• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Perjanjian Sewa Menyewa Gedung Antara Dinas Pendapatan Daerah Dengan Plaza Medan Fair

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Perjanjian Sewa Menyewa Gedung Antara Dinas Pendapatan Daerah Dengan Plaza Medan Fair"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemakmuran dan kesejahteraan adalah dambaan setiap umat manusia. Guna mencapai kemakmuraan dan kesejahteraan tersebut tidak terlepas dari usaha-usaha yang dilakukannya.

Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, secara sadar atau tidak, sesungguhnya manusia telah melakukan suatu perjanjian, yaitu suatu hubungan yang menimbulkan suatu peristiwa atau akibat hukum dengan pihak lain, dan hal itu dapat menyangkut berbagai macam aspek kehidupan dalam masyarakat, baik dalam bentuk lisan maupun dengan bentuk tulisan, seperti perjanjian sewa-menyewa, perjanjian jual beli maupun jual beli, misalnya, terhadap: tanah, gedung, rumah, apartemen, kondominium, toko, ruangan, kenderaan bermotor seperti mobil dan sepeda motor, perabot rumah tangga, dan lain sebagainya yang sebagaian besar dilakukan secara lisan.

(2)

persetujuan antara dua pihak atau lebih yang menimbulkan kewajiban-kewajiban yang dapat ditegakkan atau sebaliknya diakui secara hukum).

Seiring dengan perkembangan hidup umat manusia yang penekanannya pada hak-hak asasi manusia, merupakan karakteristik indivualisme yang pada abad ke XVII mulai berkembang. Hak-hak manusia yang alamiah dan bersifat mutlak yang tidak dapat diasingkan dan juga dikenal sebagai nilai-nilai politik yang merupakan hak-hak yang tiap-tiap orang memberikannya kepada orang lain.1

Latar belakang perkembangan hak asasi manusia, terinspirasi oleh asas-asas Renaissance, yaitu: kebebasan, persamaan, dan persaudaraan. Semangat etika Renaissance, hak-hak dasar sosial harus menjamin bahwa setiap orang dengan cara yang serupa dapat menggunakan kebebasannya. Cara pandang yang modern dari Renaissancetentang manusia dan masyarakat, adalah peran sentral otonomi individu untuk sebanyak mungkin menentukan hidupnya sendiri.

Semua pergaulan hidup manusia memperlihatkan, bahwa suasana kehidupan menyebabkan terbentuknya kebiasaan-kebiasaan, namun sebuah jalan panjang yang memisahkan kebiasaan, dalam arti yang umum dari kebiasaan hukum. Dalam arti yang umum, bahwa kebiasaan tersebut tidak lain adalah suatu perbuatan maupun penahanan diri, berbuat sesuatu secara teratur oleh individu atau sekelompok manusia.

1 Budiono, Herlien, Asas Keseimbangan bagi Hukum Perjanjian Indonesia, Aditya Bakti,

(3)

Pada bentuk-bentuk pergaulan hidup manusia yang paling primitif sekalipun dapat dikemukakan dengan pasti, bahwa kebiasaan tersebut bersifat ritual dan sakral.2 Pada otonomi individu terletak pertanggung-jawabannya untuk membentuk hidupnya sendiri sesuai dengan keyakinannya.3 Gagasan otonomi individualisme tersebut dapat kita lihat dalam bunyi Pasal 570 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, menyatakan :

Hak milik adalah hak untuk menikmati kegunaan sesuatu kebendaan dengan leluasa, dan untuk berbuat bebas terhadap kebendaan itu dengan cara apapun juga, asal tidak bersalahan dengan undang-undang atau peraturan umum yang ditetapkan oleh suatu kekuasaan yang berhak menetapkannya, dan tidak mengganggu hak-hak orang lain, kesemuanya itu dengan tak mengurangi kemungkinan akan pencabutan hak itu demi kepentingan umum berdasar atas ketentuan undang-undang dengan pembayaran ganti rugi”.

Semangat otonomi individualisme yang berkembang pada abad modern ini, mendorong setiap orang untuk berbuat dan melakukan sesuatu untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain, seperti untuk pemenuhan akan sandang, pangan dan papan (kebutuhan primer).

Berbagai macam urusan tersebut timbul karena dalam menjalani kehidupan lahiriah didunia ini, kita akan selalu berhadapan dengan segala macam keperluan hidup bendawi yang dapat dikatakan selalu “meliputi dan menyelimuti “ hampir keseluruhan liku kehidupan jasmani kita.

2Gilissen, John & Gorle, Frits,Sejarah Hukum Suatu Pengantar, Refika Aditama, Bandung,

2005, hal.23-24

(4)

Adapun berbagai macam keperluan kehidupan tersebut, pada garis besarnya dapat kita bagi dan kita bedakan macamnya menurut tingkatan kepentingannya yaitu:

a. Keperluan primer, yaitu keperluan yang terasa sangat penting bagi orang yang bersangkutan sehingga baginya keperluan ini haruslah dipenuhi paling dulu atau paling pertama, seperti keperluan akan papan, sandang dan pangan seperti yang telah dijelaskan diatas.

b. Keperluan sekunder, yaitu keperluan yang bagi orang yang bersangkutan terasa sebagai keperluan yang harus dipenuhi setelah terpenuhinya keperluan primer, seperti keperluan akan perabot rumah tangga, pesawat telpon, televisi dan transportasi.

c. Keperluan Tertier, yaitu keperluan yang bagi orang yang bersangkutan terasa sebagai keperluan yang baru dapat dipenuhi bilamana orang tersebut telah berhasil memenuhi keperluan-keperluan primer dan sekundernya, seperti keperluan akan rumah peristirahatan, rumah tambahan, tempat usaha tambahan/tempat perkantoran.4

Guna memenuhi akan kebutuhan-kebutuhan hidup tersebut, manusia selalu berusaha dengan segala cara demi tercapainya tujuan itu, sehingga secara sadar atau tidak sadar sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa mereka telah melakukan perikatan berupa kontrak atau perjanjian antara pihak yang satu dengan pihak lainnya.

