• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDUKTIVITAS DAN KETAHANAN API BATAKO P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KONDUKTIVITAS DAN KETAHANAN API BATAKO P"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 KONDUKTIVITAS DAN KETAHANAN API BATAKO PAPERCRETE SEBAGAI

MATERIAL DINDING BANGUNAN

Fadiel Imam Nugroho

Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil 2009 Email: fadiel_nugroho@yahoo.com

ABSTRACT

Indonesia is a country that is located on the equator thus causing almost all of big cities in this country have a high temperatures, which is reaching 33°C. The hot temperatures make the people that is on activity becoming uncomfortable. To keep the temperature remains comfortable, the AC (air conditioner) can be used. The more AC which are used resulting damage to the ozone of the earth's atmosphere. Another side effect of the AC is AC requires considerable electrical energy and requires a large cost for the operating cost. Operational costs requires to pay a technician for controling the leakage on the AC annually.

There is an alternative options using insulators materials on the wall of the building. The wall efforts are made to be able to withstand of extreme heat, has an appropriate value of compressive strength and fireproof when there is a fire. Therefore papercrete was made, papercrete is a concrete that consist paper in it. Considering paper has a bad effect against heat conductivity. The papercrete composition on this research is 1:2:2, 1:2:3 and 1:2:4. That number is a value ratio of cement : sand : paper with a specified water-cement ratio at 0,6. The specimen consisted in 5 pieces cylinder of compressive strength test per variant, 5 piece of brick wich is used for heat conductivity test per variant and 9 pieces of brick wich is compiled into a wall so that can be tested for a fireproof test. The cylinder specimen has 15 cm diameter and 30 cm of its height. The brick specimen size is 40 x 20 x 10 (cm) per variant. The heat conductivity test will be performed after reaching 7 days of concrete age.

Based on the heat conductivity test results, the variant 1:2:2 was resulting 2,715 W/m°C and the average heat reduction which happened was 92,12°C, the variant 1:2:3 was resulting 2,476 W/m°C and the average heat reduction which happened was 100,972°C and the variant 1:2:4 was resulting 2,288 W/m°C and the average heat reduction which happened was 109,972°C. This explains that the more papers were contained would decrease the conductivity value. The results from compressive strength test variant 1:2:2 and 1:2:4 was 45,922 kg/𝑐𝑚2 and 22,378 kg/𝑐𝑚2. As for the variant 1:2:3 was 19,411 kg/𝑐𝑚2. Only variant 1:2:2 and 1:2:4 which included in SNI, which was above than 21 kg/𝑐𝑚2. Fireproof wall test results that variant 1:2:2 were performed with the temperature 763°C with the temperature from the other side of the wall was 80,9°C, the fireproof wall from the variant 1:2:3 was performed with temperature 748°C with the temperature from the other side of the wall was 79°C. The result from variant 1:2:4 were performed with 708°C with the temperature from the other side of the wall is 54,7°C. During the test, the fire only damages at the focused area of the fire. The fire were causing the wall becomes porous.

(2)

2 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang

terletak pada garis khatulistiwa sehingga

menyebabkan hampir seluruh kota-kota

besar di negara ini memiliki temperatur

yang tinggi yaitu mencapai 33°C. Hal ini

menyebabkan ketidaknyamanan warga

masyarakat ketika sedang beraktivitas di

dalam ruangan. Untuk menjaga suhu

ruangan agar tetap nyaman maka AC

(air conditioner) dapat digunakan.

Fasilitas penyejuk ruangan juga

memiliki efek samping terhadap manusia.

Secara tidak langsung penyejuk ruangan

menggunakan freon yang berfungsi

sebagai pendingin yang berakibat

merusak lapisan ozon bumi. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa AC tidak

ramah lingkungan. Dalam kondisi proses

menyala, AC juga membutuhkan energi

listrik yang cukup besar. Selain itu

dibutuhkan biaya operasional yang cukup

besar setiap tahunnya untuk membayar

teknisi guna memeriksa terjadinya

kebocoran pada AC (Ferdika, 2011).

Salah satu cara mengurangi efek

dari AC adalah dengan membuat dinding

di luar bangunan yang berasal dari bahan

yang bersifat insulator. Insulator adalah

material yang berfungsi untuk mencegah

terjadinya penghantaran panas.

