• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Karakteristik Badan Hukum Rumah Sakit di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Karakteristik Badan Hukum Rumah Sakit di Indonesia"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. ASPEK HUKUM PERUMAHSAKITAN

2.1.1. Sejarah

Dalam sejarah kuno, kepercayaan dan pengobatan berhubungan sangat erat. Salah satu contoh institusi pengobatan tertua adalah kuil Mesir. Kuil Asclepius di Yunani juga dipercaya memberikan pengobatan kepada orang sakit, yang kemudian juga diadopsi bangsa Romawi sebagai kepercayaan. Kuil Romawi untuk Æsculapius dibangun pada tahun 291 SM (sebelum masehi) di tanah Tiber, Roma dengan ritus-ritus hampir sama dengan kepercayaan Yunani.1

Institusi yang spesifik untuk pengobatan pertama kali, ditemukan di India. Rumah sakit Brahmanti pertama kali didirikan di Sri Lanka pada tahun 431 SM, kemudian Raja Ashoka juga mendirikan 18 rumah sakit di Hindustan pada 230 SM dengan dilengkapi tenaga medis dan perawat yang dibiayai anggaran kerajaan. Rumah sakit pertama yang melibatkan pula konsep pengajaran pengobatan, dengan mahasiswa yang diberikan

1 Fery K. Indrawanto, “Sejarah Rumah Sakit,”

(2)

pengajaran oleh tenaga ahli, adalah Akademi Gundishapur di Kerajaan Persia.

Bangsa Romawi menciptakan valetudinaria untuk pengobatan budak, Gladiator, dan prajurit sekitar 100 SM. Adopsi kepercayaan Kristiani turut mempengaruhi pelayanan medis di sana. Konsili Nicea I pada tahun 325 memerintahkan pihak Gereja untuk juga memberikan pelayanan kepada orang-orang miskin, sakit, janda, dan musafir. Setiap satu katedral di setiap kota harus menyediakan satu pelayanan kesehatan. Salah satu yang pertama kali mendirikan adalah Saint Sampson di Konstantinopel dan Basil, Bishop of Caesarea. Bangunan ini berhubungan langsung dengan bagunan gereja, dan disediakan pula tempat terpisah untuk penderita lepra.2

Rumah sakit abad pertengahan di Eropa juga mengikuti pola tersebut. Di setiap tempat peribadahan biasanya terdapat pelayanan kesehatan oleh pendeta dan suster (Frase Perancis untuk rumah sakit adalah hôtel-Dieu, yang berarti "hostel of God."). Namun beberapa di antaranya bisa pula terpisah dari tempat peribadahan. Ditemukan pula rumah sakit yang terspesialisasi untuk penderita lepra, kaum miskin, atau musafir.

Rumah sakit dalam sejarah Islam memperkenalkan standar pengobatan yang tinggi pada abad 8 hingga 12. Rumah sakit pertama dibangun pada abad 9 hingga 10 mempekerjakan 25 staf pengobatan dan perlakuan pengobatan berbeda untuk penyakit yang berbeda pula. Rumah

2

(3)

sakit yang didanai pemerintah muncul pula dalam sejarah Tiongkok pada awal abad 10.

Perubahan rumah sakit menjadi lebih sekular di Eropa terjadi pada abad 16 hingga 17. Tetapi baru pada abad 18 rumah sakit modern pertama dibangun dengan hanya menyediakan pelayanan dan pembedahan medis. Inggris pertama kali memperkenalkan konsep ini. Guy's Hospital didirikan di London pada 1724 atas permintaan seorang saudagar kaya Thomas Guy. Rumah sakit yang dibiayai swasta seperti ini kemudian menjamur di seluruh Inggris Raya. Di koloni Inggris di Amerika kemudian berdiri Pennsylvania General Hospital di Philadelphia pada 1751. Setelah terkumpul sumbangan £2,000. Di Eropa Daratan biasanya rumah sakit dibiayai dana publik. Namun secara umum pada pertengahan abad 19 hampir seluruh negara di Eropa dan Amerika Utara telah memiliki keberagaman rumah sakit.

(4)

pribumi bahwa pelayanan penyembuhan di rumah sakit adalah gratis. Mereka tidak mengetahui bahwa sejak zaman VOC, orang Eropa yang berobat di rumah sakit VOC (kecuali tentara dan keluarganya) ditarik bayaran termasuk pegawai VOC. Setelah kemerdekaan perumahsakitan di Indonesia berkembang pesat sehingga muncul berbagai macam Rumah Sakit baik milik swasta maupun milik pemerintah. Secara garis besar dapat dibedakan adanya dua kategori Rumah Sakit, yaitu Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 159b / MENKES / PER / II / 1998 mencantumkan pengertian tentang Rumah Sakit, Rumah Sakit Umum, dan Rumah Sakit Khusus, sebagai berikut:

a) Rumah Sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara merata, dengan mengutamakan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan, yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit dalam suatu tatanan rujukan, serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian.

b) Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat untuk semua jenis penyakit, mulai dari pelayanan kesehatan dasar sampai dengan pelayanan subspesialistis sesuai dengan kemampuannya.

(5)

2.1.2. Pengertian

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan rawat darurat (Permenkes No. 147 Tahun 2010). Rumah sakit menurut Anggaran Dasar Perhimpunan Rumah Sakit seluruh Indonesia (PERSI) Bab I Pasal 1 adalah suatu lembaga dalam mata rantai Sistem Kesehatan Nasional yang mengemban tugas pelayanan kesehatan untuk seluruh masyarakat. Rumah sakit adalah suatu saranan yang merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan yang menjalankan rawat inap, rawat jalan, dan rehabiitasi berikut segala penunjangnya.

Menurut American Hospital Association, rumah sakit adalah suatu institusi yang fungsi utamanya adalah memberikan pelayanan kepada pasien. Pelayanan tersebut merupakan diagnostik dan terapeutik untuk berbagai penyakit dan masalah kesehatan baik yang bersifat bedah maupun non bedah.3

2.1.3. Badan hukum

Berdasarkan pengelolaan rumah sakit, bentuk badan hukum rumah sakit dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1) Yayasan

3

(6)

Bentuk badan hukum yayasan mengacu pada Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2004 tentang Yayasan dan akte Yayasan dari masing-masing rumah sakit. Pada rumah sakit yang berbentuk Yayasan yang dimaksud yang mewakili pemilik adalah pengurus Yayasan. Oleh karena itu komposisi dan keangotaan agar mengacu sesuai peraturan yayasan tersebut. Sedangkan tanggung jawab selain mengacu kepada undang-undang Yayasan juga mengacu tanggung jawab pemilik atau yang mewakili.

