• Tidak ada hasil yang ditemukan

Usaha meningkatkan pelaksananaan pembinaan iman mantan penderita kusta di lingkungan Sitanala Tangerang Keuskupan Agung Jakarta melalui katekese model Shared Christian Praxis (SCP)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Usaha meningkatkan pelaksananaan pembinaan iman mantan penderita kusta di lingkungan Sitanala Tangerang Keuskupan Agung Jakarta melalui katekese model Shared Christian Praxis (SCP)"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. USAH HA MENIN NGKATKA AN PELAK KSANAAN PEMBINA AAN IMAN N MA ANTAN PEN NDERITA A KUSTA DI D LINGKU UNGAN SIITANALA TANGE ERANG KEUSKUPA K AN AGUNG G JAKART TA MELAL LUI KATE EKESE MO ODEL SHA ARED CHR RISTIAN PRAXIS PR (SC CP) SKRIPSI. Diiajukan untuuk Memenuuhi Salah Saatu Syarat Memperoleeh Gelar Saarjana Pendiidikan Progrram Studi Illmu Pendiddikan Kekhuususan Penddidikan Agaama Katolikk. Oleh: Atik Wulaandari NIM: 091124008. PR ROGRAM STUDI ILM MU PENDIIDIKAN KEKHU USUSAN PENDIDIKA P AN AGAM MA KATOL LIK JURUSA AN ILMU PENDIDIK P KAN FAKUL LTAS KEGU URUAN DA AN ILMU PENDIDIK P KAN UNIVERS SITAS SAN NATA DHA ARMA YOGYAKA ARTA 20155. i.

(2) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. SKRIPSI USAHA MENINGKATKAN PELAKSANAAN PEMBINAAN IMAN I\,LANTAN PENI}ERITA KUSTA I}I LINGKUNGAN STTANALA TANGERANG KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA MELALUI KATEKESE MODEL SHARED CHRISTAN PRAXIS (SCP). Oleh:. Atik Wulandari. MM: 09112408. Telah disetujui oleh:. Pembimbing. fiIJA "411/l llr il' ,t. Drs. FX. Heryatno W.W, SJ,. M.Ed. Tanggal, 23 Novernber 2015.

(3) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. SKRIPSI USAIIA MENINGKATKAN PELAKSANAAN PEMBINAAN IMAN MANTAN PENI}ERITA KUSTA DI LINGKUNGAN STTANALA TANGERANG KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA MELALUI KATEKESE MODEL SHARED CHRISTTAN PKAXIS (SCP). Dipersiapkan dan dihrlis oleh:. Atik Wulandari NIM: 091124008 Telah dipertahankan di depan Panitia Penguii Pada tanggaL A7 Desernber 20i 5 Dan dinyatakan memenuhi syarat. SUSLINAN PANITIA PENGUJI Tanda tangan. Nama Ketua. M.Pd. Sekretaris . Yoseph Kristianto, SFK., Anggota : 1. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, SJ., M.Ed 2. Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd 3. P. Banyu. Dewq HS.S.Ag. M.Si. ill. -...---.

(4) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. PERSEMBAHAN. Skripsi ini kupersembahkan kepada: Mantan Penderita Kusta di Lingkungan Sitanala di Tangerang Keuskupan Agung Jakarta, Orang tua, saudara-saudaraku, teman-teman, para pembimbingku dan almamaterku tercinta.. iv.

(5) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. MOTTO. “Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan”. (Yes 41:10). v.

(6) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. PERNYATAAI\ KEASLIAN KARYA. Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis. ini tidak. memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam. kutipan dan'daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.. Yogyakarta, 07 Desember 2015. Penulis,. dfi,,e' Atik Wulandari.

(7) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. LEMBAR PERIIYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS. Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:. Atik Wulandari. Nama. :. No. Mahasiswa. : 091 124008. Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan. kepada. ilmiah saya yang berjudul: USAHA MENINGKATKAN PELAKSANAAN PBMBINAAN IMAN MANTAN PBNDERITA KUSTA DI LINGKUNGAN SITANALA TANGERANG MELALUI KATEKESE MODEL SHARED CHMSTIAN Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya. PRAXIS (SCP). Berdasarkan perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,. mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan. mempublikasikannya. di intemet atau media lain untuk kepentingan. akademis. tanpa perlu izin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.. Demikian penyataan ini saya buat dengan sebenamya.. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 07 Desember 2015. Yang. r. akan,. Atik Wulandari. vll.

(8) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. ABSTRAK. Skripsi ini berjudul: “USAHA MENINGKATKAN PELAKSANAAN PEMBINAAN IMAN MANTAN PENDERITA KUSTA DI LINGKUNGAN SITANALA TANGERANG KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA MELALUI KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS (SCP)”. Pemilihan judul ini bertitik tolak dari keprihatinan penulis terhadap pelaksanaan pembinaan iman mantan penderita kusta di lingkungan Sitanala Tangerang, Keuskupan Agung Jakarta. Menurut pengamatan penulis, pelaksanaan pembinaan iman di lingkungan Sitanala Tangerang ini kurang berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan oleh keterampilan pembina yang kurang kreatif dan menarik sehingga pelaksanaan pembinaan iman mantan penderita kusta di lingkungan Sitanala terkesan kaku dan membosankan. Permasalahan pokok skripsi ini bagaimana meningkatkan pelaksanaan pembinaan mantan penderita kusta di lingkungan Sitanala Tangerang agar sungguh-sungguh membantu mereka untuk mengembangkan imannya supaya semakin percaya diri, tidak minder dan tidak putus asa. Menanggapi permasalahan di atas, penulis menggunakan buku-buku dan sumber lain yang relevan serta diperkaya refleksi pribadi. Data mengenai pembinaan iman mantan penderita kusta diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara oleh penulis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pembinaan iman di lingkungan Sitanala Tangerang perlu ditingkatkan. Maka, untuk dapat meningkatkan pelaksanaan pembinaan iman mantan penderita kusta di lingkungan Sitanala Tangerang, penulis mengusulkan program pembinaan iman dalam bentuk katekese model Shared Christian Praxis (SCP). Model ini dianggap cocok untuk pelaksanaan pembinaan iman mantan penderita kusta karena berdasarkan pengalaman hidup pribadi peserta. Dengan demikian, mantan penderita kusta diharapkan terbantu untuk menghayati imannya serta mewujudkan harapan mereka.. viii.

(9) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. ABSTRACT. This thesis is entitled: " THE EFFORT TO IMPROVE FAITH FORMATION OF FORMER LEPROSY PATIENTS IN SITANALA TANGERANG IN THE ARCHDIOCESE OF JAKARTA THROUGH CATHECESIS MODEL OF SHARED CHRISTIAN PRAXIS (SCP)". This title is selected based on the concerns of the author towards the implementation of faith formation to the former leprosys patients in Tangerang Sitanala, Archdiocese of Jakarta. According to the writer's observation, the implementation of faith formation in Tangerang Sitanala environment is not improving. This is due to the skills of the catechist less creative and interesting so that the implementation of faith formation in the former leprosy patients Sitanala seems stiff and boring. The main problem of this thesis is on how to improve the implementation of the guidance of former leprosy patients in Tangerang Sitanala environment so that it truly helps them to develop their faith in order to be more confident and more anthusiastic. Respond to those problems, the authors use books and other relevant sources as well as personal reflections. Data on the faith formation of former leprosy patients are obtained through direct observation and interviews by the author. The results showed that the implementation of faith formation in Tangerang Sitanala environment needs to be improved. Thus, in order to improve the implementation of faith formation in the former leprosy patients Sitanala Tangerang, the author proposes a program of faith formation in the form of catechesis models of Shared Christian Praxis (SCP). This model is considered suitable for the implementation of faith formation for former leprosy patients since it is based on personal life experiences of the participants. Thus, the former leprosy patients are expected to live their faith and to realize their hope.. ix.

(10) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. KATA PENGANTAR. Puji syukur kepada Allah Bapa Yang Maha Kasih karena rahmat dan kasih-Nya, skripsi dengan judul USAHAMENINGKATKAN PELAKSANAAN PEMBINAAN IMAN MANTAN PENDERITA KUSTA DI LINGKUNGAN SITANALA TANGERANG KEUSKUPAN AGUNG JAKARTAMELALUI KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS (SCP) ini dapat terselesaikan dengan baik. Tujuan penyusunan skripsi ini adalah memberikan sumbangan pemikiran untuk meningkatkan pelaksanaan pembinaan iman mantan penderita kusta di lingkungan Sitanala Tangerang Keuskupan Agung Jakarta. Skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan, dukungan dan doa dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini, penulis dengan penuh rasa syukur mengucapkan terima kasih kepada: 1. Romo Drs. FX. Heryatno Wono Wulung, SJ., M.Ed, selaku dosen pembimbing utama yang telah meluangkan waktu dalam membimbing dengan penuh kesabaran, memberikan saran dan kritikan kepada penulis dalam menuangkan gagasan sehingga penulis dapat termotivasi dalam menyelesaikan skripsi; 2. Bapak Yoseph Kristianto, SFK, M.Pd, selaku dosen pembimbing akademik dan dosen penguji II yang telah memberikan semangat dan nasehat kepada penulis dalam mempertanggungjawabkan skripsi ini dengan penuh kesabaran; 3. Bapak P. Banyu Dewa, HS.S.Ag. M.Si, selaku dosen penguji III yang selalu memberikan dorongan kepada penulis;. x.