Material yang bisa digunakan

menjadi insulator adalah Hebel (batako

ringan) dan alternatif lain adalah

Papercrete. Pada penelitian ini, penulis

mencoba meneliti material Papercrete

dengan ide dasar untuk memanfaatkan

bahan kertas yang tidak terpakai dan

memiliki nilai ekonomi bagi masyarakat.

TINJAUAN PUSTAKA

Papercrete (Beton Kertas)

Beton papercrete (beton kertas)

adalah beton yang dibuat dari campuran

antara semen, pasir dan kertas daur ulang

(Samsudin dan Santoso, 2010).

Menurut Bermansyah (2011),

kertas dengan jenis HVS hasil sisa dari

aktifitas perkantoran dapat digunakan

sebagai agregat pengisi dari Papercrete.

Tinta yang terkandung dalam kertas

dianggap diabaikan. Pada penelitian milik

Bermansyah juga menggunakan pozzolan

alam yang mengandung silika dan

alumina. Yang membedakan dengan

milik peneliti yaitu penelitian yang milik

Bermansyah menggunakan campuran

komposisi pasir sebesar 1 : 3,5 dimana

faktor air semen sebesar 0,35.

Gunarto (2008) juga menjelaskan

bahwa beton kertas memiliki beberapa

(3)

3

1. Tidak mengalami perubahan bentuk

selama proses pengeringan dan tahan

dalam berbagai tingkat temperatur.

2. Tidak mudah retak jika dipaku.

3. Tidak mudah terbakar (tergantung

pada jumlah semen, yaitu semakin

banyak semen semakin tahan

terhadap api).

4. Mudah dicetak, untuk pembuatan

beton ringan.

5. Tahan terhadap gangguan binatang

pengerat dan serangga.

Konduktivitas

Menurut Susanto (2012),

konduksi adalah perpindahan panas

melalui benda padat. Panas tersebut

bergerak dari partikel yang lebih panas ke

molekul yang lebih dingin. Akan tetapi

perpindahan panas ini tidak menyebabkan

perpindahan molekul benda. Kecepatan

aliran panas pada suatu benda padat

ditunjukkan dari nilai konduktivitas

termal material tersebut. Semakin besar

nilai konduktivitas termal suatu material

maka material tersebut semakin baik

dalam memindahkan panas, dan

sebaliknya. Material insulasi panas

memiliki konduktivitas termal yang

rendah sehingga dapat menahan aliran

kalor. Aliran kalor ditahan oleh udara

yang terjebak dalam material insulasi.

Udara yang terjebak dalam ukuran

mikroskopik dan dalam jumlah banyak

sehingga dapat disebut sel mikroskopis.

Sel mikroskopis ini juga mampu

mengurangi efek penyaluran panas secara

radiasi. Efek radiasi tersebut dipatahkan

sehingga gelombang radiasi yang panjang

menjadi pendek. Pendeknya gelombang

radiasi panas dapat diserap udara yang

terjebak dalam material insulasi.

Sebagai dasar dari pengujian

Konduktivitas pada penelitian ini,

digunakan prinsip pada hukum Fourrier.

Adapun formula yang digunakan sebagai

berikut:

𝑄 = 𝑘𝐴 ×∆𝑇∆𝑥

Keterangan:

Q = Daya (W)

k = Konduktivitas (W/mºC)

A = Luasan Benda Uji (m2) ΔT = Selisih suhu (°C) Δx = Tebal Benda Uji (m)

Kuat Tekan

Pada penelitian papercrete milik

Gunarto (2008), papercrete pada

penelitiannya mempunyai kuat tekan

antara 1,23-2,48 Mpa dan berat volume

berkisar 814,97-967,57 kg/𝑚3. Gunarto

menggunakan variasi perbandingan

antara semen dengan kertas, yaitu 1 : 2

sampai dengan 1 : 4 dan juga variasi

(4)

4

Hasil pengujian kuat tekan beton kertas

yang diperoleh adalah sebesar 13,31 MPa

untuk variasi 0%, 8,59 MPa untuk variasi

15%, 10,15 MPa untuk variasi 30% dan

11,40 MPa untuk variasi 45% dari

agregat keseluruhan.

