• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Sifat Mekanik Material Komposit Polimer Berongga Dengan Variasi Polyurethan Yang Akan Digunakan Pada Pesawat UAV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Sifat Mekanik Material Komposit Polimer Berongga Dengan Variasi Polyurethan Yang Akan Digunakan Pada Pesawat UAV"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komposit

Komposit adalah suatu material yang terdiri dari campuran atau kombinasi dua atau lebih material baik secara mikro atau makro, dimana sifat material yang tersebut berbeda bentuk dan komposisi kimia dari zat asalnya (Smith, 1996). Komposit juga suatu perpaduan dari bahan yang dipilih berdasarkan kombinasi sifat fisik masing-masing material penyusun untuk menghasilkan material baru dengan sifat yang unik dibandingkan sifat material dasar sebelum dicampur dan terjadi ikatan permukaan antara masing-masing material penyusun.

Dengan adanya perbedaan dari material penyusunnya maka komposit antara material harus berikatan dengan kuat,sehingga perlu adanya penambahan wetting agent. Pendapat lain mengatakan bahwa komposit adalah sebuah kombinasi material yang berfasa padat yang terdiri dari dua atau lebih material secara skala makroskopik yang mempunyai kualitas lebih baik dari material pembentuknya (Jacob, 1994). Dari sekian banyak jenis material pembentuk komposit, semuanya dapat dikelompokkan ke dalam tiga bagian, yaitu matriks, material penguat (reinforcement)dan material pengisi (filler).

Komposit dapat didefinisikan sebagai gabungan serat-serat dan resin. Penggabungannya sangat beragam, fiber atau serat ada yang diatur memanjang (unidirectional composites), ada yang dipotong-potong kemudian dicampur secara acak (random fibers), ada yang dianyam silang lalu dicelupkan dalam resin (cross-ply laminae), dan lainnya.

(2)

komposit antara lain yaitu memiliki kekuatan yang dapat diatur (tailorability), tahanan lelah (fatigue resistance) yang baik, tahan korosi, dan memiliki kekuatan jenis (rasio kekuatan terhadap berat jenis) yang tinggi.

2.1.1 Karakteristik dan Aplikasi Bahan Komposit

Komposit didefinisikan sebagai dua macam atau lebih material yang digabungkan atau dikombinasikan dalam skala makroskopis (dapat terlihat langsung oleh mata)sehingga menjadi material baru yang lebih berguna.

Tahap pertama peringkat atassuatu bahan yang terdiri dari dua atau lebih atom yang berbeda bolehlah dikatakan sebagai bahan komposit. Ini termasuk alloypolimer dan keramik. Bahan-bahan yang terdiri dari unsur asal saja yang tidak termasuk dalam peringkatini.

Tahap kedua peringkat mikrostruktur suatu bahan yang terdiri dari dua atau lebih struktur molekul atau fasa merupakan suatu komposit. Mengikuti definisi ini banyak bahan yang secara tradisional dikenal sebagai komposit seperti kebanyakan bahan logam. Contoh besi keluliyang merupakan alloy multifusi yang terdiri dari karbon dan besi.

Tahap ketiga peringkat makrostruktur merupakan gabungan bahan yang berbeda komposisi atau bentuk bagi mendapatkan suatu sifat atau ciri tertentu. Dimana konstituen gabungan masih tetap dalam bentuk asal, dimana dapat ditandai secara fisik dan melihatkan kesan antara muka antara satu sama lain. Dari beberapa definisi diatas,maka dapat disimpulkan bahwa,bahan komposit adalah bahanyang heterogen yang terdiri daridari fasa tersebar dan fasa yangberterusan.

(3)

dari komposit. Bahan komposit memiliki banyak keunggulan, diantaranya berat yang lebih ringan, kekuatan yang lebih tinggi, tahan korosi, memiliki biaya perakitan yang lebih murah dan memiliki densitas yang rendah.

2.2 Material Komposit

Material komposit adalah material yang terbuat dari dua bahan atau lebih yang tetap terpisah dan berbeda dalam level makroskopik selagi membentuk komponen tunggal. Dalam tulisan ini dibahas rekayasa material komposit epoxy dan serat gelas yang diterapkan pada pembuatan bejana tekan. Susunan serat yang digunakan adalah serat yang telah dibentuk sebagai woven 0°, dan 90° fabrics preform. Geometri komponen dirancang dengan memperhatikan bentuk aerodinamika struktur, sehingga dapat mengurangi hambatan (drag) fluida udara ketika digunakan.

