• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisa Sifat Fisis Dan Koefisien Serap Bunyi Material Komposit Polymeric Foam Dengan Variabel Polyurethane Untuk Pembuatan Badan Pesawat Uav

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisa Sifat Fisis Dan Koefisien Serap Bunyi Material Komposit Polymeric Foam Dengan Variabel Polyurethane Untuk Pembuatan Badan Pesawat Uav"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komposit

Komposit adalah penggabungan dari bahan yang dipilih berdasarkan kombinasi sifat fisik masing-masing material penyusun untuk menghasilkan material baru dengan sifat yang baru dan unik dibandingkan sifat material dasar, sebelum dicampur dan terjadi ikatan permukaan antara masing-masing material penyusunnya.

Material komposit terdiri dari dua bagian utama yaitu: matriks dan penguat (reinforcement). Pada desain struktur dilakukan pemilihan matriks dan penguat, hal ini dilakukan untuk memastikan kemampuan material sesuai dengan produk yang akan dihasilkan.

Penggabungan dua material atau lebih dapat dibedakan menjadi makro komposit dan mikro komposit. Sifat penggabungan makro adalah dapat dibedakan secara langsung dengan cara melihat, penggabungannya secara fisis dan mekanis, penggabungannya dapat dipisahkan secara fisis ataupun secara mekanis, contoh: Kevlar, Glass Fiber Reinforced Plastic (GFRP).

Dari penjelasan diatas dapat kita ketahui bahwa material komposit dibuat dengan penggabungan secara makro. Karena material komposit merupakan material gabungan secara makro, maka material komposit dapat didefinisikan sebagai "suatu sistem material yang tersusun dari campuran / kombinasi dua atau lebih unsur-unsur utama yang secara makro berbeda di dalam bentuk atau komposisi material dan pada dasarnya tidak dapat dipisahkan" (Schwartz, 1984).

Menurut bentuk material penyusunnya, komposit dapat dibedakan menjadi lima jenis, (M.M Schwartz, 1984) yaitu:

(2)

5. Komposit Partikel (Particulate Composite).

Lembaran komposit disebut sebagai lamina, serat yang dipakai seperti di industri pesawat terbang biasanya terbuat dari karbon dan gelas, sedangkan resinnya adalah epoxy, sejenis polimer. Tebal lamina untuk komposit serat karbon adalah 0,125mm. Komposit karbon / epoxy ini dibuat dari pre-impregnation ply atau pre-preg.

Komposit memiliki sifat fisis yang lebih bagus dari logam, berat, volume dan massa jenis yang lebih kecil dari logam. Beberapa lamina komposit dapat ditumpuk dengan arah orientasi serat yang berbeda, gabungan lamina ini disebut sebagai laminat.

Komposit dibentuk dari dua jenis material yang berbeda, yaitu:

1. Penguat (reinforcement), yang mempunyai sifat kurang ulet tetapi lebih kaku serta lebih kuat, dalam penelitian kali ini penguat komposit yang digunakan yaitu dari serat kaca.

2. Matriks, umumnya lebih ulet tetapi mempunyai kekuatan dan kekakuan yang lebih rendah.

Sercara garis besar ada 3 macam jenis komposit berdasarkan penguat yang digunakan, yaitu:

1. Fibrous Composites (Komposit Serat)

Merupakan jenis komposit yang hanya terdiri dari satu lamina atau satu lapisan yang menggunakan penguat berupa serat / fiber. Fiber yang digunakan bisa berupa glass serat kaca, serat karbon, serat aramid (poly aramide), dan sebagainya. Fiber ini bisa disusun secara acak maupun dengan orientasi tertentu bahkan bisa juga dalam bentuk yang lebih kompleks seperti anyaman.

2. Laminated Composites (Komposit Laminat)

Merupakan jenis komposit yang terdiri dari dua lapis atau lebih yang digabung menjadi satu dan setiap lapisnya memiliki karakteristik sifat sendiri.

(3)

Merupakan komposit yang menggunakan partikel / serbuk sebagai penguatnya dan terdistribusi secar merata dalam matriksnya.

Keunggulan komposit dapat dilihat dari sifat-sifat bahan pembentuknya serta ciri-ciri komposit itu sendiri, antara lain:

1. Bahan ringan, kuat dan kaku,

2. Struktur mampu berubah mengikuti perubahan keadaan sekitarnya,

3. Unggul atas sifat-sifat bahan teknik yang diperlukan, kekuatan yang tinggi, keras, ringan serta tahan terhadap benturan.

