• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan prototipe buku Pendidikan Budi Pekerti dalam memainkan Instrumen Gamelan Bonang Barung (untuk SD)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengembangan prototipe buku Pendidikan Budi Pekerti dalam memainkan Instrumen Gamelan Bonang Barung (untuk SD)"

Copied!
158
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM MEMAINKAN INSTRUMEN GAMELAN BONANG BARUNG (UNTUK SD) SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Oleh: Thomas Yuli Padmara NIM: 141134178. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018. i.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING. ii.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HALAMAN PENGESAHAN. iii.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PERSEMBAHAN. Karya ilmiah ini penulis persembahkan kepada: 1. Allah Bapa Maha Agung sumber segala rahmat. 2. Keluarga dan teman-teman yang selalu memberikan memberikan kasih sayang, semangat, dan dukungan. 3. Sahabat-sahabat yang berjuang bersama, sebagai penyemangat dan selalu memberikan bantuan. 4. PGSD Universitas Sanata Dharma yang kubanggakan.. iv.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. MOTTO “Tuhan menetapkan langkah-langkah orang hidupnya berkenan kepadanya; Apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, Sebab Tuhan menopang tangannya” (Mazmur Daud 37: 23-24) “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkata-Mu itu” (Lukas 1:38) “Pandhita kang kinarya wagsit, medharna ngelmu kang sanyata” “Jer Basuki Mawa Bea”. v.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA. Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.. Yogyakarta, 1 Maret 2018 Penulis,. Thomas Yuli Padmara. vi.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS. Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama. : Thomas Yuli Padmara. Nomor Mahasiswa : 141134178. Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: “PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM MEMAINKAN INSTRUMEN GAMELAN BONANG BARUNG (UNTUK SD)”. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 1 Maret 2018 Yang menyatakan. Thomas Yuli Padmara. vii.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRAK PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM MEMAINKAN INSTRUMEN GAMELAN BONANG BARUNG (UNTUK SD) Thomas Yuli Padmara Universitas Sanata Dharma 2018 Potensi penilitian ini adalah kegiatan ekstrakurikuler gamelan di SD. Peneliti melakukan wawancara dengan dua praktisi gamelan dan memperoleh informasi bahwa ada nilai-nilai dalam memainkan gamelan. Hasil angket yang dibagikan pada 15 siswa SD Kanisius Minggir, diperoleh data bahwa memainkan gamelan menjadikan 67% siswa memiliki kebiasan berdoa, 33% siswa memiliki kebiasaan disiplin, 67% siswa bersikap sopan. Selain itu, 73% siswa belum pernah membaca buku tentang memainkan gamelan. Oleh karena itu, peneliti terdorong untuk mengembangkan prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan (untuk SD). Prototipe tersebut terdiri dari dua bagian. Bagian pertama artikel “Nilai-Nilai Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan”. Bagian kedua cergam “Bermain Bonang Barung, Melatih Tanggung Jawab”. Peneliti menggunakan 6 langkah penelitian dan pengembangan (R&D) menurut Sugiyono, yaitu: 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validasi desain, 5) revisi desain, 6) uji coba produk. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan protitipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan (untuk SD) dan mengetahui kualitas prototipe tersebut. Hasil validasi produk yang dilakukan oleh guru gamelan SD dan ahli bahasa didapatkan skor rerata “3,56” (rentang 1-4) dengan kategori “sangat baik”. Uji coba produk dilakukan di SD Kanisius Minggir dan diikuti oleh 19 siswa. Hasil refleksi berkaitan dengan pemahaman siswa tentang nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan dan dalam instrumen bonang barung mendapatkan skor “3,54” (rentang 1-4). Hasil tersebut menunjukkan bahwa prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan (untuk SD) yang dikembangkan memiliki kualitas “sangat baik”. Kata Kunci: pengembangan, prototipe buku, pedidikan budi pekerti, gamelan.. viii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRACT DEVELOPING A PROTOTYPE BOOK ON THE CHARACTER EDUCATION IN PLAYING THE INSTRUMENT GAMELAN BONANG BARUNG (FOR ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS) Thomas Yuli Padmara Sanata Dharma University 2018 The current research focused on the extracurricular activity of gamelan (a Javanese traditional instrumental ensemble) in an elementary school. The reseacher conducted interview with two gamelan practitioners and it was noticed that playing gamelan depicted character values. From the results based on questionaires distributed to fifteen students at SD Kanisius Minggir exhibited that performing gamelan led students to have several good habits; 67% showed praying habit, 33.3% disciplinary, and 67% politeness. Besides, as many as 73% students have never read any books about playing gamelan. Therefore, the researcher was encouraged to develop a prototype book on the character education in playing gamelan for elementary school students. The prototype consists of two divisions: 1) articles on character values in playing gamelan, and 2) a picture story entitled "playing bonang barung: habituating responsibility". The goals of the study are to develop a prototype book on the character education in performing gamelan for elementary schools and to measure the quality of the prototype. Therefore, the researcher carried out an R&D research with 6 steps (according to Sugiyono, 2012): 1) analysing the need, 2) gathering the data, 3) designing the product, 4) validating the design, 5) revising the design, and 6) applying the product. Results on the product validation done by gamelan teachers of elementary school and language experts showed that the average score was 3.56 (on range 1 to 4) with the category 'very good'. The produt trial was conducted at SD Kanisius Minggir and followed by 19 students. The result of reflection relates students’ understanding of the characer values in playing gamelan and in the instrumen bonang barung get 3.54 (on range 1 to 4) in score.It is obvious that the prototype book on the character education in playing gamelan for elementary schools possesses a 'very good' quality. Keywords: developing, prototype book, character education, gamelan.. ix.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya sehingga. peneliti. dapat. menyelesaikan. skripsi. yang. berjudul. “PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM MEMAINKAN INSTRUMEN GAMELAN BONANG BARUNG (UNTUK SD)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Peneliti menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti mendapat banyak bantuan, bimbingan dan dukungan dari banyak pihak secara langsung maupun tidak lagsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih kepada: 1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. 2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 3. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 4. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum. selaku Dosen Pembimbing I yang membimbing kami dengan sabar dan bijaksana. 5. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang membimbing kami dengan penuh kesabaran. 6. Para validator yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan validasi desain. 7. Bapak Beta Kurniawan selaku ilustrator gambar yang telah membantu dalam perbaikan gambar cergam. 8. Christina Kusumastuti, S.Pd. SD selaku Kepala Sekolah SD K Minggir yang telah memberikan ijin melakukan penelitian. 9. Maria Goretti Parinem selaku Guru kelas V SD Kanisius Minggir yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di kelas. 10. Siswa-siswi kelas V SD Kanisius Minggir tahun ajaran 2017/2018 yang telah bersedia terlibat dalam penelitian.. x.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 11. Sekretariat PGSD Universitas Sanata Dharma yang telah membantu proses perijinan penelitian skripsi. 12. Keluarga dan para saudaraku yang dengan sabar membimbing dan memberikan dukungan berupa doa, semangat, dan materil. 13. Sahabatku Robertus Budi, Yosafat Margiono dan Yosephin Ratna yang memberi banyak inspirasi dalam penelitian ini. 14. Teman-teman penelitian kolaboratif Gregorius Aji, Thomas Wahyu, Vincensius Willy, Laurensius Enggar, Gemma Sanggar, Anisa, Dhenis, Inggit, Jugun, Lisa, Palupi, dan Rossa yang telah memberikan bantuan selama melaksanakan penelitian dan skripsi ini. 15. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu namun telah banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna karena keterbatasan kemampuan peneliti. Peneliti berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan para pembaca.. Peneliti. xi.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL....................................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................................iv HALAMAN MOTTO ....................................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...........................................................................vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .......................................................................vii ABSTRAK ....................................................................................................................... viii ABSTRACT ........................................................................................................................ix KATA PENGANTAR ....................................................................................................... x DAFTAR ISI..................................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ........................................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ xv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... xvi BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 5 1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 5 1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................................... 5 1.5 Spesifikasi Produk .................................................................................................... 6 1.6 Definisi Operasional ................................................................................................. 7 BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................................... 8 2.1 Kajian Pustaka .......................................................................................................... 8 2.1.1 Teori-Teori yang Mendukung ........................................................................... 8 2.1.1.1 Budi Pekerti ............................................................................................... 8 1. Pengertian budi pekerti ................................................................................... 8 2. Pendidikan budi pekerti .................................................................................. 9 2.1.1.2 Gamelan .................................................................................................. 13 1. Gamelan dan Karawitan ............................................................................... 13 2. Bentuk-bentuk gendhing gamelan ................................................................ 16 3. Fungsi Gamelan ............................................................................................ 18 4. Penataan dan sikap dalam memainkan (menabuh) gamelan ........................ 19 2.1.1.3 Nilai-Nilai Budi Pekerti dalam Gamelan ................................................ 21 1. Nilai-nilai budi pekerti dalam instrumen gamelan ....................................... 21 2. Nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan..................................... 26 2.1.1.4 Instrumen Gamelan Bonang Barung ....................................................... 30 2.1.1.5 Cerita Bergambar .................................................................................... 33 1. Pengertian Cerita Bergambar ....................................................................... 33 2. Manfaat Cerita Bergambar ........................................................................... 34 2.1.1.6 Literasi..................................................................................................... 35 1. Pengertian Literasi ........................................................................................ 35 2. Tujuan Gerakan Literasi Sekolah ................................................................. 36 3. Tahapan Literasi ........................................................................................... 36 2.1.2 Hasil Penelitian yang Relevan ........................................................................ 42 2.1.2.1 Penelitian tentang Budi Pekerti ............................................................... 42 2.1.2.2 Penelitian tentang Gamelan ..................................................................... 42 2.1.2.3 Penelitian tentang Cerita Bergambar ....................................................... 43 xii.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2.2 Kerangka Berpikir .................................................................................................. 44 2.3 Pertanyaan Penelitian.............................................................................................. 45 BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................ 46 3.1 Jenis Penelitian ....................................................................................................... 46 3.2 Setting Penelitian .................................................................................................... 48 3.2.1 Tempat Penelitian ........................................................................................... 48 3.2.2 Subjek Penelitian ............................................................................................ 48 3.2.3 Objek Penelitian .............................................................................................. 48 3.2.4 Waktu Penelitian ............................................................................................. 48 3.3 Prosedur Pengembangan ......................................................................................... 49 3.3.1 Potensi dan Masalah ....................................................................................... 51 3.3.2 Pengumpulan Data .......................................................................................... 51 3.3.3 Desain Produk ................................................................................................. 