• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Masa Kerja, Riwayat Penyakit, Indeks Masa Tubuh Pekerja Dengan Kejadian Hipotermia Pada Karyawan Logistik PT. X Batam Tahun 2017 | yanti | Jurnal Teknik Ibnu Sina JTIBSI 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hubungan Masa Kerja, Riwayat Penyakit, Indeks Masa Tubuh Pekerja Dengan Kejadian Hipotermia Pada Karyawan Logistik PT. X Batam Tahun 2017 | yanti | Jurnal Teknik Ibnu Sina JTIBSI 1 PB"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

April 2018 | Vol. 3 | No. 1 | ISSN : 2541-2647 Jurnal Teknik Ibnu Sina (JT-IBSI)

Hubungan Masa Kerja, Riwayat Penyakit, Indeks Masa Tubuh

Pekerja Dengan Kejadian

Hipotermia

Pada Karyawan Logistik

PT. X

Batam Tahun 2017

Noviyanti

*1

1STIKes Ibnu Sina; Jl. Teuku Umar - Lubuk Baja

1Program Studi Kesehatan Lingkungan, STIKes Ibnu Sina, Batam

e-mail: *1noviyanti75@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Masa Kerja, Riwayat Penyakit, Indeks Masa Tubuh pekerja dengan kejadian hipotermia di cold storage pada karyawan logistik PT. X Batam tahun 2017. Metode yang digunakan Analitik Kuantitatif dengan disain penelitian survey pendekatan cross sectional, variabel bebasnya (Masa Kerja, Riwayat Penyakit, Indeks Masa Tubuh Pekerja di cold storage) variabel terikat (hipotermia). Untuk menguji variabel data (IMT) menggunakan uji mann-whitney. Populasi 30 responden dengan total sampling, Teknik pengumpulan data dengan kuesioner dan observasi. Hasil penelitian, Tidak ada hubungan variabel IMT (P value 0,069 ˃ α = 0,05), riwayat penyakit (P value 0,0417 ˃ α = 0,05), dengan kejadian hipotermia. Variabel masa kerja (P value 0,011 ˃ α = 0,05) ada hubungan dengan kejadian hipotensi pada karyawan logistik PT. X Batam Tahun 2017. Kesimpulan dari 3 variabel yang diteliti hanya variabel masa kerja yang berhubungan dengan kejadian hipotensi karyawan logistik PT. X Batam Tahun 2017 dimana α <0,05 maka Ho ditolak. Saran diharapkan pihak perusahaan mengadakan pemeriksaan berkala 1x 6 bulan atau 1 x 12 bulan, kepatuhan dalam pemakaian APD, serta penyuluhan bahaya- bahaya bekerja ditempat dingin.

Kata kunci

Masa Kerja, Riwayat Penyakit, Indeks Masa Tubuh,

Hipotermia

Abstract

Study aims to determine the relationship of Work Period, Disease History, Worker Body Index with the incidence of hypothermia in cold storage on logistics employees of PT. X Batam in 2017. The method used by Quantitative Analytic with survey design is cross sectional approach, independent variable (Working Period, Disease History, Working Body Index of Worker in cold storage) dependent variable (hypothermia). To test the data variable (IMT) using the mann-whitney test. Population of 30 respondents with total sampling, Technique of collecting data with questioner and observation. Result of research, there is no relation of IMT variable (P value

0,069 ˃ α = 0,05), history of disease (P value 0,0417 ˃ α = 0,05), with hypothermia occurrence.

Variable working period (P value 0,011 ˃ α = 0,05) there is correlation with incidence of hypotension at logistic employee of PT. X. Batam Year 2017. The conclusion of the 3 variables studied only variable working period associated with the occurrence of hypotension logistics

employees of PT. X Batam Year 2017 where α <0,05 then Ho rejected. Suggestions are expected

by the company to conduct periodic inspection 1x 6 months or 1 x 12 months, compliance in the use of PPE, and counseling the dangers of working in cold place.

(2)

1. PENDAHULUAN

Hipotermia

adalah penurunan suhu inti tubuh dibawah 35°C.

Hipotermia

terjadi

saat tubuh tidak dapat memproduksi panas tubuh yang cukup untuk menggantikan panas

tubuh yang hilang ke lingkungan dan ini dapat terjadi pada suhu 18,3°C (Wald, 2002).