Dalam desain struktur pada penelitian ini, jenis matriks yang akan digunakan adalah Polyester resin BTN 157 dan penguat serat BKS. Matriks ini tergolong jenis polimer thermosetyang memiliki sifat dapat mengeras pada suhu kamar dengan penambahan katalis tanpa pemberian tekanan ketika proses pembentukannya.

Tabel 2.1 Karakteristik mekanik polyester resin BTN 157.

Sifat Mekanik Satuan Besaran

Berat Jenis (ρ) Kg.m-3 1,2 s/d 1,5

Modulus Young (E) GPa 2 s/d 4,5

Kekuatan Tarik (σT) MPa 40 s/d 90

Sumber : Georgios Koronis, et al., 2012

2.2 Massa

Massa adalah suatu sifat fisika dari suatu benda yang digunakan untuk menjelaskan berbagai perilaku objek yang terpantau. Dalam kegunaan sehari-hari, massa biasanya disinonimkan dengan berat. Namun menurut pemahaman ilmiah modern, berat suatu objek diakibatkan oleh interaksi massa dengan medan gravitasi.

(4)

normalnya digunakan sebagai satuan massa (kira-kira 1,783x10 kg) dalam fisika partikel.

Dalam mekanika klasik, massa mempunyai peranan penting dalam menentukan sifat-sifat suatu benda. Hukum kedua newton menyatakan bahwa gaya Fadalah massa benda (m) dikalikan dengan percepatan a:

=

... (2.1)

Selain itu, massa juga berhubungan dengan momentum pdan kecepatan vdengan rumus:

=

... (2.2)

Dan juga energi kinetik dengan kecepatan, dengan rumus:

=

... (2.3)

Massa dapat diukur dengan menggunakan neraca atau timbangan dan Spektrometer massa. Terdapat beberapa jenis neraca yang dapat digunakan, yaitu: a. Neraca Lengan Gantung

Neraca ini biasanya digunakan oleh para pedagang. Cara penggunaannya relatif mudah dengan cara meletakkan benda pada tempat penyimpan beban kemudian geser beban pemberat disepanjang batang berskala sampai setimbang. Kemudian baca skala pada batang tersebut.

Prinsip kerja neraca ini mengikuti hukum tuas (persamaan momen). Dalam keadaan setimbang, momen gaya yang dihasilkan oleh beban geser penanda dan batang tangkai tempat bergesernya adalah sama dengan momen gaya yang dihasilkan oleh beban terukur dan tangkainya.

(5)

b. Neraca Analitis Dua Lengan

jenis neraca ini biasanya digunakan untuk mengukur massa emas dan kristal dengan ketelitian mencapai 0,1 gram.

Gambar 2.2 Neraca analitis dua lengan

c. Neraca Ohauss

Neraca Ohauss ini biasanya digunakan dalam praktek laboratorium. Neraca ini memiliki batas ukur mencapai 311 gram dengan ketelitian 0,1 gram.

Gambar 2.3 Neraca ohauss

d. Neraca Jarum Berskala

Neraca jenis ini biasanya digunakan dalam rumah tangga. Cara penggunaanya dengan menempatkan benda pada wadah yang berada pada bagian atas neraca, kemudian baca skala yang ditunjukan oleh jarum skala.

Gambar 2.4 Neraca jarum berskala

e. Neraca Pegas

Neraca pegas atau biasa disebut juga dinamometer adalah alat ukur berat

(6)

Neraca pegas ini menunjukkan angka yang berbeda dibumi dan bulan, atau di

daerah yang gravitasinya berbeda. Timbangan bandul menunjukan angka yang

sama dimana pun, dimana ada gravitasi untuk menggerakkan timbangan.

Persamaan matematis suatu neraca pegas dinyatakan dalam:

×

=

×

... (2.4)

Dengan : k = Konstanta pegas

X = Defleksi atau pertambahan panjang pegas ketika diberi beban

m = Massa beban

g = Percepatan gravitasi bumi

Gambar 2.5 Neraca pegas

f. Neraca Digital

Neraca digital ini sangat mudah digunakan. Dengan menempatkan benda

yang akan diukur massanya diatas neraca maka massanya akan ditunjukan pada

layar. Ketelitian neraca ini mencapai 0,001 gram.