51 3.3.4 Validasi Desain ............................................................................................... 52 3.3.5 Revisi Desain .................................................................................................. 52 3.3.6 Uji Coba Produk ............................................................................................. 53 3.4 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................................... 53 3.4.1 Wawancara...................................................................................................... 53 3.4.2 Kuesioner ........................................................................................................ 54 3.5 Instrumen Penelitian ............................................................................................... 54 3.5.1 Pedoman wawancara ....................................................................................... 55 3.5.2 Angket ............................................................................................................. 55 3.6 Teknik Analisis Data .............................................................................................. 62 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................... 64 4.1 Hasil Penelitian ....................................................................................................... 64 4.1.1 Prosedur Pengembangan ................................................................................. 64 4.1.1.1 Potensi dan Masalah ................................................................................ 64 4.1.1.2 Pengumpulan Data .................................................................................. 65 4.1.1.3 Desain Produk ......................................................................................... 69 4.1.1.4 Validasi Desain ....................................................................................... 72 4.1.1.5 Revisi Desain .......................................................................................... 73 4.1.1.6 Uji Coba Produk ...................................................................................... 76 4.1.2 Kualitas Produk............................................................................................... 78 4.2 Pembahasan ............................................................................................................ 80 4.3 Kelebihan dan Kekurangan Produk ........................................................................ 84 4.3.1 Kelebihan Prototipe Buku ............................................................................... 84 4.3.2 Kekurangan Prototipe Buku ............................................................................ 84 BAB V PENUTUP........................................................................................................... 85 5.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 85 5.2 Keterbatasan Penelitian .......................................................................................... 85 5.3 Saran ....................................................................................................................... 86 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 87 LAMPIRAN..................................................................................................................... 90 BIODATA PENULIS.................................................................................................... 142. xiii.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Nilai Budi Pekerti dan Nilai Karakter ................................................... 12 Tabel 2.2 Nilai-Nilai dalam Instrumen Gamelan .................................................. 26 Tabel 2.3 Nilai dalam Instrumen Bonang Barung. ............................................... 32 Tabel 3.1 Daftar Pertanyaan Wawancara .............................................................. 55 Tabel 3.2 Kisi-Kisi Angket Awal Penelitian ........................................................ 56 Tabel 3.3 Hasil Validasi Angket ........................................................................... 58 Tabel 3.4 Angket Validasi Produk ........................................................................ 60 Tabel 3.5 Angket Uji Coba produk ....................................................................... 61 Tabel 3.6 Hasil Interval Skala 1-4......................................................................... 62 Tabel 4.1 Rekap Jawaban Angket Analisis Kebutuhan Siswa .............................. 66. xiv.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Bonang Barung ................................................................................. 31 Gambar 2.2 Penelitian yang Relevan .................................................................... 43 Gambar 3.1 Langkah-langkah Penggunaan Metode Penelitian dan Pengembangan (R&D) Menurut Borg and Gall ............................................................................. 49 Gambar 3.2 Prosedur Penelitian dan Pengembangan yang Diterapkan Peneliti ... 50 Gambar 4.1 Sketsa Gambar Awal yang Dibuat Peneliti ....................................... 70 Gambar 4.2 Perbaikan Sketsa Oleh Ilustrator ....................................................... 71 Gambar 4.3 Isi Protoipe Buku Sebelum Direvisi .................................................. 74 Gambar 4.4 Isi Protoipe Buku Sesudah Direvisi .................................................. 75 Gambar 4.5 Isi Protoipe Buku Sebelum Direvisi .................................................. 75 Gambar 4.6 Isi Protoipe Buku Sesudah Direvisi .................................................. 76 Gambar 4.3 Uji Coba Produk ................................................................................ 77. xv.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1Surat Ijin Penelitian ..........................................................................91 Lampiran 2 Surat Ijin Uji Coba Produk ..............................................................92 Lampiran 3 Surat Keterangan Melakukan Penelitian ........................................93 Lampiran 4a Pedoman Wawancara .....................................................................94 Lampiran 4b Hasil Wawancara ...........................................................................95 Lampiran 5 Kisi-Kisi Penyusunan Angket .........................................................99 Lampiran 6a Lembar Penilaian Angket untuk Validator ....................................101 Lampiran 6b Hasil Validasi Angket ....................................................................102 Lampiran 6c Rekap Hasil Validasi Angket .........................................................106 Lampiran 7a Angket Analisis Kebutuhan Siswa ................................................109 Lampiran 7b Hasil Angket Kebutuhan Siswa .....................................................110 Lampiran 7c Rekap Hasil Angket Kebutuhan Siswa ..........................................113 Lampiran 8 Kisi-Kisi Pembuatan Prototipe Buku ..............................................116 Lampiran 9a Instrumen Validasi Produk ............................................................122 Lampiran 9b Hasil Validasi Produk ....................................................................123 Lampiran 9c Rekap Hasil Validasi Produk .........................................................129 Lampiran 10a Lembar Refleksi Uji Coba Produk...............................................131 Lampiran 10b Hasil Refleksi Uji Coba Produk ..................................................132 Lampiran 10c Pedoman Penilaian Refleksi ........................................................135 Lampiran 10d Rekap Jawaban Refleksi Uji Coba Produk ..................................137 Lampiran 11 Dokumentasi Uji Coba Produk ......................................................140. xvi.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian,. manfaat. penelitian,. dan. definisi. operasional.. Peneliti. akan. menguraikan satu persatu dari keenam bagian tersebut. 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan adalah ‘buah budi’ manusia yang bersifat lahir atau batin dan selalu mengandung keluhuran, kehalusan (keindahan), etis, dan estetis yang ada pada kehidupan manusia umunya. Kebudayaan Indonesia merupakan semua budaya nasional, budaya lokal, dan budaya asing yang telah ada di Indonesia sebelum Indonesia merdeka. Kebudayaan nasional Indonesia tumbuh dan terbentuk dari kebudayaan di daerah-daerah Indonesia (Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, 2013: 86). Indonesia memiliki kebudayaan yang tidak rendah nilainya dan beraneka ragam macamnya. Ukuran rendah tingginya kebudayaan suatu bangsa adalah kesenian rakyat yang dimilikinya. Kesenian merupakan bagian dari kebudayaan dan merupakan hasil perbuatan manusia yang timbul dari perasaannya dan bersifat indah sehingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia. Kesenian Indonesia terbentuk dari kesenian-kesenian daerah. Beberapa kesenian yang tumbuh dan berkembang di Indonesia misalnya seperti wayang kulit, tari-tarian, gamelan, relief pada candi, ukir-ukiran, dan wayang orang (Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, 2013: 330-332). Salah satu kesenian yang berasal dari daerah Jawa adalah gamelan, yang sudah ada sejak abad ke-8 M. Gamelan Jawa merupakan kumpulan alat musik trasional Jawa. Gamelan tergolong seni musik ensembel yang dimainkan secara bersama-sama dalam sebuah kelompok (Yudhoyono, 1983: 15). Istilah gamelan berasal dari pergeseran atau perkembangan dari kata gembel (gêmbêl), yaitu alat untuk memukul. Barang yang sering dipukul bernama gembelan yang kemudian bergeser menjadi istilah gamelan. Istilah gamelan juga bisa muncul pula dari cara membuat gamelan yaitu perunggu yang dipukul-pukul atau digembel. Benda yang dibuat dengan cara digembel bernama gembelan, kemudian berkembang menjadi gamelan (Endraswara, 2008: 40). Gamelan yang legkap mempunyai kira-kira 75. 1.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. alat/instrumen, tetapi instrumen pokoknya terdiri dari bonang, saron, demung, gender, kenong, slenthem, gambang, kendhang, gong, rebab, siter, dan suling. Pernyataan musikal dari instrumen-instrumen tersebut disebut dengan istilah karawitan. Istilah karawitan berasal dari bahasa Jawa rawit yang mendapat akhiran an. Rawit berarti rumit, berbelit-belit, tetapi rawit juga berarti halus, cantik, berliku-liku dan enak. Kata karawitan dipakai mengacu kepada musik gamelan. Kata karawitan juga dapat diartikan sebagai suatu keahlian, keterampilan, kemampuan, atau seni memainkan, menggarap, atau mengolah suatu gendhing sehingga menjadi bagian-bagian kecil yang bersifat rinci, dan halus (Purwadi, dan widayat 2006: 1). Bagi masyarakat Jawa gamelan merupakan gambaran keselarasan hidup. Irama gendhing/musik gamelan disusun dan dibuat berdasarkan pandangan hidup dan realitas hidup dalam dinamika masyarakat. Pandangan hidup yang dimaksud adalah saling menjaga diri, saling menjaga cipta, rasa, karsa dan perilaku. Keselarasan berarti diri yang dapat mengatur keseimbangan emosi dan menata perilaku yang laras, harmonis dan tidak menimbulkan kegoncangan. Gamelan memiliki berbagai filosofi dan nilai-nilai budi pekerti (Endraswara, 2005: 221). Budi pekerti adalah perilaku manusia, dan nilai budi pekerti adalah hal baik pada perilaku atau perbuatan manusia (Zuriah: 2007:17). Masing-masing instrumen gamelan memiliki makna nilai-nilai budi pekerti. Sebagai contoh adalah bonang yang berasal dari kata nong-nang. Nong dapat diartikan nong kono (di situ) dan nang diartikan nang kene (di sini). Maka nong-nang berarti menunjukaan arah ‘disitu-disini’. Hal itu sesuai dengan fungsi utama bonang sebagai penunjuk arah untuk pergatian atau pengulangan gendhing (Yudhoyono: 1983: 92). Nilai budi pekerti dilatihkan pada pemain bonang adalah penujuk arah (kepemimpinan). Ketika gamelan dimainkan juga mengandung nilai budi pekerti, misalnya nilai religius. Hal tersebut tampak dimana pada zaman dahulu gamelan digunakan untuk upacara pemujaan, dan pada masa sekarang gamelan digunakan dalam upacara keagamaan (Endraswara, 2008). Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang dilakuan peneliti dengan dua orang praktisi gamelan. Praktisi pertama, Bapak Sarjono mengemukakan bahwa gamelan merupakan budaya yang adiluhung dan mengadung nilai-nilai budi pekerti. Saat. 2.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. belajar bermain gamelan, seseorang tidak hanya mempelajari teknik dan teorinya saja, tetapi orang tersebut juga belajar unsur-usur yang perlu diserap dan dimengerti. Unsur-unsur itu adalah tata krama, tata bahasa, kesopanan (unggahungguh). Bapak A. Eko Susilo menyatakan bahwa terdapat nilai-niali budi pekerti dalam memainkan gamelan. Contoh nilai budi pekerti yang terkandung dalam perangkat gamelan adalah sopan, kerja sama, kebersamaan, saling melengkapi, toleransi, religius, dll. Gamelan dimainkan secara bersama-sama dan masingmasing orang memainkan 1 instrumen. Kerja sama tampak dari para penabuh yang membunyikan masing-masing instrumen dengan cara berbeda untuk menghasilkan bunyi gendhing yang padu. Sopan tampak tampak pada cara berpakaian, cara duduk, dan terkait hal-hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan waktu memainkan gamelan. Gamelan perlu diperkenalkan kepada siswa sejak dini. Nilai-nilai yang terkandung dalam gamelan tersebut baik diajarkan pada siswa-siswa di jenjang sekolah dasar. Sehingga di jenjang selanjutnya para siswa akan terbiasa dengan hal-hal yang baik. Di beberapa Sekolah Dasar, gamelan atau karawitan menjadi salah satu kegiatan ekstrakurikuler, seperti di SD Kanisius Minggir. Peneliti membagikan angket pada 15 siswa kelas IV dam V di SD tersebut, untuk mengetahui nilai-nilai budi pekerti yang didapatkan dari bermain gamelan. Dari angket yang disebar, peneliti peneliti mengetahui bahwa dari bermain gamelan dapat membantu membiasakan siswa untuk berdoa (67% siswa), sopan (67% siswa), siap/fokus (33% siswa), tenang (27% siswa), dan disiplin (27% siwa). Peneliti juga mengetahui bahwa 73% siswa belum pernah membaca buku tentang gamelan, sedangkan 27% pernah membaca buku notasi karawitan (bukan buku informasi mengenai gamelan). Berdasar informasi tersebut peneliti terdorong untuk mengembangkan prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan untuk siswa SD. Peneliti termotivasi oleh penelitian sebelumnya terkait gamelan dan pendidikan budi pekerti. Pramudi, Budiman, & Sunardi (2010) melakukan penelitian yang bejudul “Desain Virtual Gamelan Jawa Sebagai Media Pembelajaran”. Penelitian ini menghasilkan aplikasi yang memiliki menu kualifikasi instrumen gamelan dan dilengkapi berbagai macam pilihan menu suara. 3.