Pada umumnya konsep material komposit yang dibuat dapat dibagi kedalam tiga kelompok utama :

1.Komposit Matrik Polimer (Polymer Matrix Composites – PMC) Bahan ini merupakan bahan komposit yang sering digunakan disebut, Polimer Berpenguatan Serat (FRP – Fibre Reinforced Polymers or Plastics) – bahan ini menggunakan suatu polimer- berdasar resin sebagai matriknya, dan suatu jenis serat seperti kaca, karbon dan aramid (Kevlar) sebagai penguatannya.

2.Komposit Matrik Logam (Metal Matrix Composites – MMC) Ditemukan berkembang pada industri otomotif, bahan ini menggunakan suatu logam seperti aluminium sebagai matrik dan penguatnya dengan serat seperti silikon karbida.

(4)

2.2.1 Klasifikasi Komposit

Menurut bentuk material penyusunnya, komposit dapat dibedakan menjadi

lima jenis, (M.M Schwartz, 1984) yaitu :

1. Komposit serat (Fibrous composite)

2. Komposit laminat (Laminate composite)

3. Komposit sketal (Filled)

4. Komposit serpih (Flake)

5. Komposit partikel (Particulate composite)

Lembaran komposit disebut sebagai lamina, Serat yang dipakai seperti di

industri pesawat terbang biasanya terbuat dari karbon dan gelas, sedangkan resinnya

adalah epoxy, sejenis polimer. Tebal lamina untuk komposit serat karbon adalah

0.125 mm. Komposit karbon/epoxy ini dibuat dari impregnation ply atau

pre-preg.

Komposit memiliki sifat mekanik yang lebih bagus dari logam, kekakuan

jenis (modulus Young/density) dan kekuatan jenisnya lebih tinggi dari logam.

Beberapa lamina komposit dapat ditumpuk dengan arah orientasi serat yang berbeda,

gabungan lamina ini disebut sebagai laminat.

Komposit dibentuk dari dua jenis material yang berbeda, yaitu:

1. Penguat (reinforcement), yang mempunyai sifat kurang ductile tetapi

lebih rigid serta lebih kuat, dalam penelitian kali ini penguat komposit yang

digunakan yaitu dari serat glass.

2. Matriks, umumnya lebih ductile tetapi mempunyai kekuatan dan

rigiditas yang lebih rendah.

Secara garis besar ada 3 macam jenis komposit berdasarkan penguat yang

digunakannya, yaitu :

1. Fibrous Composites ( Komposit Serat ) Merupakan jenis komposit

yang hanya terdiri dari satu lamina atau satu lapisan yang menggunakan penguat

(5)

aramid fibers (poly aramide), dan sebagainya. Fiber ini bisa disusun secara acak

maupun dengan orientasi tertentu bahkan bisa juga dalam bentuk yang lebih

kompleks seperti anyaman.

Gambar 2.1 Fibrous Composites

2. Laminated Composites ( Komposit Laminat ) Merupakan jenis

komposit yang terdiri dari dua lapis atau lebih yang digabung menjadi satu dan setiap

lapisnya memiliki karakteristik sifat sendiri.

Gambar 2.2 Laminated Composites

3. Particulate Composites ( Komposit Partikel ) Merupakan komposit

yang menggunakan partikel/serbuk sebagai penguatnya dan terdistribusi secara

merata dalam matriksnya.

(6)

Keunggulan komposit dapat dilihat dari sifat-sifat bahan pembentuknya serta

ciri-ciri komposit itu sendiri, antara lain:

1. Bahan ringan, kuat dan kaku.

2. Struktur mampu berubah mengikuti perubahan keadaan sekitarnya.

3. Unggul atas sifat-sifat bahan teknik yang diperlukan, kekuatan yang

tinggi, keras, ringan serta tahan terhadap impak.

Dalam desain struktur pada penelitian ini, jenis matriks yang akan digunakan

adalah Polyester resin BQTN 157 dan penguat serat BKS. Matriks ini tergolong jenis

polimer thermoset yang memiliki sifat dapat mengeras pada suhu kamar dengan

penambahan katalis tanpa pemberian tekanan ketika proses pembentukannya.

Tabel 2.1. Karakteristik mekanik polyester resin BQTN 157.

