• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan data debit maksimum 10 tahun yang tersedia didapatkan bahwa debit maksimum tahun 2013 merupakan debit yang terbesar 287,876m

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Berdasarkan data debit maksimum 10 tahun yang tersedia didapatkan bahwa debit maksimum tahun 2013 merupakan debit yang terbesar 287,876m"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISA PENGENDALIAN BANJIR KALI CILIWUNG RUAS

JEMBATAN MT. HARYONO

PINTU AIR MANGGARAI

Fahmi Zamroni

1

, Moh. Sholichin

2

, Andre Primantyo H.

2

1)

Mahasiswa Magister Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, Indonesia; fahmizamroni@yahoo.co.id

2)

Dosen Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Malang.

ABSTRAK: Banjir merupakan permasalahan tahunan terjadi di DKI Jakarta. Secara umum penyebab banjir di Jakarta terjadi karena dua faktor utama, faktor alam yaitu banjir yang diakibatkan oleh 13 sungai yang melintasi DKI Jakarta dan faktor manusia yaitu perubahan fungsi daerah sempadan sungai.

Pada studi ini direncanakan tujuh simulasi alternatif pengendalian banjir pada KaliCiliwung ruas MT. Haryono sampai Pintu Air Manggarai dengan debit banjir kala ulang 100 tahun. Selanjutnya ditentukan alternatif yang paling optimal dengan memperhitungkan besarnya volume limpasan dan besarnya rencana anggaran biaya.

Berdasarkan perhitungan analisa hidrolika dan analisa biaya didapatkan bahwa alternatif yang paling optimal adalah Normalisasi Kali Ciliwung ruas MT. Haryono sampai Pintu Air Manggarai.Volume

yang tertampung pada saluran sebesar 1.730.520 m3 dan tidak terjadi limpasan. Tinggi air pada titik

pantau P-174 +14,05 m dan titik pantau P-1 +8,76 m penurunan tinggi muka air rata–rata 4,57 m

dengan biaya konstruksi yang dikeluarkan kurang lebih mencapai Rp. 694.668.698.520,55.

Kata kunci :Pengendalian banjir, Kali Ciliwung,limpasan yang tereduksi, biaya.

ABSTRACT: Flooding is an annual problem occurs in DKI Jakarta. Generally the cause of flooding in Jakarta happened because of two major factors, the natural factor that flooding is influenced by 13 rivers that cross the DKI Jakarta and the human factor that changes the function areas border the river.

In this study made seven simulations of alternative flood control at Ciliwung River segment MT. Haryono to Manggarai Sluice with flood plan discharge 100 years. Furthermore the most optimum alternative is determined taking into account the volume of runoff occurring and the budget plan costs.

Based on analysis of the hydraulics and analysis of budget plan costs obtained that the most optimum alternative is the normalization of Ciliwung River segment MT. Haryono to Manggarai

Sluice. The volume on the main channel is 1.730.520 m3 and overflow did not occur. High water

level at observation point P-174 and P-1 respectifely are +14,05 m and +8,76 m the average water level lossis 4,57 m with construction costs 694.668.698.520,55 IDR.

Keywords :Flood control, Ciliwung River, reduction of overflow, cost.

1. PENDAHULUAN

Banjir merupakan peristiwa alam yang

dapat menimbulkan kerugian harta benda

penduduk serta dapat pula menimbulkan korban jiwa. Dikatakan banjir apabila terjadi luapan air

(2)

banjirnya panjang (Robert J. Kodoatie, Sugiyanto, 2001).

Banjir yang terjadi di Jakarta tidak lagi menjadi hal yang luar biasa bagi masyarakat Jakarta sendiri. Curah hujan yang tinggi, terlalu kecilnya kapasitas tampung sungai saat ini dibanding debit air yang masuk ke Jakarta merupakan beberapa faktor penyebab banjir di Jakarta. Alih fungsi daerah sempadan sungai di areal rawan banjir mengakibatkan dampak nyata

terhadap ekosistem sungai yang semakin

memburuk dan fungsi sungai yang tidak berjalan dengan semestinya.Khususnya untuk permasalahan banjir, sempadan sungai tak lagi dapat menjadi dataran banjir.

