v KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah, kesehatan, dan kemudahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan
Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah Terhadap Transparansi
Pengelolaan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kota Medan,” guna
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara.
Dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan
serta dukungan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak.Terutama
penulis ucapkan kepada kedua orang tua penulis Bapak Ahmad Fuad, S.H dan Ibu Aida Tanjung, Amd. Terima kasih atas semua kasih sayang, do’a, dukungan, didikan, dan semangat yang sangat berarti. Semoga penulis dapat menjadi anak
yang dibanggakan. Kemudian kepada kakak dan Abang penulis, Ayu Andriany
dan Andy Hakim. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec,Ac,Ak,Ca, selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak, selaku Ketua
Departemen dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak, selaku
Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara.
vi
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak, selaku Ketua Program Studi
Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak, selaku Sekretaris
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. M.Zainul B.Torong, M.Si., Ak, selaku Dosen
Pembimbing.
5. Ibu Dra. Nurzaimah, M.M., Ak selaku Dosen Pembanding dan
Bapak Drs. Rustam, M.Si., Ak selaku Dosen Penguji.
6. Bapak-bapak dan Ibu-ibu dosen pengajar yang telah memberikan
ilmunya kepada penulis selama kuliah.
7. Pemerintah Kota Medan yang telah bersedia membantu pengisian
kuesioner pada penulisan skripsi ini, semoga skripsi saya dapat
bermanfaat bagi Pemko Medan.
8. Sahabat penulis, Eryanti Anggreini dan teman-teman seperjuangan
akuntansi 011 atas waktu, bantuan, dan motivasi yang diberikan.
Dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun bagi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat
bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang akuntansi.
Medan, 22 Februari 2015
Penulis
vii
2.3 Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah ... 14
2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 15
2.5 Kerangka Konseptual ... 16
2.6 Hipotesis ... 18
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 20
3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 20
viii
3.6.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 34
3.6.3 Pengujian Hipotesis ... 35
3.6.3.1 Uji Parsial (uji-t) ... 36
3.6.3.2 Uji Simultan (Uji-F) ... 36
3.6.3.3 Adjusted R Square ... 37
3.6.4 Tempat dan Waktu Penelitian... 38
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian ... 40
4.1.1 Sejarah Singkat Kota Medan ... 40
4.1.2 Letak Geografis ... 41
4.2 Analisis Data ... 42
4.2.1 Analisis Deskriptif ... 42
4.2.1.1 Analisis Deskriptif Responden ... 43
4.2.1.2 Analisis Deskriptif Variabel ... 44
4.2.2 Analisis Statistik ... 50
4.2.2.1 Uji Asumsi Klasik ... 50
4.2.2.2 Uji Hipotesis ... 56
4.2.2.3 Uji Signifikansi Parsial (Uji-t) ... 58
4.2.2.4 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 59
4.2.2.5 Uji Koefisien Determinan (R2) ... 61
4.2.3 Pembahasan ... 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 65
5.2 Saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA ... 67
ix DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu ... 15
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 25
3.2 Data Populasi ... 27
3.3 Data Sampel ... 28
3.4 Uji Validitas ... 30
3.5 Uji Reliabilitas ... 32
3.6 Jadwal Penelitian ... 38
4.1 Karakteristik Responden Jenis Kelamin ... 43
4.2 Karakteristik Responden Usia ... 43
4.3 Karakteristik Responden Pendidikan Terakhir ... 44
4.4 Distribusi Jawaban Responden variabel Penyajian ... 45
4.5 Distribusi Jawaban Responden variabel Aksesibilitas ... 47
4.6 Distribusi Jawaban Responden variabel Transparansi ... 48
4.7 Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov Smirnov ... 52
4.8 Hasil Uji Glejser ... 55
4.9 Hasil Uji Multikolinearitas ... 55
4.10 Hasil Uji Analisis Regresi Berganda ... 56
4.11 Hasil Uji Parsial ... 58
4.12 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji-F) ... 61
4.13 Hasil Uji Koefisien Determinan ... 62
x DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual ... 18
4.1 Gambar Grafik Histogram ... 51
4.2 Normal Probability Plot ... 51
4.3 Gambar Scatterplot ... 54
xi DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1 Kuesioner ... 70
2 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 74
3 Distribusi Jawaban Responden ... 76
4 Identitas Responden ... 79
5 Uji Analisis Regresi Berganda ... 81
1 BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Pada era reformasi dan desentralisasi sekarang ini, good governance,
khususnya transparansi dan akuntabilitas keuangan pemerintahan baik pusat
maupun daerah telah menjadi isu sentral yang menjadi sorotan dari berbagai
pihak. Kebebasan politik telah mendorong media massa dengan bebas
membeberkan berbagai kasus dan peristiwa yang menyangkut keuangan
pemerintah yang sebelumnya hampir tidak tersentuh oleh mata dan telinga publik.
