• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Komposisi Dan Lama Perendaman Serat Palem Saray Terhadap Sifat Komposit Dengan Matriks Poliester

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Komposisi Dan Lama Perendaman Serat Palem Saray Terhadap Sifat Komposit Dengan Matriks Poliester"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Komposit

Komposit adalah suatu jenis bahan baru hasil rekayasa yang terdiri dari dua atau

lebih bahan dimana sifat masing-masing bahan berbeda satu sama lainnya, baik itu sifat kimia

maupun fisikanya dan tetap terpisah dalam hasil akhir bahan tersebut (Nurun, 2013). Material

komposit dapat didefinisikan sebagai kombinasi dari dua atau lebih bahan yang menghasilkan

sifat yang lebih baik daripada sifat bahan penyusunnya (Campbell, 2010). Menurut Lokantara

(2012), komposit adalah suatu material yang terbentuk dari kombinasi dua atau lebih

material, dimana sifat mekanik dari material pembentuknya berbeda-beda dimana satu

material sebagai fasa pengisi (matriks), dan yang lainnya sebagai fase penguat

(reinforcement).

Pada umumnya suatu bahan komposit adalah tunggal, dimana merupakan susunan dari

paling tidak terdapat dua unsur yang bekerja bersama untuk menghasilkan sifat-sifat bahan

yang berbeda terhadap sifat unsur bahan penyusunnya. Dalam prakteknya komposit terdiri

dari suatu bahan utama (matriks) dan suatu jenis penguatan (reinforcement) yang

ditambahkan untuk meningkatkan kekuatan dan kekakuan matrik. Penguatan ini biasanya

dalam bentuk serat (fibre / fiber). Beberapa faktor yang mempengaruhi Fiber - Matriks

Composite antara lain:

1. Jenis serat, serat digunakan untuk dapat memperbaiki sifat dan struktur matik, mampu

menjadi bahan penguat matrik pada komposit untuk menahan gaya yang terjadi.

2. Orientasi serat, menentukan kekuatan mekanik komposit yang mempengaruhi kinerja

komposit tersebut.

3. Panjang serat, sangat berpengaruh terhadap kekuatan dimana serat panjang lebih kuat

dibandingkan serat pendek.

4. Bentuk serat, pada umumnya semakin kecil diameter serat akan menghasilkan

kekuatan komposit yang semakin tinggi.

(2)

melindungi dari perusakan eksternal, meneruskan atau memindahkan beban eksternal

pada bidang geser antara serat dan matrik.

6. Ikatan serat-matrik, keberadaan void dalam komposit akan mengurangi kekuatan

komposit yang disebabkan ikatan interfacial antara matrik dan serat yang kurang

besar.

7. Katalis / pengeras, digunakan untuk membantu proses pengeringan resin dan serat

dalam komposit. (Setyawan, 2012).

2.1.1 Manfaat Bahan Komposit

Bahan komposit dapat digunakan dalam berbagai bidang, seperti :

1. Luar angkasa : komponen pesawat terbang, komponen

helikopter, dan komponen satelit.

2. Auto mobile : komponen mobil, komponen kereta, komponen

mesin.

3. Olahraga dan rekreasi : stik golf, sepatu olahraga, raket tenis, sepeda.

4. Industri pertahanan : komponen jet tempur, peluru, komponen kapal

selam.

5. Industri pembinaan : jembatan, terowongan, tank.

6. Kesehatan : kaki palsu, sambungan sendi pada pinggang.

7. Marine/kelautan : kapal layar, kayak.

2.1.2 Klasifikasi Komposit

Menurut (Schwartz,1984), secara garis besar ada lima jenis komposit berdasarkan penguat

yang digunakan yaitu:

1. Komposit serat (fiber composite)

Merupakan jenis komposit yang hanya terdiri dari satu lamina atau satu lapisan

menggunakan serat penguat. Serat yang digunakan biasanya berupa serat gelas, serat

karbon, serat aramid, dan sebagainya. Serat ini bisa disusun secara acak maupun

dengan orientasi tertentu bahkan bisa juga dalam bentuk yang lebih kompleks seperti

(3)

bagian yaitu:

 Komposit serat pendek (short fiber composite)