Kejadian banjir yang diakibatkan luapan Kali Ciliwung pada ruas Jembatan MT. Haryono sampai Pintu Air Manggarai hampir dipastikan setiap tahun terjadi dan merugikan banyak pihak. Saat ini di sepanjang Kali Ciliwung ruas Jembatan MT. Haryono sampai Pintu Air Manggarai terdapat ± 71.000 keluarga atau sekitar 350.000 jiwa yang tinggal di bantaran Kali Ciliwung antara lain sekitar Manggarai, Bukit Duri, hingga Kampung Melayu. Bukan hanya di bantaran sungai, tetapi ada yang memasuki badan sungai. Dengan

terganggunya keseimbangan Kali Ciliwung,

diperlukannnya keseimbangan baru melalui upaya penanganan secara menyeluruh dari hulu sampai hilir, tidak hanya alur sungainya tetapi juga daerah tangkapan airnya termasuk perilaku manusia yang tinggal di sepanjang bantaran sungai.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kala ulang banjir yang terjadi pada Kali Ciliwung, mempelajari kondisi eksisting Kali Ciliwung ruas Jembatan MT. Haryono sampai Pintu Air Manggarai apabila disimulasi dengan debit banjir maksimum dalam rentang waktu 10

tahun terakhir mulai tahun 2004 – 2013,

mengetahui alternatif pengendalian banjir Kali Ciliwung ruas studi yang optimal ditinjau dari kemampuan mereduksi banjir dan besarnya rencana anggaran biaya.

Manfaat yang diharapkan dari penelitian

ini adalah mengetahui alternatif metode

pengendalian banjir Kali Ciliwung ruas Jembatan MT. Haryono sampai Pintu Air Manggarai yang efektif, sebagai bahan pertimbangan dalam rencana pengendalian banjir Kali Ciliwung.

2. BAHAN DAN METODE

Kali Ciliwung adalah salah satu sungai yang melewati wilayah administratif DKI Jakarta,

Kota Depok, Kota Bogor dan Kabupaten Bogor, yang bermuara di Kanal Banjir Barat (KBB)

menuju ke Laut Jawa. Sejalan dengan

perkembangan daerah permukiman di wilayah Jabodetabek tak terkecuali di DAS Kali Ciliwung, terjadi perubahan/alih fungsi lahan yang semula daerah resapan dan dapat menyerap air hujan (infiltrasi), saat ini sudah berubah menjadi lahan

permukiman dan bangunan ‐ bangunan gedung,

sehingga air hujan cenderung langsung berubah menjadi limpasan permukaan (runoff) yang pada akhirnya membebani daya tampung Kali Ciliwung. Akibatnya aliran sungai yang tadinya kecil

semakin lama semakin besar, dan pada lokasi‐

lokasi tertentu terjadi luapan–luapan genangan

akibat tidak tertampungnya runoff yang semakin

lama semakin besar.

Data

Data yang digunakan untuk melakukan penelitian ini meliputi :

 Data debit yang didapatkan dari pencatatan

tinggi muka air Kali Ciliwung pada stasiun AWLR MT. Haryono sebagai titik tinjau mulai tahun 2004 sampai 2013 yang

digunakan untuk melakukan analisis

hidrologi.

 Data potongan memanjang dan melintang

Kali Ciliwung ruas Jembatan

MT. Haryono sampai Pintu Air Manggarai.

 Data potongan memanjang dan melintang

Kali Ciliwung Lama.

 Data kapasitas Pintu Air Manggarai dan Pintu

Air Ciliwung Lama. lengkap hasil observasi selama beberapa tahun. Data yang digunakan untuk analisa frekuensi dapat

dibedakan menjadi dua tipe berikut ini

(Triatmodjo, 2010) :

 Partial Duration Series

Metode ini digunakan apabila jumlah data kurang dari 10 tahun data runtut waktu.Dengan demikian dalam satu tahun bisa terdapat lebih dari satu data yang digunakan dalam analisa. Dari setiap tahun dipilih 2 sampai 5 data tertinggi

(3)

Metode ini digunakan apabila tersebia data debit atau hujan minimal 10 tahun data runtut waktu. Tipe ini adalah dengan memilih satu data maksimum setiap tahunnya.