Perhatian terhadap isu transparansi pengelolaan keuangan yang berujung pada
tingkat akuntabilitas pemerintah semakin meningkat seiring dengan peningkatan
sistem teknologi, informasi dan keterbukaan publik dekade terakhir ini.
Sejak disahkan dan diberlakukannya UU No.32 tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah, penyelenggaraan pemerintah daerah telah mengalami
reformasi fundamental, baik secara politis, administratif, teknis maupun keuangan
dan ekonomi. Berdasarkan pasal 1 ayat 6 dari undang-undang tersebut
menyatakan bahwa daerah otonomi adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri pemerintah dan kepentingan
masyarakat sesuai dengan perundang-undangan. Dengan demikian pemerintah
daerah sebagai daerah otonom memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan
sendiri urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya. Dalam hal
pengelolaan keuangan yang sebelumnya menganut sistem sentralisasi kemudian
berubah menjadi desentralisasi dengan diberlakukannya UU No.33 tahun 2004
2
tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah
daerah. Dengan demikian pemerintah daerah baik pemerintah provinsi maupun
pemerintah kota/kabupaten harus melakukan pengelolaan keuangan yang menjadi
haknya berdasarkan perundang-undangan.
Sebagai pedoman bagi pemerintah daerah dalam mengelola keuangannya,
maka pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah No.24 tahun 2005 mengenai
Standar Akuntansi Pemerintahan dan Peraturan Pemerintah No.58 tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Kementerian Dalam Negeri yang
membawahi pemerintah daerah kemudian melakukan tindak lanjut atas Peraturan
Pemerintah No.58 tahun 2005 dengan mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam
Negeri No.13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan ini mengatur mengenai pedoman pengelolaan keuangan daerah sesuai
reformasi tata kelola keuangan negara atau daerah. Perubahan yang paling
mendasar pada peraturan ini adalah bergesernya fungsi bagian keuangan ke
masing-masing satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dan SKPD sebagai
accounting entity diwajibkan untuk membuat laporan keuangan. Disamping itu,
peraturan tersebut juga mengatur pengelolaan keuangan daerah mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan dan pelaporan dimana pemerintah
daerah berkewajiban membuat laporan keuangan yang sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan.
Sejak diberlakukannya Peraturan Pemerintah No.71 tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual, basis akuntansi di Indonesia
mengalami pergeseran yang sebelumnya berbasis kas berubah menjadi berbasis
3
akrual. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) adalah prinsip-prinsip akuntansi
yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah
(PP No.71/2010 Pasal 1 ayat 3). Dijelaskan lebih jauh SAP berbasis akrual adalah
SAP yang mengakui pendapatan, beban, aset, utang dan ekuitas dalam pelaporan
finansial berbasis akrual, serta mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan
dalam pelaporan pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam
APBN/APBD (PP No.71/2010 Pasal 1 ayat 8). Pada pendahuluan tepatnya
mengenai peranan pelaporan keuangan pada PP No.71 tahun 2010, disebutkan
bahwa laporan keuangan disusun untuk menyajikan informasi yang relevan
mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas
pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan
untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk
melaksanakan kegiatan operasional pemerintahan, menilai kondisi keuangan,
mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu
menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan. Entitas
pelaporan itu sendiri adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih
entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib
menyajikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan yang bertujuan
umum, yang terdiri dari :
a) Pemerintah pusat
b) Pemerintah daerah
c) Masing-masing Kementrian negara atau lembaga di lingkungan pemerintah
pusat
4
d) Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasi
lainnya.
Setiap entitas pelaporan tanpa terkecuali pemerintah daerah baik pemerintah
provinsi maupun pemerintah kota/kabupaten mempunyai kewajiban untuk
melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam
pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode
pelaporan untuk kepentingan akuntabilitas, manajemen, transparansi dan
keseimbangan antargenerasi.
Sistem desentralisasi dan krisis kepercayaan publik terhadap pemerintah
dalam pengelolaan keuangan menimbulkan konsekuensi dimana pemerintah
daerah sebagai entitas pelaporan baik pemerintah provinsi maupun pemerintah
kabupaten/kota, harus dapat meningkatkan akuntabilitas melalui transparansi
pengelolaan keuangan yang mampu menyediakan semua informasi yang relevan
secara jujur dan terbuka kepada publik yang juga dapat diakses oleh publik dalam
rangka melaksanakan amanat rakyat. Reformasi pengelolaan keuangan daerah
telah lama dilaksanakan. Berbagai persoalan dan proses pembelajaran menuju
pengelolaan keuangan daerah yang baik memang belum mencapai kestabilan yang
sempurna. Namun, terlihat transparansi dan akuntabilitas keuangan daerah
mengalami kemajuan yang sangat berarti. Membaiknya kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah dari tahun ke tahun, yang ditandai dengan kemajuan signifikan
membaiknya opini audit BPK selama ini, merupakan modal yang kuat untuk
membangun transparansi pengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan
daerah yang transparan dan berkualitas juga merupakan salah satu unsur penting
5
dalam mewujudkan tata pemerintahan yang bersih dan akuntabel. Sebagai
komitmen pemerintah dalam pengelolaan keuangan daerah, pada tahun 2005 terbit
Peraturan Pemerintah Nomor 58 (PP 58/2005) tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah. Dalam PP 58 / 2005 dinyatakan bahwa keuangan daerah harus dikelola
secara tertib, taat pada peraturan perundangundangan, efisien, ekonomis, efektif,
transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan,
kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat.
