• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA MA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA MA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATA DIKLAT

AKUNTANSI DALAM MENYIAPKAN LULUSAN KEJURUAN AKUNTANSI

MENUJU MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)

Dwi Herlindawati

Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya dwi.herlindawati@yahoo.com

ABSTRAK

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) program keahlian Akuntansi sebagai pencetak peserta didik yang menghasilakan calon teknisi akuntansi junior diharapkan dapat menyiapkan lulusan berkarakter, handal, dan profesional menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), sehingga ketika mereka bekerja dalam bidangnya tidak terjerat tindak korupsi dan bentuk kecurangan lainnya. Tujuan pembuatan makalah ini adalah: (1) Untuk mengetahui pendidikan karakter kerja seperti apa yang perlu ditanamkan pada peserta didik kejuruan akuntansi, (2) Untuk mengetahui bagaimanakah implementasi pendidikan karakter pada mata diklat akuntansi dalam upaya menyiapkan tenaga kerja lulusan kejuruan akuntansi. Makalah ini menggunakan pendekatan diskriptif melalui kajian kepustakaan. Kesimpulannya, karakter jujur, dapat dipercaya, bertanggung jawab, rasional, objektifitas, dan relevan yang harus dimiliki oleh seorang Akuntan, sehingga dapat menepis isu moral (misal; korupsi, cuci uang, dan penggelapan) yang seringkali melekat pada seorang Akuntan. Pengimplementasian pendidikan karakter pada mata diklat akuntansi telah dapat dilakukan namun perlu dilakukan pemantapan karakter dalam pendidikan kejuruan sebagai langkah strategis untuk menghasilkan tenaga kerja kejuruan yang berkarakter dan mampu bersaing.

Kata kunci : Implementasi, Pendidikan. Karakter, Akuntansi, MEA

ABSTRACT

Accounting department in vocational school as creator of learner that produces candidate of junior accounting technician is expected to prepare reliable, and professional character graduates towards the ASEAN Economic Community (AEC) so that when they are working in the field they will not be entangled corruption and other forms of cheating. The purpose of this paper is: (1) To determine what kind of character education work that needs to be invested in accounting department learners of vocational school, (2) To determine how the implementation of character education on accounting subject to prepare graduates of accounting department. This paper uses a descriptive approach through the study of literature. In conclusion, the character of honesty, trustworthiness, responsibility, rationality, objectivity, and relevance must be possessed by an accountant so it can also dismiss the moral issues (eg; corruption, money laundry, and embezzlement) are often attached to an accountant. Implementation of character education in accounting subject could have been done but it needs to be stabilization of the characters in vocational education as a strategic step to create vocational employments who have character and are able to compete.

(2)

I. PENDAHULUAN

Memasuki era globalisasi pendidikan sekarang ini sedang marak diperbincangkan dan diperdebatkan tentang seberapa pentingnya pendidikan karakter dalam membentuk karakter peserta didik baik dalam pendidikan formal ataupun non formal. Seperti yang kita ketahui bersama tidak hanya pada lingkup lokal, nasional, regional bahkan pada lingkup internasional terjadi fenomena dan fakta penyimpangan perilaku yang terjadi pada anak-anak usia sekolah (belia). Hal tersebut seolah menjadi pengingat seberapa pentingnya perlu ditanamkan penguatan pendidikan karakter bagi peserta didik sejak dini. Isu narkoba, korupsi, terorisme, kekerasan antar sesama, tawuran antar sekolah, yang dilakukan oleh para siswa sekolah mengisyaratkan bahwa mulai lunturnya nilai-nilai moral yang ada pada anak-anak terpelajar. Mereka memang mendapatkan ilmu pengetahuan menuju tingkat intelektual yang tinggi, namun kenapa penyimpangan-penyimpangan sikap seperti yang disebutkan diatas justru lebih marak terjadi di-era Globalisasi seperti sekarang ini. Hal tersebut semakin mempertegaskan bahwa nilai-nilai etika dan tata karma mulai hilang dan pudar sehingga hal tersebut menjadikan alasan diperlukannya penanaman pendidikan karakter terhadap peserta didik, dalam menyiapkan generasi muda yang berkompetensi tinggi serta memiliki sikap dan moralitas yang unggul sebagai sumberdaya aktif penentu kejayaan dan eksistensi suatu bangsa.

Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini, seperti: disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila; keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai Pancasila; bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa; ancaman disintegrasi bangsa; dan melemahnya kemandirian bangsa (Buku Induk Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025). Sejalan dengan penjelasan diatas secara implisit ditegaskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025, di mana pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu “Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila.” Kompetensi tinggi seseorang membuat seseorang dapat melakukan pekerjaan dan tugasnya dengan baik, namun karakter yang baiklah yang akan menuntun tekad seseorang untuk selalu mencapai yang terbaik dan menjadi lebih baik.

Dari sisi yuridis pendidikan karakter sendiri memiliki landasan kuat, Undang-Undang No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dari delapan tujuan yang ingin dikembangkan, lima diantaranya lebih mengarah pada pendidikan karakter. Begitu pula bila kita cermati bersama pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Sekolah Dasar dan sederajat dari 17 kompetensi yang ingin dicapai, 11 diantaranya lebih mengarah pada karakter. Untuk jenjang Sekolah Menengah Atas dan sederajat dari 22 kompetensi yang ingin dicapai, 12 diantaranya juga lebih mengarah pada karakter.

(3)

mandiri namun tetap memiliki karakter bangsa yang kokoh sebagai modal kuat dalam memasuki persaingan di pasar bebas.

Dalam konteks internasional kita ketahui bersama, beberapa negara maju didunia dapat menjaga eksistensi negaranya terutama dalam bidang ekonomi dan perindustrian didasari oleh karakter bangsa yang kuat dan tangguh yang dimiliki oleh masyarakatnya. Bangsa Cina yang sekarang juga lebih bangga memperkenalkan bangsanya dimata dunia dengan nama negara Tiongkok, mengalami kemajuan yang sangat pesat. Ekonomi Cina makin meraksasa dengan cadangan devisa negera menembus 2,27 triliun dolar AS pada akhir September 2009, menjadikan Cina menjadi negara yang disegani dan menjadi salah satu tumpuan ekonomi dunia. Kemajuan Cina yang pesat ini tentu tidak terjadi begitu saja, Cina menerapkan tradisi dan nilai-nilai karakter bangsa disetiap lini kehidupan masyarakatnya seperti kejujuran, dapat dipercaya, toleransi, spirit kesetiaan pada satu pekerjaan, patriotik, heroik, kesetiaan paada keluarga, rajin, pekerja keras, dan disiplin. Bangsa Cina dapat tetap terbuka terhadap perkembangan dan globalisasi duni namun karakter bangsa Cinalah yang menjadikan Cina tetap kokoh berdiri tanpa tergerus dan hanyut ke dalam arus globalisasi itu sendiri.

Kemajuan lain yang didasari oleh karakter yang dimiliki suatu bangsa dapat kita lihat pada negara Jepang, Jepang menjadi salah satu negara maju dipaparan ekonomi dunia. Melalui etos kerja Bushido merupakan bukti bahwa pembangunan suatu bangsa tidak dapat dilepaskan dari penanaman nilai-nilai khas/karakter bangsa tersebut. Jepang menjadikan karakter bangsa yang bersumber dari tradisi sebagai modal untuk memasuki persaingan di era Global. Masyarakat Jepang membuktikan, tradisi justru bisa dijadikan landasan kokoh bagi pengembangan modernisasi. Nilai-nilai kearifan lokal tidak terkalahkan oleh penetrasi nilai-nilai budaya asing tetapi sebaliknya menjadi kekuatan transformatif yang dahsyat untuk mencapai kemajuan. Dari beberapa gambaran diatas dapat diambil kesimpulan, bahwa penanaman karakter pada masyarakat suatu bangsa adalah hal yang penting yang perlu dilakukan untuk membentuk dan memperoleh sumber daya manusia yang berkualitas tidak hanya memiliki kompetensi tinggi namun juga memiliki sikap dan moralitas yang unggul.