2) Perseroan Terbatas

Acuan dari bentuk badan hukum perseroan terbatas mengacu pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 jo. Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan akte perseroan terbatas dari masing-masing Rumah Sakit. Pada Rumah Sakit perseroan terbatas yang dimaksud pemilik atau yang mewakili adalah organisasi yang satu level di atas direktur rumah

sakit yang lebih dikenal dengan sebutan “board of director”. Komposisi dan

keanggotaan serta tugas dan tanggung jawab mengacu pada peraturan perseroan terbatas tersebut di atas.

2.1.4. Manajemen

(7)

pelaksanaan perizinan rumah sakit hospital by laws (HBL) merupakan salah satu faktor yang harus dipenuhi. Pada hakikatnya hospital by laws

mempunyai bidang tersendiri dan juga mempunyai fungsi penting di dalam mengadakan tata tertib dan kepastian hukum dan jalannya rumah sakit. Ia

adalah “aturan main” (rules of the game) dari manajemen Rumah Sakit

dalam melakukan fungsi dan tugasnya. Jika aturan dan disiplin manajemen sudah dibuat dengan baik dan juga dipatuhi, maka hospital by laws dapat merupakan alat untuk menjalankan program Manajemen Risiko dan ‘Good

Governance’ dengan baik dan berhasil. Kesemuanya ini tergantung kepada

kemauan dan kepatuhan dari semua pihak-pihak yang terkait.

Rumah Sakit adalah sebuah lembaga atau organisasi yang memiliki karakteristik khas, yaitu padat karya, padat modal, padat teknologi, dan padat profesi. Di dalam organisasi atau manajemen Rumah Sakit terdapat 3 (tiga) unsur kekuasaan atau pilar utama yang saling menunjang dalam operasional Rumah Sakit, yaitu:

1) Pemilik (Governing Board); 2) Pengelola;

3) Pemberi pelayanan

(8)

profesional yang disebut sebagai Statuta Rumah Sakit atau Hospital By-Laws. Ketiga pilar tersebut perlu diatur hubungan di antara ketiganya agar Rumah Sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan dapat berjalan aman dan bermutu. Ketiga pilar utama tersebut harus bekerja sama secara integratif, saling mendukung, tidak saling mempengaruhi dan tidak saling menguasai. Yang secara jelas membedakan organisasi Rumah Sakit dengan organisasi perusahaan lainnya selain Rumah Sakit adalah pada organisasi perusahaan umumnya hanya memiliki 2 (dua) kekuasaan yaitu pemilik dan pengelola sedangkan pada organisasi Rumah Sakit terdiri dari 3 (tiga) pilar kekuasaan yaitu pemilik, pengelola, dan pemberi pelayanan (komite medik), sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan adanya 3 (tiga) pilar utama dalam organisasi Rumah Sakit merupakan ciri khas organisasi Rumah Sakit yang membedakan dengan institusi atau organisasi lain.

2.1.5. Pendirian

Persyaratan Izin Mendirikan Rumah Sakit menurut lampiran Permenkes Nomor 147 Tahun 2010, untuk memperoleh izin mendirikan, Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan yang meliputi:

(9)

1) Demografi, yang mempertimbangkan luas wilayah dan kepadatan penduduk, serta karakteristik penduduk yang meliputi umur, jenis kelamin dan status perkawinan);

2) Sosio-ekonomi, yang mempertimbangkan kultur (kebudayaan), tingkat pendidikan, angkatan kerja, lapangan pekerjaan, pendapatan domestik rata-rata bruto;

3) Morbiditas dan mortalitas, yang mempertimbangkan 10 penyakit utama (Rumah Sakit, Puskesmas & Rawat jalan, Rawat inap), angka kematian (GDR, NDR), angka persalinan, dan seterusnya;

4) Sarana dan prasarana kesehatan yang mempertimbangkan jumlah, jenis dan kinerja layanan kesehatan, jumlah spesialisasi dan kualifikasi tenaga kesehatan, jumlah dan jenis layanan penunjang (canggih, sederhana dan seterusnya); dan

5) Peraturan perundang-undangan yang mempertimbangkan kebijakan pengembangan wilayah pembangunan sektor non kesehatan, kebijakan sektor kesehatan dan perumahsakitan.

b) Kajian kebutuhan sarana/fasilitas dan peralatan medik/non medik, dana dan tenaga yang dibutuhkan untuk layanan yang akan diberikan, meliputi:

(10)

2) Peralatan medik dan non medik yang mempertimbangkan perkiraan peralatan yang akan digunakan dalam kegiatan layanan;

3) Tenaga / sumber daya manusia yang mempertimbangkan perkiraan kebutuhan tenaga dan kualifikasi; dan

4) Pendanaan yang mempertimbangkan perkiraan kebutuhan dana investasi.

c) Kajian kemampuan pembiayaan yang meliputi:

1) Prakiraan pendapatan yang mempertimbangkan proyeksi pendapatan yang mengacu dari perkiraan jumlah kunjungan dan pengisian tempat tidur;

2) Prakiraan biaya yang mempertimbangkan proyeksi biaya tetap dan biaya tidak tetap dengan mengacu pada perkiraan sumber daya manusia;

3) Proyeksi Arus Kas (5 -10 tahun);dan 4) Proyeksi Laba/Rugi (5 – 10 tahun).

2. Master plan adalah strategi pengembangan aset untuk sekurang-kurangnya sepuluh tahun kedepan dalam pemberian pelayanan kesehatan secara optimal yang meliputi identifikasi proyek perencanaan, demografis, tren masa depan, fasilitas yang ada, modal dan pembiayaan.

3. Status kepemilikan.

(11)

a) Pemerintah, harus berbentuk Unit Pelaksana Teknis dari Instansi yang bertugas di bidang kesehatan dan instansi tertentu dengan pengelolaan Badan Layanan Umum;

b) Pemerintah Daerah, harus berbentuk Lembaga Teknis Daerah dengan pengelolaan Badan Layanan Umum Daerah, atau;

c) Swasta, harus berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya hanya bergerak di bidang perumahsakitan:

1) Badan hukum dapat berbentuk Yayasan, Perseroan, perseroan terbatas, Perkumpulan dan Perusahaan Umum;

2) Badan hukum dalam rangka penanaman modal asing atau penanaman modal dalam negeri harus mendapat rekomendasi dari instansi yang melaksanakan urusan penanaman modal asing atau penanaman modal dalam negeri.