Dalam penelitian ini direncanakan

menggunakan distribusi Log Pearson III.

Penggunaan metode Log Pearson III dilakukan

dengan menggunakan langkah – langkah berikut

 Hitung nilai rerata, deviasi standar, koefisien

keemencengan dan nilai logaritma yi

 Dihitung nilai yT untuk berbagai periode kala

ulang yang dikehendaki,

 Hitung debit banjir xT untuk setiap periode

ulang dengan menghitung nilai anti-lognya. Analisis ini dilakukan untuk menentukan debit banjir eksisting dan debit

banjir kala ulang rencana berdasarkan pencatatan tinggi muka air Kali Ciliwung pada stasiun AWLR MT. Haryono mulai tahun 2004 sampai 2013.

Analisa Hidrolika

Hec-Ras 4.1.0 merupakan program yang dikembangkan oleh U.S. Army. Program ini merupakan alat bantu dalam menganalisis profil muka air. Perhitungan program ini berdasarkan pada penyelesaian persamaan aliran satu dimensi melalui saluran terbuka. Aliran satu dimensi ditandai dengan besarnya kecepatan yang sama pada seluruh penampang atau digunakan kecepatan rata-rata (Anonim, 2010).

Analisis hidrolika pada penelitian ini dilakukan dalam 2 tahap. Tahap pertama yaitu analisis hidrolika pada kondisi eksisting dengan menggunakan debit banjir historis dan bantuan program HEC-RAS. Data potongan memanjang dan melintang Kali Ciliwung ruas MT. Haryono sampai Pintu Air Manggarai menjadi masukan data geometri pemodelan pada program HEC-RAS. Berdasarkan analisis ini dapat diketahui kapasitas tampungan saluran serta titik - titik kritis dimana terjadi luapan sehingga mengakibatkan banjir pada Kali Ciliwung ruas MT. Haryono sampai Pintu Air Manggarai.

Tahap kedua yaitu analisis hidrolika dengan menggunakan beberapa metode pengendalian banjir. Dalam penelitian ini direncanakan metode pengendalian banjir yang digunakan adalah

Normalisasi Kali Ciliwung, Divertion Tunnel dari

Kali Ciliwung ke Kali Cipinang, dan

memfungsikan kembali Pintu Air Ciliwung Lama. Berdasarkan ketiga metode tersebut peneliti merencanakan 7 variasi alternatif yaitu :

 Alternatif pertama :

Memfungsikan kembali Pintu Air Ciliwung Lama.

 Alternatif kedua :

Divertion Tunnel dari Kali Ciliwung ke Kanal Banjir Timur melalui Kali Cipinang.

 Alternatif ketiga :

Normalisasi Kali Ciliwung.

 Alternatif keempat :

Normalisasi Kali Ciliwung dikombinasi-kan

dengan Divertion Tunnel dari Kali Ciliwung

ke Kanal Banjir Timur melalui Kali Cipinang.

 Alternatif kelima :

Normalisasi Kali Ciliwung dikombinasikan dengan memfungsikan kembali Pintu Air Ciliwung Lama.

 Alternatif keenam :

Divertion Tunnel dari Kali Ciliwung ke Kanal

Banjir Timur melalui Kali Cipinang

dikombinasikan dengan memfungsikan

kembali Pintu Air Ciliwung Lama.

 Alternatif ketujuh :

Kombinasi dari ketiga metode yang

direncanakan yaitu Normalisasi Kali

Ciliwung, Divertion Tunnel dari Kali

Ciliwung ke Kali Cipinang, dan

memfungsikan kembali Pintu Air Ciliwung Lama.

River Improvement dilakukan terutama berkaitan erat dengan pengendalian banjir, yang merupakan usaha untuk memperbesar kapasitas pengaliran sungai (Kodoatie, 2013). Hal ini dimaksudkan untuk menampung debit banjir yang terjadi untuk dialirkan ke hilir atau laut sehingga tidak terjadi limpasan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan data debit maksimum 10 tahun yang tersedia didapatkan bahwa debit maksimum tahun 2013 merupakan debit yang terbesar 287,876

m3/det mendekati debit banjir kala ulang 21 tahun

sehingga debit banjir rancangan harus lebih besar dari kala ulang 21 tahun.

