• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MEDIA MASSA DAN PENGETAHUAN TEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH MEDIA MASSA DAN PENGETAHUAN TEN"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MEDIA MASSA DAN PENGETAHUAN TENTANG

TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP PEMANFAATAN

TEKNOLOGI INFORMASI DAN TINGKAT MODERNITAS

GENERASI MUDA KOTA YOGYAKARTA

C. Teguh Dalyono FKIPUniversitas Sanata Dharma Yogyakarta Jl.Affandi Gejayan Mrican

HP : 081578768181 / e-mail : constegs@yahoo.com

Abstract

The aim of this study is to investigate the extent of utilization of information technology (IT) and the level of modernity of the young generation as well as the contribution of socioeco- nomic status, knowledge of IT, and media consumption on the level of IT utilization and the level of modernity of the urban youth. Data were collected through a set of questionnaires and tests. The subjects of this research were 400 students from seven universities in Yogyakarta, both public and private universities. The data obtained were analyzed by Chi-square test, Kruskal- Wallis, Pearson Product Moment Correlation for descriptive analysis, and multiple regressions for hypothesis testing. The study reveals that the majority of the participants (65.3%) use IT just for their personal needs, especially for communication and entertainment, which are lifestyle oriented. In addition, in terms of modernity level, most of the subjects (71.5%) are at the adap- tive modern level, reflected in the fact that they always follow the current changes in lifestyle, have moderate critical attitudes, but show fair tolerance. The results indicate that mass media consumption appears to give the highest contribution significantly to both the use of IT and the level of modernity; family socioeconomic status is found to considerably contribute to the utili- zation of IT, but not to the level of modernity; and IT knowledge has little contribution toward the use of IT and the level of modernity.

Key words : the use of IT, level of modernity, socioeconomic status, knowledge of IT, mass media

Pendahuluan

Masyarakat Indonesia bersama negara-negara lain yang sedang berkembang, bergerak dengan sebuah dorongan untuk menjadi modern. Modern tidak semata-mata menunjuk pada periode, epos atau zaman, melainkan, dan ini yang lebih penting, juga suatu bentuk kesadaran akan kebaruan (newness). Pemahaman modernitas sebagai kesadaran bersifat epistemologis dalam arti perubahan bentuk-bentuk kesadaran atau pola- pola berpikir, dan bukan perubahan institusional sebuah masyarakat.

Sebagai bentuk kesadaran, modernitas dicirikan oleh tiga hal yakni: subjektivitas

atau kesadaran, kritik, dan

(2)
(3)

C. Teguh Dalyono Pengaruh Media Massa dan Pengetahuan

orangmodern itu progresif, dalam arti mengadakan perubahan-perubahan yang secara kualitatif baru. Ketiga premis ini tidak bisa dipisah-pisahkan karena ketiganya berkorelasi secara inheren.

Akan tetapi modernitas tidak hanya sekadar rasionalitas, kritis, dan progresif. Dalam masyarakat dewasa ini terdapat perubahan struktur yang lebih mengedepankan gaya hidup yang dikuasai oleh image atau citra. Benjamin R. Barber (2003: 115-116), dalam bukunya Jihad vs McWord mengambil Indonesia sebagai contoh sebuah negeri yang ditaklukkan secara damai oleh budaya global (global culture), yang secara olok- olok disebut Barber sebagai McWorld. Artinya kurang lebih adalah dunia yang sudah dikuasai oleh image atau citra. Hal yang semu dianggap nyata dan yang nyata dianggap semu.Artinya, Nike tidak menjual sepatu seperti McDonalds juga tidak menjual hamburger. Nike dan McDonalds menjual gaya hidup.

