• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Kp

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Kp"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suhu Panas (hot point) pada peralatan gardu induk PLN, merupakan suatu parameter yang banyak dipantau dan dianalisa perubahannya setiap saat. Hal ini berkaitan erat dengan keamanan dan keandalan sistem yang terjadi pada Gardu Induk itu sendiri. Dahulu pemantauan suhu panas (hot point) pada peralatan gardu induk PLN yang dilakukan masih menggunakan alat-alat manual berupa thermometer atau thermograph dan dilakukan secara manual pula yaitu dengan mendatangi Gardu Induk tersebut dan di cek suhunya satu per satu. Hal ini memiliki keterbatasan, terutama terhadap suhu panas (hot point) pada peralatan gardu induk (switcyard) yang tidak kita ketahui telah mengalami kelainan seperti clamp-nya kendor, kapasitas bebannya berlebihan, kotor atau berkarat dan perbedaan masa jenis, sehingga dengan cepat suhu tersebut mendadak tinggi / panas dan perlu penanganan pebaikan segera mungkin. Dan hal tersebut tidak bisa diketahui secara dini dikarenakan terbenturnya jadwal thermovisi yang dilakukan oleh petugas ophar di gardu induk tersebut.

Energi listrik sangat berperan penting dalam dunia baik di dalam industri maupun di kalangan masyarakat. Energi listrik di abad ini sangat penting dan merupakan salah satu kebutuhan perekonomian. Persyaratan – persyaratan dasar

(2)

yang harus dipenuhi oleh pengadaan listrik juga mengalami perkembangan. Sehingga pelayanan energi listrik terhadap konsumen diharapkan dapat berjalan dengan baik dalam arti dapat mencukupi energi listrik dengan kualitas yang memuaskan dan kontinuitas. Salah satu cara untuk memperoleh keandalan suatu sistem tenaga listrik adalah dengan melakukan pemeliharaan guna mempertahankan kondisi dan meyakinkan bahwa peralatan dapat berfungsi sebagaimana mestinya sehingga dapat dicegah terjadinya gangguan yang menyebabkan kerusakan.

Peralatan digital pada saat ini sudah meluas ke berbagai bidang tidak terkecuali pada peralatan listrik. Peralatan digital ini biasanya digunakan baik pada saat monitoring maupun pemeliharaan.

Pemeliharaan peralatan listrik tegangan tinggi adalah proses kegiatan dalam hal menjaga kondisi suatu peralatan listrik, agar system tenaga listrik berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga dapat mencegah terjadinya gangguan yang dapat menyebabkan kerusakan. Pemeliharaan merupakan salah satu hal terpenting yang harus diperhatikan dalam pengoperasian sistem tenaga listrik, karena dengan sistem pemeliharaan yang baik, peralatan-peralatan pada sistem tenaga listrik dapat terjaga kondisinya dan dapat beroperasi dengan baik, Salah satu hal yang melatar belakangi perlunya pemeliharaan terhadap peralatan listrik adalah karena kondisi peralatan listrik mempunyai peran yang menentukan dalam beroperasinya suatu system tenaga listrik dengan baik, misalnya, pemeriksaan konektor pada switchyard dengan thermovisi.

(3)

Thermovisi merupakan instrument yang dapat melihat suatu objek dengan visualisasi suhu objek tersebut pada layar display dengan menggunakan teknologi inframerah. Alat ini digunakan sebagai alat pengukur panas pada konektor rangkaian listrik dalam kondisi berbeban.

Kerja praktek ini dilaksanakan di PT. PLN (Persero) Unit Transmisi dan Gardu Induk Panakkukang dengan tujuan untuk mengenal dan mempelajari secara langsung peralatan yang ada di PT. PLN (Persero) Unit Transmisi dan Gardu Induk Panakkukang.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang akan dibahas pada laporan kerja praktek ini adalah :

1. Apa itu Thermovisi ?

2. Bagaimana Thermovisi digunakan?

3. Bagaimana Thermovisi digunakan pada Pemeliharaan Gardu Induk?

1.3 Pembatasan Masalah

Dalam laporan Kerja Praktek ini, hanya membahas mengenai pemeliharaan konektor pada switchyard di PT. PLN (Persero) Unit Pelayanan Transmisi (UPT) Sulselbar Unit Transmisi dan Gardu Induk Panakkukang.