Sumber : Georgios Koronis, et al., 2012

2.3 Komposit dari serat alam

Sepanjang kebudayaan manusia penggunaan serat alam sebagai salah satu

material pendukung kehidupan, mulai dari serat ijuk sebagai bahan bangunan, serat

nanas atau tanaman kayu sebagai bahan sandang dan serat alam yang dapat

digunakan untuk membuat tambang. Seiring dengan perkembangan teknologi bahan,

peran serat-serat alam mulai tergantikan oleh jenis bahan serat sintetik seperti serat

(7)

material, serat alam kembali “dilirik” oleh peneliti untuk dijadikan sebagai bahan

penguat komposit.

Elastis, kuat, melimpah, ramah lingkungan dan biaya produksi yang lebih

rendah merupakan kelebihan yang dimiliki oleh serat alam. Selain itu juga terdapat

kekurangan dari jenis serat ini terutama kekuatan yang tidak selalu merata. Jenis-jenis

serat alam seperti misalnya ; Sisal , Flex, Hemp, Jute, Rami, Kelapa, mulai digunakan

sebagai bahan penguat untuk komposit polimer. Bahan komposit merupakan hasil

penggabungan dari dua jenis atau lebih bahan yang memberikan sifat berbeda dari

pada bahan-bahan tersebut jika dalam keadaan terpisah. Filosofinya adalah efek

kombinasi dari bahan-bahan penyusunnya.

Umumnya dalam komposit terdapat bahan yang disebut sebagai “matriks” dan

bahan “penguat”. Bahan matriks umumnya dapat berupa logam, polimer, keramik,

karbon. Matriks dalam komposit berfungsi untuk mendistribusikan beban kedalam

seluruh material penguat komposit. Sifat matriks biasanya “ulet” (ductile). Bahan

penguat dalam komposit berperan untuk menahan beban yang diterima oleh material

komposit.

Sifat bahan penguat biasanya kaku dan tangguh. Bahan penguat yang umum

digunakan selama ini adalah serat karbon, serat gelas, keramik. Serat alam sebagai

jenis serat yang memiliki kelebihan-kelebihan mulai diaplikasikan sebagai bahan

penguat dalam komposit polimer.

Gambar 2.4 Serat Batang Kelapa Sawit

Industri yang paling gencar menggunakan serat alam sebagai material penguat

(8)

Amerika-Jerman ini mulai meneliti dan menggunakan bahan komposit polimer berbasis serat-serat alam.

Bahan komposit ini terutama digunakan sebagai bahan eksterior mobil. Berdasarkan hasil pengembangan mereka dapat diperoleh bahan komposit polimer – serat alam dengan kekuatan 40% lebih kuat dan lebih ringan daripada komposit polimer-serat gelas. Lebih ringan berarti bisa mengurangi bobot total kendaraan yang pada akhirnya dapat berkontribusi dalam penghematan bahan bakar.

Proses pembuatan komposit berbasis serat alam relatif lebih murah dan lebih ramah lingkungan. Pembuatannya mengkonsumsi energi sekitar 70% lebih rendah dibandingkan komposit polimer-serat gelas. Dari segi ekologi, selain kadar karbon yang dihasilkan saat pembuatan lebih rendah, bahan komposit polimer berbasis serat alam ini dapat didaur ulang untuk digunakan kembali (walaupun dari segi kinerja sudah jauh menurun). Aplikasi yang sudah digunakan sejauh ini adalah komposit polimer diperkuat serat alam untuk proses manufacturing produk otomotif.

Indonesia sebagai Negara dengan keaneka ragaman hayati yang luas memiliki peluang yang besar untuk mengeksplorasi pemanfaatan bahan serat alam sebagai penguat material komposit. Karena sifat kekuatan serat alam ini bervariasi maka pemanfaatannya akan bervariasi mulai dari bahan komposit untuk penggunaan yang ringan dan tidak terlalu memerlukan kekuatan tinggi sampai bahan komposit untuk penggunaan yang memerlukan kekuatan dan ketangguhan tinggi.

Sejauh ini beberapa institusi pendidikan dan penelitian sudah mulai melakukan penelitian penggunaan serat alam sebagai bahan penguat untuk komposit. Mulai dari serat kelapa, serat eceng gondok, serat aren.

2.4 Uji tarik

Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu

(9)

digunakan untuk mengukur ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang

diberikan secara lambat.

Gambar 2.5. Mesin uji tarik dilengkapi spesimen ukuran standar.

Seperti pada gambar 2.5 benda yang di uji tarik diberi pembebanan pada

kedua arah sumbunya. Pemberian beban pada kedua arah sumbunya diberi beban

yang sama besarnya.