(4)

Tabel 1. Debit Banjir Rancangan Kali Ciliwung

(Sumber : Hasil Perhitungan)

Kalibrasi Model

Kalibrasi model dilakukan untuk memperoleh model yang sesuai atau mendekati dengan kondisi

aktual. Kalibrasi model dilakukan dengan

penyesuaian terhadap parameter-parameter tertentu

diantaranya penyesuaian angka Manning. Dengan

data debit eksisting 10 tahun diperoleh tinggi muka air titik pantau P-174 sebagai pada Tabel 2. :

Tabel 2.Perbandingan Tinggi Muka Air dengan angka Manning 0,035

(Sumber : Hasil Perhitungan)

Melalui uji RMSE (Root Mean Square Error) maka akan diketahui tingkat keakuratan model terhadap kondisi aktual di lapangan. Hasil simulasi HECRAS untuk tiap-tiap angka Manning diuji kesesuaiannya dengan metode RMSE dan diperoleh kesimpulan seperti dalam Tabel 3.

No Periode Ulang Qmaks (m3/det)

1 Eksisting 287.88

2 1.01 66.98

3 2 131.92

4 5 195.28

5 10 247.57

6 25 327.53

7 50 397.35

8 100 477.94

9 1000 845.40

No Tahun TMA

pengamatan (m)

TMA + elevasi dasar

(m)

TMA HECRAS

(m)

((4)-(5))2

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 2004 4.663 13.873 12.810 1.129

2 2005 6.780 15.990 15.000 0.979

3 2006 4.385 13.595 12.500 1.200

4 2007 5.104 14.314 13.300 1.028

5 2008 3.740 12.950 11.790 1.346

6 2009 4.800 14.010 12.970 1.082

7 2010 4.750 13.960 12.910 1.103

8 2011 4.030 13.240 12.100 1.300

9 2012 4.841 14.051 13.010 1.084

10 2013 6.817 16.027 15.030 0.994

Gambar 1.Profile Plot Kali Ciliwung debit tahun 2004 dengan n = 0,035

(5)

Tabel 3.Uji Kalibrasi Model

(Sumber : Hasil Perhitungan)

Hasil uji RMSE pada model yang telah dikalibrasi

menunjukkan bahwa angka Manning 0,08

mendekati dengan kondisi aktual di lapangan dengan nilai uji sebesar 0.177. Model HECRAS

dengan angka Manning 0,08 ditetapkan sebagai

model terpilih dan digunakan untuk pemodelan HECRAS Kali Ciliwung kondisi eksisting.

Hasil Running HEC-RAS Debit Banjir Maksimum

Dengan debit banjir maksimum tahun 2013

sebesar 287,876 m3/det diperoleh hasil yang

ditampilkan pada Gambar 2.

Dari analisa didapatkan volume genangan pada Kali Ciliwung ruas studi sebesar 2.964.760 menunjukkan hasil Running HEC-RAS Debit Banjir Rancangan.

Hasil Running HEC-RAS Alternatif Pertama

Pada alternatif pertama direncanakan

memfungsikan kembali Pintu Air Ciliwung Lama

yang dapat menampung debit 70 m3/det. Sehingga

diperoleh hasil volume genangan yang terjadi

adalah sebesar 4.038.190 m3.

Berdasarkan Gambar 4. elevasi muka air pada titik P174 +19,10 m pada P1 +13,37 m kecepatan

rata-rata aliran sebesar 1,19 m/det. Apabila

dibandingkan dengan kondisi awal, alternatif pertama dapat mengurangi volume genangan yang

terjadi sebesar 169.930 m3 dengan penurunan

muka air rata-rata 0,22 m.

No Angka

0 2000 4000 6000 8000

0

Gambar 2.Potongan Memanjang Kali Ciliwung Kondisi Eksisting dengan debit banjir maksimum tahun 2013

(6)

Hasil Running HEC-RAS Alternatif Kedua

Pada alternatif kedua direncanakan

Divertion Tunnel dari Kali Ciliwung pada titik P-128 ke Kanal Banjir Timur melalui Kali Cipinang

dengan debit 60 m3/det.

Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan alternatif kedua volume genangan yang terjadi

adalah sebesar 3.859.850 m3, kecepatan rata-rata

aliran sebesar 1,13 m/det.

Berdasarkan Gambar 5. elevasi muka air pada titik P174 +18,95 m pada P1 +13,46 m Apabila dibandingkan dengan kondisi awal, alternatif kedua dapat mengurangi volume genangan yang

terjadi sebesar 342.270 m3 dengan penurunan

muka air rata-rata 0,46 m.

0 2000 4000 6000 8000

0

0 2000 4000 6000 8000

0

Gambar 3. Potongan Memanjang Kali Ciliwung Kondisi Eksisting dengan Debit Banjir Kala Ulang 100 Tahun

(Sumber : Hasil Perhitungan)

Gambar 4.Potongan Memanjang Kali Ciliwung Alternatif Pertama

(7)

Hasil Running HEC-RAS Alternatif Ketiga

Pada alternatif ketiga direncanakan

normalisasi Kali Ciliwung ruas studi. Normalisasi sungai yang dimaksud adalah dengan melakukan perbaikan penampang sungai yang sempit.

B = α Q1/2

= 5 . (477,940)1/2

= 109,31 m

Lebar sungai yang masih memungkinkan

dilakukan normalisasi adalah 40 meter, mengikuti

rata–rata lebar alami Kali Ciliwung pada ruas

studi. Bentuk penampang sungai yang

direncanakan penampang trapesium berganda seperti pada Gambar 6.

Dasar penentuan dimensi menggunakan persamaan Manning (Chow,1992).

8.00 2.00 20.00 2.00 8.00

1 1 4.50

0 2000 4000 6000 8000

0

Gambar 5.Potongan Memanjang Kali Ciliwung Alternatif Kedua

(Sumber : Hasil Perhitungan)

Gambar 6.Sketsa Perencanaan Normalisasi Sungai

(8)

Secara teoritis (Sosrodarsono, 1994), lebar saluran yang mampu mengalirkan debit banjir lebarnya di atas 109 meter, namun pada kenyataannya dengan lebar tersebut sudah mengenai banyak rumah penduduk.

Berdasarkan Gambar 7 masih terdapat limpasan di beberapa titik, dikarenakan tinggi tanggul yang lebih rendah dari tinggi muka air yang terjadi.

Maka dari itu analisa selanjutkan dilakukan penambahan tinggi tanggul disesuaikan dengan tinggi jagaan sebesar 0,8 m diatas tinggi muka air pada titik-titik kritis.

Gambar 8. Menunjukkan elevasi muka air pada titik P174 +14,05 m pada P1 +8,76 m. Kecepatan rata-rata aliran sebesar 2,28 m/det.

0 2000 4000 6000 8000

0

0 2000 4000 6000 8000

0

Gambar 7.Potongan Memanjang Kali Ciliwung Alternatif Ketiga Tanpa Peninggian Tanggul

(Sumber : Hasil Perhitungan)

Gambar 8.Potongan Memanjang Kali Ciliwung Alternatif Ketiga dengan Peninggian Tanggul

(9)

Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan alternatif ketiga volume genangan

yang terjadi adalah sebesar 1.730.520 m3.

Hasil Running HEC-RAS Alternatif Keempat

Pada alternatif keempat direncanakan

normalisasi Kali Ciliwung dikombinasikan dengan Divertion Tunnel dari Kali Ciliwung pada titik P-128 ke Kanal Banjir Timur melalui Kali Cipinang

dengan debit 60 m3/det. Sehingga diperoleh

volume genangan yang terjadi adalah sebesar

1.595.060 m3,kecepatan rata-rata aliran sebesar

2,17 m/det. Berdasarkan Gambar 9. elevasi muka air pada titik P174 +13,60 m pada P1 +8,38 m. Apabila dibandingkan dengan kondisi awal, alternatif keempat dapat mengurangi volume

genangan yang terjadi sebesar 2.607.060 m3

dengan penurunan muka air rata-rata 4,99 m.

Hasil Running HEC-RAS Alternatif Kelima

Pada alternatif kelima direncanakan

normalisasi Kali Ciliwung dikombinasikan dengan memfungsikan kembali Pintu Air Ciliwung Lama

yang dapat menampung debit sebesar 70 m3/det.