4. Persyaratan pengolahan limbah meliputi Upaya Kesehatan Lingkungan (UKL), Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) dan atau Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) yang dilaksanakan sesuai jenis dan klasifikasi Rumah Sakit sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

5. Luas tanah untuk Rumah Sakit dengan bangunan tidak bertingkat, minimal 1½ (satu setengah) kali luas bangunan dan untuk bangunan bertingkat minimal 2 (dua) kali luas bangunan lantai dasar. Luas tanah dibuktikan dengan akta kepemilikan tanah yang sah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(12)

a) harus menggunakan bahasa Indonesia, dan

b) tidak boleh menambahkan kata ”internasional”, ”kelas dunia”, ”world

class”, ”global” dan/atau kata lain yang dapat menimbulkan penafsiran

yang menyesatkan bagi masyarakat.

7. Memiliki Izin undang-undang gangguan (HO), Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Izin Penggunaan Bangunan (IPB) dan Surat Izin Tempat Usaha (SITU) yang dikeluarkan oleh instansi berwenang sesuai ketentuan yang berlaku.

Persyaratan Izin Operasional Rumah Sakit:

Untuk mendapatkan izin operasional RS harus memiliki persyaratan: 1. Memiliki izin mendirikan.

2. Sarana prasarana

Tersedia dan berfungsinya sarana dan prasarana pada rawat jalan, rawat inap, gawat darurat, operasi/bedah, tenaga kesehatan, radiologi, ruang laboratorium, ruang sterilisasi, ruang farmasi, ruang pendidikan dan latihan, ruang kantor dan administrasi, ruang ibadah, ruang tunggu, ruang penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit; ruang menyusui, ruang mekanik, ruang dapur, laundry, kamar jenazah, taman, pengolahan sampah, dan pelataran parkir yang mencukupi sesuai dengan jenis dan klasifikasinya. 3. Peralatan

(13)

persyaratan mutu, keamanan, keselamatan dan laik pakai sesuai dengan jenis dan klasifikasinya.

b) Memiliki izin pemanfaatan dari instansi berwenang sesuai ketentuan yang berlaku untuk peralatan tertentu, misalnya; penggunaan peralatan radiologi harus mendapatkan izin dari Bapeten.

4. Sumberdaya Manusia

Tersedianya tenaga medis, dan keperawatan yang purna waktu, tenaga kesehatan lain dan tenaga non kesehatan telah terpenuhi sesuai dengan jumlah, jenis dan klasifikasinya.

5. Administrasi manajemen

a) Memiliki organisasi paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan.

1) Kepala Rumah Sakit harus seorang tenaga medis yang mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang perumahsakitan.

2) Tenaga struktural yang menduduki jabatan sebagai pimpinan harus berkewarganegaraan Indonesia.

b) membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya.

c) Memiliki dan menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit (hospital by laws dan medical staf by laws).

(14)

2.2. ASPEK HUKUM YAYASAN

2.2.1. Sejarah

Lembaga Yayasan sudah dikenal sejak zaman Hindia Belanda dan sudah dikenal banyak dalam masyarakat. Hal ini berlaku terus sampai Indonesia menjadi negara merdeka dan berdaulat. Karena bentuknya yang sudah melekat pada masyarakat luas di Indonesia, maka bentuk Yayasan tumbuh, hidup dan berkembang sehingga setiap kegiatan non profit yang dilembagakan akan memakai lembaga bentuk Yayasan.4

Sebelum lahirnya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, kedudukan Yayasan sebagai badan hukum (rechtprsoon) sudah diakui, dan diberlakukan sebagai badan hukum, namun status Yayasan sebagai Badan Hukum dipandang masih lemah karena tunduk pada aturan-aturan yang bersumber dari kebiasaan dalam masyarakat atau yurisprudensi. Istilah Yayasan pada mulanya adalah terjemahan dari

istilah“stichting” dalam bahasa Belanda dan “foundation” dalam bahasa

Inggris.5 Oleh karena belum adanya peraturan perundang-undangan yang mengatur secara khusus tentang Yayasan, maka dalam menjalankan kegiatannya Yayasan-Yayasan tersebut menggunakan Kitab Undang-Undang

4

Arie Kusumastuti dan Maria Suhardiadi, Hukum Yayasan di Indonesia, Abadi, Jakarta, 2003, hal. 1.

5

(15)

Hukum Perdata sebagai dasar pengaturannya antara lain yaitu Pasal 365, Pasal 900 dan Pasal 1680 KUH Perdata.6

Pasal 365 KUH Perdata menyebutkan bahwa dalam segala hal, bilamana Hakim harus mengangkat seorang wali, maka perwalian itu boleh diperintahkan kepada suatu perhimpunan berbadan hukum yang bertempat kedudukan disini pula, yang mana menurut anggaran dasarnya, akta-akta pendiriannya atau reglemen-reglemennya berusaha memelihara anak-anak belum dewasa untuk waktu yang lama.

Sementara dalam Pasal 900 KUH Perdata menyebutkan bahwa tiap-tiap pemberian hibah dengan surat wasiat untuk keuntungan badan-badan amal, lembaga keagamaan, gereja-gereja atau rumah-rumah sakit, tak akan mempunyai akibatnya, melainkan kepada pengurus badan-badan tersebut, oleh Presiden atau oleh suatu penguasa yang ditunjuk Presiden telah diberi kekuasaan untuk menerimanya.

Sedangkan Pasal 1680 KUH Perdata pun tidak jauh berbeda, yaitu menentukan tentang penghibahan yang dilakukan kepada lembaga-lembaga umum atau lembaga-lembaga keagamaan, tidak punya akibat kecuali ditegaskan melalui kewenangan yang diberikan oleh Presiden atau penguasa lainnya terhadap para pengurus lembaga tersebut. Dalam Pasal-Pasal KUH Perdata yang sudah disebutkan, tidak diatur secara lebih tegas mengenai definisi Yayasan, status Yayasan sebagai badan hukum atau bukan,

6

(16)

bagaimana organ atau struktur organisasi Yayasan, sehingga Yayasan yang ada pada saat itu dianggap sebagai organisasi yang tertutup dan dikecualikan dari Undang-Undang terutama undang-undang perpajakan, bahkan ada juga yang menganggap bahwa Yayasan adalah salah satu alternatif badan usaha setelah Perseroan Terbatas (PT), CV dan Firma.