Seiring dengan perkembangan dunia internasional saat ini baik secara ekonomi dan teknologi, membuat dunia kerja yang semakin kompetitif dengan peningkatan kualitas tenaga kerja yang dapat dilihat dari peningkatan penyerapan tenaga kerja berpendidikan tinggi yaitu dari Diploma dan Sarjana. Hal tersebut tentu membuat para tenaga kerja yang hanya lulusan dari sekolah menengah kejuruan dengan ekspetasi para lulusannya yaitu lulus dan langsung terjun kedunia kerja, menjadi pesimis dan berkecil hati karena harus berkompetisi dengan para tenaga kerja dari strata pendidikan diatas mereka. Dari hal tersebut maka Sekolah Menengah Kejuruan benar-benar harus menyiapkan lulusannya dengan berbekal kompetensi dan kemampuan yang handal sesuai dengan keahliannya sehingga berdaya saing tinggi dalam dunia kerja dan industri. Karena pada berbagai sektor pekerjaan seorang Akuntan selalu dibutuhkan, maka dalam makalah ini penulis menspesifikasikan penanaman karakter bagi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) bidang keahlian Bisnis Manajemen program keahlian Akuntansi. Dimana SMK program keahlian akuntansi mempunyai tujuan untuk menyiapkan peserta didiknya menjadi calon Teknisi Akuntansi Junior yang berkarakter sehingga ketika mereka bekerja dalam bidangnya tidak terjerat tindak korupsi dan bentuk kecurangan lainnya.

(4)

lagi menjadi 2 yaitu dasar kompetensi kejuruan dan kompetensi kejuruan yang akan disesuaikan dengan bidang keahlian masing-masing jurusan. Maka diperlukannya penanaman pendidikan karakter dalam kurikulum pembelajaran sekolah kejuruan demi memperoleh sumber daya manusia sebagai lulusan yang berkualitas tidak hanya memiliki kompetensi tinggi namun juga memiliki sikap dan moralitas yang unggul dan handal.

Dalam konteks menyiapkan tenaga kerja lulusan kejuruan akuntansi maka perlu dikaji beberapa hal menyangkut, 1) Pendidikan karakter kerja seperti apa yang perlu ditanamkan pada peserta didik kejuruan akuntansi, dan 2) Bagaimanakah implementasi pendidikan karakter dalam upaya menyiapkan tenaga kerja peserta didik kejuruan akuntansi. Sehinga nantinya menghasilakan lulusan yang berkarakter kuat dan handal sebagai tenaga kerja yang siap menghadapi pasar bebas Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) di tahun 2015, yang akan segera diberlakukan. Hal ini tidak terlepas dari fungsi pendidikan kejuruan sebagai pelestari nilai-nilai dan norma di masyarakat sekaligus sebagai agen perubahan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

II. METODE

Penulisan makalah ini menggunakan pendekatan diskriptif melalui kajian kepustakaan

(library research) yang bersifat normatif, yaitu menelaah dan mengkaji buku-buku, artikel-artikel, jurnal ilmiah, majalah, koran maupun media internet yang ada hubungan dengan topik bahasan di atas. Kemudian dilakukan analisis dan akhirnya mengambil kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk laporan tertulis.Pengolahan dan analisis data, penulis menggunakan metode content analysis.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Memaknai Pendidikan Karakter

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti: 1). Sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. 2).Karakter juga bisa bermakna "huruf". Menurut (Ditjen Mandikdasmen - Kementerian Pendidikan Nasional), Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat. Gulo W, (1982: 29) menjabarkan bahwa karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang, biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap.