(4)

1.4 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dan manfaat melaksanakan kerja praktek di PT. PLN (Persero) Unit Transmisi dan Gardu Induk Panakkukang.

1.4.1 Tujuan

1. Mempelajari dan mengetahui tentang Thermovisi 2. Mengetahui cara penggunaan thermovisi secara umum

3. Mengetahui cara pengaplikasian Thermovisi pada pemeliharaan Gardu Induk Panakkukang.

1.4.2 Manfaat

1. Dapat mengetahui ilmu tentang Thermovisi 2.

2. Dapat Mengetahui cara penggunaan thermovisi secara umum

3. Dapat Mengetahui dan menganalisa hasil pengukuran menggunakan Thermovisi pada peralatan Gardu Induk Panakkukang.

1.5 Metodelogi

Metode – metode yang digunakan penulis dalam pembuatan laporan ini adalah sebagai berikut :

(5)

Metode ini dilaksanakan melalui tanya jawab secara langsung melalui narasumber yang menangani dan menguasai bidangnya masing-masing untuk mencari data-data yang diperlukan tentang PT. PLN (Persero) Unit Transmisi dan Gardu Induk Panakkukang.

2. Metode Observasi

Metode ini dilaksanakan melalui tinjauan langsung ke lapangan untuk melihat secara langsung peralatan yang di pakai pada sisitem gardu induk dan transmisi daya listrik.

3. Metode Literature

Penulis memperoleh data-data dengan membaca dan mempelajari buku-buku yang ada hubungannya dengan masalah yang akan dibahas dalam laporan ini.

(6)

BAB II

TINJAUAN UMUM 2.1 Sejarah PT. PLN (Persero)

Perusahaan listrik di indonesia di rintis oleh perusahaan perusahaan swasta Belanda, yaitu oleh pabrik perusahaan kelistrikan untuk umum yang mempunyai nilai keuntungan, maka berdirilah perusahaan swasta milik Belanda seperti :

1. NV. ANIEW 2. NV. GEBEO 3. NV. OGEM

4. Dan perusahaan listrik yang bersifat lokal lainnya.

Jawatan tenaga membawahi perusahaan negara untuk pembangkit tenaga listrik (PANUPATEL) dan di perluas membawahi juga perusahaan negara untuk distribusi tenaga listrik (PANUDITEL). Pada tahun 1952, berdasarkan keputusan presiden NO.163 tanggal 3 oktober 1953 tentang nasionalisme perusahaan listrik milik bangsa Belanda yaitu: jika konsei perusahaan telah berakhir, maka beberapa perusahaan swasta tersebut di ambil alih dan di gabungkan jawatan kerja tenaga. Jawatan tenaga kerja di ubah menjadi perusahaan listrik negara melalui surat Menteri pekerjaan umum dan tenaga NO.P.25/45/17 tanggal 23 September 1958.

(7)

Sedangkan P3LG di bubarkan pada tahun 1959, setelah dewan direktur membentuk Perusahaan Listrik Negara (D. D. PLN) terbentuk berdasarkan undang - undang dan peraturan pemerintah tersebut menteri pekerjaan umum dan tenaga pada saat ini menertibkan surat keputusan: Menteri PU. T. Nomor: ment 16/Mei 1961 yang arah nya sebagai berikut :

1. BPU adalah Suatu badan perusahaan negara yang di serahi tugas untuk menguasai dan mengurus perusahaan listrik negara dan tugas yang terbentuk badan hukum.