Pajanan dingin merupakan bahaya fisik yang dapat menimbulkan

cold stress,

dapat

berupa penyesuaian fisiologis, efek dari bekerja di suhu dingin yang dapat mengakibatkan

hipotermia

(Suma’mur, 2014).

Suma’mur (2014) mengatakan bahwa yang menjadi nilai ambang batas cuaca iklim kerja adalah dengan suhu 21-30ᵒC suhu basah. Suhu yang sangat rendah dapat menimbulkan berbagai penyakit dan masalah kesehatan dan terutama yang bekerja di perindustrian khususnya pada pekerjaan di kamar pendingin. International Labour Organization (2009) di sebuah studi Portugal mengenai lingkungan dingin menunjukkan persentase yang sangat signifikan dari pekerja yang berulang kali terpajan pada kondisi ekstrim tersebut tanpa menggunakan pakaian pelindung, sekitar 20 – 40 % pekerja berada pada situasi yang sangat kritis, studi tersebut menganalisa sekitar 32 sektor industri dari 6 aktivitas kegiatan yang terdapat pada 101 tempat kerja. Hasil pengukuran terhadap 3.667 pekerja yang diteliti, terdapat sepertiganya (1.151 pekerja) terpajan dingin (Nugroho, 2009).

Penelitian tentang hipotermiadi Indonesia telah dilakukan pada control room 1B Kujang tahun 2009, pada 36 populasi 91,7% merasa terganggu dengan suhu dingin, diantaranya kulit terasa dingin dan pucat 94,4%, otot terasa kaku 80,6%, dan menggigil 72,2%. Diketahui bahwa 72 % mengalami hipotermia ringan (Nugroho, 2009)

Rumusan Masalah

Bagaimana Hubungan Masa Kerja, Riwayat Penyakit, Indeks Masa Tubuh individu pekerja di cold storage dengan kejadian hipotermia pada karyawan logistik PT. Bentoro. Adisandi Ivena Batam Tahun 2017.

2. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian Kuantitatif Analitik. Disain atau rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian survey analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional, dan untuk menguji satu variabel data (IMT) atau data interval menggunakan uji mann-whitney.Populasi dan sampel adalah seluruh karyawan PT Bentoro Adisandi Ivena Batam berjumlah 30 responden, total sampling.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Masa Kerja

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Masa Kerja Pada Karyawan Logistik PT. X Batam Tahun 2017

Masa Kerja Frekuensi Persentase < 10 Tahun 25 83,3

> 10 tahun 5 16,7

Total 30 100

(3)

Jurnal Teknik Ibnu Sina (JT-IBSI), Sekolah Tinggi Teknik Ibnu sina – Batam 3.2. Indeks Massa Tubuh

Distribusi frekuensi responden menurut indeks massa tubuh pada karyawan logistikPT. X Batam Tahun 2017 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Indeks Massa Tubuh Indeks Massa

Tubuh

Frekuensi Persentase

Kurus 9 30

Normal 16 53,3

Overweight 5 16,7

Obese 0 0

Total 30 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden terbanyak adalah yang memiliki indeks massa tubuh normal ada 16 responden (53,3%), sedangkan yang memiliki indeks massa tubuh kurus ada 9 responden (30%), dan yang memiliki indeks massa tubuh overweight ada 5 responden (16,7%), dan yang tidak ada responden yang memiliki indeks massa tubuh obese pada pekerja logistikPT. X Ivena Batam Tahun 2017.

3.3. Riwayat Penyakit

Distribusi frekuensi responden menurut riwayat penyakit pada karyawan logistic PT. X Batam Tahun 2017 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Riwayat Penyakit Pada Karyawan Logistik PT. X Batam

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang terbanyak adalah yang tidak memiliki riwayat penyakit ada 19 responden (63%), dan yang memiliki riwayat penyakit ada 11 responden (37%).

Distribusi frekuensi kejadian hipotermia pada karyawan logistikPT. X Batam Tahun 2017 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Kejadian Hipotermia Pada Karyawan Logistik PT. X Batam Tahun 2017

Hipotermia Frekuensi Persentas

Ya 8 26,7

Tidak 22 73,3

Total 30 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa yang hipotermia ada 8 responden (27%), dan yang tidak hipotermia ada 22 responden (73%).

