• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK OUT DOOR PADA SISWA KELAS VIII F SEMESTER GENAP SMPN 8 BANDAR LAMPUNG Rumdiyati Ningsih SMP Negeri 8 Bandar Lampung ABSTRACT - View of Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Menggunakan Teknik O

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK OUT DOOR PADA SISWA KELAS VIII F SEMESTER GENAP SMPN 8 BANDAR LAMPUNG Rumdiyati Ningsih SMP Negeri 8 Bandar Lampung ABSTRACT - View of Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Menggunakan Teknik O"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Rumdiyati Ningsih

SMP Negeri 8 Bandar Lampung ABSTRACT

This study aims to determine the student's ability to write poetry before using the technique of out door and after using the technique out door. The object of this research is class VIII SMPN 8 F Bandar lampung year 2013/2014. Data collection techniques performed through three times the test is the first test done free writing poems in class, second and third test write poetry using the technique out door individually (test 2) and in groups (test 3).

The result showed that in the first test when the students write poetry in the classroom, students are less passionate and as difficult to find the words to be poetry. In the second and third tests students taken out of class, the students began to seem pleased to observe something that is in front of his eyes. Students began to write with passion. Like wise, in the third test, students seem more excited because they equate with a theme of words with a friend group. Then revealed his imagination in the form of poetry.

The results of the third test is the percentage of the average value of the first test at 72.57, the average value of the second test 80 and the average value of the third test, namely 85.33 So, the difference between the first and second test is 7.43 percent, the difference between the second and third tests, namely 5.33 percent. Thus the use of techniques out door can improve the ability to write poetry in class VIII SMP Negeri 8 F Bandarlampung.

(2)

2 LENTERA

STKIP-PGRI Bandar Lampung, Vol. 1 2015 PENDAHULUAN

Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus diajarkan pada siswa mulai dari SD sampai dengan perguruan tinggi. Dengan adanya aturan di atas seharusnya siswa SMP kelas VIII sudah dapat menuliskan puisi bebas dengan diksi yang sesuai dan rima yang beraturan. Namun kenyataan di kelas berbeda dengan tujuan tersebut. Siswa kelas VIII F belum mampu menuliskan puisi bebas dengan baik. Siswa masih banyak menulis dengan diksi yang tidak tepat antara baris pertama dengan baris berikutnya tidak nyambung. Padahal puisi merupakan sebuah ungkapan yang menarik dan cocok untuk siswa tingkat sekolah menengah pertama.

Siswa mengalami kebuntuan dalam menulis puisi bebas dikarenakan guru belum menggunakan teknik yang kurang tepat dalam mengajar di kelas. Siswa kurang tertarik untuk menulis puisi. Siswa kesulitan menuangkan ide dalam menulis puisi, siswa masih kurang serius jika diberi palajaran menulis. Pilihan kata yang digunakan masih banyak yang kurang tepat. Hal itu dikarenakan kurangnya siswa latihan menulis dan kurangnya guru menggunakan teknik yang tepat yang membuat siswa terangsang untuk menulis dan siswa tertarik untuk menulis puisi.

Di dalam kurikulum 2006 mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia menggunakan pendekatan komunikatif. Dalam rambu-rambu kurikulum 2004 itu dinyatakan secara tersurat bahwa pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia digunakan pendekatan komunikatif. Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat berkomunikasi. Oleh karena itu, setiap warga dituntut untuk terampil berbahasa Indonesia. Bila setiap warga sudah terampil berbahasa, komunikasi antarwarga akan berlangsung dengan baik. (Depdiknas, 2003). Selanjutnya dalam kurikulum berbasis kompetensi itu dinyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian maksud pembicara kepada orang lain dengan menggunakan saluran tertentu.

Maksud komunikasi dapat berupa pengungkapan pikiran, gagasan, perasaan, pendapat, persetujuan, keinginan, penyampaian informasi tentang suatu peristiwa, dan lain-lain. Hal ini disampaikan dalam aspek kebahasaan yang berupa kata, kalimat, paragraf (komunikasi tulis) atau paraton (komunikasi lisan), ejaan dan tanda baca dalam bahasa tulis, serta unsur-unsur prosodi (intonasi, nada, irama, tekanan, tempo) dalam bahasa lisan.

(3)

3 LENTERA

STKIP-PGRI Bandar Lampung, Vol. 1 2015

diciptakan dengan memperhatikan beberapa faktor, antara lain memperhatikan siapa yang diajak berkomunikasi, situasi, tempat, isi komunikasi, dan media yang digunakan.Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat untuk berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonnesia diarahkan agar siswa terampil berkomunikasi dan kepedulian sosial, penumbuhan apresiasi budaya dan penyaluran gagasan, imajinasi dan ekspresi secara kreatif dan konstruktif, baik secara lisan maupun tertulis. Siswa dilatih lebih banyak menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, tidak dituntut lebih banyak untuk menguasai pengetahuan tentang bahasa.