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. gamelan Jawa yang direkam langsung dari gamelan. Dengan aplikasi tersebut, permainan gamelan dapat dilakukan bersama-sama oleh masing-masing pengguna aplikasi dengan memilih 1 jenis instrumen. Suryanto, Suhita dan Mujiyanto (2013) melakukan penelitian yang berjudul “Model Pendidikan Budi Pekerti Berbasis Cerita Anak untuk Penanaman Nilai Etis-Spiritual”. Penelitian ini menganalisis kebutuhan budi pekerti, menganalisis cerita anak sebagai bahan ajar, dan merancang model pendidikan budi pekerti berbasis cerita anak untuk menanamkan nilai etis-spiritual melalui pembiasaan pada mata pelajaran yang sesuai. Penelitian tersebut menginspirasi peneliti untuk mengembangkan penanaman nilai budi pekerti yang terdapat dalam memainkan gamelan berupa prototiope buku. Prototipe buku yang disusun berjudul “Nilai-Nilai Budi Pekerti Dalam Memainkan Gamelan (Untuk SD)” yang terdiri dari dua bagian. Bagian pertama artikel “Nilai-Nilai Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan” berisi informasi sederhana tentang gamelan, nila-nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan dan nilai budi pekerti pada beberapa instrumen gamelan. Bagian ke-2 berupa cerita bergambar berjudul “Bermain Bonang Barung, Melatih Tanggung Jawab ” yang mengisahkan pengalaman seorang anak bermain bonang barung dan nilai-nilai budi pekerti yang diserapnya. Selanjutnya terdapat beberapa pertanyaan/refleksi untuk mengetahui tingkat pemahaman para pembacanya yaitu siswa usia SD kelas atas. Peneliti hanya berfokus pada instrumen bonang barung saja karena penelitian ini merupakan penelitian kolaboratif, dan peneliti memiliki pengalaman dalam memainkan instrumen bonang barung. Jenis penelitian ini adalah Reseach and Development (R&D) degan judul “Pengembangan Prototipe Buku Pendidikan Budi Pekerti dalam Memainkan Instrumen Gamelan Bonang Barung (Untuk SD)”. Produk yang disusun peneliti tersebut diharapkan dapat menjadi sarana literasi oleh guru. Literasi adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunkan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan berbicara (Kemendikbud: 2016). Salah satu sarana literasi di sekolah adalah cerita bergambar. Cerita bergambar adalah bacaan cerita yang menampilkan teks narasi secara verbal dan disertai dengan gambar-gambar. 4.

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ilustrasi. Gambar-gambar tersebut akan menambah keindahan buku dan memperkuat isi cerita (Nurgiantoro, 2005: 153). Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 tahun 2015 menerangkan bahwa penumbuhan budi pekerti diperkuat melalui Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Salah satu kegiatan GLS adalah kegiatan membaca 15 menit buku nonpelajaran sebelum pelajaran dimulai. Materi baca berisi nilai-nilai budi pekerti, berupa kearifan lokal, nasional, dan global yang disesuaikan dengan tahap perkembangan siswa. Produk prototipe buku yang disusun peneliti diharapkan dapat menjadi sarana kegiatan literasi di sekolah, sehingga pembacanya dapat mengetahui nilai-nilai budi pekerti yang terkandung dalam gamelan dan memperoleh informasi lebih lanjut mengenai gamelan yang merupakan salah satu budaya Indonesia.. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti fokus pada rumusan masalah sebagai berikut: 1.2.1 Bagaimana pengembangan prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan (untuk SD)? 1.2.2 Bagaimana kualitas prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan (untuk SD)?. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasar rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah: 1.3.1. Mengembangkan. prototipe. buku. pendidikan. budi. pekerti. dalam. memainkan gamelan (untuk SD). 1.3.2 Mendeskripsikan kualitas prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan (untuk SD).. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.4.1 Bagi Siswa Bagi siswa agar mudah untuk belajar dan memahami nilai-niali budi pekerti dalam memainkan gamelan, dan menggugah minat siswa supaya melestarikan gamelan sebagai budaya Indonesia. 5.