3.4. Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Hipotermia

Hubungan indeks massa tubuh dengan kejadian hipotermia pada karyawan logistik PT. Bentoro Adisandi Ivena Batam Tahun 2017, berdasarkan penelitian dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Riwayat Penyakit

Frekuensi Persentase

Ya 11 37

Tidak 19 63

(4)

Tabel 5. Hubungan IMT Dengan Kejadian Hipotermia Pada Karyawan Logistik PT. X Batam Tahun 2017

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang terbanyak hipotermia yaitu yang memiliki IMT normal ada 4 responden (14%), dan yang tidak hipotermia ada 12 responden (40%). Respoden yang memiliki IMT kurus yang hipotermia ada 1 responden (3%), dan yang tidak hipotermia ada 8 responden (26%). Sedangkan yang memiliki IMT overweight yang hipotermia ada 3 responden (10%), dan yang tidak hipotermia ada 2 responden

(7%). Dalam penelitian ini tidak ditemukan responden yang memiliki IMT obese. Berdasarkan uji statistik didapatkan p value= 0,069 dimana α > 0,05 maka Ho diterima atau tidak ada hubungan antara indeks massa tubuh dengan kejadian hipotermia pada karyawan logistik PT. X Batam Tahun 2017.

3.5. Hubungan Masa Kerja Dengan Hipotermia

Hubungan masa kerja dengan kejadian hipotermia pada karyawan logistik PT. X Batam Tahun 2017, berdasarkan penelitian dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 6. Hubungan Masa Kerja Dengan Kejadian Hipotermia Pada Karyawan Logistik PT. X Batam Tahun 2017

Dari tabel dapat dilihat bahwa responden yang memiliki masa kerja dibawah 10 tahun mengalami hipotermia ada 4 responden (13,5%), dan yang tidak hipotermia ada 21 responden (70%). Sedangkan yang bekerja diatas 10 tahun yang mengalami hipotermia ada 4 responden (13,5%), dan yang tidak hipotermia ada 1 responden (3 %).

Berdasarkan uji statistik didapatkan p value= 0,011 dimana α < 0,05 maka Ho ditolak maka dapat dikatakan ada hubungan antara masa kerja dengan kejadian hipotermia pada karyawan logistik PT. X Batam Tahun 2017.

3.6. Hubungan Riwayat Penyakit dengan Kejadian Hipotermia

Tabel 7. Hubungan Riwayat Penyakit Dengan Kejadian Hipotermia Pada Karyawan Logistik PT. X Batam Tahun 2017

IMT Hipotermia Total P

Hipotermia Total P value

Ya Tidak

N % n % N %

Ada 4 13,5 7 23 11 36 0,417 Tidak ada 4 13,5 15 50 19 64

(5)

Jurnal Teknik Ibnu Sina (JT-IBSI), Sekolah Tinggi Teknik Ibnu sina – Batam

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang ada riwayat penyakit yang hipotermia ada 4 responden (13,5%), dan yang tidak hipotermia ada 7 responden (23%), sedangkan responden yang tidak ada riwayat penyakit yang hipotermia ada 4 responden (13,5%) dan yang tidak hipotermia ada 15 responden (64%). Berdasarkan uji statistik didapatkan p value = 0,417 dimana α > 0,05 maka Ho diterima atau tidak ada hubungan riwayat penyakit

dengan kejadian hipotermia pada karyawan logistik PT. Bentoro Adisandi Ivena Batam Tahun 2017 dengan kejadian hipotermia pada karyawan logistik PT. X Batam Tahun 2017.

3.7. Masa Kerja

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa responden yang terbanyak adalah responden yang bekerja dibawah 10 tahun ada 25 responden (83,3%), dan responden yang bekerja diatas 10 tahun ada 5 responden (16,7%). Masa kerja merupakan suatu kurun waktu atau lama tenaga kerja bekerja di suatu tempat. Manusia dapat beradaptasi dengan suhu lingkungan yang dingin paling cepat dalam waktu dua minggu dengan paparan kurang dari satu hari sesuai dengan kondisi fisik yang baik dan memampuan aklimatisasi (Suma’mur, 2009). Cecep (2013) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa masa kerja merupakan faktor yang dapat mempengaruhi terjadi kecelakaan atau penyakit akibat kerja, semakin lama seseorang bekerja di suatu tempat maka risiko terjadinya penyakit akibat kerja semakin besar.

