• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

5

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Celebrity

2.1.1. Pengertian Celebrity:

Menurut Young dan Pinsky (2006) celebrity adalah seorang individu yang berhasil mencapai tingkat ketenaran yang membuat individu berhasil dikenal dikalangan masyarakat. Kategori dari celebrity menurut Arakaki dan Cassidy (2014) yang terdiri dari aktor (individu yang bermain peran disebuah film, drama, serta panggung), Atlit ( individu yang dikenal melalui kegiatan olahraga yang ditekuni), direktur (individu yang dikenal melalui pembuatan serta mengembangkan ide-ide dalam pembuatan film atau produksi program untuk televisi), event celebrity ( individu yang dikenal melalui adanya peristiwa tertentu), pembawa acara ( individu yang dikenal melalui moderator dalam program televisi maupun radio), jurnalis (individu yang dikenal melalui peran sebagai penulis, editor, atau pembawa berita), model ( individu yang dikenal melalui pekerjaan seperti menampilkan sebuah brand seperti fashion atau kosmetik), musisi (individu yang dikenal melalui bakat dalam bidang musik), figur politik (individu yang dikenal melalui keterlibatan mereka dalam sebuah area atau negara), reality TV (individu yang dikenal karena tampil sebagai kontestan, peserta, juri, maupun pembawa acara dalam genre acara reality), spouse (individu yang dikenal karena menjadi pasangan dari selebriti maupun politikan), dan yang terakhir adalah katogori yang tidak memiliki golongan seperti karakter dari animasi.

Sesuai dengan definisi yang dijabarkan diatas, celebrity adalah individu yang mampu mencapai ketenaran dan dikenal dikalangan masyarakat sesuai dengan bidang yang celebrity geluti.

(2)

2.2 Fans

2.2.1. Pengertian Fans

Fans merupakan arti dari bahasa latin, yaitu fanaticus yang memiliki arti mengila-gilai sesuatu namun merupakan suatu hal yang diilhami untuk menghasilkan sebuah inspirasi (Sansone & Sansone, 2014). Fans menurut Stever (2009), pada 50 tahun yang lalu istilah fans sering digunakan sebagai seseorang yang memiliki keterkaitan dengan tokoh media atau fenomena.

Sesuai definisi yang telah dijabarkan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa fans adalah seseorang yang yang memiliki ketertarikan kepada sebuah hal seperti idola atau tokoh-tokoh tertentu.

2.3 Celebrity Worship

2.3.1. Pengertian Celebrity Worship

Definisi celebrity worship menurut Mc Cutcheon, Lange, dan Houran (dalam Arnett, 2007) adalah intensitas terhadap suatu bentuk komitmen dengan idola yang ditinjau melalui dua buah konsep kepribadian yang berbeda, yaitu pathological dan nonpathological. Pathological atau yang dikenal dengan extreme expressions memiliki salah satu ciri-ciri seperti menjadi seseorang yang terobsesi dengan mengikuti segala sesuatu yang berhubungan dengan idola (stalking). Sedangkan nonpathological atau yang juga dikenal dengan mild form, penggemar masih dalam taraf seperti menyimpan informasi mengenai idola (Mc Cutcheon, Lange, dan Houran dalam Arnett, 2007). Menurut Rojek (2012), celebrity worship adalah suatu kecenderungan untuk

memformulasikan kedekatan dengan seorang idola, yang mengarah kepada perilaku disfungsional. Sering kali idola dikaitkan dengan orang yang memiliki kekuatan dan worshippers sering dikaitkan dengan orang yang kurang memiliki kekuatan ( Pacquing, Cayubit, Reyes, Maria, Lynn, 2014).

Untuk lebih menjelaskan definisi mengenai celebrity worship, Mc Cutcheon Lange, dan Houran (2002), menggunakan teori absorption addiction. Absorption secara sederhana dapat dijelaskan seperti memiliki keyakinan yang tidak mendasar, yaitu individu yakin bahwa mereka memiliki suatu hubungan khusus atau sebuah koneksi dengan idola sehingga membuat mereka termotivasi untuk lebih perhatian kepada idola. Individu dapat berada pada tahapan dimana mereka mencari penggemar lainnya untuk