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 1.4.2 Bagi Guru Membantu guru dalam kegiatan literasi dengan mendapatkan media literasi berupa prototipe buku yang berisi informasi sederhana mengenai gamelan yang mengandung nilai-nilai budi pekerti. 1.4.3 Bagi Peneliti Bagi Peneliti mendapatkan pengalaman melalui penelitian menggunakan metode R&D menghasilkan produk berupa prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan untuk siswa SD.. 1.5 Spesifikasi Produk Spesifikasi produk yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1.5.1 Produk berupa prototipe buku yang berjudul “Nilai-Nilai Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan (untuk SD)”, terdiri dari dua bagian. Bagian pertama artikel “Nilai- Nilai Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan” dan bagian kedua cerita bergambar berjudul “Bermain Bonang Barung, Melatih Tanggung Jawab”. 1.5.2 Prototipe buku terdiri dari halaman sampul, kata pengantar, daftar isi, bagian pertama (artikel nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan), bagian kedua (cerita bergambar), pertanyaan refleksi, daftar pustaka, biodata penulis dan puisi tentang gamelan. 1.5.3 Artikel pada bagian pertama memuat informasi sederhana tentang gamelan, nilai-nilai budi pekerti yang terkandung dalam instrumen gamelan, dan nilai-nilai budi pekerti yang dalam memainkan gamelan. 1.5.4 Cerita bergambar pada bagian kedua berjudul “Bermain Bonang Barung, Melatih Tanggung Jawab” mengisahkan seorang anak bernama Budi yang memiliki pengalaman bermain bonang barung dan nilai-nilai budi pekerti yang terkandung di dalamnya. Terdapat 11 ilustrasi gambar yang sesuai dengan alur cerita untuk mempermudah pembaca memahami isi cerita. 1.5.5 Refleksi pada bagian akhir buku bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa setelah membaca buku cerita tersebut. 1.5.6 Produk prototipe buku dibuat dengan kertas: buffalo (kertas berwarna sebagai cover), dan paperbook (kertas halus sebagai isi buku).. 6.

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 1.6 Definisi Operasional Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.6.1 Prototipe Prototipe adalah produk yang berupa buku sederhana yang belum dicetak dan dipublikasikan secara luas, produk ini belum didaftarkan secara resmi sehingga penulis belum memiliki hak cipta atas produk dan karya tulis yang dibuat. 1.6.2 Gamelan Gamelan merupakan kumpulan alat-alat musik (bunyi-bunyian) tradisional terdapat (terutama) di pulau Jawa yang sebagian besar alat tersebut dibuat dari logam dan dmainkan dengan cara berbeda-beda, antara lain: kendhang, bonang, saron, slentem, suling, gender, gambang, kethuk, kenong, kempul, dan gong. 1.6.3 Budi pekerti Budi pekerti atau moralitas merupakan sikap atau tingkah laku manusia yang mewujudkan nilai-nilai kebaikan dalam masyarakat. 1.6.4 Cerita bergambar Cerita bergambar atau cergam adalah naskah (cerita) dilengkapi dengan gambar yang sesuai dengan isi cerita, sehingga pembaca dapat memahami informasi yang disampaikan oleh penulis. 1.6.5 Literasi Literasi adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan berbicara.. 7.

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan pertanyaan penelitian. Keempat hal tersebut akan diuraikan sebagai berikut. 2.1 Kajian Pustaka Kajian putaka ini akan membahas mengenai teori yang mendukung dan penelitian yang relevan. 2.1.1 Teori-Teori yang Mendukung Beberapa teori yang mendukung penelitian ini adalah teori-teori mengenai budi pekerti, gamelan, nilai-nilai yang terkandung dalam gamelan, instrumen bonang barung, cerita bergambar, dan literasi. 2.1.1.1 Budi Pekerti Pada bagian ini akan diuraikan mengenai pengertian budi pekerti dan pendidikan budi pekerti. 1.. Pengertian budi pekerti Budi pekerti, berasal dari kata budi dan pekerti. Kata budi berarti: 1) alat. batin yang merupakan panduan yang merupakan paduan akal dan perasaan untuk menimbang baik dan buruk; 2) tabiat, akhlak, watak; 3) perbuatan baik, kebaikan; 4) daya upaya; ikhtisar; 5) akal (dalam arti kecerdikan menipu atau tipu daya). Kata pekerti berarti 1) perangai; tabiat; akhlak; watak; 2) perbuatan. Jika telah dirangkai kata budi pekerti mengandung arti tingkah laku; perangai; akhlak. Budi pekerti merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, baik sebagai pribadi maupun makluk sosial. Budi pekerti seseorang akan tampak pada sikap dan perilakunya. Orang yang mempunyai budi pekerti baik akan selalu bersikap dan berperilaku baik. Sebaliknya, orang yang memiliki budi pekerti tidak baik akan bersikap dan berperilaku tidak baik. (Suyatmi, dkk. 2015:1). Menurut Zuriah (2007: 17) budi pekerti diartikan sebagai moralitas. Moralitas mengandung beberapa pengertian yaitu 1) adat istiadat, 2) sopan santun, 3) perilaku. Pada kurikulum berbasis kompetensi (2001), budi pekerti berisi nilainilai perilaku manusia yang akan diukur menurut kebaikan dan keburukannya. 8.

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. melaui norma agama, norma hukum, tata krama dan sopan santun, norma budaya dan adat istiadat dalam masyarakat. Menurut Endraswara (2006), budi pekerti adalah sikap dan perilaku (tingkah laku, solah bawa, muna-muni) yang dilandasi kegiatan berpikir atau olah batin. Budi pekerti erat kaitannya dengan budaya. Karena budaya setiap daerah berbeda maka penerapan nilai-nilai budi pekerti di tiap daerah belum tentu sama. Pada masyarakat Jawa, diterapkan beberapa nilai untuk membentuk akhlak mulia, nilai-nilai tersebut adalah: prinsip hormat yang menyangkut unggah-ungguh dan tatakrama Jawa, kerukunan hidup, sifat arif; dan jujur, mawas diri, ikhlas, rendah diri, unggah-ungguh; dan tatakrama yang baik, berhati-hati, dan pasrah. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa budi pekerti disebut juga dengan moralitas. Budi pekerti adalah sikap atau tingkah laku manusia yang mewujudkan nilai-nilai kebaikan dalam masyarakat. Budi pekerti ini ditanamkan melalui pendidikan budi pekerti yang akan dibahas pada bagian selanjutnya.. 2.. Pendidikan budi pekerti Menurut Zuriah (2007: 20) pendidikan budi pekerti adalah upaya untuk. membekali siswa melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan selama siswa tersebut tumbuh dan berkembang sebagai bekal masa depan, agar siswa tersebut memiliki hati nurani yang bersih, berperagai yang baik, dan menjaga kesusilaan dalam melaksanakan kewajiban terhadap Tuhan dan sesama makluk. Dengan hal tersebut, terbentuklah pribadi seutuhnya yang tercermin pada perilaku yang berupa ucapan, perbuatan, sikap, pikiran, perasaan, kerja dan hasil karya berdasarkan nilai-niali agama serta norma. Menurut Endraswara (2008: 5) pendidikan budi pekerti bertujuan untuk memfasilitasi siswa supaya mampu menggunakan dan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya, mengembangkan keterampilan sosial sehingga memungkinkan tumbuh dan berkembangnya akhlak mulia dalam diri siswa. Kemudian akhlak mulia yang telah terbentuk dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Penerapannya dari beberbagai aspek kehidupan. Aspek kehidupan yang dimaksud adalah agama, adat istiadat, norma dalam masyarakat, dan lain-lain. Pendidikan budi pekerti adalah usaha membekali. 9.

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. siswa melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan dengan tujuan perilaku baik untuk diterapkan di kehidupan sehari-hari. Pendidikan budi pekerti ini menekankan ranah afektif (perasaan dan sikap) tanpa meninggalkan ranah kognitif (pikiran) dan ranah psikomotorik (perilaku) (Zuriah, 2007: 18-19). Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan Wibowo dan Purnama (2013: 38) bahwa pendidikan budi pekerti melibatkan aspek pikiran, sikap, dan perilaku. Sikap adalah keadaan batiniah seseorang (kesiapan mental dan syaraf), yang dapat mempengaruhi seseorang dalam melakukan pilihanpilihan tindakan atau hal baik dan jahat. Sikap tidak muncul seketika, melainkan disusun dan dibentuk melalui pengalaman serta memberikan pengaruh langsung kepada respons seseorang (Trow dalam Adisusilo, 2011: 67). Kemampuan pikiran digunakan untuk menentukan hal-hal yang benar dan salah. Dengan kemampuan pikiran seseorang dapat membanding-bandingkan, menyimpulkan, menghitung, memecahkan atau mengerjakan hal-hal yang benar (Mangudhardjana, 2016: 17). Perilaku adalah segala hal yang dilakukan dan dibuat yang dapat diamati dan dicatat oleh siapa pun, di mana pun, kapan pun, dalam hal apa pun dan untuk tujuan apa pun (Mangudhardjana, 2016: 44). Pendidikan budi pekerti sama dengan pendidikan karakter. Seseorang dapat dikatakan berkarakter atau berwatak jika telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan moral di dalamnya (Zuriah, 2007: 19). Menurut Thomas Lickona (dalam Yaumi, 2014: 10) pendidikan karakter adalah usaha yang disengaja untuk mengembangkan karakter yang baik berdasarkan nilai-nilai inti yang baik untuk individu dan baik untuk masyarakat. Yaumi (2014: 7) menyatakan bahwa karakter adalah moralitas, kebenaran, kebaikan, kekuatan dan sikap seseorang yang ditunjukkan kepada orang lain melalui tindakan. Karakter ada dua, yaitu karakter baik dan jahat. Orang yang berkarakter baik adalah orang yang memiliki kepribadian, hidup, perilaku, dan perbuatan baik. Orang yang berkarakter jahat adalah orang yang memiliki kepribadian, hidup, perilaku, dan perbuatan jahat (Mangudhardjana, 2016: 11). Samani dan Harianto (2011: 49) menyatakan bahwa pendidikan karakter terdiri atas 3 nilai operatif, yang terdiri atas pengetahuan tentang moral (moral. 10.