4 A.Ridwan Halim,Sendi-Sendi Hukum Hak Milik, Kondominium, Rumah Susun dan

(5)

Perjanjian yang timbul diantara mereka, ada yang bentuk tertulis dan ada yang tidak tertulis (lisan), namun diterima sebagai norma yang harus ditaati, akan tetapi perjanjian yang dimaksudkan dalam penulisan ini, adalah suatu perjanjian yang bersifat komersial atau bersifat bisnis dalam pengertian sederhana, yaitu suatu hubungan hukum untuk melakukan transaksi bisnis antara dua pihak atau lebih pelaku usahayang dapat menimbulkan akibat hukum.

Menurut sifat dan akibat hukum yang dikehendaki oleh pihak- pihak, perjanjian dapat dibedakan menjadi 5 (lima) macam yaitu:5

a. Perjanjian yang letaknya dalam lapangan hukum keluarga (defamilie rechtelijke overeenkomst);

b. Perjanjian yang letaknya dalam lapangan hukum benda (dezakelijke overeenkomst);

c. Perjanjian yang letaknya dalam lapangan hukum acara (deprocess rechtelijke overeenkomst atau bewijsovereenkomst);

d. Perjanjian yang letaknya dalam lapangan hukum tata usaha (de publiek rechtelijke overeenkomst);

e. Perjanjian yang letaknya dalam lapangan hukum harta kekayaan (obligatoiere overeenkomst).

5 Inengah Juliana, Kontrak Manajemen Hotel Jaringan Internasional, Citra Aditya Bakti,

(6)

Berdasarkan kelima jenis lapangan hukum tersebut diatas, maka yang menjadi bahan ulasan dalam penulisan ini adalah lapangan hukum harta kekayaan (de obligatoiere overeenkomst) dan lapangan hukum benda (de zakelijke overeenkomst) atau lebih dikenal dengan sebutan perjanjian komersial (perjanjian bisnis), yang khusus dibuat oleh para pelaku usaha yang satu dengan pelaku usaha lainnya. Tujuannya adalah untuk menjadi pedoman bagi dirinya sendiri dan bagi pihak lain dalam mengadakan hubungan bisnis.

Melakukan suatu hubungan bisnis, para pihak seharusnya membuat suatu perjanjian yang diformulasikan dengan cara tertulis dan sangat mendetail, namun adakalanya dalam melakukan hubungan bisnis tertentu tidak selalu membuat perjanjian dalam bentuk tertulis, hal tersebut dapat terjadi, karena pada umumnya para pihak sudah saling kenal dan saling percaya, dan karena tidak terbiasa membuat secara detail mengenai isi dari perjanjian, yang terpenting persyaratannya jelas, terang, tunai dan nyata terpenuhi.

Pada umumnya membuat atau perancangan suatu perjanjian bisnis, biasanya selalu disiapkan fakta dan dasar hukum yang mengatur ataupun tidak diatur sesuai dengan yang ada dalam peraturan perundang-undangan, dengan transaksi bisnis yang disepakati oleh para pihak.

(7)

rumah, toko termasuk ruang-ruang perkantoran, dan hampir sebagian besar hubungan bisnis diantara para pelaku usaha selalu merancang suatu kontrak atau perjanjian secara tertulis, yang dengan sungguh-sungguh dipersiapkan untuk mengantisifasi perkembangan dan resiko yang mungkin akan terjadi, sebagai akibat dari persaingan usaha dan situasi serta kondisi politik, ekonomi, dan sosial budaya dalam suatu bangsa dan Negara.

Para pelaku usaha sangat tergantung pada kedinamisan kontrak atau perjanjian bisnis yang telah dipersiapkan, di rancang dan yang ditandangani, sehingga sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa:

“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.

Bahwa yang melakukan perjanjian bisnis tersebut, adalah mereka yang telah sepakat untuk suatu hal tertentu, dan yang dimaksud mereka disini tentunya adalah manusia dengan sesamanya, sehinga dengan demikian manusia itu tidak dapat hidup sendiri, melainkan harus hidup berdampingan dengan orang lain, dan sudah pasti membutuhkan pertolongan, serta hidup dalam masyarakat dengan berbagai macam profesi atau pekerjaan, dimana profesi yang satu dengan yang lainnya saling melengkapi.