(17)

Masalah tersebut belum dapat diselesaikan secara hukum karena belum ada hukum positif mengenai Yayasan sebagai landasan yuridis penyelesaiannya. Oleh karena itu, dalam rangka menjamin kepastian dan ketertiban hukum agar Yayasan berfungsi sesuai dengan maksud dan tujuannya berdasarkan prinsip keterbukaan dan akuntabilitas kepada masyarakat, maka pada tanggal 6 Agustus Tahun 2001 dibentuklah Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, yang mulai berlaku 1 (satu) tahun kemudian terhitung sejak tanggal diundangkan yaitu tanggal 6 Agustus 2002, dan kemudian pada tanggal 4 Oktober 2004 melalui Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 disahkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang perubahan Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 16 tahun 2001 tentang Yayasan. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 ini tidak mengganti Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001. Perubahan hanya mengubah sebagian Pasal-Pasal dari Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001. Dinamika perkembangan peraturan tentang Yayasan yang cepat ini menunjukkan bahwa masalah Yayasan tidak sesederhana yang dibayangkan banyak orang, dimana undang-undang ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman yang benar kepada masyarakat mengenai Yayasan, menjamin kepastian dan ketertiban hukum serta mengembalikan fungsi Yayasan sebagai pranata hukum dalam rangka mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan.

(18)

Yayasan sebagai pemegang saham dalam suatu badan usaha tersebut karena adanya penyertaan modal maksimal 25% dari kekayaan yayasan, agar tidak terjadi benturan kepentingan dan tumpang tindih kepentingan, terlebih bila terjadi masalah yang timbul jika ada larangan terhadap organ yayasan.7

Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan jelas menegaskan bahwa Yayasan harus bertujuan sosial, keagamaan, dan kemanusiaan. Pada Pasal 3, Pasal 7 dan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 memperkenankan yayasan untuk melakukan kegiatan usaha ataupun mendirikan suatu badan usaha. Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 16

tahun 2001 menyebutkan : ” Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk

menunjang pencapaian maksud dan tujuannya dengan cara mendirikan

badan usaha dan atau ikut serta dalam suatu badan usaha.” Pada Undang

-Undang Nomor 28 Tahun 2004 ketentuan pada Pasal (3) ini tidak diubah tetapi penjelasan Pasal ini mempertegas bahwa yayasan tidak dapat digunakan sebagai wadah usaha. Dengan perkataan lain yayasan tidak dapat langsung melakukan kegiatan usaha, tetapi harus melalui badan usaha yang didirikannya atau melalui badan usaha lain dimana yayasan mengikut sertakan kekayaannya.

Pada Pasal 7 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 menyebutkan

bahwa :” Yayasan dapat mendirikan badan usaha yang kegiatannya sesuai

7

(19)

dengan maksud dan tujuan yayasan.” Dari Pasal tersebut dapat disimpulkan

bahwa yayasan harus bertujuan sosial, keagamaan dan kemanusiaan, dimana yayasan boleh melakukan kegiatan usaha asalkan laba yang diperoleh dari hasil usaha tersebut dipergunakan dan diperuntukkan untuk tujuan sosial, keagamaan dan kemanusiaan. Usaha yang memperoleh laba ini diperlukan agar Yayasan tidak tergantung selamanya pada bantuan dan sumbangan pihak lain.

Pasal 8 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 200 jo. Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2004 menyebutkan bahwa :”Kegiatan usaha dari badan

usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) harus sesuai dengan maksud dan tujuan yayasan serta tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.” Dalam penjelasan Pasal ini, dijelaskan bahwa cakupan kegiatan usaha yayasan menyangkut Hak Azasi Manusia, kesenian, olahraga, perlindungan konsumen, pendidikan, lingkungan hidup, kesehatan, dan ilmu pengetahuan.

(20)

2.2.2. Pengertian

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, istilah Yayasan adalah badan atau organisasi yang bergerak di bidang sosial, keagamaan dan pendidikan yang bertujuan tidak mencari keuntungan. Menurut Blacks Law Dictionary, Yayasan adalah

Permanent fund established and maintained by contribution for charitable, educational, religius, research or other benevolent purposes. In institution or association given to rendering financial aid to collages, school, hospital, and charities and generally supported by gifts for such purposes. The founding or building of a college or hospital. The incorporation or endowment of a college or hospital is the foundation; and he who endows it with land or other property is thefounder.

Beberapa pakar hukum juga memberikan definisi tentang Yayasan

diantaranya menurut Utrecht, yang di maksud dengan Yayasan ialah: “Tiap

-tiap kekayaan yang tidak merupakan kekayaan orang atau kekayaan badan

dan yang diberi tujuan tertentu.” Sementara menurut Paul Scholten, yang di

maksud dengan Yayasan adalah: “Suatu badan hukum yang dilahirkan oleh

suatu pernyataan sepihak. Pernyataan itu harus berisikan pemisahan suatu kekayaan untuk suatu tujuan tertentu, dengan penunjukan bagaimanakah kekayaan itu diurus dan digunakan.8 Yayasan dalam bahasa Belanda disebut

Stichting, sebagaimana terdapat dalam dalam Buku Ketiga KUH Perdata,

8

(21)

dalam Pasal 285 ayat 1 menyebutkan bahwa:9 “Een stichting is een door

rechts handeling in letleven geropean rechtspersoon, welke geen leden kent

en be orgt met behulp van een da artoe bestemd vermogen een in de

statuden vermeld doel te verwezenlijken” (Yayasan adalah badan hukum

yang lahir karena suatu perbuatan hukum, yang tidak mempunyai anggota dan bertujuan untuk melaksanakan tujuan yang tertera dalam statistik yayasan dengan dana yang dibutuhkan untuk itu). Sementara menurut F. Emerson Andrews, yang di maksud Yayasan adalah:10 “A non governmental

non profit organization having a principal fund of it’s own, managed by it’s

trundes or director and established to maintain or aid social, educationnal,

charitable, religius or other activities serving the common welfare.”

Pengertian Yayasan menurut Pasal 1 ayat(1) dalam Undang-Undang

Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan adalah: “Badan Hukum yang terdiri

atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan yang tidak

mempunyai anggota.” Berdasarkan pengertian Yayasan ini, Yayasan

diberikan batasan yang jelas dan diharapkan masyarakat dapat memahami bentuk dan tujuan pendirian Yayasan tersebut, sehingga tidak terjadi kekeliruan persepsi tentang Yayasan dan tujuan diberikannya Yayasan yang

9

Chatama Rasjid, Tujuan Sosial Yayasan dan Kegiatan Usaha Bertujuan Laba, Cetakan ke-1, Bandung, Citra Ditya Bakti, 200ke-1, hal. 6.

10

(22)

bergeraknya terbatas di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan sehingga tidak dipakai sebagai kendaraan untuk mencari keuntungan.

