• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makala Bahasa Indonesia lesneia. pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makala Bahasa Indonesia lesneia. pdf"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

Bahasa Indonesia

Diajukan untuk tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Universitas Krisnadwipayana

Jl. Raya Jatiwaringin, Pondok Gede,Jakarta Timur 13620,Indonesia

DKI Jakarta

Fax.(021) 8462461, Fax.(021) 84990456

Telp.(021) 84990456, Telp.(021) 8462229, Telp.(021) 8462230

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani

dan rohani sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam ciptaan-Nya. Sholawat dan salam

tetaplah kita curahkan kepada baginda Habibillah Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada

kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempunya dengan bahasa yang sangat indah.

Penulis disini akhirnya dapat merasa sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang kami

berjudul Bahasa Indonesia sebagai tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. Dalam makalah ini kami

mencoba untuk menjelaskan tentang perkembangan bahasa Indonesia yang kami mulai dari sejarah

bahasa Indonesia, proses pemberian nama bahasa Indonesia, pertistiwa- peristiwa penting yang

berkaian dengan bahasa Indonesia serta mengapa bahasa melayu yang dipilih sebagai sumber bahasa

Indonesia.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga

terselesaikannya makalah ini. Dan penulis memahami jika makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan

maka kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki karya-karya kami di waktu-waktu

mendatang.

Jakarta, Juli 2016

(4)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

iii

Daftar Isi

iv

Pendahuluan

1

1 Sejarah dan perkembangan Bahasa Indonesia

Sejarah dan perkembangan Bahasa Indonesia ... 2

Kedudukan Bahasa Indonesia... 3

Fungsi Bahasa Indonesia ... 4

Peristiwa penting dalam perkembangan Bahasa Indonesia ... 4

2 Ragam Bahasa

Pentingnya Bahasa ... 7

Jenis-jenis Ragam ... 7

Bahasa yang baik dan benar ... 7

3 Ejaan

Pengertian Ejaan ... 8

Ejaaan Van Ophusen ... 14

Ejaan Soewandi ... 15

Ejaan Melindo ... 15

Ejaan Bahasa Yang Disempurnakan (EYD)... 15

Ruang Lingkup EYD ... 15

4 Pemakaian Huruf

Huruf yang dikenal di Indonesia ... 18

Huruf Vokal, Konsonan dan Diftong ... 19

Huruf Gabungan Konsonan ... 21

Pemenggalan Kata ... 22

(5)

Kata Dasar, Turunan, Bentuk Ulang ... 24

5 Penulisan Kata

Gabungan Kata Ganti dan Kata Depan ... 32

Kata “SI”dan”SANG” dan Partikel ... 33

Singkatan dari Akronim ... 34

6 Penulisan Kata (lanjutan)

Angka Lambang dan Bilangan ... 36

Unsur Serapan ... 36

Tanda Baca ... 39

7 Bentuk dan Makna Kata

Pengertian Bentuk dan Makna Kata ... 42

Fonem ... 42

Morfem ... 43

Jenis-jenis Kata ... 43

Frasa ... 46

Perubahan Makna ... 47

8 Diksi

Pengertian Diksi ... 49

Syarat Ketetapan Diksi ... 49

Gaya Bahasa dan Idiom ... 50

9 Kalimat

Pengertian dan Unsur-unsur Kalimat ... 54

Pola Kalimat Dasar ... 56

Jenis Kalimat dan Fungsinya ... 56

Kalimat Efektif ... 57

(6)

Struktur Alinea ... 61

Persyaratan Alinea ... 61

Jenis-jenis Alinea ... 67

14 Topik dan Tema

Topik, Tema dan Judul Karangan ... 70

15 Penutup

(7)

PENDAHULUAN

Bahasa indonesia pada dasarnya berasal dari bahasa melayu, pada zaman dahulu lebih tepatnya pada zaman kerajaan sriwijaya bahasa melayu banyak digunakan sebagai bahasa penghubung antar suku di plosok nusantara. Selain itu bahasa melayu juga di gunakan sebagai bahasa perdagangan antara pedagang dalam nusantara maupun dari luar nusantara.

Bahasa melayu menyebar ke pelosok nusantara bersamaan dengan penyebaran agama islam, serta makin kokoh keberadaan nya karena bahasa melayu mudah diterima oleh masyarakat nusantara karena bahasa melayu digunakan sebagai penghubung antar suku, antar pulau, antar pedagang, dan antar kerajaan. Dan baru setelah kemerdekaan Indonesia tepatnya pada tanggal 18 Agustus Bahasa Indonesia diakui secara Yuridis. Secara Sosiologis kita bisa mengatakan bahwa Bahasa Indonesia resmi di akui pada Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Hal ini juga sesuai dengan butir ketiga ikrar sumpah pemuda

yaitu “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.” Namun secara

Yuridis Bahasa Indonesia diakui pada tanggal 18 Agustus 1945 atau setelah Kemerdekaan Indonesia.

Ada empat faktor yang menyebabkan bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia yaitu :

1. Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan dan bahasa perdangangan.

2. Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dielajari karena dalam bahasa melayu tidak dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus).

3. Suku jawa, suku sunda dan suku suku yang lainnya dengan sukarela menerima bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional

4. Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas.

Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara. Kini bahasa Indonesia dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia, baik di tingkat pusat maupun daerah.

pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :

1. Sumber dari bahasa indonesia adalah bahasa melayu

2. Bahasa Indonesia secara sosiologis resmi digunakan sebagai bahasa persatuan pada tanggal 28 Oktober 1928. Namun secara

3. Yuridis Bahasa Indonesia di akui setelah kemerdekaan Indonesia yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945. 4. Bahasa Melayu di angkat menjadi bahasa indonesia karena bahasa melayu telah digunakan sebagai

(8)

BAB 1

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN BAHASA

INDONESIA

1.1 SEJARAH DAN PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

Bahasa merupakan salah satu unsur identitas nasional. Bahasa dipahami sebagai sistem perlambangan yang secara arbiter dibentuk atas unsur-unsur bunyi ucapan manusia dan digunakan sebagai sarana berinteraksi manusia. Di Indonesia terdapat beragam bahasa daerah yang mewakili banyaknya suku-suku bangsa atau etnis.

Setelah kemerdekaan, bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia dahulu dikenal dengan bahasa melayu yang merupakan bahasa penghubung antar etnis yang mendiami kepulauan nusantara. Selain menjadi bahasa penghubung antara suku-suku, bahasa melayu juga menjadi bahasa transaksi perdagangan internasional di kawasan kepulauan nusantara yang digunakan oleh berbagai suku bangsa Indonesia dengan para pedagang asing.

Telah dikemukakan pada beberapa kesempatan, mengapa bahasa melayu dipilih menjadi bahasa nasional bagi negara Indonesia yang merupakan suatu hal yang menggembirakan.

Dibandingkan dengan bahasa lain yang dapat dicalonkan menjadi bahasa nasional, yaitu bahasa jawa (yang menjadi bahasa ibu bagisekitar setengah penduduk Indonesia), bahasa melayu merupakan bahasa yang kurang berarti. Di Indonesia, bahasaitu diperkirakan dipakai hanya oleh penduduk kepulauan Riau, Linggau dan penduduk pantai-pantai diseberang Sumatera. Namun justru karena pertimbangan itu jualah pemilihan bahasa jawa akan selalu dirasakan sebagai pengistimewaan yang berlebihan.

Alasan kedua, mengapa bahasa melayu lebih berterima dari pada bahasa jawa, tidak hanya secara fonetis dan morfologis tetapi juga secara reksikal, seperti diketahui, bahasa jawa mempunyai beribu-ribu morfen leksikal dan bahkan beberapa yang bersifat gramatikal.

Faktor yang paling penting adalah juga kenyataannya bahwa bahasa melayu mempunyai sejara yang panjang sebagai ligua France.

