• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KENAKALA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KENAKALA"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

Remaja pada hakikatnya sedang berjuang untuk menemukan dirinya sendiri, jika dihadapkan pada keadaan luar atau lingkungan yang kurang serasi penuh kontradiksi dan labil, maka akan mudahlah mereka jatuh kepada kesengsaraan batin, hidup penuh kecemasan, ketidakpastian dan kebimbangan. Hal seperti ini telah menyebabkan remaja-remaja Indonesia jatuh pada kelainan-kelainan kelakuan yang membawa bahaya terhadap dirinya sendiri baik sekarang, maupun di kemudian hari.

Masa remaja merupakan masa dimana seorang anak akan banyak mendapatkan pembelajaran tentang kehidupan. Seorang anak akan sangat produktif di usia ini, tergantung orang tua, lingkungan sekitar dan budaya yang akan mengarahkan seorang anak menjadi seperti apa. Salah satu permasalahan yang sangat kompleks tentang remaja adalah kenalan remaja. Kenakalan remaja (juvenile delinquency) adalah suatu perbuatan yang melanggar norma, aturan atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau transisi masa anak-anak dan dewasa. Saat ini, hampir tidak terhitung berapa jumlahremaja yang melakukan hal-hal negatif. Bahkan, akibat kenakalan remaja tersebut, banyak sekali kerugian yang terjadi, baik bagi remaja itu sendiri maupun orang-orang di sekitar mereka. Remaja adalah seorang anak yang bisa dibilang berada pada usia tanggung, mereka bukanlah anak kecil yang tidak

(2)

mengerti apa-apa, tapi juga bukan orang dewasa yang bisa dengan mudah akan membedakan hal mana yang baik dan mana yang berakibat buruk.

Peran orang tua sangat di perlukan, orang harus mengontrol dan mengawasi putra-putri mereka dengan melarang hal-hal tertentu. Namun, bagi sebagian anak remaja, larangan-larangan tersebut malah dianggap hal yang buruk dan mengekang mereka. Akibatnya, mereka akan memberontak dengan banyak cara. Tidak menghormati, berbicara kasar pada orang tua, atau mengabaikan perkataan orang tua adalah contoh kenakalan remaja dalam keluarga.

Remaja berusaha menghindari pengawasan yang ketat dari orang tua dan guru dan ingin mendapatkan kebebasan. Mereka mencari tempat untuk bertemu dimana mereka tidak terlalu diawasi. Meskipun dirumah mereka ingin mendapatkan privasi dan tempat dimana mereka dapat mengobrol dengan teman temannya tanpa didengar oleh keluarganya. Remaja mulai banyak berinteraksi dengan teman sebaya dari jenis kelamin yang berbeda. Walaupun anak perempuan dan laki laki berpartisipasi dalam kegiatan dan berkelompok persahabatan yang berbeda selama masa pertengahan kanak-kanak, tetapi pada masa remaja interaksi dengan remaja yang berbeda jenis semakin meningkat, sejalan dengan semakin menjauhnya remaja dengan orang tua mereka. Selama masa remaja, kelompok teman sebaya menjadi lebih memahami nilai-nilai dan perilaku dari sub-budaya remaja yang lebih besar. Mereka juga mengidentifikasikan diri dalam kelompok pergaulan tertentu.

(3)

\ ingatan logis makin lama makin lemah. Pertumbuhan fungsi-fungsi psikis \yang satu dengan yang lain tidak dalam keadaan seimbang akibatnya anak sering mengalami pertentangan batin dan gangguan, yang biasa disebut gangguan integrasi. Kehidupan sosial anak remaja juga berkembang sangat luas. Akibatnya anak berusaha melepaskan diri darikekangan orang tua untuk mendapatkan kebebasan, meskipun di sisi lain masih tergantung pada orang tua. Dengan demikian terjadi pertentangan antara hasrat kebebasan dan perasaan tergantung.

Akibat kenakalan remaja yang paling nampak adalah dalam hal pergaulan. Sampai saat ini, masih banyak para remaja yang terjebak dalam pergaulan yang tidak baik. Mulai dari pemakaian obat-obatan terlarang sampai seks bebas. Menyeret remaja pada sebuah pergaulan buruk memang relatif mudah, dimana remaja sangat mudah dipengaruhi oleh hal-hal negatif yang menawarkan kenyamanan semu. Akibat pergaulan bebas inilah remaja, bahkan keluarganya, harus menanggung beban yang cukup berat.

(4)

menimbulkan kekesalan lingkungan inilah yang sering disebut sebagai kenakalan remaja.

(5)

Tabel 1.1

Data Kriminalitas Desa Kapur yang Dilakukan Oleh Remaja Bulan Januari 2014 s/d Bulan Juni 2014

No Jenis Kejahatan Jumlah

1 Curanmor R2 1

Sumber : Kapolsek Sungai Raya, Data diolah Tanggal 14 November 2014 Dapat kita lihat pada tabel 1.1 bahwa kenakalan remaja di Desa Kapur rentang waktu 6 bulan terdapat 5 kasus. Satu kasus pencurian sepeda motor, satu kasus pencurian berat, satu kasus pencurian biasa, satu kasus penganiayaan, satu kasus pengeroyokan. Kesemuanya itu dilakukan oleh remaja. Dimana seharusnya remaja di arahkan ke hal positiv dalam kapasitas pengembangan diri, namun pada kenyataannya sesuai data di atas masih ada remaja yang melakukan tindakan di batas norma.

(6)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diambil beberapa masalah yang teridentifikasi dalam penelitian ini yaitu terdapat remaja yang melakukan tindakan kriminal, terdapat remaja yang melakukan kebut-kebutan dijalan, terdapat remaja mabuk-mabuan, seks bebas, curanmor, dan ngelem.

1.3 Fokus Penelitian

Berdasarkan identifikasi yang telah dikemukakan di atas, maka fokus penelitian ini adalah : meliputi remaja yang kurang mematuhi orang tua, ketua RT/RW, tokoh agama, keamanan dan remaja yang mabuk-mabukan serta pergaulan bebas.

1.4 Rumusan Masalah

Perumusan masalah berdasarkan latar belakang banyak penyimpangan yang dilakukan oleh remaja di Desa Kapur, seperti Mabuk-mabukan, kebut-kebutan dijalan, melakukan tindakan kriminal, melanggar aturan lalu lintas. Maka dari itu rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah fenomena kenakalan remaja yang terjadi di Desa Kapur ?

Berdasarkan rumusan masalah peneeliti ingin mengetahui :

1.4.1 Bagaimana bentuk – bentuk kenakalan remaja yang terjadi di Desa Kapur.

1.4.2 Faktor – faktor apa sajakah yang mendorong timbulnya kenakalan remaja.

(7)

1.5 Tujuan Penelitian

Dari uraian latar belakang diatas maka tujuan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :

1.5.1 Ingin mengetahui tentang kenakalan remaja di Desa Kapur

1.5.2 Ingin mengetahui faktor-faktor pendorong terjadinya kenakalan remaja;

1.5.3 Ingin Mengetahui Bentuk-bentuk kenakalan remaja di Desa Kapur; 1.5.3 Ingin mengetahui upaya penanggulangan kenakalan remaja.

1.6 Manfaat Penelitian

Berdasarkan Tujuan Penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka manfaat yang diharapkan adalah:

1. 6.1 Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi para remaja, orang tua, tokoh agama, aparat desa, kapolsek di Desa Kapur agar lebih baik lagi ke depannya;

(8)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja adalah prilaku yang diluar batas toleransi kebudayaan, nilai dan norma yang ada dalam masyarakat. Dimana suatu waktu nilai dan norma tersebut dilanggar maka terjadilah kenakalan remaja, kasus kenakalan remaja sangat sering terjadi pada remaja atau yang biasa lebih dikenal dengan Anak Baru Gede (ABG), dimana para remaja masih sangat labil dalam mengendalikan emosi, tanpa pikir panjang mereka akan melakukan tindakan diluar akal sehatnya (Kartini, 2003:23).

Remaja merupakan kelompok yang rentan terlibat dalam penyimpangan perilaku. Hal ini kurang lebih dikarenakan usia remaja yang merupakan usia pencarian jati diri dan mudah terpengaruh. Kenakalan remaja merupakan gejala umum, khususnya terjadi di kota-kota besar yangkehidupannya diwarnai dengan adanya persaingan-persaingan dalam memenuhi kebutuhan hidup, baik yang dilakukan secara sehat maupun secara tidak sehat. Persaingan-persaingan tersebut terjadi dalam segala aspek kehidupan khususnya kesempatan memperoleh pendidikan dan pekerjaan. Betapa kompleksnya kehidupan tersebut memungkinkan terjadinya kenakalan remaja. Penyebab kenakalan remaja sangatlah kompleks, baik yang berasal dari dalam diri remaja tersebut, maupun penyebab yang berasal dari lingkungan, lebih-lebih dalam era globalisasi ini pengaruh lingkunganakan lebih terasa. Pemahaman terhadap penyebab kenakalan

(9)

remaja mempermudah upaya-upaya yang harus dilakukan untuk mengatasinya. Sesungguhnya masalah kenakalan remaja ini merupakan tanggung jawab kita semua sebagai warga negara demi kebaikan generasi muda yang kelak akan menentukan nasib bangsa ini. Remaja masa kini banyak sekali tekanan-tekanan yang mereka dapatkan, mulai dari perkembangan fisiologi, ditambah dengan kondisi lingkungan dan sosial budaya serta perkembangan teknologi yang semakin pesat. Hal ini dapat mengakibatkan munculnya masalah-masalah psikologis berupa gangguan penyesuaian diri atau perilaku yang mengakibatkan bentuk penyimpangan perilaku yang disebut kenakalan remaja. 2.2 Teori Fungsional

Menekankan pada keteraturan bahwa masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen-elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan. Perubahan yang terjadi pada suatu bagian akan membawa perubahan pula terhadap bagian yang lain, dengan kata lain masyarakat senantiasa berada dalam keadaan berubah secara berangsur-angsur dengan tetap memelihara keseimbangan. Setiap peristiwa dan setiap struktur yang ada, fungsional bagi sistem sosial itu (Durkheim dalam Sopyanasauri.com).