Gambar 2.6 Neraca digital

g. Spektrometer Massa

Digunakan untuk mengukur massa atom atau molekul. Sampel dalam

bentuk gas mula-mula ditembaki dengan berkas elektron berenergi tinggi.

Perlakuan ini menyebabkan atom atau molekul sampel berionisasi (melepas

elektron sehingga menjadi ion positif). Ion-ion positif ini kemudian dipercepat

oleh suatu beda potensial dan diarahkan ke dalam suatu medan magnet melalui

(7)

2.3 Volume

Volume atau dapat juga disebut kapasitas adalah penghitungan seberapa

banyak ruang yang dapat ditempati dalam suatu objek. Objek itu bisa berupa

benda yang beraturan ataupun benda yang tidak beraturan. Benda yang beraturan

misalnya kubus, balok, silinder, limas, kerucut, dan bola. Benda yang tidak

beraturan misalnya batu. Volume digunakan untuk menentukan massa jenis suatu

benda.

Untuk mengukur benda yang memiliki bentuk tidak beraturan dapat

digunakan dua cara yaitu:

a. Cara pertama

Siapkan sebuah gelas ukur yang sudah ada lubangnya. Kemudian isilah

gelas tersebut dengan air sampai posisi air seperti garis biru yang putus-putus.

Garis ini sejajar dengan bagian bawah dari lubang. Kemudian tepat dibawah

mulut lubang, isi dengan gelas ukur.

Setelah itu masukkan benda yang tidak beraturan (benda hitam)

pelan-pelan ke dalam gelas. Setelah benda tadi sampai didasar gelas, maka air akan

mengalir keluar melalui lubang dan tertampung digelas ukur. Air yang tertampung

digelas ukur itu kemudian diamati berapa volumenya. Volume digelas ukur itu

merupakan volume benda tidak beraturan.

(8)

b. Cara kedua

Untuk percobaan yang kedua cara sama namun menggunakan gelas yang tidak berlubang. Gelas ukur langsung dipakai. Misalnya sebelum benda dimasukkan kedalam gelas, volume gelas adalah 60 ml. kemudian setelah benda dimasukkan kedalam gelas. Volumenya menjadi 80 ml. volume benda adalah volume akhir dikurangi dengan volume awal.

Gambar 2.8 Percobaan kedua

2.4 Massa Jenis

Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin tinggi masssa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya. Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi dengan total volumenya. Sebuah benda yang memiliki massa jenis lebih tinggi

(misalnya besi) akan memiliki volume yang lebih rendah daripada benda bermassa sama yang memiliki massa jenis lebih rendah (misalnya air).

Satuan SI massa jenis adalah kilogram per meter kubik ( ). Massa

jenis berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki massa jenis yang berbeda. Dan satu zat berapapun massanya berapapun volumenya akan memiliki massa jenis yang sama. Rumus untuk menentukan massa jenis adalah

(9)

Dengan: ߩadalah massa jenis

m adalah massa

V adalah volume

2.5 Gelombang dan Bunyi

Pada bagian ini akan diberikan beberapa definisi dan pengertian dasar

mengenai gelombang dan bunyi serta hal-hal yang berkaitan dengan teori ini.

2.5.1 Gelombang

Gelombang adalah suatu getaran, gangguan atau energi yang merambat.

Dalam hal ini yang merambat adalah getarannya, bukan medium perantaranya.

Satu gelombang terdiri dari satu lembah dan satu bukit (untuk gelombang

transversal) atau satu renggangan dan satu rapatan (untuk gelombang

longitudinal). Besaran-besaran yang digunakan untuk mendiskripsikan gelombang

anatar lain: panjang gelombang (λ) adalah jarak antara dua puncak yang

berurutan; frekuensi (f) adalah banyaknya gelombang yang melewati suatu titik

tiap satuan waktu; periode (T) adalah waktu yang diperlukan oleh gelombang

melewati suatu titik; amplitudo (A) adalah simpangan maksimum dari titik

setimbang; kecepatan gelombang (v) adalah kecepatan dimana puncak gelombang

(atau bagian lain dari gelombang) bergerak.

Kecepatan gelombang harus dibedakan dari kecepatan partikel pada

medium itu sendiri. Pada waktu merambat gelombang membawa energi dari satu

tempat ke tempat lain. Saat gelombang merambat melalui medium maka energi

dipindahkan sebagai energi getaran antar partikel dalam medium tersebut.