Dari sumber-sumber China kuno dan kemudian juga dari sumber Persia dan Arab, kita ketahui bahwa kerajaan Sriwijaya di sumatera Timur paling tidak sejak abad ke -7 merupakan pusat internasional pembelajaran agama Budha serta sebuah negara yang maju yang perdagangannya didasarkan pada perdagangan antara Cina, India dan pulau-pulau di Asia Tenggara. Bahas melayu mulai dipakai dikawasan Asia Tenggara sejak Abad ke-7. bukti-bukti yang menyatakan itu adalah dengan ditemukannya prasasti di kedukan bukit karangka tahun 683 M (palembang), talang tuwo berangka tahun 684 M (palembang), kota kapur berangka tahun 686 M (bukit barat), Karang Birahi berangka tahun 688 M (Jambi) prasasti-prasasti itu bertuliskan huruf pranagari berbahasa melayu kuno.

(9)

Pad zaman Sriwijaya, bahasa melayu dipakai sebagai bahasa kebudayaan , yaitu bahasa buku pelajaran agama Budha. Bahasa melayu dipakai sebagai bahasa perhubungan antar suku di Nusantara. Bahasa melayu dipakai sebagai bahasa perdagangan, baik sebagai bahasa yang digunakan terhadap para pedagang yang datang dari luar nusantara. Informasi dari seorang ahli sejara China I-Tsing yang belajar agama Budha di Sriwijaya, antara lain menyatakan bahwa di Sriwijay ada bahasa yang bernama Koen Loen (I-Tsing : 63-159), Kou Luen (I-Tsing : 183), K’ouen loven (Ferrand, 1919),

Kw’enlun (Ali Syahbana, 1971 : 0001089), Kun’lun (parnikel, 1977 : 91), K’un-lun (prentice 1978 : 19), ayng berdampingan dengan sanskerta.

Yang dimaksud dengan Koen-Luen adalah bahasa perhubungan (lingua france) dikepulauan nusantara, yaitu bahasa melau. Perkembangan dan pertumbuhan bahasa melayu tampak makin jelasa dari, peninggalan-peninggalan kerajaan islam, baik yang berupa batu tertulis, seperti tulisan pada batu nisan di Minye Tujah, Aceh, berangka tahun 1380 M, maupun hasil-hasil susastra (abad ke-16 dan ke-17), seperti syair Hamzah Fansuri, hikayat raja-raja Pasai, sejarah melayu, Tajussalatin dan Bustanussalatin. Bahasa melayu menyebar kepelosok nusantara bersama dengan menyebarnya agama islam diwilayah nusantara bahasa melayu mudah diterima oleh masyarakat nusantara sebagai bahasa perhubungan antara pulau, antara suku, antara pedagang, antar bangsa, dan antar kerajaan karena bahasa melayu tidak mengenal tutur.

Pada tahun 1928 bahasa melayu mengalami perkembangan yang luar biasa. Pada tahun tersebut para tokoh pemuda dari berbagai latar belakang suku dan kebudayaan menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan Indonesia, keputusan ini dicetuskan melalui sumpah pemuda. Dan baru setelah kemerdekaan Indonesia tepatnya pada tanggal 18 Agustus Bahasa Indonesia diakui secara Yuridis.

Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia yang digunakan sebagailingua franca (bahasa pergaulan) di Nusantara kemungkinan sejak abad-abad awal penanggalan modern. Bentuk bahasa sehari-hari ini sering dinamai dengan istilah Melayu Pasar. Jenis ini sangat lentur, sebab sangat mudah dimengerti dan ekspresif, dengan toleransi kesalahan sangat besar dan mudah menyerap istilah-istilah lain dari berbagai bahasa yang digunakan para penggunanya.

Bentuk yang lebih resmi, disebut Melayu Tinggi yang pada masa lalu digunakan oleh kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Jawa, dan Semenanjung Malaya. Bentuk bahasa ini lebih sulit karena penggunaannya sangat halus, penuh sindiran, dan tidak seekspresif Bahasa Melayu Pasar. Pemerintah kolonial Belanda melihat kelenturan Melayu Pasar dapat mengancam keberadaan bahasa dan budaya. Belanda berusaha meredamnya dengan mempromosikan bahasa Melayu Tinggi, diantaranya dengan penerbitan karya sastra dalam Bahasa Melayu Tinggi oleh Balai Pustaka. Tetapi Bahasa Melayu Pasar sudah digunakan oleh banyak pedagang dalam berkomunikasi.

1.2 KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA

Kedudukan Bahasa Indoensia

Bahasa Indonesia mempunyai dua kedudukan yang sangat penting yaitu : 1. Sebagai Bahasa Nasional.

Seperti yang tercantum dalam ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ini berarti bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa Nasional yang kedudukannya berada diatas bahasa-bahasa daerah.

(10)

Tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 (Bab XV Pasal 36) mengenasi kedudukan bahasa Indonesia yang menyatakan bahawa bahasa negara ialah bahasa Indonesia.

1.3 FUNGSI BAHASA INDONESIA

Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai : 1. Lambang kebangsaan

2. Lambang identitas nasional

3. Alat penghubung antarwarga, antardaerah dan antarbudaya

4. Alat yang memungkinkan penyatuan berbagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasa yang berbeda-beda ke dalam satu kesatuan kebangsaan yang bulat.

Di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa indonesia berfungsi sebagai : 1. Bahasa resmi kenegaraan

2. Bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan

Di dalam kedudukannya sebagai alat, bahasa Indonesia berfungsi sebagai:

1. Alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan

2. Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi.

1.4 PERISTIWA PENTING DALAM PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

Peristiwa-peristiwa penting yang berkaitan dengan perkembangan bahasa Indonesia dapat dirinci sebagai berikut :

1. Tahun 1801 disusunlah ejaan resmi bahasa Melayu oleh Ch. A. Van Ophuijsen yang dibantu oleh

Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Ejaan ini dimuat dalam Kitab Logat Melayu.

2. Tahun 1908 pemerintah kolonial mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), yang kemudian pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka. Badan penerbit ini menerbitkan novel-novel, seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang tidak sedikit membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.

3. Tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kayo menggunakan bahasa Indonesia dalam pidatonya. Hal ini untuk pertamakalinya dalam sidang Volksraad (dewan rakyat), seseorang berpidato menggunakan bahasa Indonesia.

4. Tanggal 28 Oktober 1928 secara resmi pengokohan bahasa indonesia menjadi bahasa persatuan. 5. Tahun 1933 berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang menamakan dirinya sebagai Pujangga

Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana.

6. Tahun 1936 Sutan Takdir Alisyahbana menyusun Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia.

7. Tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo. Dari hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu.

8. Tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang Dasar 1945, yang salah satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.

9. Tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan ejaan Republik (ejaan soewandi) sebagai pengganti ejaan Van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.

(11)

11. Tanggal 16 Agustus 1972 H. M. Soeharto, Presiden Republik Indonesia, meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) melalui pidato kenegaraan di hadapan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972.

12. Tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara).

13. Tanggal 28 Oktober – 2 November 1978 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia III di Jakarta. Kongres yang diadakan dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda yang ke-50 ini selain memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun 1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.

14. Tanggal 21 – 26 November 1983 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia IV di Jakarta. Kongres ini diselenggarakan dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua warga negara Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dapat tercapai semaksimal mungkin.

15. Tanggal 28 Oktober – 3 November 1988 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia V di Jakarta. Kongres ini dihadiri oleh kira-kira tujuh ratus pakar bahasa Indonesia dari seluruh Indonesia dan peserta tamu dari negara sahabat seperti Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres itu ditandatangani dengan dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kepada pencinta bahasa di Nusantara, yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.

16. Tanggal 28 Oktober – 2 November 1993 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VI di Jakarta. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa dari Indonesia dan 53 peserta tamu dari mancanegara meliputi Australia, Brunei Darussalam, Jerman, Hongkong, India, Italia, Jepang, Rusia, Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Kongres mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, serta mengusulkan disusunnya Undang-Undang Bahasa Indonesia.

17. Tanggal 26-30 Oktober 1998 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VII di Hotel Indonesia, Jakarta. Kongres itu mengusulkan dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa.

Peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi perkermbangan bahasa Indonesia

1. Budi Otomo.

Pada tahun 1908, Budi Utomo yang merupakan organisasi yang bersifat kenasionalan yang pertama berdiri dan tempat terhidupnya kaum terpelajar bangsa Indonesia, dengan sadar menuntut agar syarat-syarat untuk masuk ke sekolah Belanda diperingan,. Pada kesempatan permulaan abad ke-20, bangsa Indonesia asyik dimabuk tuntutan dan keinginan akan penguasaan bahasa Belanda sebab bahasa Belanda merupakan syarat utam untuk melanjutkan pelajaran menambang ilmu pengetahuan barat.

2. Sarikat Islam.

Sarikat islam berdiri pada tahun 1912. mula-mula partai ini hanya bergerak dibidang perdagangan, namun bergerak dibidang sosial dan politik jga. Sejak berdirinya, sarekat islam yang bersifat non kooperatif dengan pemerintah Belanda dibidang politik tidak perna mempergunakan bahasa Belanda. Bahasa yang mereka pergunakan ialah bahasa Indonesia.

(12)

Dipimpin oleh Dr. G.A.J. Hazue pada tahu 1908 balai pustaku ini didirikan. Mulanya badan ini bernama Commissie Voor De Volkslectuur, pada tahun 1917 namanya berubah menjadi balai pustaka. Selain menerbitkan buku-buku, balai pustaka juga menerbitkan majalah.

Hasil yang diperoleh dengan didirikannya balai pustaka terhadap perkembangan bahasa melau menjadi bahasa Indonesia dapat disebutkan sebagai berikut :

1. Meberikan kesempatan kepada pengarang-pengarang bangsa Indonesia untuk menulis cerita ciptanya dalam bahasa melayu.

2. Memberikan kesempatan kepada rakyat Indonesia untuk membaca hasil ciptaan bangsanya sendiri dalam bahasa melayu.

3. Menciptakan hubungan antara sastrawan dengan masyarakat sebab melalui karangannya sastrawan melukiskan hal-hal yang dialami oleh bangsanya dan hal-hal yang menjadi cita-cita bangsanya. 4. Balai pustaka juga memperkaya dan memperbaiki bahasa melayu sebab diantara syarat-syarat yang

harus dipenuhi oleh karangan yang akan diterbitkan di balai pustaka ialah tulisan dalam bahasa melayu yang bersusun baik dan terpelihara.

5. Sumpah Pemuda.

Kongres pemuda yang paling dikenal ialah kongres pemuda yang diselenggarakan pada tahun 1928 di Jakarta. Pada hal sebelumnya, yaitu tahun 1926, telah pula diadakan kongres p[emuda yang tepat penyelenggaraannya juga di Jakarta. Berlangsung kongres ini tidak semata-mata bermakna bagi perkembangan politik, melainkan juga bagi perkembangan bahasa dan sastra Indonesia.

Dari segi politik, kongres pemuda yang pertama (1926) tidak akan bisa dipisahkan dari perkembangan cita-cita atau benih-benih kebangkitan nasional yang dimulai oleh berdirinya Budi Utomo, sarekat islam, dan Jon Sumatrenan Bond. Tujuan utama diselenggarakannya kongres itu adalah untuk mempersatukan berbagai organisasi kepemudaan pada waktu itu.

Pada tahun itu organisasi-organisasi pemuda memutuskan bergabung dalam wadah yang lebih besar Indonesia muda. Pada tanggal 28 Oktober 1928 organisasi pemuda itu mengadakan kongres pemuda di Jakarta yang menghasilkan sebuah pernyataan bersejarah yang kemudian lebih dikenal sebagai sumpah pemuda. Pertanyaan bersatu itu dituangkan berupa ikrar atas tiga hal, Negara, bangsa, dan bahasa yang satu dalam ikrar sumpah pemuda. Peristiwa ini dianggap sebagai awal permulaan bahasa Indonesia yang sebenarnya, bahasa Indonesia sebagai media dan sebagai symbol kemerdekaan bangsa. Pada waktu itu memang terdapat beberapa pihak yang peradaban modern. Akan tetapi, tidak bisa dipumgkiri bahwa cita-cita itu sudah menjadi kenyataan, bahasa Indonesia tidak hanya menjadi media kesatuan, dan politik, melainkan juga menjadi bahasa sastra indonesia baru.

(13)

BAB 2

RAGAM BAHASA

2.1 PENTINGNYA BAHASA

Ragam bahasa adalah varian dari sebuah bahasa menurut pemakaian. Berbeda dengan

dialek yaitu varian dari sebuah bahasa menurut pemakai. Variasi tersebut bisa berbentuk

dialek, aksen, laras, gaya, atau berbagai variasi sosiolinguistik lain, termasuk variasi bahasa

baku itu sendiri. Variasi di tingkat leksikon, seperti slang dan argot, sering dianggap terkait

dengan gaya atau tingkat formalitas tertentu, meskipun penggunaannya kadang juga

dianggap sebagai suatu variasi atau ragam tersendiri.

2.2 JENIS – JENIS RAGAM

Jenis ragam bahasa Berdasarkan pokok pembicaraan, ragam bahasa dibedakan antara lain atas: · Ragam bahasa undang-undang

· Ragam bahasa jurnalistik · Ragam bahasa ilmiah · Ragam bahasa sastra

2.3 BAHASA YANG BAIK DAN BENAR

Bahasa sebagai Alat Komunikasi. Komunikasi adalah tahapan lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi pun tidak akan sempurna jika orang yang menangkap komunikasi kita tidak mengerti apa yang kita sampaikan. Maka dari itu Menggunakan bahasa yang baik sangat penting Karena dari tata cara bahasa seseorang kita dapat menilai kecerdasan orang tersebut.

Apabila bahasa yang digunakan baik dan benar maka bagi pendengar tentunya lebih mudah dipahami. Melalui bahasa, kita dapat menunjukkan sudut pandang kita, pemahaman kita atas suatu hal, asal usul bangsa dan negara kita, pendidikan kita, bahkan sifat kita.

Bahasa menjadi cermin diri kita, baik sebagai bangsa maupun sebagai diri sendiri. Karena fungsi bahasa adalah untuk menyampaikan informasi ke pada orang lain agar orang yang kita beri informasi tersebut mengerti dan paham.

Penggunaan bahasa dengan baik menekankan aspek komunikatif bahasa. Hal itu berarti bahwa kita harus memperhatikan sasaran bahasa kita. Kita harus memperhatikan kepada siapa kita akan menyampaikan bahasa kita. Oleh sebab itu, unsur umur, pendidikan, agama, status sosial, lingkungan sosial, dan sudut pandang khalayak sasaran kita tidak boleh kita abaikan.

(14)

BAB 3

EJAAN

3.1 PENGERTIAN EJAAAN

Kata “ejaan” berasal dari kosakata bahasa Arab hija’ menjadi eja yang mendapat akhiran –an. Huruf yang dieja disebut huruf hijaiyah. Mengeja adalah membaca huruf demi huruf. [3]Ejaan adalah sistem tulis-menulis yang dibakukan (distandarisasikan). Ejaan merupakan keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana hubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa).[4]

Pemakaian Huruf

Dalam pemakaian huruf ini, akan dibahas (1) nama-nama huruf, (2) lafal singkatan dan kata, (3) persukuan, dan (4) penulisan nama diri.

