• Tidak ada hasil yang ditemukan

Acara 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Acara 2"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS TADULAKO UNIVERSITAS TADULAKO

FAKULTAS TEKNIK FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK

GEOLOGI GEOLOGI

Acara: Pola Aliran & Tipe Genetik Sungai Acara: Pola Aliran & Tipe Genetik Sungai

 Nama

 Nama : Mughniy: Mughniy

 Nim  Nim : F 121 14 009: F 121 14 009 Praktek : Geomorfologi Praktek : Geomorfologi BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1

1.1 Tujuan PraktikumTujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu : Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu :

-- Menentukan daerah aliran sungaiMenentukan daerah aliran sungai -- Menentukan pola aliran sungaiMenentukan pola aliran sungai -- Menentukan tipe genetik sungaiMenentukan tipe genetik sungai

1.2

1.2Alat dan bahanAlat dan bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu : Alat yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu : -- Peta RBI Lembar Maranata Skala 1 : 50.000Peta RBI Lembar Maranata Skala 1 : 50.000 -- Drawing Pen 0,1Drawing Pen 0,1

-- Mistar 30cmMistar 30cm

Bahan

Bahan yang digyang digunakan dalam unakan dalam praktikum ini, ypraktikum ini, yaitu :aitu : -- Kertas KalkirKertas Kalkir

1.3

1.3Langkah KerjaLangkah Kerja

Langka kerja yang dilakukan yaitu sebagai berikut. Langka kerja yang dilakukan yaitu sebagai berikut. 1)

1) Membatasi lokasi pada peta RBI yang akan ditentukan pola aliranMembatasi lokasi pada peta RBI yang akan ditentukan pola aliran sungainya, yaitu 7 x 7 grid

sungainya, yaitu 7 x 7 grid 2)

2) Menciplak pola aliran sungai menggunakan kertas kalkir dan drawing penMenciplak pola aliran sungai menggunakan kertas kalkir dan drawing pen 3)

3) Menentukan batas DASMenentukan batas DAS 4)

(2)

BAB II DASAR TEORI

2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS)

DAS adalah daerah tertentu yang bentuk dan sifat alaminya sedemikian rupa sehingga merupakan suatu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungai yang melaluinya. Sungai dan anak-anak sungai tersebut berfungsi untuk  menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan serta sumber air lainnya. Penyimpanan dan pengaliran air dihimpun dan ditata berdasarkan hukum alam di sekelilingnya sesuai dengan keseimbangan daerah tersebut. Proses tersebut dikenal sebagai siklus hidrologi.

Menurut Manan (1979) “Kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis yang menampung, menyimpan dan mengalirkan air hujan yang jatuh di atasnya ke sungai yang akhirnya bermuara ke danau atau laut

Dalam ekosistem daerah aliran sungai terjadi interaksi antara unsur-unsur mahluk hidup dan unsur fisik seperti interaksi antara vegetasi, tanah, air dan manusia. Interaksi tersebut menentukan erosi dan sedimentasi yang mempengaruhi aliran air. Perkembangan daerah aliran sungai sangat tergantung pada laju erosi dan sedimentasi. Untuk mengendalikannya perlu pengelolaan yang melibatkan faktor-faktor tersebut.

2.2 Pola Aliran Sungai

Satu sungai atau lebih beserta anak sungai dan cabangnya dapat membentuk suatu pola atau sistem tertentu yang dikenal sebagai pola  pengaliran / pola penyaluran (drainage pattern). Pola pengaliran dapat

dibedakan menjadi beberapa macam. Tiap-tiap macam pola pengaliran dapat  bervariasi, dan variasi tersebut antara lain disebabkan oleh adanya struktur dan

variasi batuan dimana pola pengaliran itu terdapat.

1) Dendritik,  pola aliran serupa dengan percabangan pohon yang membentuk sudut lancip. Pembentukannya terjadi pada daerah yang resistensi batuannya seragam, contoh bauan sedimen kedudukannya datar

(3)

atau hampir datar. Dan control struktur tidak dominan.

Pola Aliran Dendritik

2) Parallel, pola aliran yang terbentuk oleh gabungan sungai yang saling sejajar. Terjadi pada daerah yang lerengnya mempunyai kemiringan yang nyata dan berkembang pada batuan yang halus dan homogen.

Pola Aliran Parallel

3) Trellis, pola aliran yang dicirikan oleh perpadua antar anak sungai dengan sungai induk yang tampakk tegak lurus atau hampir tegak lurus. Sungai utama biasanya mengalir searah dengan jurus perlapisan batuan atau jurus struktur geologi mayor lainnya. Anak-anak sungai dominan terbentuk dari hasil erosi pada batuan sedimen yang mempunyai resistensi rendah.