2.5.2 Jenis-Jenis Gelombang

Jenis-jenis gelombang dikelompokkan berdasarkan arah getar, amplitudo

dan fasenya, medium perantaranya dan frekuensi yang dipancarkannya.

Berdasarkan arah geratnya gelombang dikelompokkan menjadi:

(10)

Gelombang transversal adalah gelombang yang arah getarnya

tegak lurus terhadap arah rambatannya. Satu gelombang terdiri dari satu

lembah dan satu bukit seperti ditunjukkan pada gambar 2.9

Gambar 2.9 Gelombang transversal

b. Gelombang Longitudinal

Gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah getarnya

sejajar atau berimpit dengan arah rambatannya. Gelombang yang terjadi

berupa rapatan dan renggangan seperti ditunjukkan pada gambar 2.10

Gambar 2.10 Gelombang longitudinal

2.5.3 Bunyi

Bunyi secara harafiah dapat diartikan sebagai sesuatu yang kita dengar,

bunyi merupakan hasil getaran dari partikel-partikel yang berada di udara dan

energi yang terkandung dalam bunyi dapat meningkat secara cepat dan dapat

menempuh jarak yang sangat jauh.

Defenisi sejenis juga dikemukakan oleh Bruel dan Kjaer (1986) yang

(11)

yang terjadi bila sumber bunyi mengubah partikel terdekat dari posisi diam

menjadi partikel yang bergerak.

Secara lebih mendetail, Doelle (1972) menyatakan bahwa bunyi

mempunyai dua defenisi, yaitu:

1. Secara fisis, bunyi adalah penyimpangan tekanan, pergeseran partikel

dalam medium elastik seperti udara. Definisi ini dikenal sebagai bunyi

objektif.

2. Secara fisiologis, bunyi adalah sensasi pendengaran yang disebabkan

penyimpangan fisis yang digambarkan pada bagian atas. Hal ini disebut

sebagai bunyi subjektif.

Secara singkat, bunyi adalah suatu bentuk gelombang longitudinal yang

merambat secara perapatan dan perenggangan terbentuk oleh partikel zat

perantara serta ditimbulkan oleh sumber bunyi yang mengalami getaran.

Rambatan gelombang bunyi disebabkan oleh lapisan perapatan dan peregangan

partikel-partikel udara yang bergerak ke luar, yaitu karena penyimpangan tekanan.

Hal serupa juga terjadi pada penyebaran gelombang air pada permukaan suatu

kolam dari titik dimana batu dijatuhkan.

Gelombang bunyi adalah gelombang yang dirambatkan sebagai

gelombang mekanik longitudinal yang dapat menjalar dalam medium padat, cair

dan gas. Medium gelombang bunyi ini adalah molekul yang membentuk bahan

medium mekanik ini. Gelombang bunyi ini merupakan vibrasi / getaran

molekul-molekul zat dan saling beradu satu sama lain namun demikian zat tersebut

terkoordinasi menghasilkan gelombang serta mentransmisikan energi bahkan

tidak pernah terjadi perpindahan partikel.

2.5.4 Sifat-Sifat Bunyi

Bunyi mempunyai beberapa sifat, seperti frekuensi bunyi, kecepatan

perambatan, panjang gelombang, intensitas dan kecepatan partikel.

A. Frekuensi

Frekuensi merupakan gejala fisis objektif yang dapat diukur oleh

(12)

ulang per peristiwa dalam selang waktu yang diberikan. Untuk

memperhitungkan frekuensi, seseorang menetapkan jarak waktu,

menghitung jumlah kejadian peristiwa, dan membagi hitungan ini dengan

panjang jarak waktu. Hasil perhitungan ini dinyatakan dalam satuan hertz

(Hz) yaitu nama pakar fisika Jerman Heinrich Rudolf Hertz yang

menemukan fenomena ini pertama kali.

Frekuensi yang dapat didengar oleh manusia berkisar 20 sampai

20.000Hz dan jangkauan frekuensi ini dapat mengalami penurunan pada

batas atas rentang frekuensi sejalan dengan bertambahnya umur manusia.

Jangkauan frekuensi audio manusia akan berbeda juka umur manusia juga

berbeda. Besarnya frekuensi ditentukan dengan rumus:

=

... (2.6)

Dimana: f= Frekuensi (Hz)

T= Waktu (detik)

Periode adalah banyaknya waktu per banyaknya getaran, sehingga

periode berbanding terbalik dengan frekuensi.