Standar prosedur pengujian kuat

tekan pada penelitian milik peneliti

adalah SNI 03-1974-1990 untuk benda

uji silinder dan persamaan umum yang

dipakai untuk menghitung kuat tekan

beton dapat dilihat pada formula dibawah

ini:

f’c =𝑃𝐴

Keterangan ;

f’c = Kuat tekan beton (kg/cm2) P = Beban maksimum (kg)

A = Luas penampang benda uji (cm2)

Adapun syarat fisis menurut SNI

03-0349-1989 yang harus dipenuhi dapat

dilihat pada Tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1 Persyaratan SNI 03-0349-1989

Syarat Fisis Satuan

Tingkat Mutu Beton

Pejal

Tingkat Mutu Bata

Beton Berlubang

I II III IV I II III IV

1. Kuat Tekan bruto

rata-rata minimum

Kg/𝑐𝑚2 100 70 40 25 70 50 55 20

2. Kuat tekan bruto

masing-masing

benda uji minimum

Kg/𝑐𝑚2 90 65 35 21 65 45 30 17

3. Penyerapan air

rata-rata maksimum

% 25 35 - - 25 35 - -

(Sumber: SNI 03-0349-1989)

Dinding Tahan Api

Pengujian ini bertujuan untuk

mengetahui ketahanan papercrete

terhadap api (kebakaran). Output yang

dihasilkan adalah gambar Grafik yang

terdiri dari suhu pada dinding yang

langsung dibakar dengan api dengan suhu

pada sisi dinding sebaliknya. Selain itu,

kerusakan yang terjadi akibat proses

(5)

5 METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan

bahan-bahan yaitu semen Portland

Pozzolan (PVC) dengan merk semen

Gresik., agregat halus berupa pasir alam

yang berasal dari sungai boyong, kertas

koran yang tidak lagi digunakan

(kandungan tinta yang ada dalam kertas

diabaikan) dan yang terakhir adalah air

yang digunakan berasal PAM

Laboratorium Bahan Konstruksi Teknik

FTSP UII.

Pada penelitian ini terdapat 3 jenis

varian papercrete. Tiga jenis varian

tersebut dihasilkan dengan metode trial

(coba-coba). Varian tersebut adalah 1:2:2,

1:2:3 dan 1:2:4. Angka tersebut adalah

perbandingan dari semen, pasir dan bubur

kertas. Fas yang digunakan pada

penelitian ini sebesar 0.6. Jumlah sampel

dan bentuk benda uji yang dibuat

tergantung pada pengujian yang

dilakukan. Parameter yang digunakan

adalah pengujian konduktivitas,

pengujian kuat tekan dan pengujian

dinding tahan api.

Pengujian Konduktivitas

Pengujian ini dilakukan setelah

umur beton mencapai 7 hari. Benda uji

yang digunakan berupa batako dengan

ukuran 40 x 20 x 10 (cm) dengan jumlah

5 sampel untuk setiap variannya.

Pengujian menggunakan alat Koper

Konduktivitas dan Termometer Digital.

Pembacaan suhu dilakukan pada 5 titik

pada masing-masing sisi benda uji.

Sebagai pembanding papercrete maka

pada pengujian ini dilakukan juga

pengujian konduktivitas terhadap Hebel

dan Batako Merapi.

Pengujian Dinding Kuat Tekan

Pengujian kuat tekan beton

menggunakan Compressing Test

Machine. Mesin tersebut dinyalakan dan

baca tekanannya dan masukkan kedalam

form pendataan pada setelah umur beton

28 hari. Benda uji yang dibuat berbentuk

silinder berdiameter 15 cm dengan tinggi

30 cm. Setiap varian terdiri atas 5 sampel

benda uji. Disamping itu, benda uji

silinder papercrete dipasang

kompressometer beserta dial yang

berfungsi untuk pengujian

tegangan-regangan.