2. Organisasi BPU-PLN di pimpin oleh direksi.

3. Di daerah di bentuk daerah exploitasi yang terdiri dari:

a. Sepuluh (10) daerah exploitasi umum (pembangkit dan distribusi) b. SDS dua (2) daerah exploitasi khusus distribusi listrik

c. Satu (1) daerah exploitasi khusus pembangkit listrik d .Tiga belas (13) PLN exploitasi proyek proyek kelistrikan

4. Daerah exploitasi khusus pembangkit di bagi lebih lanjut menjadi cabang dan ranting.

5. Daerah exploitasi pembangkit di bagi lebih lanjut menjadi sektor.

Dalam kabinet pembangunan satu, ditjen gatrik,PLN dan lembaga lembaga masalah kelembagaan (LMK) di alihkan ke departemen PUTI, LMK di tetapkan dalam pengelolaan PLN melalui peraturan menteri PUTL NO.8/PRT/1970. Tahun 1972, PLN di tetapkan sebagai perusahaan umum melalui peraturan pemerintah

(8)

NO.18 pemerintah juga memberikan tugas-tugas di bidang kelistrikan kepada PLN untuk Mengatur, Membina, Mengawasi, dan melaksanakan perencanaan umum di bidang kelistrikan nasional di samping tugas tugas perusahaan.

Terlihat bahwa tugas tugas pemerintah yang semula di pakai oleh PLN (secara bertahap di kembalikan ke departemen), sehingga PLN dapat lebih memuaskan fungsinya sebagai perusahaan.

Berdasarkan undang undang dan peraturan pemerintah yang semula di pakaioleh PLN merupakan salah satu pemegang kekuasaan usaha kelistrikan, berhubungandengan itu maka agar di dalam pelaksanaan operasional sebagai pemegang kuasatenaga kelistrikan sesuai dengan makna di atas, pemerintah republik Indonesia menetapkan peraturan pemerintah indonesia NO.17 tahun 1990 tentang perusahaan umum (PERUM) listrik negara. Peraturan ini merupakan dasar hukum pengelolaan perusahaan umum listrik negara sebagai pemegang tenaga kuasa usaha ketenagalistrikan berdasarkan peraturan pemerintah NO.23 tahun 1994 status PLN diubah dari PERUM menjadi persero atau dengan PT. PLN (persero).

2.2 Lokasi

Adapun lokasi dari PT. PLN (Persero) Unit Transmisi dan Gardu Induk Panakkukang berada di Jln Hertasning, Makassar, Sulawesi Selatan.

(9)

Supv. GI Tallo Lama S o r o y o Operator Ahmad Yani Louis. FS Muh Rizki Firman Putra Supv. GI Bontoala Moch Ali Operator Moch. Ali Ridwan H. Harum Irfan Manager Moch. Munip Supv. Operasi Jufri B Supv. K2/K3 Baharuddin Supv. Administrasi Haerun Supv. Pemeliharaan Supardi

Supv. GI Tanjung Bunga Surasman S Operator Nurdiansyah Muh. Hilal Ricky Cahyadi Tajuddin Supv. Gardu Induk

Muh Arung Staff Pemeliharaan Supardin (Spv) Awaluddin Sarwan Hamzah Andika Sarwan Staff Administrasi Nur Adriani Supv. GI Sungguminasa S u n ar l y Operator Kamaruddin H Fudzaifah Alfarisi Indriawan CP Hermanto Supv. GI Panakukkang Muh Arung Operator Yusran Wijaya A. Hadi Rustaman Muh. Syahrul Syaifuddin Supv. GI Borongloe H. Mukmin Operator Fachriansyah Hasbi Aidil Saputra 2.3 Tugas pokok

Adapun tugas pokok yang di lakukan selama kerja praktek di PT. PLN (Persero) Unit Transmisidan Gardu Induk Panakkukang adalah Mencari data – data tentang Pemeriksaan Konektor pada switchyard dengan Thermovisi di Gardu Induk Panakkukang.

2.4 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas

Struktur Organisasi Transmisi dan Gardu Induk Unit Transmisi dan Gardu Induk Panakkukang dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut.