Sisi lain dari modernitas adalah kemajuan teknologi informasi (TI) dan pemanfaatannya seperti yang nampak dalam kenyataan sekarang ini. TI, langsung atau tidak langsung, telah melahirkan optimisme di masa depan dan semakin memanjakan masyarakat serta mengubah berbagai aspek kehidupan bermasyarakat dengan memberikan berbagai kemudahan di bidang sosial, ekonomi, politik, budaya, dan pendidikan. Kalau sebelumnya orang bersosialisasi dengan berkumpul bersama-sama teman di suatu tempat atau berkenalan dengan orang baru di sebuah acara, maka dilakukan oleh Ogilvy Public Relations Worldwide Jakarta, pada bulan Maretsampai Juli 2006 (Tempo, 22 Oktober 2006). Dengan mengambil sampel 385 pasang anak muda usia 15 - 24 tahun, hasil penelitian ini menunjukkan bagaimana kaum muda

sekarang memanfaatkan TI dan

merepresentasikan kehidupan modern. Di antaranya, 83,3% responden memiliki telpon genggam dan 68,8% memiliki dan menggunakan komputer. Erat kaitannya

(4)

e-mail, dan 25,4% memanfaatkannya kepentingan akses internet. Di samping itu 61% di antara responden mengatakan betapa mereka bisa membikin apa saja (kebutuhan mereka) seperti baju, aksesori, sepatu, musik, majalah yang mereka suka, 82% kaum muda itu bisa menerima prestasi dalam bidang-bidang yang tidak lazim, dan 85% menyatakan tidak takut tampil beda.

Apa yang dipaparkan di atas adalah salah satu bentuk modernitas kaum muda dalam perspektif sosiokultural. Sedangkan modernitas kaum muda dalam perspektif sosioekonomi dapat ditilik dari kisah sukses beberapa mahasiswa Bandung yang menggeluti dunia kewirausahaan (Media Indonesia, 6 Maret 2007).

Para mahasiswa ini masuk dalam arus utama bisnis dengan nilai-nilai dan sikap mental yang dalam perspektif modernitas disebut entre- preneurship atau kewirausahaan. Sebuah konsep dan sikap mental modern kapitalistik yang kini dimasukkan dalam kurikulum di berbagai univer- sitas di Indonesia hanya karena

banyak lulusan perguruan

tinggimenjadipenganggur.

Sarjana penganggur merupakan fenomena di kalangan generasi muda yang berseberangan dengan kenyataan-kenyataan empirik yang digambarkan sebelumnya. Tentang hal ini, Agus Suwignya (2003) menengarai bahwa tingginya sarjana penganggur merupakan salah satu indikator rendahnya mutu intelektualitas mahasiswa perguruan tinggi yang mencakup logika, daya kritis, kedalaman kemampuan analisis, dan disposisi sikap.

Inkonsistensi antara tindakan dan pengetahuan pada diri kaum muda khususnya mahasiswa juga dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya perilaku berlalu lintas. Tidak sedikit kaum muda yang naik atau turun dari kendaraan umum di tempat-tempat yang tidak semestinya, membuang sampah atau menggunakan ponsel ketika sedang mengendarai mobil di jalan, menerobos lampu merah, menikung tanpa menyalakan lampu sign dan sebagainya. Demikian juga perilaku tidak mau antri saat membeli tiket, asyik menggunakan ponsel dalam peristiwa dan suasana yang tidak tepat, misalnya dalam rapat atau di tempat ibadat.

Semua yang dipaparkan di atas

(5)

Thank you for using

www.freepdfconvert.com

service!

Only two pages are converted. Please Sign Up to convert all pages.

Referensi

Dokumen terkait

Budi Pekerti dalam Menanamkan Karakter Religius Siswa di SMK Muhammadiyah 1 Purwokerto Jawa Tengah Tahun Ajaran 2019/2020 Secara konsep, sekolah telah

Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusian, Kelautan, dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Suseno Sukoyono mengatakan bahwa penentuan jenis pelatihan di

Berdasarkan hasil observasi dilapangan informasi yang terkumpul dapat disimpulkan bahwa perempuan memiliki kecenderungan lebih mudah mengambil keputusan pembelian

50 PROSPEK PENGEMBANGAN SYARA' DALAM GERAKAN KELUARGA BERENCANA Dl KABUPATEN

Setelah dilakukan uji Bonferroni dalam mengetahui hubungan antara kadar air filet daging ayam Broiler terhadap waktu perendaman dalam larutan getah pisang, diperoleh

di'eri tiga -ontoh teks tulis untuk meres#on ungka#an mem'eri saran dan ta(aran, sis(a mam#u men)usun lima teks lisan dan lima teks tulis, enam di antaran)a 'enar  d. di'eri satu

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Game Edukasi HOTSNAKER Berbantuan Vlog layak digunakan dalam pembelajaran matematika pada materi Sistem Persamaan Linear Dua