(8)

Aristoteles, yang mengatakan bahwa “ manusia adalahzoon politicon” artinya bahwa manusia adalah makhluk yang pada dasarnya selalu ingin bergaul dan ingin berkumpul dengan sesamanya. Jadi manusia itu adalah makhluk yang suka bermasyarakat karena sifatnya yang ingin bergaul satu dengan yang lainnya maka manusia itu juga disebut makhluk social.6

Selain Aristoteles, ada lagi seorang tokoh filsafat yang bernama Jean Jacques Rousseau, yang memperkenalkan “Teori Kontrak Sosial”. Menurutnya, manusia pada awalnya hidup dalam kebebasan, tetapi ia melihat kondisi saat itu bahwa kebebasan itu telah hilang oleh perkembangan budaya dan ilmu. Ia menganjurkan agar manusia kembali (romanstisme) kepada kehidupannya yang asli. Manusia yang demikian, melalui kontrak sosial, menyerahkan kebebasannya (termasuk harta bendanya) kepada masyarakat secara keseluruhannya, sehingga tercipta masyarakat kolektif. Dalam masyarakat demikian, tidak ada individu yang lebih tinggi dari manusia yang lain.7

Oleh karena manusia berada dan hidup dalam masyarakat, serta hidup saling berdampingan dengan kelompok masyarakat lainnya. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, sudah sepatutnya manusia tersebut menjalin hubungan atau kerjasama antara yang satu dengan yang lainnya, baik antara perorangan, kelompok, maupun antara masyarakat, bangsa dan antar Negara.

6JB Daliyo,Pengantar Ilmu Hukum, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal.12

7 Darji, Darmodiharjo, & Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Apa Dan Bagaimana

(9)

Apabila kita perhatikan rumusan dari perjanjian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa perjanjian tersebut memiliki unsur-unsur sebagai berikut :8

a. Ada pihak-pihak sedikintya dua orang

Pihak-pihak dalam perjanjian disebut sebagai subjek perjanjian. Subjek perjanjian dapat berupa orang-orang atau perseroangan dan berupa badan hukum. Subjek perjanjian haruslah mampu atau berwenang untuk melakukan perbuatan hukum seperti yang ditetapkan dalam undang-undang. Subjek hukum dapat juga berkedudukan pasif atau sebagai debitur dan berkedudukan aktif atau sebagai kreditur.

b. Adanya persetujuan antara pihak-pihak

Persetujuan yang dimaksud disini adalah bersifat tetap dalam arti bukan baru mulai berunding. Perundingan tersebut hanya merupakan tahap atau tindakan pendahuluan untuk menunju suatu persetujuan.

Dengan disetujuinya oleh masing-masing pihak tentang syarat dan objek dari perjanjian itu, maka timbullah persetujuan dan persetujuan itu merupakansalah satu syarat sahnya perjanjian.

c. Adanya tujuan yang hendak dicapai.

Tujuan mengadakan perjanjian adalah guna memenuhi kebutuhan para pihak dan kebutuhan tersebut hanya dapat dipenuhi jika mereka mengadakan perjanjian

(10)

dengan pihak lain. Adapun tujuan dari perjanjian itu sendiri haruslah memenuhi syarat dari kebebasan berkontrak yaitu:

1) tidak dilarang undang-undang,

2) tidak bertentangan dengan kesusilaan dan 3) tidak bertentangan dengan ketertiban umum.

d. Adanya prestasi yang akan dilaksanakan.

Bilamana telah ada persetujuan, maka dengan sendirinya akan timbul suatu kewajiban untuk melaksanakannya. Pelaksanaan yang dimaksud disini tentu saja dapat berwujud suatu prestasi yang meliputi:

1. memberi sesuatu 2. berbuat sesuatu dan 3. tidak berbuat sesuatu.

Hal itu sesuai dengan yang dimaksud dalam Pasal 1234 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mengenai isi perikatan yaitu: “Tiap-tiap perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu”.

e. Adanya bentuk tertentu baik lisan maupun tertulis.

Dalam suatu perjanjian bentuk itu sangat penting, karena ada ketentuan undang-undang bahwa hanya dengan bentuk tertentu, maka suatu perjanjian mempunyai kekuatan mengikat dan merupakan sebagai bukti.

(11)

Mengenai syarat tertentu ini sebenarnya sebagai isi dari perjanjian, karena dengan syarat-syarat itulah dapat di ketahui hak dan kewajiban dari para pihak. Biasanya syarat ini dapat kita bedakan antara syarat pokok dan syarat tambahan.

Diundangkannya Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 3 Tahun 2001, pemungutan pajak dan retribusi di daerah serta penyelenggaraan peningkatan pengawasan perpajakan telah dapat berperan sebagai salah satu sektor penting dan strategis dalam menunjang dan mendorong kegiatan perekonomian, memantapkan pertahanan dan keamanan, mencerdaskan kehidupan bangsa, memperlancar kegiatan pemerintahan, memperkukuh persatuan dan kesatuan dalam kerangka wawasan nusantara, serta memantapkan ketahanan nasional serta meningkatkan hubungan antar bangsa.

Pemungutan Pajak Kendaraan Berrmotor selama ini merupakan pelayanan yang eksklusif oleh Pemerintah melalui Samsat Plaza Medan Fair. Dikatakan eksklusif karena pada dasarnya Samsat Corner tersebut memberikan pelayanan prima sebagaimana diharapkan masyarakat dalam pengurusan STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan), Pembayaran PKB/BBN-KB (Pajak Kendaraan Bermotor/Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor).

(12)

dikuasai oleh negara dan pembinaannya dilakukan oleh Pemerintah. Di Indonesia, pemungutan pajak kendaraan bermotor termasuk cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak. Merujuk pada ketentuan Pasal 33 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945, bahwa cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hidup orang banyak, dikuasai oleh negara, maka pemungutan pajak kendaraan bermotor dikuasai oleh negara dan pembinaanya dilakukan oleh pemerintah (Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004).