Apabila dibandingkan dengan kondisi awal,

alternatif ketiga dapat mengurangi volume

genangan yang terjadi sebesar 2.471.600 m3

dengan penurunan muka air rata-rata 4,57 m.

Apabila dibandingkan dengan kondisi awal, alternatif ini dapat mengurangi volume genangan

yang terjadi sebesar 2.630.150 m3 dengan

penurunan muka air rata-rata 5,02 m.

Hasil Running HEC-RAS Alternatif Keenam

Alternatif ini merupakan kombinasi antara Divertion Tunnel dari Kali Ciliwung ke Kanal

Banjir Timur melalui Kali Cipinang dan

memfungsikan kembali Pintu Air Ciliwung Lama. Diperoleh volume genangan yang terjadi adalah

sebesar 3.094.400 m3, kecepatan rata-rata aliran

sebesar 1,18 m/det. Gambar 11. Menunjukkan elevasi muka air pada titik P174 +18,93 m pada P1 +12,86 m. Dibandingkan dengan kondisi awal, alternatif ini dapat mengurangi volume genangan

yang terjadi sebesar 505.240 m3 dengan penurunan

muka air rata-rata 0,68 m.

Berdasarkan hasil analisa volume genangan

yang terjadi adalah sebesar 1.571.970 m3,

kecepatan rata-rata aliran sebesar 2,15 m/det. Gambar 10. Menunjukkan elevasi muka air pada titik P174 +13,52 m dan P1 +8,31 m.

0 2000 4000 6000 8000

0

Gambar 9.Potongan Memanjang Kali Ciliwung Alternatif Keempat

(10)

Hasil Running HEC-RAS Alternatif Ketujuh

Pada alternatif ketujuh direncanakan

kombinasi antara normalisasi, Divertion Tunnel

dan memfungsikan kembali Pintu Air Ciliwung Lama.

genangan yang terjadi sebesar 2.773.040 m3

dengan penurunan muka air rata-rata 5,51 m.

Rekapitulasi Analisa Hidrolika

Berdasarkan analisa hidrolika untuk tiap alternatif metode pengendalian banjir yang direncanakan maka dilakukan rekapitulasi seperti pada Tabel 4.

0 2000 4000 6000 8000

0

0 2000 4000 6000 8000

0

Gambar 10. Potongan Memanjang Kali Ciliwung Alternatif Kelima

(Sumber : Hasil Perhitungan)

(11)

Tabel 4.Rekapitulasi Analisa Hidrolika

(Sumber : Hasil Perhitungan)

Analisa Rencana Biaya

Berdasarkan analisa rencana anggaran biaya yang telah dilakukan untuk alternatif

(Sumber : Hasil Perhitungan)

Pertama sampai dengan ketujuh maka dapat dilakukan rekapitulasi rencana anggaran biaya seperti pada Tabel 5.

0 2000 4000 6000 8000

0

Gambar 12. Potongan Memanjang Kali Ciliwung Alternatif Ketujuh

(Sumber : Hasil Perhitungan)

No Metode Pengendalian Banjir Muka Air Titik Pantau

P-3 Memfungsikan kembali Pintu Air CIliwung Lama (Q100 tahun) 19.10 13.37 0.22 1.19 1,006,030.00 3,032,160.00 4,038,190.00 3.90

4 Divertion Tunnel dari Kali Ciliwung ke Kanal Banjir Timur melalui Kali Cipinang (Q100 tahun)

18.95 13.46 0.46 1.13 1,006,030.00 2,853,820.00 3,859,850.00 8.15

5 Normalisasi Kali Ciliwung (Q100 tahun) 14.05 8.76 4.57 2.28 1,992,610.00 - 1,730,520.00 58.82

6 Normalisasi Kali Ciliwung dikombinasikan dengan Divertion Tunnel dari Kali Ciliwung ke Kanal Banjir Timur melalui Kali Cipinang (Q100 tahun)

13.60 8.38 4.99 2.17 1,992,610.00 - 1,595,060.00 62.04

7 Normalisasi Kali CIliwung dikombinasikan dengan memfungsikan kembali Pintu Air CIliwung Lama (Q100 tahun)

13.52 8.31 5.06 2.15 1,992,610.00 - 1,571,970.00 62.59

8 Divertion Tunnel dari Kali Ciliwung ke Kanal Banjir Timur melalui Kali Cipinang dikombinasikan dengan memfungsikan kembali Pintu Air Ciliwung Lama (Q100

tahun)