(3)

memenuhi atau mencari informasi terbaru dari idola. Untuk mendapatkan informasi mengenai idola mereka, individu akan sering mencari konten yang memuat informasi mengenai idola mereka, seperti fans club idola dan internet. Apabila individu memiliki kapasitas absorption yang tinggi, tidak menutup kemungkinan individu akan memiliki perasaan yang lebih intim terhadap idola, sedangkan bila individu sudah berada ditahap yang ekstrim, individu mungkin akan terkena delusi bahwa mereka memiliki hubungan dengan idola mereka (Mc Cutcheon, Lange, Houran, 2002). Addiction, secara

sederhana dapat dijelaskan bahwa kemungkinan individu untuk memberi toleransi kepada perilaku mereka demi memuaskan keinginan mereka di posisi absorption. Berdasarkan definisi yang dijabarkan mengenai celebrity worship, dapat disimpulkan bahwa celebrity worship adalah intensitas penggemar atau fans dalam melakukan pemujaan terhadap idola mereka. Pemujaan yang dilakukan kepada idola tidak menutup kemungkinan akan mengarah ke arah yang negatif yaitu berusaha untuk mencari informasi megenai idola hingga menuju tahap menanggap idola sebagai pasangan worshippers.

2.3.2 Aspek Celebrity Worship:

Terdapat tiga aspek dalam celebrity worship. Ketiga aspek merupakan acuan dalam mengukur intensitas terhadap celebrity worship yang dikenal dengan celebrity attitude scale (CAS) yang telah dikembang oleh Maltby, Day, McCutcheon, Gillett, Houran, & Ashe (2004, 2006) yang terdiri dari:

1. Entertainment-social:

Nilai, perilaku, dan sikap dari entertainment-social dapat digambarkan seperti membahas apa yang telah dilakukan idola favorit saya dengan seorang teman atau seperti belajar memahami kisah hidup idola favorit merupakan kegiatan yang menyenangkan

2. Intense-personal:

Gambaran intense-personal seperti idola favorit akan menjadi pasangan hidup atau selalu memikirkan idola favorit.

3. Borderline-pathological:

Bordeline-pathological merupakan aspek terakhir dari celebrity worship dan merupakan aspek yang sangat ekstrim bila dibandingkan dengan dua lainnya. Situasi

(4)

dari bordeline-pathological dapat digambarkan seperti rela menghabiskan uang untuk membeli peralatan yang digunakan oleh idola dan bila idola favorit meminta untuk melakukan sesuatu, penggemar rela untuk melakukannya, sekalipun hal tersebut bersifat ilegal.

2.3.3 Dampak Celebrity worship:

Pada penelitian yang dilakukan oleh Yue, Chung, dan Wong (2010), celebrity worship dapat menjadi fasilitas dalam pembentukan identitas bagi remaja karena idola dianggap sebagai orang yang memiliki tingkat kesuksesan. Dengan kesuksesan yang ditunjukan oleh idola mereka, dapat meningkatkan keyakinan diri dari worshipers. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Liu (2013) yang menggunakan skala IWQ (idol Worship Questioner) yang juga digunakan oleh Yue, Chung, dan Wong (2010), menemukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara celebrity worship dengan self-esteem.

Selain itu, celebrity worship juga dihubungkan dengan narsistik. Terdapat korelasi yang positif antara celebrity worship dengan kecenderungan menjadi narsistik ( Diane, Maltby, & Lynn, 2005). Namun pada penelitian yang dilakukan oleh Diane dkk (2005), pada sampel yang berada di wilayah Amerika Serikat dan Britania Raya, pada level entertaiment-social tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan narsistik, namun pada sampel yang berdomisili di Britania Raya ditemukan dengan tujuh subskala dari NPI (Narsistic Personality Inventory ) dan dua subskala dari CAS (Celebrity Attitude Scales) yaitu aspek intense-personal dan bordeline pathological. Nilai dari subskala exhibition dari NPI memiliki korelasi yang signifikan dengan boderline-pathological pada subskala dari CAS (Diane dkk, 2005) khususnya pada sampel individu yang berdomisili di Britania Raya. Kemungkinan ini timbul karena adanya obsesi menjadi pusat perhatian yang merupakan salah satu dasar dari exbition. Bila dihubungan dengan idola, tindakan yang dilakukan seperti melakukan kebaikan yang ilegal demi idola atau menghabiskan pengeluaran demi membeli barang yang dimiliki atau digunakan oleh idola. Dapat ditarik kesimpulan, bahwa pada dasarnya, orang tertarik dengan kehidupan idola karena menganggap hal tersebut menghibur serta dapat berguna sebagai bahan interaksi sosial dengan individu yang lain. Namun, untuk beberapa individu terbawa lebih jauh dalam kehidupan pribadi idola, sehingga hal ini menimbulkan gangguan dalam kehidupan mereka sendiri. Pada aspek yang lebih tinggi,

(5)

yaitu borderline-pathological membuat individu menjadi tidak irasional seperti kecanduan terhadap idola (Diane dkk, 2005).