1. Nama-Nama Huruf

Huruf Nama Huru

f Nama

A a A N n en

B b be bukan bi O o O

C c ce bukan se P p pe

D d de bukan di Q q ki bukan kyu

E e E R r Er

F f Ef S s Es

G g ge bukan j T t Te

H h Ha U u u bukan iyu

I i i bukan ei V v fe bukan fi

J j Je W w We

K k Ka X x Eks

L l el bukan il Y y ye bukan ey

M m Em Z z Zet

(15)

huruf, seperti : kh (khusus, makhluk), ng (langsung, sangsi), ny (nyenyak, nyanyi), dan sy (syarat, syukur), serta nk (bank, sanksi).[5]

Huruf e bisa melambangkan /e/ seperti pada kata ekor, merah, atau lebar dan melambangkan /e/ seperti pada kata emas, empedu, lesu, atau semut. Perlu dicatat di sini bahwa dalam sistem tulisan, bahasa Indonesia menggunakan ejaan fonemis, artinya hanya ada satu bunyi untuk satu lambang. Hal ini berarti sangat berlainan dengan bahasa inggris yang menggunakan lambang dengan bermacam-macam bunyi sesuai dengan posisi fonemnya dalam kata.

Lambang /u/ --misalnya—berbeda bunyinya masing-masing pada kata: usually dan sun. Coba bandingkan kata itu dengan lafal /u/ pada kata bahasa Indonesia: bulat dan untuk. Dengan demikian, pengucapan cat menjadi cet, komputer menjadi kompiuter adalah salah.

2.1 Penulisan Huruf

Dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, penulisan huruf menyangkut dua masalah, yaitu: (1) penulisan huruf besar atau huruf kapital dan , (2) penulisan huruf miring.

2.1.1 Penulisan Huruf Besar atau Huruf Kapital

Penulisan huruf kapital yang kita jumpai dalam tulisan-tulisan resmi kadang-kadang menyimpang dari kaidah-kaidah yang berlaku. Kaidah penulisan huruf kapital itu adalah sebagai berikut:

1. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kalimat yang berupa petikan langsung.

Misalnya:

Nenek bertanya, ‘’kapan kita pulang?’’

‘’Kemarin engkau terlambat,’’ katanya.

Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, dan nama Tuhan, termasuk kata ganti-Nya. Huruf pertama pada kata ganti ku, mu, dan nya, sebagai kata ganti Tuhan harus dituliskan dengan huruf kapital, ditulis serangkai dengan tanda hubung (-). Hal-hal keagamaan itu hanya sebatas pada nama diri, sedangkan kata-kata yang menunjukkan nama jenis, seperti: jin, iblis, surga, malaikat, mahsyar, zakat, dan puasa –meskipun bertalian dengan keagamaan tidak diawali dengan huruf kapital.

Misalnya:

Semoga Tuhan Yang Mahakuasa memberkati usaha kita.

Dalam Weda terdapat ayat-ayat yang menganjurkan agar manusia berakhlak terpuji.

Kata-kata keagamaan lainnya yang harus ditulis dengan huruf kapital adalah nama agama dan kitab suci, seperti: Islam, Kristen, Hindu, Budha, Injil, dan Weda.

(16)

Misalnya:

Pergerakan itu dipimpin oleh Haji Agus Salim.

Pemerintah memberikan anugerah kepada Mahaputra Yamin.

Jika tidak diikuti oleh nama gelar, jabatan, dan pangkat harus ditulis dengan huruf kecil. Misalnya:

Calon jemaah haji DKI tahun 2005 ini berjumlah 9.500 orang. Seorang presiden akan diperhatikan oleh rakyatnya.

Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa. Misalnya:

Dalam bahasa Bali terdapat kata singgah.

Kita bangsa Indonesia, harus bertekad untuk menyukseskan pembangunan.

Seperti contoh tersebut, kata suku, bangsa, dan bahasa tetap ditulis dengan huruf awal kecil. Akan tetapi, jika nama bangsa, suku, dan bahasa itu diberi awalan dan akhiran sekaligus, ia harus ditulis dengan huruf kecil.

Misalnya:

Lafal ucapannya masih menampakkan kesunda-sundaan. Kita harus berusaha mengindonesiakan kata-kata asing.

Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.

Misalnya:

Pada bulan Agustus terdapat hari yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia. Biasanya,umat Islam seluruh dunia merasa sangat berbahagia pada hari Lebaran. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas geografi. Misalnya:

Salah satu tempat pariwisata di Bali adalah Danau Batur. Di Teluk Jakarta telah dibangun proyek perikanan laut.

Akan tetapi jika tidak menunjukkan khas geografi, kata-kata selat, teluk, terusan, gunung, kali, danau, dan bukit ditulis dengan huruf kecil.

Misalnya:

(17)

Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama resmi badan, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi.

Misalnya:

Pasal 36, Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahasa negara adalah bahasa Indonesia. Semua anggota PBB harus mematuhi piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Akan tetapi, jika tidak menunjukkan nama resmi, kata seperti itu ditulis dengan huruf kecil. Misalnya:

Menurut undang-undang dasar kita, semua warga negara mempunyai kedudukan yang sama. Pemerintah republik itu telah menyelenggarakan pemilihan umum sebanyak empat kali.

Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata didalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata partikel, seperti di, ke, dari, untuk, dan yang,yang tidak terletak diawal kalimat.

Misalnya:

Buku Dari Ave Maria ke Jalan ke Roma dikarang oleh Idrus. Disempurnakan diterbitkan oleh Balai Pustaka.

Huruf besar atau huruf kapital dipakai dalam singkatan nama gelar dan sapaan, kecuali gelar dokter. Misalnya:

Proyek itu dipimpin oleh Dr. Dewi Gita.

Penyakit ibu saya sudah dua kali diperiksa oleh dr. Susanto. Catatan:

Ada perbedaan antara gelar Dr. dan dr. (doktor dituliskan dengan D kapital dan r kecil jadi Dr., sedangkan dokter, yang memeriksa penyakit dan mengobati orang sakit, singkatannya ditulis dengan d dan r kecil, jadi dr.

Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai sebagai kata ganti atau sapaan. Kata Anda juga diawali huruf kapital.

Misalnya:

Surat Saudara sudah saya terima.

Eka bertanya kepada ibunya, ‘’ pagi tadi Ibu menjemput siapa di pelabuhan?’’

(18)

Misalnya:

Kita harus menghormati ibu dan bapak kita. Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga. 2.2 Penulisan kata

2.2.1 Kata Dasar

Kata yang berupa kata dasar, ditulis sebagai satu kesatuan.[6] Misalnya :

Ibu percaya bahwa engkau tahu. 2.2.2 Kata Turunan

Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Misalnya :

bergelatar, dikelola, penetapan, menengok, mempermainkan.

Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awal-an atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Misalnya :

bertepuk tangan, garis bawahi, menganak sungai, sebar luaskan.

Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapatkan awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya :

menggarisbawahi, menyebarluaskan, dilipatgandakan,penghancurleburan.

Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam konbinasi, hubungan kata itu ditulis serangkai.Misalnya :

adipati, aerodinamika, antarkota, anumerta, audiogram, awahama, bikarbonat, biokimia, caturtunggal, dasawarsa, dekameter.

2.2.3 Bentuk ulang

Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Misalnya:

anak-anak, buku-buku, bumiputra-bumiputra, hati-hati, undang-undang. 2.2.4 Gabungan kata

Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.

(19)

duta besar, kambing hitam, kereta api cepat luar biasa, mata pelajaran, meja tulis, model linier, orang tua, persegi panjang.

Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahn pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.

Misalnya:

alat pandang-dengar, anak-istri saya, buku -sejarah- baru, mesin hitung tangan, ibu-bapak kami. Gabungan kata berikut ditulis serangkai.

Misalnya:

acapkali, adakalanya, akhirulkalam, alhamdulillah, astaghfirullah, bagaimana, barangkali, bilamana, bismillah, bea siswa, belasungkawa, bumi putra, daripada, darmabakti

2.2.5 Kata Ganti –ku, kau, -mu, dan –nya

Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku, -nu, dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Misalnya:

Apa yang ku miliki boleh kau ambil

Bukuku, bukunya, dan bukunya tersimpan di perpustakaan. Penulisan Unsur Serapan

Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing, seperti: Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, atau Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar. Pertama unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam

bahasa Indonesia, seperti: reshuffle, shuttle cock, l’ expoitation de l’homme par l’homme.[7]

Unsur-unsur ini dipakai dalam bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya di sesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini di usahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesia masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.

Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu ialah sebagao berikut: aa (Belanda) menjadi a

paal pal baal bal octaaf oktaf

(20)

aerobe aerob aerodinamics aerodinamika Penggunaan Tanda Baca

Tanda Titik (.)

Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.[8] Contoh:

Wayan pergi ke Yogyakarta.

Budi menanyakan kapan adiknya datang. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang. Contoh:

A.M. Sangaji

Tanda titk tidak dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan. Contoh:

Ir. Insinyur Prof. Profesor Tanda Koma (,)

Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan. Contoh:

Sinta membeli buku, pena, dan penggaris

Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh tata, seperti: tetapi atau melainkan.

Contoh:

Pak Suta bukan ayah saya, melainkan ayah Joni

Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat apabila petikan langsung tersebut berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan mendahului bagian lain dalam kalimat itu.

Contoh:

“Ke mana kamu akan pergi?” tanya Gatot.

3.2 EJAAN VAN OPHUSEN

(21)

Ciri-ciri dari ejaan ini yaitu:

2. Huruf ï untuk membedakan antara huruf i sebagai akhiran dan karenanya harus disuarakan tersendiri dengan diftong seperti mulaï dengan ramai. Juga digunakan untuk menulis huruf y seperti dalam Soerabaïa.

3. Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, dan sajang. 4. Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, dan oemoer.

5. Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata ma’moer, ’akal,

ta’, dan pa’.

3.3 EJAAN SOEWANDI

Ejaan Republik diresmikan pada tanggal 19 Maret 1947 menggantikan ejaan sebelumnya. Ejaan ini juga dikenal dengan nama ejaan Soewandi.

Ciri-ciri ejaan ini yaitu:

1. Huruf oe diganti dengan u pada kata-kata guru, itu, dan umur.

2. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k pada kata-kata tak, pak, dan rakjat. 3. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada kanak2, ber-jalan2, ke-barat2-an.

4. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mendampinginya.

3.4 EJAAN MELINDO

Ejaan Melindo adalah sistem ejaan Latin yang termuat dalam Pengumuman Bersama Edjaan Bahasa Melaju-Indonesia (Melindo) (1959) sebagai hasil usaha penyatuan sistem ejaan dengan huruf Latin di Indonesia dan Persekutuan Tanah Melayu. Keputusan ini dilakukan dalam Perjanjian Persahabatan Indonesia dan Malaysia pada tahun 1959. Sistem ini tidak pernah sampai diterapkan.

Hal yang berbeda ialah bahwa di dalam Ejaan Melindo gabungan konsonan tj, seperti pada kata tjinta, diganti dengan c menjadi cinta, juga gabungan konsonan nj seperti njonja, diganti dengan huruf nc, yang sama sekali masih baru. (Dalam Ejaan Pembaharuan kedua gabungan konsonan itu diganti dengan ts dan ń.)

3.5 EJAAN BAHASA YANG DISEMPURNAKAN

Pengertian Ejaan ialah keseluruhan system dan peraturan penulisan bunyi bahasa untuk mencapai keseragaman. Ejaan Yang Disempurnakan adalah ejaan yang dihasilkan dari penyempurnaan atas ejaan-ejaan sebelumnya.

3.6 RUANG LINGKUP EYD

Ejaan yang disempurnakan ( EYD ) mengatur : 1. Pemakaian Huruf,

a. Huruf Abjad

Huruf abjad yang terdapat di dalam bahasa Indonesia adalah :

(22)

Huruf vokal di dalam bahasa Indonesia adalah : a, i, u, e dan o c. Huruf Konsonan

Huruf konsonan yang terdapat di dalam bahasa Indonesia adalah : a, b, c, d, f, g, h, i, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, u, v, w, x, y dan z. d. Huruf Diftong

Didalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au dan oi. e. Gabungan Huruf Konsonan

Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu: kh, ng, ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.

f. Pemenggalan Kata

Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan dengan cara:

Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan diantara kedua huruf vokal itu. Contoh: aula menjadi au-la bukan a-u-l-a

Jika di tengah kata ada konsonan termasuk gabungan huruf konsonan, pemenggalan itu dilakukan sebelum huruf konsonan. Contoh: bapak menjadi ba-pak

Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan diantara kedua huruf itu. Contoh : mandi menjadi man-di

Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan, pemenggalan itu dilakukan diantara huruf konsonan yang pertama dan kedua. Contoh : ultra menjadi ul-tra.

2. Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring a. Huruf Kapital atau Huruf Besar

Huruf Kapital dipakai sebagai huruf pertama pada awal kalimat, petikan langsung, ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, nama gelar kehormatan, unsur nama jabatan, nama orang, nama bangsa, suku, tahun, bulan, nama geografi, dll.

b. Huruf Miring

Huruf Miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, surat kabar, yang dikutip dalam tulisan, nama ilmiah atau ungkapan asing, dan untuk menegaskan huruf, bagian kata, atau kelompok kata.

3. Penulisan Kata,

a. Kata Dasar, Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan b. Kata Turunan, Kata turunan (imbuhan)

c. Bentuk Ulang, Bentuk kata Ulang ditulis hanya dengan tanda hubung (-) d. Gabungan Kata, Gabungan kata yang dianggap senyawa ditulis serangkai

e. Kata Ganti ku, mu, kau dan nya, ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya f. Kata Depan di, ke, dan dari, Kata depan di dan ke ditulis terpisah

g. Kata si dan sang, Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya h. Partikel, Partikel per yang berarti tiap-tiap ditulis terpisah

(23)

Singkatan ialah bentuk istilah yang tulisannya diperpendek terdiri dari huruf awalnya saja, menanggalkan sebagian unsurnya atau lengkap menurut lisannya, Contoh : NKRI, cm, lab.

Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, suku kata, ataupun gabungan kombinasi huruf dan suku kata. Contoh : rudal ( peluru kendali ), tilang ( bukti pelanggaran )

5. Angka dan Lambang Bilangan

Penulisan angka dan bilangan terdiri dari beberapa cara yaitu :

a. berasal dari satuan dasar sistem internasional, Contoh : arus listrik dituliskan A = ampere b. menyatakan tanda decimal, Contoh : 3,05 atau 3.05

6. Penulisan Unsur Serapan,

Penulisan unsur serapan pada umumnya mengadaptasi atau mengambil dari istilah bahasa asing yang sudah menjadi istilah dalam bahasa Indonesia. Contoh : president menjadi presiden

7. Pemakaian Tanda Baca

Pemakaian tanda baca terdiri dari tanda (.) , (,), (-), (;), (:), (”) 8. Pedoman Umum Pembentukan Istilah

Pembentukan istilah asing yang sudah menjadi perbendaharaan kata dalam bahasa Indonesia mengikuti kaidah yang telah ditentukan, yaitu :

a. penyesuaian Ejaan.

Contoh : ae jika tidak bervariasi dengan e, tetap e, aerosol tetap aerosol b. penyesuaian huruf gugus konsonan.

Contoh : flexible menjadi fleksibel c. penyesuaian akhiran.

Contoh : etalage menjadi etalase d. penyesuaian awalan.

Contoh : amputation menjadi amputasi 9. Gaya Bahasa

Gaya bahasa ialah penggunaan kata kiasan dan perbandingan yang tepat untuk mengungkapkan perasaan atau pikiran dengan maksud tertentu. Gaya bahasa berguna untuk menimbulkan keindahan dalam karya sastra atau dalam berbicara. Gaya bahasa disebut juga majas.

a. Gaya bahasa simbolik adalah gaya bahasa yang menggunakan perbandingan simbol benda, lambang, binatang atau tumbuhan.

Contoh : Lintah darat harus dibasmi ( Lintah darat adalah simbol pemeras, rentenir atau pemakan riba)

(24)

BAB 4

PEMAKAIAN HURUF

4.1 HURUF YANG DIKENAL DI INDONESIA

Huruf yang dikenal di Indonesia yaitu

A. Huruf abjad. Ada 26 yang masing-masing memiliki jenis huruf besar dan kecil.

B. Huruf vokal. Ada 5: a, e, i, o, dan u. Tanda aksen é dapat digunakan pada huruf e jika ejaan kata menimbulkan keraguan.

