• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karya Ilmiah Singkong gajah Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Karya Ilmiah Singkong gajah Indonesia"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pangan merupakan komoditas penting dan strategis bagi bangsa Indonesia mengingat pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi oleh pemerintah dan masyarakat secara bersama-sama seperti diamanatkan oleh Undang Undang Nomor 7 tahun 1996 tentang pangan. Dalam UU tersebut disebutkan Pemerintah menyelenggarakan pengaturan, pembinaan, pengendalian dan pengawasan, sementara masyarakat menyelenggarakan proses produksi dan penyediaan, perdagangan, distribusi serta berperan sebagai konsumen yang berhak memperoleh pangan yang cukup dalam jumlah dan mutu, aman, bergizi, beragam, merata, dan terjangkau oleh daya beli mereka.

Membangun ketahanan pangan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, swasta, dan juga masyarakat. Ketahanan pangan yang dimaksud adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.

(2)

Tabel 1. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi di Kalimantan Timur

No Tahun Luas Panen(Ha) Produktivitas(Ku/Ha) Produksi(Ton)

1 2009 146.177 38,01 555.560

2 2010 150.031 39,25 588.879

3 2011 140.215 39,41 552.616

3 2012 142.573 39,42 561.959

4 2013 138.768 40,63 563.850

Sumber : Badan Pusat Statistik

Salah satu upaya yang dapat menjadi solusi masalah tersebut adalah pengoptimalan pengembangan teknologi pangan. Adanya perkembangan teknologi pangan dapat membantu upaya diversifikasi dengan cara mengolah bahan-bahan sumber karbohidrat menjadi produk yang diterima masyarakat. Dari berbagai ragam pangan yang ada, Singkong merupakan salah satu ragam pangan yang bisa dikembangkan untuk meningkatkan upaya diversifikasi pangan untuk tetap menjaga ketahanan pangan khususnya di daerah Kalimantan Timur.

Singkong ( Manihot esculenta ) merupakan komoditas pangan yang dikenal sebagai alternatif makanan pokok sumber karbohidrat selain beras. Manfaat yang dimiliki singkong sangat beragam mulai dari sebagai bahan baku pembuatan makanan seperti keripik, tape dan jenis makanan lain, singkong juga kaya akan serat dan zat besi, berbagai macam kandungan dalam singkong mempunyai khasiat bagi kesehatan singkong juga dikenal sebagai umbi yang memiliki khasiat sebagai antioksidan, antikanker, antitumor, dan dapat meningkatkan napsu makan.

(3)

Saat ini pengembangan singkong gajah di Kalimantan Timur sangat di dukung oleh Dinas pertanian Provinsi maupun Gubernur Kaltim, karena dengan adanya varietas singkong yang baru ini pemerintah daerah sangat berharap dapat terlaksananya program Ketahanan Pangan di daerah karena singkong menjadi pengganti karbohidrat utama setelah beras. Seperti data pada tabel berikut. (*) Jumlah penduduk tumbuh 1,13 % per tahun

Kalimantan Timur mempunyai potensi untuk meningkatkan kestabilan pangan dengan pengelolaan tanaman singkong gajah melalui diversifikasi konsumsi pangan, pengembangan industri pangan berbasis tepung, dan pangan lokal. Singkong adalah salah satu dari berbagai ragam pangan yang dapat dikembangkan. Selama ini singkong hanya diolah menjadi makanan tradisional seperti keripik, tape dan makanan lainnya.

(4)

tradisional tetapi komoditi ini dapat ini di olah menjadi tepung yang setara dengan tepung terigu atau yang sering kita sebut dengan tepung mocaf (modified cassava flour) hasil tepungnya sudah tiada rasa dan aroma singkong lagi bahkan kelebihannya daya tahan tepung ini lebih tahan lama jika di banding dengan terigu, dan bahkan singkong gajah kini dapat di buat sebagai beras tiruan atau yang dikenal dengan sebutan beras Musi, selain itu juga dapat dijadikan bahan baku bioetanol.