Pengujian Dinding Tahan Api

Papercrete yang telah berbentuk

batako 40 x 20 x 10 (cm) disusun

menjadi dinding kemudian diplester

setebal 1 cm. Terdapat 3 buah dinding

yang dibuat pada pengujian ini. Setelah

dinding batako telah berdiri maka

tahapan selanjutnya yaitu dengan

(6)

6

“Pistol Api”. Pistol api dalam penelitian ini adalah suatu alat yang berfungsi

menembakan api secara langsung, pada

dasarnya pistol api memiliki prinsip yang

sama dengan pistol las. Selama proses

pembakaran berlangsung, dilakukan

pembacaan terhadap suhu yang ada pada

kedua sisi dinding. Masing-masing sisi

terdiri atas 7 titik, pembacaan dilakukan

dengan menggunakan Infrared

Thermometer.

HASIL PENGUJIAN

Berikut adalah hasil setiap

pengujian pada penelitian milik peneliti.

Pengujian Konduktivitas

Dari hasil pengujian konduktivitas

maka diperoleh grafik nilai konduktivitas

dengan membandingkan papercrete,

hebel dan Batako Merapi sebagai benda

uji. Untuk lebih jelas, lihat Gambar 1.

Gambar 1 Grafik Nilai Konduktivitas Papercrete, Hebel dan Batako Merapi

Hasil perbandingan nilai konduktivitas

antara papercrete, hebel dan batako

merapi dapat dilihat pada Gambar 5.11.

Konduktivitas papercrete berada diantara

batako merapi dengan hebel. Dengan

nilai konduktivitas rerata untuk campuran

1:2:2 adalah 2,715 W/m°C, untuk

campuran 1:2:3 adalah 2,476 W/m°C,

sedangkan 1:2:4 sebesar 2,288 W/m°C.

Dipuncak perbandingan terdapat batako

merapi dengan nilai konduktivitas rerata

3,048 W/m°C dan didasar perbandingan

adalah hebel dengan nilai konduktivitas

sebesar 2,047 W/m°C.

Pengujian Kuat Tekan

Pada papercrete varian 1:2:2

memiliki kuat tekan beton rerata sebesar

45,922 Kg/𝑐𝑚2 dan varian 1:2:4

memiliki kuat tekan beton rerata sebesar

22.378 Kg/𝑐𝑚2. Kedua varian tersebut

telah sesuai dengan syarat SNI yang

1.700 1.900 2.100 2.300 2.500 2.700 2.900 3.100 3.300

1 2 3 4 5

K

ond

uk

ti

vi

tas

(

W/m

°C)

No Sampel

Varian 1:2:4

Varian 1:2:3

Varian 1:2:2

Hebel

(7)

7

ditentukan yaitu lebih besar dari 21

Kg/𝑐𝑚2. Sedangkan papercrete varian

1:2:3 tidak sesuai dengan yang

disyaratkan yaitu sebesar 19,411 Kg/𝑐𝑚2.

Hasil dari pengujian kuat tekan setiap

variannya kemudian diolah kedalam

bentuk kurva regresi dan dari setiap titik

variannya diberi trendline yang

menghubungkan ke varian lainnya

sehingga garis y = 41.63x-0.71 terbentuk.

Untuk lebih jelas lihat Gambar 2.

Gambar 2 Kuat Tekan Papercrete dengan Varian Optimum

Pada Gambar 5.2, garis y = 41.63x-0.71

terlihat bersinggungan dengan Syarat SNI

yang kemudian apabila ditarik garis lurus

akan membentuk varian 1:2:(3+X) yang

memiliki nilai optimum terhadap kuat

tekan papercrete. Varian 1 : 2 : (3+X)

dapat dihitung dengan melakukan

pendekatan terhadap perbandingan

segitiga. Nilai X pada varian optimum

adalah sebesar 0.67 sehingga dapat

diketahui varian kuat tekan optimum

pada penelitian ini adalah 1 : 2 : 3.67.

Pengujian Dinding Tahan Api

Berikut ini akan dijelaskan

mengenai data hasil pengujian dinding

tahan api yang kemudian diolah menjadi

dalam bentuk grafik seperti dilihat pada

Gambar 3.

y = 41.63x-0.71

10 15 20 25 30 35 40 45 50 55

K

u

at

D

e

sak

(k

g

/c

m

2)

Varian Papercrete Syarat SNI

1:2:3 1:2:4

(8)

8 Gambar 3 Hubungan antara Waktu dan Suhu pada dinding Papercrete pada Setiap

Varian.