Kamisa, (1997: 281) mengungkapkan bahwa karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Berkarakter artinya mempunyai watak, mempunyai kepribadian.Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa karakter adalah perilaku yang didasari dari kejiwaan seseorang. Perilaku yang khas dari setiap individu yang membedakan dengan individu yang lain. Pendidikan Karakter Menurut Lickona, secara sederhana pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai segala usaha yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi karakter siswa. Tetapi untuk mengetahui pengertian yang tepat, dapat dikemukakan di sini definisi pendidikan karakter yang disampaikan oleh Thomas Lickona. Lickona menyatakan bahwa pengertian pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti. Menurut Suyanto (2009), mendefinisikan karakter sebagai cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun negara.

(5)

Bersahabat/Komunikatif, (14) Cinta Damai, (15) Gemar Membaca, (16) Peduli Lingkungan, (17) Peduli Sosial, (18) Tanggung (Pedoman Sekolah, 2009: 9-10).

Dari berbagai pendapat diatas secara sederhana dapat dirumuskan bahwa pendidikan karakter adalah upaya meningkatkan pengetahuan, keterampilan serta sikap seorang individu agar berperilaku sesuai dengan norma, etika, dan batasan-batasan yang berlaku dalam ruang lingkungan hidup mereka.

2. Beberapa Karakter Kerja yang perlu Ditanamkan Pada Peserta Didik Kejuruan Akuntansi Menuju Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

Kementerian tenaga kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia telah menetapkan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang merupakan rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan/atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dalam pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Mendukung rumusan Kementerian tenaga kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia tersebut, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 tentang SKKNI sebagai kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor. Pertanyaan mendasar dalam rangka menyiapkan tenaga kerja kejuruan adalah karakter kerja seperti apa yang perlu ditanamkan kepada peserta didik dalam menyiapkan tenaga kerja kejuruan akuntansi menuju Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).

(6)

yang dapat mendiskreditkan profesi; dan (8) Standar Teknis, setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan.

Dari beberapa pemaparan diatas dengan sederhana dapat ditarik kesimpulan, bahwa beberapa karakter yang perlu ditanamkan dan dikembangkan bagi seorang akuntan adalah antara lain, jujur, dapat dipercaya, bertanggung jawab, rasional, objektifitas, konsisten, dan relevan. Maka beberapa karakter diataslah yang harus ditanamkan Sekolah Menengah Kejuruan program Keahlian Akuntansi demi mencetak lulusan-lulusan teknisi akuntansi junior yang yang memiliki kompetensi sesuai dengan Prinsip Etika Akuntan yang tercantum dalam kode etik Akuntan Indonesia, yaitu menjadi tenaga kerja lulusan kejuruan akuntansi yang berdaya saing tinggi, professional, handal, serta beretika dalam memasuki dunia kerja/industri menuju Masyarakat Ekonomi Asean 2015 (MEA). Sehingga hal tersebut juga dapat menepis isu moral (misal; korupsi, cuci uang, dan penggelapan) yang seringkali melekat pada diri seorang Akuntan.

3. Implementasi Pendidikan Karakter pada Mata Diklat Akuntansi dalam Menyiapkan Tenaga Kerja Kejuruan Akuntansi Menuju Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

Implementasi pendidikan karakter dalam lingkup pendidikan kejuruan tidak terlepas dari aspek kurikulum, pembelajaran, dan iklim/budaya sekolah. Untuk membahas integrasi karakter dengan kurikulum, perlu disepakati dulu bahwa kurikulum adalah skenario pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Jika tujuan pendidikan adalah membantu peserta didik untuk mengembangkan potensinya agar mampu menghadapi problema kehidupan dan kemudian memecahkannya secara arif dan kreatif, berarti pembelajaran pada semua matapelajaran seharusnya diorientasikan ke tujuan itu dan hasil belajar juga diukur berdasarkan kemampuan yang bersangkutan dalam memecahkan problem kehidupan. Pengembangan aspek-aspek karakter tersebut dapat dibarengkan dengan substansi matapelajaran atau sebagai metode pembelajarannya.