Celebrity worship juga dapat menimbulkan intensi dalam melakukan operasi plastik. Menurut Malty dan Day (2011), hubungan antara level intense-personal pada celebrity worship dengan operasi plastik elektif konsisten dengan hipotesis dari

absorption-addiction. Semakin tinggi level dari celebrity worship, maka semakin tinggi seorang individu membangun identitas dengan menggunakan idola sebagai contoh fisik. Namun penelitian yang dilakukan oleh Malty dan Day (2011), tidak menemukan adanya hubungan yang signifikan pada level tertinggi dari celebrity worship, yaitu bordeline-pathological. Bila celebrity worship dikaitkan dengan pandangan fisik, celebrity worship juga diyakini memiliki peranan dalam body image. Penelitian yang dilakukan oleh Maltby, Giles, Barber, dan McCutcheon (2005), hubungan yang dibangun oleh individu dengan idola, terlebih bila idola mereka memiliki bentuk tubuh yang indah akan menyebabkan pandangan yang buruk bagi bentuk tubuh diri sendiri pada remaja wanita.

2.4 Body Image

2.4.1 Pengertian Body Image:

Body image menurut Weinshenker (2002) adalah, sebuah bentuk konsep batin yang dimiliki seseorang mengenai penampilan fisik yang mereka miliki. Masing-masing individu memiliki gambaran tersendiri terhadap individu yang memiliki gambaran yang sempurna terhadap bentuk tubuh dalam pikiran masing-masing. Seseorang dianggap memiliki pandangan yang senang terhadap bentuk tubuh milik sendiri memiliki arti bahwa individu tersebut memiliki positif self-image (Weinshenker, 2002). Sedangkan menurut Grogan (2008), body image merupakan suatu bentuk persepsi, perasaan, sikap, dan perilaku terhadap bentuk tubuh seseorang. Dalam aspek psikologi, definisi yang dikemukakan oleh Grogan dapat dimasukan kedalam konsep psikologis, seperti persepsi dan sikap terhadap bentuk tubuh individu sendiri (Grogan, 2008). Gambaran tubuh yang individu miliki umumnya ditentukan dari pengalaman sosial individu tersebut. Teman, keluarga, dan media merupakan salah satu bentuk dari pemberi informasi sosial yang relevan mengenai body image. Pada pandangan sosialita budaya barat, bentuk tubuh ramping diasosiasikan sebagai bentuk kebahagiaan, kesuksesan, awet muda, serta

(6)

bentuk penerimaan sosial. Maka dari hal tersebut, standar kecantikan yang diyakini oleh wanita adalah apabila wanita tersebut memiliki bentuk tubuh yang ramping (Grogan, 2008).

Dengan definisi yang telah dijabarkan diatas, dapat disimpulkan bahwa body image adalah suatu bentuk gambaran, persepsi yang dimiliki masing-masing individu mengenai bentuk tubuh yang secara nyata dimiliki oleh individu tersebut.

2.4.2 Dimensi dari body image

Terdapat empat dimensi body image menurut Pietro dan Silveira (2008), yaitu: 1. Self Perception of Body Shape:

Self perception of body shape merupakan persepsi diri terhadap bentuk tubuh. Contoh pertanyaan dari self perception of body shape seperti “Apakah anda takut menjadi gemuk?”

2. Comparative Perception of Body Image Attitude

Comparative perception of body image attitude merupakan dimensi yang mengukur seorang individu membandingkan persepsi mengenai citra tubuh dengan orang lain. Contoh pertanyaan dari comparative perception of body image attitude adalah “Pernahkah anda membandingkan bentuk tubuh anda sendiri dengan wanita/pria lain dan merasa bentuk tubuh anda sendiri tidak baik?”

3. Concerning Body Image Alteration

Concerning Body Image Alteration adalah bentuk sikap fokus kepada perubahan citra tubuh. Contoh pertanyaan dari concerning body image alteration adalah “ Apakah anda pernah muntah untuk membuat tubuh anda kurus?”