C. Huruf konsonan. Ada 21: b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z. Huruf c, q, v, w, x, dan y tidak punya contoh di akhir kata.

Huruf x tidak punya contoh di tengah kata.

Huruf q dan x digunakan khusus untuk nama dan keperluan ilmu. D. Huruf diftong. Ada 3: ai, au, dan oi.

E. Gabungan huruf konsonan. Ada 4: kh, ng, ny, dan sy. F. Huruf kapital

1. Huruf pertama kata pada awal kalimat 2. Huruf pertama petikan langsung

3. Huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan

4. Huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang (tidak dipakai jika tidak diikuti nama orang)

5. Huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti nama orang, instansi, atau tempat yang digunakan sebagai pengganti nama orang (tidak dipakai jika tidak diikuti nama orang, instansi, atau tempat)

6. huruf pertama nama jabatan atau instansi yang merujuk kepada bentuk lengkapnya 7. Huruf pertama unsur-unsur nama orang (tidak dipakai pada de, van, der, von, da, bin,

atau binti)

8. huruf pertama singkatan nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran (tidak dipakai untuk nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran)

9. Huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa (tidak dipakai untuk nama bangsa, suku, dan bahasa yang digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan)

10. Huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan unsur-unsur nama peristiwa sejarah (tidak dipakai untuk peristiwa sejarah yang tidak digunakan sebagai nama) 11. Huruf pertama unsur-unsur nama diri geografi dan unsur-unsur nama geografi yang

diikuti nama diri geografi (tidak dipakai untuk unsur geografi yang tidak diikuti oleh nama diri geografi dan nama diri geografi yang digunakan sebagai penjelas nama jenis) 12. nama diri atau nama diri geografi jika kata yang mendahuluinya menggambarkan

(25)

13. Huruf pertama semua unsur nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi, kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau, dan untuk (tidak dipakai untuk kata yang bukan nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi)

14. Huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dokumen resmi, dan judul karangan

15. Huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal

16. Huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan yang digunakan dengan nama diri.

17. Huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang digunakan dalam penyapaan atau pengacuan (tidak dipakai jika tidak digunakan dalam pengacuan atau penyapaan) 18. Huruf pertama kata Anda yang digunakan dalam penyapaan

19. Huruf pertama pada kata, seperti keterangan, catatan, dan misalnya yang didahului oleh pernyataan lengkap dan diikuti oleh paparan yang berkaitan dengan pernyataan lengkap itu.

G. Huruf miring

1. Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan 2. Menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata

3. Menuliskan kata atau ungkapan yang bukan bahasa Indonesia (Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring digarisbawahi)

Ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia penulisannya diperlakukan sebagai kata Indonesia

H. Huruf tebal

1. Menuliskan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran

2. Tidak dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata; untuk keperluan itu digunakan huruf miring.

3. Menuliskan lema dan sublema serta untuk menuliskan lambang bilangan yang menyatakan polisemi dalam cetakan kamus

4.2 HURUF VOKAL KONSONAN DAN DIFTONG

HURUF VOKAL

Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u.

(26)

e*

Untuk keperluan pelafalan kata yang benar, tanda aksen ( ′ ) dapat digunakan jika ejaan kata

menimbulkan keraguan. Misalnya:

Anak-anak bermain di teras (téras).

Upacara itu dihadiri pejabat teras Bank Indonesia. Kami menonton film seri (séri).

Pertandingan itu berakhir seri. Di mana kécap itu dibuat? Coba kecap dulu makanan itu. HURUF KONSONAN

(27)

p pasang apa siap

* Huruf k melambangkan bunyi hamzah.

** Huruf q dan x khusus dipakai untuk nama diri (seperti Taufiq dan Xerox) dan keperluan ilmu (seperti status quo dan sinar-x)

HURUF DIFTONG

Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.

Huruf

(28)

kh

kh

usus

a

kh

ir

tari

kh

ng

ng

ilu

ba

ng

un

sena

ng

ny

ny

ata

ba

ny

ak

sy

Sy

arat

I

sy

arat

ara

sy

Catatan:

Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain ditulis sesuai dengan Ejaan Bahasa

Indonesia yang Disempurnakan, kecuali jika ada pertimbangan khusus.

4.4 PEMENGGALAN KATA

Pemenggalan kata merupakan pemisahan huruf/kelompok huruf dari kata. Sebelum melakukan pemenggalan kata, yang harus dipahami terlebih dahulu adalah membedakan huruf vokal dengan huruf konsonan. Huruf vokal terdiri dari a, i, u, e, o. Sedangkan huruf konsonan adalah huruf selain vokal contoh k, j, l, m, n, j dan lain - lain. Setelah memahami huruf vokal dan huruf konsonan, selanjutnya adalah memahami suku kata. Suku kata merupakan bagian kata, cara mudah menentukan suku kata yaitu dengan memperhatikan pengucapan

Pemenggalan kata dasar baik kata Indonesia maupun kata serapan, dilakukan dengan prinsip otografis.

1. Pemenggalan kata yang mengandung sebuah huruf konsonan dilakukan sebelum huruf konsonan tersebut. Contoh:

kabar > ka-bar sopan > so-pan makan > ma-kan tikam > ti-kam

2. Pemenggalan kata yang mengandung huruf-huruf vocal yang berurutan ditengahnya dilakukan diantara kedua huruf vocal tersebut. Contoh:

buah > bu-ah ideal > i-de-al kuota > ku-o-ta taat > ta-at

3. Suku kata yang mengandung gugus vocal au, ai, oi, ae, ei, eu, dan ui baik dalam kata-kata Indonesia maupun dalam kata-kata serapan, diperlakukan sebagai satu suku. Contoh:

aula > au-la santai > san-tai survei > sur-vei amboi > am-boi

(29)

arsip > ar-sip kapten > kap-ten kurban > kur-ban caplak > cap-lak

5. Pemenggalan kata yang ditengahnya terdapat gabungan huruf konsonan yang mewakili fonem tunggal (digraf) dilakukan dengan tetap mempertahankan kesatuan digraf itu. Contoh:

akhlak > akh-lak bangku > bang-ku sunyi > su-nyi

masyarakat > ma-sya-ra-kat

6. Pemenggalan kata yang mengandung tiga atau empat huruf konsonan berurutan ditengahnya dilakukan diantara huruf konsonan pertama dan huruf konsonan kedua. Contoh:

instrumen > in-stru-men implikasi > im-pli-ka-si kontraktor > kon-trak-tor

7. Pemenggalan kata yang mengandung bentuk trans dilakukan sebagai berikut

- Jika trans diikuti bentuk bebas, maka Pemenggalan dilakukan memisahkan trans sebagai bentuk utuh. Contoh: transmigrasi > trans-mig-ra-si

transaksi > trans-ak-si transfusi > trans-fu-si

transplantasi > trans-plan-ta-si

- Jika trans diikuti bentuk terikat, Pemenggalan seluruh data dilakukan dengan mengikuti pola Pemenggalan kata dasar. Contoh:

transit > tran-sit

transparansi > tran-spa-ran-si transkripsi > tran-skrip-si

8. Pemenggalan kata yang mengandung eks dilakukan seperti dibawah ini.

- Jika unsur eks ada dalam kata yang mempunyai bentuk sepadan dengan kata yang

mengandung unsur in dan im, Pemenggalan dilakukan diantara unsur eks dan unsur berikutnya. Contoh:

ekstra > eks-tra eksternal > eks-ter-nal eksplisit > eks-pli-sit ekspor > eks-por

- Bentuk lain yang mengandung unsur eks, dipenggal sebagai kata utuh. Contoh: ekses > ek-ses

eksodus > ek-so-dus eksistensi > ek-sis-ten-si eksperimen > ek-spe-ri-men

(30)

Contoh :