1.3. Tujuan

1. Memperkenalkan varietas singkong gajah yang merupakan varietas asli dari daerah Kalimantan Timur kepada masyarakat.

2. Mensosialisasikan kepada masyarakat upaya peningkatan ketahanan pangan melalui diversifikasi pangan berbahan baku singkong gajah. 3. Mengetahui pemanfaatan singkong gajah sebagai bahan baku industri

tepung, bahan baku beras Musi dan juga sebagai bahan baku bioetanol.

1.4. Manfaat

1. Bagi penulis, dapat mengetahui bahwa singkong gajah merupakan salah satu dari berbagai ragam pangan yang dapat dikembangkan untuk ketahanan pangan di daerah Kalimantan Timur.

2. Bagi masyarakat, dapat memberikan informasi bahwa singkong gajah memiliki banyak manfaat dan kegunaan, selain dapat diolah menjadi makanan, singkong gajah juga dapat di buat sebagai bahan baku pembuatan tepung, bahan baku pembuatan beras Musi dan juga bioetanol.

(5)

II. TELAAH PUSTAKA

2.1. Ketahanan Pangan

Ketahanan pangan adalah sebuah kondisi yang terkait dengan ketersediaan bahan pangan secara berkelanjutan. Pada tingkat nasional, ketahanan pangan diartikan sebagai kemampuan suatu bangsa untuk menjamin seluruh penduduknya memperoleh pangan yang cukup, mutu yang layak, aman, dan didasarkan pada optimalisasi pemanfaatan dan berbasis pada keragaman sumber daya lokal, (Suryana, 2013).

Ketahanan pangan merupakan suatu sistem yang terdiri dari subsistem ketersediaan, distribusi, dan konsumsi. Subsistem ketersediaan pangan berfungsi menjamin pasokan pangan untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk, baik dari segi kuantitas, kualitas, keragaman dan keamanannya. Subsistem distribusi berfungsi mewujudkan sistem distribusi yang efektif dan efisien untuk menjamin agar seluruh rumah tangga dapat memperoleh pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup sepanjang waktu dengan harga yang terjangkau. Sedangkan subsistem konsumsi berfungsi mengarahkan agar pola pemanfaatan pangan secara nasional memenuhi kaidah mutu, keragaman, kandungan gizi, kemananan dan kehalalannya, (Hutapea, 2009).

(6)

Bahkan The World Food Summit (WFS) menyatakan ketahanan pangan dapat terwujud apabila semua orang setiap saat memiliki akses terhadap pangan yang cukup, aman, dan bergizi untuk memenuhi kebutuhannya dan juga pemenuhan pangan bagi kehidupan yang sehat. Empat pilar utama ketahanan pangan ini adalah ketersediaan pangan, stabilitas suplai pangan, akses dan pemanfaatan pangan.

2.2. Singkong Gajah

2.2.1. Asal Mula Singkong Gajah

Penelitian singkong yang juga terkenal dengan sebutan singkong gajah ini memakan waktu relatif lama. Prof. Dr. Ristono MS. menghabiskan waktu sekitar 10 tahun, dari tahun 1992 sampai 2002, dengan melakukan serangkaian percobaan seperti pencangkokan singkong lokal dengan singkong karet. Setelah sukses bereksperimen, singkong berukuran jumbo dengan varietas yang layak untuk dikonsumsi pun ditemukannya dan mulai dikembangkan pada tahun 2008, (Ariyanto, 2010).