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. knowing, aspek kognitif), perasaan berlandaskan moral (moral feeling, aspek afektif), dan perilaku bersarkan moral (moral behavior, aspek psikomotor). Hal tersebut sesuai dengan pendapat Lickona (2014: 72) bahwa karakter terbentuk dari tiga macam bagian yang saling berkaitan, yaitu pengetahuan moral (kognitif), perasaan moral (afektif), dan perilaku moral (psikomotor). Dengan kata lain pendidikan karakter melibatkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Aspek kognitif menitiberatkan pada kemapuan berpikir atau segala upaya yang berhubungan dengan aktivitas otak (kemampuan mental). Aspek afektif berkaitan dengan perilaku-perilaku yang menekankan pada perasaan, dan emosi. Aspek psikomotor adalah keterampilan (skill) yang berkaitan dengan kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu (Sudijono dalam Rofiah, Aminah, dan Ekawati, 2013:17). Karakter yang baik terdiri atas mengetahui kebaikan (kebiasaan pikiran), menginginkan kebaikan (kebiasaan hati), dan melakukan kebaikan (kebiasaan perbuatan). Menurut Lickona (dalam Kesuma, Trianta, dan Permana, 2011: 7174) pengetahuan moral terbentuk dari enam kualitas pikiran, yaitu 1) kesadaran moral, merupakan kemampuan menangkap isu moral yang sering implisit dari suatu objek atau peristiwa, 2) pengetahuan terhadap nilai-nilai moral (literasi etis) adalah kemampuan menerjemahkan nilai-nilai abstrak menjadi perilaku kongkret, 3) pengambilan prespektif adalah kemampuan menerima sudut pandang lain, memahami situasi sebagaimana orang lain memahaminya, mengimajinasikan pemikiran orang lain, mereaksi, dan berperasaan, 4) penalaran moral, adalah memahami makna sebagai orang yang bermoral, 5) pembuatan keputusan adalah proses seseorang menjadi memiliki keputusan, 6) memahami diri sendiri merupakan kemampuan melihat kembali perilaku sendiri dan mengevaluasinya. Lickona (dalam Kesuma, Trianta, dan Permana, 2011: 75-77) menyatakan bahwa perasaan moral memuat enam aspek yaitu: 1) hati nurani yang terdiri dari sisi kognitif (pengetahuan tentang apa yang baik); dan sisi emosional (merasa wajib melakukan yang baik), 2) harga diri; merupakan kemampuan merasa bermatabat karena memiliki kebaikan atau nilai luhur, 3) empati adalah identifikasi diri pada keadaan orang lain atau pengalaman orang lain, 4) cinta kebaikan merupakan bentuk tertinggi dari karakter mencakup ketertarikan sejati. 11.

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. atau tulus pada kebaikan, 5) kontrol diri ini membantu seseorang menjadi bermoral; seperti saat sedang marah dan untuk mengekang kesukaan diri, 6) rendah hati merupakan terdiri dari keterbukaan yang sejati pada kebenaran dan kemauan untuk bertindak memperbaiki kesalahan. Lickona (dalam Kesuma, Trianta, dan Permana, 2011: 78-79), tindakan moral merupakan produk pikiran dan perasaan moral. Tindakan moral terdiri dari tiga aspek, yaitu: 1) kompetensi adalah kemampuan mengubah putusan dan perasaan moral menjadi tindakan moral yang efektif, 2) keinginan moral merupakan inti dari keberanian moral; menjadi baik seiring mempersyaratkan sebuah tindakan nyata dari kemauan, 3) kebiasaan adalah melakukan hal yang baik oleh kekuatan kebiasaan. Kesamaan aspek dalam pendidikan karakter dan pendidikan budi pekeri dapat dilihat dalam tabel berikut.. Tabel 2.1 Nilai Budi Pekerti dan Nilai Karakter.. Nilai Budi Pekerti. Nilai Karakter. Sikap. Afektif. Pikiran. Kognitif. Perilaku. Psikomotor. Menurut (Zuriah, 2007: 67) pendidikan karakter atau pendidikan budi pekerti memiliki beberapa tujuan, yaitu: 1) siswa memahami nilai-nilai budi pekerti di lingkungan keluarga, lokal, nasional, dan internasional melalui adat istiadat, hukum, undang-undang, dan tatanan antar bangsa. 2) siswa mampu mengembangkan watak atau tabiatnya secara konsisten dalam mengambil keputusan budi pekerti di tengah-tengah rumitnya kehidupan bermasyarakat. 3) siswa mampu menghadapi masalah nyata dalam masyarakat secara rasional bagi pengambilan keputusan yang terbaik setelah melakukan pertimbangan sesuai dengan norma budi pekerti. 4) siswa mampu menggunakan pengalaman budi pekerti yang baik bagi pembentukan kesadaran dan pola perilaku yang berguna dan bertanggung jawab atas tindakannya. Menurut Ratna (2014: 195) pendidikan. 12.

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. karater atau budi pekerti ini dapat bersumber dari sastra, seni, dan budaya. Dari potensi salah satu budaya Jawa,. yaitu gamelan Jawa, peneliti akan. mengembangkan produk berupa prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan untuk siswa sekolah dasar.. 2.1.1.2 Gamelan Pada bagian gamelan ini akan diuraikan mengenai gamelan dan karawitan, instrumen gamelan, fungsi gamelan, bentuk gendhing gamelan, dan etika dalam karawitan. 1.. Gamelan dan Karawitan Gamelan merupakan salah satu kebudayaan Indonesia dalam bidang kesenian,. yang telah ada sejak abad ke-8 M. Gamelan terdapat di beberapa daerah seperti Jawa, Sunda, dan Bali. Di daerah tersebut, gamelan memiliki ciri khas masingmasing baik dari bentuk, pola permainan, maupun lagu yang dibawakan. Akan tetapi, hal yang umum dari gamelan adalah terdiri dari berbagai alat dan dimainkan secara bersama-sama. Gamelan yang akan dibahas oleh peneliti adalah gamelan Jawa yang terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Orang yang mempelajari gendhing gamelan, tidak hanya memperoleh pengetahuan dan kepandaian mengenai gendhing saja. Orang yang mempelajari gendhing gamelan, akan dituntun untuk memiliki rasa kewiramaan (perasaan ritmis), rasa keindahan (perasaan estetis), dan menguatkan rasa kesusilaan (perasan etis). Gendhing Jawa itu bersifat indah serta luhur dan merupakan kekayaan bangsa yang patut dibanggakan (Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, 2013: 173). Istilah gamelan telah dikenal di Indonesia, namun artinya belum jelas dan masih dalam dugaan-dugaan. Istilah gamelan bisa berasal dari pergeseran atau perkembangan kata gembel (gêmbêl), yaitu alat untuk memukul. Kebanyakan instrumen gamelan dibunyikan dengan cara dipukul. Barang yang sering dipukul bernama gembelan. Kata gembelan bergeser atau berkembang menjadi gamelan. Istilah gamelan bisa muncul pula dari cara membuat gamelan yaitu perunggu yang dipukul-pukul atau digembel. Benda yang dibuat dengan cara digembel bernama gembelan, dan kemudian gembelan berkembang menjadi gamelan (Endraswara,. 13.

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2008: 40). Gamelan dapat disebut juga dengan istilah gangsa. Istilah gangsa berasal dari bahan perunggu yang digunakan untuk membuat gamelan adalah campuran dari tiga bagian timah dan sepuluh (sedasa) bagian tembaga merah. Suku kata terakhir ‘tiga’ dan ‘sedasa’ adalah ga-sa yang akhirnya menjadi istilah gangsa. Bagi masyarakat Jawa, gangsa mengandung arti tersendiri: gang = gegandhulaning urip (pegangan utama hidup) dan sa= rasa. Jadi gangsa adalah pegangan utama hidup yaitu rasa. (Endraswara, 2008: 43). Gamelan adalah pernyataan musikal berupa kumpulan alat-alat musik (bunyi-bunyian) tradisional dalam jumlah yang besar dan terdapat (terutama) di pulau Jawa. Gamelan lengkap mempunyai kurang lebih 75 alat dan dapat dimainkan oleh 30 niyaga (pemain gamelan) disertai 10 sampai 15 pesinden/ gerong (volakis). Susunan alat-alat tersebut paling banyak terdiri dari alat-alat pukul yang terbuat dari logam degan berbentuk bilah atau canang dalam berbagai ukuran dengan atau tanpa dilengkapi wadah gema (resonator). Alat atau instrumen yang dimainkan dengan cara dipukul adalah gambang, gender, kendhang, bonang, saron, kenong, kempul, kethuk, dan gong. Alat-alat pukul tersebut dilengkapi dengan alat musik tiup, gesek, dan petik. Instrumen gamelan yang dibunyikan dengan cara ditiup adalah suling. Suling berbentuk buluh dari bambu dengan lubang atau kolom udara. Saat ditiup, kolom udara tersebut bergetar dan menghasilkan bunyi. Panjang pendeknya kolom udara akan menentukan tinggi rendahnya nada yang dihasilkan. Insrumen gamelan yang dibunyikan dengan cara digesek adalah rebab. Rebab adalah instrumen yang memiliki dawai, bentuknya seperti bangun manusia yang sedak duduk bersila menurut konsepsi masyarakat Jawa. Sumber bunyi pada rebab adalah dawai yang terbuat dari kuningan. Instrumen gamelan yang dipetik adalah siter. Siter menghasilkan bunyi ketika dawai/senar-senarnya dipetik, dan tinngi rendah nadanya tergantung pada kuta tegangnya pemasangan dawai (Yudhoyono, 1984). Suatu. keahlian, keterampilan, kemampuan,. atau seni. memainkan,. menggarap, atau mengolah suatu gendhing sehingga menjadi bagian-bagian kecil yang bersifat rinci, dan halus disebut dengan istilah karawitan. Kata karawitan dipakai mengacu kepada musik gamelan dan merupakan pernyataan musikal dari seperangkat instrumen gamelan Jawa. Istilah karawitan berasal dari bahasa Jawa. 14.