(10)

teori fungsionalis menjadi garis tengah untuk menjadikan sebuah perbedaan menjadi alat untuk bersatu.

Berkaitan dengan penelitian ini memang dalam diri dan masing-masing remaja tentu memiliki banyak dan berbagai perbedaan, namun semuanya bila ditangani dengan tepat maka dapat disatukan dalam sebuah ikatan demi tercapainya tujuan bersama.

Teori fungsionalisme yang menekankan kepada keteraturan bahwa masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen-elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan. Perubahan yang terjadi pada suatu bagian akan membawa perubahan pula terhadap bagian yang lain, dengan kata lain masyarakat senantiasa berada dalam keadaan berubah secara berangsur-angsur dengan tetap memelihara keseimbangan. Setiap peristiwa dan setiap struktur yang ada, fungsional bagi sistem sosial itu. Demikian pula semua institusi yang ada diperlukan oleh sistem sosial itu, bahkan kemiskinan serta kepincangan sosial sekalipun. Masyarakat dilihat dari kondisi dinamika dalam keseimbangan.

(11)

masyarakat tradisional dan masyarakat modern. Ia berpendapat bahwa masyarakat-masyarakat tradisional bersifat 'mekanis' dan dipersatukan oleh kenyataan bahwa setiap orang lebih kurang sama, dan karenanya mempunyai banyak kesamaan di antara sesamanya. Dalam masyarakat tradisional, menurut Durkheim kesadaran kolektifsepenuhnya mencakup kesadaran individual, norma-norma sosial kuat dan perilaku sosialdiatur dengan rapi.

Sedangkan dalam masyarakat modern, pembagian kerja yang sangat kompleks menghasilkan solidaritas 'organik'. Spesialisasi yang berbeda-beda dalam bidang pekerjaan dan peranan sosial menciptakan ketergantungan yang mengikat orang kepada sesamanya, karena mereka tidak lagi dapat memenuhi seluruh kebutuhan mereka sendiri. Dalam masyarakat yang 'mekanis', misalnya, para petani gurem hidup dalam masyarakat yang swasembada dan terjalin bersama oleh warisan bersama dan pekerjaan yang sama. Dalam masyarakat modern yang 'organik', para pekerja memperoleh gaji dan harus mengandalkan orang lain yang mengkhususkan diri dalam produk-produk tertentu seperti bahan makanan, pakaian, dll untuk memenuhi kebutuhan mereka. Akibat daripembagian kerja yang semakin rumit ini. Menurut Durkheim bahwa kesadaran individual berkembang dalam cara yang berbeda dari kesadaran kolektif. Seringkali malah berbenturan dengan kesadaran kolektif.

(12)

bahkan melestarikan tradisi-tradisi dan budaya yang sudah berkembang dan menjadikannya sebagai alat modernisasi. Namun dalam hal ini penganut teori fungsional seringkali mengabaikan variabel konflik dan perubahan sosial dalam analisa mereka, akibatnya mereka seringkali di cap sebagai kelompok konservatif karena terlalu menekankan kepada keteratuan dalam masyarakat dan mengabaikan variabel konflik dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Dalam masyarakat yang beragam kebudayaan akan sangat mudah terjadi konflik, namun teori fungsional akan menjadi garis tengah untuk menjadikan sebuah perbedaan menjadi alat untuk bersatu.

2.3 Teori Struktural (Keseimbangan)

Teori ini menekankan kepada keteraturan (order) dan mengabaikan konflik serta perubahan dalam masyarakat. Konsep-konsep utamanya adalah: fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi manifest, dan keseimbangan (equilibrium).

(13)

masalah bagaimana cara menyelesaikannya sehingga masyarakat tetap dalam keseimbangan.

Singkatnya adalah masyarakat menurut kaca mata teori (fungsional) senantiasa berada dalam keadaan berubah secara berangsur-angsur dengan tetap memelihara keseimbangan. Setiap peristiwa dan setiap struktur fungsional bagi sistem sosial itu. Demikian pula semua institusi yang ada, diperlukan oleh sosial itu, bahkan kemiskinan serta kepincangan sosial sekalipun. Masyarakat dilihat dalam kondisi: dinamika dalam keseimbangan (Samaronjie, 2013 dalam https://dhayassamaronjie.wordpress.com).

2.3 Faktor-Faktor Penyebab Kenakalan Remaja

Akhir-akhir ini di beberapa media masa sering kita membaca tentang perbuatan kriminalitas yang terjadi di negeri yang kita cintai ini. Ada anak remaja yang meniduri ibu kandungnya sendiri, perkelahian antar pelajar, tawuran, penyalahgunaan narkoba dan minum-minuman keras dan masih banyak lagi kriminalitas yang terjadi di negeri ini. Kerusakan moral sudah merebak di seluruh lapisan masyarakat, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa serta orang yang sudah lanjut usia.

(14)

dan pencarian jati diri, yang karenanya sering melakukan perbuatan-perbuatan yang dikenal dengan istilah kenakalan remaja.

Remaja merupakan usia yang sangat produktif dalam melakukan berbagai hal. Maka dari itu usia remaja merupakan usia yang paling rawan akan pengrauh dunia luar yang negatif. Menurut (Kartini, 2003:56), faktor yang menyebabkan terjadinya kenakalan remaja secara umum dapat dikelompokan ke dalam dua faktor, yaitu sebagai berikut :

1. Faktor Internal a) Faktor Kepribadian

Kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis pada sistem psikosomatis dalam individu yang turut menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya (biasanya disebut karakter psikisnya). Masa remaja dikatakan sebagai suatu masa yang berbahaya. Pada periode ini, seseorang meninggalkan masa anak-anak untuk menuju masa dewasa. Masa ini di rasakan sebagai suatu Krisis identitas karena belum adanya pegangan, sementara kepribadian mental untuk menghindari timbulnya kenakalan remaja atau perilaku menyimpang.

b)Faktor Kondisi Fisik

(15)

kondisi hidupnya. Kekecewaan tersebut apabila tidak disertai dengan pemberian bimbingan akan menyebabkan si penderita cenderung berbuat melanggar tatanan hidup bersama sebagai perwujudan kekecewaan akan kondisi tubuhnya.

Kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis pada system psikosomatis dalam individu yang turut menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya (biasanya disebut karakter psikisnya). Masa remaja dikatakan sebagai suatu masa yang berbahaya. Pada periode ini, seseorang meninggalkan masa anak-anak untuk menuju masa dewasa. Masa ini di rasakan sebagai suatu Krisis identitas karena belum adanya pegangan, sementara kepribadian mental untuk menghindari timbulnya kenakalan remaja atau perilaku menyimpang.

c)Faktor Status dan Peranannya di Masyarakat

Seseorang anak yang pernah berbuat menyimpang terhadap hukum yang berlaku, setelah selesai menjalankan proses sanksi hukum (keluar dari penjara), sering kali pada saat kembali ke masyarakat status atau sebutan “eks narapidana” yang diberikan oleh masyarakat sulit terhapuskan

sehingga anak tersebut kembali melakukan tindakan penyimpangan hukum karena meresa tertolak dan terasingkan.

2. Faktor Eksternal

a) Kondisi Lingkungan Keluarga

(16)

batin karena bimbingan dan kasih sayang langsung dari orang tuanya sangat kurang. Kondisi orang tua yang lebih mementingkan karier daripada perhatian kepada anaknya akan menyebabkan munculnya perilaku menyimpang terhadap anaknya. Kasus kenakalan remaja yang muncul pada keluarga kaya bukan karena kurangnya kebutuhan materi melainkan karena kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua kepada anaknya.

Tidak diragukan bahwa keluarga memegang peranan penting dalam pembentukan pribadi remaja dan menentukan masa depannya. Mayoritas remaja yang terlibat dalam kenakalan atau melakukan tindak kekerasan biasanya berasal dari keluarga yang berantakan, keluarga yang tidak harmonis di mana pertengkaran ayah dan ibu menjadi santapan sehari-hari remaja. Bapak yang otoriter, pemabuk, suka menyiksa anak, atau ibu yang acuh tak acuh, ibu yang lemah kepribadian dalam atri kata tidak tegas menghadapi remaja, kemiskinan yang membelit keluarga, kurangnya nilai-nilai agama yang diamalkan dll semuanya menjadi faktor yang mendorong remaja melakukan tindak kekerasan dan kenakalan.