(10)

Unit transmisi dan Gardu Induk Tragi Boom Baru membawahi enam gardu induk.Gardu induk tersebut adalag sebagai berikut :

1. Gardu Induk 20 KV di Panakkukang

2. Gardu induk 20 KV di Borongloe 3. Gardu Induk 20 KV di Bontoala 4. Gardu Induk 20 KV di Sugguminasa 5. Gardu Induk 20 KV di Tallo lama 6. Gardu Induk 20 KV di Tanjung Bunga

2.4.1 Manajer Tragi

a. Mengelolah pelaksanaan rutin atau non rutin Gardu Induk dan jaringan sesuai prosedur dan instruksi kerja.

b. Mengelola pelaksanaan pengoperasian Instalasi Gardu Induk sesuai System Operating Procedure (SOS).

c. Mengelola pengamanan fisik instalasi sistem transmisi termasuk ROW jaringan di wilayah kerjanya.

d. Melaksanakan usaha deteksi dini (predictive maintenance) sarana transmisi dan Gardu Induk serta segera melaporkan kondisi danmemberikan rekomendasi atas penyimpanan terhadap standar yangberlaku.

(11)

e. Membuat laporan realisasi operasi, pemeliharaan rutin, non rutin, predictive serta ketidak normalan unjuk kerja peralatan Gardu Induk dan jaringan, ke Kantor Unit Pelayanan transmisi (UPT). f. Melaksanakan penilaian unjuk kerja SMUKI secara berkala.

g. Menyusun usulan Rencana Keraja Anggaran Perusahaan (RKAP) beserta RAB dan data pendukunng meliputi laporan kerusakan peralatan instalasitransmisi, gardu induk, rele proteksi dan scada. h. Mengusulkan pembinaan atau mengembangkan SDM untuk

meningkatkankompetensi susuai kebutuhan.

2.4.2 Supervisor HAR Jaringan

a. Mengawasi jaringan transmisi apabila terjadi gangguan misalnya konduktor rantas dan isolator pecah.

b. Mengawasi tanam tumbuh lokasi transmisi (ROW).

2.4.3 Supervisor Tata Usaha

a. Melakukan kegiatan administrasi untuk mendukung kelancaran pekerjaan operasional dan pemeliharaan di Tragi.

b. Melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan dan emulumen pegawai.

c. Menyediakan kebutuhan Alat Tulis Kantor (ATK) di Tragi dan gardu induk.

(12)

d. Memeriksa hasil penilaian kinerja (SMUKI) pegawai secara berkala.

e. Memeriksa pertanggung jawaban keuangan kegiatan operasional pemeliharaan secara umum.

f. Memelihara dan melaksanakan inventarisasi aktiva kantor dan sarana umum.

g. Mengusulkan kursus atau diklat pegawai untuk meningkatkan kompetensi sesuai kebutuhan.

2.4.4 Juru Tata Usaha

a. Melaksanakan kegiatan administrasi untuk kelancaran operasional dan pemeliharaan di Tragi.

b. Menghimpun dan memeriksa kuitansi biaya pemeliharaan kesehatan danmembuat daftar pembayaran restitusinya.

c. Mendistribusikan kebutuhan Alat Tulis Kantor (ATK) di Tragi dan Gardu Induk.

d. Menghimpun hasil penilaian kinerja (SMUKI) pegawai secara berkala.

e. Membuat laporan pertanggung jawaban keuangan untuk kegiatan operasional dan pemeliharaan.

(13)

2.4.5 Supervisor OPHAR Gardu Induk

a. Menyusun jadwal kerja operator dan petugas keamanan.

b. Memeriksa dan membuat rekap laporan operasi gardu induk dan transmisi.

c. Memeriksa hasil monitoring peralatan gardu induk dan membuat laporan ketidak normalan peralatan gardu induk dan transmisi. d. Melaksanakan dan membuat laporan pemeliharaan mingguan,

bulanan dan harian.

e. Memeriksa dan mengawasi pekerjaan mandor line (ROW), cleaning service.

f. Membina dan membuat penilaian SMUKI bawahan.

g. Membuat data peralatan yang terpasang pada gardu induk dan transmisi.

2.4.6 Operator Gardu Induk

1. Mengoperasikan Peralatan Gardu Induk.

a. Menyiapkan peralatan yang terkait dengan pengoperasian gardu induk.

b. Melaksanakan pelepasan dan penyambungan PMT dan PMS sesuai SOP, sistem SOP lokal atau Instruksi Kerja (IK).