Penulis mengambil contoh desain implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran mata diklat akuntansi pada KD siklus pengikhtisaran dengan materi pokok menyusun laporan keuangan. Pengambilan contoh tersebut didasarkan pada karakteristik kualitas laporan keuangan menurut Panduan Standart Akuntansi (PSAK) yang didalamnya terkandung karakter-karakter yang penting untuk ditanamkan dan dikembangkan dalam kurikulum. Karena kurikulum berorientasi kompetensi maka karakter dapat disertakan sebagai kompetensi dasar yang dikembangkan bersama mata pelajaran lainnya.

(7)

diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan materialitas dan biaya.

Dari materi pokok penyusunan laporan keuangan disusun indikator dan tujuan pembelajaran, misalnya tujuan pembelajaran agar dapat melatih ketrampilan berfikir, ketepatan, dan ketelitian peserta didik dalam menyusun laporan keuangan. Tujuan lanjutan dari pembelajaran penyusunan laporan keuangan tersebut adalah peserta didik diharapkan dapat melaporkan laporan keuangan dengan jumlah yang benar dan akurat sesuai dengan data transaksi yang yang ada, dari tujuan tersebut mengandung karakter jujur, karena peserta didik harus menyusun jumlah saldo yang benar dan sesuai dengan jumlah saldo pada pencatatan transaksi sebelumnya. Karakter rasional, karena peserta didik diharuskan menyajikan jumlah saldo dalam sebuah laporan yang dapat diterima oleh nalar banyak orang dan tidak mengada-mengada. Karakter bertanggung jawab, karena bila ada kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan maka akan dapat menyalahi informasi keuangan suatu perusahaan dan dapat pula mengakibatkan kerugian bagi perusahaan tersebut. Sehingga dapat juga muncul penanaman karakter dapat dipercaya, karena laporan keuangan yang disusun harus benar sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan sekecil mungkin terjadi kesalahan.

IV. KESIMPULAN

Secara garis besar beberapa karakter yang dibutuhkan pada dunia kerja/industri bagi seorang tenaga teknisi akuntansi junior telah telah dapat diimplementasikan pada pembelajaran mata diklat akuntansi di SMK. Hal tersebut dapat dilihat khususnya pada beberapa prinsip etika yang tercantum dalam kode etik akuntan Indonesia, hampir sama dengan karakter-karakter yang terkandung dalam proses pembelajaran siklus akuntansi proses pengihtisaran untuk penyusunan laporan keuangan (yang sesuai dengan karakteristik kualitas penyusunan laporan keuangan menurut PSAK). Akan tetapi pengimplementasian pendidikan karakter masih secara umum, belum terdapat fokus pengembangan karakter teknisi akuntansi junior berupa tindakan khusus yang diperintahkan dan diteladani oleh guru kepada peserta didik. Dalam perkembangannya dibutuhkan pengembangan pola implementasi pendidikan karakter yang lebih dalam pembelajaran ataupun iklim disekolah. Dengan membudayakan nilai karakter di sekolah, kerjasama dengan pihak terkait (guru, siswa, wali kelas, kepala sekolah, orang tua peserta didik, komite sekolah), pendekatan secara personal dengan peserta didik, menjelaskan pentingnya pendidikan karakter, memberi keteladanan kepada peserta didik. Sehingga pemantapan karakter dalam pendidikan kejuruan merupakan langkah strategis untuk menghasilkan tenaga kerja kejuruan yang berkarakter dan mampu bersaing di era Global menuju Masyarakat Ekonomi Asean 2015. Langkah ini merupakan upaya meningkatkan relevansi kompetensi lulusan dengan kebutuhan dunia kerja/industri.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terselesaikannya makalah ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, arahan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: (1) S2 Program Studi Pendidikan Ekonomi Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya sebagai civitas academica penulis, (2) Kaprodi Program Studi Pendidikan Ekonomi Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya sebagai fasilitator dan pendukung penyelesaian makalah ini, (3) pembimbing I dan II, terimakasih atas segala motivasi dan bimbinganny selama penyusunan makalah ini, (4) semua pihak yang telah membantu kelancara penyusunan makalah ini yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.