Struktur keluarga anak nakal pada umumnya menunjukkan beberapa kelemahan/cacat di pihak ibu, antara lain ialah sebagai berikut:

1) Ibu ini tidak hangat, tidak mencintai anak-anaknya, bahkan sering membenci dan menolak anak laki-lakinya, sama sekali tidak acuh terhadap kebutuhan anaknya.

(17)

3) Reaksi terhadap kehidupan anak-anaknya tidak adekuat, tidak cocok, tidak harmonis. Mereka tidak sanggup memenuhi kebutuhan anak-anaknya, baik yang fisik maupun yang psikis sifatnya.

4) Kehidupan perasaan ibu-ibu tadi tidak mantap, tidak konsisten, sangat mudah berubah dalam pendiriannya, tidak pernah konsekuen., dan tidak bertanggung jawab secara moral.

Beberapa kelemahan di pihak ayah yang mengakibatkan anaknya menjadi nakal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) Mereka menolak anak laki-lakinya.

2) Ayah-ayah tadi hampir selalu absen atau tidak pernah ada di tengah keluarganya, tidak perduli, dan sewenang-wenang terhadap anak dan istrinya.

3) Mereka pada umumnya alkoholik, dan mempunyai prestasi kriminalitas, sehingga menyebarkan perasaan tidak aman (insekuritas) kepada anak dan istrinya.

4) Ayah-ayah ini selalu gagal dalam memberikan supervisi dan tuntunan moral kepada anak laki-lakinya.

5) Mereka mendidik anaknya dengan disiplin yang terlalu ketat dan keras atau dengan disiplin yang tidak teratur, tidak konsisten.

Selain itu, ada juga beberapa faktor yang datang dari keluarga, antara lain :

(18)

perceraian, maka mulailah serentetan kesulitan bagi semua anggota keluarga, terutama anak-anak. Pecahlah harmonis dalam keluarga, dan anak menjadi sangat bingung, dan merasakan ketidakpastian emosional. Dengan rasa cemas, marah dan risau anak mengikuti pertengkaran antara ayah dengan ibu. Mereka tidak tahu harus memihak kepada siapa. Batin anak menjadi sangat tertekan, sangat menderita, dan merasa malu akibat ulah orang tua mereka. Ada perasaan ikut bersalah dan berdosa, serta merasa malu terhadap lingkungan.

2) Perlindungan lebih dari orang tua. Bila orang tua terlalu banyak melindungi dan memanjakan anak-anaknya, dan menghindarkan mereka dari berbagai kesulitan atau ujian hidup yang kecil, anak-anak pasti menjadi rapuh dan tidak akan pernah sanggup belajar mandiri. Mereka akan selalu bergantung pada bantuan - orang tua, merasa cemas dan bimbang ragu selalu; aspirasi dan harga-dirinya tidak bisa tumbuh berkembang. Kepercayaan dirinya menjadi hilang.

(19)

4) Pengaruh buruk dari orang tua. Tingkah-laku kriminal, a-susila (suka main perempuan, korup, senang berjudi, sering mabuk-mabukan, kebiasaan minum dan menghisap rokok berganja, bertingkah sewenang-wenang, dan sebagainya) dari orang tua atau salah seorang anggota keluarga bisa memberikan pengaruh menular atau infeksius kepada anak. Anak jadi ikut-ikutan kriminal dan a-susila, atau menjadi anti-sosial. Dengan begitu kebiasaan buruk orang tua mengkondisionir tingkah-laku dan sikap hidup anak-anaknya.

b) Kontak Sosial dari Lembaga Masyarakat Kurang Baik

Apabila sistem pengawasan lembaga-lembaga sosial masyarakat terhadap pola perilaku anak muda sekarang kurang berjalan dengan baik, akan memunculkan tindakan penyimpangan terhadap nilai dan norma yang berlaku. Misalnya, mudah menoleransi tindakan anak muda yang menyimpang dari hukum atau norma yang berlaku, seperti mabuk-mabukan yang dianggap hal yang wajar, tindakan perkelahian antara anak muda dianggap hal yang biasa saja. Sikap kurang tegas dalam menangani tindakan penyimpangan perilaku ini akan semankin meningkatkan kuantitas dan kualitas tindak penyimpangan di kalangan anak muda.

(20)
(21)

2.4 Kerangka Pikir Penelitian

Peneliti menganalisis tentang kenakalan remaja di Desa Kapur, selanjutnya mencari tentang bentuk-bentuk kenakalan remaja di Desa Kapur, faktor-faktor

Kenakalan remaja yang terjadi di Desa Kapur

Bentuk-bentuk kenakalan remaja

Faktor-faktor yang mendorong terjadinya

kenakalan remaja

Upaya penanggulangan kenakalan remaja

di Desa Kapur

Dalam Kartini (2003:56) Faktor penyebab kenakalan remaja adalah :

Faktor Internal Kepribadian Kondisi Fisik

Status dan Peranannya di Masyarakat Faktor Eksternal

Kondisi Lingkungan Keluarga

(22)

penyebab kenakalan remaja. Setelah itu peneliti mencari tahu apa yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Kubu Raya khususnya Desa Kapur dalam menagnggulangi kenakalan remaja di Desa Kapur.

2.5 Pertanyaan Penelitian

a. Mengapa Faktor Imitasi mempengaruhi tingkah laku remaja Desa Kapur? b. Mengapa Faktor sugesti mempengaruhi tingkah laku remaja Desa Kapur? c. Mengapa Faktor Simpati mempengaruhi tingkah laku remaja Desa

Kapur?

d. Mengapa Faktor Identifikasi mempengaruhi tingkah laku remaja Desa Kapur?

e. Mengapa Faktor Empati mempengaruhi tingkah laku remaja Desa Kapur? f. Apakah Kepribadian Mempengaruhi prilaku kenakalan para remaja?

g. Apakah Kondisi Fisik Mempengaruhi prilaku kenakalan para remaja? h. Apakah Status dan Peranannya di Masyarakat Mempengaruhi prilaku

(23)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif dalam bentuk deskriftif, yaitu menggambarkan fenomena-fenomena yang terjadi dilapangan sesuai keadaan yang sebenarnya, dengan prosedur pemecahan masalah berdasarkan keadaan sebagaimana adanya (apa adanya). Menurut Nawawi (1996:40), bahwa penelitian deskriftif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah, diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta yang tampak sebagaimana adanya.

3.2 Langkah-Langkah Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan peneliti adalah pertama studi tentang kepustakaan untuk menemukan teori-teori yang berkaitan dengan kenakalan remaja, mencari dokumen yang berkaitan dengan kenakalan remaja dan selanjutnya dilakukan penelitian ke lapangan. Penelitian ke lapangan dimulai dari membuat panduan observasi, pedoman wawancara, dan dokumentasi yang berkaitan dengan kenakalan remaja, melakukan analisis data, dan menjelaskan Teknik analisis yang di gunakan.

Proses pelaksanaan penelitian ilmiah terdiri dari langkah-langkah yang juga menerapkan prinsip metode ilmiah. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan selama melakukan penelitian ilmiah adalah sebagai berikut:

(24)

1. mengidentifikasi dan merumuskan masalah 2. melakukan studi pendahuluan

3. merumuskan hipotesis

4. mengidentifikasi variabel dan definisi operasional variabel 5. menentukan rancangan dan desain penelitian

6. menentukan dan mengembangkan instrumen penelitian 7. menentukan subjek penelitian

8. melaksanakan penelitian 9. melakukan analisis data

10. merumuskan hasil penelitian dan pembahasan

11. menyusun laporan penelitian dan melakukan desiminasi. 3.3 Lokasi Penelitian

Tempat penelitian ini adalah di Kubu Raya, khususnya Desa KapurKecamatan Sungai Raya. Dengan pertimbangan dalam pemilihan tempat tersebut adalah bahwasanya masih banyaknya terjadi kenakalan remajayang belum di tangani dan dicegah secara tepat.

3.4 Subjek dan Objek Penelitian

(25)

3.4.1 Kepala Desa;

3.4.2 Polresta Kecamatan Sungai Raya;

3.4.3 Tokoh Masyarakat Desa Kapur

3.4.4 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Desa Kapur

3.4.5 Remaja Desa Kapur

Tabel 1.2

Penduduk di Desa Kapur Tahun 2010 Dirinci Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

No Usia Remaja Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 15-19 620 637 1.257

Sumber : BPS Kabupaten Kubu Raya, data diolah tanggal 14 November 2014

Data terbaru di Desa Kapur pada tahun 2010 jumlah remaja laki-laki adalah 620 dan perempuannya adalah 637 dengan jumlah total laki-laki dan perempuan adalah 1.257 mengingat banyaknya jumlah laki-laki dan perempuan maka penelitian ini dilakukan di Desa Kapur.