Pada akhirnya dilakukan kesepakatan untuk memberikan nama varietas singkong tersebut. Berbagai usulan muncul dengan hasil akhir ada tiga nama yang perlu dipertimbangkan yaitu : Genjah, Lembuswana, dan Gajah. Atas pertimbangan yang mendalam untuk berbagai kepentingan maka diputuskan nama varietas singkong unggul yang dikembangkan oleh BEC (Borneo Environmental Community) tersebut adalah SINGKONG GAJAH, dimana keunggulan varietas ini terletak pada :

(1) berat umbi,

(2) kemudahan penanaman,

(3) bisa langsung dikonsumsi sebagai bahan makanan pengganti beras dengan rasa ketan, dan

(7)

2.2.2. Sistematika dan Morfologi Singkong Gajah

Sistematika dari singkong gajah adalah sebagai berikut :

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Malpighiales Famili : Euphorbiaceae Bangsa : Manihoteae Genus : Manihot

Spesies : Manihot esculenta

Singkong gajah adalah tanaman perdu, bisa mencapai 7 meter tingginya, dengan cabang agak jarang. Akar tunggang dengan sejumlah akar cabang yang kemudian membesar menjadi umbi akar yang dapat dimakan. Dalam rangka penelitian dan pengkajian yang telah dilakukan LSM BEC dengan berbagai media tanam, input teknologi, dan jenis tanah yang berbeda menghasilkan variasi umbi basah cabutan per stek pada umur 9 bulan dengan berat 7 kg – 42 kg. Dari berbagai sampel cabutan Singkong Gajah dengan umur antara 4 – 9 bulan memiliki rasa yang enak dan gurih dengan tekstur empuk bahkan ada nuansa rasa ketan. Berbagai jenis olahan singkong basah menjadi makanan diperoleh kualitas yang bagus antara lain berupa keripik, gethuk, tape dan bahan sayur pengganti kentang, dan lainnya yang memiliki potensi Ekonomi yang cukup tinggi.

Umbi umur 9 – 12 bulan mempunyai kadar pati yang tinggi sehingga berpotensial sebagai bahan chip gaplek, tepung tapioka, tepung mocaf (pengganti gandum), beras musi dan bioetanol. Dengan demikian singkong gajah akan memiliki potensi strategis secara Nasional sebagai bahan pangan dan bahan bakar nabati (energi).

(8)

sangat berguna bagi keperluan irigasi dan pengendalian banjir. Sedangkan pertumbuhan batang, cabang dan daun mencapai tinggi 5 meter. Tumbuhan ini mempunyai potensi tinggi dalam penyerapan CO2, dengan demikian keberadaan Singkong gajah, besar

peranannya bagi pengendalian ekosistem.

Kandungan Sianida yang relatif rendah pada Singkong gajah terlihat pada daun yang bisa langsung dimakan oleh ternak (ayam, kambing, dan sapi) tanpa menimbulkan pengaruh negatif pada ternak tersebut. Hal itu juga terlihat pada umbinya, karakteristik semacam ini mempunyai nilai lebih baik dibandingkan dengan varietas singkong lainnya walaupun mempunyai produktivitas yang tinggi namun tidak dapat langsung dimakan oleh ternak maupun manusia, disebabkan tingkat Kandungan Sianida yang tinggi membuat jenis singkong variates yang lain beracun dan apabila dalam pengolahannya tidak menggunakan metode yang benar akan membahayakan mahluk hidup dan merusak lingkungan, (Ariyanto, 2013).

Potensi kandungan Tepung pada Singkong gajahakan mencapai titik maksimum pada umur tanaman antara 9 – 12 bulan, dengan demikian apabila Industri Tepung Tapioka mengunakan bahan baku dari Singkong gajah sebaiknya pada umur panen tersebut.

Sehubungan dengan kondisi iklim di Kalimantan Timur yang sulit dibedakan antara musim penghujan dan kemarau, maka penanaman Singkong gajah maupun panen di Kalimantan Timur sangat diuntungkan. Dengan demikian penyediaan bahan baku untuk industri Tepung Tapioka dapat dilakukan setiap saat dengan rotasi tahunan tanpa memandang hari maupun bulan dengan luasan areal yang besar tersedia.

(9)

3.1. Pengembangan Singkong Gajah

Singkong gajah menjadi salah satu komoditi unggulan yang berpotensi dikembangkan di Kalimantan Timur. Karena hal itu Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman telah menggagas suatu acara yaitu Lokakarya Strategi Pengembangan Budidaya dan Produksi Singkong di daerah Kalimantan Timur. Dalam acara tersebut Dekan Fakultas Pertanian Ir. Hj. Rina Sintawati, MP. menuturkan bahwa manfaat dari singkong gajah ini bermacam-macam seperti di olah menjadi tepung, dan kemudian diolah menjadi berbagai makanan seperti es krim, burger, nugget, hingga tortilla, dan sekarang singkong bisa sebagai bahan baku bioetanol dan kosmetik.