Transparansi menjadi salah satu asas umum pengelolaan keuangan daerah
sesuai dengan PP 58 / 2005, sekaligus dapat menjadi kunci penyelenggaraan
asas-asas lainnya. Pengertian lebih jauh tentang transparansi itu sendiri, terdapat
dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 (Permendagri 13 /
2006) tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Transparansi diartikan
sebagai prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui
dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan daerah. Salah
satu bentuk tanggungjawab pengembangan keuangan daerah dapat diwujudkan
dengan menyediakan informasi keuangan yang komprehensif kepada masyarakat
luas. PP No. 56/2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah, sebagaimana
telah diubah dengan PP No. 65/2010 tentang Perubahan Atas PP No. 56/2005
tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah, telah menetapkan bahwa daerah
menyampaikan informasi yang berkaitan dengan keuangan daerah kepada
pemerintah, dalam hal ini disampaikan kepada Menteri Keuangan dan Menteri
Dalam Negeri. Dengan kemajuan teknologi dan informasi (information
technology/IT) yang demikian pesat serta potensi pemanfaatan secara luas, hal
6
tersebut membuka peluang bagi berbagai pihak untuk mengakses, mengelola, dan
mendayagunakan informasi secara cepat dan akurat untuk lebih mendorong
terwujudnya pemerintahan yang bersih, transparan, dan tetap mampu menjawab
tuntutan perubahan secara efektif.
Namun, salah satu kelemahandalam Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah (LKPD) terletak pada ketidakmampuan menyajikan data yang konsisten
dan terintegrasi mulai dari data aset, anggaran, gaji, serta proses penatausahaan,
sehingga menimbulkan banyak ketidakakuratan data dalam proses akuntansi yang
menghasilkan LKPD baik neraca, Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Arus Kas,
laporan operasional, laporan saldo anggaran lebih, maupun Catatan atas Laporan
Keuangan (CaLK). Kelemahan lain pada pengelolaan keuangan daerah adalah
tidak tersedianya unit arsip data pengelolaan keuangan yang baik sehingga banyak
data penting yang hilang. Disamping itu, saat ini laporan keuangan cenderung
masih dianggap sebagai dokumen rahasia sehingga publikasi atas laporan
keuangan melalui internet, surat kabar atau akses publik lainnya yang menjadi
sarana publik untuk menilai transparansi pemerintah, belum menjadi hal yang
umum untuk dilaksanakan.
Penelitian mengenai transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan
daerah yang dipengaruhi oleh penyajian laporan keuangan daerah pernah
dilakukan oleh peneliti terdahulu Hanim (2009). Hasil penelitian menyatakan
bahwa ada pengaruh positif antara penyajian laporan keuangan daerah terhadap
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Hasil yang sama juga
diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Marjuki (2011) pada pemkab
7
Samosir dengan penambahan variabel aksesibilitas laporan keuangan daerah
dimana ada pengaruh positif baik secara parsial maupun simultan antara
penyajian laporan keuangan daerah dan aksesibilitas laporan keuangan daerah
terhadap transparansi dan akuntabilitas laporan keuangan daerah.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dan membuat skripsi dengan judul : “Pengaruh Penyajian
Laporan Keuangan Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah Terhadap
Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah pada Pemerintah Kota Medan.”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merumuskan apa yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Apakah penyajian laporan keuangan daerah berpengaruh terhadap
transparansi pengelolaan keuangan daerah?
2. Apakah aksesibilitas laporan keuangan daerah berpengaruh terhadap
transparansi pengelolaan keuangan daerah?
3. Apakah penyajian laporan keuangan daerah dan aksesibilitas laporan
keuangan daerah secara simultan berpengaruh terhadap transparansi
pengelolaan keuangan daerah?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penyajian
laporan keuangan daerah dan aksesibilitas laporan keuangan terhadap transparansi
pengelolaan keuangan daerah pada pemerintah kota Medan.
8 1.4 Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat:
1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah
pengetahuan penulis di bidang akuntansi sektor publik dan mengenai
penyajian laporan keuangan, dan transparansi pengelolaan keuangan
daerah.
2. Bagi pemerintah kota Medan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
referensi dalam rangka peningkatan transparansi dalam hal penyajian
dan aksesibilitas laporan keuangan.
3. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan
masukan untuk melakukan penelitian berikutnya mengenai
akuntabilitas maupun transparansi pengelolaan keuangan daerah
lainnya.