(11) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 4. Semua dosen-dosen IPPAK, yang sudah membantu penulis dalam menuntut ilmu di Sanata Dharma; 5. Ibu Magdalena Pujiwinarti selaku Ketua Lingkungan Sitanala Tangerang yang sudah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian; 6. Para mantan penderita kusta di lingkungan Sitanala yang sudah memberikan semangat, dan membantu sebagai narasumber sehingga penelitian dapat terselesaikan dengan lancar; 7. Bapak Tugimin dan Ibu Christiana Sulbijah, selaku orang tua penulis yang selalu mendampingi, memberi kasih sayang dan membantu penulis hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar; 8. Kakak-kakak tercinta Yohanes Agus Margono, C. Ari Dewi Perwita Sari, Paulus Dwi Agus Untoro dan Anastasia Ari Widiastutik yang selalu memberikan semangat dan dorongan, juga untuk keponakan-keponakanku Ansella Nichesa, Natanael Cevin dan Beatrice Vania yang selalu menghibur penulis; 9. Mas Martinus Dedik Wibowo, yang tidak henti-hentinya memberikan harapan, motivasi dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini; 10. Teman-teman mahasiswa khususnya angkatan ’09 terima kasih atas canda tawanya dan dukungannya; 11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu; Semoga kebaikan dan bantuan yang diberikan kepada penulis senantiasa mendapat berkat dan rahmat yang melimpah dari Allah Yang Maha Kuasa.. xi.

(12) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Segala. kritik dan. saran yang membangun derni perbaikan skripsi. dengan senang hati. Akhir kata, semoga skripsi. ini. akan penulis terima. ini dapat memberikan manfaat dan. berguna bagi siapa saja yang membacanya.. Yogyakarta, 07 Desember 2015. Penulis. Atik Wulandari.

(13) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii. HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii. HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... iv. MOTTO ............................................................................................................ v. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... vi. PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................ vii. ABSTRAK ....................................................................................................... viii. ABSTRACT ...................................................................................................... ix. KATA PENGANTAR ...................................................................................... x. DAFTAR ISI .................................................................................................... xiii. DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xviii BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................... 1. B. Rumusan masalah ............................................................................... 4. C. Tujuan Penulisan ................................................................................ 4. D. Manfaat Penulisan .............................................................................. 5. E. Metode Penulisan ............................................................................... 5. F. Sistematika Penulisan ......................................................................... 6. BAB II. PEMBINAAN IMAN MANTAN PENDERITA KUSTA DEMI MEMULIHKAN RASA PERCAYA DIRI A.. Pembinaan Iman pada Umumnya dan Katekese ................................ 7. 1. Pembinaan Iman pada Umumnya .................................................. 7. a. Pengertian Pembinaan ............................................................... 7. b. Pengertian Iman ........................................................................ 8. c. Pembinaan Iman ....................................................................... 10. 2. Katekese ........................................................................................ 10. a. Pengertian Katekese .................................................................. 10. b. Tujuan Katekese ........................................................................ 12. xiii.

(14) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. B.. C.. c. Ciri-Ciri Katekese ..................................................................... 14. d. Fungsi Katekese ........................................................................ 15. e. Isi dan Suasana Katekese ......................................................... 16. f. Media dan Sarana Katekese ...................................................... 17. g. Model-Model Katekese ............................................................ 21. Gambaran Umum Penderita Kusta dan Penyakit Kusta ..................... 23. 1. Gambaran Umum Penderita Kusta ................................................ 23. 2. Gambaran Penyakit Kusta ............................................................. 24. a. Pengertian Kusta ....................................................................... 24. b. Penyebab Kusta ......................................................................... 25. c. Penularan Kusta ........................................................................ 26. d. Tanda dan Gejala Kusta ........................................................... 26. e. Klasifikasi Kusta ....................................................................... 28. Pembinaan Iman Mantan Penderita Kusta Demi Memulihkan Rasa Percaya Diri ....................................................................................... 29 1. Pembinaan Iman Mantan Penderita Kusta ..................................... 29. 2. Model Pembinaan Iman Mantan Penderita Kusta ........................ 29. 3. Tujuan Pembinaan Iman Mantan Penderita Kusta ........................ 30. BAB III: PEMBINAAN IMAN MANTAN PENDERITA KUSTA DI LINGKUNGAN SITANALA TANGERANG, KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA A. Gambaran Umum Umat Katolik di Lingkungan Sitanala Tangerang ............................................................................................ 31. 1. Gambaran Umum Umat Katolik di Lingkungan Sitanala .............. 31. 2. Gambaran Umum Komunitas Mantan Penderita Kusta di Lingkungan Sitanala .................................................................. 32. 3. Gambaran Umum Pembinaan Iman di Lingkungan Sitanala ........ 33. B. Penelitian Pembinaan Iman ................................................................ 35. 1. Latar Belakang ............................................................................... 35. 2. Tujuan Penelitian .......................................................................... 36. 3. Jenis Penelitian .............................................................................. 36. 4. Instrumen Pengumpulan Data ....................................................... 36. 5. Responden Penelitian ..................................................................... 37. xiv.

(15) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 6. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 38. 7. Variabel Penelitian ......................................................................... 38. C. Laporan Hasil Penelitian Pembinaan Iman Mantan Penderita Kusta di Lingkungan Sitanala Tangerang Keuskupan Agung Jakarta ............. 40 1. Pelaksanaan Pembinaan Iman Mantan Penderita Kusta ................ 42. a. Frekuensi Kehadiran Mantan Penderita Kusta dalam Pembinaan Iman di Lingkungan Sitanala .................................................. 42 b. Ketercapaian Tujuan Pembinaan Iman .................................... 42. c. Relevansi Tujuan dengan Kebutuhan Hidup Peserta ................ 43. d. Proses Pelaksanaan Pembinaan Iman di Lingkungan Sitanala .. 43. e. Sarana dalam Pembinaan Iman ................................................. 44. f. Metode dalam Pembinaan Iman ................................................ 44. 2. Partisipasi Mantan Penderita Kusta dalam Pembinaan Iman ........ 45. 3. Manfaat Pembinaan Iman Mantan Penderitaan Kusta ................... 45. 4. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Pembinaan Iman ............................................................................................... 46. a. Faktor-Faktor Pendukung Pelaksanaan Pembinaan Iman di Lingkungan Sitanala .................................................................. 46. b. Faktor-Faktor Penghambat Pelaksanaan Pembinaan Iman di Lingkungan Sitanala .................................................................. 47. D. Pembahasan Hasil Penelitian Pembinaan Iman Mantan Penderita Kusta di Lingkungan Sitanala Tangerang Keuskupan Agung Jakarta ......... 47 1. Pelaksanaan Pembinaan Iman Mantan Penderita Kusta ................ 47. a. Dari Segi Peserta ...................................................................... 47. b. Dari Segi Tujuan ........................................................................ 49. c. Dari Segi Relevansi ................................................................... 49. d. Dari Segi Proses ........................................................................ 50. e. Dari Segi Sarana ........................................................................ 51. f. Dari Segi Metode ..................................................................... 52. 2. Partisipasi Mantan Penderita Kusta dalam Pembinaan Iman ......... 53. 3. Manfaat Pembinaan Iman Mantan Penderita kusta ...................... 53. xv.

(16) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 4. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Pembinaan Iman .............................................................................................. 54 E. Kesimpulan Hasil Penelitian .............................................................. 55. F. Hal-Hal yang Mendukung dan Menghambat Penelitian .................... 56. BAB IV: USAHA MENINGKATKAN PELAKSANAAN PEMBINAAN IMAN MANTAN PENDERITA KUSTA DI LINGKUNGAN SITANALA TANGERANG A. Pokok-Pokok Katekese Shared Christian Praxis (SCP) ................... 58. 1. Praksis ........................................................................................... 58. 2. Refleksi Kritis ................................................................................ 59. 3. Tradisi ............................................................................................ 60. 4. Visi ................................................................................................. 61. 5. Langkah-Langkah Shared Christian Praxis (SCP) ....................... 62. a. Langkah I: Pengungkapan Pengalaman Hidup Faktual ........... 62. b. Langkah II: Refleksi Kritis dan Sharing Pengalaman Hidup Faktual ...................................................................................... 63. c. Langkah III: Mengusahakan supaya Tradisi dan Visi Kristiani Lebih Terjangkau ...................................................................... 64. d. Langkah IV: Interpretasi/ Tafsir Dialektis antara Tradisi dan Visi Kristiani dengan Tradisi dan Visi Peserta .............................. 65 e. Langkah V: Keputusan Baru demi Makin Terwujudnya Kerajaan Allah di Dunia Ini .................................................................... 65 B. Alasan Pemilihan Shared Christian Praxis (SCP) sebagai Model Katekese untuk Meningkatkan Pembinaan Iman Mantan Penderita Kusta di Lingkungan Sitanala Tangerang ..................................................... 66 C. Usulan Program .................................................................................. 68. 1. Pengertian Program ....................................................................... 68. 2. Tujuan Program ............................................................................. 69. 3. Sasaran Kelompok ......................................................................... 69. 4. Rumusan Tema dan Tujuan ........................................................... 69. 5. Matriks ........................................................................................... 71. 6. Contoh Persiapan Katekese Model SCP ........................................ 73. xvi.

(17) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................................ 94. B. Saran ................................................................................................... 95. DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 97. DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian .................................................................... (1). Lampiran 2 : Surat Keterangan Tanda Bukti Penelitian ................................... (2). Lampiran 3 : Panduan Pertanyaan Wawancara ................................................. (3). Lampiran 4 : Data Responden .......................................................................... (4). Lampiran 5: Transkip Hasil Wawancara ......................................................... (7). Lampiran 6 : Perikop Injil Yohanes 16: 29- 33 ............................................... (17) Lampiran 7 : Perikop Injil Yohanes Yohanes 14:1-12 .................................... (18). xvii.

(18) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR SINGKATAN A. Singkatan Kitab Suci Seluruh singkatan nama-nama Kitab dalam Skripsi ini diambil dari Alkitan terbitan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI), IKAPI, Jakarta, Edisi 5, Tahun 2004. Kis. : Kisah Para Rasul. Luk. : Lukas. Mrk. : Markus. Yak. : Yakobus. Yes. : Yesaya. Yoh. : Yohanes. B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja CT. : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979.. DV. : Dei Verbum, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Wahyu Ilahi, 18 November 1965.. EN. :Evangelii Nuntiandi, Anjuran Apostolik Paus Paulus kepada para uskup, imam-imam dan umat beriman seluruh gereja Katolik tentang Pewartaan Injil dalam Dunia Modern, 8 Desember 1975. xviii.