Pemerintah Provinsi melalui Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Kaltim, Ir Ibrahim menyediakan sekitar 2.000 hektare lahan, yang disediakan untuk budidaya singkong terutama singkong gajah, dan saat ini telah tersedia pabrik di Kota bangun untuk mengolah singkong gajah menjadi produk olahan tepung. Hasil panen singkong gajah bisa mencapai 100 ton/ha, sedangkan singkong biasa 40 ton/ha. Karena hal-hal tersebut di harapkan tanaman singkong gajah asal Kalimantan Timur ini dapat mengurangi impor tanaman singkong dari luar negeri.

Tabel 3. Perkembangan Produksi dan Impor Singkong Tahun 2006-2011

No Tahun Produksi

(10)

Pangan dan Penyuluhan Kabupaten Penajam Paser Utara, yang merupakan salah satu sumber pangan alternatif dalam rangka mendukung Ketahanan Pangan Nasional, yang saat ini Pabrik produksinya berada di daerah Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, (Departemen Pertanian, 2013).

Di daerah kalimantan Timur, singkong gajah memiliki prospek pengembangan yang sangat cerah sehingga P4S Gedhong Telo Emas berinisiatif mengolah singkong tersebut menjadi bahan pangan menyerupai beras, yang dikenal dengan nama Beras Musi. Cara pembuatan Beras Mutiara Singkong (Beras Musi) adalah sebagai berikut :

- Tahap Pertama :

Singkong dikupas, lalu dicuci, kemudian dicacah dengan alat Cyper dengan ketebalan tertentu, kemudian direndam dengan menggunakan starter, setelah itu diangkat dan ditiriskan.

- Tahap Kedua :

Selanjutnya lakukan pemanasan dalam uap air dengan kelembaban 120 dan dengan suhu maksimum, kemudian dikeringkan dengan bantuan sinar matahari, kemudian selanjutnya digiling (Disk Mill) dengan saringan kasar, hasil saringan tersebut dipoles menggunakan Rice Milling.

- Tahap Ketiga :

Proses Pengemasan beras musi dengan menggunakan plastik, dengan berat 1 s/d 5 kg.

Cara Penyajian Beras Musi tidak jauh berbeda dengan cara penyajian beras pada umumnya yaitu, beras Musi dicuci kemudian direndam 10-15 menit lalu ditiriskan kemudian dikukus sampai matang.

3.3. Tepung Mocaf dari Singkong Gajah

(11)

tepung gandum yang selama ini masih di impor. Untuk membuat 1 kg mocaf diperlukan 3 kg singkong segar dan untuk membuat 1 kg mie misalnya, mocaf mampu mensubstitusi 50 % tepung gandum atau terigu. Sementara untuk membuat kue, terigu bisa diganti seluruhnya oleh mocaf.

Prinsip pembuatan mocaf adalah dengan memodifikasi sel singkong secara fermentasi, sehingga menyebabkan perubahan karakteristik yang lebih baik dari tepung yang dihasilkan berupa naiknya viskositas, kemampuan gelasi, daya rehidrasi dan kemudahan melarut. Secara umum proses pembuatan mocaf meliputi tahap-tahap penimbangan, pengupasan, pemotongan, perendaman (Fermentasi), pengeringan, penepungan dan pengayakan, (Yeni, 2013).