3.8. Indeks Massa Tubuh

Hasil penelitian di dapat bahwa responden terbanyak adalah yang memiliki indeks massa tubuh normal ada 16 responden (53,3%), sedangkan responden yang memiliki indeks massa tubuh kurus ada 9 responden (30%), dan yang memiliki indeks massa tubuh overweight ada 5 responden (16,7%), dan responden tidak ada yang memiliki indeks massa tubuh obese pada pekerja logistik PT. Bentoro Adisandi Ivena Batam Tahun 2017.Indeks massa tubuh (IMT) merupakan cara sederhana untuk mengetahui status gizi orang dewasa dengan membandingkan berat badan (kg) dan tinggi badan (m) seseorang (Cecep, 2013).Ladou (2004) dalam bukunya mengatakan indeks massa tubuh kurus lebih rentan terkena hipotermia dibanding tubuh yang gemuk, dikarenakan tumpukan lemak dibawah otot yang banyak mengakibatkan panas didalam tubuh menjadi stabil.

3.9. Riwayat Penyakit

Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa responden yang terbanyak adalah responden yang tidak memiliki riwayat penyakit ada 19 responden (63%), dan respoden yang memiliki riwayat penyakit ada 11 responden (37%).Riwayat penyakit adalah pengalaman sakit seseorang yang berisiko tinggi terhadap bahaya di lingkungan kerja. Penyakit pada responden antara lain kolesterol, flu, diare, maag, demam, migrain, dan batuk (Nugroho, 2009).Ladou (2004) penyakit-penyakit akut maupun kronik yang harus diperhatikan dan berisiko hipotermia adalah penyakit jantung, kencing manis, ginjal, stroke dan syaraf.

Hasil penelitian dapat diketahui bahwa responden yang hipotermia ada 8 responden (26,7%) dan yang tidak hipotermia ada 22 responden (73,3%). Walau yang hipotermia lebih sedikit dari yang tidak hipotermia, hal ini harus diperhatikan dengan serius, karena hipotermia dapat membunuh seseorang dengan sangat cepat dengan gejala tidak terlihat.

Hipotermia adalah merupakan penurunan suhu inti tubuh dibawah 35ᵒC. Hipotermia dihasilkan saat tubuh tidak dapat memproduksi panas yang cukup sehingga untuk menggantikan panas yang hilang ke lingkungan (Wald, 2002). Ladou (2004) Current Occupational and Environment dalam bukunya mengatakan bahwa hal – hal yang mempengaruhi hipotermia antara lain suhu udara, kelembaban, kecepatan angin, durasi pajanan, pakaian pelindung serta energi yang dikeluarkan.

3.10. Analisis Bivariat

3.10.1. Hubungan Umur dengan Hipotermia

(6)

(7%). Hasil uji statistik didapatkan p value = 0,166 dimana α >0,05 maka Ho diterima atau tidak ada hubungan umur dengan hipotermia.

Penelitiannya bertentangan dengan penelitian Nugroho (2009) dari 36 populasi yang dilakukan di control room 1 B Kujang bahwa ada hubungan umur dengan hipotermia dimana p value = 0,034.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Wald Peter (2002) yang menyebutkan bahwa setiap tahunnya di Amerika dari 700 kematian disebabkan oleh hipotermia, kebanyakan berusia 60 tahun atau lebih, dan usia muda juga berisiko hipotermia tergantung paparan dinginnya.

Pihak PT. X Batam menempatkan pekerja logistikyang berumur 26-45 tahun karenakan kondisi fisik yang masih prima dan jenis pekerjaan yang mengharuskan mengambil dan mengangkat barang dengan cepat di dalam cold storage dengan menggunakan APD lengkap seperti penutup kepala, jaket, kaos kaki, dan sepatu.

3.10.2. Hubungan Masa Kerja dengan Hipotermia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 responden yang bekerja <10 tahun yang mengalami hipotermia ada 4 responden (13,5%) dan yang bekerja >10 tahun yang hipotermia ada 4 responden (13,5%). Hasil uji statistik didapatkan p value= 0,011 dimana α < 0,05 maka Ho ditolak atau ada hubungan masa kerja dengan hipotermia.