Pendekatan komunikatif sebagaimana dinyatakan secara tersurat dalam kurikulum 2004 kompetensi itu haruslah diarahkan pada hakikat bahasa dan sastra Indonesia sebagai alat komunikasi. Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses negosiasi pesan dalam suatu konteks atau situasi (Sampson, 1976).

Tugas guru adalah melatih siswa agar mahir berkomunikasi, yaitu mahir menyimak, mahir berbicara, mahir membaca, dan mahir menulis dalam bahasa Indonesia dalam berbagai ragam peristiwa komunikasi. Termasuk dalam kemahiran berkomunikasi ini adalah kemahiran sastra atau kemahiran bersastra. Oleh karena itu, pemilihan dan pengembangan media pembelajaran bahasa dan satra Indonesia haruslah didasarkan pada realitas penggunaan bahasa dan sastra itu sebagai alat komunikasi.

(4)

4 LENTERA

STKIP-PGRI Bandar Lampung, Vol. 1 2015 METODE PENELITIAN

Penelitian Tindakan kelas ini dilakukan terhadap siswa kelas VIII F semester genap tahun pelajaran 2013/2014, yang berjumlah 21 orang. Penelitian ini direncanakan tiga siklus. Setiap siklusnya terdiri atas dua kali pertemuan. Pertemuan pertama terdiri dari 2 x 40 menit. Pertemuan kedua merupakan kelanjutan dari pertemuan pertama. Pertemuan kedua dan ketiga sama dengan pertemuan pertama yaitu dua kali pertemuan setiap pertemuan 2 x 40 menit.

Siklus Pertama

1) Guru menjelaskan Kompetensi Dasar yang harus dicapai siswa. 2) Guru bertanya jawab tentang puisi.

3) Siswa berdiskusi tentang tema yang akan dibuat puisi.

4) Guru memotivasi siswa untuk dapat memulai menulis puisi dengan kalimat yang sederhana.

5) Siswa menulis puisi berdasarkan tema yang dibuatnya.

6) Guru dan siswa membuat penskoran penilaian puisi berdasarkan kesepakatan.

7) Puisi yang sudah selesai, dibacakan dan dinilai.

8) Puisi yang sudah dinilai dimasukkan pada table daftar nilai. Siklus Kedua

1) Guru menjelaskan Kompetensi Dasar yang akan diberikan

2) Siswa menyimak tugas yang diberikan guru yaitu menulis puisi di luar kelas (menggunakan teknik out door)

3) Guru menjelaskan cara menulis puisi yang dilakukan siswa dengan mengamati langsung hal-hal yang berada di luar kelas

4) Siswa diajak ke luar kelas untuk mengamati objek yang ada di sekitar sekolah.

5) Sebelum menulis, siswa menentukan tema yang akan ditulisnya. 6) Setelah mengamati objek yang ada di sekitar sekolah, siswa mulai

menulis puisi bebas dengan teknik out door (di luar kelas) 7) Puisi yang sudah selesai ditulis lalu dikumpulkan kepada guru

8) Sebelum mengoreksi pekerjaan siswa, guru menginformasikan bahwa penskoran penilaian puisi masih menggunakan penskoran yang sama dengan siklus pertama.

(5)

5 LENTERA

STKIP-PGRI Bandar Lampung, Vol. 1 2015 Siklus ketiga

1) Guru menjelaskan Kompetensi Dasar yang sama dengan pertemuan sebelumnya.

2) Guru dan siswa bertanya jawab tentang pembelajaran sebelumnya. 3) Guru menjelaskan tentang penggunaan diksi (pilihan kata pada puisi

yang masih belum bermajas, belum nyambung dan pada penulisan siklus tiga diharapkan juga puisinya sudah menggunakan pilihan kata yang sesuai dan menarik serta persajakan yang teratur.

4) Siswa diajak ke luar kelas kembali untuk menulis puisi tetapi secara berkelompok, boleh diskusi tentang puisi yang mau dibuatnya. Boleh saling menyumbang kata dengan teman kelompoknya.

5) Jika sudah mendapatkan idenya lalu setiap siswa menulis puisi masing-masing.

6) Puisi yang sudah selesai, dinilai guru berdasarkan penskoran yang sudah disepakati (penskoran masih sama dengan siklus sebelumnya) 7) Puisi yang sudah dinilai dimasukkan pada tabel daftar nilai

Adapun taraf keberhasilan tindakan dan rambu-rambu analisis hasil menulis puisi sebagai alat untuk menentukan keberhasilan sebagai berikut.