Selama proses fermentasi terjadi penghilangan komponen warna, seperti pigmen dan protein yang dapat menyebabkan warna coklat ketika pemanasan. Dampaknya adalah warna Mocaf yang dihasilkan lebih putih jika dibandingkan dengan warna tepung singkong biasa juga tidak berbau (netral). Selain itu, proses ini akan menghasilkan tepung yang secara karakteristik dan kualitas hampir menyerupai tepung terigu sehingga Mocaf sangat cocok untuk menggantikan bahan terigu untuk kebutuhan industri makanan, sebab kebutuhan terigu kita yang mencapai 6 juta ton per tahun mengandalkan impor. Dengan ditemukannya mocaf, diharapkan mengurangi arus devisa ke mancanegara.

Langkah Kerja Membuat Tepung Mocaf adalah sebagai berikut : 1. Pilih singkong yang masih segar dan berumur panen 8-12 Bulan 2. Kupas singkong buang kulit dan bagian yang tidak digunakan 3. Cuci dengan air bersih rendam dengan air bersih

4. Masukkan singkong ke mesin perajang/pengiris hingga menjadi chip berketebalan 1-1,5 mm atau mesin penyawut

5. Masukkan kedalam bak perendam atau jolang besar

6. Rendam chip/sawut singkong basah dalam larutan starter Bimo-CF (difermentasikan) selama 12-48 jam

(12)

8. Pres singkong tadi dengan menggunakan spinner 9. Keringkan di bawah sinar matahari

10. Masukkan ke mesin penepung agar menjadi tepung halus (100 mesh) 11. Kemas tepung mocaf dalam kemasan plastik kemudian tutup rapat 12. Tepung mocaf siap dipasarkan atau diolah lebih lanjut.

Keunggulan Tepung Mocaf dari singkong gajah :

1. Bebas gluten, sehingga aman dikonsumsi oleh penderita obesitas, penderita penyakit gula, dll.

2. Mengandung serat tinggi 3. Mengandung Kalsium tinggi 4. Tekstur lembut.

3.4. Tepung Tapioka dari Singkong Gajah

Tepung tapioka yang dibuat dari singkong gajah mempunyai banyak kegunaan, antara lain sebagai bahan pembantu dalam berbagai industri. Tapioka banyak digunakan sebagai bahan pengental, bahan pengisi dan bahan pengikat dalam industri makanan, seperti dalam pembuatan puding, sop, makanan bayi, es krim, pengolahan sosis daging, industri farmasi, dan lain-lain. Ampas tapioka banyak dipakai sebagai campuran makanan ternak.

Pada umumnya masyarakat kita mengenal dua jenis tapioka, yaitu tapioka kasar dan tapioka halus. Tapioka kasar masih mengandung gumpalan dan butiran singkong yang masih kasar, sedangkan tapioka halus merupakan hasil pengolahan lebih lanjut dan tidak mengandung gumpalan lagi. Cara pembuatan tepung tapioka adalah sebagai berikut :

1) Kupas, cuci dan parut singkong gajah segar

2) Tambahkan air, peras dan saring dengan kain saring

3) Simpan hasil saringan selama 1 malam untuk mengendapkan patinya 4) Kemudian buang air di atas endapan dan tiriskan hasil pengendapan 5) Jemur di bawah sinar matahari sampai kering

(13)

3.5. Manfaat Lain dari Singkong Gajah Pembuatan Bioetanol

Salah satu energi alternatif yang menjanjikan adalah bioetanol. Bioetanol adalah etanol yang bahan utamanya dari tumbuhan dan umumnya menggunakan proses farmentasi. Bioetanol dapat dibuat dari singkong karena kandungan pati dalam singkong yang tinggi sekitar 25-30% sangat cocok untuk pembuatan energi alternatif. Dengan demikian, singkong adalah jenis umbi-umbian daerah tropis yang merupakan sumber energi paling murah sedunia. Potensi singkong Gajah di Indonesia khususnya di Kalimantan Timur cukup besar sehingga bioetanol berbahan baku singkong gajah ini dapat berkembang, (Antoni, 2013).

Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah melakukan uji coba pengembangan energi alternatif bioetanol dari bahan dasar singkong. Untuk menghasilkan bioetanol sekitar satu liter dibutuhkan sedikitnya 6,5 kilogram singkong. Bioetanol yang dihasilkan nantinya bisa untuk oktan 40% atau seperti minyak tanah, 70% seperti premium bahkan 90% seperti Pertamax.