4. Alternations in Body Perception

Alternations in Body Perception adalah bentuk perubahan yang drastis terhadap persepsi mengenai tubuh. Contoh pertanyaan dari Alternations in Body

Perception adalah “Saat berada diantara orang, apakah anda khawatir

(7)

2.4.3 Penelitian Yang Berhubungan Dengan Body Image:

Body image sering dikaitkan dengan media. Sering kali media periklanan menargetkan wanita dengan model yang memiliki tubuh yang kurus dan indah untuk meningkatkan penjualan beberapa barang seperti baju, aksesoris, dan sebagainya. Hal inilah yang membuat image mengenai bentuk tubuh yang ideal merupakan tubuh yang kurus (Hendriks Burgoon, dalam Vonderen & Kinally, 2012). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Harrison dan Hefner (2006) kepada gadis remaja, ada keterkaitan antara menonton televisi dengan peningkatan keinginan untuk memiliki tubuh yang kurus pada saat mereka dewasa.

2.5 Remaja

2.5.1 Pengertian Remaja

Remaja menurut Santrock (2013), adalah periode masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan

sosioemosional. Perkembangan menuju remaja dimulai sekitar 10 hingga 13 tahun dan berhenti di masa remaja akhir (Santrock, 2012). Menurut Hurlock (dalam Kalhotra & Sharma, 2013), remaja dari segi usia terbagi menjadi tiga bagian yaitu, masa remaja awal (10-12 tahun), masa pertengahan remaja (umur 14-17), dan masa remaja akhir (umur 18-pertengahan 20). Perkembangan masa remaja terbagi menjadi dua, yaitu awal remaja dan remaja akhir. Awal remaja dimulai pada masa sekolah menengah atau sekolah menengah pertama dimana pada masa-masa ini remaja sudah mengalami pubertas. Sedangkan remaja akhir menurut Santrock, diperkirakan terjadi pada masa paruh kedua dekade kehidupan. Pada masa remaja akhir, umumnya remaja akan banyak berfikir mengenai hubungan dengan lawan jenis, apa yang akan dilakukan kedepan mengenai karir, dan sebagainya (Santrock, 2013).

2.5.2 Masa Transisi Dari Anak-Anak Menuju Remaja

Pada masa transisi dari anak-anak menuju remaja, melibatkan perubahan biological, cognitive, dan socioemotional (Santrock, 2013).

1. Biological

Perubahan yang umum terjadi adalah pertumbuhan yang pesat, perubahan hormon, dan kematangan seksual yang ditandai dengan datangnya masa-masa pubertas pada remaja.

(8)

2. Cognitive

Perubahan dari masa anak-anak menuju remaja ditandai dengan meningkatnya abstraksi, pandangan idealis, serta pemikiran logis.

3. Socioemotional

Remaja cenderung sering menghabiskan waktu dengan teman sebaya serta banyak terlibat konflik dengan orangtua. Adanya perkembangan seksual pada remaja, pada tahap ini juga remaja mulai tertarik dengan lawan jenis. Prestasi juga merupakan suatu hal yang penting bagi mereka dan hasrat untuk belajar juga meningkat pada masa remaja (Santrock, 2013).

2.5.3 Teori Perkembangan Remaja

Teori perkembangan merupakan hal yang penting dalam menjawab teka-teki mengenai perkembangan remaja. Beberapa teori dapat menjelaskan teka-teki tersebut, diantara yaitu (Santrock, 2013) :

1. Freud’s Theory

Freud memiliki keyakinan bahwa masalah yang dimiliki oleh manusia

merupakan hasil dari selama menjalani kehidupan masa lalunya. Pada masa remaja, Freud menyatakan bahwa remaja dipenuhi dengan ketegangan dan konflik.

2. Erikson’s Psychosocial Theory

Pada teori Erikson, remaja mengalami identity vs identity confusion. Pada tahap identity vs identity confusion, remaja dihadapkan dengan keputusan mengenai jati diri mereka seperti siapa saya atau bagaimana saya menghadapi hidup saya kedepan. Remaja yang tidak berhasil mengatasi pencarian identitas mereka selama rentan kehidupan, maka dapat dikatakan remaja tersebut akan mengalami identity confusion. 3. Piaget’s Cognitive Developmental Theory

Menurut teori Piaget, remaja termotivasi untuk memahami dunia mereka, karena hal tersebut adalah sebuah adaptasi biologis bagi mereka. Remaja memahami

mengenai berbagai hal dengan mengorganisir pengalaman mereka, lalu memisahkan apa yang dianggap tidak penting dan penting, dan digabungkan dengan pemahaman lainnya yang telah mereka dapatkan.