Komposit yang diperkuat dengan serat pendek umumnya sebagai

matriknya adalah resin termoset yang amorf atau semikristalin. Material

komposit yang diperkuat dengan serat pendek dapat dibagi menjadi dua bagian, :

a) Material komposit yang diperkuat dengan serat pendek yang mengandung

orientasi secara acak (inplane random orientation). Secara acak biasanya

derajat orientasi dapat terjadi dari suatu bagian ke bagian yang lain. Akibat

langsung dari distribusi acak serat ini adalah nilai fraksi volume lebih rendah

dalam material yang menyebabkan bagian resin lebih besar. Fraksi berat yang

lebih rendah berhubungan dengan ketidakefisienan balutan dan

batasan-batasan dalam proses pencetakan.

b) Material komposit yang diperkuat dengan serat pendek yang terorientasi atau

sejajar antara satu dengan yang lain. Tujuan pemakaian serat pendek adalah

memungkinkan pengolahan yang lebih mudah, lebih cepat, produksi yang

lebih murah, dan lebih beraneka ragam (Emma,1992).

 Komposit serat panjang (longfiber composite)

Keistimewaan komposit serat panjang adalah akan lebih mudah untuk

diorientasikan, jika dibandingkan dengan serat pendek. Walaupun demikian serat

pendek memiliki rancangan yang lebih banyak. Secara teoritis, serat panjang

dapat menyalurkan pembebanan atau tegangan dari suatu titik pemakaiannya.

Pada prakteknya hal ini tidak mungkin terjadi, karena variabel pembuatan

komposit serat panjang tidak mungkin memperoleh kekuatan tarik melampaui

panjang nya.

Perbedaan serat panjang dan serat pendek yaitu serat pendek dibebani secara

tidak langsung, atau kelemahan matriks akan menentukan sifat dari produk

komposit tersebut yakni jauh lebih kecil dibandingkan dengan besaran yang

terdapat pada serat panjang. Bentuk serat panjang memiliki kemampuan yang

tinggi, disamping itu kita tidak perlu memotong-motong serat.

Fungsi penggunaan serat sebagai penguat secara umum adalah sebagai bahan

yang dimaksudkan untuk memperkuat komposit, disamping itu penggunakan

(4)

bahan komposit yang lebih kuat, kokoh, dan tangguh jika dibandingkan produk

bahan komposit yang tidak menggunakan serat penguat (Emma,1992).

(a) (b) (c) (d)

Gambar 2.1 Komposit Serat (fibrous composites ) ; (a) Continous Fiber Composite (b)Woven fiber composite (c) Chopped Fiber Composite (d) Hybrid Composite

2. Komposit laminat (laminated composite)

Merupakan jenis komposit yang terdiri dari dua lapis atau lebih yang digabungkan

menjadi satu, dan setiap lapisannya memiliki karakteristik khusus. Komposit laminat

ini terdiri dari empat jenis, yaitu komposit serat kontinyu, komposit serat anyam,

komposit serat acak, dan komposit serat hibrid.

Komposit yang terdiri dari lapisan yang diperkuat oleh matrik sebagai contoh adalah

plywood yangs erring digunakan bahan bangunan dan kelengkapannya. Pada

umumnya, manipulasi makroskopis yang dilakukan yang tahan terhadap korosi, kuat,

dan tahan terhadap temperatur.

(5)

3. Komposit pertikel (particulated composite)

Merupakan komposit yang menggunakan partikel atau serbuk sebagai penguatnya dan

terdistribusi secara merata dalam matriks. Komposit yang terdiri dari partikel dan

matriks yaitu butiran (batu, pasir) yang diperkuat semen yang kita jumpai sebagai

beton, senyawa komplek ke dalam senyawa komplek. Komposit partikel merupakan

produk yang dihasilkan dengan menempatkan partikel-partikel dan sekaligus

mengikatnya dengan suatu matriks bersama-sama dengan satu atau lebih unsur-unsur

perlakuan seperti panas, tekanan, kelembaban, katalisator dan lain-lain. Komposit

partikel ini berbeda dengan jenis serat acak sehingga bersifat isotropis. Kekuatan

komposit serat dipengaruhi oleh tegangan koheren diantara fase partikel dan matriks

yang menunjukkan sambungan yang baik.

Gambar 2.3 Komposit Partikel

4. Komposit serpihan (flake composite)

Pengertian dari serpihan adalah partikel kecil yang telah ditentukan sebelumnyayang

dihasilkan dalam peralatan yang khusus dengan orientasi serat sejajar permukaannya.