(26)

3.5 Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2007:59), dalam penelitian kualitatif yang dimaksud instrumen penelitian adalah peneliti sendiri. Maka dari itu, sebelum melakukan penelitian peneliti terlebih dahulu memahami metodologi sehingga penelitian ini dilakukan dengan baik dan proses-proses penelitian dilakukan dengan benar. 3.6 Teknik Pengumpulan Data

3.6.1 Teknik observasi

Yaitu melakukan pengamatan secara langsung dan dilakukan secara terbatas, mengenai aktifitas dari subjek yang diteliti dengan didukung oleh alat panduan observasi yaitu catatan-catatan yang sudah dipersiapkan sebelumnya dan pencatatan dilakukan saat pengamatan berlangsung.

(27)

3.6.2 Teknik wawancara mendalam

Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Tehnik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.

Dalam penelitian ini peneliti melakukan tanya jawab secara langsung dan mendalam kepada subjek penelitian, guna pengumpulan data primer dengan mengacu kepada suatu panduan wawancara yang sudah dipersiapkan sebelumnya agar tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Didukung dengan alat seperi alat perekam suara, kamera digital, note, dan alat tulis.

3.6.3 Studi Dokumentasi

(28)

data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, laporan, foto, dan sebagainya. Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Secara detail bahan dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu otobiografi, surat-surat pribadi, buku atau catatan harian, memorial, klipping, dokumen pemerintah atau swasta, data di server dan flashdisk, data tersimpan di website, dan lain-lain.

3.7 Teknik Analisis Data 3.7.1 Pengumpulan Data

Sebagai konsep dasar-dasar langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisa data, pertama mengorganisasikan data, data yang terkumpul banyak sekali yang terdiri dari catatan lapangan, komentar peneliti, dokumen berupa laporan dan sebagainya. Sementara pekerjaan analisis data dalam hal ini adalah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, dan memberikan kode dan mengkategorikannya.

3.7.2 Reduksi Data

(29)

menulis memo, dan memilah bagian-bagian yang tidak relevan dengan fokus penelitian.

3.7.3 Penyajian Data

Setelah kegiatan reduksi dilakukan, kemudian data tersebut disajikan menjadi kumpulan informasi yang telah disusun, sehingga dari informasi tersebut dapat ditarik kesimpulan sementara yang akan di uji lebih lanjut untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Pada umumnya penyajian data disajikan dalam bentuk narasi dan tidak menutup kemungkinan penyajian data dilakukan dengan gambar-gambar matrik agar lebih mudah dimengerti semua pihak.

3.7.4 Penarikan Kesimpulan

Merupakan langkah terakhir dari suatu analisis data yang berusaha mencari arti terhadap data yang disajikan dan berusaha menghubungkan data dengan gejala sosial lainnya.

3.8 Teknik Keabsahan Data

Peneliti menggunakan triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Dimana dalam pengertiannya triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moloeng, 2004:330).

(30)

teori. Pada penelitian ini, dari keempat macam triangulasi tersebut, peneliti hanya menggunakan teknik pemeriksaan dengan memanfaatkan sumber yang dipercaya. Adapun untuk mencapai kepercayaan itu, maka ditempuh langkah sebagai berikut:

3.8.1 Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara;

3.8.2 Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi;

3.8.3 Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitiandengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu;

3.8.4 Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan masyarakat dari berbagai kelas.

3.8.5 Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

(31)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Keadaan Penduduk Desa Kapur

Kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan dengan jumlah, struktur, umur, jenis kelamin, agama, kelahiran, perkawinan, kehamilan, kematian, persebaran, mobilitas dan kualitas serta ketahanannya yang menyangkut politik, ekonomi, sosial, dan budaya.

Pengelolaan kependudukan dan pembangunan keluarga adalah upaya terencana untuk mengarahkan perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan mengembangkan kualitas penduduk pada seluruh dimensi penduduk.

Perkembangan kependudukan adalah kondisi yang berhubungan dengan perubahan keadaan kependudukan yang dapat berpengaruh dan dipengaruhi oleh keberhasilan pembangunan berkelanjutan.

Kualitas penduduk adalah kondisi penduduk dalam aspek fisik dan nonfisik yang meliputi derajat kesehatan, pendidikan, pekerjaan, produktivitas, tingkat sosial, ketahanan, kemandirian, kecerdasan, sebagai ukuran dasar untuk mengembangkan kemampuan dan menikmati kehidupan sebagai manusia yang bertaqwa, berbudaya, berkepribadian, berkebangsaan dan hidup layak.

(32)

4.1.2 Profil Desa Kapur

Tabel 1.3

Profil Desa Kapur Kecamatan Sungai Raya

Kelurahan/Desa Desa

Nama Kelurahan/Desa Kapur

Kode Wilayah Kelurahan/Desa 61.12.01.2008

Nama Kecamatan Sungai Raya

Nama Kabupaten/Kota Kabupaten Kubu Raya

Provinsi Kalimantan Barat

Sumber : Sekretariat Desa Kapur 2014

4.1.3 Demografi

a. Jumlah Penduduk

Berdasarkan Profil Desa Kapur Kec. Sungai Raya Kab. Kubu Raya pada tahun 2009 tercatat total jumlah penduduk sebanyak 12.121 jiwa. Namun karena ada pemekaran desa pada tahun 2010 terjadi pengurangan jumlah penduduk pada Desa Kapur yaitu menjadi 8.120 jiwa. Luas wilayah Desa Kapur 12.036 km² dan luas tanah desa 5.517 Ha. Data ini berdasarkan peta desa yang terdapat di kantor Desa Kapur yang telah diukur oleh Badan Pertanahan Nasional (Sekretariat Desa Kapur 2014).

(33)

Mayor, Kecamatan Pontianak Timur, Kota Pontianak dan Desa Mekar Baru, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya.

Bisa dilihat kepadatan penduduk di Desa Kapur jika kita memasuki desa tersebut dari Jalan Tanjung Raya 2, Dusun pertama yang dilewati adalah Dusun Parit Mayor. Di Dusun Parit Mayor sudah banyak di temui pembangunan perumahan dan sudah banyak usaha menengah yang di temui. Walaupun banyak perumahan di kawasan itu, tetapi berdasarkan pengakuan Sekretaris Desa Kapur bahwa penduduk perumahan kebanyakan masih merupakan penduduk asal bukan tercatat sebagai penduduk Desa Kapur. Infrastruktur seperti jalan yang melintas di Dusun Parit Mayor juga membuat Dusun Parit Mayor semakin ramai dan itu membuat investor tertarik untuk menanamkan modalnya di kawasan itu. Terlihat banyak sekali usaha-usaha yang bukan milik warga setempat berkembang dengan pesat.

(34)

b. Perincian Penduduk

Tabel 1. 4

Rincian Penduduk Desa Kapur Tahun 2010

No Kepala Keluarga Laki-Laki Perempuan

1 2051 3.813 4.337

Sumber : Sekretariat Desa Kapur 2014

Adapun perincian penduduk pada Desa Kapur tahun 2010 ialah Jumlah Kepala Keluarga berjumlah 2051 orang, dengan jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 3.813 jiwa dan jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 4.337 jiwa.

c. Keadaan Perumahan

Peneliti tidak menemukan data yang tertulis pada keadaan perumahan di Desa Kapur tetapi menurut survey yang peneliti lakukan, keadaan perumahan di Desa Kapur hampir semuanya layak huni. Dari penjelasan Sekretaris Desa, jika ada rumah warga yang tidak layak huni maka akan ada pendataan dari Desa dan akan di beri bantuan untuk perbaikan rumah oleh bantuan dari Kabupaten. Pemberian bantuan rumah tidak layak huni ini, berdasarkan tingkat kerusakan rumah tersebut. Tidak semua warga desa yang didata bisa langsung mendapatkan bantuan. Bantuan ini juga diberikan secara bertahap oleh pemerintah Kabupaten Kubu Raya.

d. Mata Pencaharian Penduduk

(35)

Profesi yang ketiga yaitu pedagang berjumlah 148 orang. Profesi yang keempat yaitu peternak berjumlah 80 orang. Profesi yang kelima yaitu pegawai negeri berjumlah 48 orang. Profesi yang keenam yaitu nelayan berjumlah 20 orang. Dan yang terakhir adalah berprofesi sebagai montir 4 orang.

e. Angka Kelahiran, Kematian dan Transmigrasi

Berdasarkan hasil survey peneliti, menurut Sekretaris Desa Kapur angka kematian dan kelahiran cendrung stabil dari tahun ke tahun. Serta daerah Desa Kapur juga tidak termasuk daerah transmigran.

f. Pendidikan

Berdasarkan Profil Desa Kapur Tahun 2009 tercatat tingkat pendidikan di desa tersebut sangat rendah. Penduduk yang berusia tujuh sampai empat puluh lima tahun yang pernah duduk dibangku Sekolah Dasar tetapi tidak tamat berjumlah 135 orang.

Jumlah penduduk yang buta huruf menempati urutan paling atas yaitu 247 orang. Penduduk yang memiliki pendidikan terakhir Sekolah Dasar / Sederajat mencapai 210 orang. Jumlah penduduk tamatan Sekolah Menengah Pertama / Sederajat 200 orang. Penduduk yang memiliki pendidikan terakhir Sekolah Lanjutan Tingkat Atas / Sederajat berjumlah 170 orang.

(36)

jumlah penduduk yang memiliki pendidikan terakhir Diploma 3 yaitu 8 orang dan penduduk yang memiliki pendidikan terakhir Diploma 3 yaitu 21 orang.

Prasarana pendidikan di Desa Kapur memiliki beberapa sekolah mulai dari sekolah formal hingga non formal. Tercatat gedung Sekolah Menengah Atas / Sederajat berjumlah satu buah. Gedung Sekolah Menengah Pertama / Sederajat berjumlah dua buah. Bangunan Gedung Sekolah Dasar berjumlah enam buah. Bangunan gedung Taman Kanak-Kanak berjumlah dua buah. Serta sekolah non formal seperti Taman Pendidikan Al-qur’an (TPA) berjumlah dua buah dan Lembaga Pendidikan Agama lainnya berjumlah satu buah.

g. Keagamaan

(37)

Dengan adanya keberagaman ini lah setiap penduduk di Desa Kapur hidup saling menghargai dan menghormati antar setiap pemeluk agama. Tidak adanya keterbatasan dan tidak melihat status penduduk tersebut dalam menjalankan suatu urusan di desa tersebut. Desa ini menganut asas Bhineka Tunggal Ikabiarpun berbeda tapi tetap satu. Maksudnya meskipun berbeda agama, etnis dan lain-lain namun itu tidak menyurutkan semangat mereka untuk melakukan yang terbaik bagi pembangunan Desa mereka demi satu tujuan yang sama yaitu “Hidup Aman, Adil, dan Sejahtera’’.

Berikut inipeneliti lampirkan jumlah penduduk yang menganut agama tertentu :

1) Jumlah penduduk yang beragama Islam 10.100 jiwa 2) Jumlah penduduk yang Katolik 335 jiwa

3) Jumlah penduduk yang beragama Hindu 80 jiwa 4) Jumlah penduduk yang beragama Budha 1281 jiwa 5) Jumlah penduduk yang beragama Protestan 325 jiwa

Berikut peneliti lampirkan juga etnis yang ada di Desa Kapur berdasarkan Profil Desa Kapur Tahun 2009.

(38)

Berikut sarana dan prasarana peribadatan yang dimiliki oleh Desa Kapur ialah :

1) Jumlah bangunan Masjid ada sembilan buah

2) Jumlah Langgar / Surau/ Musollah ada sebelas buah 3) Jumlah Gereja Kristen ada satu buah

4) Jumlah Gereja Khatolik ada satu buah 5) Jumlah Vihara ada tiga buah

4.2 Pembahasan

4.2.1 Kenakalan Remaja di Desa Kapur

Berdasarkan hasil penelitian dilapangan, kenakalan remaja di Desa Kapur masih dalam batas penyelesaian kekeluargaan. Menurut Anggota Pos Polisi Desa Kapur (PosPol) bahwa disini lebih baik diselesaikan secara kekeluargaan, setelah proses kekeluargaan tidak menemukan hasil yang memuaskan baru ditangani pihak kepolisian.

(39)

tindakan hukum atau sanksi yang tegas dari kepolisian mengenai kenakalan remaja tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara dengan anggota PosPol Desa Kapur mengatakan bahwa mereka hanya menerima laporan tanpa bukti. Secara hukum baru dapat diambil tindakan bila memiliki bukti bersalah yang kuat.

4.2.2 Bentuk-Bentuk Kenakalan Remaja Desa Kapur

Kenakalan remaja yang terjadi di Desa Kapur, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit. Selanjutnya kenakalan remaja Desa Kapur yang menjurus pada tindakan kriminal adalah mengendarai sepera motor tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa ijin, penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah, pemerkosaan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan remaja desa kapur, mengatakan bahwa rata-rata remaja yang berumur 17an keatas engendarai motor tanpa SIM. Dan rata-rata pernah mengambil pernah mengambil barang milik orang tua sendiri tanpa ijin.

1. Kenakalan Remaja Kriminal

a) Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain dan diri sendiri :

(40)

Ngelem

d) Kenakalan yang melawan status

Mengingkari status anak sebagai pelajar dengan cara membolos; Mengingkari status orang tua dengan cara minggat dari rumah atau membantah perintah mereka.

Beradasarkan hasil wawancara dengan salah satu remaja mengatakan bahwa remaja Desa Kapur pergaulannya cukup bebas, seperti setiap ada acara band selalu mabuk-mabukan dipinggir sungai, setelah mabuk kadang-kadang sampai melakukan hubungan seks diluar nikah yang dlakukan remaja disini. Sangat disayangkan melakukan hubungan seks diluar nikah tentu akan merusak masa depan mereka.

2. Kenakalan Remaja Non Kriminal

Masalah ini cenderung tertarik pada kesenangan-kesenangan yang sifatnya menyendiri, apatis terhadap kegiatan masyarakat atau sekolah. Remaja ini suka mengasingkan diri, menghindarkan diri dari kegiatan yang menumbuhkan kontak dengan orang lain. Perasaannya sangat peka dan mudah terluka, cepat tersinggung dan membesar-besarkan kekurangannya sendiri, dengan gejala umum sering menyendiri, melamun, apatis tidak bergairah, sangat mudah tersinggung, sangat mudah panik, sangat mudah bingung sehingga cenderung menjadi peminum, pemabuk, penghisap candu, narkotika, menjadi morfinis dan sebagainya, bahkan tega untuk bunuh diri.

(41)

“memang bisa dikatakan kenakalan anak-anak disini sudah masuk tahap yang perlu ditangani secara serius. Dimana terdapat berbagai kasus yang belum ditangani secara serius oleh aparat maupun orang tua. Seperti kasus pencurian oleh ramaja, bahkan remaja sudah berani membawa bergabung anak yang berstatus pelajar Sekolah Dasar dalam melakukan tindakannya. Namun anggota kepolisian disini masih toleransi dan membiarkan kasus itu diselesaikan secara kekeluargaan dengan keluarga si anak dan keluarga yang merasa di rugikan”.

Pendapat itu dibenarkan oleh Polisi Masyarakat bapak Bujullaras, mengatakan bahwa :

“Memang disini sangat sering terjadi kasus pencurian oleh remaja. Pencurian burung dengan sangkarnya, pencurian ayam, pencurian uang di toko-toko pinggir jalan. Tetapi kita belum bisa mengambil tindakan tegas dengan pelaku, mengingat pelaku masih remaja bahkan anak-anak yang berstatus pelajar Sekolah Dasar terlibat didalamnya. Selain itu masyarakat Desa Kapur selalu mengutamakan penyelesaian masalah dengan musyawarah dengan tetap didampingi pihak kepolisian. Karena hal ini sampai saat ini PosPol dan anggota-anggota kami belum bisa mendata tindakan-tindakan yang merugikan orang lain seperti pencurian dan lain-lain”.

(42)

juga membawa suatu dampak negatif yang cukup meluas di berbagai lapisan masyarakat.

4.2.3 Faktor Penyebab Kenakalan Remaja

Mengatasi kenakalan remaja, berarti menata kembali emosi remaja yang tercabik-cabik itu. Emosi dan perasaan mereka rusak karena merasa ditolak oleh keluarga, orang tua, teman-teman, maupun lingkungannya sejak kecil, dan gagalnya proses perkembangan jiwa remaja tersebut. Trauma-trauma dalam hidupnya harus diselesaikan, konflik-konflik psikologis yang menggantung harus diselesaikan, dan mereka harus diberi lingkungan yang berbeda dari lingkungan sebelumnya. Pertanyaannya : tugas siapa itu semua, Orang tua-kah, Sedangkan orang tua sudah terlalu pusing memikirkan masalah pekerjaan dan beban hidup lainnya. Saudaranya-kah, Mereka juga punya masalah sendiri, bahkan mungkin mereka juga memiliki masalah yang sama. Pemerintah-kah, Atau siapa, tidak gampang untuk menjawabnya. Tetapi, memberikan lingkungan yang baik sejak dini, disertai pemahaman akan perkembangan anak-anak kita dengan baik, akan banyak membantu mengurangi kenakalan remaja. Minimal tidak menambah jumlah kasus yang ada.

Faktor yang menyebabkan terjadinya kenakalan remaja secara umum dapat dikelompokan ke dalam dua faktor, yaitu sebagai berikut:

1. Faktor Internal a) Faktor Kepribadian

(43)

dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya (biasanya disebut karakter psikisnya). Masa remaja dikatakan sebagai suatu masa yang berbahaya. Pada periode ini, seseorang meninggalkan masa anak-anak untuk menuju masa dewasa. Masa ini di rasakan sebagai suatu Krisis identitas karena belum adanya pegangan, sementara kepribadian mental untuk menghindari timbulnya kenakalan remaja atau perilaku menyimpang.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu masyarakat mengatakan bahwa faktor kepribadian sangat mempengaruhi tingkah laku seorang anak, apakah anak tersebut sehat secara fisik maupun psikologis. Fisik sehat namun psikologis tidak sehat maka akan mempengaruhi pola tingkah laku seorang anak tersebut. Disini peranan orang tua, keluarga dan masyarakat serta pendidik di sekolah sangat dibutuhkan untuk mengarahkan seorang anak agar bisa membatasi diri dari hal-hal negatif.

Beberapa bulan lalu kita dikejutkan dengan sebuah kasus pembunuhan yang dilakukan oleh NN (Pontianak Post, Edisi Rabu, 2 April 2014), sebuah kasus yang menggemparkan masyarakat Kota Pontianak dan sekitarnya ini menunjukkan bahwa kurang perhatiannya orang tua dalam membimbing anaknya, ditambah bimbingan pihak sekolah yang kurang semakin mendukung terjadi hal-hal diluar kendali seorang anak.

(44)

terjadinya kenakalan remaja. Melampiaskan dengan hal-hal negatif seperti merokok, minuman keras (miras) dan kebut-kebutan dijalan.

c) Faktor Status dan Peranannya di Masyarakat

Seseorang anak yang pernah berbuat menyimpang terhadap hukum yang berlaku, setelah selesai menjalankan proses sanksi hukum (keluar dari penjara), sering kali pada saat kembali ke masyarakat status atau sebutan “eks narapidana” yang diberikan oleh masyarakat sulit terhapuskan

sehingga anak tersebut kembali melakukan tindakan penyimpangan hukum karena meresa tertolak dan terasingkan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat bahwa di Desa Kapur belum ada remaja yang pernah sampai di penjara atau dinamakan narapidana (eks narapidana). Namun jika ada, memang mungkin sebagian masyarakat belum bisa menerima kehadirannya kembali. Tetapi bagaimanapun masyarakat harus bisa menjaga agar para remaja eks narapidana tidak mengulangi kembali tindakan yang merugikan orang lain tersebut.

(45)

2. Faktor Eksternal

a) Kondisi Lingkungan Keluarga

Generasi muda yang orang tuanya disibukan dengan kegiatan bisnis sering mengalami kekosongan batin karena bimbingan dan kasih sayang langsung dari orang tuanya sangat kurang. Kondisi orang tua yang lebih mementingkan karier daripada perhatian kepada anaknya akan menyebabkan munculnya perilaku menyimpang terhadap anaknya. Kasus kenakalan remaja yang muncul pada keluarga kaya bukan karena kurangnya kebutuhan materi melainkan karena kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua kepada anaknya.

Keadaan keluarga yang dapat menjadikan sebab timbulnya kenakalan remaja dapat berupa keluarga yang tidak normal (broken home) maupun jumlah anggota keluarga yang kurang menguntungkan. Broken home terutama perceraian atau perpisahan orang tua dapat mempengaruhi perkembangangan anak. Dalam keadaan ini anak frustasi, konflik-konflik psikologis sehingga keadaan ini dapat mendorong anak menjadi nakal. Keadaan keluarga merupakan salah satu penyebab kenakalan remaja juga dapat ditimbulkan oleh kebiasaan perilaku orang tua.

(46)

merasa kehilangan orang yang memberikan kasih sayang kepadanya, sebab dari itu untuk menghilangkan depresi yang berkepanjangan anak atau remaja mencari kesenangan diluar dan sangat rentan terjerumus melakukan tindakan-tindakan amoral.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu remaja “eks ngelem” bahwa dia merasa tidak diperhatikan lagi oleh orang tuanya yang telah lama pisah ranjang semenjak dia Sekolah Dasar. Akhirnya dia menghilangkan depresi dengan cara ngumpul bareng teman-temannya di tempat gelap atau tepi sungai. Sambil ngumpul tidak jarang rokok, minuman keras, dan ngelem menjadi kebiasaan setiap ngumpul.

Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh agama Desa Kapur mangatakan bahwa keluarga merupakan pondasi utama pendidikan moral seorang remaja. Tidak jarang kasus-kasus kenakalan remaja yang terjadi didasarkan pada kurangnya perhatian orang tua terhadap keadaan anak. Sehingga anak mencari kesenangan diluar kendali orang tua. Merasa dirumah tidak dapat perhatian, kasih sayang dan panutan dari orang tua remaja menjadi frustasi dan stress yang mengakibatkan kenakalan remaja, untuk menghilang frustasi berkepanjangan remaja biasanya melakukan tindakan menyimpang seperti dengan cara merokok, minuman keras, ugal-ugalan dijalan dan sebagainya.

b) Kontak Sosial dari Lembaga Masyarakat Kurang Baik

(47)

akan memunculkan tindakan penyimpangan terhadap nilai dan norma yang berlaku. Misalnya, mudah menoleransi tindakan anak muda yang menyimpang dari hukum atau norma yang berlaku, seperti mabuk-mabukan yang dianggap hal yang wajar, tindakan perkelahian antara anak muda dianggap hal yang biasa saja. Sikap kurang tegas dalam menangani tindakan penyimpangan perilaku ini akan semankin meningkatkan kuantitas dan kualitas tindak penyimpangan di kalangan anak muda.

Anak remaja sebagai anggota masyarakat selalu mendapat pengaruh dari lingkungan masyarakatnya. Pengaruh tersebut adanya beberapa perubahan sosial yang cepat yang ditandai dengan peristiwa yang sering menimbulkan ketegangan seperti persaingan dalam ekonomi, pengangguran, masmedia, dan fasilitas rekreasi.

Pada dasarnya kondisi ekonomi memiliki hubungan erat dengan timbulnya kejahatan. Adanya kekayaan dan kemiskinan mengakibatkan bahaya besar bagi jiwa manusia, sebab kedua hal tersebut mempengaruhi jiwa manusia dalam hidupnya termasuk anak-anak remaja. Anak dari keluarga miskin ada yang memiliki perasaan rendah diri sehingga anak tersebut dapat melakukan perbuatan melawan hukum terhadap orang lain. Seperti pencurian, penupian dan penggelapan. Biasanya hasil yang diperoleh hanya untuk berfoya-foya.

(48)

kejahatan bahkan timbilnya niat di kalangan remaja untuk berbuat kejahatan.

Di kalangan masyarakat sendiri sudah sering terjadi kejahatan seperti pembunuhan, penganiayaan, pemerkosaan, pemerasan, gelandangan, dan pencurian. Bagi anak remaja keinginan berbuat jahat kadang timbul karena bacaan, gambar-gambar dan film. Kebiasaan membaca buku yang tidak baik (misal novel seks), pengaruh tontonan gambar-gambar porno serta tontonan film yang tidak baik dapat mempengaruhi jiwa anak untuk berperilaku negatif.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan mengatakan bahwa, ketidak tegasan orang tua, masyarakat, dan pihak berwajib dalam mendidik remaja akan berakibat fatal. Dimana remaja merasa lebih dimanja sehingga tidak ada efek jera dalam melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Mereka akan berpikir apabila mengulangi kembali tindakan yang merugikan orang lain, mereka juga akan dimaafkan dan tidak diberikan sanksi oleh siapapun, sehingga kemungkinan untuk mengulangi kembali kenakalan remaja sangat besar kemungkinanya.

(49)

4.2.4 Dampak Kenakalan Remaja

Perilaku dan penyebab terjadinya kenakalan remaja tersebut, menimbulkan berbagai dampak yang timbul, diantaranya menggangu waktu belajar, beribadah dan waktu untuk istirahat. Sehingga tumbuhlah jiwa remaja yang malas, tidak disiplin, acuh sehingga menuju pada hal negativ. Hal ini tentunya dapat merusak citra budaya bangsa Indonesia.

Yang merasa rugi bukan hanya remaja itu sendiri, tetapi juga orang-orang yang berada di sekitarnya. Remaja sekarang sangat identik dengan handphone/HP, sehingga tidak sedikit remaja yang menghabiskan waktu untuk asyik ber-SMS dengan teman hingga lupa waktu dan melupakan pekerjaan yang seharusnya wajib dikerjakan. Ditambah dengan meluasnya kasus-kasus karena jejaring sosial, seperti adanya penganiayaan, pemerkosaan, bahkan pembunuhan. Yang hanya berawal dari perkenalan melalui situs jejaring, seperti facebook.

(50)

Kenakalan dalam keluarga: Remaja yang labil umumnya rawan sekali melakukan hal-hal yang negatif, di sinilah peran orang tua. Orang tua harus mengontrol dan mengawasi putra-putri mereka dengan melarang hal-hal tertentu.Namun, bagi sebagian anak remaja, larangan-larangan tersebut malah dianggap hal yang buruk dan mengekang mereka. Akibatnya, mereka akan memberontak dengan banyak cara. Tidak menghormati, berbicara kasar pada orang tua, atau mengabaikan perkataan orang tua adalah contoh kenakalan remaja dalam keluarga (Ratrioso, 2008:16).

Kenakalan dalam pergaulan: Dampak kenakalan remaja yang paling nampak adalah dalam hal pergaulan. Sampai saat ini, masih banyak para remaja yang terjebak dalam pergaulan yang tidak baik. Mulai dari pemakaian obat-obatan terlarang sampai seks bebas.Menyeret remaja pada sebuah pergaulan buruk memang relatif mudah, dimana remaja sangat mudah dipengaruhi oleh hal-hal negatif yang menawarkan kenyamanan semu. Akibat pergaulan bebas inilah remaja, bahkan keluarganya, harus menanggung beban yang cukup berat.