Fotografi > foto-grafi > fo-to-gra-fi Biografi > bio-grafi > bi-o-gra-fi Kilogram > kilo-gram > ki-lo-gram Pascapanen > pasca-panen >pas-ca-pa-nen Introspeksi > intro-speksi > in-tro-spek-si Kecuali :

endoskopis > en-dos-ko-pis telegrafis > te-le-gra-fis atmosferis > at-mo-sfe-ris

10.Pemenggalan unsur asing yang berakhiran isme dilakukan sebagai berikut. - Yang didahului satu vocal, dipenggal setelah huruf vocal. Contoh: egoisme > e-go-is-me

heroisme > he-ro-is-me sukuisme > su-ku-is-me Hinduisme > hin-du-is-me

- Yang didahului konsonan, dipenggal sebelum huruf konsonan. Contoh: absolutisme > ab-so-lu-tis-me

humanisme > hu-ma-nis-me patriotisme > pa-tri-o-tis-me sadisme > sa-dis-me

4.5 PENGGUNAAN KAPITAL, HURUF MIRING

A. HURUF BESAR ATAU HURUF KAPITAL

Istilah huruf besar yang digunakan disini bersinonimdengan huruf kapital. Dalam bahasa Inggris, kedua istilah itu disebut capital letter.

Memang, bagi orang tertentu huruf besar bersifat ambiguitas, mengandung makna taksa atau berarti dua. Dengan demikian, dapat terjadi seperti di bawah ini.

Huruf besar berarti huruf yang besar (big letter) atau huruf besar berarti huruf kapital (capital letter).

Harus kita sadari benar bahwa tidak semua huruf besar merupakan huruf besar atau kapital. Walaupun berbentuk kecil, suatu huruf dapat juga merupakan huruf kapital atau huruf besar.

Misalnya :

m,n : memang besar tetapi bukan huruf besar atau huruf kapital M,N : memang kecil tetapi merupakan huruf besar atau huruf kapital.

Dari penjelasan diatas, dapat kita pahami mengapa beberapa ahli lebih menyetujui penggunaan istilah huruf kapital dari pada huruf besar.

Berikut ini kita bicarakan pemakaian huruf besar atau huruf kapital dalam bahasa Indonesia. 1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.

(31)

Kita harus rajin belajar. Pekerjaan ini sangat susah.

2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Misalnya :

Adik berkata, “Kapan kita pulang?”

Bapak menasihatkan “Berhati-hatilah, Nak!?” “Kemarin engkau terlambat,” katanya.

3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti Tuhan.

Misalnya :

Allah, Yang Maha Kuasa, Yang Maha Pengasih, Alkitab,Qur’an,Weda, Islam, Kristen.

Tuhan selalu menunjukkan jalan yang benar kepada setiap hamba-Nya

4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diakui nama orang.

Misalnya :

Mahaputra, Yamin, Sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diakui nama orang.

Misalnya :

Dia baru saja diangkat menjadi sultan. Tahun ini ia pergi naik haji.

5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diakui nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.

Misalnya :

Wakil Presiden Adam Malik, Perdana Menteri Nehru,Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara, Gubernur Irian Jaya.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.

Misalnya :

Siapakah gubernur yang baru dilantik itu?

Kemaren Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayorjenderal. 6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.

Misalnya :

(32)

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukur.

Misalnya :

Mesin diesel, 10 volt. 5 ampere.

7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Misalnya :

bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.

Misalnya :

mengindonesiakan kata asing,. Keingris-ingrisan

8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.

Misalnya :

tahun Hijriah, tarikh Masehi, bulan Agustus, hari Jum’at, hariGalungan, hari Lebaran, perang Candu, ProklamasiKemerdekaan Indonesia.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.

Misalnya :

Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya. Perlombaan senjata membawa resiko pecahnya perangdunia. 9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.

Misalnya :

Asia Tenggar, Kediri, Palembang, Bukit Barisan, DanauToba, Jalan Diponegoro dll.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri.

Misalnya :

Berlayar ke teluk, mandi di kali, pergi ke arah tenggara.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis.

Misalnya :

garam inggris, gula jawa, kacang bogor, pisang ambon.

10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.

(33)

Republik Indonesia; Majelis Permusyawaratan Rakyat; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; BadanKesejahteraan Ibu

dan Anak; Keputusan Presiden RepublikIndonesia, Nomor 57, Tahun 1972.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.

Misalnya :

menjadi sebuah republik, beberapa badan hukum, kerja sama antara pemerintah dan rakyat, menurut undang-undang yang berlaku.

11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.

Misalnya :

Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial,Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, RancanganUndang-Undang Kepegawaian.

12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk unsur kata ulang sempurna)di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal.

Misalnya :

Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain keRoma. Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.

Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan. Ia menyelesaikan makalah “Asas-Asas Hukum Perdata”.

13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan. Misalnya :

Dr. doktor

M.A. master of arts S.E sarjana ekonomi S.H. sarjana hukum

14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata petunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.

Misalnya :

“KapanBapak berangkat?”tanya Harto.

Adik bertanya, “Itu apa,Bu?”

Besok Paman akan datang. Para ibu mengunjungi Ibu Hasan.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.

(34)

Kita harus menghormati bapak dan ibu. Semua kakak dan adik saya sudah sukses.

15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti anda. Misalnya :

Sudahkah Anda tahu?

Surat Anda telah kami terima.

B. HURUF MIRING

Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.

Misalnya :

Majalah Bahasa dan Kesusatraan, buku Negara kertagamakarangan Prapanca, surat kabar Suara Karya.

Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.

Misalnya :

Huruf pertama kata abad ialah ia. Dia bukan menipu, tetapi ditipu.

Bab ini tidak membicarakan penulis huruf kapital. Buatlah kalimat dengan berlepas tangan.

Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.

Misalnya :

Nama ilmiah buah manggis adalah carcinia mangostana.

Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.

4.6 KATA DASAR, TURUNAN, BENTUK ULANG

1.KATA DASAR

kata dasar (akar kata) = kata yang paling sederhana yang belum memiliki imbuhan, juga dapat dikelompokkan sebagai bentuk asal (tunggal) dan bentuk dasar (kompleks), tetapi perbedaan kedua bentuk ini tidak dibahas di sini.

Kata dasar bisa membentuk satu kesatuan kalimat, yaitu: 1. Ular yang mati itu sangat panjang .

2. Aku pergi ke sekolah dengan ayah.

3. Budi datang ke rumahku dengan sangat cepat. 4. Kakak suka makan kue bakpia dari kota Jogjakarta.

5. Ayah sampai di rumah jam 9 malam, ketika aku sedang tidur. Kalimat – kalimat di atas disusun dari kata – kata dasar

(35)

Contoh: sahabat, daerah, datang, pergi, panas, dingin, jalan, marah, pintar 1. Sahabat, kata dasar dari persahabatan

2. Daerah, kata dasar dari kedaerahan 3. Dating, kata dasar dari kedatangan 4. Pergi, kata dasar dari bepergian 5. Panas, kata dasar dari dipanaskan 6. Dingin, kata dasar dari didinginkan 7. Jalan, kata dasar dari menjalankan 8. Marah, kata dasar dari dimarahi 9. Pintar, kata dasr dari terpintar 2. KATA TURUNAN

Definisi Kata Turunan

Sederhananya, kata turunan adalah kata dasar yang mendapat imbuhan, baik berupa awalan, sisipan atau akhiran, maupun gabungan kata. Kata turunan termasuk salah satu unsur pembentuk kalimat selain kata dasar dalam setiap penulisan artikel.