Suatu komposit serpihan terdiri atas serpih-serpih yang saling menahan dengan

mengikat permukaan atau dimasukkan kedalam matriks. Sifat-sifat khusus yang dapat

diperoleh dari serpihan adalah bentuknya besar dan datar sehingga dapat disusun

dengan rapat untuk menghasilkan suatu bahan penguat yang tinggi untuk luas

penampang lintang tertentu. Pada umumnya serpihan-serpihan saling tumpang tindih

pada suatu komposit sehingga dapat membentuk lintasan fluida ataupun uap yang

(6)

5. Komposit pengisi (filler composite)

Komposit ini terdiri dari struktur sambungan tiga dimensi yang menerobos struktur

dimensi atau impregnasi dengan dua phase material pengisi. Pengisi juga mempunyai

bentuk tiga dimensi yang ditentukan oleh kekosongan di dalam matriks.

2.2 Serat

Serat secara umum terdiri dari dua jenis yaitu serat alam dan serat sintetis. Serat alam

adalah serat yang diperoleh langsung dari alam. Serat atau fiber dalam bahan komposit

berperan sebagai bagian utama penahan beban, sehingga besar kecilnya kekuatan bahan

komposit sangat tergantung dari kekuatan serat pembentuknya. Semakin kecil bahan

(diameter serat mendekati ukuran kristal) maka semakin kuat bahan tersebut, karena

minimnya cacat pada material (Oroh dkk, 2013).

Serat merupakan bahan yang kuat, kaku, dan getas. Karena serat yang terutama

menahan gaya luar, ada dua hal yang membuat serat menahan gaya yaitu:

1. Perekatan (bonding) antara serat dan matriks (intervarsial bonding) sangat

baik dan kuat sehingga tidak mudah lepas dari matriks (debonding).

2. Kelangsingan (aspec ratio) yaitu perbandingan antara panjang serat dengan diameter

serat cukup besar.

Serat dicirikan oleh modulus dan kekuatannya yang sangat tinggi, elongasi (daya rentang

yang baik ), stabilitas panas yang baik, kemampuan untuk diubah menjadi filamen–filamen

dan sejumlah sifat–sifat lain yang bergantung pemakaian (Stevens,2001).

2.2.1 Serat sebagai Penguat

Secara umum dapat dikatakan bahwa fungsi serat adalah sebagai penguat bahan untuk

memperkuat komposit sehingga sifat mekaniknya lebih kaku, tangguh dan lebih kokoh

dibandingkan dengan tanpa serat penguat, selain itu serat juga menghemat penggunaan resin.

Dalam penggabungan antara serat dan resin, serat akan berfungsi sebagai penguat

(reinforcement) yang biasanya mempunyai kekuatan dan kekakuan tinggi, sedangkan resin

berfungsi sebagai perekat atau matrik untuk menjaga posisi serat, mentransmisikan gaya

(7)

rendah tetapi ulet, karena itu serat secara dominan akan menentukan kekuatan dan kekakuan

komposit.

Sifat mekanik komposit sangat dipengaruhi oleh orientasi seratnya, komposit bisa

bersifat quasi-isotropic ketika digunakan serat pendek yang diorientasikan secara acak,

anisotropic ketika digunakan serat panjang yang diorientasikan pada beberapa arah, atau

orthotropic ketika digunakan serat panjang yang diorientasikan terutama pada arah yang

saling tegak lurus. Kekuatan komposit sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis,

geometri, arah, distribusi, dan kandungan serat (Jamasri, 2008).

Beberapa syarat dari serat untuk dapat memperkuat matriks antara lain:

1. Mempunyai modulus elastisitas yang tinggi

2. Kekuatan lentur yang tinggi

3. Perbedaan kekuatan diameter serat harus relative sama

4. Mampu menerima perubahan gayadari matriks dan mampu menerima gaya yang

bekerja padanya.

2.2.2 Serat Alam

Serat secara umum terdiri dari dua jenis, yaitu serat alam dan serat sintetis. Serat alam

adalah serat yang dapat langsung diperoleh dari alam. Biasanya berupa serat yang dapat

langsung diperoleh dari tumbuh-tumbuhan dan binatang. Serat yang banyak digunakan oleh

manusia diantaranya adalah kapas, wol, sutera, pelepah pisang, sabut kelapa, ijuk, bambu,

nanas dan kenaf atau goni. Salah satu serat yang terbaru adalah serat palem saray. Serat

alam memiliki kelemahan yaitu ukuran serat yang tidak seragam, kekuatan serat sangat

dipengaruhi oleh usia.