=

... (2.7)

Dimana: f = Frekuensi (Hz)

T= Periode (detik)

B. Kecepatan Perambatan

Bunyi bergerak pada kecepatan berbeda-beda pada tiap media yang

dilaluinya. Pada media gas, udara, cepat rambat bunyi tergantung pada

kerapatan, suhu dan tekanan.

=

... (2.8)

Atau dalam bentuk yang sederhana dapat ditulis:

= 20,05

... (2.9)

Dimana: c= Cepat rambat bunyi (m/s)

= Rasio panas spesifik (untuk udara = 1,41)

(13)

ߩ= Kerapatan (Kg/mଷ)

T= Suhu (K)

Pada media padat bergantung pada modulus elastisitas dan

kerapatan, sedangkan pada media cair bergantung pada modulus bulk dan

kerapatan.

ܿ

=

... (2.10)

Dimana: E= Modulus Elastisitas (Pascal)

ߩ

= Kerapatan (Kg/mଷ)

C. Panjang Gelombang

Panjang suatu gelombang bunyi dapat didefinisikan sebagai jarak

antara dua muka gelombang berfase sama. Hubungan antara panjang

gelombang, frekuensi, dan cepat rambat bunyi dapat ditulis sebagai

berikut:

ߣ

=

... (2.11)

Dimana:

ߣ

= Panjang gelombang bunyi

c

= Cepat rambat bunyi (m/s)

f

= Frekuensi (Hz)

D. Intensitas Bunyi

Intensitas bunyi adalah aliran energi yang dibawa gelombang udara

dalam suatu dareah per satuan luas. Intensitas bunyi pada tiap titik dari

sumber dinyatakan dengan:

ܫ

=

... (2.12)

Dimana: I= Intensitas bunyi (W/mଶ)

W= Daya akustik (Watt)

(14)

Ambang batas pendengaran manusia, yaitu nilai minimum

intensitas daya bunyi yang dapat dideteksi telinga manusia, adalah 10-6

W/cm2.

E. Kecepatan Partikel

Radiasi bunyi yang dihasilkan suatu sumber bunyi akan

mengelilingi udara sekitarnya. Radiasi bunyi ini akan mendorong partikel

udara yang dekat dengan permukaan luar sumber bunyi. Hal ini akan

menyebabkan bergeraknya partikel-partikel di sekitar radiasi bunyi yang

disebut dengan kecepatan partikel.

=

... (2.13)

Dimana: V= Kecepatan partikel (m/detik)

p

= Tekanan (Pa)

= Massa jenis bahan (Kg/m )

c

= Kecepatan rambat gelombang (m/detik)

2.6 Sifat Akustik

Kata akustik berasal dari bahasa Yunani yaitu akoustikos, yang artinya

segala sesuatu yang bersangkutan dengan pendengaran pada suatu kondisi ruang

yang dapat mempengaruhi mutu bunyi. Fenomena absorpsi suara oleh suatu

permukaan bahan ditunjukkan pada gambar 2.11.

Gambar 2.11 Fenomena absorpsi suara oleh suatu permukaan bahan

Fenomena suara yang terjadi akibat adanya berkas suara yang bertemu

atau menumbuk bidang permukaan bahan, maka suara tersebut akan dipantulkan

(15)

oleh bahan tersebut. Medium gelombang bunyi dapat berupa zat padat, cair,

ataupun gas. Frekuensi gelombang bunyi dapat diterima manusia berkisar antara

20Hz sampai dengan 20kHz, atau dinamakan sebagai jangkauan yang dapat

didengar (audible range).

2.6.1 Koefisien Absorpsi

Menurut Jailani et al. (2004) penyerapan suara (sound absorption) merupakan perubahan energi dari energi suara menjadi energi panas atau kalor.

Kualitas dari bahan peredam suara ditunjukkan dengan harga α (koefisien

penyerapan bahan terhadap bunyi), semakin besar α maka semakin baik

digunakan sebagai peredam suara. Nilai α berkisar dari 0 sampai 1. Jika α bernilai 0, artinya tidak ada bunyi yang diserap sedangkan jika α bernilai 1, artinya 100%

bunyi yang datang diserap oleh bahan. Besarnya energi suara yang dipantulkan,

diserap, atau diteruskan bergantung pada jenis dan sifat dari bahan atau material

tersebut. Pada umumnya bahan yang berpori (porous material) akan menyerap energi suara yang lebih besar dibandingkan dengan jenis bahan lainnya. Adanya

pori-pori menyebabkan gelombang suara dapat masuk kedalam material tersebut.