Sehubungan dengan arah dan kebijakan pembangunan nasional, maka Samsat Plaza Medan Fair berusaha memanfaatkan dana masyarakat dalam penyelenggaraan dan pemungutan pajak kendaraan bermotor dengan mengadakan kerjasama yang saling menguntungkan.

(13)

perlakuan yang sama kepada semua pihak yang memenuhi syarat dan hasil-hasilnya dinikmati oleh masyarakat secara adil dan merata. Asas kepastian hukum berarti bahwa pemungutan pajak kendaraan bermotor, harus didasarkan kepada peraturan perundang-undangan yang menjamin kepastian hukum, dan memberikan perlindungan hukum baik bagi para wajib pajak, maupun kepada penyelenggara pemungutan pajak kendaraan bermotor tersebut.Asas kepercayaan pada diri sendiri, dilaksanakan dengan memenfaatkan secara maksimal potensi sumber daya nasional serta penguasaan kemajuan teknologi, sehingga dapat meningkatkan kemandirian dan mengurangi ketergantungan sebagai suatu bangsa dalam menghadapi persaingan global. Asas kemitraan mengandung makna bahwa penyelenggaraan pemungutan pajak pada Samsat Sun Plaza harus dapat mengembangkan iklim yang harmonis, timbal balik, dan sinergi. Asas keamanan dimaksudkan agar penyelenggaraan pemungutan pajak selalu memperhatikan faktor keamanan dalam perencanaan, pembangunan, dan pengoperasiannya. Asas etika dimaksudkan agar dalam penyelenggaraan pemungutan pajak senantiasa dilandasi oleh semangat profesionalisme, kejujuran, kesusilaan, dan keterbukaan.

(14)

Seiring dan sejalan dengan kehidupan modern pelaksanaan pelayanan pemungutan pajak kendaraan bermotor dapat terjadi dalam berbagai bentuk kontrak-kontrak atau perjanjian-perjanjian, antara Dinas Pendapatan Daerah dengan PT. ANUGRAH PRIMA sebagai pemilik gedung Plaza Medan Fair.

Sampai saat ini banyak orang-orang melakukan kontrak-kontrak atau perjanjian-perjanjian dengan bermacam-macam bentuk. Karena banyaknya bentuk kontrak-kontrak ini dikhawatirkan akan terjadi ketidakpastian hukum. Untuk itu, demi terciptanya kepastian hukum perlu diadakan pengaturan tentang kontrak-kontrak tersebut dalam peraturan perundang-undangan.

Sebenarnya tidak ada pengertian yang secara defenitif mengatur kontrak, tetapi banyak para sarjana hukum berpendapat bahwa kontrak adalah perjanjian, atau persetujuan, antara lain :

Sudikno Mertokusumo, dalam pengarahannya sewaktu memberikan materi kuliah tentang Teori Hukum, dihadapan mahasiswa Pasca Sarjana KPK UGM/USU beliau mengatakan bahwa kontrak itu adalah persetujuan atau perjanjian.

Yang paling jelas kita lihat pada Buku III bab II BW; dimana R. Subekti, memberikan terjemahan dengan jelas bahwa kontrak itu adalah persetujuan, seperti ungkapan dibawah ini :

”Tentang perikatan-perikatan yang dilahirkan dari kontrak atau persetujuan”.

(15)

Kontrak sebenarnya adalah sama dengan perjanjian ataupun persetujuan, hanya saja kata kontrak ini dipakai terutama dalam akta-akta persetujuan atau perjanjian yang bersifat Internasional. Karena pada waktu mengadakan pembaharuan hukum kontrak harus diselenggarakan dengan syarat-syarat dan kebutuhan lalu lintas perdagangan Internasional.9

Akan tetapi Wirjono Prodjodikoro, di dalam tulisannya, tetap memakai istilah perjanjian dalam suatu persetujuan mengenai dua pihak dan pihak-pihak ini bisa saja antara orang Indonesia dengan Warga Negara Asing.

Perjanjian selalu mengenai dua pihak, satu pihak yang dibebani untuk keperluan siapa perjanjian itu harus dilaksanakan (Creditur), dan pihak yang dibebani untuk memenuhi suatu perjanjian (Debitur). Jika kedua pihak ini masing-masing tunduk pada peraturan hukum yang berbeda satu sama lain, harus juga diadakan juga pilihan diantara dua hukum tadi.10

Untuk itulah kiranya dirasa perlu diuraikan hal kontrak. Dalam menguraikan pengertian kontrak ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dipandang perlu untuk dikemukakan, karena penggunaan istilah-istilah oleh penulis-penulis Hukum Perdata, khususnya Hukum Perjanjian, untuk menterjemahkan ”Verbintenissen”dan ”Overeenkomsten”, tidak seragam.

Subekti dan Tjitrosudibio, dalam terjemahan KUH Perdata, menterjemahkan Overeenkomst dengan persetujuan dan Verbintenis diterjemahkan dengan istilah

9Sudarto Gautama,Indonesia dan Konvensi-konvensi Hukum Perdata Internasional, Alumni

Bandung, Tahun 1983, hal. 138.

10 Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Perdata Internasional, Cetakan VI, Bale,

(16)

ikatan dan di dalam bukunya ini juga mereka mengatakan kontrak itu adalah persetujuan.11

Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata ini memberikan kesempatan yang luas untuk membuat perjanjian baik perjanjian yang sudah ada peraturannya dalam KUH Perdata, misalnya jual beli, sewa-menyewa dan lain-lain, maupun bentuk perjanjian yang tidak atau belum ada peraturannya dalam KUH Perdata.