2.2.3. Badan hukum

Menurut Prof Subekti, pengertian badan hukum adalah suatu badan atau perkumpulan yang dapat memiliki hak-hak dan melakukan perbuatan seperti menerima serta memiliki kekayaan sendiri, dapat digugat dan menggugat di muka hakim.11 Menurut Scholten, Yayasan adalah badan hukum yang mempunyai harta kekayaan sendiri yang berasal dari suatu perbuatan pemisahan, mempunyai tujuan tertentu dan mempunyai organ Yayasan.12 Menurutnya, yayasan adalah badan hukum yang memenuhi unsur-unsur:

a) Mempunyai harta kekayaan sendiri, yang berasal dari perbuatan hukum pemisahan;

b) Mempunyai tujuan sendiri (tertentu); c) Mempunyai alat perlengkapan (organisasi).

Hukum di Indonesia mengenal Yayasan (stichting, foundation) yaitu organisasi dengan tujuan tertentu. Subjek hukum yang baru dan berdiri sendiri itu merupakan badan hukum. Badan hukum Yayasan dapat didirikan dengan tidak adanya campur tangan dari penguasa dan dari kebiasaan dan yurisprudensi bersama-sama menetapkan aturan itu. Dengan demikian

11

Hendri Raharjo, Hukum Perusahaan, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2009, hal.18.

12

(23)

kedudukan badan hukum itu diperoleh dengan bersama-sama saat berdirinya Yayasan tersebut.

2.2.4. Manajemen

Manajemen dalam suatu Yayasan adalah suatu proses atau cara melakukan tindakan penguasaan, pengurusan, pemeliharaan dan penyimpanan berdasarkan ketentuan undang-undang yang berlaku. Dalam hal ini, pengelolaan Yayasan dapat diartikan dalam hal kekayaan Yayasan oleh organ Yayasan. Sedangkan yang dimaksud dengan kekayaan diartikan sebagai barang-barang yang menjadi kekayaan seseorang atau badan hukum baik yang berwujud dan tidak berwujud yang dapat dinilai dengan uang. Maka pengertian dari management harta kekayaan dapat diartikan sebagai tindakan penguasaan, pengurusan, pemeliharaan dan penyimpanan barang-barang yang menjadi kekayaan seseorang atau badan hukum yang berwujud dan tidak berwujud yang dapat dinilai dengan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.13

Sebagaimana diuraikan dalam Undang-Undang Yayasan Pasal 2 yang menyebutkan bahwa Yayasan mempunyai organ yang terdiri atas Pembina, pengurus dan pengawas. Organ Yayasan tersebutlah yang menjadi alat Yayasan untuk dapat mengelola Yayasan hal ini diatur dalam Pasal 3

13

(24)

ayat (1). Khususnya pengelolaan Yayasan secara langsung dilakukan baik di dalam maupun di luar dilakukan oleh salah satu organ yaitu pengurus. Hakikatnya antara Yayasan dengan organ Yayasan terdapat hubungan yang sangat erat.

2.2.5. Pendirian

Menyangkut bidang hukum kekayaan (dalam hal ini Yayasan), yayasan sebagai suatu badan hukum mempunyai kedudukan hukum yang sama dengan seorang manusia atau orang perorangan (person recht).14 Badan hukum (Legal Entity) adalah subjek hukum secara mandiri yang memiliki hak dan kewajiban tidak berbeda dari hak dan kewajiban yang dimiliki seorang manusia. Badan hukum juga mempunyai kekayaan yang terpisah dan ia secara mandiri dapat melakukan perbuatan hukum yang oleh karena itu hanya dapat dipertanggungjawabkan terhadap badan hukum yang bersangkutan. Terhadap badan hukum Yayasan misalnya, para organ perseroan juga ikut bertanggungjawab untuk perbuatan hukum yang dilakukan oleh Yayasan.

Undang-Undang Yayasan yang berlaku saat ini member pengaturan bahwa pendirian Yayasan di Indonesia harus dilakukan dengan akta notaris dan dibuat dalam bahasa Indonesia berdasarkan pengaturan Pasal 9 ayat (2).pembuatan akta pendirian dimaksud, pendiri dapat diwakili oleh orang

14

(25)

lain berdasarkan surat kuasa. Akta pendirian Yayasan tersebut memuat anggaran dasar dan keterangan lain yang dianggap perlu. Anggaran dasar tersebut sekurang-kurangnya memuat:

i. nama dan tenpat kedudukan Yayasan;

ii. maksud dan tujuan serta kegiatan untuk mencapai maksud dan tujuan Yayasan;

iii. jangka waktu pendirian;

iv. jumlah kekayaan awal yang dipisahkan dari kekayaan pribadi pendiri dalam bentuk uang dan benda;

v. cara memperoleh kekayaan dan penggunaan kekayaan;

vi. tata cara pengangkatan, pemberhentian dan penggantian anggota Pembina, pengurus dan pengawas;

vii. hak dan kewajiban Pembina, pengurus dan pengawas; viii. tata cara penyelenggaraan rapat organ Yayasan;

ix. penggabungan dan pembubaran Yayasan;

x. penggunaan kekayaan sisa likuidasi atau penyaluran kekayaan Yayasan setelah pembubaran.

Sedangkan keterangan lain, memuat sekurang-kurangnya nama, alamat, tempat dan tanggal lahir serta kewarganegaraan pendiri, Pembina, pengurus dan pengawas.

(26)

mengajukan permohonan secara tertulis kepada Menteri Hukum dan HAM melalui notaris yang membuat akta pendirian Yayasan tersebut. Adapun permohonan pengesahan sebagaimana diatur dalam PP Nomor 63 Tahun 2008, yang juga diatur dalam Pengumuman Nomor AHU-10.OT.03.01. Tahun 2008, yang dilampiri antara lain:

i. surat permohonan pengesahan akta pendirian Yayasan; ii. salinan akta pendirian Yayasan;

iii. fotocopy Nomor Pokok Wajib Pajak Yayasan dilegalisir notaris;

iv. surat pernyataan kedudukan atau domisili diserta alamat Yayasan ditandatangani pengurus diketahui Kepala Desa;

v. bukti penyetoran atau keterangan bank atas nama Yayasan, atau pernyataan tertulis pendiri tentang kekayaan yang dipisahkan sebagai kekayaan awal Yayasan;

vi. surat pernyataan pendiri tentang keabsahan kekayaan; vii. bukti pembayaran penerimaan Negara bukan pajak;

viii. bukti penyetoran biaya pengumuman dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia.

(27)

sebagai pemenuhan syarat publisitas yang dimaksudkan untuk diketahui oleh masyarakat atau pihak ketiga.

2.3. ASPEK HUKUM PERSEROAN TERBATAS (PT)

2.3.1. Sejarah

Pada masa penjajahan Belanda dikenal VOC yang merupakan perusahaan dagang sebagai perseroan dalam bentuk primitif di Indonesia. Lamanya VOC memonopoli perdagangan di Indonesia menunjukkan bahwa VOC sebagai sebuah perusahaan memiliki sendi-sendi bisnis dan korporat. Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, KUHD semula diberlakukan bagi golongan Eropa saja, sedangkan bagi penduduk asli dan penduduk timur asing diberlakukan hukum adat masing-masing. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya, KUHD diberlakukan bagi golongan timur asing Cina, sedangkan untuk golongan timur asing lainnya seperti Arab dan India diberlakukan hukum adatnya masing-masing. Namun, khusus untuk hukum yang berkaitan dengan bisnis, timbul kesulitan jika hukum adat masing-masing yang diterapkan, hal ini disebabkan:15

a) Hukum adat masing-masing golongan sangat beragam; b) Hukum adat masing-masing golongan sangat tidak jelas; dan

15

(28)

c) Dalam kehidupan berbisnis sering terjadi interaksi bisnis tanpa melihat golongan penduduk, sehingga menimbulkan hukum antar golongan yang tentu saja dirasa rumit bagi golongan bisnis

Oleh karena permasalahan tersebut, maka dirancang suatu pranata

hukum yang disebut dengan “penundukan diri” dimana satu golongan

penduduk tunduk pada hukum dari golongan penduduk lain. Atas hal tersebut kemudian menjadi bebas untuk mendirikan perseroan terbatas yang

dahulu disebut dengan “Naamloze Vennotschap” atau NV (persekutuan

tanpa nama). Hal inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya perseroan terbatas di Indonesia. Belanda yang waktu itu menjajah Indonesia menerapkan KUHD berdasarkan azas konkordansi.16

PT pertama kali diatur dalam Pasal 36 sampai dengan Pasal 56 KUHD yang berlaku di Indonesia sejak tahun 1848 dan aturan tersebut sekaligus membuktikan bahwa bentuk perseroan terbatas sudah lama dikenal di Indonesia. Pengaturan lain juga terdapat pada Pasal 1233 sampai dengan Pasal 1356 dan Pasal 1618 sampai dengan Pasal 1652 KUHPerdata.17

Pada masa orde baru, kemudian diterbitkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas, yang menjadi lex specialis dari pengaturan perseroan dalam KUHD dan KUHPerdata. Konsekuensinya,

16

Mulhadi, Hukum Perusahaan, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010, hal. 11.

17

(29)

Pasal 36 sampai dengan Pasal 56 KUHD yang menjadi dasar hukum NV tidak lagi menjadi dasar hukum PT (sebenarnya NV tidak selalu sama dengan PT). Meskipun demikian, bagi PT yang telah disahkan sebelum berlakunya undang-undang ini, sepanjang tidak bertentangan dengan anggaran dasarnya, dapat tetap berlaku. Sementara itu, perusahaan yang telah didirikan dan disahkan (menurut KUHD) harus menyesuaikan diri dalam 2 tahun sejak tanggal berlakunya undang-undang ini. Selain itu, Ordonansi MAI (Maskapai Andil Indonesia) 1939 juga tidak berlaku lagi, perusahaan tersebut harus menyesuaikan diri dalam waktu 3 tahun. Walaupun diundangkan pada 7 Maret 1995, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 ini baru berlaku satu tahun kemudian, yaitu pada 7 Maret 1996. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 ini juga memperkenalkan bentuk-bentuk perseroan seperti BUMN dan BUMD yang sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki oleh pemerintah.

(30)

mencabut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas. Aktifitas usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) berkembang sangat cepat, seperti Penggabungan dan Peleburan PT, pengambilalihan dan Pemisahan PT, kemudian Pembubaran dan likuidasi PT. Aktifitas-aktifitas Perseroan Terbatas (PT) tersebut tidak diatur dalam undang-undang yang lama yaitu KUHD ataupun dalam KUHPer, sedangkan aktifitas-aktifitas tersebut sering dipraktekkan sehari-hari. Oleh karena itu pengaturan yang berkenaan dengan aktifitas Perseroan Terbatas (PT) tersebut sangat penting demi kelancaran aktifitas perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Karena apabila pengaturan tentang praktek-praktek Perseroan Terbatas (PT) tidak diatur secara jelas akan menimbulkan masalah terhadap iklim usaha di Indonesia, seperti yang sering terjadi terhadap penggabungan, peleburan perusahaan Perseroan Terbatas (PT), dan pengambilalihan (akuisisi).

2.3.2. Pengertian

(31)

untuk jadi sekutu diwajibkan menempatkan penuh dan menyetor jumlah nominal dari sehelai saham atau lebih.18

Dasar pemikiran bahwa modal PT itu terdiri dari “sero-sero” atau

“saham-saham” dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 1 butir 1 Undang

-Undang Nomor 40 Tahun 2007 yakni: “Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut Perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya”.

Penunjukan “terbatasnya tanggungjawab” pemegang saham tersebut dapat

dilihat dari Pasal 3 Undang-undang PT yang berbunyi : “Pemegang saham perseroan tidak bertanggungjawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama perseroan dan tidak bertanggungjawab atas kerugian perseroan

melebihi nilai saham yang telah dimilikinya”

Di dalam hukum Inggris PT dikenal dengan istilah Limited Company. Company artinya bahwa lembaga usaha yang diselenggarakan itu tidak seorang diri, tetapi terdiri atas beberapa orang yang tergabung dalam suatu badan. Limited menunjukkan terbatasnya tanggungjawab pemegang saham, dalam arti bertanggungjawab tidak lebih dari dan semata-mata

18

(32)

dengan harta kekayaan yang terhimpun dalam badan tersebut. Dengan kata lain, hukum Inggris lebih menampilkan segi tanggungjawabnya.19

Berbeda dengan hukum di Jerman, PT dikenal dengan istilah Aktien Gesellschaft. Aktien adalah saham. Gesellschaft adalah himpunan. Ini berarti hukum Jerman lebih menampilkan segi saham yang merupakan ciri bentuk usaha ini. Menurut Rudhi Prasetya, istilah PT yang digunakan Indonesia sebenarnya mengawinkan antara sebutan yang digunakan hukum Inggris dan hukum Jerman. Di satu pihak ditampilkan segi sero atau sahamnya, tetapi sekaligus disisi lain juga ditampilkan segi tanggungjawabnya yang terbatas.20

2.3.3. Badan hukum

Badan Hukum, dalam bahasa Belanda “Rechtspersoon” adalah

suatu badan yang dapat mempunyai harta kekayaan, hak serta kewajiban seperti orang-orang pribadi.21 Oleh karena badan hukum adalah subyek, maka ia merupakan badan yang independen atau mandiri dari pendiri, anggota atau penanam modal badan tersebut. Badan ini dapat melakukan kegiatan bisnis atas nama dirinya sendiri-nya seperti manusia. Bisnis yang

19

Rudhi Prasetya, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996, hal. 43.

20 Ibid.

,hal. 43.

21

(33)

dijalankan, kekayaan yang dikuasai, kontrak yang dibuat semua atas badan itu sendiri.

Secara teoretik, dikenal beberapa ajaran atau doktrin yang menjadi landasan teoretik keberadaan badan hukum. Ada beberapa konsep terkemuka tentang personalitas badan hukum (legal personality):22

a) Legal Personality as Legal Person

Menurut konsep ini, badan hukum adalah ciptaan atau rekayasa manusia. Kapasitas hukum badan ini didasarkan hukum positif, sehingga negara mengakui dan menjamin personalitas hukum badan tersebut.

b) Corporate Realism

Menurut konsep ini personalitas hukum suatu badan hukum berasal dari suatu kenyataan dan tidak diciptakan oleh proses inkorporasi, yakni pendirian badan hukum yang didasarkan pada peraturan perundang-undangan.

c) Theory of the Zweckvermogen

Menurut konsep ini suatu badan hukum terdiri atas sejumlah kekayaan yang digunakan untuk tujuan tertentu.

d) Aggregation Theory

Menurut konsep personalitas korporasi, badan hukum ini adalah semata-mata suatu nama bersama, suatu symbol bagi para anggota korporasi.

22

(34)

Perseroan Terbatas merupakan badan hukum yang oleh hukum diakui secara tegas sebagai badan hukum, yang cakap melakukan perbuatan hukum atau mengadakan hubungan hukum dengan berbagai pihak layaknya seperti manusia. Badan hukum sendiri pada dasarnya adalah suatu badan yang dapat memiliki hak-hak dan kewajiban-kewajiban untuk melakukan perbuatan seperti manusia, memiliki kekayaan sendiri, dan digugat dan menggugat di depan pengadilan.23

Selama perseroan belum memperoleh status badan hukum, semua pendiri, anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris bertanggung jawab secara tanggung renteng atas perbuatan hukum tersebut. Oleh karena itu Direksi perseroan hanya boleh melakukan perbuatan hukum atas nama perseroan yang belum memperoleh status badan hukum dengan persetujuan semua pendiri, anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris.

Perseroan yang belum memperoleh status badan hukum, tidak dapat diadakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dimana keputusan diambil berdasarkan suara setuju mayoritas. Oleh karena itu setiap perubahan akta pendirian perseroan hanya dapat dibuat apabila disetujui oleh semua pendiri dan perubahan tersebut harus dituangkan dalam akta notaris yang ditandatangani oleh semua pendiri atau kuasa mereka yang sah. Sesuai Pasal 7 ayat (4) Undang-Undang Perseroan Terbatas, status badan hukum diperoleh sejak akta pendirian disahkan oleh Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Ini berarti secara prinsipnya

23

(35)

pemegang saham tidak bertanggungjawab secara pribadi atas seluruh perikatan yang dibuat oleh dan atas nama perseroan dengan pihak ketiga, dan oleh karenanya tidak bertanggungjawab atas setiap kerugian yang diderita oleh perseroan. Para pemegang saham tersebut hanya bertanggungjawab atas penyetoran penuh dari nilai saham yang telah diambil bagian olehnya.

2.3.4. Manajemen

Dalam perseroan terbatas selain kekayaan perusahaan dan kekayaan pemilik modal terpisah juga ada pemisahan antara pemilik perusahaan dan pengelola perusahaan. Pengelolaan perusahaan dapat diserahkan kepada tenaga-tenaga ahli dalam bidangnya (profesional). Struktur organisasi perseroan terbatas terdiri dari pemegang saham, direksi, dan komisaris.

Dalam PT, para pemegang saham melimpahkan wewenangnya kepada direksi untuk menjalankan dan mengembangkan perusahaan sesuai dengan tujuan dan bidang usaha perusahaan. Dalam kaitan dengan tugas tersebut, direksi berwenang untuk mewakili perusahaan, mengadakan perjanjian dan kontrak, dan sebagainya. Apabila terjadi kerugian yang amat besar (diatas 50 %) maka direksi harus melaporkannya ke para pemegang saham dan pihak ketiga, untuk kemudian dirapatkan.

(36)

menyelenggarakan RUPS untuk mengambil keputusan apakah direksi akan diberhentikan atau tidak.

Dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham), semua pemegang saham sebesar atau sekecil apapun sahamnya memiliki hak untuk mengeluarkan suaranya. Dalam RUPS sendiri dibahas masalah-masalah yang berkaitan dengan evaluasi kinerja dan kebijakan perusahaan yang harus dilaksanakan segera. Bila pemegang saham berhalangan, dia bisa melempar suara miliknya ke pemegang lain yang disebut proxy. Hasil RUPS biasanya dilimpahkan ke komisaris untuk diteruskan ke direksi untuk dijalankan. Isi RUPS :

a) Menentukan direksi dan pengangkatan komisaris; b) Memberhentikan direksi atau komisaris;

c) Menetapkan besar gaji direksi dan komisaris; d) Mengevaluasi kinerja perusahaan;

e) Memutuskan rencana penambahan / pengurangan saham perusahaan; f) Menentukan kebijakan perusahaan;

g) Mengumumkan pembagian laba (dividen).

2.3.5. Pendirian

Dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-undang Perseroan Terbatas

ditegaskan bahwa Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau “lebih”

(37)

notaris” dan “bahasa Indonesia”.24 Sekurang-kurangnya harus 2 (dua) orang karena dalam mendirikan Perseroan harus didasarkan pada perjanjian, atau yang disebut asas kontraktual sesuai Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, dimana suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih, sehingga tidak mungkin dalam pendirian Perseroan Terbatas hanya

dibuat oleh satu orang saja. Yang dimaksud “orang” disini adalah orang

perseorangan atau badan hukum.

Dalam perjanjian pendirian Perseroan Terbatas diperlukan akta notaris karena akta yang demikian merupakan akta otentik. Dalam hukum pembuktian, akta otentik dipandang sebagai suatu alat bukti yang mengikat dan sempurna.25 Artinya bahwa apa yang ditulis di dalam akta tersebut harus dipercaya kebenarannya dan tidak memerlukan tambahan alat bukti lain. Jika yang diajukan bukan akta notaris maka permohonan pengesahan akta pendirian Perseroan terbatas dapat ditolak oleh Menteri Kehakiman, sehingga akan berakibat Perseroan Terbatas tidak berbadan hukum.