(19) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. C. Singkatan Lain Art. : Artikel. APP. : Aksi Puasa Pembangunan. bdk.. : Bandingkan. BKSN. : Bulan Kitab Suci Nasional. Depkes. : Departemen Kesehatan. Dr. : Doktor. Kep.Men.Kes : Keputusan Menteri Kesehatan KK. : Kepala Keluarga. Prof. : Profesor. RL. : Responden Laki-Laki. RP. : Responden Perempuan. SCP. : Shared Christian Praxis. WHO. : World Health Organization. xix.

(20) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 1. BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Kampung kusta Sitanala merupakan sebuah daerah di Tangerang yang memiliki Rumah Sakit khusus untuk para penderita kusta. Di dalam lingkup Rumah Sakit Sitanala ini ada sebuah bangunan yang bernama Kompleks Serbaguna. Kompleks ini ditempati oleh para mantan penderita kusta yang sudah sembuh berjumlah 16 orang, total penduduk di kompleks ± 2000 jiwa dari 500 Kepala Keluarga. Namun ada 2 orang mantan penderita kusta lagi yang tinggal di lingkungan luar kompleks serbaguna yang bergabung dengan masyarakat umum. Kampung ini terletak di Karangsari, Sewan, Kecamatan Neglasari, Tangerang, Keuskupan Agung Jakarta. Transportasi untuk menuju kompleks ini dapat dijangkau dengan angkutan kota, becak, taksi, dan kendaraan pribadi. Mata pencaharian mayoritas penduduk di sekitar adalah wirausaha. Para mantan penderita kusta yang sudah sembuh pun juga berpencaharian sebagai wirausaha, bengkel, sopir angkutan umum. Modal untuk usaha mereka dimintakan kepada donatur oleh Ibu Theresia Sri Munarsih yang pernah menjadi perawat di Sitanala sekaligus mantan penderita kusta. Awalnya mereka tidak pernah disapa oleh masyarakat sekitar karena masyarakat takut tertular. Namun sekarang mereka mulai disapa oleh masyarakat dan sebagian mantan penderita kusta dapat bekerja di luar kompleks karena masyarakat melihat mereka sudah sembuh walaupun masih harus tetap mengkonsumsi obat-obatan..

(21) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2. Dengan adanya kompleks serbaguna ini, mantan penderita kusta dapat menjalani aktivitasnya masing-masing bersama keluarganya. Ketika mantan penderita kusta tersebut sudah dinyatakan sembuh, mereka memutuskan untuk tidak kembali ke tempat asal dan menetap di lingkungan sekitar Rumah Sakit ini dikarenakan merasa malu dengan dampak penyakit kusta yang menyebabkan kecacatan permanen pada tubuh mereka. Sosialisasi dengan masyarakat pun masih kurang karena mereka merasa tidak berarti dan kurang percaya dengan kebaikan Tuhan yang mereka alami selama ini. Sebagian mantan penderita kusta ini malu untuk bergabung bahkan berjabat tangan sekalipun. Dalam kehidupan sehari-hari mereka mempunyai harapan agar dapat bersosialisasi dengan masyarakat lain seperti pada umumnya tanpa ada yang merasa dijauhi atau dianggap menjijikkan. Selain itu juga dapat mengikuti pembinaan iman di lingkungan. Namun yang terjadi saat ini mereka masih ada yang kurang disapa dan terhambat untuk ikut pembinaan iman di lingkungan karena kondisi mereka yang mengalami cacat (kaki palsu) sehingga untuk berjalan sampai ke tempat pelaksanaan pembinaan iman tidak memungkinkan. Umat lain pun tidak ada yang menjemput maupun mengantar mantan penderita kusta untuk mengikuti pembinaan iman di lingkungan sekitar. Hambatan yang mereka alami sangat bermacam-macam antara lain: kurangnya kesadaran dan sapaan dari masyarakat, faktor keadaan fisik yang tidak memungkinkan untuk mengikuti pembinaan di lingkungan sekitar, kurangnya kepedulian umat terhadap mantan penderita kusta, pembinaan iman tidak diadakan tersendiri di dalam kompleks Sitanala..

(22) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3. Melihat situasi yang sudah ada bahwa kurang adanya kegiatan pembinaan iman bersama serta kurangnya hubungan sosialisasi dengan masyarakat sekitar, maka sangatlah penting dengan adanya peningkatan pembinaan iman di lingkungan Sitanala. Pembinaan iman ini akan dapat membantu mengembangkan iman mantan penderita kusta. Maka, pembinaan iman yang ditujukan untuk mantan penderita kusta sangat penting untuk mengetahui lebih jauh tentang apa yang sebenarnya menjadi harapan mereka selama ini. Pendekatan secara pribadi juga penting karena selama ini banyak dilakukan secara umum sehingga kurang mengetahui apa yang menjadi harapan mereka sesungguhnya. Dengan pendekatan pribadi dan dari hati ke hati diharapkan nantinya mereka lebih gembira dan senang karena yang menjadi harapan mereka terpenuhi serta memiliki rasa percaya diri, tidak malu, tidak minder, tidak putus asa, dll. Dalam proses katekese, peserta dapat mengungkapkan pengalamannya baik pengalaman pribadi maupun pengalaman berdasarkan peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi di tengah masyarakat. Dengan itu mereka menjadi terbuka hati bahwa masih banyak orang lain yang juga menderita tetapi tetap kuat karena percaya kepada Tuhan yang diimaninya. Mereka dapat belajar bagaimana menghadapi segala peristiwa hidup dan penyakit kusta yang sudah pernah mereka alami dalam terang iman. Selain itu, sharing pengalaman hidup ini juga dapat meneguhkan mantan penderita kusta antara yang satu dengan yang lain dan dapat menjadi sebuah pengalaman baru yang didapat sehingga mereka semakin diperkaya dan terbuka satu sama lain..

(23) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4. Terdorong oleh situasi tersebut, maka penulis menyusun skripsi dengan judul : “USAHA MENINGKATKAN PELAKSANAAN PEMBINAAN IMAN MANTAN. PENDERITA. KUSTA. DI. LINGKUNGAN. SITANALA. TANGERANG KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA MELALUI KATEKESE MODEL. SHARED. CHRISTIAN. PRAXIS. (SCP)”. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan permasalahan skripsi sebagai berikut: 1.. Bagaimana pelaksanaan pembinaan iman mantan penderita kusta sungguhsungguh memperkembangkan iman mereka?. 2.. Sejauh mana pelaksanaan pembinaan iman mantan penderita kusta di lingkungan. Sitanala. Tangerang. telah. membantu. mereka. untuk. memperkembangkan imannya? 3.. Usaha macam apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pelaksanaan pembinaan iman mantan penderita kusta di lingkungan Sitanala Tangerang?. C. TUJUAN PENULISAN Berdasarkan rumusan permasalahan, penulisan ini bertujuan untuk: 1.. Memberikan gambaran tentang pembinaan iman mantan penderita kusta sungguh-sungguh memperkembangkan iman mereka..

(24) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5. 2.. Mendapatkan gambaran sejauh mana pelaksanaan pembinaan iman bagi mantan penderita kusta di lingkungan Sitanala Tangerang telah membantu mereka untuk memperkembangkan imannya.. 3.. Katekese Shared Christian Praxis (SCP) menggambarkan model sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan pelaksanaan pembinaan iman mantan penderita kusta di lingkungan Sitanala Tangerang.. D. MANFAAT PENULISAN Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.. Menambah wawasan bagi para pembina iman yang mendampingi mantan penderita kusta di lingkungan Sitanala Tangerang untuk mengembangkan imannya.. 2.. Membantu mantan penderita kusta di lingkungan Sitanala Tangerang untuk menghayati dan mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari-hari.. 3.. Menambah wawasan para pembaca tentang pelaksanaan pembinaan iman mantan penderita kusta.. E. METODE PENULISAN Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode deskripsi analitis. yaitu. metode. pemecahan. masalah. yang. diselidiki. dengan. menggambarkan/melukiskan keadaan subjek/objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan situasi konkrit dan menganalisa data-data yang diperoleh melalui.

(25) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6. penelitian. Penulis juga mengamati dan terjun langsung ke lingkungan Sitanala Tangerang Keuskupan Agung Tangerang yang menjadi sasaran penelitian.. F. SISTEMATIKA PENULISAN Tulisan ini mengambil judul “Usaha Meningkatkan Pelaksanaan Pembinaan Iman Mantan Penderita Kusta di Lingkungan Sitanala Tangerang Keuskupan Agung Jakarta Melalui Katekese Model Shared Christian Praxis (SCP)”. Judul ini akan diuraikan menjadi lima bab. Bab pertama menguraikan tentang latar belakang penulisan, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab kedua menguraikan gambaran tentang pembinaan iman dan katekese pada umumnya. Selanjutnya penulis memberikan gambaran umum tentang mantan penderita kusta dan penyakit kusta. Bab ketiga, penulis memaparkan tentang gambaran umum umat katolik di lingkungan Sitanala Tangerang, penelitian pembinaan iman, laporan hasil penelitian dan. pembahasan hasil penelitian. pembinaan iman mantan penderita kusta di lingkungan Sitanala Tangerang Keuskupan Agung Jakarta. Bab keempat berupa sumbangan pemikian dalam bentuk katekese model Shared Christian Praxis (SCP) sebagai model untuk meningkatkan pelaksanaan pembinaan iman mantan penderita kusta di lingkungan Sitanala Tangerang. Akhir dari keseluruhan pemaparan ini adalah bab kelima. Bagian ini berisi kesimpulan skripsi dan saran bagi berkembangnya pembinaan iman di lingkungan Sitanala Tangerang..