Kebebasan ini meliputi antara lain menentukan hak dan kewajiban para pihak yang terikat, bagaimana cara melaksanakan isi perjanjian, bentuk perjanjian apakah lisan atau tertulis, kecuali untuk beberapa jenis perjanjian undang-undang menentukan harus dibuat secara tertulis seperti perjanjian perdamaian dan hibah. Secara singkat dapat dikatakan bahwa kebebasan berkontrak ini, meliputi kebebasan untuk membuat jenis perjanjian baru dan kebebasan menentukan isi perjanjian.

Kerjasama Dinas Pendapatan Daerah dengan Pemilik gedung Plaza Medan Fair yaitu PT. Anugrah Prima adalah kontrak kontrak tentang sewa-menyewa gedung bangunan yang dibuat dalam suatu perjanjian atau kontrak kerjasama secara tertulis.

Dalam Pasal 1313 KUH Perdata, yang mengatakan “suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana 1 (satu) orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap 1 (satu) orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap 1 (satu) orang lain ataulebih”.

Mariam Darus Badrulzaman, menyatakan :

Para sarjana Hukum Perdata pada umumnya berpendapata bahwa definisi perjanjian yang terdapat di dalam ketentuan di atas adalah tidak lengkap, dan

11Subekti dan Tjitrosudibio,Terjemahan Burgerlijk Wetboek, Kitab Undang-Undang Hukum

(17)

pula terlalu luas. Tidak lengkap karena yang dirumuskan itu hanya mengenai perjanjian sepihka saja. Definisi itu dikatakan terlalu luas karena dapat mencaku perbuatan di dalam lapangan hukum keluarga, seperti janji kawin, yang merupakan perjanjianjuga, tetapi sifatnya berbeda dengan perjanjian yang diatur dalam KUH Perdata Buku III. Perjanjian yang diatur dalam KUH Perdata Buku III kriterianya dapat dilihat secara materiil,dengan kata lain dinilai dengan uang.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah hubungan hukum para pihak dalam Perjanjian Sewa–menyewa gedung yang dilakukan Penyewa (Sjafaruddin, SH,MM selaku Kepala Dinas Pendapatan Daerah) dengan PT. Anugrah Prima sebagai Pemilik gedung Plaza Medan Fair?

2. Apakah yang menjadi kendala dalam pelaksanaan Perjanjian Sewa-menyewa gedung yang dilakukan Penyewa (Sjafaruddin, SH,MM selaku Kepala Dinas Pendapatan Daerah) dengan PT. Anugrah Prima sebagai Pemilik gedung Plaza Medan Fair?

3. Bagaimanakah penyelesaian sengketa bila terjadi wanprestasi dalam pelaksanaan Perjanjian Sewa-menyewa gedung yang dilakukan Penyewa (Sjafaruddin, SH,MM selaku Kepala Dinas Pendapatan Daerah) dengan PT. Anugrah Prima sebagai Pemilik gedung Plaza Medan Fair?

C. Tujuan Penelitian

(18)

1. Untuk mengetahui hubungan para pihak dalam kontrak kerjasama yang dilakukan oleh Penyewa (Dinas Pendapatan Daerah) dengan PT. Anugrah Prima sebagai Pemilik gedung Plaza Medan Fair.

2. Untuk mengetahui yang menjadi kendala dalam pelaksanan kontrak kerjasama antara Penyewa (Dinas Pendapatan Daerah) dengan PT. Anugrah Prima sebagai Pemilik gedung Plaza Medan Fair.

3. Untuk mengetahui penyelesaian sengketa bila terjadi wanprestasi dalam pelaksanaan Perjanjian Sewa-menyewa gedung yang dilakukan Penyewa (Dinas Pendapatan Daerah) dengan PT. Anugrah Prima sebagai Pemilik gedung Plaza Medan Fair.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi secara teoritis dan praktis.Mengacu pada latar belakang dan permasalahn di atas, maka penelitian ini dapat bermanfaat antara lain :

1. Secara Teoritis

a. Sebagai bahan informasi bagi akademis maupun sebagai bahan pertimbangan hukum bagi para pihak yang hendak melaksanakan penelitian lanjutan.

b. Memberikan informasi mengenai sistem kerjasama Dinas Pendapatan Daerah dan PT. Anugrah Prima sebagai pemilik gedung Plaza Medan Fair dalam hal sewa-menyewa gedung.

(19)

a. Memberikan masukan masukan kepada Dinas Pendapatan Daerah dan masyarakat luas serta instansi terkait lainnya dengan memberikan suatu kontribusi dalam pembuatan kontrak perjanjian kerjasama.

b. Mencari solusi untuk mengatasi permasalahan dan meminimalisasi persoalan bilamana timbul dalam pelaksanaan kerjasama tersebut.