Suhu yang terbesar berhasil diciptakan

oleh pistol api pada dinding papercrete

varian 1:2:2 adalah 763°C dengan suhu

pada sisi sebaliknya sebesar 81,1°C.

Sedangkan pada dinding papercrete

varian 1:2:3 adalah 748°C dengan suhu

pada sisi dinding sebaliknya sebesar

79°C. Suhu terbesar yang dihasilkan oleh

pistol api pada dinding papercrete varian

1:2:4 adalah 708°C dengan suhu

sebaliknya sebesar 54,7°C.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian

tentang Konduktivitas dan Ketahanan Api

Batako Papercrete Sebagai Material

Dinding Bangunan yang telah dilakukan,

dapat dilakukan beberapa simpulan yaitu

sebagai berikut:

1. Penggunaan kertas sebagai pengganti

agregat pada penelitian ini

mempengaruhi nilai konduktivitas

yang terjadi. Hal ini terlihat pada

perolehan nilai rerata konduktivitas

yang terjadi pada varian 1:2:2 adalah

2,715 W/m°C, untuk campuran 1:2:3

adalah 2,476 W/m°C, sedangkan

1:2:4 sebesar 2,288 W/m°C.

Dibandingkan dengan Batako Merapi

yang memiliki nilai konduktivitas

rerata sebesar 3,048 W/m°C,

papercrete masih lebih unggul nilai

konduktivitasnya. Akan tetapi

apabila dibandingkan dengan hebel

dengan nilai konduktivitas sebesar

2,047 W/m°, kualitas dari papercrete

masih dibawah hebel.

2. Hasil pengujian kuat tekan pada

papercrete varian 1:2:2 memiliki

(9)

9

sebesar 22,378 Kg/𝑐𝑚2. Kedua

varian tersebut telah sesuai dengan

syarat SNI yang ditentukan yaitu

lebih besar dari 21 Kg/𝑐𝑚2.

Sedangkan papercrete varian 1:2:3

tidak sesuai dengan yang disyaratkan

yaitu sebesar 19,411 Kg/𝑐𝑚2.

3. Berdasarkan pengujian dinding tahan

api selama 2 jam, dihasilkan suhu

pada varian 1:2:2 adalah 763°C

dengan suhu pada sisi sebaliknya

sebesar 81,1°C. Selanjutnya suhu

terbesar pada dinding papercrete

varian 1:2:3 adalah 748°C dengan

suhu pada sisi dinding sebaliknya

sebesar 79°C. Dan yang terakhir,

suhu terbesar pada dinding

papercrete varian 1:2:4 adalah

708°C dengan suhu sebaliknya

sebesar 54,7°C. Semakin banyak

volume kertas yang terkandung

dalam batako membuktikan bahwa

kertas bersifat insulator, dimana

buruk ketika menghantarkan panas.

Selain itu kondisi dinding masih utuh

meskipun telah diuji selama 2 jam

dengan suhu yang relatif extreme

yakni 700°C. Kerusakan dinding

hanya terjadi pada bagian yang

terkena api berwarna merah. Hal ini

mengakibatkan dinding menjadi

getas dan keropos. Kerusakan

tersebut dialami oleh ke-3 benda uji.

Bagian dinding pada sisi sebaliknya

tidak mengalami kerusakan sama

sekali.

DAFTAR PUSTAKA

Antoni dan Nugraha, Paul, 2007.

Teknologi Beton. Penerbit Andi

Offset. Yogyakarta.

Bermansyah, Surya, dkk, 2011,

Analisis Kuat Tarik Belah Dan

Kuat Tarik Lentur Papercrete

Menggunakan Pozzolan Alam,

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Teknik, Universitas Syiah Kuala.

Direktorat Penyelidikan Masalah

Bangunan, 1982, Persyaratan

Umum Bahan Bangunan,

Bandung.

Ferdika, Gede, 2011, Dampak Freon AC

Terhadap Ozon, Online,

Scribd.com,

(http://www.scribd.com/doc/4565

4079/Dampak-Freon-AC-Terhadap-Ozon. Diakses 22

Oktober 2013)

Gunarto, A., 2008, Pemanfaatan Limbah

Kertas Koran Untuk Pembuatan

Panel Papercrete, Program Studi

Teknik Sipil Magister Teknologi

Bahan Bangunan, Fakultas

Teknik, Universitas Gadjah Mada,

(10)

10

Kusuma, Gideon, 1993, Grafik Pedoman

PekerjaanBeton Seri beton 2,

Penerbit Erlangga, Jakarta.