(26) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7. BAB II PEMBINAAN IMAN MANTAN PENDERITA KUSTA DEMI MEMULIHKAN RASA PERCAYA DIRI. Bab I telah membahas mengenai pendahuluan dan latar belakang situasi mantan penderita kusta di lingkungan Sitanala Tangerang. Dengan adanya pendahuluan tersebut penulis dapat melanjutkan penulisan bab II ini. Bab ini merupakan studi pustaka yang menggunakan sumber-sumber yang relevan untuk memperkaya dan memperdalam gagasan. Selanjutnya bab II ini dibagi menjadi tiga bagian. Pertama, penulis menjelaskan tentang pembinaan iman dan katekese pada uumnya. Kedua, dilanjutkan dengan gambaran umum mantan penderita kusta dan penyakit kusta. Ketiga, penulis membahas pembinaan iman mantan penderita kusta demi memulihkan rasa percaya diri. A. Pembinaan Iman Pada Umumnya Dan Katekese 1. Pembinaan Iman Pada Umumnya a. Pengertian Pembinaan Pembinaan dimengerti sebagai terjemahan dari kata Inggris yaitu training, yang berarti latihan, pendidikan, dan pembinaan. Sejauh berhubungan dengan pengembangan manusia, pembinaan merupakan bagian dari pendidikan. Mangunhardjana (1986: 11) mengatakan tentang arti pembinaan iman sebagai berikut: Sebagaimana dipraktekkan dewasa ini, pembinaan menekankan pengembangan manusia pada segi praktis: pengembangan sikap, kemampuan dan kecakapan. Sedang pendidikan menekankan pengembangan manusia pada segi teoritis: pengembangan pengetahuan dan ilmu..

(27) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 8. Dalam pembinaan, orang tidak sekedar dibantu untuk mempelajari ilmu murni, tetapi ilmu yang dipraktekkan. Selain itu orang juga tidak hanya dibantu untuk mendapatkan pengetahuan demi pengetahuan, tetapi pengetahuan untuk dijalankan. Dalam pembinaan, orang dilatih untuk mengenal kemampuan dan mengembangkannya, agar dapat memanfaatkannya secara penuh dalam bidang hidup atau kerja mereka. Oleh karena itu unsur pokok dalam pembinaan adalah mendapatkan sikap, attitute, dan kecakapan, skill (Mangunhardjana, 1986: 12).. b.. Pengertian Iman Sejauh dilihat dari pihak Allah yang menjumpai dan memberikan Diri. kepada manusia, wahyu merupakan pertemuan Allah dan manusia. Tetapi Allah tetap Allah, dan di hadapan Allah manusia harus tetap mengaku diri sebagai “hamba yang tak berguna” (Luk 17:10). Iman adalah penyerahan diri secara total kepada Allah yang menyatakan diri tidak karena terpaksa, melainkan “dengan sukarela”. Meskipun tidak setingkat, hubungan itu sungguh merupakan hubungan persahabatan. Sebagaimana Allah “dari kelimpahan cinta kasih-Nya menyapa manusia” (DV, 2), begitu juga jawaban manusia berasal dari hati yang tulus dan ikhlas. Sejak semula Gereja menekankan bahwa iman bersifat bebas merdeka. Dalam iman, manusia menyadari dan mengakui bahwa Allah yang takterbatas berkenan memasuki hidup manusia yang serba terbatas, menyapa dan memanggilnya. Iman berarti jawaban manusia atas panggilan Allah, penyerahan pribadi kepada Allah yang menjumpai manusia secara pribadi juga. Dalam iman manusia menyerahkan diri kepada Sang Pemberi Hidup. Pengalaman religius.

(28) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 9. memang merupakan pengalaman dasar, kendati belum berarti pertemuan dengan Allah dalam arti penuh. Di atas pengalaman dasar itulah dibangun iman dan penyerahan kepada Allah. Manusia dari dirinya sendiri tak mungkin mengenal Allah. Umat Kristiani mengenal Allah secara pribadi sebagai Bapa, melalui Yesus (Komisi Kateketik KWI, 1996: 127). Bila sabda Allah adalah wahyu, maka tanggapan manusia dari sabda Allah ialah iman. Bila inisiatif berasal dari Allah, maka jawaban adalah dari manusia. Maka sabda Allah mengundang jawaban manusia, kesediaan Allah mengundang kesediaan manusia untuk membuka diri, tindakan Allah mendesak tindakan manusia dan pemberian diri Allah mengharapkan penyerahan diri manusia. Maka wahyu itu menuntut iman. Iman adalah pertemuan pribadi dan mendalam antara Allah yang hidup dengan manusia. Penerimaan secara menyeluruh akan pribadi yang mewahyukan dan memberikan diri oleh manusia. Menyerahkan diri dengan penuh cinta merupakan suatu penyerahan yang tanpa batas untuk hidup bagi Allah dan mengatur hidup sesuai dengan perintah-Nya. Semua ini tentu akan mengakibatkan suatu perjanjian dan sumpah untuk bersekutu dalam cinta kasih. Oleh sebab itu hubungan antara pribadi manusia dengan Allah adalah dialog, perjanjian dan persekutuan (Amalorpavadass, 1972: 16). Asal-usul kata Ibrani untuk kata iman adalah he’ emin (dari kata dasar áman). Dengan demikian, beriman berarti merasa aman, menyerahkan beban atau kelemahan pribadi kepada orang lain. Secara rohani beriman berarti menaruh kepercayaan. Maka beriman kepada Allah berarti membiarkan diri dibawa oleh.

(29) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 10. emeth-Nya, oleh kesetiaan dan keteguhan yang tidak terguncangkan; berkata amen (= teguh, kuat dan pantas dipercaya) kepada Allah, yang setia pada janjiNya dan yang kuasa untuk menyatakannya (Telaumbanua, 1997: 47- 49).. c.. Pembinaan Iman Pembinaan iman tidak lepas dari katekese karena katekese merupakan. usaha pembinaan iman yang perlu direncanakan secara berkala yang mempunyai arah dan tujuan demi pengembangan iman umat. Namun demikian pembinaan iman dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan oleh pembina dan secara khusus. diciptakan. agar. orang. beriman. dapat. berkumpul. dan. saling. mengkomunikasikan pengalaman imannya sebagai pengalaman perjumpaan dengan Allah melalui sabda-Nya. Pembinaan iman merupakan bentuk pelayanan sabda yang dilakukan untuk membantu umat untuk semakin menghayati imannya kepada Yesus Kristus yang berkarya di dalam hidupnya. Dengan demikian pembinaan iman membantu dan mendorong umat untuk mengembangkan imannya menjadi semakin matang, dewasa dan ikut terlibat untuk bertanggung jawab di dalam hidup menggerejaa dan memasyarakat. Iman harus dihayati dan diwujudkan dalam kehidupan nyata, karena pada hakekatnya “iman tanpa perbuatan adalah mati” (bdk. Yak. 2:7).. 2. a.. Katekese Pengertian Katekese Dalam Catechesi Tradendae artikel 18 Paus Yohanes Paulus II. mengatakan bahwa katekese adalah:.

(30) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 11. Pembinaan anak-anak, kaum muda dan orang-orang dewasa dalam iman, yang khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen, yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis, dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen. Dari rumusan ini dapat dimaksudkan bahwa katekese dapat ditujukan untuk seluruh orang beriman dalam Kristus, yang secara bebas berkumpul untuk memahami ajaran Kristus. hal ini bertujuan untuk membantu umat menuju kepenuhan imannya. Katekese sebagai komunikasi iman Gereja akan Kristus. Dalam sejarahnya komunikasi iman mendapat arah dan warna berbeda-beda, kendati ada unsur-unsur yang tetap terpelihara, ditentukan oleh jaman dan wilayah berlangsungnya komunikasi iman itu. Katekese erat hubungannya dengan evangelisasi, yakni “membawa kabar Gembira ke dalam tata hidup manusia untuk mengubah dan membaharuinya dari dalam pada bidang hidup batin pribadi dan kolektif suatu bangsa, kegiatan-kegiatan dalam dimana mereka terlibat dan di lingkungan hidup mereka yang konkret” (EN, 18). Katekese umat dimengerti sebagai komunikasi iman umat atau tukar pengalaman iman antar anggota jemaat. Ini berarti, katekese dari umat dan untuk umat, katekese yang menjemaat, yang berdasarkan situasi konkret setempat menurut pola Yesus Kristus. Yang berkatekese adalah umat beriman (Telaumbanua, 1997: 9). Katekese umat diartikan sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman (penghayatan iman) antara anggota jemaat/kelompok. Katekese umat merupakan komunikasi iman dari peserta sebagai sesama dalam iman yang sederajat, saling bersaksi tentang iman mereka (Lalu, 2005: 5)..

(31) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 12. Katekese sebagai komunikasi iman jemaat yang terarah dan terpadu dengan ciri-cirinya mengandung pengertian inter-relasi yaitu hubungan pribadi antar jemaat yang memungkinkan pertemuan dan komunikasi iman itu sendiri. Sebaliknya pertemuan dan komunikasi iman jemaat yang kontinu dapat menimbulkan dan memperdalam hubungan inter-relasi atau hubungan pribadi antar pribadi. Dengan demikian, benar bahwa “dalam Katekese Inter-relasi antara pribadi dengan jemaat lebih mengemuka” (Sarjumunarsa, 1985: 53).. b.. Tujuan Katekese Katekese. memperkembangkan. bertujuan iman,. membangunkan, sambil. membaharui,. memelihara. dan. memperdalam. dan. menyempurnakan pertobatan pertama dengan jalan membuatnya makin bersifat pribadi dan berbuah dalam tindakan (Amalorpavadass, 1972: 8). Dalam buku Katekese Umat mengenai hubungan dengan Katekese Umat, PKKI II menegaskan bahwa: Tujuan komunikasi iman itu ialah supaya dalam terang Injili kita semakin meresapi arti pengalaman-pengalaman kita sehari-hari. Dan kita bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadari kehadirannya dalam kenyataan hidup sehari-hari. Dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih dan makin dikukuhkan hidup Kristiani kita. Demikian pula kita makin bersatu dalam Kristus, makin menjemaat, makin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja semesta. Sehingga kita sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup kita di tengah masyarakat. Rumusan ini menegaskan bahwa tujuan Katekese Umat di atas lebih memperlihatkan peserta sendiri dan menegaskan tujuan sebagai Gereja dan semuanya berpuncak pada “hidup kita di tengah masyarakat”. Katekese Umat.