2.2.3 Serat Sintetis

Serat sintetis adalah serat yang dibuat dari bahan-bahan anorganik dengan komposisi

kimia tertentu. Serat sintetis mempunyai beberapa kelebihan yaitu sifat dan ukurannya yang

relatif seragam, kekuatan serat dapat diupayakan sama sepanjang serat. Serat sintetis atau

serat yang dibuat oleh manusia umumnya dibuat menggunakan bahan petrokimia, yaitu bahan

kimia apapun yang diperoleh dari bahan bakar fosil. Ini termasuk bahan bakar fosil yang

telah dipurifikasi seperti metana, propona, butana, bensin, minyak tanah, bahan bakar disel,

(8)

pestisida, herbisida, pupuk, dan bahan -bahan seperti plastik, aspal, dan bahan serat buatan

lainnya. Tetapi ada juga serat sintetis yang dibuat dari selulosa alami seperti rayon. Serat

sintetis yang telah banyak digunakan antara lain serat gelas, serat karbon, kevlar, nylon, dan

lain-lain.

Perbedaan antara serat alami dan serat sintetis yang digunakan pada pembuatan

komposit dapat dilihat pada tabel perbandingan berikut :

Tabel 2.1 Perbandingan antara Serat Alami dan Serat Sintetis

Parameter Serat alam Serat sintesis

Massa jenis Rendah 2x serat alami

Biaya Rendah Lebih tinggi dari serat alam

Terbarukan Ya Tidak

Kemampuan didaur ulang Ya Tidak

Konsumsi energy Rendah Tinggi

Distribusi luas Luas Luas

Menetralkan CO2 Ya Tidak

Menyebabkan abrasi Tidak Ya

Resiko kesehatan Tidak Ya

Limbah Biodegradable Tidak Biodegradable

(9)

2.2.4 Serat Palem Saray (caryota mitis)

Indonesia merupakan negara yang kaya dengan berbagai jenis palem,

diperkirakan 460 jenis palem yang termasuk dalam 35 genus dan tersebar di seluruh

Indonesia (Muhaemin, 2012). Salah satunya jenis palem adalah palem saray, atau

palem ekor ikan, gandhuru. Dalam bahasa Inggris sering juga disebut fishtail palm,

dan dalam bahasa Thailand disebut juga tauran. Pohon palem saray banyak tumbuh di

kawasan hutan tropis pulau Sumatera Indonesia, yaitu di kawasan Bukit Barisan.

Serat palem saray merupakan serat alam yang sangat cocok digunakan sebagai

penguat pada pembuatan papan komposit, karena memiliki kekuatan mekanik yang

lebih besar dari serat alam lain nya seperti ijuk dan lain-lain.

Klasifikasi dari tumbuhan palem saray sendiri adalah sebagai berikut:

Kingdom: plantae (tumbuhan); Subkingdom: tracheobionta; Superdivisi:

spermatophyte; Kelas: liliopsida; Subkelas: arecidae; Ordo: arecales; Famili:

arecaceae; Genus: caryota; Spesies: caryota mitis lour.

(Plantamor, 2012)

(a) (b)

(10)

2.3 Matriks

Matriks adalah fasa dalam komposit yang mempunyai bagian atau fraksi volume

terbesar (dominan). Syarat pokok matriks yang digunakan dalam komposit adalah matrik

harus bisa meneruskan beban, sehingga serat harus bisa melekat pada matrik dan kompatibel

antara serat dan matrik, artinya tidak ada reaksi yang mengganggu. Umumnya matriks

dipilih yang mempunyai ketahanan panas yang tinggi (Jamasri, 2008).

Pada umumnya matriks berfungsi sebagai :

a. Untuk melindungi komposit dari kerusakan, baik kerusakan mekanik maupun

kimiawi.

b. Untuk mengalihkan / meneruskan beban dari luar kepada serat.

c. Sebagai pengikat.

d. mentransfer tegangan ke serat.

e. membentuk ikatan koheren permukaan matrik/serat.