E. Keaslian Penulisan

Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan oleh peneliti dan tenaga administrasi di Sekretariat Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara bahwa tidak terdapat tesis yang menganalisa topik yang terkait dengan “Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Sewa Menyewa ”. Oleh karena itu, penelitian ini adalah “asli”, karena sesuai dengan asas-asas keilmuan, yakni : jujur, rasional, objektif, dan terbuka/transparan. Sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah dan terbuka atas masukan dan dan kritikan, serta saran-saran yang bersifat membangun.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi,12 dan satu teori harus diuji dengan menghadapkannya

12 J.J.J. M. Wuisman, dalam M. Hisyam, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Asas-Asas, FE UI,

(20)

pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya.13 Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, thesis mengenai sesuatu kasus atau permasalahan (problem) yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoretis.14

Dengan lahirnya beberapa peraturan hukum positif di luar KUHPerdata sebagai konsekuensi dari asas-asas hukum yang terdapat dalam lapangan hukum kekayaan dan hukum perikatan inilah yang akan dibahas dalam penelitian ini dengan aliran hukum positif yang analitis dari Jhon Austin, yang mengartikan :

Hukum itu sebagai a command of the lawgiver (perintah dari pembentuk undang-undang atau penguasa), yaitu suatu perintah mereka yang memegang kekuasaan tertinggi atau yang memegang kedaulatan, hukum dianggap sebagai suatu system yang logis, tetap, dan bersifat tertutup (closed logical system). Hukum secara tegas dipisahkan dari moral dan keadilan tidak didasarkan pada penilaian baik-buruk.15

Selain menggunakan teori positivisme hukum dari Jhon Austin dalam menganalisis tesis ini, juga cenderung digunakan teori sistem yang dikemukakan Mariam Darus Badrulzaman, bahwa sistem adalah kumpulan asas-asas hukum yang terpadu, yang merupakan landasan di atas mana dibangun tertib hukum.16 Hal yang sama juga dikemukakan Sunaryati hartono, bahwa sistem adalah sesuatu yang terdiri

suatu penjelasan rasional yang berkesesuaian dengan objek yang dijelaskannya. Suatu penjelasan biar bagaimanapun meyakinkan, tetapi harus didukung oleh fakta empiris untuk dapat dinyatakan benar.

13Ibid, hal. 16. 14M. Solly Lubis

, op. cit,hal. 80.

15Lihat Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi,Pengantar Filsafat Hukum, Mandar Maju, Bandung,

2002, hal. 55.

16Mariam Darus Badrulzaman,Mencari Sistem Hukum Benda Nasional, Alumni, BAndung,

(21)

dari sejumlah unsur atau komponen yang selalu pengaruh mempengaruhi dan terkait satu sama lain oleh satu atau beberapa asas.17

Jadi, dalam sistem hukum terdapat sejumlah asas-asas hukum yang menjadi dasar dalam pembentukan norma hukum dalam suatu perundang-undangan.

Dengan demikian, pembentukan hukum dalam bentuk hukum positif harus berorientasi pada asas-asas hukum sebagai jantung peraturan hukum tersebut.18Oleh sebab itu, pemahaman akan asas hukum tersebut sangatlah penting dalam menganalisis kontrak kerjasama Samsat Mall Sun Plaza dengan PT. Bank Sumut dalam hal sewa-menyewa bangunan.

Dengan teori system hukum tersebut maka analisa masalah yang diajukan adalah lebih berfokus pada sistem hukum positif khususnya mengenai substantive hukum, yakni dalam ketentuan peraturan perundang-undangan tentang kontrak kerjasama sewa-menyewa.

Istilah kontrak dalam terminologi sehari-hari nampaknya sangat popular, istilah-istilah seperti kontrak sewa-menyewa, kontrak jual beli, kontrak kerja, hamper tidak perlu klarifikasi bagi kaum awam dan seringkali bertolak dari pandangan bahwa yang dimaksud dengan kontrak sebuah dokumen tertulis.19 Kontrak adalah kata

17C.F.G. Sunaryati Hartono, PolitikHukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional, Alumni,

Bandung, 1991, hal. 56.

18Lihat, Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Alumni, Bandung, 1986, hal. 15, menyatakan bahwa

disebut demikian karena dua hal yakni, pertama, asas hukum merupakan landasan yang paling luas bagi lahirnya suatu peraturan hukum, artinya peraturan hukum itu pada akhirnya bisa dikembalikan kepada asas-asas tersebut. Kedua, sebagai alasan bagi lahirnya peraturan hukum atau merupakan ratio legis dari peraturan hukum.

19Soedjono Dirdjosisworo, Kontrak Bisnis (Menurut Sistem Civil Law, Common Law, dan

(22)

bahasa Belanda yang berasal dari kata Latin “Contractus”, dari bahasa Latin dijabarkan menjadi “Contract” (Perancis), “Contract” (Inggris) dan “Kontrakt” (Jerman).20

Kontrak yang berasal dari bahasa Inggris “contract”, adalah :

Agreement between two or more persons which treaties an obligation to do or not to do a particular thing. Its essentials are competent, subject matters, a legal concideration, mutuality of agreement, and mutuality of obligation …… the writing which contains the agreement of parties, with the terms and conditions, and which serves as a proof the obligations.21

Jadi, kontrak adalah suatu perjanjian (tertulis) di antara dua atau lebih orang (pihak) yang menciptakan (hak) dan kewajiban untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu hal khusus.

Suatu kontrak dari definisi di atas “memiliki unsur-unsur, yaitu “pihak-pihak yang kompeten, pokok yang disetujui, pertimbangan hukum, perjanjian timbalbalik, serta hak dan kewajiban timbal balik.”22

Menurut Munir Fuady, “banyak defenisi tentang kontrak telah diberikan, dan masing-masing bergantung kepada bagian-bagian mana dari kontrak tersebut yang dianggap sangat penting dan bagian tersebutlah yang ditonjolkan dalam defenisis tersebut”.23

Istilah kontrak dalam bahasa Indonesia sebenarnya sudah ada, dan bukan merupakan istilah asing. Misalnya dalam hukum kita sudah lama dikenal istilah

20

Ibid, hal. 65.