(32) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 13. membantu umat untuk hidup dengan semakin sadar akan iman yang mendalam/utuh. Katekese menempatkan pengalaman religius kembali ke dalam hidup konkret. Dengan demikian peserta dibantu untuk menafsirkan pengalaman hidupnya sebagai sejarah penyelamatannya (Lalu, 2005: 73-74). Katekese bertujuan untuk mewujudkan dimensi praktek keagamaan, dimensi perasaan atau pengalaman keagamaan, dimensi lanjutan dari semuannya itu yakni perilaku konkret dalam kehidupan sehari-hari sehingga orang dapat mengintegrasikannya di dalam dirinya sesuai dengan tahap perkembangan pribadinya (Hutabarat, 1981: 11). Paus Yohanes Paulus II, dalam Ajaran Apostolik Catechesi Tradendae, (1979 art 20) menyatakan: Tujuan katekese sebagai usaha pembinaan iman adalah: “berkat bantuan Allah mengembangkan iman yang baru mulai tumbuh, dan dari hari ke hari memekarkan menuju kepenuhannya serta makin memantapkan perihidup Kristus umat beriman, muda maupun tua”. Dari rumusan ini terkandung makna bahwa pembinaan iman mempunyai tujuan untuk membantu mengembangkan iman umat secara terus menerus yang dihayati dalam kehidupan sehari-hari. Dari hari ke hari umat dapat menghayati kehidupannya menurut semangat dan teladan Yesus Kristus. Akan tetapi disadari pula bahwa upaya untuk memperkembangkan iman bukan. merupakan usaha. manusia semata melainkan berkat rahmat dan bantuan Roh Kudus. Roh Kuduslah yang membimbing dan berkarya didalam hati, pikiran mendorong dan menyemangati umat beriman dalam upaya memperkembangkan iman..

(33) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 14. c.. Ciri-ciri Katekese Huber (1979: 94) menjelaskan bahwa ciri-ciri katekese sebagai berikut:. 1) Belajar hidup dari iman Pelayanan katekese berarti ingin tolong menolong supaya umat dapat belajar hidup dari iman. Dengan adanya katekese umat diundang untuk mendalami dan memperluas imannya secara bertanggung jawab. Umat ditantang untuk menemukan arti hidupnya. Katekese tidaklah pertama-tama menyuguhkan sederetan pengajaran namun ingin menolong bahwa manusia menjalani hidup ini oleh cinta yang adalah Allah sendiri. Keterbukaan manusia terhadap cinta kasih Allah memampukan untuk melihat dan mengalami berapa hidupnya menjadi sangat berarti. Dengan demikian pengalaman-pengalaman serta sikap-sikap rasa percaya, pengharapan serta pertobatan akan tumbuh dan berkembang dalam diri manusia. 2) Katekese memungkinkan pengalaman hidup Pelaksanaan katekese tidak hanya bertitik tolak dari isi kenyataan iman saja namun bertumpu pada keadaan dan pengalaman manusia beserta segala persoalan hidupnya. 3) Katekese menumbuhkan hidup rohani Segi yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan karya katekese ialah dorongan yang menumbuhkan ungkapan-ungkapan iman.. Berdoa dan. menyapa Allah dapat sekaligus mengarah kan arah hidupnya dan saling melengkapi. Spiritualitas itulah yang merupakan suatu dorongan untuk manju dan berubah..

(34) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 15. 4) “Tanpa tindakan kosonglah iman” Katekese mengajak orang untuk merefleksikan persoalan hidupnya bahwa iman akan Allah yang tampak dalam Yesus Kristus bisa membaharui hidup manusia sebagai pribadi dan bersama-sama. Dengan demikian, iman dihayati secara nyata, yaitu bahwa orang yang hidup bersumber pada Injil dan bertindak dari dorongannya. 5) Katekese menyangkut nilai-nilai Iman dan hidup adalah hubungan sedemikian dekat yang terjalin satu sama lain. Pelayanan yang muncul dari iman selalu memunculkan nilai-nilai hidup yang begitu berarti. Nilai-nilai itu misalnya saja kejujuran, rasa solidaritas, kepedulian, semangat kawan yang mendalam dan lain-lain. Katekese ingin membantu manusia untuk mewujudkan dan mengembangkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.. d. Fungsi Katekese Dalam ruang lingkup kegiatan pastoral, katekese mempunyai fungsi yang membantu umat untuk menghayati imannya. Fungsi-fungsi katekese antara lain: mempersiapkan manusia untuk menerima karya Roh Kudus, menolong manusia supaya persatuannya dengan Allah menjadi kenyataan, memberikan sumbangan agar. keseluruhan. kebenaran. rencana. Allah. dapat. ditangkap. dengan. mempersiapkan umat beriman membaca Kitab Suci dan belajar dari Tradisi, membantu orang untuk mentafsirkan kejadian-kejadian hidup manusia, khususnya tanda-tanda zaman, sehingga segala sesuatunya dapat diuji dalam terang Kristiani,.

(35) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 16. memberikan bantuan agar jemaat beriman dapat ikut serta dalam dialog ekumenis, termasuk dialog dengan budaya dan dengan orang non Kristiani, mengarahkan harapan manusia kepada kebaikan-kebaikan yang akan datang, menerangkan dan mengenakan kepada hidup manusia kebenaran-kebenaran iman sesuai dengan perkembangan pribadi, mewartakan Firman Allah dan mengajarkannya dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh para pendengar sambil tetap setia pada ajaran Gereja (Hutabarat, 1982: 46).. e.. Isi dan Suasana Katekese Dalam proses katekese, ada dua unsur penting yang harus diperhatikan,. yaitu isi dan suasana. Isi katekese tidak dapat dilepaskan dari pengaruh suasana, baik faktor perkembangan psikologis peserta katekese itu sendiri dan aspek-aspek eksternalnya, yaitu lingkungan, sarana, pendekatan dan metodenya. Maka diperlukan suasana akomodatif yang mampu menghantar isi kepada peserta katekese. Suasana tanpa isi akan membuat proses katekese hanya sekedar ruang hiburan, tetapi isi tanpa suasana akan membuat proses katekese bagaikan ruang ceramah yang membosankan dan sama sekali tidak edukatif bagi segi afektifitas peserta katekese. Untuk itu segi isi dan suasana menjadi bagian yang tak terpisahkan. Isi haruslah berjalan dengan suasana, begitupun suasana haruslah memuat isi yang membangun iman peserta katekese. Isi pokok pembinaan iman adalah seluruh hidup Yesus Kristus (CT, 6). Sifat Kristosentris katekese bukan untuk menyampaikan ajarannya sendiri atau seorang guru lain, melainkan ajaran Yesus Kristus, kebenaran yang diajarkan-Nya, atau lebih cermat lagi: Kebenaran.

(36) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 17. yang tak lain ialah Dia sendiri. Yesus adalah jalan kebenaran dan hidup (Yoh. 14:6). Pembinaan. iman. yang. berpusat. pada. Yesus. Kristus. berarti. mengkomunikasikan sabda, ajaran dan seluruh misteri hidup Yesus Kristus. Dalam komunikasi ini setiap peserta diharapkan dapat saling terbuka dan saling mendengarkan agar sabda yang direnungkan dapat sungguh-sungguh dihayati dan menemukan makna bagi hidup diri sendiri maupun bagi sesama. Selain itu peserta secara pribadi membina relasi dengan Yesus dan seluruh hidup, sikap dan tindakannya dijiwai oleh hidup Yesus sendiri.. f.. Media dan Sarana Katekese Salah satu media yang dapat digunakan agar katekese itu menarik adalah. media komunikasi populer. Media komunikasi populer adalah media yang digunakan untuk menyampaikan pesan dalam proses komunikasi yang metodologinya bersifat “dekat” dengan kehidupan dewasa ini, misalnya televisi, radio, film, foto digital, poster, hasil download internet, tampilan-tampilan presentasi dengan powerpoint dan flash player, musik, potongan artikel, potongan cergam-komik, dan lain-lain. Media komunikasi populer ini dapat menjadi salah satu bantuan, agar jembatan untuk menghubungkan pengalaman hidup orang zaman sekarang dengan visi kristianitas mampu terjadi. Media komunikasi populer ini menjadi sarana supaya terjadi proses sintesis antara media dan katekese yang sesuai dengan perkembangan budaya serta tehnologi yang.

(37) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 18. mempengaruhi umat berkaitan dengan gaya hidup (life style) dan pandanganpandangan hidup umat dewasa ini. Penggunaan sarana dalam katekese akan lebih menarik apabila pembina memiliki keterampilan yang cukup dalam hal menggunakan berbagai macam metode. Oleh karena itu sarana sangat berkaitan erat dengan metode yang akan digunakan dalam pembinaan iman. Beberapa metode dan sekaligus sarana yang mendukung yang dapat digunakan dalam pembinaan iman: 1) Metode Bercerita Metode. bercerita. adalah. cara. menyajikan. bahan. pelajaran,. memperlihatkan, memberitahu dan menerangkan suatu yang bersifat fiktif atau non fiktif kepada peserta untuk mencapai tujuan pelajaran. Latar belakang dari manfaat metode bercerita adalah: a). Kekuatan Cerita Rahasia sebuah cerita adalah bahwa orang tidak merasa diajar, “digurui”. melainkan diajak berpikir, memahami, merasakan dan menyampaikan cerita tersebut. Cerita sarat dengan “nilai-nilai”. Melalui cerita orang diajak “masuk dalam dunia cerita” dan berhadapan dengan cerita tersebut secara keseluruhan. b) Teknik Bercerita ¾ Menyiapkan cerita dengan sungguh-sungguh, melatih cerita sendiri secara berulang-ulang sebelum bercerita di hadapan peserta, tidak menanggap “enteng” saja tentang cerita tersebut sehingga perlu disiapkan dengan sungguh-sungguh..