(4)

Pola Aliran Trellis

4) Rectangular,  pola aliran yang memberikan kenampakan baik individu maupun pengabungan dengan sungai utama atau induk yang membentuk sudut tegaklurus. Pola ini berkembang pada daerah struktural geologi yang  berkembang secara teratur.

Pola Aliran Rectangular

5) Radial, pola aliran yang dikenal dengan dua tipe, yaitu pola memencar yang terbentuk pada daerah struktur kubah (dome) muda, pada kerucut gunung api dan pada bukit-bukit yang berbentuk kerucut. Tipe lainnya yaitu mengumpul, berkembang pada daerah struktur cekungan (basin). Pola ini berkembang pada daerah morfologi cekungan dan terkotrol oleh sudut lereng dari morfologi.

(5)

Pola Aliran Radial

- Pola radial sentripetal adalah pola yang berlawanan dengan pola radial. Pada pola ini, aliran sungai biasanya mengalir ke sebuah cekungan (depresi) yang besar. Juga mengalir ke segala arah dari satu titik. Berkembang pada vulkan atau dome.

Pola aliran radial sentripetal

- Pola radial sentrifugal yaitu tipe sungai yang mengalir memusat dari  berbagai arah. Berkembang di kaldera, karater, atau cekungan tertutup

(6)

Pola aliran radial sentrifuge

6) Annular,  pola aliran dimana sungai umtama/induk dan anak sungainya mempunyai penyebaran yang melingkar dan menjari. Dijumpai pada daerah kubah berstadia dewasa. Pola ini merupakan perkembangan dari  pola radial, pola aliran ini melingkar mengikuti jurus perlapisan  batuannya.

Pola Aliran Annular

7) Multi Basinal,  pola aliran yang tidak sempurna, kadang nampak di  permukaan bumi, kadang juga tidak nampak. Pola ini berkembang pada

(7)

Pola Aliran Multi Basinal

8) Contorted,  pola aliran dimana arah alirannya berbalik arah. Pola ini dikontrol oleh struktur yang bekerja berupa lipatan yang tidak beraturan yang memungkinkan terbentuknya suatu tikungan atau belokan pada lapisan sedimen yang ada.

Pola Aliran Contorted

2.2 Tipe Genetik sungai

Perkembangan sebuah sungai pasti ditentukan oleh hubungan struktur  pelapisan batuan di sekelilingnya. Proses perkembangan tersebutlah yang

disebut dengan genetika sungai. Genetika sungai dapat dikategorikan sebagai  berikut:

(8)

1) Sungai Superposed atau sungai Superimposed adalah sungai yang terbentuk di atas permukaan bidang struktur dan dalam perkembangannya erosi vertikal sungai memotong ke bagian bawah hingga mencapai  permukaan bidang struktur agar supaya sungai dapat mengalir ke bagian yang lebih rendah. Dengan kata lain sungai superposed adalah sungai yang berkembang belakangan dibandingkan pembentukan struktur  batuannya.

2) Sungai Antecedent adalah sungai yang lebih dulu ada dibandingkan dengan keberadaan struktur batuanya dan dalam perkembangannya air sungai mengikis hingga ke bagian struktur yang ada di bawahnya. Pengikisan ini dapat terjadi karena erosi arah vertikal lebih intensif dibandingkan arah lateral.

3) Sungai Konsekuen adalah sungai yang berkembang dan mengalir searah lereng topografi aslinya. Sungai konsekuen sering diasosiasikan dengan kemiringan asli dan struktur lapisan batuan yang ada di bawahnya. Selama tidak dipakai sebagi pedoman, bahwa asal dari pembentukan sungai konsekuen adalah didasarkan atas lereng topografinya bukan pada kemiringan lapisan batuannya.

4) Sungai Subsekuen adalah sungai yang berkembang di sepanjang suatu garis atau zona yang resisten. sungai ini umumnya dijumpai mengalir di sepanjang jurus perlapisan batuan yang resisten terhadap erosi, seperti lapisan batupasir. Mengenal dan memahami genetika sungai subsekuen seringkali dapat membantu dalam penafsiran geomorfologi.

5) Sungai Resekuen. Lobeck mendefinisikan sungai resekuen sebagai sungai yang mengalir searah dengan arah kemiringan lapisan batuan sama seperti tipe sungai konsekuen. Perbedaanya adalah sungai resekuen berkembang  belakangan.