Cecep (2013) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa masa kerja adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadi kecelakaan atau penyakit akibat kerja, karena semakin lama seseorang bekerja di suatu tempat maka risiko terjadinya penyakit akibat kerja akan semakin besar. Berbagai penelitian juga mengatakan bahwa dengan meningginya pengalaman dan keterampilan akan disertai dengan penurunan angka kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Menyebabkan kewaspadaan terhadap kecelakaan kerja akan bertambah baik sejalan dengan pertambahan usia dan lamanya kerja ditempat kerja.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Cecep (2013) dimana ada hubungan masa kerja dengan hipotermia dimana p value = 0,011 maka Ho ditolak. Bila tenaga kerja baru di suatu PT biasanya belum mengetahui secara mendalam seluk-beluk pekerjaannya. Penelitian dengan studi restropektif di hongkong dengan 383 kasus membuktikan bahwa kecelakaan dan penyakit akibat kerja terjadi pada buruh yang mempunyai pengalaman kerja dibawah 1 tahun.

3.10.3. Hubungan Indek Massa Tubuh dengan Hipotermia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 responden yang memiliki IMT normal yang mengalami hipotermia ada 4 responden (14%), IMT kurus yang hipotermia ada 1 responden (3%), dan IMT overweight yang hipotermia ada 3 responden (10%). Hasil uji statistik didapatkan p value= 0,069 dimana α > 0,05 maka Ho diterima atau tidak ada hubungan indeks massa tubuh dengan hipotermia. Namun bila dilihat lebih teliti proporsi terbanyak yaitu responden dengan IMT normal.

Indeks massa tubuh (IMT) adalah suatu cara sederhana untuk mengetahui akan status gizi orang dewasa dengan cara membandingkan berat badan (kg) dan tinggi badan (m) seseorang (Cecep, 2013).

Sherwod (2011) IMT merupakan alat guna mengetahui normal atau tidaknya status gizi yang dimiliki. Semakin tinggi IMT Maka jumlah lemak dalam tubuh semakin banyak. Kehilangan panas akan cepat terjadi apabila seseorang memiliki tubuh yang kurus karena tubuh yang kurus akan memiliki sedikit lemak untuk dapat menghantarkan panas tubuh dan melindungi tubuh dari paparan suhu dingin.

(7)

Jurnal Teknik Ibnu Sina (JT-IBSI), Sekolah Tinggi Teknik Ibnu sina – Batam 3.10.4. Hubungan Riwayat Penyakit dengan Hipotermia

Hasil penelitian dari 30 responden menunjukkan bahwa p value = 0,417 dimana α > 0,05 maka Ho diterima atau tidak ada hubungan riwayat penyakit dengan hipotermia. Tidak ada responden yang memiliki riwayat penyakit yang berisiko mengalami hipotermia diantaranya penyakit jantung, kencing manis, penyakit ginjal, dan stroke. Riwayat penyakit yang diderita diantaranya kolestrol,flu, diare, maag, demam, migrain, dan batuk.

Riwayat penyakit adalah merupakan pengalaman sakit seseorang yang berisiko tinggi terhadap bahaya di lingkungan kerja. Penyakit yang sering terjadi pada responden antara lain kolesterol, flu, diare, maag, demam, migrain, dan batuk (Nugroho, 2009). Ladou (2004) menyebutkan penyakit-penyakit akut maupun kronik tersebut yang harus diperhatikan dan akan berisiko menyebabkan terjadinya hipotermia adalah penyakit jantung, kencing manis, ginjal, stroke dan syaraf. Hal ini sejalan dengan penelitian Nugroho (2009) bahwa dari 36 populasi yang diteliti hanya ada 2 responden (5,6%) yang memiliki riwayat penyakit yang berisiko hipotermia dan sisanya tidak memiliki riwayat penyakit yang berisiko hipotermia, dimana p value = 0,617

4. SIMPULAN

1. Dari 30 responden berdasarkan masa kerja pada didapat, sebagian besar memiliki masa kerja <10 tahun ada 25 responden (83,3%).

2. Dari 30 responden berdasarkan indeks massa tubuh sebagian besar memiliki IMT normal ada 16 responden (53,3%).

3. Dari 30 responden berdasarakan riwayat penyakit sebagian besar responden tidak memiliki riwayat penyakit ada 19 responden (63%).