(38) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 19 ¾ Bercerita dengan cara yang hidup dan menarik. Hidup karena cerita tersebut dibawakan dengan sungguh-sungguh dan diungkapkan sesuai dengan situasi menyeluruh dalam cerita tersebut. Menjadi hidup bagi pendengarnya bila masalahnya juga menarik. Menarik karena isi, sifat dan bentuk cerita tersebut sesuai atau berdekatan dengan situasi pendengarnya. Sarana. yang dapat digunakan dalam metode bercerita adalah cerita. bergambar, cerita rakyat, boneka, alat tulis, gambar-gambar Yesus dan karya-Nya serta gambar-gambar Kudus dan lain-lain, sesuai dengan tema atau isi cerita yang akan disampaikan kepada peserta.. 2) Metode Sosiodrama Drama berarti karya sastra/tulis yang bertujuan menggambarkan kehidupan penderitaan, kebahagiaan, perjuangan hidup dan segala seluk- beluk kehidupan lewat tingkah laku, gerak, ekspresi dan dialog pemain. Dalam drama kegiatannya penuh dengan aktivitas seperti akting, bermain, berpura-pura, menarik dialog. Hal ini sesuai dengan situasi kejiwaan peserta. Tujuan drama adalah peserta belajar mengendalikan diri dalam hal emosi dan kejiwaannya, belajar memupuk sifat untuk menjadi baik, penggerak untuk berimajinasi. Dalam bermain drama peserta langsung terlibat dalam kegiatan, belajar mengalami menjadi. tokoh. dan. semua. yang. ada. dalam. diri. tokoh.. Dengan. keterlibatan/partisipasi langsung, peserta akan banyak belajar kehidupan dari tokoh-tokoh yang pernah mereka mainkan. Dengan demikian peserta semakin.

(39) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 20. mengerti dan mendalami makna hidupnya, dan merubah hidupnya menjadi lebih baik. Sarana yang dapat digunakan dalam metode sosiodrama adalah topeng, teks drama, alat tulis, kain dan lain sebagainya sesuai dengan tema dan isi dari drama yang akan dimainkan.. 3) Metode Tanya Jawab Metode Tanya jawab adalah cara lisan menyajikan bahan untuk mencapai tujuan pengajaran. Metode ini akan sangat efektif bila dipadukan dengan metode yang lain seperti: ceramah, kerja kelompok, demonstrasi, dll. Metode tanya jawab berfungsi sebagai alat untuk mengetahui apa yang dipahami peserta berkaitan dengan bahan yang diberikan, menarik perhatian peserta, penguasaan peserta terhadap bahan. Tipe-tipe pertanyaan yang baik adalah: ¾ Pertanyaan fakta (mengembangkan daya ingatan). ¾ Pertanyaan perbandingan-perbandingan (mengembangkan daya pengenalan, daya pikir). ¾ Pertanyaan analisa terhadap sesuatu (mengembangkan daya analisa). ¾ Pertanyaan pengira-iraan (mengembangkan daya pikir dan perasaan). Sarana yang dapat digunakan dalam metode tanya jawab ini adalah wiraless agar volume suara lebih jelas, teks pertanyaan..

(40) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 21. g.. Model-Model Katekese Dalam kegiatan pembinaan iman terdapat bermacam-macam model yang. digunakan pada dewasa ini. Langkah-langkah yang terjadi dalam pembinaan iman pada umumnya mengandung tiga unsur dasar, yakni: pengalaman hidup konkret, teks Kitab Suci atau Tradisi dan penerapan konkret pada hidup peserta katekese. Oleh karena itu, bertolak dari awal atau dasarnya pembinaan iman,. dalam. langkah-langkah pembinaan iman atau katekese pada umumnya terdapat tiga model, yakni: model ‘pengalaman hidup’ yang lebih bertolak pada pengalaman hidup konkret sehari-hari; model ‘biblis’ lebih bertolak pada pengalaman Kitab Suci atau Tradisi; dan model ‘campuran biblis dan pengalaman hidup’ yang lebih bertolak pada hubungan antara Kitab Suci atau Tradisi dengan pengalaman hidup konkret (Sumarno Ds, 2012: 1). 1) Model Pengalaman Hidup Model pengalaman hidup ini merupakan model katekese yang dimulai dari pengalaman hidup peserta. Dalam proses pelaksanaan katekese, peserta mengungkapkan pengalamannya baik pengalaman pribadi maupun pengalaman berdasarkan peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi di tengah masyarakat. Pengalaman ini juga bisa diambil dari surat kabar atau cerita yang relevan. Pengalaman-pengalaman ini diolah dan didalami bersama-sama dalam kelompok kemudian peserta berusaha mencari makna dari pengalaman tersebut berdasarkan Kitab Suci. Kitab Suci dibacakan dan direnungkan secara pribadi. Pendamping memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk membantu peserta merefleksikan teks Kitab Suci..

(41) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 22. Kekuatan model pengalaman hidup ini adalah peserta merasa tersentuh dan semakin diteguhkan karena tema yang diangkat berdasarkan situasi konkrit yang mereka alami. Kelemahannya adalah seakan-akan menomorduakan Kitab Suci sebagai sumber iman Kristiani, dan peserta kurang memahami Kitab Suci. Bila penekanannya pada pengalaman hidup tidak semua peserta mampu merefleksikan pengalaman hidupnya sehari-hari.. 2) Model Biblis/Tradisi Model biblis merupakan suatu model katekese yang bertitik tolak dari Kitab Suci. Dalam proses katekese, Kitab Suci dibacakan kemudian direnungkan dan didalami secara pribadi maupun bersama untuk menemukan inti teks. Inti teks Kitab Suci tersebut dihubungkan dengan pengalaman hidup peserta agar mereka merasakan ramat dan kehadiran Allah dalam hidupnya sehari-hari. Kekuatan model ini adalah berpedoman pada Kitab Suci sebagai dasar hidup beriman Kristiani. Kelemahannya adalah situasi hidup peserta kurang disentuh, karena ajarannya tidak dihubungkan dalam hidup para peserta katekese.. 3) Model Campuran: Biblis dan Pengalaman Hidup Model campuran merupakan model katekese yang mengajak umat untuk saling mengkomunikasikan pengalaman imannya, baik pengalaman pribadi maupun pengalaman bersama. Dalam proses katekese, Kitab Suci dibacakan dan direnungkan secara pribadi kemudian disajikan pengalaman hidup. Pengalaman hidup dan bacaan dari Kitab Suci didalami bersama dalam kelompok. Pesan-pesan.

(42) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 23. pokok yang diperoleh dari pengalaman hidup peserta direfleksikan, dianalisis kemudian dihubungkan dengan bacaan Kitab Suci yang sudah dibacakan. Kekuatan model ini adalah peserta semakin memahami bahwa pesanpesan Kitab Suci dipahami dan dimengerti sebagai suati yang hidup sesuai dengan zamannya.. Kelemahannya. adalah. tidak. semua. peserta. mampu. menghubungkannya dengan pesan inti Kitab Suci sehingga muncul rasa jenuh.. B. Gambaran Umum Mantan Penderita Kusta dan Penyakit Kusta 1. Gambaran Umum Mantan Penderita Kusta Anggapan anggota masyarakat yang keliru menafsirkan tentang penyakit kusta ini membuat para mantan penderita kusta semakin terpuruk dan. tidak. percaya diri lagi. Masyarakat yang diharapkan untuk memperhatikan dan merawatnya justru mengucilkannya. Apabila petugas kesehatan yang merawatnya telah menyatakan sembuh, maka masyarakat tetap saja menganggapnya sakit dan mereka tetap dikucilkan. Situasi dan keadaan seperti ini yang menyebabkan kondisi kejiwaan mantan penderita kusta menjadi tertekan sehingga merasa minder, putus asa bahkan tidak percaya diri lagi untuk bersosialisasi terhadap masyarakat lain. Mereka menjadi sangat sensitif dan mudah tersinggung. Harga diri yang mereka miliki menjadi jiwanya terpuruk dan sulit untuk memulihkan rasa percaya dirinya. Keadaan ini sangat menyedihkan karena kendati sudah dinyatakan sembuh namun mereka tidak berani hidup di tengah masyarakat dan memilih tetap tinggal di lingkungan Sitanala. Dengan kenyataan hidup yang dialaminya mereka memiliki harapan hidup pribadinya semakin diterima oleh masyarakat dan dapat memaknai segala sesuatu yang dihadapinya..

(43) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 24. 2.. Gambaran Penyakit Kusta Penyakit kusta yang diderita oleh suatu kelompok masyarakat merupakan. suatu penyakit communicable diasease atau menular. a.. Pengertian Kusta Penyakit kusta adalah penyakit infeksi kronis yang menyerang kulit,. membrane mukosa dan saraf perifer yang disebabkan oleh bakteri aerob dan tahan asam yaitu Mycobacterium leprae (Soedarto, 2002). Penyakit kusta adalah penyakit yang menyerang kulit dan saraf tepi disebabkan oleh bakteri (Chin, 2006). Tantut Susanto dkk (2013:20) menyampaikan pandangan Naik et al yang mengatakan bahwa kusta adalah penyakit bakteri kronis pada manusia yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang menyerang kulit, saraf perifer dan mukosa hidung. Kusta apabila tidak didiagnosis dan diobati secara dini dapat menyebabkan cacat pada mata, tangan dan kaki. Kusta merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium leprae (M. leprae) atau biasa disebut juga dengan Morbus Hansen yang menyerang saraf perifer, kulit, dan organ lain seperti mukosa saluran nafas bagian atas, hati dan sumsum tulang kecuali susunan saraf pusat (Mansjoer et al, 2000). Oleh karena itu dalam buku yang berjudul Perawatan Klien Kusta di Komunitas (Tantut Susanto dkk, 2013: 20) menyimpulkan bahwa kusta adalah: Suatu penyakit kulit yang bersifat kronis dan disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae, dan apabila tidak ditangani secara tepat akan dapat mengakibatkan kecacatan yang serius pada mata, tangan dan kaki. Rumusan ini menegaskan bahwa penyakit kusta adalah penyakit menular, menahun dan disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae) yang.