Mehta, Kumar, P., dan Monteiro, Paulo,

J. M., 1986. Concrete

Microstructure, Properties and

Materials. McGraw-Hill, New

York.

Moran, Michael, J., dan Shapiro,

Howard. N., 2004.

Termodinamika Teknik Jilid 1.

Penerbit Erlangga. Jakarta.

Nawy, E. G., 1990, Beton bertulang

Suatu Pendekatan Dasar, Cetakan

Pertama. Terjemahan oleh

Bambang Suryoatmono, PT.

Eresco, Bandung.

Samsudin, Muchamad, dan Santoso, P.B.,

2010, Beton Ringan dengan

Agregat Kasar Buatan dari

Limbah Kertas Koran, Jurusan

Teknik Sipil, Fakultas Teknik

Sipil dan Perencanaan,

Universitas Islam Indonesia,

Yogyakarta.

Somayaji, Shan., 2001, Civil Engineering

Materials, Prentice Hall, New

Jersey.

Standar Nasional Indonesia, 1989,

Metode Pengujian Bata Beton

Untuk Pasangan Dinding (SNI

03-0349-1989), Bandung.

Standar Nasional Indonesia, 1990,

Metode Pengujian Analisa

Saringan agregat Halus dan

Agregat Kasar (SNI

03-1968-1990), Bandung.

Standar Nasional Indonesia, 1990,

Metode Pengujian Berat Jenis

dan Penyerapan Agregat Halus

(SNI 03-1970-1990), Bandung.

Standar Nasional Indonesia, 1990,

Metode Pengujian Kuat Tekan

Beton (SNI 03-0349-1989),

Bandung.

Standar Nasional Indonesia, 1996,

Metode Pengujian Jumlah

Agregat Yang Lolos saringan

No.200 (SNI 03-4142-1996),

Bandung.

Standar Nasional Indonesia, 1998,

Metode Pengujian Berat Isi Padat

dan Gembur Agregat Halus (SNI

03-4804-1998,. Bandung.

Susanto, Eka, P., dkk. 2012, Studi

Penggunaan Dinding Foam

Concrete (FC) dalam Efisiensi

Energi dan Biaya untuk

Pendinginan Udara (Air

Conditioner), Magister Teknik

Sipil, Manajemen Rekayasa

Konstruksi, Institut Teknologi

Gambar

Tabel 1 Persyaratan SNI 03-0349-1989
Gambar 1  Grafik Nilai Konduktivitas Papercrete, Hebel dan Batako Merapi
Gambar 2 Kuat Tekan Papercrete dengan Varian Optimum
Gambar 3 Hubungan antara Waktu dan Suhu pada dinding Papercrete pada Setiap

Referensi

Dokumen terkait

Timbal dan merkuri memiliki afinitas yang lebih besar terhadap ligan yang mengandung sulfur dari pada ligan yang mengandung oksigen (Gunawan 2007). Faktor-faktor yang mempengaruhi

Sebagai tindak lanjut dari kegiatan tersebut, bersama ini kami sampaikan pengumuman nama-nama guru peserta PLPG yang dinyatakan (a) LULUS, (b) MENGIKUTI UJIAN ULANG, dan (c) TIDAK

Uji coba sistem dan program dalam pembuatan website Pak Oles Jogja ini dilakukan dengan pengetesan fungsi dan logika yang telah diberikan pada masing-

Bentuk perubahan yang dilakukan oleh Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Semarang di dalam pengelolaan Ruang Terbuka Hijau yaitu dengan melakukan pembangunan di

[r]

Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) Keteladanan berpengaruh besar terhadap pembentukan karakter religius siswa. Hal ini didasarkan

Dengan mengetahui besar karbon tersimpan pada kawasan tersebut, maka dapat diketahui peran kawasan sistem agroforestry dalam meradiasikan kembali sinar matahari yang diserap

standar yang ada, mudah dibuat, dan mudah dibentuk atau dicetak. Harus memberikan kemudahan, misalnya kemudahan dalam membuka atau menutup kembali wadah tersebut, juga mudah