Pengujian tarik adalah dasar dari pengujian mekanik yang dipergunakan pada

material. Dimana spesimen uji yang telah distandarisasi, dilakukan pembebanan

uniaxial sehingga spesimen uji mengalami peregangan dan bertambah panjang hingga

akhirnya patah. Pengujian tarik relatif sederhana, murah dan sangat terstandarisasi

dibanding pengujian lain. Hal-hal yang perlu diperhatikan agar penguijian

menghasilkan nilai yang valid adalah bentuk dan dimensi spesimen uji, pemilihan

grips dan lain-lain.

2.4.1 Bentuk dan Dimensi Spesimen uji

Spesimen uji harus memenuhi standar dan spesifikasi dari ASTM D638.

Bentuk dari spesimen penting karena kita harus menghindari terjadinya patah atau

retak pada daerah grip atau yang lainnya. Jadi standarisasi dari bentuk spesimen uji

dimaksudkan agar retak dan patahan terjadi di daerah gage length.

Beban yang diberikan pada bahan yang di uji ditransmisikan pada pegangan

bahan yang di uji. Dimensi dan ukuran pada benda uji disesuaikan dengan estándar

(10)

Gambar 2.6. Dimensi dan ukuran spesimen untuk uji tarik

Kurva tegangan-regangan teknik dibuat dari hasil pengujian yang didapatkan.

Gambar 2.7. Contoh kurva uji tarik

Tegangan yang digunakan pada kurva adalah tegangan membujur rata-rata

dari pengujian tarik. Tegangan teknik tersebut diperoleh dengan cara membagi beban

yang diberikan dibagi dengan luas awal penampang benda uji. Dituliskan seperti

dalam persamaan 2.1 berikut:

σ= P/A0………(1) Keterangan ;

 σ : besarnya tegangan (kg/mm2 )  P : beban yang diberikan (kg)

(11)

Regangan yang digunakan untuk kurva tegangan-regangan teknik adalah

regangan linier rata-rata, yang diperoleh dengan cara membagi perpanjangan yang

dihasilkan setelah pengujian dilakukan dengan panjang awal. Dituliskan seperti

dalam persamaan berikut.

Persamaannya dituliskan dalam persamaan

………(2)

Keterangan :

 e : Besar regangan

 L : Panjang benda uji setelah pengujian (mm)

 Lo : Panjang awal benda uji (mm)

Bentuk dan besaran pada kurva tegangan-regangan suatu logam tergantung

pada komposisi, perlakuan panas, deformasi plastik, laju regangan, temperatur dan

keadaan tegangan yang menentukan selama pengujian. Parameter-parameter yang

digunakan untuk menggambarkan kurva tegangan-regangan logam adalah kekuatan

tarik, kekuatan luluh atau titik luluh, persen perpanjangan dan pengurangan luas. Dan

parameter pertama adalah parameter kekuatan, sedangkan dua yang terakhir

menyatakan keuletan bahan.

Bentuk kurva tegangan-regangan pada daerah elastis tegangan berbanding

lurus terhadap regangan. Deformasi tidak berubah pada pembebanan, daerah

remangan yang tidak menimbulkan deformasi apabila beban dihilangkan disebut

daerah elastis. Apabila beban melampaui nilai yang berkaitan dengan kekuatan luluh,

benda mengalami deformasi plastis bruto. Deformasi pada daerah ini bersifat

permanen, meskipun bebannya dihilangkan. Tegangan yang dibutuhkan untuk

menghasilkan deformasi plastis akan bertambah besar dengan bertambahnya

regangan plastik.

Pada mulanya pengerasan regang lebih besar dari yang dibutuhkan untuk

mengimbangi penurunan luas penampang lintang benda uji dan tegangan teknik

(sebanding dengan beban F) yang bertambah terus, dengan bertambahnya regangan.

(12)

dibandingkan pertambahan deformasi beban yang diakibatkan oleh pengerasan

regang. Keadaan ini untuk pertama kalinya dicapai pada suatu titik dalam benda uji

yang sedikit lebih lemah dibandingkan dengan keadaan tanpa beban.

Seluruh deformasi plastis berikutnya terpusat pada daerah tersebut dan benda

uji mulai mengalami penyempitan secara lokal. Karena penurunan luas penampang

lintang lebih cepat daripada pertambahan deformasi akibat pengerasan regang, beban

sebenarnya yang diperlukan untuk mengubah bentuk benda uji akan berkurang dan

demikian juga tegangan teknik pada persamaan (1) akan berkurang hingga terjadi

patah.