(44) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 25. menyerang saraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya kecuali susunan saraf pusat (Kemenkes RI, 2007).. b.. Penyebab Kusta Tantut Susanto dkk (2013:21) mengemukakan pandangan Remme yanag. mengungkapkan penyakit kusta adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae (M. leprae) yang bersifat asam dan gram positif. Mycobacterium leprae merupakan parasit obligat intraseluler dan terutama berada pada makrofag. Mycobacterium leprae mempunyai ukuran panjang 2-7 mikrometer dan lebar 0.3 – 0,4 mikrometer. Mycobacterium leprae mempunyai dinding sel yang banyak mengandung lemak dan lapisan lilin, sehingga mengakibatkan bakteri ini tahan asam. Penentuan Mycobacterium leprae tahan asam atau tidak, dengan cara perawatan teknik Ziehl Neelsen. dengan. menggunakan larutan Karbol Fuhsin, Asam Alkohol, dan Metilen Blue. Faktor penyebab penyakit kusta tersebut ditunjang oleh beberapa hal dalam proses penularan penyakit kusta. Mycobacterium leprae atau kuman Hansen adalah kuman penyebab penyakit kusta yang ditemukan oleh sarjana dari Norwegia, GH Armouer Hansen pada tahun 1873. Kuman ini bersifat tahan asam berbentuk batang dengan ukuran 1,8 micron, lebar 0,2-0,5 micron. Biasanya ada yang berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu, hidup dalam sel terutama jaringan yang bersuhu dingin. Kuman ini dapat mengakibatkan infeksi sistemik pada binatang Armadillo (Kemenkes RI, 2007)..

(45) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 26. c.. Penularan Kusta Dalam bukunya Tantut Susanto dkk (2013:21) menyampaikan pandangan. Sehgal yang menjelaskan bahwa lingkungan paling alami dan yang baik bagi perkembangan Mycobacterium leprae adalah sel eukaryotic, dan kebanyakan kasus ditemukan pada manusia, tetapi juga ditemukan pada armadillo. Depkes RI (2006) mengemukakan bahwa penyakit kusta juga dapat ditularkan melalui monyet dan telapak kaki tikus yang tidak memiliki kelenjar thymus (Athymic nude mouse). Penularan kusta belum diketahui secara pasti, namun sebagian besar ahli berpendapat bahwa dapat melalui saluran nafas bagian atas dan kulit. Mycobacterium leprae sering berkembang pada tubuh manusia yang mempunyai suhu lebih rendah, seperti daerah akral dengan vaskularisasi yang sedikit (Mansjoer et al, 2000). Jaringan tubuh yang dingin tersebut, diantaranya adalah kulit, saraf tepi, hidung, laring, faring, mata dan testis (Jawetz et al 1996). Tantut Susanto dkk (2013:22) mengemukakan pandangan Burn yang mengatakan bahwa area tubuh yang memiliki suhu rendah adalah area superficial, termasuk mata, mukosa saluran pernafasan atas, testis, otot-otot kecil dan tulang pada tangan, kaki dan wajah, serta saraf perifer dan kulit.. d.. Tanda dan Gejala Kusta Depkes RI (2006) menyatakan bahwa untuk menetapkan diagnosis. penyakit kusta perlu dicari tanda-tanda utama atau cardinal sign, yaitu:.

(46) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 27. 1) Lesi (kelainan) kulit yang mati rasa; kelainan kulit/lesi dapat berbentuk bercak. keputih-putihan. (hypopigmentasi). atau. kemerah-merahan. (erithematuos) yang mati rasa (anaesthesi). 2) Penebalan saraf tepi yang disertai dengan gangguan fungsi saraf; gangguan fungsi saraf ini merupakan akibat dari peradangan kronis saraf tepi (neuritis perifer). Gangguan fungsi saraf ini berupa gangguan fungsi sensoris, gangguan fungsi motoris, gangguan fungsi otonom. Gangguan fungsi sensoris merupakan gangguan yang ditandai dengan keadaan mati rasa. Gangguan fungsi motoris merupakan gangguan yang ditandai dengan kelemahan otot (parese), atau kelumpuhan (paralise), sedangkan gangguan fungsi otonom merupakan gangguan yang ditandai denhan kering dan retak-retak. 3) Adanya bakteri tahan asam (BTA) di dalam kerokan jaringan kulit (BTA positif). Sseorang dinyatakan sebagai penderita kusta bilamana terdapat satu dari tanda-tanda utama di atas. Tantut Susanto dkk (2013:21) menyampaikan pandangan Zulkifli tentang gejala umum yang muncul dan merupakan persepsi umum di masyarakat adalah adanya bercak tipis seperti panu pada badan. Pada bercak putih mula-mula muncul sedikit, tetapi semakin lama akan melebar dan banyak. Adanya pelebaran saraf terutama saraf ulnaris, medianus, aulicularis magnus serta. peroneus.. Kurang aktifnya kelenjar keringat sehingga kulit tampak lebih mengkilat dan tipis. Beberapa gejala yang akan dialami oleh penderita penyakit kusta diantaranya adalah panas dari derajat rendah sampai dengan menggigil, tidak nafsu makan, mual, kadang-kadang disertai muntah. Penderita kusta juga merasakan sakit.

(47) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 28. kepala, kadang-kadang disertai iritasi. Penderita kusta akan mengalami kemerahan pada testis dan radang pleura, kadang-kadang disertai dengan penurunan fungsi ginjal, radang ginjal dan pembesaran hati dan empedu, serta radang serabut saraf.. e.. Klasifikasi Kusta Sebenarnya dikenal banyak jenis klasifikasi penyakit kusta yang cukup. menyulitkan, misalnya klasifikasi Madrid, klasifikasi Ridley-Jopling, klasifikasi India dan WHO. Sebagian besar penentuan klasifikasi ini didasarkan pada tingkat kekebalan tubuh (kekebalan seluler) dan jumlah kuman. Pada tahun 1982 sekelompok ahli WHO mengembangkan klasifikasi untuk memudahkan pengobatan di lapangan. Dalam klasifikasi ini seluruh penderita kusta hanya dibagi dalam 2 tipe yaitu tipe Paucibacillar (PB) dan tipe Multibacillary (MB). Dasar dari klasifikasi ini adalah gambaran klinis dan hasil pemeriksaan Basil Tahan Asam (BTA) melalui skin smear. Pada pertengahan tahun 1997, WHO Expert Committee menganjurkan klasifikasi kusta menjadi PB lesi tunggal (Single lesion), PB lesi 2-3 dan MB. Sampai sekarang secara nasional pengobatan PB lesi tunggal disamakan dengan PB lesi 2-3 (http://www.rskdrsitanala.com/index.php/component/content/article?id=82 accesed on May 15, 2014)..

(48) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 29. C. Pembinaan Iman Mantan Penderita Kusta Demi Memulihkan Rasa Percaya Diri 1. Pembinaan Iman Mantan Penderita Kusta Dalam situasi konkret yang terjadi di lingkungan Sitanala, pelaksanaan pembinaan iman ini akan membantu mengembangkan iman dan memulihkan rasa percaya diri mantan penderita kusta karena dilihat dari kehidupan mereka. Mantan penderita kusta ingin hidup mandiri dan tidak pernah ingin jadi peminta-minta. Mantan penderita kusta ingin diterima masyarakat namun ruang gerak mereka ternyata membatasi keinginan-keinginan itu. Mantan penderita kusta di lingkungan Sitanala Tangerang justru takut kembali ke rumah. Sudah terbayang dalam pikiran mereka, bagaimana keluarga dan tetangga tidak akan menghiraukan kehadiran mereka. Namun hal ini bukan semata-mata pembinaan, juga pendampingan lebih dekat sehingga mampu mengetahui dan memahami lebih jauh tentang apa yang menjadi harapan mereka sesungguhnya. Dengan pendekatan pribadi dan dari hati ke hati mereka diharapkan nantinya lebih gembira dan senang karena yang menjadi harapan mereka terpenuhi. Sesuai dengan sasaran pembinaan iman ke arah kedewasaan iman, maka diharapkan mantan penderita kusta semakin dapat mengembangkan iman dari pengalaman hidupnya dan percaya diri dengan segala keterlibatannya dalam menggereja dan bermasyarakat.. 2.. Model Pembinaan Iman Mantan Penderita Kusta Model katekese pembinaan iman yang cocok untuk mantan penderita. kusta saat ini begitu banyak antara lain model pengalaman hidup, model.