Untuk mendapat gambaran lebih jelas tentang definisi kata turunan, simak macam-macam bentuk kata turunan;

Kata turunan dapat berupa kata dasar yang mendapat imbuhan; awalan, sisipan dan akhiran. Imbuhan itu ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Contoh;

catatan (kata dasar [catat], mendapat akhiran [-an]) berlari (kata dasar [lari], mendapat awalan [ber-]) gemetar (kata dasar [getar], mendapat sisipan [-em-])

Kata turunan berupa gabungan singkatan dan imbuhan yang dirangkai menggunakan tanda hubung. Contoh;

mem-PHK-kan mem-PTUN-kan

Kata turunan berupa gabungan kosa kata asing dan imbuhan yang dirangkai menggunakan tanda hubung. Contoh;

me-recall di-upgrade

Kata turunan juga dapat berupa gabungan bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf kapital. Kata turunan ini, penulisannya dirangkai menggunakan tanda hubung ( – ). Contoh; pro-Indonesia

(36)

Kata turunan yang bentuk dasarnya berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang mengikuti atau mendahuluinya. Contoh;

sebar luaskan bertepuk tangan garis bawahi

Kata turunan yang bentuk dasarnya berupa gabungan kata dan mendapatkan awalan dan akhiran sekaligus, maka unsur gabungan kata itu ditulis serangkan dengan imbuhannya. Contoh;

menyebarluaskan pertanggungjawaban melipatgandakan mencampuradukan

Kata turunan yang salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai. Contoh;

Jika kata [maha] merujuk kepada Tuhan dan diikuti oleh kata berimbuhan, maka gabungan keduanya ditulis terpisah dan unser-unsur pembentuknya dimulai dengan huruf kapital. Contoh;

Kita serahkan kepada Tuhan yang Maha Pengasih

(37)

Tapi, jika kata [maha] sebagai unsur gabungan merujuk pada Tuhan, namun diikuti oleh kata dasar, gabungan katanya ditulis serangkai. Ketentuan ini tidak berlaku untuk kata dasar [esa]. Contoh; Hanya Tuhan yang Mahakuasa yang bisa menentukan nasib kita.

Semoga Tuhan yang Maha Esa mengabulkan permohonan kita.

Bentuk-bentuk terikat dari bahasa asing yang sudah kita serap dalam bahasa Indonesia, seperti [pro], [kontra] dan [anti], dapat kita jadikan sebagai kata dasar. Contoh;

Lebih banyak masyarakat yang kontra, ketimbang pro terhadap kebijakan penaikan harga bahan bakar minyak.

Dia selalu anti terhadap jemaat ahmadiyah. Itu tadi uraian tentang kata turunan. 3. BENTUK ULANG

Kata ulang adalah bentuk kata yang merupakan pengulangan kata dasar. Pengulangan ini dapat memiliki atau menciptakan arti baru.

Kata ulang terdiri dari beberapa macam, yaitu: 3.1. Pengulangan seluruh

Kata ulang ini terdiri dari kata dasar yang diulang secara keseluruhan. Contoh: buku – buku, anak – anak, ibu – ibu, bapak – bapak, dan lain – lain. 1. Kami mengumpulkan buku – buku untuk anak – anak korban kebanjiran.

2. Ibu – ibu PKK menghadiri acara yang dilaksanakan oleh ibu walikota pada hari minggu besok. 3. Tanah longsor menimbun rumah – rumah yang ada di kampung Duren pada hari selasa yang lalu. 3.2. Pengulagan sebagian

Kata ulang ini adalah kata ulang yang berasal dari kata dasar yang mengalami pengulangan hanya pada bagian awal atau akhirnya saja.

Contoh: Tetangga, pepohonan, perumahan, perbukitan, dan lain – lain. 1. Orang itu hidup dengan sangat tertutup tak heran tetangga mencurigainya. 2. Ketika aku berlibur di desa, aku melihat perbukitan yang sangat indah.

(38)

BAB 5

PENULISAN KATA

5.1 GABUNGAN KATA GANTI DAN KATA DEPAN

1. Kata ganti ku, kau, mu, dan nya.

Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yangmengikutinya. -ku, -mu

serta-nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Misal : Apa yang kaumiliki boleh kauambil.

Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan. 2. Kata depan di, ke, dan dari

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.

Misalnya :

a. Ayahnya pergi ke luar negeri. b. Bermalam sajalah di sini.

c. Di mana ada Ani, di situ ada Harun. d. Ia datang dari Surabaya kemarin.

e. Ia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan. f. Kain itu terletak di dalam lemari.

g. Ke mana saja ia selama ini?

h. Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke depan. i. Mari kita berangkat ke sekolah.

j. Mereka ada di rumah.

k. Saya pergi ke sana-sini mencarinya. Perhatikan penulisan berikut :

Jangan mengesampingkan persoalan yang penting itu. Kami percaya sepenuhnya kepadanya.

Ia keluar sebentar. Kemarikanbuku itu.

Amin lebih tua daripadaAmat.

Semua orang yang terkemukadi desa itu hadir dalam rapat.

Surat perintah itu dikeluarkandi Jakarta pada tanggal 11 Maret 1966.

Selain sebagai kata depan penulisan di dan ke (sebagai awalan), penulisannya selalu dirangkaikan dengan kata yang mengikutinya.

Misalnya : Diambilnya buku itu dan dimasukkannya ke dalam tas. Akhmad diangkat menjadi ketua dalam perkumpulan itu.

Catatan.

(39)

Bila “di” dan “ke” tidakdapat kita ganti dengan kata “dari”, maka kita katakan sebagai awalan.

Dengan demikian penulisannya dirangkaikan. Sebaliknya jika “di” dan “ke”dapat kita ganti dengan

“dari” tentulah termasuk kata depan dan penulisannya dipisahkandari kata yang mengikutinya.

5.2 KATA “SI DAN “SANG” DAN PARTIKEL

A. Kata si dan sang

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya: sang Kancil, si pengirim B. Partikel lah, kah, tah dan pun.

Partikel lah, kah, tah, ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya : Apakah yang tersirat dalam surat itu?

Bacalah buku itu baik-baik!

Jakarta adalah ibu kota Republik Indonesia. Apatah gunanya bersedih hati?

Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya : Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus. Hendak pulang pun sudah tak ada kendaraan.

Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang. Jika ayah pergi, adik pun ingin pergi.

Catatan.

Kelompok kata yang berikut, yang sudah dianggap padu benar ditulis serangkai: adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun.

Misalnya: Adapunsebab-sebabnya belum diketahui.

Baik mahasiswa, maupun mahasiswi ikut berdemonstrasi.

Misalnya: Harga kain itu Rp 100.000 perhelai

Mereka masuk ke dalam ruangan satu persatu.

7. Ia ikut terjun ketengah kancah perjuangan. 8. Kain itu terletak didalam lemari.

9. Kemana saja ia selama ini?

10. Kita perlu berpikir sepuluh tahun kedepan.

Referensi

Dokumen terkait

The United States remained the leading supplier of apples to the Taiwan market with a market share of 36 percent, followed by Chile (31 percent), New Zealand (14.6 percent), Japan

Hasil uji LSI pada karakter generatif tanaman tanaman kacang panjang yang diuji, secara umum zuriat Hi x Lu memiliki karakter yang lebih rendah dibanding karakter generatif tetua

The subjects used for the research study are doctors, nurses and patients in a clinician to patient consultation scenario, using video teleconferencing support based on

Dalam pandangan Ryff, kesejahteraan psikologis pada seorang individu tidak sekedar terbebas dari perasaan negatif dan problem mental saja, namun lebih kepada sejauh mana

ANALISIS PENERAPAN PSAK NO,27 TERHADAP PENGAKUAN PENDAPATAN DAN BEBAN DALAM PENYAJIAN INFORMASI KEUANGAN YANG WAJAR PADA Ki>RI DARMA KARYA

Hal ini dapat terjadi apabila FBIR meningkat, berarti terjadi peningkatan pendapatan operasional diluar pendapatan bunga dengan persentase lebih besar dibandingkan

Pembangunan suatu kawasan industri memerlukan persyaratan-persyaratan tertentu yaitu harus memenuhi kaidah- kaidah kelayakan teknis, ekonomis dan finansial; di samping dukungan

The biofloc technology (BFT) in indoor tanks: water quality, biofloc composition, and growth and welfare of Nile tilapia (Oreochromis niloticus).. Intensification Of Pond