Dari kurva uji tarik yang diperoleh dari hasil pengujian akan didapatkan

beberapa sifat mekanik yang dimiliki oleh benda uji, sifat-sifat tersebut antara lain

[Dieter, 1993]:

1. Keuletan dari material

2. Modulus elastic dari material

2.4.2 Pengukuran Keliatan (keuletan)

Keuleten adalah kemampuan suatu bahan sewaktu menahan beban pada saat

diberikan penetrasi dan akan kembali ke baentuk semula.Secara umum pengukuran

keuletan dilakukan untuk memenuhi kepentingan tiga buah hal [Dieter, 1993]:

Untuk menunjukan elongasi di mana suatu logam dapat berdeformasi tanpa

terjadi patah dalam suatu proses suatu pembentukan logam, misalnya pengerolan dan

ekstrusi.

Untuk memberi petunjuk secara umum kepada perancang mengenai

kemampuan logam untuk mengalir secara pelastis sebelum patah. Sebagai petunjuk

adanya perubahan permukaan kemurnian atau kondisi pengolahan.

2.4.3 Modulus Elastisitas

Modulus Elastisitas adalah ukuran kekuatan suatu bahan akan

keelastisitasannya. Makin besar modulus, makin kecil regangan elastik yang

(13)

antar atom, karena gaya-gaya ini tidak dapat dirubah tanpa terjadi perubahan

mendasar pada sifat bahannya. Maka modulus elastisitas salah satu sifat-sifat

mekanik yang tidak dapat diubah. Sifat ini hanya sedikit berubah oleh adanya

penambahan paduan, perlakuan panas, atau pengerjaan dingin.

Secara matematis persamaan modulus elastic dapat ditulis sebagai berikut.

………(3)

Keterangan ;

 E : Besar modulus elastisitas (kg/mm2),  e : regangan

 σ : Tegangan (kg/mm2)

Tabel 2.2 Harga modulus elastisitas pada berbagai suhu [Askeland, 1985]

Modulus Elastisitas, psi x 106

Bahan Suhu Kamar 4000F 8000F 10000F 12000F

Baja Karbon 30,0 27,0 22,5 19,5 18,0

Baja Tahan Karat Austenit 28,0 25,5 23,0 22,5 21,0

Paduan Titanium 16,5 14,0 10,7 10,1

Paduan Aluminium 10,5 9,5 7,8

2.5 Kekuatan Tekan

Kekuatan tekan adalah kapasitas dari suatu bahan atau struktur dalam

menahan beban yang akan mengurangi ukurannya. Kekuatan tekan dapat diukur

dengan memasukkannya ke dalam kurva tegangan-regangan dari data yang

didapatkan dari mesin uji. Beberapa bahan akan patah pada batas tekan, beberapa

mengalami deformasi yang tidak dapat dikembalikan. Deformasi tertentu dapat

dianggap sebagai batas kekuatan tekan, meski belum patah, terutama pada bahan

yang tidak dapat kembali ke kondisi semula (irreversible). Pengetahuan mengenai

(14)

dapat diukur dengan mesin uji servo. Pengujian kekuatan tekan, seperti halnya

pengujian kekuatan tarik, dipengaruhi oleh kondisi pengujian (penyiapan spesimen,

kondisi kelembaban dan temperatur ruang uji, dan sebagainya).

Pada umumnya material komposit dibentuk dalam dua jenis fasa, yaitu fasa

matriks dan fasa penguat. Fasa matriks adalah material dengan fasa kontinu yang

selalu tidak kaku dan lemah. Sedangkan fasa penguat selalu lebih kaku dan kuat,

tetapi lebih rapuh. Penggabungan kedua fasa tersebut yang dilakukan secara

makroscopik menghasilkan material yang dapat mendistribusikan beban yang

diterima disepanjang penguat, sehingga material menjadi lebih tahan terhadap

pengaruh beban tersebut.

Perilaku mekanik dapat didefinisikan sebagai suatu reaksi yang timbul akibat

dari adanya suatu aksi atau gangguan. Sebagai contoh salah satu gangguan yang

diberikan terhadap suatu material adalah gaya, dan respon yang ditimbulkan akibat

gaya yang diberikan tersebut adalah berupa tegangan, regangan, retak, patah, dan

lain-lainnya. Respon yang dihasilkan tentunya dapat memberikan informasi mengenai

sifat dan kerakteristik suatu material tersebut.