(9)

2.6 Kerangka Berpikir

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Pada penelitan sebelumnya yang telah dilakukan, Maltby dkk (2005) menemukan hubungan yang signifikan antara perilaku celebrity worship dengan body image

terutama terhadap remaja wanita diusia 14 hingga 16 tahun, sedangkan pada partisipan pria, Maltby dkk tidak menemukan adanya hubungan yang signifikan dengan body image (Maltby dkk, 2005). Dengan bentuk body image yang diperlihatkan oleh selebriti atau model yang mungkin tidak dapat diikuti oleh remaja, dapat memicu kondisi patologis yang berdampak buruk terhadap remaja (Maltby dkk, 2005). Dalam penelitian ini juga ditemukan, bahwa remaja perempuan dengan rentan usia 14 hingga 16 tahun yang berada pada aspek intense-personal dan membanggakan perasaan kepada bentuk tubuh yang dimiliki oleh orang digemari, merupakan ciri remaja yang

menggembangkan body image terhadap diri sendiri yang buruk. Sesuai dengan fenomena dan teori yang telah dijabarkan sebelumnya, peneliti ingin melihat peran celebrity worship terhadap body image namun dimasa remaja akhir.Peneliti ingin menguji hasil yang dijabarkan Malbty dkk (2005) pada masa remaja akhir. 2.7 Hipotesis

Sesuai yang telah dijelaskan sebelumnya pada penelitian celebrity worship dengan body image yang dilakukan oleh Maltby dkk (2005) bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku celebrity worship dengan body image, maka hipotesis dari penelitian adalah semakin tinggi celebrity worship, maka terdapat peranan terhadap body image bagi remaja di DKI Jakarta. Secara spesifik bila ditinjau dari aspek celebrity

Fenomena Celebrity Worship - Entertainment Social - Intense Personal - Boderline Pathological Body Image

(10)

worship, hipotesis pertama adalah tidak terdapat peran celebrity worship pada aspek entertainment social terhadap body image pada remaja akhir di DKI Jakarta, hal ini dikarenakan pada aspek entertainment social individu hanya menganggap selebriti sebagai hiburan semata. Pada aspek intense personal, terdapat peran celebrity worship terhadap body image pada remaja di DKI Jakarta. Hipotesis terakhir adalah terdapat peran celebrity worship pada aspek boderline pathological terhadap body image. Pada aspek terakhir, yaitu boderline pathological, peneliti memiliki asumsi bahwa dengan sikap obsesi yang dimiliki individu terhadap selebriti idola, maka tidak menutup kemungkinan boderline pathological berdampak bagi body image pada remaja akhir di DKI Jakarta.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini terdapat adanya perbedaan yang signifikan antara sebelum dan setelah diberikan teknik Effleurage dan Abdominal Lifting pada 27 responden yang mengalami

Ronald Pratama Adiwinoto Ilmu Penyakit Jantung & Pembuluh Darah 73 dr. Muchammad Dzikrul Haq Karimullah Ilmu Penyakit Jantung & Pembuluh Darah 74

Pembahasan yang akan dilakukan pada penelitian ini merujuk pada penelitian terdahulu yang terkait dengan pengaruh lokasi, promosi, word of mouth, dan kualitas

Kepuasan Kerja merupakan sikap (positif) tenaga kerja terhadap pekerjaannya, yang timbul berdasarkan penilaian terhadap situasi kerja. Penilaian tersebut

 Hasil Analisis Korelasi Hara C dengan K-tukar Tanah Descriptive Statistics Mean Std... Peta Administrasi Desa Banuaji

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pinjaman dana bergulir dari Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Semarang dapat membantu meningkatkan produk, omzet penjualan,

Berdasarkan uraian penjelasan di atas, maka timbul keinginan peneliti untuk membuat penelitian yang berjudul “Mediasi Faktor Kepribadian dan Pembelajaran pada

Pada tahapan ini dalam proses pengumpulan data yang dikerjakan pada saat penelitian di lapangan terhadap penggunaan telepon genggam android untuk di jadikan