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ‘rawit’ yang berarti rumit, berbelit-belit; tetapi juga berarti halus, cantik, berlikuliku, dan enak. Jadi dapat dikatakan bahwa gamelan merupakan alat yang digunakan dalam karawitan, sedangkan karawitan adalah seni musiknya (Purwadi, dan Widayat, 2006: 1). Setiap instrumen gamelan mempunyai nama dan fungsi tersendiri. Dari berbagai alat gamelan, pada intinya hanya terdapat 12 nama yaitu kendhang, bonang, saron, siter, suling, gambang, gender, rebab, suling, kethuk, kenong, kempul, dan gong. Adapun fungsi/peranannya adalah sebagai berikut: 1) pencipta irama (pemurba irama): kendhang 2) pemelihara irama (pemangku irama): kethuk, kenong, kempul, gong 3) pencipta suara (pemurba lagu): rebab, bonang barung, gender barung 4) pemelihara suara (pemangku lagu): gambang, bonang penerus, gender penerus, clempung, slenthem, saron (Purwadi dan Widayat, 2006, 16-17). Menurut bentuknya, gamelan terdiri dari 3 bentuk yaitu: (1) Bentuk bilah, yaitu instrumen yang memiliki bilah seperti saron, slenthem, dan gambang. (2) Bentuk pencon, yaitu instrumen yang memiliki pencu seperti gong, kenong, dan bonang. (3) Bentuk lain-lain, yaitu instrumen tanpa bilah atau tanpa pencon seperti rebab, kendhang, dan siter (Endraswara, 2008: 46). Semua instrumen gamelan dibunyikan secara bersama-sama atau sebagian saja dengan cara yang sesuai, sehingga membentuk konser atau kumpulan suara yang teratur dalam tempo dan irama tertentu. Hasil pembunyian alat-alat tersebut secara teratur disebut gendhing. Menurut nada (laras) yang dihasilkan, gamelan dibagi menjadi 2 jenis, yaitu gamelan laras slendro dan gamelan laras pelog. Gamelan laras slendro memiliki 5 nada, sedangkan gamelan laras pelog memiliki 7 nada. Karena hal tersebut maka gending karawitan Jawa juga dibagi dalam 2 jenis sesuai laras atau nada yang dihasilkan gamelan. Gendhing slendro dan pelog memiliki fungsi dan kedudukan yang sama dan umumya digunakan secara bergantian, atau salah satunya saja. Perbedaan gending slendro dan pelog terletak pada cengkok yang dihasilkan, dan iramanya. Gendhing slendro sedikit lebih kalem, lues, dan menarik hati. Seakanakan gending slendro ini konsumtif bagi orang-orang tua yang sesuai dengan irama yang yang mengalun lembut penuh kewibawaan dan ketenangan. Sedangkan sebagian besar gedhing pelog terasa lebih bergairah, iramanya. 15.

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. menjengkelkan tapi menyenangkan hati, aneh tapi nyata. Seakan-akan gending pelog ini konsumtif bagi anak muda atau generasi yang memiliki perasaan muda (Purwadi, dan Widayat, 2006: 23). Gendhing gamelan sangat beragam mulai dari yang sederhana hingga gendhing yang rumit tergantung dari pola atau bentuk masing-masing gendhing. Penjelasan mengenai makna gamelan, karawitan, instrumen gamelan, gendhing, jenis dan fungsi instrumen gamelan dimuat dalam protitipe buku yang dikembangkan oleh peneliti, khususnya pada bagian 1 artikel nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan. Pada artikel tersebut, peneliti tidak mengulas semua hal yang berkaitan dengan gamelan secara lengkap, melainkan mengulas mengenai hal-hal dasar dan umum mengenai gamelan. Peneliti menyesuaikan isi prototipe buku dengan tingkat pembacanya, yaitu siswa SD. Sesuai yang diungkapkan oleh guru gamelan Sekolah Dasar bahwa pembelajaran gamelan di tingkat siswa SD masih tergolong dalam tingkat sederhana, dan belum mempelajari gamelan secara mendalam.. 2.. Bentuk-bentuk gendhing gamelan Menurut Endraswara (2008: 84), bentuk gendhing sangat beragam dari. tingkat sederhana ke kompleks. Bagi yang sedang belajar karawitan dasar sudah cukup jika telah memahami tiga atau empat bentuk gendhing yang sederhana. Bentuk dasar gendhing yang tergolong sederhana yaitu gangsaran, lancaran, ladrang, ketawang, dan bubaran. Bentuk dasar gendhing yang tergolong rumit seperti playon, srepeg, sampak, palaran, dan sebagainya. Berikut penjelasan mengenai beberapa bentuk/pola gendhing yang sederhana. a) Gangsaran Gangsaran adalah bentuk gendhing yang paling mudah dan sederhana karena hanya memainkan satu titilaras (nada) saja, dan tidak perlu mengingat titilaras yang lain. Pola gangsaran pada umunya dibuka oleh kendhang, tiap gongan (satu kali gong dibunyikan), terdiri dari 8 sabetan (hitungan), 4 kenong (japan), 3 kempul, tanpa kethuk atau kempyang. Tiap gongan diakhiri dengan gong siyem, dan setelah 3 gongan diakhiri dengan gong gedhe (Endraswara, 2008: 85).. 16.

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. b) Lancaran Lancaran adalah suatu pola gendhing dimana dalam sak gongan (satu kali gong dibunyikan) disusun atas: 8 sabetan (hitungann) balungan (sabetan 1 dan 3 tiap gatra pin/titik), terdiri dari 4 gatra; 4 kenongan; 3 kempulan, tiap 8 sabetan diakhiri dengan gong suwukan, letak kethuk pada sabetan 1 dan 3 tiap gatra, kempul berada pada sabetan 6; 10; dan 14. Contoh gendhing yang dimaikan dengan pola lancaran adalah lancaran mayar sewu, lancaran bindri, lancaran suwe ora jamu, lancaran gugur gunung, lancara sluku-sluku bathok, lancaran lumbung desa, dll (Endraswara, 2008: 87). c). Ketawang Ketawang adalah suatu pola gendhing dimana dalam sak gongan (satu kali gong dibunyikan) disusun atas: 4 gatra dengan jumlah nada dasar balungan gendhing sebanyak 16 sabetan (hitungan), pada setiap 2 gatra diakhiri dengan 1 kenongan (pada akhir gatra ke 2 dan 4), pada akhir gatra ke 4 dibunyikan kenong ke-2 bersama dengan gong gedhe. Contoh gendhing ketawang adalah ketawang puspawarna, ketawang ibu pertiwi, dll (Endraswara, 2008: 92-93).. d) Bubaran Bentuk gendhing bubaran adalah sajian berpola lancaran dan ladarang. Biasanya gendhing ini digunakan sebagai ucapan syukur ketika pertujukan karawitan telah selesai. Gendhing ini memiliki ciri-ciri tabuhan bonang yang berupa mipil imbal. Berirama pelan ke cepat. Tabuhan kendhang tidak mengikutu pola ladrang dan lancaran, melainkan memiliki pola khusus. Contoh gendhing bubaran adalah bubaran udan mas, bubaran runtung, bubaran sembung, dll (Endraswara, 2008: 92). Di atas telah dijelaskan beberapa bentuk/ pola gendhing. Pada prototipe buku yang disusun, peneliti hanya memuat salah satu bentuk gendhing saja, yaitu pola gendhing lancaran, yang familiar dengan siswa SD. Adapun beberapa istilah penting terkait gendhing lancaran yaitu buka, ompak, lagu dan suwuk. Buka adalah membunyikan nada untuk memulai gendhing. Instrumen yang biasanya digunakan adalah bonang barung, kendhang, atau gender. Ompak adalah bagian gendhing berupa iringan gamelan di awal sebelum masuk ke lagu. Lagu adalah. 17.

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. iringan gamelan yang disertai dengan vokal (suara sindhen). Suwuk adalah abaaba dari pemain kendhang untuk berhenti atau selesainya suatu gendhing.. 3.. Fungsi Gamelan Menurut Timanto (dalam Endraswara, 2008: 44) bagi masyarakat Jawa,. gamelan mempunyai fungsi estetika, dan etika. Gamelan merupakan alat kesenian yang serba luwes, dan dapat digunakan dalam berbagai keperluan antara lain: a. Pertunjukan Pertunjukan masyarakat Jawa seperti wayang dan kethoprak pada umumnya menggunakan iringan musik gamelan. Telah terdapat gendhing khusus untuk mengiringi pertunjukan tersebut. Pertunjukan tersebut, tidak lengkap jika tidak diiringi dengan musik gamelan. Dengan kata lain gamelan dalam pertunjukan merupakan suatu yang harus ada. b.. Pendidikan Gamelan bisa digunakan untuk mendidik rasa keindahan seseorang. Seseorang yang biasanya berkecimpung dalam karawitan maka akan tumbuh rasa setia kawan, tegur sapa halus, dan tingkah laku sopan. Hal tersebut karena jiwa seseorang menjadi halus, sehalus gendhing-gendhing dalam karawitan.. c. Tari-tarian Gamelan dan tari tidak dapat dipisahkan. Tari merupakan sebuah gerakan yang diiringi dengan suara gamelan. Gamelan dapat digunakan untuk mengiringi macam-macam tarian. Tari klasik atau tari modern dapat diiringi dengan gamelan. d.. Agama Dalam upacara ritual, gamelan digunakan untuk untuk pemujaan kepada roh-roh halus, atau roh leluhur. Kemudian dalam perkembangannya, gamelan digunakan dalam upacara keagamaan. Gamelan digunakan sebagai sarana membuat suasana hening, pemusatan perhatian, dan pengiring dalam upacara keagamaan. Selain itu gamelan juga digunakan dalam dakwah. Gamelan sekaten setahun sekali dibawa ke halaman masjid, kemudian dibunyikan. Bunyi gamelan sekaten memiliki daya tarik yang sangat besar, sehingga banyak orang yang berdatangan dan berkumpul di dekat gamelan tersebut.. 18.