Adapun sifat resin yang harus dimiliki adalah sebagai berikut :

1. Sifat-sifat mekanis yang bagus.

2. Sifat-sifat daya rekat yang bagus.

3. Sifat-sifat ketangguhan yang bagus.

4. Ketahanan terhadap degradasi lingkungan bagus .

(Ellyawan,2008)

Secara umum matriks terbagi atas 2 kelompok, yaitu :

1. Termoplastik, yaitu polimer yang bisa mencair dan melunak. Hal ini disebabkan

karena polimer - polimer tersebut tidak berikatan silang (linier atau bercabang)

biasanya bisa larut dalam beberapa pelarut. Termoplastik merupakan bahan yang

mudah menjadi lunak kembali apabila dipanaskan dan mengeras apabila didinginkan

sehingga pembentukan dapat dilakukan berulang-ulang karena mempunyai struktur

yang linier. Keistimewaan dari termoplastik ini adalah bahan-bahan termoplastik

yang telah mengeras dapat diolah kembali dengan mudah sedangkan termoset sulit

dan bahkan tidak bisa diolah kembali. Contoh termoplastik PVC (polivinil clorida),

(11)

2. Termoset, yaitu polimer yang tidak mau mencair atau meleleh jika dipanaskan.

Polimer - polimer termoset tidak bisa dibentuk dan tidak dapat larut karena

pengikatan silang, menyebabkan kenaikan berat molekul yang besar (Steven,2001).

Beberapa resin termoset yang sangat terkenal sering digunakan oleh masyarakat

umum: resin poliester dan epoksi (Beckwith,2012)

2.4 Matriks Poliester

Unsaturated Polyester (UP) merupakan jenis resin thermoset. Resin UP memiliki

sifat encer dan fluiditasnya baik sehingga dapat diaplikasikan mulai dari proses hand lay up

yang sederhana sampai dengan proses yang kompleks. Resin polyester merupakan resin

termoset (thermosetting) yang paling sering digunakan dalam pembuatan komposit.

Banyaknya penggunaan resin ini didasarkan pada pertimbangan harga relatif murah, curing

cepat, warna jernih, dan mudah penanganannya.

Katalis yang sering digunakan sebagai media untuk mempercepat pengerasan cairan

resin (curing) adalah hardener metyl etyl keton peroksida (MEKPO). Kadar penggunaan

hardener MEKPO adalah 1% pada suhu kamar. Curing merupakan proses pengeringan untuk

merubah material pengikat resin dari keadaan cair menjadi padat. Curing ini terjadi melalui

reaksi kopolimerisasi radikal antara molekul jenis vinil yang membentuk hubungan silang

melalui bagian tak jenuh dari polyester. Polyester berarti polimer yang disusun dari monomer

yang mengandung gugus ester. Resin polyester adalah polimer tak jenuh yang memiliki

ikatan kovalen ganda karbon–karbon rektif yang dapat dihubung–silangkan selama proses

curing guna membentuk suatu material thermosetting. Untuk membantu pencampuran yang

akurat antara resin dengan pengeras, produsen biasanya memformulasi komponen–komponen

untuk memberikan rasio sederhana dimana dapat mudah dicapai dengan mengukur volume

atau berat dari masing– masing komponen (Suwanto, 2012).

Resin polyester sebelum dicampur dengan zat pengeras/katalis, akan tetap dalam

keadan cair, dan akan mengeras setelah pencampuran dengan katalisnya setelah beberapa

menit sesuai dengan jenis dan banyaknya katalis yang digunakan dalam pencampuran.

Semakin banyak penggunaan katalis tersebut, maka waktu pengerasan cairan matriks (curing

time) akan semakin cepat. Akan tetapi, apabila kita mengikutib aturan berdasarkan standar

1% maka hal tersebut akan menyebabkan curing time menjadi semakin cepat, sehingga dapat

merusak produk komposit yang kita buat. Hal ini dikarenakan temperature ruangan pada saat

(12)

Sifat-sifat dari resin polyester adalah memiliki permukaan yang halus mengkilat, titik

leleh yang relatif tinggi, maka bahan ini unggul dalam kestabilan dimensi karena serapan

airnya dan koefisien ekspansi termalnya rendah. Bahan mempunyai kekakuan tinggi,

kekuatan mekanik yang unggul, tinggi dalam : ketahanan impak, ketahanan abrasi, koefisien

gesek, ketahanan melar, ketahanan retak tegangan, ketahanan cuaca juga baik (Surdia, 2005).