(49) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 30. biblis/tradisi dan model campuran (pengalaman hidup dan biblis/tradisi). Namun dalam situasi konkret ini penulis lebih menekankan pada katekese model Shared Christian Praxis (SCP) atau sharing pengalaman hidup. Dengan dilaksanakannya pembinaan iman dengan model ini mantan penderita kusta menjadi terbuka hati untuk sharing dan menyadari bahwa masih banyak orang lain yang juga menderita tetapi tetap kuat karena percaya kepada Tuhan yang diimaninya. Pengalaman hidup yang dialaminya dapat mereka jadikan suatu pembelajaran yang penuh arti dan makna. Selain itu juga dapat mereka bagikan kepada sesama dan orang lain yang tidak mengalami penyakit kusta. Sharing gambaran umum tentang penyakit kusta juga dapat dibagikan agar orang lain juga mendapat pengetahuan baru dan tidak menjadi suatu hal yang menakutkan namun dapat mencegahnya.. 3.. Tujuan Pembinaan Iman Mantan Penderita Kusta Tujuan dari pembinaan ini yakni membantu para mantan penderita kusta. untuk memulihkan rasa percaya diri sehingga dalam menjalani kehidupannya sehari-hari tidak merasa minder, putus asa. Selain itu mantan penderita kusta semakin menyadari akan kehadiran-Nya dalam kenyataan hidup sehari-hari, dengan demikian akan semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih dan makin dikukuhkan hidup Kristianinya..

(50) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 31. BAB III PEMBINAAN IMAN MANTAN PENDERITA KUSTA DI LINGKUNGAN SITANALA TANGERANG KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA. Pada bab ini, penulis akan membahas gambaran umum umat Katolik di lingkungan Sitanala Tangerang. Untuk mengetahui pelaksanaan pembinaan iman di lingkungan Sitanala maka penulis mengadakan penelitian sederhana dengan menggunakan wawancara terstruktur. Penelitian ini ditujukan untuk mantan penderita kusta di lingkungan Sitanala Tangerang. Data-data tersebut kemudian dianalisis untuk mendapatkan gambaran nyata yang terjadi di lingkungan Sitanala tentang pembinaan iman para mantan penderita kusta, terlebih dahulu akan diuraikan gambaran umum umat Katolik di lingkungan Sitanala. Selanjutnya akan diuraikan mengenai penelitian pembinaan iman mantan penderita kusta di lingkungan Sitanala Tangerang, Keuskupan Agung Jakarta dan pembahasan hasil penelitian.. A. Gambaran Umum Umat Katolik di Lingkungan Sitanala Tangerang 1. Gambaran Umum Umat Katolik di Lingkungan Sitanala Umat Katolik di lingkungan Sitanala memiliki tingkat ekonomi yang berkecukupan. Mata pencaharian mereka sangat bervariasi. Untuk bertahan hidup mereka membuka usaha sabagai guru, tukang penjahit, tukang becak, tukang bengkel, petugas kebersihan, membuat kerajinan, membuka warung nasi, dan bercocok tanam dengan memanfaatkan lahan terlantar di sekitar Rumah Sakit. Hubungan relasi antar umat Katolik dengan masyarakat lain cukup baik. Sebagain umat Katolik di lingkungan Sitanala mempunyai keterlibatan secara personal.

(51) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 32. dalam tingkat gereja seperti koor, prodiakon dan lain-lain. Mereka yang sehat saja yang terlibat dalam kegiatan gereja.. 2.. Gambaran Umum Komunitas Mantan Penderita Kusta di Lingkungan Sitanala Ibu Theresia Sri Munarsih yang pernah menjadi perawat di Rumah Sakit. Sitanala yang kini menjadi mantan penderita kusta mengatakan bahwa komunitas mantan penderita kusta ini bermula dari sebuah Rumah Sakit Kusta Sitanala berlokasi di Kota Tangerang Provinsi Banten dengan menempati lahan seluas 54 hektar. Rumah Sakit Kusta Sitanala Tangerang merupakan pindahan dari Leprosarium Lenteng Agung. Pada tanggal 28 Juli 1951 Rumah Sakit Kusta ini didirikan oleh Departemen Kesehatan RI dengan nama "Rumah Sakit Sewan", karena lokasi terletak di Desa Karangsari Kampung Sewan, Kecamatan Neglasari. Rumah Sakit ini diresmikan oleh Ny. Rahmi Hatta selaku Ibu Wakil Presiden RI Pertama. Peresmian ini dilaksanakan sekaligus untuk menghargai jasa seorang dokter yang pertama kali berkecimpung dalam menangani penderita kusta, yaitu dr. J.B. Sitanala yang berasal dari Maluku. Pada tahun 1962 Rumah Sakit Sewan dirubah namanya menjadi "Pusat Rehabilitasi Sitanala" oleh Menteri Kesehatan RI saat itu Prof. Dr. Satrio, dan pada perkembangan selanjutnya menjadi Rumah Sakit Kusta Dr. Sitanala Tangerang dengan Kep.Men.Kes.RI Nomor 140, Tahun 1978. Rumah Sakit Kusta Sitanala merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Departemen Kesehatan RI..

(52) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 33. Berdasarkan pengamatan penulis, penduduk yang bermula di belakang kompleks Rumah Sakit Kusta Sitanala, Desa Karang Sari, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang, Banten, sekilas tak ada yang tampak tak lazim. Hanya ada deretan rumah petak kecil yang berdiri berjajar dengan jalanan tanah berbatu yang becek, pagar bambu di pinggir jalan, masjid, beberapa warung. Kusta masih dianggap sebagai penyakit kotor atau kutukan akibat macam-macam perbuatan jahat yang pernah dilakukan. Orang kampung biasanya tidak mau menerima mereka kembali di kampung halamannya sehingga mereka memutuskan untuk tidak kembali ke rumahnya. Pihak Rumah Sakit pun menyediakan rumah untuk transit bagi mantan penderita sampai mereka bisa membangun rumah sendiri di lahan kosong di dekat Rumah Sakit. Menurut Muhammad Mitam (55), Ketua RT 01/RW 13 di kampung itu, sebagian besar warga kampung adalah mantan penderita kusta yang sebelumnya menjalani pengobatan di Rumah Sakit Kusta Sitanala. Dari 500 KK yang tinggal di RT 01/RW 13 ± 2000 jiwa.. 3.. Gambaran Umum Pembinaan Iman di Lingkungan Sitanala Tangerang Berdasarkan hasil perbincangan pada tanggal 17 Desember 2014 dengan. Ibu Theresia Sri Munarsih yang pernah menjadi perawat di Sitanala sekaligus mantan penderita kusta, maka diperoleh data mengenai pembinaan iman yang ada di lingkungan Sitanala. Keberadaan umat di lingkungan Sitanala cukup hidup karena adanya kegiatan pembinaan iman yang dilakukan secara bersama di lingkungan-lingkungan sekitar. Kegiatan pembinaan ini dilaksanakan secara bergiliran di rumah umat setiap masa prapaskah, Adven, BKSN, dan bulan.

(53) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 34. rosario. Melalui kegiatan pembinaan ini rasa persaudaraan dan persatuan antara umat di lingkungan Sitanala lebih terbangun. Keterlibatan umat yang hadir dalam hidup menggereja di lingkup lingkungan baik kendati mereka cukup sibuk bekerja mencari nafkah untuk menghidupi kebutuhan hidup sehari-hari. Kehidupan sosial masyarakat antara mantan penderita kusta dan masyarakat masih kurang karena mereka (mantan penderita kusta) merasa minder dan kurang percaya diri. Sebagian mantan penderita kusta ini malu untuk bergabung. Mereka masih ada yang kurang disapa dan terhambat untuk mengikuti pembinaan iman di lingkungan sekitar karena kondisi fisik mereka yang mengalami cacat (kaki palsu) sehingga untuk menempuh perjalanan sampai ke tempat dimana pembinaan iman itu dilaksanakan tidak memungkinkan. Umat lain pun tidak ada yang menjemput maupun mengantar para mantan penderita kusta untuk mengikuti pembinaan iman di lingkungan sekitar. Mereka memang tidak dapat ikut pembinaan iman bersama umat di lingkungan sekitar namun mereka ada kegiatan kumpul doa bersama pada saat hari raya Paskah, Natal maupun harihari tertentu. Kegiatan-kegiatan tersebut diisi dengan doa bersama, sharing, dan makan yang diadakan oleh beberapa Ibu yang mau memberikan pelayanan untuk mantan penderita kusta. Meskipun diadakan kegiatan tersebut namun masih kurang membantu mereka mewujudkan harapan-harapannya. Pengalaman hidup yang disharingkan hanya didengar oleh pendamping dan mantan penderita kusta yang lainnya, padahal harapan mereka adalah memiliki rasa percaya diri, tidak malu dan tidak minder saat bergabung dan bersosialisasi dengan umat sekitar..

Gambar

Tabel 2  Identitas Responden
Tabel 3  Usia Responden  (N = 14)  Keterangan Usia  Jenis Kelamin  Laki-laki (RL = 1-7)  Perempuan (RP = 1-7)  ± 46 th - 79 th  ± 48 th - 72 th

Referensi

Dokumen terkait

Selain penggunaan maklumat secara intensif dalam kalangan pekerja berpengetahuan, polisi maklumat turut berfungsi menggalak penghasilan pengetahuan anggota masyarakat

[r]

Koefisien reliabilitas awalnya merupakan suatu korelasi antara dua distribusi skor tes dari satu alat ukur yang sama dan diukurkan pada subyek yang sama dengan

Untuk melihat forum yang telah anda buat maka anda cukup mengklik nama forum pada halaman mata kuliah, setelah itu maka akan terlihat tampilan seperti gambar 1.14 berikut:..

Bankaltim Cabang Utama Kota Samarinda memiliki tingkat efektifitas yang cukup baik yang terkait dengan hasil akhir dari berbagai kebijaksanaan dan kepatuhannn yang telah

Oleh karenanya, seseorang yang ditugaskan menjadi pembawa acara hendaknya orang yang memiliki ketrampilan berbicara di depan umum dan tidak memiliki hambatan yang mengganggu

Penyebaran spora anthrax dapat melalui kontak langsung/melalui kulit, melalui saluran pernpasan, dan melalui per oral atau saluran pencernaan, hal ini dapat menyebabkan

• Anestesi dan Perawatan Intensif: meliputi pokok bahasan tentang resusitasi, anaestesia dan analgesia, manajemen kasus kegawatdaruratan di rumah sakit • Ilmu Penyakit Kulit