Energi suara yang diserap oleh bahan akan dikonversikan menjadi bentuk energi

lainnya, pada umumnya diubah ke energi kalor.

Perbandingan antara energi suara yang diserap oleh suatu bahan dengan

energi suara yang datang pada permukaan bahan tersebut didefinisikan sebagai

koefisien penyerapan suara atau koefisien absorpsi(α).

=

... (2.14)

Terdapat dua metode untuk mengukur koefisien absorpsi suara, yaitu

(16)

Tabel 2.2 Koefisien penyerapan bunyi dari beberapa material

Material Frekuensi (Hz)

125 250 500 1000 2000 4000

Gypsum board (13 mm)

Sumber : Doelle, Leslie L, 1993.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi nilai serap bunyi. Faktor-faktor

yang mempengaruhi penyerapan bunyi pada material adalah:

1. Ukuran serat,

Koizumi et al. (2002) melaporkan bahwa meningkatnya koefisien

serap bunyi diikuti dengan menurunnya diameter serat. Ini disebabkan

ukuran serat yang kecil akan lebih mudah untuk berpropagasi

dibandingkan dengan serat yang lebih besar pada gelombang suara.

2. Resistensi aliran udara,

Salah satu kualitas yang sangat penting yang dapat mempengaruhi

karakteristik dari material berserat adalah spesifik resistensi aliran udara

per unit tebal material. Karakteristik impedansi dan propagasi konstan,

yang mana menggambarkan sifat akustik material berpori.

3. Porositas (rongga pori),

Jumlah, ukuran dan tipe rongga pori adalah faktor yang penting

ketika mempelajari mekanisme penyerapan suara pada material berpori.

Untuk memungkinkan disipasi suara dengan gesekan, gelombang suara

harus dimasukkan ke material dengan rongga (berpori). Ini berarti harus

ada pori yang cukup pada permukaan material untuk dilewati oleh

gelombang suara dan diredam. Porositas pada material berporos

didefinisikan sebagai rasio volume berpori di dalam material kepada

jumlah total volume.

(17)

Beberapa studi yang berhubungan dengan penyerapan bunyi pada

material berpori menghasilkan kesimpulan bahwa absorpsi suara frekuensi

rendah memiliki hubungan langsung dengan ketebalan. Sebuah studi oleh

Ibrahim et al. (1978) menunjukkan meningkatnya penyerapan bunyi pada

frekuensi rendah dengan meningkatkan ketebalan material. Namun, pada

frekuensi tinggi ketebalan material tidak terlalu berpengaruh pada

penyerapan bunyi.

5. Densitas,

Densitas material sering dianggap menjadi faktor yang penting

yang mengatur perilaku absorpsi suara pada material.

6. Permukaan impedansi.

Nilai permukaan impedansi yang semakin tinggi akan

menyebabkan meningkatnya jumlah refleksi bunyi pada permukaan

sehingga kemampuan serap bunyinya berkurang.

2.6.2 Sound Transmission Loss

Sound transmission lossadalah kemampuan suatu bahan untuk mereduksi

suara. Nilainya biasa disebut dengan decibel (dB). Semakin tinggi nilai sound

transmission loss (TL), semakin bagus bahan tersebut dalam mereduksi suara

(Bpanelcom 2009). Sound transmission class (STC) adalah kemampuan rata-rata

transmission loss suatu bahan dalam mereduksi suara dari berbagai frekuensi.

Semakin tinggi nilai STC, semakin bagus bahan tersebut dalam mereduksi suara

(Bpanelcom 2009). Nilai STC ditetapkan berdasarkan baku mutu ASTM E-413

tentang Classification for Rating Sound Insulation yang dikeluarkan oleh

American Society for Testing and Materials(ASTM).