Tabel 1 Taraf Keberhasilan Tindakan Pencapain Tujuan

Pembelajaran

Skor/Nilai Kualifikasi Tingkat Keberhasilan Pembelajaran 85-100 % 3 Sangat Baik (SB) Berhasil

65-84 % 2 Baik (B) Berhasil

55-64 % 1 Kurang (K) Tidak Berhasil

0-54 % 0 Sangat Kurang

(SK)

Tidak Berhasil

Tabel 2 Rambu-rambu Analisis Hasil Menulis Pencapain Tujuan

Pembelajaran

Skor/Nilai Kualifikasi Tingkat Keberhasilan Pembelajaran

85-100 % 4 Sangat Baik (SB) Berhasil

65-84 % 3 Baik (B) Berhasil

55-64 % 2 Cukup (C) Tidak Berhasil

45-54 % 1 Kurang (K) Tidak Berhasil

(6)

6 LENTERA

STKIP-PGRI Bandar Lampung, Vol. 1 2015 Penskoran Menulis Puisi

1. Kesesuaian judul dengan isi

No. Deskripsi Skor

1. Judul sesuai dengan isi 3

2. Judul sesuai tapi kurang tepat dengan isi penulisannya

2

3. Judul tidak sesuai dengan isi 1

4. Tidak menuliskan judul 0

Jumlah skor maks 3

2.Kesesuaian Isi dengan Tema

No. Deskripsi Skor

1. Isi karangan sesuai dengan tema 3 2. Isi karangan kurang sesuai

dengan tema

2

3. Isi karangan tidak sesuai dengan tema

1

Jumlah skor maksimal 3

3. Diksi/ pilihan kata

No. Deskripsi Skor

1. Penggunaan pilihan kata tepat (tidak ada kesalahan)

3

2. Ada sedikit kesalahan penggunaan pilihan kata 3

2

3. Pilihan kata banyak yang salah (lebih dari 3)

1

Jumlah skor maksimal 3

4 .kebersihan dan kerapihan/keterbacaan

No. Deskripsi Skor

1. Karangan bersih dan rapih serta dapat dibaca

3

(7)

7 LENTERA

STKIP-PGRI Bandar Lampung, Vol. 1 2015 tapi terbaca

3. Karanagan kurang bersih dan tidak rapih tapi terbaca

1

Jumlah skor maksimal 3

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berikut ini adalah tabel hasil distribusi frekuensi dan presentase rentang skor siswa pada siklus pertama (menulis puisi di ruang kelas)

Tabel 3 Distribusi frekkuensi dan persentase rentang skor siswa pada siklus pertama

No. Rentang Skor Frekuensi Persentase Predikat

1. 90 -100 % 1 5 BS

2. 80 – 89 % 6 28 B

3. 70 – 79 % 5 24 C

4. 60 – 69 % 5 24 K

5. 0 – 59 % 4 19 KS

Jumlah 21 100

Pada tabel 3 dapat diketahui bahwa kemampuan menulis puisi bebas tanpa menggunakan teknik outdoor, siswa yang mempunyai kategori sangat baik berjumlah 1 orang (5%), kategori baik berjumlah 6 orang (28%) kategiri cukup 5 orang (24%), kategori kurang 5 orang (24%), dan kategiri kurang sekali 4 orang (19%). Jadi nilai rata-rata siswa dalam menulis puisi bebas tanpa menggunakan teknik outdoor yaitu 72, 57 % dengan kategori cukup.

Tabel 4. Distribusi frekkuensi dan persentase rentang skor siswa pada siklus 2

No. Rentang Skor Frekuensi Persentase Predikat

1. 90 -100 % 2 10 BS

2. 80 – 89 % 11 52 B

3. 70 – 79 % 7 33 C

4. 60 – 69 % 1 5 K

5. 0 – 59 % - - KS

(8)

8 LENTERA

STKIP-PGRI Bandar Lampung, Vol. 1 2015

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa kemampuan siswa menulis puisi bebas dengan menggunakan teknik outdoor dengan kategori baik sekali berjumlah 2 orang (10%), kategori baik 11 orang (52%) kategiri cukup 7 orang ( 33 %), dan kategiri kurang 1 orang ( 5%). Jadi nilai rata-rata siswa dalam menulis puisi bebas setelah menggunakan teknik outdoor yaitu 80% dengan kategori baik

Tabel 5 Distribusi frekuensi dan persentase rentang skor siswa (siklus 3) No. Rentang Skor Frekuensi Persentase Predikat