REFERENSI

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 23 Tahun 2006. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional Departemen Pendidikan Nasional. 2010-a. Grand Desain Pendidikan Karakter. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional

(8)

Gulo, W. 1982. Psikologi Umum. Jakarta: Erlangga

Husein, Romadhona. 2012. Etos Kerja Bangsa Jepang dan China. [Online]. Tersedia: http://husen30.blogspot.com/2012/03/etos-kerja-bangsa-jepang-china.html [1 September 2014]

Ikatan Akuntan Indonesia. (2009). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 1 Revisi 2009: Laporan Keuangan.

Kamisa. (1997). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Kartika

Kementrian Pendidikan Nasional. 2010. Sambutan Menteri Pendiidkan Nasional pada Peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun 2010. Jakarta: Kemendiknas, 2 Mei 2010. www.kemdiknas.go.id.

Kementerian Pendidikan Nasional. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional.

Kementrian Pendidikan Nasional. 2011. Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan.

Kicky. 2010. Perbandingan Ekonomi Indonesia dengan Negara Lain. [Online]. Tersedia: http://kickydut.wordpress.com/2010/10/14/perbandingan-ekonomi-indonesia-antara-salah-satu-negara-lain/ [1 September 2014]

Lickona, Thomas, .1992. Educating for Character, How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. Bantam Books, New York

Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3. Jakarta: Sekretariat Negara

Republik Indonesia. (2012). Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia Tahun 2012. Jakarta: Sekretariat Negara

.

Sihwahjoeni dan M.Gudono, 2000. Persepsi Akuntan terhadap Kode Etik Akuntan. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.3, No.2, Juli: 168-184

Suparlan. 2011. Suara Akar Rumput Tentang Pelaksanaan Pendidikan Karakter di Sekolah. Diperoleh 10 September 2014 dari http://www.suparlan.com/pages/posts /suara-akar-rumput-tentang-pelaksanaan-pendidikan-karakter-disekolah-318.php

Suyanto.& Salamah, Ummi. 2009. Riset Kebidanan Metodologi & Aplikasi. Yogjakarta: Mitra Cendikia Press.

Tri, Septiana.dkk. 2013. Implementasi Pendidikan Karakter pada Mata Pelajaran Produktif Akuntansi di Smk Negeri 3 Surakarta. Jurnal Vol 1 No. 2 Hal. 1 s/d 14.

Wagiran. 2010. Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Menyiapkan Tenaga Kerja Kejuruan Menghadapi Tantangan Global. Prosiding Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis UNY ke-46

Wagiran. 2008. The Importance of Developing Soft Skills in Preparing Vocational High School Graduates. International Conference on VTE Research and Networking 2008: Nurturing Local VTE Research Efforts: A Response to Global Challenges 7– 8 July 2008 Inna Grand Bali Beach Hotel, Bali, Indonesia

________. 2009. Pengembangan dan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah (hal.9 - 10). Jakarta: Pusat Kurikulum

Referensi

Dokumen terkait

Gereja merupakan sebuah organisasi non profit, yang mana gereja berada ditengah-tengah masyarakat sekaligus menjadi bagian dari masyarakat yang mengalami pertumbuhan dan perubahan

Jember bagian utara,yang tempatnya pelosok,disana kami melihat banner yang mempromosikan SMA nuris jember,dengan demikian penulis berkesimpulan bahwa manajemen humas yang

Kerjasama dari orang tua untuk membentuk karakter anak sangat penting, orang tua sebagai orang yang paling sering berinteraksi dan mempunyai hubungan terdekat

Selain itu, pandangan kedua tokoh juga mempunyai hubungan atau titik temu yang terdapat pada aspek kemampuan dari tiap tahapan yang dilewati dalam tiap proses

The current case study aimed to ind out the varying levels of the natural anticoagulant proteins and establish predictors for dengue infection using sophisticated tests such as

Berdasarkan hasil penelitian, pasien sindroma koroner akut di RSUP Haji Adam Malik, Medan 2015 berdasarkan IMT (Indeks Massa Tubuh) paling ramai pasien yang didiagnosa dalam

Tujuan Penelitian : Berdasarkan permasalahan yang telah di rumuskan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk