• Tidak ada hasil yang ditemukan

NKL PERTANAMAN TUMPANGSARI KACANG TANAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "NKL PERTANAMAN TUMPANGSARI KACANG TANAH"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Produksi tanaman dapat ditingkatkan secara optimal. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi tanaman adalah melalui defoliasi, introduksi tanaman pakan leguminosa, pemupukan, dan pengaturan populasi yang tepat. Ketersediaan lahan merupakan faktor lingkungan yang dapat menjadi faktor pembatas pertumbuhan dan produksi tanaman. Selain cara tersebut, untuk meningkatkan produktivitas lahan, khususnya pada lahan kering dapat dilakukan melalui pertanaman secara tumpangsari, karena pertanaman secara tumpangsari pada lahan kering dapat memelihara kelembaban dan kadar air tanah serta mengurangi erosi dan meningkatkan kesuburan tanah.

Pengelolaan lahan kering sesungguhnya tidaklah mudah, karena sangat berkaitan dengan permasalahan lahan kering yang cukup kompleks baik dari sumber daya lahannya dan atau sumber daya manusianya. Dari segi lahannya umumnya sebagai lahan kritis, luas kepemilikan lahan yang sempit, ketersediaan air tahunan masih menjadi kendala terhadap pola pertanaman, tingkat kesuburan yang rendah, lapisan olah yang rendah dan relatif rentan terhadap erosi di waktu musim hujan dan kesuburan lahan yang rendah.

(2)

Penanaman campuran merupakan sistem pertanaman dua atau lebih jenis tanaman yang di tanam pada sebidang tanah dengan musim tanam yang sama. Penanaman campuran memungkinkan terjadi persaingan selama periode pertumbuhan maupun hasil produksi tanaman. Pertumbuhan penduduk yang padat dan lahan pertanian yang subur semakin berkurang karena banyak dimanfaatkan sebagai industri dan tempat pemukiman baru bagi penduduk, merupakan masalah dalam memenuhi kebutuhan pangan. Menghadapi permasalahan tersebut maka sistem pertanian untuk masa depan yang berwawasan lingkungan menuju perkembangan berkelanjutan dengan pola tumpangsari perlu dikembangkan.

Sistem pertanaman tumpangsari bertujuan memperoleh kombinasi tanaman yang sesuai, kepadatan populasi tanaman, dan mengetahui cara pemupukan yang optimal. Pola tanam tumpangsari umumnya untuk mengetahui pemanfaatan cahaya, air, dan hara. Produktivitas lahan pada sistem tumpangsari dihitung berdasarkan Nisbah Kesetaraan Lahan (NKL). Keuntungan pola tanam tumpangsari diantaranya populasi tanaman dapat diatur, efisiensi pemanfaatan lahan, dan dapat menekan serangan hama serta penyakit.

Peluang pengembangan kacang tanah dan jagung masih terbuka luas diantaranya masih tersedia lahan yang cukup luas, meningkatnya kebutuhan dan industri olahan kacang tanah dan jagung, tersedianya pasar yang cukup besar, serta tersedianya benih unggul dan penerapan teknologi terkait perkembangan agribisnis aneka kacang. Budidaya tanaman koro pedang tergolong mudah karena dapat tumbuh dilingkungan dengan kesuburan kurang dan lahan kering.

Tujuan

(3)

Manfaat

(4)

BAB II

TELAAH PUSTAKA

Kacang Tanah (Arachis hypogeae)

Peningkatan produktifitas kacang tanah (Arachis hypogeae) dapat dilakukan dengan beberapa kebijakan, yakni: sarana yang memadai, kekompakkan petani, penggunaan pupuk organik, dan penyuluhan kepada petani secara teratur (Zuraida, 2006) Salah satu penyebab rendahnya produktivitas kacang-kacangan (kedelai, kacang tanah, dankacang hijau) di Idonesia karena sebagian besar petani masih menggunakan benih yang tidak terjamin kualitas dan kesehatannya (Saleh, 2007). Klasifikasi kacang tanah sebagai berikut:

(5)

produktifitas jagung, dapat memperbaiki komponen hasil jagung seperti akar, batang, daun, bunga, dan biji. Tetapi jika kekurangan nitrogen pada tanaman terlihat warnanya menguning, dan penurunan kualitas serta kuantitas (Sirajuddin dan Lasmin, 2010). Sistem tumpangsari jagung dengan leguminosa memberikan pengaruh positif pada tanaman jagung karena memperoleh unsur hara N dari leguminosa (Catharina, 2009). Ketersediaan N dalam tanah mampu meningkatlan Indeks Luas Daun (ILD) dan biomassa tanaman (Sitompul dan Purnomo, 2004). Potensi produktivitas jagung yang optimal bisa mencapai 8-11 t/ha (Pertiwi et al., 2007). Klasifikasi tanaman

(6)

tahun. Produktivitas lahan kering dapat dilakukan melalui pertanaman secara tumpangsari, karena pertanaman secara tumpangsari pada lahan kering dapat memelihara kelembaban dan kadar air tanah serta mengurangi erosi dan meningkatkan kesuburan tanah (Chatarina, 2009).

Pertanaman Tumpangsari

Pertanaman tumpangsari merupakan penanaman dua jenis tanaman rumput dan legum atau lebih secara selektif, yang dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik sehingga mampu meningkatkan kualitas hijauan (Bahar, 2009). Penanaman tumpangsari perlu memperhatikan beberapa faktor, diantaranya ketersediaan air, kesuburan tanah, sinar matahari dan hama/penyakit (Catharina, 2009). Pola tanam tumpangsari digunakan untuk meningkatkan produksi hijauan berkualitas dengan memanfaatkan lahan secara efisien, penanaman tumpangsari antara leguminosa dengan jagung mampu meningkatkan produksi hijauan pakan (Ella dan Nurhayu, 2010). Hasil penelitian Ibrahim (2010), pertanaman campuran rumput dan legum menggunakan estimasi dua kali defoliasi memberikan peningkatan produksi hijauan. Pengembangan sistem pertanaman campuran antara legum dengan tanaman pangan dapat memperbaiki kondisi lingkungan dan ekosistem karena dapat meningkatkan kesuburan tanah (Padmowidjoto, 2006).

(7)

terhadap intensitas cahaya yang rendah umunya lebih luas dan lebih tipis (Kisman et al., 2007). Pertanaman campuran jagung dengan koro pedang memungkinkan karena kedua tanaman tersebut menimbulkan pengaruh saling menguntungkan. Koro pedang dapat memfiksasi nitrogen dari udara dengan bantuan Rhizobium, sedangkan jagung memerlukan nitrogen untuk pertumbuhan. Selain itu umur panen jagung yang lebih cepat akan memberikan kesempatan pada tanaman koro pedang untuk memperoleh cahaya dalam pematangan biji (Ghulamahdi et al., 2007). Pertanaman campuran antara leguminosa dengan tanaman pangan berpotensi menghasilkan bahan kering yang lebih tinggi (Mansyur et al., 2005). Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi adalah intensitas cahaya. Intensitas cahaya memberikan pengaruh pada jumlah polong dan bobot kering polong (Sundari et al., 2005). Efiesiensi metabolisme BK dapat diukur menggunakan AGR (Average Growth Ratio) dan RGR (Relative Growt Rate) pertumbuhan dan produksi tanaman dievaluasi berdasarkan biomassa basah dan biomassa kering (Zubaidi et al., 2008).

Pertumbuhan

(8)

Produktifitas

Salah satu unsur yang penting dalam produksi adalah N, sebagian besar nitrogen ditransfer pada fase generatif yang mampu merangsang pembentukan tongkol pada jagung (Zea mays). Translokasi unsur hara nitrogen yang berlangsung baik pada tanaman mempengaruhi pembuahan, ukuran tongkol dan berat biji jagung (Sirajuddin et al., 2010). Berat kering merupakan salah satu indikator penting dalam pertumbuhan tanaman. Pemupukan memberikan pengaruh nyata pada berat kering daun (Imaningsih et al., 2011).

Nisbah kesetaan Lahan (NKL)

Nisbah Kesetaraan Lahan (LER= Land Equivalent Ratio) merupakan metode untuk mengetahui produksi hijauan yang ditanam secara tumpangsari. NKL merupakan perbandingan jumlah nisbah tanaman yang ditanam secara tumpangsari dengan tanaman secara tunggal pada pengelolaan yang sama (Paulus, 2005). NKL merupakan salah satu cara menghitung produktivitas lahan yang ditanam dua atau lebih jenis tanaman yang ditumpangsarikan. Sistem tumpangsari akan lebih menguntungkan bila NKL lebih besar dari satu (Herlina, 2011). Penanaman tumpangsari antara jagung dengan legum lebih menguntungkan dari pada penanaman monokultur, hal tersebut ditunjukkan dengan NKL tumpangsari jagung dengan legum lebih tinggi (Catharina, 2009). NKL dipengaruhi oleh naungan dan kompetisi antar tanaman.

(9)

baris menunjukkan pertumbuhan tanaman jagung tumbuh normal dan laju pertumbuhan lebih cepat dibanding legum, sehingga menjadi kompetitor yang lebih kuat terutama dalam pemanfaatan cahaya matahari.

(10)

BAB III

METODE PENULISAN

(11)

BAB IV

ANALISIS DAN SINTESIS

Pada sistem pertanian monokultur, jarak tanam yang terlalu dekat akan mengakibatkan kompetisi akan air dan hara. Bila jarak tanamnya diperlebar maka tingkat kompetisi tersebut semakin berkurang. Pada sistem tumpangsari, kompetisi antar tanaman yang ditanam berdampingan pada satu lahan yang sama sering terjadi, bila ketersediaan sumber kehidupan tanaman berada dalam jumlah terbatas. Kompetisi ini biasanya diwujudkan dalam bentuk hambatan pertumbuhan terhadap tanaman lain. Untuk dapat melaksanakan pola tanam tumpangsari secara baik perlu diperhatikan beberapa faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh di antaranya ketersediaan air, kesuburan tanah, sinar matahari dan hama penyakit. Hal ini sesuai pendapat Chatarina (2009) yang menyatakan penanaman tumpangsari perlu memperhatikan pola air, tanah, dan cahaya matahari. Sebaran sinar matahari penting, hal ini bertujuan untuk menghindari persaingan antar tanaman yang ditumpangsarikan dalam hal mendapatkan sinar matahari, perlu diperhatikan tinggi dan luas antar tajuk tanaman yang ditumpangsari. Tinggi dan lebar tajuk antar tanaman yang ditumpangsarikan akan berpengaruh terhadap penerimaan cahaya matahari, lebih lanjut akan mempengaruhi hasil sentesa (glukosa) dan muara terakhir akan berpengaruh terhadap hasil secara keseluruhan.

Nisbah kesetaraan lahan pada tanaman tumpangsari secara umum lebih tinggi dari pada tanaman monokultur. Hal ini sesuai pendapat Herlina (2011) yang menyatakan

(12)

Tabel 1. Rerata Nisbah Kesetaraan Lahan pada Sistem Pertanaman Tumpangsari

Tabel 1. menunjukkan bahwa Nilai Kesetaraan Lahan (NKL) untuk semua jenis tumpangsari lebih besar dari satu, yang berarti bahwa tumpangsari lebih menguntungkan. Nilai Kesetaraan Lahan tertinggi diperoleh pada tumpangsari jagung dengan kacang hijau sebesar 1,47. Nilai tersebut menunjukkan bahwa terdapat keuntungan sebesar 47 % apabila dilakukan tumpangsari jagung dengan kacang hijau, selanjutnya diikuti oleh NKL jagung dengan kacang tanah sebesar 1,35.

Produktivitas Kacang tanah tahun 2009-2011 di Indonesia, ditunjukkan pada tabel 2.

Tabel 2. Perkembangan Produksi Kacang Tanah Tahun 2009-2011.

Tahun Luas Panen (Ha) Produktivitas (Ha) Produksi (Ha)

2009 61.498 14,55 89,45

2010 67.901 14,59 99,05

2011 50.592 15,16 76,68

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2012

(13)

menguntungkan. Legum menghasilkan N yang dapat dimanfaatkan rumput untuk menghasilkan produksi. Hal ini sesuai pendapat Tim Sintesis Kebijakan 2008 mikroba hidup bersimbiosis dengan tanaman membentuk bintil akar (Rhizobium), mengkoloni akar (rhizobakteri), atau hidup di dalam jaringan tanaman (diazotrof endofitik) dan di dalam tanah. Pertumbuhan dan produksi dipengaruhi oleh ketersediaan air dan cahaya. Hal ini sesuai pendapat Sinaga (2008) yang menyatakan pertumbuhan dipengaruhi oleh ketersediaan air di dalam tanah, cekaman kekurangan air dapat menyebabkan menurunya bobot kering tajuk.

(14)

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Simpulan

Sistem tumpangsari antara jagung (Zea mays) dengan kacang tanah (Arachis hypogeae) memberikan pengaruh positif terhadap produksi jagung, karena tanaman jagung memperoleh manfaat dari ketersediaan hara terutama unsur N dari kacang-kacangan. Sistem tumpangsari lebih menguntungkan daripada monokultur, hal ini ditunjukkan dengan nilai NKL tumpangsari lebih dari 1.

Rekomendasi

Berdasarkan hasil telaah pustaka, sistem pertanian tumpangsari secara umum menguntungkan untuk pertanian lahan kering dan terbatas. Sistem tumpangsari layak dikembangkan di Indonesia.

(15)

Bahar, S. 2009. Introdusksi rumput dan leguminosa untuk pakan ternak pada berbagai tipe lahan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Makassar, Sulawesi Selatan. Buletin Ilmu Peternakan dan Perikanan 13 (1) : 54-61.

Catharina, T. S. 2009. Respon tanaman jagung pada sistem monokultur dengan tumpangsari kacang-kacangan terhadap ketersediaan unsure hara N dan nilai kesetaraan lahan di lahan kering. Fakultas Pertanian Universitas Maraswati, Mataram. Ganec Swara Edisi Khusus 3 (3) : 17-21.

Dona, P. J., dan D. Guntoro. 2008. Pengaruh kalium terhadap pertumbuhan produksi dan kualitas jagung muda (Zea mays L.). Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Holtikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Ella, A., dan A. Nurhayu. 2010. Kemampuan daya dukung hijauan pakan ternak (Flemengia congesta dan Desmodium rensonii) pada pola tanam tumpangsari dengan tanaman jagung. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan, Makasar. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner: 422-427.

Ghulamahdi, M., S. A. Aziz., M. Melati., N. Dewi., dan S. A. Rais. 2007. Pengembangan budidaya jenuh air tanaman kedelai dengan sistem tumpangsari padi kedelai lahan sawah. Dalam : Jajah Koswara (Ed) Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian yang Dibiayai Oleh Hibah Kompetitif, Peningkatan Perolehan HKI dari Hasil Penelitian yang Dibiayai Oleh Hibah Kompetitif. Departemen Agronomi dan Holtikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Hal : 331-336.

Herlina. 2011. Kajian Variasi Jarak dan Waktu Tanam Jagung Manis Dalam Sistem Tumpangsari Jagung Manis (Zea mays saccarata Sturt ) dan Kacang Tanah (Arachis hypogeal L.). Pogram Pascasarjana Universitas Andalas, Padang. Ibrahim, T. M. 2010. Seleksi tanaman pakan ternak unggul mendukung

pengembangan kambing boerka di ekosistem kebun jeruk. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara, Medan. Hal : 579-585.

(16)

Lambung Mangkurat, Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Bioscientiae 8 (2) : 6-15.

Kisman., N. Khumaida., Trikosoemaningtyas., Sobir., D. Sopandie. 2007. Karakter morfo-fisiologi daun penciri adaptasi kedelai terhadap intensitas cahaya rendah. Program Studi Agronomi Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Buletin Agronomi 35 (2) : 96-102.

Mansyur., N. P. Indrani., dan I. Susilawati. 2007. Peranan leguminosa tanaman penutup pada sistem pertanaman jagung untuk penyediaan hijauan pakan. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Fakultas Peternakan, Universitas Padjajaran. Hal : 879-885.

Maskyadji, A. S. Z. Z. 2007. Peningkatan produktivitas hijauan tanaman kacang komak (Dolichos lablab L.) dalam berbagai pola tumpang sari berbasis tanaman jagung (Zea mays) di lahan kering. Jurusan Budidaya Tanaman Fakultas Pertanian Unijoyo. Embryo 4 (1) : 72-84.

Muhajir, A. 1988. Karakteristik Tanaman Jagung. Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.

Padmowidjoto, S. 2006. Integrasi Legum Dengan Tanaman Pangan dan Ternak Kambing Dalam Mratani Sistem. Prospect 2 (2): 1-4.

Paulus, J. M. 2005. Produktifitas lahan, kompetensi, dan toleransi dari tiga klon ubi jalar pada sistem tumpangsari dengan jagung. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat, Manado. Eugenia 11 (1) : 1-7.

Pertiwi, M. D., Samijan dan T. R. Prastuti. 2007. Upaya peningkatan kesesuaian lahan dan produktivitas jagung di kabupaten Purbalingga melalui identifikasi faktor pembatas kualitas lahan berdasarkan AEZ skala 1 : 50.000. Prosiding Seminar Nasional. BPTP Jawa Tengah.

(17)

Sinaga, R. 2008. Keterkaitan nisbah tajuk akar dan efisiensi penggunaan air pada rumput gajah dan rumput raja akibat penurunan ketersediaan air tanah. Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan. Jurnal Biologi Sumatera 3 (1) : 29-35. Sirajuddin, M., dan S. A. Lasmin,. 2010. Respon pertumbuhan dan hasil jagung

manis (Zea mays saccharata) pada berbagai waktu pemberian pupuk nitrogen dan ketebalan mulsa jerami. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu, Sulawesi Tengah. Jurnal Agroland, 17 (3) : 184-191.

Sitompul, S. M., dan Purnomo, D. 2004. Peningkatan kinerja tanaman jagung dan kedelai pada sistem agroforestri jati dengan pemupukan nitrogen. Agrosains 6 (2) : 79-83.

Sundari, T., Soemartono., Tohari., dan W. Mangoendidjojo. 2005. Tingkat kritis intensitas cahaya relatif lima genotip kacang hijau (Vigna radiatus L.). Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang. Buletin Agronomi 33 (3) : 33-39.

Suwardji, 2004. Mencari Skenario Pengembangan Lahan Kering yang Berkelanjutan di Propinsi Nusa Tenggara Barat. Mataram.

Syafruddin dan Zubachtirodin. 2010. Penggunaan Pupuk NPK Majemuk 20:10:10 Pada Tanaman Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros, Sulawesi Selatan. Prosiding Pakan Serealia Nasional.

Tim Sintesis Kebijakan. 2008. Pemanfaatan biota tanah untuk keberlanjutan produktifitas pertanian lahan kering masam. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor. Pengembangan Inovasi Pertanian 1 (2) : 157-163.

Zuchri, A. 2007. Optimalisasi hasil tanaman kacang tanah dan jagung dalam tumpangsari melalui pengaturan baris tanam dan perompesan daun jagung. Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Unijoyo. Embryo 4 (2) : 157-163.

(18)

Zuraida, R. 2006. Peningkatan produktivitas lahan kering beriklim basah melalui penerapan teknologi usaha tani kacang tanah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Kalimantan Selatan : 375-380.

PRODUKTIVITAS DAN NISBAH KESETARAAN LAHAN (NKL) PADA PERTANAMAN CAMPURAN KACANG TANAH (Arachis hypogeae) DAN

JAGUNG (ZEA MAYS) PADA LAHAN KERING.

Tugas Mata Kuliah : Lingkungan Tanaman Pakan

(19)

Oleh:

SUSANTI

23010112410052

MAGISTER ILMU TERNAK

FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG 2013 Kata Pengantar

(20)

dan beragamnya produk olahan bahan baku kacang tanah yang dihasilkan oleh industri rumah tangga maupun industri besar.

Pencapaian peningkatan produktivitas aneka kacang dan jagung dapat dilakukan dengan pembinaan dan optimalisasi pembinaan di daerah sentra produksi maupun pengembangan. Permintaan bahan baku dan produk olahan kacang serta jagung untuk pangan dan pakan yang semakin meningkat terus memicu optimalisasi peningkatan produktifitas dan kualitas hijauan untuk memperoleh hasil yang memuaskan.