Penyelidikan respon statik suatu material atau struktur merupakan rangkaian

kegiatan dalam mempelajari perubahan bentuk dan kerusakan akibat pembebanan

tertentu. Kegiatan tersebut merupakan tindakan dasar untuk menanggulangi

terjadinya kegagalan material dalam aplikasi teknik. Salah satu kegiatan yang paling

dasar adalah melakukan pengujian dengan pembebanan tertentu terhadap sejumlah

sampel. Setelah respon material secara kualitatif diperoleh dari hasil pengujian atau

data yang tersedia, maka kesempatan untuk berhasil dalam mendesain suatu struktur

tertentu dapat dievaluasi. Respon dinamik material disebabkan beberapa faktor bukan

hanya dibatasi dengan tekanan statik dan dinamik saja melainkan tingkat kapasitas

pembebanan segala arah dan beberapa impuls kondisi pembebanan.

2.5.1 Beban Tekan Statik Aksial

Perilaku mekanik yang terjadi terhadappolymeric foam dapat dilihat melalui

(15)

setiap jenis pembebanan.

Untuk beban statik aksial, tipikal kurva tegangan-regangan ditunjukkan pada

Gambar 2.8. Disepanjang garis kurva terdapat tiga tingkat respon, yaitu: perilaku

elastis (linear-elastic respon), plastisitas (plateau), dan densification yang ditandai

dengan peningkatan tegangan yang sangat cepat. Pada fasa pertama (linear-elastic

respon) tegangan bertambah secara linear dengan perubahan bentuk dan regangan

yang terjadi. Fasa kedua (plateau) adalah karakteristik yang ditandai dengan

perubahan bentuk yang kontinu pada tegangan yang relatif konstan yang dikenal

dengan stress atau collapse plateau. Dan fasa ketiga deformasi adalah densifikasi,

dimana tegangan (stress) meningkat tajam dan foam mulai merespon dengan

pemadatan solid. Pada fasa ini struktur sel material foam mengalami kegagalan dan

deformasi, selanjutnya menerima penekanan dari material foam padat tersebut.

Mekanisme yang dikaitkan dengan collapse plateau adalah berbeda-beda tergantung

pada sifat dinding sel.

Gambar 2.8. Tipikal kurva respon tegangan-regangan terhadap material

foamakibat beban tekan statik aksial.

Untuk foam yang fleksibel, collapse plateau terjadi karena tekuk elastik

(elastic buckling)dari dinding sel. Untuk kekakuan dan kegetasan foam, plastic yield

dan brittle crushing dinding sel adalah mekanisme utama kegagalan yang

berulang-ulang. Secara skematis, pengujian beban tekan statik diilustrasikan pada Gambar 2.9.

Gambar

Gambar 2.1 Fibrous Composites
Gambar 2.4 Serat Batang Kelapa Sawit
Gambar 2.5. Mesin uji tarik dilengkapi spesimen ukuran standar.
Gambar 2.6. Dimensi dan ukuran spesimen untuk uji tarik
+3

Referensi

Dokumen terkait

Oleh sebab itu, agar hubungan antar peraturan perundang-undangan yang satu dengan lainnya dapat terjalin dengan harmonis, baik vertikal, maupun

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi 1) Upaya peningkatan kesiapan kerja peserta didik lulusan SMK Negeri 1 Karanganyar; 2) Kendala yang menghambat

Oleh yang demikian, penyelidik ingin mengenal pasti adakah pembinaan Modul Pengajaran Kendiri (MPK) Pendimensian dan Teks berpandukan Model Teras-Cabang (Shaharom Noordin,

Keseluruhan harta pusaka dan harta benda si mati, boleh alih dan tak boleh alih, yang berada dalam bidang kuasa tidak termasuk apa yang si mati memiliki atau berhak mendapat

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ikan Sili yang ditemukan dari Sungai Ngrowo, Kabupaten Tulungagung secara morfologi merupakan genus

berdasarkan Surat Edaran PT Bank Rakyat Indonesia Nomor : S.12-DIR/ADK/5/2013 tentang restrukturisasi kredit dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/15/PBI/2012

Perlindungan hukum represif merupakan perlindungan akhir berupa sanksi seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan apabila sudah terjadi sengketa atau

Berdasarkan uji rank spearman diperoleh nilai r s 0,517 untuk Sarana belajar di rumah dengan hasil belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Geografi Siswa Kelas X SMA