(51)

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu remaja, mengatakan bahwa memang di Desa Kapur terjadi kenakalan remaja. Bukti rillnya adalah ada teman-teman yang suka ngumpul didepan gang-gang gelap sambil minum minuman keras bahkan ada yang ngelem. Dia menambahkan bahwa hal ini sangat lumrah terjadi karena tidak adanya pengawasan baik dari pihak keluarga, masyarakat maupun pihak berwajib. Tentu hal ini menyebabkan semakin nakalnya remaja disini. Begitu juga penanggulangan terhadap kenakalan remaja belum pernah di sosialisasikan. Selama ini apabila ada yang memang sudah kecanduan minuman keras dan ngelem kita hanya bisa melakukan pendekatan sebgai teman saling menasehati dan sebagainya. Secara langkah medis kita tidak bisa karena ini memang sebenarnya harus di rehabilitasi.

Penyebab kenakalan remaja sangatlah kompleks, baik yang berasal dari dalam diri remaja tersebut, maupun penyebab yang berasal dari lingkungan, lebih-lebih dalam era globalisasi ini pengaruh lingkungan akan lebih-lebih terasa. Pemahaman terhadap penyebab kenakalan remaja mempermudah upaya-upaya yang harus dilakukan untuk mengatasinya. Upaya-upaya tersebut dapat bersifat preventif, represif, dan kuratif.

(52)

4.2.5 Contoh Kenakalan Remaja Yang Sering Terjadi

a. Kebut-Kebutan di Jalan

Kebut-kebutan di jalan merupak trend remaja zaman sekarang yang berdampak pada ketidak nyamanan di jalan raya. Selain resah karena mendengar suara yang besar akibat knalpot racing, aksi kebut-kebutan yang dilakukan tersebut tambah dia mengganggu keamanan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) karena pengendara sering melakukan aksi kebut-kebutan di jalanan umum bukan ditempat yang semestinya. Masyarakat juga resah karena mereka kebut-kebutan di jalan raya, jalan umum yang digunakan oleh orang banyak, seharusnya di tempat sirkuit. Demikian yang terjadi di Desa Kapur, di mana remaja mengganti knalpot standar motor dengan knalpot racing yang bersuara keras.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu remaja mengatakan bahwa, memang penggunaan knalpot racing adalah trend yang mereka ikuti dari teman-teman lainnya, sehingga kadang-kadang mereka membentuk geng untuk saing balapan di jalan dan tempat umum tanpa memikirkan keselamatan lalu lintas.

b. Minum-minuman keras

(53)

kedudukan akal adalah untuk membedakan antara manusia dan binatang.Orang yang mabuk cenderung tidak dapat mengendalikan diri sendiri.Orang-orang tersebut sering menimbulkan keributan ,keonaran ,pencurian , pemerkosaan, dan pembunuhan.Pengedar minuman keras dianggap melanggar norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat.Mereka akan dikenakan hukuman sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Minuman Keras adalah minuman yang memabukan dan dapat membahayakan kaum remaja dan harus dijauhi oleh remaja-remaja karena itu akan merusak masa depannya.

Pendapat dari seorang remaja yang mengkonsumsi miras, mengapa dia suka mengkonsumsi minuman keras alasanya karena Pada saat itu dia galauL.. atau ada masalahnya langsung minum-minuman keras agar hilang sedikit masalah dalam hidupnya, walaupun hanya sementara tapi bisa menenangkan pikirannya. Padahal ia sudah mengetahui apa dampak negative dari miras. Memang Sebagian besar dari orang yang mengkonsumsi minuman keras mengetahui dampak negative dari minuman keras.

(54)

Tapi dari sebagian remaja yang mempunyai sifat rasa ingin tahu yang dimilikinya bisa menjadi hal yang negatif bila remaja menggunakannya pada hal-hal negatif. Telah kita ketahui masa remaja ini masa pencarian jati diri. Pada masa ini remaja mencoba berbagai hal untuk mendapatkan jati diri yang sesungguhnya. Hal yang dilakukan seorang remaja bisa hal yang positif ataupun hal yang negatif.

Di masa ini para remaja sulit membedakan mana hal yang boleh dilakukan dan mana hal yang tidak boleh dilakukan. Karena bagi remaja semua hal yang dilakukannya dianggap benar.

Faktanya kita dapat melihat dari lingkungan kita sendiri bahwa banyak kenakalan remaja sekarang ini sudah melebihi batas yang sewajarnya. Banyak anak dibawah umur yang sudah mengenal Rokok, Narkoba, dan miras, tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, tetapi banyak juga dari kalangan para remaja. c. Penyalahgunaan narkotika

Narkotika menurut farmakologis media adalah obat yang dapat menghilangkan rasa nyeri, yang berasal dari daerah viscea dan dapat menimbulkan efek stupor (bengong,masih sadar tetapi masih harus digertak).

(55)

penggunaan narkotika tidak sesuai dengan norma-norma dengan tujuan negatif,tindakan itu termasuk penyimpangan.

d. Perkelahian antar pelajar

Perkelahian antar remaja termasuk jenis kenakalan remaja yang pada umumnya terjadi di kota-kota besar, sebagai akibat kompleksnya kehidupan kota.Perkelahian pelajar termasuk perilaku menyimpang, karena bertentangan dengan norma-norma atau nilai-nilai masyarakat.Perkelahian pelajar berkaitan dengan krisis moral karena tindakannya berlawanan dengan norma agama atau sosial.Tujuan perkelahian bukan untuk mencapai nilai yang positif, melainkan hanya untuk membalas dendam atau pamer kekuatan.Biasanya pelajar yang berbuat demikian tidak memikirkan risiko perbuatannya.Perkelahian yang semakin meluas dapat berakibat fatal, baik bagi pelakunya sendiri maupun lingkungan sekitarnya. Penyebab perkelahian pada umumnya terletak pada usia mereka yang masih remaja.

Tawuran antara pelajar saat ini sudah menjadi masalah yang sangat mengganggu ketertiban dan keamanan lingkungan di sekitarnya. Saat ini, tawuran antar pelajar sekolah tidak hanya terjadi di lingkungan atau sekitar sekolah saja, namun terjadi di jalan-jalan umum, tak jarang terjadi pengrusakan fasilitas publik. Penyimpangan pelajar ini menyebabkan pihak sekolah, guru dan masyarakat yang melihat pasti dibuat bingung dan takut bagaimana untuk mererainya, sampai akhirnya melibatkan pihak kepolisian.

(56)

mengandalkan keterampilan tangan, tinju satu lawan satu. Sekarang, tawuran sudah menggunakan alat bantu, seperti benda yang ada di sekeliling (batu dan kayu) mereka juga memakai senjata tajam layaknya film action di layar lebar dengan senjata yang bisa merenggut nyawa seseorang. Contohnya, samurai, besi bergerigi yang sengaja dipasang di sabuk, pisau, besi.

Remaja memiliki sifat yang labil dan belum dapat memutuskan sesuatu dengan tepat. Sedikit saja pergaulan yang salah, maka remaja akan masuk ke dalam masalah-masalah seperti, narkoba, rokok, minuman keras, dan lain-lain. Pertama-tama, remajaakan mulai mencoba merokok. Tetapi, dari kebiasaan merokok itulah mereka inginsesuatu yang lebih dari rokok. Bahkan tak jarangada ungkapan “belum gaul kalau belum pakai narkoba”di antara para remaja sehingga banyak remaja yang terseretdalam masalah narkoba. Selain itu, sifat remaja yang ingin memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan ingin dianggap “keren” oleh teman-temannya adalah faktor lain yangdapat menyebabkan remaja terjerumus dalam narkoba.

(57)

terutama para remaja dan orang tua agar mengetahui apa masalah-masalah yang akan ditimbulkan bila sudah kecanduan narkoba dan bagaimana caramencegah remaja agar tidak terseret dalam pergaulan yang tidak baik.

Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan seorang remaja jatuh dalam penggunaan narkoba. Faktor utama yang sering terjadi antara lain :

 Perpecahan unit keluarga misalnya perceraian, keluarga yang berpindah-pindah,orang tua yang tidak ada atau jarang di rumah dan sebagainya;  Pengaruh teknologi informasi dan media massa yang menampilkan

kemewahandan ekslusifitas;

 Kaburnya nilai-nilai dan sistem agama serta mencairnya standar moral;  Meningkatnya pengangguran;

 Ketidakseimbangan keadaan ekonomi misalnya kemiskinan, perbedaan ekonomietno rasial, kemewahan yang membosankan dan sebagainya. 4.2.6 Dampak Secara Hukum Kenakalan Remaja

1. Penyalahgunaan Narkoba

(58)

2. Seks Bebas

Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya dua tahun delapan bulan atau denda sebanyak-banyaknya empat ribu lima ratus rupiah, Ke-1 barangsiapa . dengan sengaja merusak kesusilaan dihadapan umum, Ke-2 barangsiapa dengan sengaja merusak kesusilaan dimuka orang lain yang hadir tidak dengan kemauannya sendiri.