Produksi bioetanol dengan bahan baku tanaman yang mengandung pati atau karbohidrat, dilakukan melalui proses konversi karbohidrat menjadi gula (glukosa) larut air. Konversi bahan baku tanaman yang mengandung pati atau karbohydrat dan tetes menjadi bioetanol.

Singkong diolah menjadi bioetanol, pengganti premium. Menurut Dr Ir. Tatang H Soerawidjaja, dari Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung (ITB), singkong salah satu sumber pati. Pati senyawa karbohidrat kompleks. Sebelum difermentasi, pati diubah menjadi glukosa, karbohidrat yang lebih sederhana. Untuk mengurai pati, perlu bantuan cendawan Aspergillus sp. Berikut langkah-langkah pembuatan bioetanol berbahan singkong, Pengolahan berikut ini berkapasitas 10 liter per hari.

1. Kupas 125 kg singkong segar, Bersihkan dan cacah berukuran kecil. 2. Keringkan singkong yang telah dicacah hingga kadar air maksimal 16%.

(14)

3. Masukkan 25 kg gaplek ke dalam tangki stainless steel berkapasitas 120 liter, lalu tambahkan air hingga mencapai volume 100 liter. Panaskan gaplek hingga 100oC selama 0,5 jam. Aduk rebusan gaplek sampai

menjadi bubur dan mengental.

4. Dinginkan bubur gaplek, lalu masukkan ke dalam tangki sakarifikasi. Sakarifikasi adalah proses penguraian pati menjadi glukosa. Setelah dingin, masukkan cendawan Aspergillus yang akan memecah pati menjadi glukosa.

5. Dua jam kemudian, bubur gaplek berubah menjadi 2 lapisan : air dan endapan gula. Aduk kembali pati yang sudah menjadi gula itu, lalu masukkan ke dalam tangki fermentasi.

6. Tutup rapat tangki fermentasi untuk mencegah kontaminasi dan Aspergillus bekerja mengurai glukosa lebih optimal. Fermentasi berlangsung anaerob alias tidak membutuhkan oksigen. Agar fermentasi optimal, jaga suhu pada 28-32oC dan pH 4,5-5,5.

7. Setelah 2-3 hari, larutan pati berubah menjadi 3 lapisan. Lapisan terbawah berupa endapan protein, di atasnya air, dan etanol. Hasil fermentasi itu disebut bir yang mengandung 6-12% etanol.

8. Sedot larutan etanol dengan selang plastik melalui kertas saring berukuran 1 mikron untuk menyaring endapan protein.

9. Meski telah disaring, etanol masih bercampur air. Untuk memisahkannya, lakukan destilasi atau penyulingan.

(15)

IV. SIMPULAN DAN REKOMENDASI

4.1. Simpulan

Ketahanan pangan di Indonesia khususnya di daerah Kalimantan Timur perlu adanya peningkatan. Upaya peningkatan pangan diantaranya dengan diversifikasi pangan yang bersumber dari singkong gajah yang merupakan varietas asli dari Kalimantan Timur. Singkong gajah ini memiliki prospek yang sangat baik dan menguntungkan bila dikembangkan oleh masyarakat Kalimantan Timur, karena produksi umbi dari tiap pohonnya mencapai 50 kg.

Singkong gajah merupakan salah satu ragam pangan yang dapat dikembangkan menjadi produk-produk pangan yang lebih modern, seperti menjadi bahan baku pembuatan tepung mocaf, tepung tapioka, sebagai bahan baku bioetanol dan sekarang singkong gajah menjadi bahan baku pembuatan beras musi atau beras tiruan. Sehingga bisa dikatakan bahwa singkong gajah merupakan Emas Putih Borneo yang kaya akan manfaat dan kegunaan.

4.2. Rekomendasi

Salah satu kendala dalam peningkatan diversifikasi pangan adalah kurangnya kesiapan masyarakat secara psikologis untuk mengganti makanan pokok yang berasal dari beras, sehingga perlu dilakukan sosialisasi agar masyarakat lebih mengenal produk pangan yang berasal dari singkong gajah yang memiliki gizi dan rasa yang setara dengan beras. Kerja sama antara masyarakat dan pemerintah juga sangat dibutuhkan, agar rencana tersebut dapat terlaksana dengan lancar.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Antoni, S. 2013. Proses Pembuatan Bioetanol dari Singkong. http://tonimpa. wordpress.com/pembuatan-bioetanol-dari-singkong.html. Diakses pada 4 April 2014.

Ariyanto. 2013. Singkong Gajah. http://singkonggajah.wordpress.com/category/ singkong-gajah.html. Diakses pada 5 April 2014.

Badan Ketahanan Pangan RI. 2013. Roadmap Diversifikasi Pangan 2011-2015. Departemen Pertanian. Jakarta.

Dahlia, Yeni. 2013. Cara Membuat Tepung Mocaf. http://edrafarm.blogspot.com/ 2013/01/membuat-tepung-mocaf-modified-cassava.html. Diakses pada 6 April 2014.

Departemen Pertanian. 2014. Beras Mutiara Singkong (Musi). http://cybex. deptan.go.id/lokalita/beras-musi. Diakses pada 8 April 2014.

Hutapea, J. 2009. Ketahanan Pangan Dan Teknologi Produktivitas Menuju Kemandirian Pertanian Indonesia. Birokrat Surabaya. www.aph28. blogspot.com. Diakses pada 7 April 2014.

Rahmat, Rukmana. 1997. Ubi Kayu Budidaya dan Pasca Panen. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Ranola et al. 2009. Enchancing The Viability of Cassava Feedstock for Bioetanol In The Philipphines. Jurnal ISSAAS. Vol. 15, No. 2:147-158. http://www.issaas.org/journal.html. Diakses pada 9 April 2014.

Suryana, A. 2013. Kebijakan Ketahanan Pangan Nasional. www.pse.litbang. deptan.go.id. Diakses pada 6 April 2014.

Wahyudi. 2013. Pengertian Ketahanan Pangan. http://mentaridunia.blogspot. com/pengertian-ketahanan.html. Diakses pada 4 April 2014.

(17)

LAMPIRAN

Singkong Gajah di Kaltim Fair 2014

Olahan Singkong Gajah

Beras Musi Tepung Mocaf Tepung Tapioka

Gambar

Tabel 1. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi di Kalimantan Timur
Tabel 2. Proyeksi Konsumsi Tanaman Singkong
Tabel 3. Perkembangan Produksi dan Impor Singkong Tahun 2006-2011

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menggunakan metode Principal Component Analysis (PCA) untuk menentukan kandungan protein dan lemak daging sapi aceh Hasil penelitian ini menunjukan

Karena fungsi distribusi dari regresi model logit adalah membentuk distribusi Bernoulli maka dalam mengestimasi parameter β ini dapat didekati dengan estimasi dengan metode

Penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kabupaten Kutai Kartanegara 2010 – 2015 telah mengacu pada RPJMD Kabupaten Kutai

Keterkaitan antara subject matter dalam hal ini anak perusahaan itu sendiri dengan pokok perkara yang diajukan haruslah terkait secara nyata sebab walaupun suatu

A person who suffers from a major depressive disorder (sometimes also referred to as clinical depression or simply depression) must either have a depressed

antara yang dilakukan dan perbuatan, 2) konsistensi orientasi, yakni adanya kesesuaian antara pandangan dalam satu hal dengan pandangannya dalam bidang yang lain,

memperbaharui pelan-pelan perancangan semasa dalam jangka masa yang singkat terutamanya yang melibatkan KSAS. Walaupun penentuan KSAS dijalankan, ianya dimasukkan

"et&e !emasaran $ang i guna%an !eterna%an Putra Gembala aalah engan melalui meia s&1ial- ari mulut %e mulut an memasang !am!hlet ; !am!hlet i tem!at