18.93 12.86 0.68 1.18 1,006,030.00 2,690,850.00 3,696,880.00 12.02

9 Kombinasi dari ketiga metode yang direncanakan yaitu Normalisasi Kali Ciliwung, Divertion Tunnel dari Kali CIliwung ke Kali Cipinang, dan memfungsikan kembali Pintu Air Ciliwung Lama (Q100 tahun)

(12)

Tabel 5.Rekapitulasi Analisa Biaya

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil studi Analisa Pengendalian Banjir Kali Ciliwung Ruas Jembatan MT. Haryono

– Pintu Air Manggarai dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Berdasarkan data debit Kali Ciliwung ruas

studi mulai tahun 2004 hingga 2013 didapatkan debit tahun 2013 merupakan debit

terbesar dengan nilai 287,876 m3/det

mendekati kala ulang 21 tahun. sehingga debit banjir rencana harus lebih besar dari kala ulang 21 tahun.

2. Volume genangan yang terjadi di Kali

Ciliwung ruas studi apabila disimulasi menggunakan debit banjir maksimum adalah

sebesar 2.964.760 m3 dengan

tinggi air pada titik pantau P-174 +17,26 m dan titik pantau P-1 +12,29 m kecepatan rata-rata aliran 0,98 m/det.

3. Alternatif pengendalian banjir yang memiliki

kemampuan mereduksi limpasan yang paling baik adalah sebagai berikut :

 Normalisasi Kali Ciliwung dengan

volume genangan yang terjadi sebesar

1.730.520 m3 dan tidak terjadi limpasan.

Tinggi air pada titik pantau P-174 +14,05 m titik pantau P-1 +8,76 m penurunan

tinggi muka air rata – rata 4,57 m

kecepatan rata-rata aliran 2,28 m/det dan persentasi reduksi volume genangan terhadap kondisi eksisting debit banjir kala ulang 100 tahun sebesar 58,82%.

 Normalisasi Kali Ciliwung

dikombinasikan Divertion Tunnel dari

Kali Ciliwung ke Kanal Banjir Timur melalui Kali Cipinang dengan volume

genangan sebesar 1.595.060 m3 dan tidak

terjadi limpasan. Tinggi air pada titik pantau P-174 +13,60 m titik pantau P-1 +8,38 m penurunan tinggi muka air rata

– rata 4,99 m kecepatan rata-rata aliran

2,17 m/det dan persentasi reduksi volume genangan terhadap kondisi eksisting debit banjir kala ulang 100 tahun sebesar 62,04%.

 Normalisasi Kali Ciliwung

dikombinasikan memfungsikan kembali Pintu Air Ciliwung Lama dengan volume

genangan sebesar 1.571.970 m3 dan tidak

terjadi limpasan. Tinggi air pada titik pantau P-174 +13,52 m titik pantau P-1 +8,31 m penurunan tinggi muka air rata

– rata 5,06 m kecepatan rata-rata aliran

No Metode Pengendalian Banjir Rencana Anggaran Biaya

(Rp)

1 Memfungsikan kembali Pintu Air CIliwung Lama 229,276,651,000.00

2 Divertion Tunnel dari Kali Ciliwung ke Kanal Banjir Timur melalui Kali Cipinang 492,605,777,000.00

3 Normalisasi Kali Ciliwung 694,668,698,520.55

4 Normalisasi Kali Ciliwung dikombinasikan dengan Divertion Tunnel dari Kali Ciliwung ke Kanal Banjir Timur melalui Kali Cipinang

1,187,274,475,520.55

5 Normalisasi Kali CIliwung dikombinasikan dengan memfungsikan kembali Pintu Air CIliwung Lama

923,945,349,520.55

6 Divertion Tunnel dari Kali Ciliwung ke Kanal Banjir Timur melalui Kali Cipinang dikombinasikan dengan memfungsikan kembali Pintu Air Ciliwung Lama.