Perjanjian pendirian Perseroan Terbatas yang dilakukan oleh para pendiri tersebut dituangkan dalam suatu akta notaris yang disebut dengan

“Akta Pendirian”. Akta Pendirian ini pada dasarnya mengatur berbagai

macam hak-hak dan kewajiban para pihak pendiri perseroan dalam

24

I.G.Rai Widjaya, Hukum Perusahaan, Megapoint Divisi dari Kesaint Blanc, Bekasi Indonesia, 2006, hal. 153.

25

(38)

mengelola dan menjalankan Perseroan Terbatas tersebut. Hak-hak dan kewajiban-kewajiban tersebut yang merupakan isi perjanjian selanjutnya

disebut dengan “Anggaran Dasar” perseroan, sebagaimana ditegaskan dalam

Pasal 8 ayat (1) Undang-undang Perseroan Terbatas.

Pasal tersebut menegaskan bahwa akta pendirian memuat anggaran dasar dan keterangan lain berkaitan dengan pendirian perseroan. Dalam

Pasal 8 ayat (2) “keterangan lain” tersebut memuat sekurang-kurangnya :

a) nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal dan kewarganegaraan pendiri perseroan, atau nama, tempat kedudukan dan alamat lengkap serta nomor dan tanggal Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum dari pendiri perseroan;

b) nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal, kewarganegaraan anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang pertama kali diangkat; dan

c) nama pemegang saham yang telah mengambil bagian saham, rincian jumlah saham dan nilai nominal saham yang telah ditempatkan dan disetor.

Undang-undang Perseroan Terbatas juga mengatur tentang hal-hal yang tidak boleh dimuat di dalam akta pendirian. Adapun hal-hal yang tidak boleh dimuat dalam akta pendirian sebagaimana ditetapkan Pasal 15 ayat (3) UUPT yaitu :

1) ketentuan tentang penerimaan bunga tetap atas saham;

(39)

Dalam mendirikan Perseroan Terbatas tidak cukup dengan cara membuat akta pendirian yang dilakukan dengan akta otentik. Merupakan suatu keharusan setelah akta pendirian Perseroan Terbatas selesai dibuat, mendapat pengesahan dari Menteri agar Perseroan Terbatas memperoleh status badan hukum. Selanjutnya untuk dapat memperoleh pengesahan tersebut, menurut Pasal 9 ayat (1) Undang-undang Perseroan Terbatas prosedur yang harus ditempuh adalah para pendiri Perseroan Terbatas tersebut secara bersama-sama atau melalui kuasanya mengajukan permohonan melalui jasa teknologi informasi sistem administrasi badan hukum secara elektronik kepada Menteri dengan mengisi format isian yang memuat sekurang-kurangnya:

a) nama dan tempat kedudukan perseroan; b) jangka waktu berdirinya perseroan;

c) maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan;

d) jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor; e) alamat lengkap perseroan.

Terhadap permohonan ini Pasal 10 ayat (1) Undang-undang Perseroan Terbatas menetapkan jangka waktu prosesnya dalam waktu paling lama 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal akta pendirian

ditandatangani, dilengkapi keterangan mengenai “dokumen pendukung”.

Apabila “dokumen pendukung” telah sesuai dengan ketentuan peraturan

(40)

bahwa permohonan yang diajukan tersebut sudah memenuhi syarat dan kelengkapan yang diperlukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sebaliknya apabila dokumen pendukung tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, Menteri langsung memberitahukan penolakan beserta alasannya kepada pemohon secara elektronik.

Dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung

sejak tanggal pernyataan “tidak keberatan” Menteri, pemohon yang

bersangkutan wajib menyampaikan secara fisik surat permohonan yang

dilampiri “dokumen pendukung”. Apabila semua persyaratan telah dipenuhi

secara lengkap, paling lambat 14 (empat belas) hari, Menteri menerbitkan keputusan tentang pengesahan badan hukum perseroan yang ditandatangani secara elektronik.

Dengan diperolehnya pengesahan dari Menteri yang berarti berlakunya Anggaran Dasar perseroan secara menyeluruh terhadap semua pihak, baik pihak pendiri maupun pihak ketiga lainnya yang berkepentingan dengan perseroan, maka praktis Anggaran Dasar perseroan telah menjadi

“Undang-undang” bagi semua pihak.26

Status badan hukum Perseroan Terbatas tersebut mempengaruhi tanggungjawab Perseroan Terbatas dalam tindakannya. Terhadap kerugian yang diderita Perseroan Terbatas berakibat para pemegang saham bertanggungjawab terbatas sebesar saham yang dimasukkan. Seperti halnya

26

(41)

ketentuan sebelumnya dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang, Undang-undang Perseroan Terbatas juga mewajibkan dilaksanakannya pendaftaran dan pengumuman perseroan. Kewajiban pendaftaran dan pengumuman tersebut diselenggarakan oleh Menteri, sesuai Pasal 29 dan Pasal 30 Undang-Undang Perseroan Terbatas.

Adapun yang wajib diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia adalah :

a) akta pendirian Perseroan beserta Keputusan Menteri;

b) akta perubahan anggaran dasar Perseroan beserta Keputusan Menteri;

c) akta perubahan anggaran dasar yang telah diterima pemberitahuannya oleh Menteri.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan mampu memodelkan mesin AC synchron dan representasinya per-unit, memodelkan transformator dan representasinya

Hasil percobaan pada musim kemarau dan musim hujan menunjukkan bahwa tiga jenis predator yang digunakan mampu secara nyata menurunkan populasi kutu kebul pada pertanaman

[r]

Mata bor helix kecil ( Low helix drills ) : mata bor dengan sudut helix lebih kecil dari ukuran normal berguna untuk mencegah pahat bor terangkat ke atas

Hasil penelitian yang diperoleh adalah penerapan konsep Tri Hita Karana dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu : (1) Parhyangan, yang ditunjukan dengan adanya Pura Subak serta tatanan

Meskipun Pemilu 2004 diwarnal oleh berbagai kerumltan, tetapi secara umum sistem Pemilu 2004 lebih balk dibandingkan Pemilu sebelumnya. Pemlllh dapat menentukan sendiri pilihannya,

hereby announces that effective as of August 23, 2016 the duties, functions and responsibilities of the Corporate Secretary of PT Surya Esa Perkasa Tbk.. will be conducted by

Khususnya klub sepak bola Manchester United agar mudah menyampaikan berita tentang sejarah berdirinya, biodata pemain serta yang lainnya, agar para fans dengan mudah