisis prediksi
kebangkrutan perusahaan yaitu :
Tabel 2.1
No. Peneliti Judul Penelitian Variabel
Penelitian Hasil Penelitian 1. Magdalena
Hasibuan (2010)
Analisa Model Z-Score Altman untuk memprediksi gejala financial distress pada perusahaan textile dan garment yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Variabel analisa Model Z-Score Altman pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia keuangan tidak dapat diimplementasikan analisa Model Z-Score Altman pada perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
39 2.3Kerangka Konseptual dan Hipotesis
2.3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah kerangka hubungan antara
konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan
dilakukan. Kerangka konseptual secara teoritis menggambarkan hubungan
antara variabel-variabel penelitian yaitu variabel bebas dengan variabel
terikat. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel terikat yakni nilai dari
model Altman Z-Score dan model Springate, dan terdapat 6 variabel
bebas, yakni Working Capital / Total Assets, Retained Earnings / Total
Assets, Earnings Before Interest and Taxes / Total Assets, Market Value
of Equity / Total Liabilities, Sales / Total Assets, dan Net Profit before
Taxes / Current Liabilities. Kemudian melalui variabel-variabel tersebut
akan diamati apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil
analisis Model Altman Z-score dan Model Springate dalam memprediksi
kebangkrutan pada perusahaan manufaktur makanan dan minuman yang
terdaftar di BEI.
Berdasarkan kerangka teori yang ada maka kerangka konseptual penelitian
40 Kerangka Konseptual
Gambar 2.1
Kebangkrutan Perusahaan Model Altman
Z-Score (Y1)
Kebangkrutan Perusahaan Model Springate
(Y2) Working Capital To Total Assets (X1)
Market Value of Equity to Total Liabilities (X4)
Earning Before Interest and Taxes To Total Assets (X3)
Retained Earning To Total Assets (X2)
Sales To Total Assets (X5)
Working Capital To Total Assets (X1)
Earning Before Interest and Taxes To Total Assets (X3)
Sales To Total Assets (X5)
Net Profit Before Taxes to Current Liabilities (X6)
41 2.3.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang masih
lemah dan harus diuji lagi kebenarannya. Menurut Kerlinger (1973:18)
“hipotesis adalah dugaan terhadap hubungan antara dua variable atau
lebih.” Kemudian Sudjana (2005:219) mengartikan “hipotesis adalah
asumsi atau dugaan mengenai suatu hal yang dibuat untuk menjelaskan
hal itu yang sering dituntut untuk melakukan pengecekannya.” Hipotesis
penelitian yaitu hipotesis yang dirumuskan untuk menjawab permasalahan
dengan menggunakan teori-teori yang ada hubungannya (relevan) dengan
masalah penelitian dan belum berdasarkan fakta serta dukungan data yang
nyata di lapangan.
Berdasarkan tinjauan teoritis dan rumusan masalah yang telah
dikemukakan, maka hipotesis penelitian ini adalah :
H1
H
:Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil analisis
kebangkrutan Model Altman Z-score dan Model Springate pada
perusahaan manufaktur makanan dan minuman yang terdaftar di
BEI.
2 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil analisis
kebangkrutan Model Altman Z-score dan Model Springate pada
perusahaan manufaktur makanan dan minuman yang terdaftar di
42 H3
H
: Model Altman Z-Score memilliki tingkat keakuratan yang lebih baik
dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan daripada Model
Springate.
4 : Model Springate memilliki tingkat keakuratan yang lebih baik dalam
memprediksi kebangkrutan perusahaan daripada Model Altman