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. e.. Tamu Agung Kerajaan-kerajaan di Jawa mempunya tradisi menyambut tamu agung dengan suara gamelan. Gamelan yang digunakan biasanya gamelan Mongang atau gamelan biasa. Gendhing-gendhing yang digunakan disesuaikan dengan irama langkah tamu yang disambut. Gamelan dapat berfungsi sebagai pengiring dalam berbagai keperluan. Dalam keperluan tersebut digunakan seperangkat gamelan yang terdiri dari banyak alat/instrumen. Tiap instrumen memiliki bentuk, karakteristik, dan nama-nama yang berbeda. Fungsi gamelan sebagai pertunjukan dan pendidikan menginspirasi peneliti. dalam pembuatan prototipe buku, yaitu pada prototipe buku bagian pertama mengenai nilai-nilai yang didapatkan penabuh saat memainkan gamelan. Selain itu pada bagian cerita bergambar, yang berisi alur mengenai beberapa siswa SD yang mengikuti pemetasan gamelan. Penggunaan gamelan sangat erat dengan masyarakat Jawa dalam berbagai keperluan. Gamelan yang terdiri dari banyak alat perlu ditata secara efisien oleh orang yang sudah ahli supaya tidak memakan banyak tempat. Selain itu, para penabuh perlu mengetahui sikap yang benar saat menabuh gamelan.. 4.. Penataan dan sikap dalam memainkan (menabuh) gamelan Pada bagian ini akan diuraikan mengenai penataan dan sikap dalam. memainkan gamelan, serta cara memainkan gamelan. a.. Penataan gamelan Pada umumnya gamelan ditempatkan di pendhapa, di rumah, atau di tempat lain ditata di atas lantai yang diberi alas. Instrumen gender, gambang, siter, dan rebab berada di depan. Kemudian kendhang, kenong, dan bonang. Setelah itu saron dan gong. Penataan gamelan juga tergantung pada situasi dan kondisi.. Gamelan dapat ditata/digelar di atas bangku yang luasnya. disesuaikan dengan luas penataan instrumen. Lalu penabuh duduk di kursi menghadap instrumennya masing-masing (Soeroso, 1983). b.. Etika dalam karawitan Menurut Endraswara (2008: 69), ada hal-hal yang harus diperhatikan dalam karawitan (memainkan gamelan) antara lain:. 19.

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 1) Sewaktu akan memasuki tempat gamelan yang digelar atau berpindah tempat, sebaiknya tidak tidak melangkahi gamelan, karena akan terkesan tidak memiliki rasa hormat pada alat dan tidak etis untuk di pandang. 2) Menata dan menyiapkan pemukul (tabuh) di atas gamelan, dengan pegangan di sebelah kanan. Pukul tidak diletakaan di bawah atau diselipkan dalam gamelan. Kecuali tabuh gong dapat diletakkan di depan pemain, dan tabuh gender dapat diletakkan dapat diletakkan di kanan dan kiri agar memudahkan penabuh memegangnya jika hendak memulai. 3) Laki-laki duduk dengan cara bersila dengan posisi ditengah gamelan. Wanita duduk dengancara bersimpuh, tetapi jika memakai celana panjang duduk dengan cara bersila. 4) Saat memukul (menabuh) gamelan sebaiknya tidak sambil memakai tas atau memangku buku/catatan, karena akan mengganggu kebebasan gerak. 5) Memukul (menabuh) sambil berbicara, bercanda, makan, merokok merupakan hal yang kurang bagus. 6) Tidak membuang puntung rokok, bungkus makanan, bungkus minuman pada rancakan gamelan. 7) Bila sudah bisa menabuh dengan tepat boleh memejamkan mata, dan jika perlu agar tekesan tidak kaku boleh seperlunya menggeleng-geleng kepala sesuai irama. 8) Saat jeda tidak tidur di atas gamelan dan tidak berjalan mondar-mandir. 9) Menggunakan pakaian yang sopan, dalam pementasan dapat menggunakan pakaian adat Jawa. c.. Endraswara (2008) menguraikan cara memainkan (menabuh) gamelan, yaitu sebagai berikut: 1) Dengan posisi duduk yang sesuai, menabuh dengan bersemangat, dan tempo yang sesuai. 2) Mengikuti aba-aba buka lagu dan tempo dari instrumen kendhang dan bonang. 3) Lagu (gendhing) soran (tanpa iringan vokal) ditabuh keras dengan tetap memperhatikan kenyamanan.. 20.

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 4) Apabila nada yang ditabuh tidak sesuai(terlau lambat atau cepat), berhenti sejenak, kemudian mengikuti saron atau slenthem, lalu menyesuaikan. 5) Cara memegang pukul saron, umumnya dengan cara miring (condong ke kanan), kira-kira 60 derajat. 6) Menabuh dengan kompak pada waktu suwuk (berhenti), atau tidak menabuh sendiri-sendiri. 7) Khusus pemain gong harus sigap, akan ditagih oleh semua pemain jika pada waktu suwuk tidak menabuh, karawitan akan terasa gagal. Pada bagian sebelumnya telah diuraikan tentang definisi gamelan, kegunaan gamelan, bentuk gendhing gamelan, dan sikap dalam menabuh gamelan. Hal-hal tersebut menjadi isi prototipe buku pendidikan budi pekerti yang telah peneliti kembangkan. Peneliti menguraikannya secara singkat dan menggunakan bahasa yang sederhana. Instrumen gamelan yang memiliki karakteristik yang berbeda, juga memiliki nilai-nilai budi pekerti yang perlu diketahui oleh para penabuh.. 2.1.1.3 Nilai-Nilai Budi Pekerti dalam Gamelan Pada bagian ini akan diuraikan mengenai nilai-nilai budi pekerti dalam insrtumen gamelan dan nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan. 1.. Nilai-nilai budi pekerti dalam instrumen gamelan Gamelan terdiri dari beberapa macam alat, namun pada pokoknya alat-alat. tersebut terdiri dari 12 nama instrumen yaitu: rebab, gender, bonang, gambang, saron, gong, kethuk, kenong, kempul, siter, kendhang, dan suling. Masing-masing alat tersebut memiliki makna-makna tertentu, dan nilai-nilai budi pekerti. Berikut penjelasan mengenai nilai-nilai budi pekerti pada beberapa instrumen gamelan (Yudhoyono, 1984: 87-125). a.. Rebab Rebab adalah salah satu instrumen yang berdawai yang dimainkan dengan cara digesek. Rebab berbentuk menyerupai bangun manusia yang sedang duduk bersila menurut konsepsi orang Jawa. Dengan sikap duduk bersila, pemain memegang rebab dalam posisi tegak/ vertikal, dan penggeseknya digerakkan ke arah kiri dan kanan secara horizontal. Nilai yang akan ditanamkan adalah religiusitas, dimana perlunya keseimbangan antara. 21.

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. hubungan vertikal (dengan Tuhan) dan horizontal (sesama manusia). Ujung rebab bagian atas (tegak) mengingatkan manusia untuk menyembah Tuhan. Sedangkan cara menggeseknya menunjuk arah bagaimana seseorang bersikap, bertindak, atau berbuat pada sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Penabuh rebab dapat pula dikatakan sebagai perlambang orang yang sedang bersemedi. Bahwa dengan memusatkan rasa setelah menyaring (terutama dari kedua telinga) akan hal-hal yang berasal dari luar (bukan menutup rapat semua lubang yang ada pada dirinya) maka akan ditemui adanya suatu alam yang lain. Hal itu diwujudkan dengan menggesek rebab (pemusatan rasa) setelah menyetel rentang dawainya dengan teratur dan terarah secara betul. Dengan kata lain, pembunyian rebab merupakan proses hubungan atar manusia dengan dengan apa yang disekelilingnya untuk menemukan kesatuan hati seperti yang diinginkan. b.. Bonang Bonang adalah salah satu alat yang terbuat dari logam berbentuk pencon. Istilah bonang berasal dari kata “nong dan nang” sesuai dengan bunyi yang dihasilkan alat itu. Nong dapat diartikan nong kono (di situ) dan nang diartikan nang kene (di sini). Jadi nong-nang berarti menunjukaan arah disitu dan disini. Hal itu sesuai dengan fungsi utama bonang sebagai penunjuk arah suatu gendhing yang tampak pada pergantian ke gendhing lain, dan pengulangan gendhing yang sedang dimainkan. Seperti alat-alat lainnya bonang dimainkan dengan sikap duduk bersila. Penabuh bonang dibiasakan untuk memiliki sikap kepemimpinan (penunjuk arah). Khusus bonang barung, sering kali berfungsi sebagai pembuka gendhing. Kebanyakan gendhing diawali dari bonang barung yang kemudian disahut kendhang, dan disusul oleh alat-alat lainnya secara bersama-sama sebagai tanda dimulainya suatu gendhing. Pemain bonang barung harus membuka gendhing dengan tepat supaya permainan gamelan dapat berjalan lancar, maka pemain bonang barung juga dibiasakan untuk bertanggung jawab melakukan tugasnya dengan baik.. 22.