21J. Satrio,Hukum Perjanjian, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992, hal. 33. 22Ibid,hal. 36.

23 Munir Fuady, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang, Hukum Bisnis), PT. Citra Aditya,

(23)

“kebebasan berkontrak” bukan kebebasan “berperjanjian”, “berperhutangan” atau “berperikatan”.24

Pembuat KUHPerdata menyamakan istilah “kontrak dengan perjanjian, dan bahkan juga dengan persetujuan.25Menurut Salim HS, definisi perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata adalah tidak jelas, karena setiap perbuatan dapat disebut perjanjian tidak tampak asas konsensualisme dan bersifat dualisme.26

Ketidakjelasan definisi di atas disebabkan dalam rumusan tersebut hanya disebutkan perbuatan saja, sehingga yang bukan perbuatan hukumpun disebut dengan perjanjian.

Dengan adanya berbagai kelemahan dari definisi di atas, menurut Salim H.S., hukum kontrak adalah “keseluruhan dari kaidah hukum yang mengatur hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum”.27 Lebih lanjut dikemukakan Salim H.S., ada satu hal yang kurang yaitu : bahwa para pihak dalam kontrak semata-mata hanya orang perorangan, akan tetapi dalam praktekya, bukan hanya orang per orang yang membuat kontrak, termasuk juga badan hukum yang merupakan subjek hukum.28

Samsat Plaza Medan Fair merupakan tempat bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan prima, mewujudkan komitmennya dalam mendukung kinerja ke-Samsatan sebagai hak dasar mereka. Untuk itu sudah seharusnya Samsat Plaza

24

Ibid,hal. 2.

25J. Satrio, op. cit, hal. 19.

26 Salim, H.S., Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia, Sinar Grafika,

Jakarta, 2004, hal 15.

27Ibid,hal. 15.

(24)

Medan Fair harus terus-menerus dan konsisten melakukan inovasi dalam rangka peningkatan pelayanan.

Kontrak kerjasama sewa menyewa gedung Samsat Plaza Medan Fair dengan PT. Anugrah Prima dibuat secara tertulis, yang isinya telah dituangkan dalam bentuk perjanjian. Dengan ditandatanganinya perjanjian tersebut berarti telah terjadi hubungan hukum antara Penyewa (Sjafaruddin selaku Kepala Dinas Pendapatan) dengan Pemilik Gedung (PT. Anugrah Prima). Dengan demikian, masing-masing pihak telah mengikatkan diri di dalamnya.

Pengertian perjanjian sewa menyewa secara umum dapat ditemui pada pasal 1548 KUHPerdata yang mengatakan bahwa : “Sewa-menyewa ialah suatu persetujuan, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lainnya kenikmatan dari suatu barang, selama suatu waktu tertentu dan dengan pembayaran suatu harga, yang oleh pihak tersebut belakangan itu disanggupi pembayarannya”. Kita perhatikan lagi, yang dapat menjadi objek sewa-menyewa yaitu barang, dan dalam pasal 1548 ayat 2 KUHPerdata ditegaskan bahwa, “semua jenis barang baik yang tak bergerak, baik bergerak dapat disewakan.

(25)

Jadi, adanya kemauan untuk saling mengikatkan diri dalam suatu kontrak, membangkitkan kepercayaan bahwa kontrak itu dipenuhi. Namun, harus diingat bahwa asas kepercayaan ini merupakan “nilai etis yang bersumber pada moral”. Manusia terhormat akan memelihara janjinya. Para pihak di dalam suatu kontrak saling percaya bahwa di belakang hari masing-masing akan memenuhi perikatan tersebut. Asas ini memberikan arah terhadap pihak sehingga mereka itu mengikatkan dirinya.29

2. Konsepsi

Konsep adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Konsepsi diterjemahkan sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi suatu yang konkrit, yang disebut denganoperational definition.30Pentingnya definisi operasional adalah untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua (dubius) dari suatu istilah yang dipakai.31 Oleh karena itu untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini harus didefinisikan beberapa konsep dasar, agar secara operasional diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, yaitu : a. Tinjauan adalah hasil pandangan untuk menerapkan ketentuan hukum dalam

praktek seperti halnya tinjuan hukum kontrak kerjasama.

29Mariam Darus B.Pembaharuan Hukum Perikatan……,op. cit.,hal. 4.

30 Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak Dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi

Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Institut Bankir Indonesia, Jakarta, 1993, hal.10.

31 Tan Kamello, Perkembangan Lembaga Jaminan Fiducia; Suatu Tinjauan Putusan

(26)

b. Hukum perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melakukan suatu hal dalam lapangan dan harta kekayaan.

Perjanjian; adalah suatu janji atau seperangkat janji-janji dan akibat pengingkaran atau pelanggaran atasnya hukum memberikan pemulihan atau menetapkan kewajiban bagi yang ingkar janji disertai sanksi untuk pelaksanaannya.

c. Kerjasama adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh beberapa orang atau pihak untuk melakukan tujuan bersama.

d. Samsat Plaza Medan fair (Dinas Pendapatan Daerah) adalah usaha perencanaan / program dan kebijaksanaan teknis dibidang Pendapatan dalam menyelenggarakan pembinaan program pajak berupa pajak kendaraan bermotor.

e. Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya yang terikat pada suatu kepentingan yang mereka anggap bersama.