6) Sungai Obsekuen. Lobeck juga mendefinisikan sungai obsekuen sebagai sungai yang mengalir berlawanan arah terhadap arah kemiringan lapisan dan berlawanan terhadap sungai konsekuen. Definisi ini juga mengatakan  bahwa sungai konsekuen mengalir searah dengan arah lapisan batuan.

(9)

7) Sungai Insekuen adalah aliran sungai yang mengikuti suatu aliran di mana lereng tidak dikontrol oleh faktor kemiringan asli, struktur atau jenis  batuan.

2.2 Ordo sungai

Orde sungai adalah nomor urut setiap segmen sungai terhadap sungai induknya. Metode penentuan orde sungai yang banyak digunakan adalah Strahler. Sungai orde 1 menurut Starhler adalah anak-anak sungai yang letaknya paling ujung dan dianggap sebagai sumber mata air pertama dari anak sungai tersebut. Segmen sungai sebagai hasil pertemuan dari orde yang setingkat adalah orde 2, dan segmen sungai sebagai hasil pertemuan dari dua orde sungai yang tidak setingkat adalah orde sungai yang lebih tinggi. Metode lain dalam penentuan orde sungai ini antara lain adalah metode Horton, Shreve, dan Scheideger.

(10)

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Pola Aliran Sungai, Tipe Genetik Sungai

Sungai sebagai salah satu agen proses proses geomorfik yang dapat membantu menetukan keadaan morfologi suatu daerah dan sebagai indikator  proses geologi yang bekerja di wilayah tersebut. Sungai dipelajari melalui pola

aliran dan tipe genetiknya.

Pola aliran sungai yang berkembang di daerah maranata yaitu, pola aliran reectangular. Pola aliran rectangular adalah pola aliran yang kenampakan anak sungai  bergabung dengan sungai utama hampir membentuk sudut tegak lurus. Pola ini  berkembang pada daerah struktural geologi yang teratur.

(11)

Pada peta geologi diatas dpat diketahui bahwa tipe genetik daripada aliran sungai yang terdapat di daerah maranata yaitu tipe genetik obsequen. Yang ditandai dengan sungai yang mengalir menuruni dip dan kemiringan patahan.

(12)

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Aspek geologi sangat berpengaruh terhadap pembentukan pola aliran sungai. Salah satunya yang terjadi pada daerah maranata. Pola aliran sungai yang terbentuk adalah rectangular atau pola yang berkembang pada daerah struktural yaitu patahan. Sehingga menyebabkan tipe genetik sungai yang terbentuk mengikuti pola patahan tersebut.

(13)

https://jurnalbumi.com/daerah-aliran-sungai/

http://klikgeografi.blogspot.co.id/2014/12/macam-macam-pola-pengaliran-sungai.html

http://dokumen.tips/documents/geomorfologi-tipe-genetik-sungai.html http://leosejati.blogspot.co.id/2009/01/hidrologi-dasar-1.html

Referensi

Dokumen terkait

Syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Representasi Cinta dan Kasih dalam Kumpulan

35 Elok Kamila Hayati, M.Si Karakterisasi dan sosialisasi pemanfaatan kandungan unsur hara makro Si dan Na abu vulkanik pasca erupsi Gunung Kelud di tanah pertanian di

Kesimpulannya adalah terdapat hubungan yang nyata antara sarana air bersih, sarana pembuangan sampah, keberadaan jamban, saluran pembuangan air limbah dan personal

Perwakilan Kedua Pihak, atas permintaan tertulis oleh salah satu Pihak melalui lnstansi Berwenang yang ditunjuk , dan dengan semangat kerjasama dan pengertian

Perlakuan dosis radiasi yang diberikan tidak berbengaruh nyata terhadap panjang tangkai dan jumlah bunga.Panjang tangkai dan jumlah bunga pada perlakuan yang diberikan tidak

Hasil penelitian menyatakan bahwa kualitas pelayanan ditentukan oleh kepuasan pelanggan (Badri, Attia, & Ustadi, 2008; Chakraborty & Majumdar, 2011; Larsson &

Apabila kandungan Si dalam aloi 2014 bertambah, kandungan fasa eutektik pada titik ‘lutut’ tertinggi yang terbentuk di atas lengkung pecahan cecair meningkat dengan ketara, manakala

Pada penelitian ini, didapatkan perbedaan secara bermakna (p = 0,001) pada semua kadar protein S100 yang diukur saat tiba di rumah sakit, 6 jam pasca trauma, 24 jam pasca trauma