Tugas karya ilmiah dengan tema: “Integrasi Tanaman Pakan Lokal Tahan Kering” ini disususn sebagai tugas mata kuliah Lingkungan Tanaman Pakan (LTP). Semoga penulisan karya ilmiah ini mampu memberikan manfaat dan inspirasi bagi petani, peternak, peneliti bidang peternakan dan pertanian.

Semarang, 17 April 2013

Penulis

DAFTAR ISI

(21)

BAB II TELAAH PUSTAKA... 4

2.1 Kacang Tanah (Arachis hypogeae)... 4

2.2. Jagung (Zea mays)... 4

2.3. Pertanaman Tumpangsari... 6

2.4. Pertumbuhan... 7

2.5. Produksi... 7

2.6. Nisbah Kesetaraan Lahan (NKL)... 8

BAB III MATERI DAN METODE... 10

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS... 11

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI... 14

(22)

2. Perkembangan Produksi Kacang Tanah Tahun 2009 -

2011……… …… 20

ABSTRAK

(23)

tepat. Ketersediaan lahan merupakan faktor lingkungan yang dapat menjadi faktor pembatas pertumbuhan dan produksi tanaman. Selain cara tersebut, untuk meningkatkan produktivitas lahan, khususnya pada lahan kering dapat dilakukan melalui pertanaman secara tumpangsari, karena pertanaman secara tumpangsari pada lahan kering dapat memelihara kelembaban dan kadar air tanah serta mengurangi erosi dan meningkatkan kesuburan tanah.

Tujuan penulisan karya ilmiah adalah Mengkaji tentang pertumbuhan, produktifitas dan nisbah kesetaraan lahan pada berbagai populasi pertanaman tumpangsari kacang tanah (Arachis hypogeae) dengan jagung (Zea mays). Manfaat penulisan karya ilmiah adalah memperoleh informasi tentang pertumbuhan, produktivitas dan nisbah kesetaraan lahan pola tumpangsari jagung dan kacang tanah pada produktifitas lahan dengan sistem pertanaman campuran pangan dan pakan pada lahan kering.

Metode yang digunakan karya ilmiah kepustakaan (library research), sehingga data bersumber dari bukubuku, jurnal ilmiah, internet dan sumber lainnya yang terkait dengan permasalahan data.

Penanaman tumpangsari pada kacang tanah dan jagung lebih menguntungkan dari pada penanaman monokultur. Nisbah Kesetraan Lahan (NKL) pada pertanaman tumpangsari secara umum lebih menguntungkan dan bernilai lebih dari 1.

Gambar

Tabel 1. Rerata Nisbah Kesetaraan Lahan pada Sistem Pertanaman TumpangsariJagung dengan Kacang-kacanangan.

Referensi

Dokumen terkait

Ragam tafsir bermunculan ke dalam tradisi keilmuan Islam -khususnya al-Qur’ān- sebenarnya berangkat dari asumsi bahwa mufassir atau si pembaca teks tidak diatur

PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN BERUPA : Alat pengolahan KELAPA ditargetkan 7 unit telah melampaui target sampai dengan tahun 2014 yang mencapai 8 unit, Pengolahan KAKAO di targetkan 5

Dari telaah RPP dan wawancara menunjukkan bahwa meteri ajar yang dikembangkan dalam RPP memang masih parsial (berdiri sendiri) atau belum menunjukkan

Seperti halnya sistem manajemen lainnya, dalam menjalankan Total Quality Management , LTN-NU Jawa Timur perlu memiliki beberapa prinsip yang harus menjadi pedoman bagi setiap

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui budaya dan perilaku pada ibu hamil suku Kaili dalam mencari pertolongan persalinan, serta dapat menjelaskan konsep dan cara pandang

Menimbang, bahwa untuk meneguhkan dalil permohonnya, Pemohon mengajukan saksi-saksi bernama SAKSI 1 dan SAKSI 2 yang memberikan keterangan di bawah sumpah bahwa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi xanthan gum terhadap sifat fisikokimia tepung komposit bebas gluten berbasis tepung ubi jalar dan pati

Hasil penelitian menemukan bahwa variabel product, people , dan motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pemilihan SD Islam Al Azhar 32 Padang. Hal