3. Tawuran

Barangsiapa dengan sengaja turut serta dalam penyerangan atau perkelahian yang dilakukan oleh beberapa orang, maka selain dari tanggungannya masing-masing atas perbuatan yang istimewa dilakukannya dipidana:

Ke-1 dengan pidana penjara selama-lamanya dua tahun delapan bulan, jika penyerangan atau perkelahian itu hanya berakibat ada orang luka berat, Ke-2 dengan pidana penjara selama-lamanya empat tahun, jika penyerangan itu berakibat ada orang mati.

(59)

Dampak Negatif Karena bergaul terlalu bebas dan melampaui batas orang-orang yang kurang mematuhi norma-norma dan adat atau yang menyimpang dari norma-norma dan adat istiadat. Bahkan para remaja sekarang bisa melakukan perbuatan kriminal apapun dan menjadi anak berandalan. Hilangnya semangat belajar dan cenderung malas dan menyukai hal-hal yang melanggar norma social karena remaja sering kali terbuai dengan kesenangan yang seringkali membuat remaja selalu ingin mencoba hingga terjebak dalam dunia yang semestinya tidak pantas mereka dekati seperti sex bebas, narkoba, minum miniman keras,discotik dan masih banyak lagi. Upaya Untuk Menanggulangi Dampak Negatif Ada beberapa poin cara untuk menanggulangi dampak pergaulan bebas dikalangan remaja,yaitu: Orang tua harus memberi perhatian yang lebih kepada anak untuk tidak bergaul dengan lingkungan yang dapat menjerumuskan, melakukan pengawasan sebagai control secara terus-menerus agar anak terhindar dari perilaku yang menyimpang.

Selanjutnya, kenakalan remaja adalah semua perubahan anak remaja (usia belasan tahun) yang berlawanan dengan ketertiban umum (nilai dan norma yang diakui bersama) yang ditujukan pada orang, binatang, dan barang-barang yang dapat menimbulkan bahaya atau kerugian pada pihak lain.

(60)

semua itu di anggap wajar saja. Padahal semua itu bisa merusak moral dan merusak generasi penerus bangsa jika pemuda-pemuda di masyarakat tersebut tidak di didik dengan tegas dan baik.

4.2.7 Upaya Penanggulangan Kenakalan Remaja

Penanggulangan kenakalan remaja sangat penting dilakukan, guna memberikan kegiatan yang bersifat positif terhadap remaja. Mengingat sangat banyak hal-hal yang dapat mengalihkan kegiatan remaja ke arah negatif, maka peran pemerintah daerah, orang tua dan lingkungan sekitar sangat di butuhkan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan staff dinas pemberdayaan perempuan Kabupaten Kubu Raya mengatakan bahwa disini secara keseluruhan remaja rentang usia 15-19 tahun kita beri kegiatan yang akan mengarahkan mereka ke hal positif. Seperti pembentukan organisasi kemasyarakatan yang dikelola oleh remaja. Organisasinya sebagai berikut :

a. Forum Anak Daerah Kabupaten Kubu Raya

Forum anak daerah Kubu Raya merupakan organisas8i yang digunakan sebagai wadah atau partisipasi bagi anak yang belum berusia 18 tahun dimana anggotanya merupakan perwakilan pelajar dari sekolah-sekolah yang berada di Kabupaten Kubu Raya. Organisasi ini dikelola oleh anak-anak dan dibina oleh pemerintah melalui BPPKB sebagai media untuk mendengarkan dan memahami aspirasi, suara, pendapat, keinginan dan kebutuhan anak dalam proses pembangunan.

(61)

PIK Remaja adalah suatu wadah kegiatan yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja guna memberikan pelayanan informasi dan konseling tentang perencanaan kehidupan berkeluarga bagi remaja serta kegiatan-kegiatan penunjang lainnya.

Untuk menghindari masalah yang akan timbul akibat pergaulan, selain mengarahkan untuk mempunyai teman bergaul yang sesuai, orang tua hendaknya juga memberikan kesibukan dan mempercayakan sebagian tanggung jawab rumah tangga kepada si remaja. Pemberian tanggung jawab ini hendaknya tidak dengan paksaan maupun mengada-ada. Si remaja di beri pengertian yang jelas sekaligus diberikan teladan. Sebab dengan memberikan tanggung jawab dalam rumah akan dapat mengurangi waktu ’ keluyuran ” tidak karuan dan sekaligus dapat melatih

anak mengetahui tugas dan kewajiban serta tanggung jawab dalam rumah tangga. Mereka dilatih untuk disiplin serta mampu memecahkan masalah sehari-hari, mereka dididik mandiri.

(62)

kawan-kawannya, bersenang-senang tanpa mengenal waktu bahkan mungkin kemudian menjadi salah satu pengguna obat-obat terlarang.

Dengan banyaknya waktu luang yang dimiliki remaja maka tindakan iseng sering dilakukan untuk mengisi waktu luang hal ini dimaksudkan juga untuk menarik perhatian lingkungannya. Perhatian yang diharapakan dapat berasal dari orang tuanya maupun kawan sepermainannya. Celakanya, kawan sebaya sering menganggap iseng berbahaya adalah salah satu bentuk pamer sifat jagoan yang sangat membanggakan. Misalnya, ngebut tanpa lampu di malam hari, mencuri, merusak, minum minuman keras, dan sebagainya.

Oleh karena itu orang tua hendaknya memberikan pengarahan yang berdasarkan cinta kasih bahwa sikap iseng negatif seperti itu akan merugikan dirinya sendiri, orang tua, maupun lingkungannya. Dalam memberikan pengarahan, orang tua hendaknya hanya membatasi keisengan mereka. Jangan terlalu ikut campur dengan urusan remaja. Ada kemungkinan keisengan remaja adalah semacam ”refresing” atas kejenuhannya dengan urusan tugas-tugas sekolah. Dan apabila anak suka berkelahi orang tua bisa mengarahkannya pada satu kelompok kegiatan bela diri.

(63)

berpacaran dengan sembunyi-sembunyi. Apabila usia makin meningkat, orang tua dapat memberi lebih banyak kebebasan kepada anak. Namun harus tetap dijaga agar mereka tidak salah jalan, menyesali kesalahan yang telah dilakukan sesungguhnya kurang bermanfaat.

Penyelesaian masalah dalam pacaran membutuhkan kerja sama orang tua dengan anak. Apabila orang tua tidak setuju hendaknya diutarakan dengan bijaksana jangan hanya dengan kekuasaan dan kekerasan. Berilah pengertian sebaik-baiknya, bila tidak berhasil, gunakanlah pihak ketiga untuk menengahinya. Hal yang penting disini adalah adanya komunikasi dua arah antara orang tua dan anak. Orang tua hendaknya menjadi sahabat anak Orang tua hendaknya selalu menjalin dan menjaga komunikasi dua arah dengan sebaik-baiknya sehingga anak tidak merasa takut mengutarakan masalahnya kepada orang tua.

Selanjutnya apabila suasana dirumah nyaman, orang tua tidak berlaku otoriter dan anak merasakan kedamaian dan kasih sayang di rumah komunikasi terjalin dengan baik antara orang tua dengan anak, serta penanaman nilai agama diberikan sejak dini maka anak tidak akan berlaku mencari perhatian dan kenyamanan di luar rumah yang bisa mengakibatkan terjerumus pada kenakalan remaja yang lebih parah lagi kalau anak sudah masuk dalam penggunaan obat-obat terlarang serta narkoba.

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1.2
Tabel 1.3
Tabel 1. 4

Referensi

Dokumen terkait

Pengeringan yang dilakukan pada buah mahkota dewa bertujuan mengurangi kadar air dalam bahan, sehingga air yang tersisa tidak dapat digunakan sebagai media hidup

Bata merah dibuat dari tanah liat atau lempung dengan atau tanpa campuran bahan lain, yang dibakar pada suhu yang tinggi sehingga tidak hancur lagi bila direndam air.. Material

Berdasarkan pemaparan di atas dari yang peneliti lihat langsung dan dapat disimpulkan bahwa penggunaan media audiovisual pada mata pelajaran tajwid dengan

Tujuan bercerita bagi anak usia 4-6 tahun adalah agar anak mampu mendengarkan dengan seksama terhadap apa yang disampaikan orang lain, anak dapat bertanya apabila tidak

ANALISIS TINGKAT KECAKAPAN PUKULAN LOB BERTAHAN DALAM PEMBELAJARAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Pada kesempatan ini, perkenankan kami menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada Saudara Menteri Dalam Negeri, Menteri Sekretaris Negara, Menteri Komunikasi dan

Dataset sebagai input yang digunakan dalam makalah ini adalah data potensi desa tahun 2011 dengan 205 fitur (variabel numerik) dan class desa tertinggal atau tidak

Oleh karena itu, peneliti merekomendasikan metode Double Chain Ladder (DCL) yang mana merupakan pengembangan dari metode Chain Ladder klasik dengan melibatkan data