2.7 Material Akustik

Material akustik adalah material teknik yang fungsi utamanya adalah

untuk menyerap suara / bising. Material akustik adalah suatu bahan yang dapat

menyerap energi suara yang datang dari sumber suara. Pada dasarnya semua

bahan dapat menyerap energi suara, namun besarnya energi yang diserap

(18)

yang merupakan hasil dari frikisi dan resistansi dari berbagai material untuk

bergerak dan berdeformasi. Sama halnya dengan besar energi suara yang sangat

kecil bila dilihat dalam satuan Watt, energi panas yang dihasilkan juga sangat

kecil sehingga secara makrokopis tidak akan terlalu terasa perubahan temperatur

pada bahan tersebut.

Peredam suara merupakan suatu hal penting didalam desain akustik dan

dapat diklasifikasikan menjadi 4 bagian yaitu:

1. Material berpori (porous material), seperti bahan akustik yang umum

digunakan, yaitu mineral wool, plester akustik, sama seperti karpet dan

bahan gorden, yang dikarakterisasi dengan cara membuat rajutan yang

saling mengait sehingga membentuk pori yang berpola. Pada saluran dan

rongga yang sempit dan saling merekat inilah terjadi perubahan energi,

dari energi suara menjadi energi vibrasi, kalor atau perubahan momentum.

Daya penyerapan atau peredaman dari suatu jenis material adalah fungsi

dari frekuensi. Penyerapan relatif rendah pada frekuensi rendah dan

meningkat terhadap ketebalan material. Absorpsivitas frekuensi rendah

dapat ditingkatkan dengan cara melapisi material sehingga menambah

ketebalannya. Mengecat plaster dan tile, secara varial akan menghasilkan

efektivitas reduksi yang cukup besar.

2. Membran penyerap (panel absorber): lembar bahan solid (tidak poros)

yang dipasang dengan lapisan udara dibagian belakangnya (air space

backing). Bergetarnya panil ketika menerima energi suara serta transfer

energi getaran tersebut ke lapisan udara mentebabkan terjadinya efek

penyerapan suara. Sama halnya seperti material berpori, yang berfungsi

sebagai peredam suara, yaitu merubah energi suara menjadi energi vibrasi

dan kalor. Penambahan porous absorberpada bagian ruang kosong antara

ruang panil dan dinding akan lebih jauh meningkatkan efisiensi dari

penyerapan frekuensi rendah.

3. Rongga penyerap (cavity resonator), rongga udara dengan volume tertentu

dapat dirancang berdasarkan efek resonator Helmholzt. Efek osilasi udara

pada bagian leher (neck) yang terhubung dengan volume udara dalam

(19)

menyerap energi suara paling efisien pada pita frekuensi yang sempit di

dekat sumber gaungnya. Peredam jenis ini biasanya dalam bentuk elemen

tunggal, seperti blok beton standar dengan rongga yang ditempatkan

didalamnya; bentuk lain terdiri dari panel yang berlubang-lubang dan

kisi-kisi kayu dengan selimut absorpsi diantaranya. Selain memberikan nilai

estetika arsitektur, sistem yang baru saja dijelaskan (bentuk kedua)

memberikan absorpsi yang berguna untuk rentang frekuensi yang lebih

lebar daripada kemungkinan yang diberikan oleh elemen tunggal berongga

(struktur sandwich).

4. Penyerapan suara tiap benda diberikan oleh manusia, meja, kursi dan

perabotan. perabotan kayu termasuk di dalamnya adalah kursi dan meja.

Untuk kondisi dimana terdapat banyak orang dengan meja dan kursi

(seperti dapat kita temukan di dalam ruang kelas dan ruang kuliah), akan

lebih cocok jika digunakan peredaman per orang dan per benda dari

perabotan yang diberikan daripada peredaman oleh manusia saja. Dengan

menentukan jumlah dan distribusi peredam jenis ini, dapat dimungkinkan

untuk merancang kelakukan waktu gaung terhadap frekuensi untuk

memperoleh hampir semua lingkungan akustik yang diinginkan. Hal ini

juga dapat memungkinkan untuk merancang sebuah ruangan dimana

karakteristik gaungnya dapat diubah dengan cara menggeser atau merubah

posisi panil dimana posisi permukaan berpengaruh terhadap sifat

peredaman yang berbeda. Selama waktu gaung optimum bergantung

terhadap fungsi ruangan, dengan cara ini dapat dimungkinkan untuk

merancang sebuah ruangan serba guna (multipurpose rooms).

Bagaimanapun, cara seperti ini akan lebih efektif untuk menekan biaya

dan memberikan solusi yang fleksibel, khususnya di dalam ruangan yang

besar.