1. 90 -100 % 8 38 BS

2. 80 – 89 % 9 43 B

3. 70 – 79 % 3 14 C

4. 60 – 69 % 1 5 K

5. 0 – 59 % 0 0 KS

Jumlah 21 100

Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa kemampuan siswa menulis puisi bebas setelah menggunakan teknik outdoor mempunyai kategori baik sekali berjumlah 8 orang ( 38%), kategori baik berjumlah 9 orang (43 %) kategori cukup berjumlah 3 orang (14 %), dan kategori kurang 1 orang (5 %). Jadi nilai rata-rata siswa dalam menulis puisi bebas setelah menggunakan teknik outdoor yaitu 85,33 % dengan kategori baik.

Grafik 1 Perbandingan Hasil Tes Siswa menulis puisi bebas sebelum dan setelah menggunakan teknik outdoor

6500,00% 7000,00% 7500,00% 8000,00% 8500,00% 9000,00%

(9)

9 LENTERA

STKIP-PGRI Bandar Lampung, Vol. 1 2015

Berdasarkan grafik 1 di atas bahwa perbandingan antara tes pertama, kedua, dan ketiga, maka tingkat kemampuan menulis puisi rata-rata tes pertama yaitu 72,57 %, tingkat kemampuan rata-rata tes kedua 80 %, dan tingkat kemampuan rata-rata tes ketiga 85,33 %. Dengan demikian, dapat penulis simpulkan bahwa teknik outdoor dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas VIII F dalam menulis puisi bebas di SMP Negeri 8 Bandarlampung.

SIMPULAN

Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa:

1) Kemampuan siswa dalam menulis puisi sebelum menggunakan teknik outdoor yaitu 72, 57 %.

2) Kemampuan siswa dalam menulis puisi setelah menggunakan teknik outdoor pada siklus kedua yaitu 80 %.

3) Kemampuan siswa dalam menulis puisi setelah menggunana teknik outdoor pada siklus ketiga yaitu 85,33 %.

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiyah, S. 1995. Menulis. Jakarta: Depdikbud.

Depdikbud. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Hamalik, Oemar. 1980. Media Pendidikan. Bandung: Alumni.

Hastuti, Sri. 1992. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.

Jabrohim dkk. 2003. Cara menulis kreatif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Makmun, Abin Syamsuddin. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda

Karya Remaja.

Pradopo, Rachmat Djoko. 1994. Wajah Indonesia dalam Sastra Indonesia: Puisi 1960 —1980. Jakarta: Pusat Bahasa.

---. 2002. Kritik Sastra Indonesia Modern. Yogyakarta: Gama media. Sadiman dkk. 1996. Media Pendidikkan. Jakarta: Raja Grafindo persada. Sayuti, Suminto A. 2002. Sastra dalam Prespektif Pembelajaran. Dalam

Sarumpaet, R.K.T. (Ed). Sastra Masuk Sekolah. Jakarta: Indonesiatera. Senjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

(10)

10 LENTERA

STKIP-PGRI Bandar Lampung, Vol. 1 2015

www.wijayalabs.wordpress.com. (diakses pada tanggal 6 Mei 2015). Tarigan, H.G. 1986. Menulis: Sebagai suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa.

--- dan Djago Tarigan. 1991. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Uno, Hamzah B. 2009. Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Biodata Penulis :

Gambar

Tabel 5 Distribusi frekuensi dan persentase rentang skor siswa (siklus 3)

Referensi

Dokumen terkait

Another cause is at service firms don’t have the same structure of fixed assets with the companies in the manufacturing industry (Hartono, 2010). Testing shift accrual

(1) Sediaan farmasi dan alat kesehatan yang dapat diberi izin edar dalam bentuk persetujuan pendaftaran harus memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan,

Menghadapi realitas seperti demikian, umat Islam Indonesia dihadapkan pada dua pilihan; antara menggunakan syari’ah yang ada secara fundamental, dengan konsekuensi umat

Bersama surat ini kami mengajukan permohonan NPSN untuk PAUD kami, sebagai syarat pengajuan NPSN lembaga PAUD kami telah terdata pada aplikasi pendataan online

November 2017 pukul 15.00 WIB di

Informasi yang terdapat pada tabel routing dapat diperoleh secara static routing melalui perantara administrator dengan cara mengisi tabel routing secara manual

Dimana informasi ini diperuntukan agar pengguna dapat mengenal lebih dalam dan jauh akan cerita , karakter dalam serial tersebut dan juga perkembangan berita yang ada tentang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi pengembangan financial inclusion melalui program literasi keuangan pada siswa sekolah dasar.Siswa sekolah dasar