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. c.. Kendhang Kendhang adalah instrumen gamelan yang berbentuk mirip tabung dan kedua ujungnya ditutup dengan kulit binatang. Kendhang dibunyikan menggunakan jari dan telapak tangan, baik tangan kiri maupun kanan Istilah kendhang berasal dari dua suku kata, yaitu ‘ken’ dan ‘dang’. Ken adalah kependekan dari kendhali, sedangkan dhang kependekan dari padhang (terang), artinya adalah dikendalikan dengan pikiran dan hati yang jernih. Kendhang berfungsi sebagai pengendali setiap perminan gamelan. Seringkali gendhing dimulai dari kendhang, dan cepat lambatnya irama gendhing juga ditentukan oleh kendhang. Dapat dikatakan seorang pemain kendhang merupakan pemimpin dalam permainan gamelan, sehingga harus mengetahui situasi dan kondisi yang sedang dihadapi. Oleh karena itu seorang pemain kendhang harus mempunyai pikiran dan hati yang jernih supaya dapat memimpin jalannya permainan dengan baik. Nilai budi pekerti yang hendak dilatihkan adalah kepemimpinan, dimana harus menggunakan hati dan pikiran yang jernih sehingga mencapai tujuan yang suci, serta harus ‘sepi ing pamrih’.. d.. Gong Gong adalah salah satu alat musik pukul yang berbentuk pencon. Gong berarti besar seperti bentuk dan bunyinya, gong dapat diuraikan menjadi kata ‘gegandhulaning urip’ artinya adalah tempat bergantungnya hidup. Hal ini menunjukkan cara gong dipasang, dengan cara digantung/ digandul. Kemudian juga menunjukkan fungsi dari gong sebagai batas-batas gendhing serta penentu irama dasar atau mati hidupnya suatu gendhing. Sebagi batasbatas gendhing, gong dibunyikan dalam selang-selang waktu yang lebih lama dibandingkan alat lainnya, gong dibunyikan saat akhir baris, saat akhir gendhing, atau akhir gatra sesuai dengan gendhing yang dimainkan. Sebagai penentu gendhing bunyi gong merupakan penanda dimulainya permainan gamelan, setelah itu bunyi gong menjadi tanda selesainya satu gending lalu dimulai lagi pengulangan gendhing tersebut, dan juga menjadi penanda selesainya permainan gamelan. Pemain gong dibiasakan untuk sabar dalam pembunyiaan yang jarang dan juga berkonsentrasi untuk membunyikan gong di waktu yang tepat.. 23.

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. e.. Saron Saron adalah salah satu alat musik pukul dalam gamelan Jawa yang berbentuk bilah dan dibuat dari logam. Saron berasal dari kata seron yang berarti keras, sesuai dengan cara memukulnya dan suara yang dihasilkan. Saron berfungsi sebagai pembawa lagu pokok jadi harus dipukul dengan kuat atau keras supaya tidak tenggelam oleh bunyi alat-alat lainnya. Tetapi terkadang dalam beberapa gendhing, saron dibunyikan dengan pelan bahkan tidak dibunyikan sama sekali, yaitu pada saat mengiringi suara sindhen (vokalis) atau gerong dan pada saat mengiringi percakapan pertunjukan yang diiringi. Adapun makna yang tersirat dari alat yang disebut saron ini adalah: saron demung berasal dari kata gandem (mantap/yakin) dan unggul (unggul), artinya adalah sebagai pembawa lagu pokok hendaknya dapat membawakan secara betul sehinngga lagu yang dibawakan nikmat didengar dan tidak tenggelam oleh suara alat-alat lainnya. Selanjutnya saron barung yang berasal dari kata bareng (besama-sama) dan nyurung (mendorong), artinya bersamasama mendorong sebagai perwujudan dari usaha gotong-royong menuju pada yang dicita citakan, yaitu keluhuran. Para pemain saron dilatih untuk peka dan berkonsentrasi supaya dapat menjalankan tugasnya sebagai pembawa lagu pokok dengan baik.. f.. Kenong Kenong adalah instrumen berbentuk pencon yang mirip dengan bonang, tetapi ukurannya lebih besar. Kenong dibuat dari logam dan disusun di dalam kotak kayu yang diberi tali. Kata kenong merupakan singkatan dari “kepareng Hyang Winong” artinya adalah diijinkan/diridloi oleh Yang Maha Kuasa. Sesuai dengan pembunyian kenong yang dibunyikan terakhir setelah alat-alat lainnya berbunyi. Jika semua alat menabuh (memukul) dengan benar, barulah kenong memberi tambahan bening dan nyaring. Maknanya adalah, bahawa Yang Maha Kuasa akan selalu meridloi setiap usaha manusia sepanjang berpijak pada jalan yang benar, dan senantiasa pula memberikan petunjukpetunjuk untuk langkah-langkah usaha selanjutnya. Nilai yang hendak dilatihkan pada penabuh kesabaran dan ketepatan. Kesabaran untuk. 24.

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. membunyikan kenong terakhir setelah instrumen lainnya dan ketepatan nada kenong yang dibunyikan. g.. Kempul Kempul merupakan instrumen berbentuk pencon yang dibuat dari logam. Kempul disusun sekelompok dengan gong yang digantungkan pada kayu berbentuk gawang (gayor). Kata kempul berarti kempel atau kumpul secara utuh/ bulat, sesuai dengan fungsi pokok kempul, yaitu sebagai patokan dari lagu pokok suatu gendhing. Kempul dibunyikan jarang-jarang dalam kombinasi dengan kethuk dan kenong. Terdapat makna dari kombinasi dari tiga alat tersebut, yaitu bahwa tujuan yang dimaksud semula baru tercapai dan sesuai (kethuk) apabila unsur-unsur untuk mencapainya sudah capai dan sesuai (kempel/kempul) dan mendapatkan ijin atau ridho dari Yang Maha Kuasa (kenong). Penabuh kempul dibiasakan untuk berkonsentrasi, supaya dapat membunyikan dengan tepat. Selain itu penabuh kempul dilatih untuk bersabar atau menahan diri kaarena pembunyiannya yang jarang-jarang.. Tabel 2.2 Nilai Budi Pekerti dalam Instrumen Gamelan. No. Nama Instrumen Gamelan. Nilai Budi Pekerti. 1. Rebab. Religius. 2. Bonang. Kepemimpinan, tanggung jawab. 3. Kendhang. Kepemimpinan. 4. Gong. Kesabaran, konsentrasi. 5. Saron. Konsentrasi, kerja sama. 6. Kenong. Kesabaran, ketepatan. 7. Kempul. Konsentrasi, kesabaran. Pada prototipe buku yang disusun peneliti, dimuat penjelasan mengenai beberapa instrumen gamelan, yaitu: kendhang, bonang, saron, kempul, kenong, dan gong. Nilai-nilai budi pekerti dalam instrumen gamelan antara lain: religius, kepemimpinan, tanggung jawab, konsentrasi, konsentrasi, dan lain sebagainya.. 25.

Gambar

Tabel 2.1 Nilai Budi Pekerti dan Nilai Karakter.
Tabel 2.2 Nilai Budi Pekerti dalam Instrumen Gamelan
Tabel 2.3 Nilai dalam Instrumen Bonang Barung
Gambar 3.1 Langkah-langkah penggunaan Metode  Penelitian dan pengembangan (R and D) menurut Borg
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mari kita pergi dengan hati penuh syukur dan damai sejahtera, akhiri tahun lama dengan percaya bahwa yang lebih baik dan makin indah pasti akan datang, karena di dalam Kristus

Analisis kinetika orde dua semu digunakan untuk menginterpretasikan data kinetika adsorpsi yang dipengaruhi oleh suhu dan hasilnya disajikan pada Tabel 6.. Nilai

Untuk diagnosis Gangguan Cemas Menyeluruh (DSM-IV halaman 435, 300.02) ditegakkan bila terdapat kecemasan kronis yang lebih berat (berlangsung lebih dari 6 bulan;

Keadilan selalu menjadi alasan untuk menafsirkan isu gender sebagai ketimpangan dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu perlu penafsiran tentang berwawasan

adalah suatu analisis yang bertujuan untuk menemukan satu titik dalam unit atau rupiah, yang menunjukkan biaya sama dengan pendapatan. Sedangkan menurut Herjanto

Dalam menghuraikan realiti sebenar aplikasi amalan toleransi beragama dalam kehidupan seseorang Muslim, Mohd Kamil dan Mohd Fauzi (2008) menyatakanbahawa

Dari Tabel 1, dapat dilihat bahwa faktor kebutuhan, pengaruh teman dan pengetahuan informasi berhubungan dengan persepsi pemuda terhadap pekerjaan di sektor pertanian

f. Islam sangat menganjurkan untuk memberikan perhatian kepada anak- anak terlantar, miskin dan yatim. Didalam ajaran Islam, anak-anak terlantar, miskin dan yatim mereka