Spesifikasi dari resin polyester yang digunakan pada pembuatan papan komposit ini

dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 2.2 Spesifikasi Unsaturated Poliester Resin Yukalac 157 BQTN-EX

(Surdia, 2005).

2.5 Pengujian Sifat Fisis

2.5.1 Pengujian Densitas (density)

Densitas merupakan salah satu sifat fisis yang menunjukkan perbandingan antara

massa benda terhadap volumenya atau banyaknya massa zat per satuan volume.

Persamaan yang digunakan untuk menghitung densitas yaitu :

(

𝛒

) =

𝐦

𝐕

……… (2.1)

Item Satuan Nilai Tipikal Catatan

Berat jenis - 1,215 25 oC

Kekerasan - 40

Suhu distorsi panas oC 70

Penyerapan air % 0,188 24 Jam

Suhu ruang % 0,466 7 hari

Kekuatan Fleksural Kg/mm2 9,4

Modulus Fleksural Kg/mm2 300

Daya rentang Kg/mm2 5,5

Modulus rentang Kg/mm2 300

(13)

Dengan:

ρ = densitas atau kerapatan (g/cm3)

m = massa komposit (gram)

V = volume komposit (cm3)

2.5.2 Pengujian Serapan Air

Pengujian serapan air dilakukan untuk menentukan besarnya persentase air yang

terserap oleh sampel yang direndam dengan perendaman di dalam air (aquadest) selama 24

jam. Daya serap sampel terhadap air dapat dihitung menggunakan persamaan berikut ini :

SA =

𝒎𝒃−𝒎𝒌

𝒎𝒌

×

𝟏𝟎𝟎

%

....………(2.2)

Dengan:

SA = serapan air (%)

mb = massa basah (gr)

mk = massa kering (gr)

2.5.3 Pengujian Kadar Air

Pengujian kadar air dilakukan untuk menentukan besarnya kandungan air di dalam

suatu benda, caranya dengan memasukkan sampel pada oven suhu 100o C selama 3 jam.

Kadar air suatu benda dapat dihitung menggunakan persamaan berikut:

KA =

𝒎𝟏−𝒎𝟐

𝒎2

×

𝟏𝟎𝟎

%

....……… (2.3)

Dengan:

KA = kadar air (%)

m1 = massa basah (gr)

m2 = massa kering (gr)

(14)

2.6 Pengujian Sifat Mekanik

Untuk mengetahui sifat mekanik suatu material harus dilakukan pengujian.

Masing-masing pengujian memiliki cara yang berbeda-beda, secara umum dapat dikatakan

pembebanan secara statik dan pembebanan secara dinamik.

2.6.1 Pengujian Kekuatan Tarik (Tensile Strength Test)

Pengujian tarik (tensile stength test ) adalah pengujian mekanik secara statis dengan

cara sample ditarik dengan pembebanan pada kedua ujungnya dimana gaya tarik yang

diberikan sebesar F (Newton). Tujuannya untuk mengetahui sifat-sifat mekanik tarik

(kekuatan tarik) dari komposit yang diperkuat dengan serat palem saray.

Pengujian kekuatan tarik (tensile stength test ) ini akan mengubah bentuk dari

komposit yaitu dengan adanya pertambahan panjang pada komposit tersebut. Pengujian tarik

(tensile stength test ) ini dapat dilihat pada gambar :

Gambar 2.5 : Pengujian kuat tarik (tensile strength test)

Nilai kekuatan tarik dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :

σ =

𝐹

𝐴 ………..…………. (2.4)

ε

= ∆𝐿

𝐿𝑜

x 100 % ………

(2.5)

Dengan :

σ = Kuat tarik (MPa)

(15)

Ao = Luas permukaan bidang tarik (mm2)

ε = Regangan ( % )

∆L = = Pertambahan panjang (mm)

L0 = Panjang mula-mula (mm)

Sesuai dengan hukum Hooke, tegangan adalah sebanding dengan regangan.

Kesebandingan tegangan terhadap regangan dinyatakan sebagai perbandingan tegangan

satuan terhadap regangan satuan.