G. Metode Penelitian

1. Sifat dan Jenis Penelitian

(27)

Jenis penelitian yang diterapkan adalah memakai penelitian dengan metode penulisan dengan pendekatan yuridis normatif, karena pendekatan ini merupakan penelitian kepustakaan atau penelitian dokumen yang ditujukan atau dilakukan hanya pada peraturan perundang-undangan yang relevan dengan permasalahan yang diteliti atau dengan perkataan lain melihat hukum dari aspek normatif.32

Selain itu dalam penelitian ini juga dilakuka pendekatan deskriptif analisis, karena pendekatan yang digunakan adalah untuk menggambarkan, menelaah dan menjelaskan peraturan perundang-undangan yang berlaku kemudian menghubungkan dengan keadaan atau fenomena dalam praktek, yang memerlukan evaluasi terhadap substansi perpajakan.

2. Sumber Data

Pada penelitian hukum normatif, bahan pustaka merupakan data dasar yang dalam ilmu penelitian digolongkan sebagai data sekunder. Dengan demikian, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Bahan hukum primer yakni bahan hukum yang terdiri atas peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perpajakan dan perbankan antara lain : Keputusan Gubsu Nomor 060.254.K/Tahun 2002 tentang tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Pendapatan serta organisasi dan tata kerja Unit Pelaksana Teknis pada Dinas Pendapatan provinsi, Surat Kepala Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara Nomor 060/4148/Penda/2003 tanggal 10 Juni 2003

(28)

perihal standar pelaporan, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, dan peraturan-peraturan lainnya yang berhubungan.

b. Bahan hukum sekunder, seperti buku-buku teks yang ditulis oleh para ahli hukum, jurnal-jurnal hukum, pandapat para sarjana hukum dan hasil simposium yang berkaitan dengan hukum.

c. Bahan hukum tersier, seperti bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus hukum, ensiklopedia hukum, surat kabar dan majalah yang memuat tentang topik yang relevan dalam penulisan tesis ini.33

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang dipergunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan 2 (dua) metode yakni :

a. Penelitian Kepustakaan(Library Research).

Studi dokumen yaitu dilakukan dengan menginventarisir berbagai bahan hukum baik bahan hukum primer, sekunder dan tertier melalui penelusuran kepustakaan(library research).

b. Penelitian Lapangan(Field Research).

Data atau materi pokok dalam penelitian ini diperoleh langsung dari para responden melalui penelitian lapangan(field research)dengan melakukan wawancara

33Johny Ibrahim,Teori dan Penelitian Hukum Normatif,Surabaya, Bayu Media Publishing,

(29)

kepada informan dalam upaya mengetahui penerapan kebijakan pemungutan pajak kendaraan bermotor yang berwawasan dilingkungan Samsat Mall Sun Plaza.

Adapun informan tersebut adalah Kepala Dinas Pendapatan dan seluruh staf yang berkecimpung dalam ke- Samsatan Plaza Medan fair.

4. Analisis Data

Analisis Data dalam penelitian tesis ini dilakukan dalam rangkaian aktivitas yang dimulai dari pengumpulan data sampai dengan penarikan kesimpulan. Metode analisis dilakukan dengan metode analisis kualitatif yang difokuskan pada kedalaman analisis antar konsep yang dipergunakan atau ditemukan dalam penelitian.

Secara umum rangkaian kegiatan analisis dapat diuraikan sebagai berikut : a. Menginvertarisasi dan memilah bahan hukum yang relevan dengan topik

penelitian.

b. Menemukan norma-norma hukum atau asas-asas hukum dalam konsep-konsep hukum yang terdapat dalam bahan baku yang dipergunakan.

c. Mensistematidasikan konsep-konsep hukum dalam kategori yang lebih umum. d. Menganalisis dan mendeskripsikan hubungan antara kategori-kategori yang

diperoleh dalam penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pertumbuhan excess baggagee charge dengan pendapatan perusahaan pada Maskapai Garuda Indonesia rute

Kekayaan jenis berjumlah 35 herpetofauna dari empat tipe habitat yaitu hutan alam, hutan produksi terbatas, kebun albasia dan persawahan di kawasan Ketenger-Baturraden telah

However, the purpose of this study are: 1) To know the implementation of Adz-Dzikru Method in inproving the Qur‟an reading skill of the students at Darul

Kelemahan apabila kriteria tunggal digunakan untuk mengukur kinerja yaitu orang akan cenderung memusatkan usahanya pada kriteria pada usaha tersebut sehingga

Penulisan hukum ini membahas tentang apakah pengajuan kasasi penuntut umum terhadap putusan bebas perkara perkosaan dengan alasan adanya kesalahan penerapan hukum

wajib pajak agar mereka mengetahui bahwa sistem e-filing aman. f) Melihat bahwa dampak social berpengaruh secara signifikan terhadap penggunaan e-filing, maka

Sedangkan penerapan forward kinematik pada robot lengan untuk mengetahui nilai koordinat Cartesian dari sudut yang dituju pada setiap sendi diperoleh hasil persentase error

LAADUKASTA LIIKETOIMINTAA LUONNOSTA POIMINTOJA LUONNONTUOTE- JA ELINTARVIKEALAN KOULUTUKSISTA BIRGITTA PARTANEN.. KUVA 2/3