4. Dari 30 responden kejadian hipotermia ada 8 responden (26,7%).

5. Ada hubungan masa kerja dengan kejadian hipotermia dengan p value = 0,011 dimana α <0,05 maka Ho ditolak.

6. Tidak ada hubungan IMT dengan kejadian hipotermia dengan p value = 0,069 dimana α >0,05 maka Ho diterima.

7. Tidak ada hubungan riwayat penyakit dengan kejadian hipotermia dengan, p value = 0,417 dimana α >0,05 maka Ho diterima.

5. SARAN

Bagi Pekerja

1. Menggunakan APD lengkap (penutup kepala, sarung tangan, jaket, kaos kaki, dan sepatu safety) selama berada atau bekerja didalam cold storage.

2. Mengkonsumsi makanan bergizi serta vitamin Bagi Perusahaan

1. Mengadakan pemeriksaan kesehatan awal, berkala 6 bulan, 12 bulan sekali. 2. Pemberian sanksi bagi karyawan yang tidak menggunakan APD.

3. Penyuluhan Kesehatan tentang bahaya yang ditimbulkan oleh tempat kerja.

UCAPAN TERIMA KASIH

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, R.H. & Setiawan. A. (Ed). (2012). Fisika kesehatan. Yogjakarta :Nuha Medika.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik. Ed Revisi VI. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Colling, D. (1990). Industrial Safety Management and Technology. (Online).http://www.repository.uinjkt.ac.id, di akses 20 Maret 2017

Cecep, T. (2013). Kesehatan lingkungan dan k3. Yogyakarta : Nuha Medika.

Gabriel, J.F. (2001). Fisika lingkungan. Jakarta : Hipokrates.

Gibson, James. (1995). Organisasi, Perilaku, Struktur, dan Proses. Jakarta :Binarupa Aksara.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 51 Tahun 1999 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisik di Tempat Kerja. (1999). Jakarta.

Ladou, Joseph (2004) Current Occupational and Environment. National Safety Illinois.

Nugroho, S. (2009). Pajanan suhu dingin terhadap kejadian hipotermia. Disertasi tidak diterbitkan. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.

Notoadmojo, S. (2005). Metode penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

__________ (2010). Metode penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Occupational Safety and Health. (2013). Job safety analysis, (Online), (http://www.ccohs.ca/ohsanswers/hsprograms/job-haz.html, diakses 3 juni 2017).

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik IndonesiaNomor 8 Tahun 2010 Tentang Alat Pelindung Diri. (2010). Jakarta.

PT. Bentoro Adisandi Ivena. (2017). Company profile. Batam.

Sherwood, (2011). Fisiologi manusia. Edisi ke-2. EGC.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Gambar

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Indeks Massa Tubuh
Tabel 5. Hubungan IMT Dengan Kejadian Hipotermia

Referensi

Dokumen terkait

Ucapan terimakasihku kepada Dosen Pembimbing saya yang selalu membimbing, menuntun dan memberikan dorongan semangat kepada saya untuk dapat menyelesaikan tugas akhir

sebesar Rp 1,00 dalam usahatani tersebut akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,84. Berdasarkan nilai R/C usahatani jagung di Kecamatan Selong Kabupaten Lombok

Jika dari kedua sumber tersebut ia tidak menemukan kepastian hukum dari ma salah yang sedang dikaji, Wahbah Al-Zuhaily kemudian memperhatikan be be rapa pendapat- pandapat

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufiq, hidayah, serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Berbagai

Identifikasi Bakteri Asam Laktat Isolat 9A dari Kolon Sapi Bali sebagai Probiotik melalui Analisis Gen 16S rRNA3. (Studies on Lactic Acid Bacteria Isolate 9A from Bali Cattle'

Biaya yang dikeluarkan pedagang sapi antar daerah relatif besar yaitu rata-rata Rp 226.090,55/ ekor, yang meliputi biaya pra transaksi (telepon, biaya pencarian sapi), biaya

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh fraksi yang memiliki efek penghambatan aktivitas α-glukosidase tertinggi dari ekstrak etanol daun garu dan mengidentifikasi

Dalam latihan ini file vektor berformat Digital Line Graph (DGL) akan digunakan sebagai base map pada citra LANDSAT TM yang belum memiliki koordinat.. Membuat GCP’s dari