Pada bahan kaku tetapi elastis seperti baja, kita peroleh bahwa tegangan satuan yang

diberikan menghasilkan perubahan bentuk satuan yang relatif kecil. Perkembangan hukum

Hooke tidak hanya pada hubungan tegangan – regangan saja, tetapi berkembang menjadi

modulus young atau modulus elastisitas (E). Modulus Elastisitas tersebut dapat dihitung

dengan persamaan berikut ini:

E = σ

ε ……… (2.6)

Dengan :

E = modulus elastisitas (N/m2)

σ = tegangan (N/m2 atau MPa)

ε = regangan

(Prasetyo, 2010)

2.6.2 Pengujian Kekutan Lentur (Ultimate Flexural Strenght )

Pengujian kekuatan lentur dimaksudkan untuk mengetahui ketahanan komposit

terhadap pembebanan pada tiga titik lentur. Di samping itu pengujian ini juga dimaksudkan

untuk mengetahui keelastisan suatu bahan. Pada pengujian ini terhadap sampel uji diberikan

pembebanan yang arahnya tegak lurus terhadap arah penguatan serat. Pembebanan yang

diberikan yaitu pembebanan dengan tiga titik lentur, dengan titik-titik sebagai bahan penahan

berjarak 90 mm dan titik pembebanan diletakkan pada pertengahan panjang

(16)

Gambar 2.6 : Pengujian Kuat Lentur (flexural strength test)

Persamaan berikut digunakan untuk memperoleh nilai kekuatan lentur adalah :

UFS = 𝟑𝑷𝑳

𝟑𝒉𝒃𝟐

………. (2.7)

Dengan :

UFS = kekutan lentur (N/m2)

P = gaya penekan (N)

L = jarak dua penumpu (m)

b = lebar sampel (m)

h = tebal sampel uji (m)

(Prasetyo, 2010)

2.6.3 Pengujian Impak (Impact Test)

Pengujian impak bertujuan untuk mengukur berapa energi yang dapat diserap suatu

material sampai material tersebut patah. Pengujian impak ini merupakan respon terhadap

beban yang tiba – tiba yang bertujuan mengetahui ketangguhan suatu bahan terhadap

pembebanan dinamis, sehingga dapat diketahui apakah suatu bahan yang diuji rapuh atau

kuat.

Dasar pengujian impak ini adalah penyerapan energi potensial dari pendulum beban

yang berayun dari suatu ketinggian tertentu dan menumbuk benda uji sehingga benda uji

mengalami deformasi. Semakin banyak energi yang terserap maka akan semakin besar

(17)

Gambar 2.7 : Pengujian Impak (Impact Test)

Nilai kekuatan Impak dapat dihitung dengan persamaan berikut :

Is = 𝐸𝑠

𝐴 ………. (2.8)

Dengan :

Is = Kekuatan Impak (J/mm2)

Es = Energi serap (J)

A = Luas permukaan (mm2)

Gambar

Gambar 2.1 Komposit Serat (fibrous composites ) ; (a) Continous Fiber Composite
Gambar 2.3 Komposit Partikel
Tabel 2.1 Perbandingan antara Serat Alami dan Serat Sintetis
Gambar 2.4 : (a) Pohon Palem Saray, (b) Serat Palem Saray
+5

Referensi

Dokumen terkait

Tugas Akhir berjudul “ Sistem Kendali Pada Robot Hexapod Menggunakan Remote Control Bluetooth Berbasis Android ”.. salam semoga senantiasa Allah SWT curahkan kepada nabi

Deteksi *s+g dapat dilakukan dengan 5e5erapa metode pemeriksaan6 #aitu Deteksi *s+g dapat dilakukan dengan 5e5erapa metode pemeriksaan6 #aitu serologi dan

Surabaya, Menyetujui, Sekretaris Daerah Kota

logam ditambah larutan baku (EDTA atau EGTA) da­. lam jumlah berlebih dan tertentu,

: PENELAAHAN PENGADAAN BENIH PADI BER- SERTIFIKAT PERUM SANG HYANG SERI UKKS KLATEN I MELALUI SISTEM KERJASAMA DE- NGAN KELOMPOK TANI PENANGKAR BENIH Diterima

Raraga karangan anu hade heunteu bisa sakali jadi. Nu nulis salilana usaha satekah polah pikeun nyampurnakeun wangun raraga karanganana. Aya lima lengkah dina nyusun raraga

HASIL VERIFIKASI ADMINISTRASI.. TUNJANGAN PROFESI

Selain itu, tindakan siswa dalam memperhatikan label informasi nilai gizi perlu ditingkatkan lagi dengan pemberian informasi mengenai label informasi nilai gizi, cara