Bahan yang mampu menyerap suara pada umumnya mempunyai struktur

berpori atau berserat. Bahan-bahan akustik yang tergolong sebagai bahan

penyerap suara antara lain adalah glass wool, rock,woll, soft board, carpet, kain,

(20)

2.8 Tabung Impedansi

Ada dua metode standar yang digunakan untuk mengukur koefisien serap

bunyi untuk sampel berukuran kecil yaitu menggunakan metode rasio gelombang

tegak (ISO 105432-1) dan metode transfer fungsi (ISO 105432-2). Kedua metode

dirancang untuk pengukuran pada sampel kecil. Metode rasio gelombang tegak

mapan, tapi lambat sehingga diganti dengan metode transfer fungsi karena

kecepatan dan akurasinya dalam pengukuran. Pada penelitian ini digunakan

tabung impedansi yang dirancang dan dibuat oleh Felix Asade pada skripsinya.

2.8.1 Metode Perbandingan Gelombang Tegak (ISO 10534-1:1996)

Metode ini berdasarkan pada fakta bahwa hanya ada gelombang datar

yang datang dan dipantulkan sepanjang sumbu axis dalam tabung. Gelombang

bunyi sinusoidal yang datang dibangkitkan oleh loudspeaker pada salah satu ujung

tabung. Pada ujung lainnya dibatasi oleh lapisan material yang memiliki

reflektifitas tinggi. Pengukuran dapat dilakukan dalam satu oktaf atau 1/3 oktaf

frekuensi. Dengan menggunakan definisi dari rasio gelombang tegak:

=

|| || ... (2.15)

Faktor refleksi dan keofisien serap bunyi didefenisikan oleh:

| |

=

... (2.16)

= 1

| |

... (2.17)

Tabung impedansi yang menggunakan metode ini diilustrasikan pada

(21)

Gambar 2.12 Pandangan skematis metode rasio gelombang tegak

2.8.2 Metode Transfer Fungsi (ISO 10534-2:1998)

Metode ini menggunakan dua buah mirkopon yaitu pada posisi x1dan x2.

Tekanan bunyi pada posisi ini masing-masing adalah:

݌

=

ܣ ݁

ି ௝ ௞ ௫భ

+

ܤ ݁

ି ௝ ௞ ௫భ ... (2.18)

݌

=

ܣ ݁

ି ௝ ௞ ௫మ

+

ܤ ݁

ି ௝ ௞ ௫మ ... (2.19)

Tabung impedansi yang menggunakan metode ini diilustrasikan pada

gambar 2.13.

Gambar 2.13 Tabung Impedansi untuk pengukuran koefisien serap bunyi

Dimana: A dan B adalah amplitudo tegangan (Volt)

k adalah nomor gelombang (m-1)

x1adalah jarak antara sampel dan mikropon terjauh (m)

x2adalah jarak antara sampel dan mirkopon terdekat (m)

Sehingga transfer fungsi akustik kompleks antara kedua mikropon ini

(22)

=

... (2.20)

Dan faktor refleksinya:

=

... (2.21)

Dimana: =

=

= − (jarak kedua mirkopon)

Maka koefisien serap bunyi dapat ditentukan melalui persamaan berikut:

Gambar

Tabel 2.1 Karakteristik mekanik polyester resin BTN 157.
Gambar 2.1 Neraca lengan gantung
Gambar 2.2 Neraca analitis dua lengan
Gambar 2.7 Percobaan pertama
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pembuatan komposit AlSiMg yang diperkuat dengan serbuk SiC ini menggunakan metode stircasting.stircasting merupakan suatu proses penting dari produk

Komposit adalah suatu sistem material yang tersusun atas campuran atau kombinasi dari dua atau lebih unsur pokok mikro atau makro yang berbeda dalam bentuk dan

Fiberglass/composite merupakan bahan gabungan secara makro, maka bahan komposite dapat di definisikan sebagai suatu system material yang tersusun dari campuran atau

Komposit adalah suatu material yang terbentuk dari kombinasi dua atau lebih material, dimana sifat mekanik dari material pembentuknya berbeda beda [5], karena bahan komposit

Dalam pembuatan komposit AlSiMg yang diperkuat dengan serbuk SiC ini menggunakan metode stircasting.stircasting merupakan suatu proses penting dari produk komposit