721,882,428,000.00

7 Kombinasi dari ketiga metode yang direncanakan yaitu Normalisasi Kali Ciliwung, Divertion Tunnel dari Kali CIliwung ke Kali Cipinang, dan memfungsikan kembali Pintu Air Ciliwung Lama

(13)

2,15 m/det dan persentasi reduksi volume genangan terhadap kondisi eksisting debit banjir kala ulang 100 tahun sebesar 62,59%.

 Kombinasi dari Normalisasi Kali

Ciliwung, Divertion Tunnel dari Kali

Ciliwung ke Kanal Banjir Timur melalui

Kali Cipinang, dan memfungsikan

kembali Pintu Air Ciliwung Lama

dengan volume genangan sebesar

1.429.080 m3 dan tidak terjadi limpasan.

Tinggi air pada titik pantau P-174 +13,05 m titik pantau P-1 +7,92 m penurunan

tinggi muka air rata – rata 5,51 m

kecepatan rata-rata aliran 2,03 m/det dan persentasi reduksi volume genangan terhadap kondisi eksisting debit banjir kala ulang 100 tahun sebesar 65,99%.

Secara teknis alternatif ketujuh yaitu

Kombinasi dari Normalisasi Kali Ciliwung, Divertion Tunnel dari Kali Ciliwung ke Kanal Banjir Timur melalui Kali Cipinang, dan memfungsikan kembali Pintu Air Ciliwung Lama merupakan alternatif pengendalian banjir yang optimal.

Secara analisa biaya konstruksi alternatif yang dianggap paling optimal adalah Normalisasi Kali Ciliwung dengan biaya konstruksi yang dikeluarkan kurang lebih mencapai Rp. 694.668.698.520,55.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. HECRAS 4.1 Hydraulic Reference

Manual. California : U.S. Army Corps of

Engineering.

Chow, V., 1992.Hidrolika Saluran Terbuka (Open Channel Hydraulics). Jakarta : Erlangga.

Kodoatie, Robert J. 2013. Rekayasa dan

Manajemen Banjir Kota. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Kodoatie, Robert.J., dan Sugiyanto. 2001. Banjir:

Beberapa penyebab dan metode

pengendaliannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Sosrodarsono, Suyono dan Masateru Tominaga.

1994. Perbaikan dan Pengaturan Sungai.

Jakarta : Pradnya Paramita.

Triatmodjo, Bambang. 2010. Hidrologi Terapan.

Gambar

Tabel 2.Perbandingan Tinggi Muka Air dengan
Tabel 3.Uji Kalibrasi Model
Gambar 3. Potongan Memanjang Kali Ciliwung Kondisi Eksisting dengan Debit Banjir   Kala Ulang 100 Tahun
Gambar 5.Potongan Memanjang Kali Ciliwung Alternatif Kedua
+6

Referensi

Dokumen terkait

Inverse Term Frequency (IDF) meningkatkan nilai bobot dokumen terhadap suatu istiilah dengan rumus heuristik : “semakin banyak dokumen yang mengandung sebuah

Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Open-ended untuk Meningkatkan Pemahaman dan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa SMP.. Paradigma Baru Pendidikan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah: (1) Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian keripik singkong rasa asin di Kabupaten Bondowoso

Keragaman itu menjadi bahan yang sangat potensial untuk dikaji, diteliti dan dijadikan sebagai meteri utama perancangan sebuah huruf atau serangkaian huruf, karena

Selain itu, keberhasilan pasukan muslimin dalam menaklukan Mesir dan Alexandria telah memberikan kekuatan tersendiri bagi kekhalifahan Islam, mengingat Mesir merupakan

Hasil penelitian menunjukan bahwa sosialisasi perpajakan yang dilakukan KPP Pratama Ciamis baik langsung maupun tidak langsung sudah dikelola dengan baik.. Hal tersebut

31 Fakta dari hukum adat tersebut telah menunjukkan bahwa hukum Indonesia sejak jaman dahulu telah mengenal pidana ganti kerugian yang harus dibayar oleh orang yang

Perlakuan A dengan dosis pengenceran 50 cc dengan tingkat kelangsungan hidup 48,9 % dan perlakuan B dengan dosis pengenceran 100 cc tingkat kelangsungan hidup 52,62 %,