(14)

c. Mencatat penyimpangan dan kegagalan pengoperasian peralatan (Indikasi rele dan announciator).

d. Membuat laporan manuver kedalam format yang tersedia. 2. Memonitor Operasi Peralatan Gardu Induk

a. Mencatat parameter operasi secara berkala ke logsheet

b. Melaksanakan pemeriksaan kondisi peralatan secara visual sesuai SE 032 Suplemen dan mencatat item pemeriksaan kedalam checklist yang tersedia.

c. Melaporkan ketidak normalan operasi peralatan, kondisi darurat (emergency) keatasan terkait dan UPB serta melaporkan perbuatan manusia atau masyarakat yang dapat merusak dan merugikan perusahaan kepada pihak yang berwajib.

2.5 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K2 dan K3)

Prosedur pelaksanaan K2 dan K3 ini sangat diperlukan disetiap pemeliharaan maupun guna mengurangi angka tingkat kecelakaan kerja yang tinggi pada gambar 2.2 menjelaskan bagan pembentukan K2 dan K3 :

(15)

Gambar 2.2 Bagan Pembentukan K2 dan K3

PT. PLN (Persero) wilayah Sulselbar berkomitmen dan sadar bahwa keselamatan ketenagalistrikan (K2) sebagai bagian yang tak terpisahkan dari bisnis perusahaan yang pelaksanaan nya merupakan tanggung jawab semua jajaran diperusahaan. Prosedur pelaksanaan K2 ini sangat di perlukan di setiap pengoperasian manapun guna mengurangi angka tingkat kecelakaan kerja yang tinggi. Dalam melaksanakan kegiatan penyaluran ketenagalistrikan akan

(16)

mengutamakan keselamatan ketenagalistrikan yang aman serta nyaman bagi siapapun yang berada di tempat kerja, serta masyarakat di lingkungan nya dengan memperhatikan :

 Melaksanakan pekerjaan dengan prinsip GOOD CORPORATE GOVERNANCE.

 Menciptakan dan membudayakan safety, clean, dan green (SCG) di lingkungan transmisi dan gardu induk.

 Mematuhi seluruh keselamatan dan pengoperasianyang merupakan bagian tugas kerja, dengan di lengkapi perlengkapan keselamatan ketenagalistrikan yang sesuai dengan SOP serta mensosialisasikan keselamatan ketenagalistrikan kepada seluruh pekerja dan pihak terkait.  Tidak akan melakukan pekerjaan lain di luar tugas yang di berikan

perusahaan. Keberhasilan perusahaan juga tergantung pada keberhasilan kinerja keselamatan ketenagalistrikan, oleh karena itu K2 siap mempertanggung jawabkan segalaresiko dan konsekuensi nya jika ada pelanggaran keselamatan ketenagalistrikan.

(17)

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Infrared

Infrared atau yang lazim dikenal dengan infra merah merupakan sinar elektromagnetik yang memiliki panjang gelombang lebih dari cahaya yang terlihat, yakni antara 700 nm dan 1 mm. Sinar infrared adalah cahaya yang tidak terlihat atau tak tertangkap mata. Apabila dilihat dengan menggunakan spektroskop cahaya maka radiasi dari sinar infrared akan terlihat pada spektrum elektromagnet dengan panjang gelombang yang berada di atas panjang gelombang cahaya merah.berikut ini adalah spektrum cahaya dijelaskan pada gambar 3.1

(18)

Gambar 3.1 Spektrum cahaya

Dengan adanya panjang gelombang ini menyebabkan sinar infrared tidak tertangkap mata, tetapi radiasi dari panas yang ditimbulkan masih dapat terdeteksi.

Inframerah ditemukan secara tidak sengaja oleh Sir William Herschell, astronom kerajaanInggris ketika ia sedang mengadakan penelitian mencari bahan penyaring optis yang akan digunakan untuk mengurangi kecerahan gambar matahari pada teleskoptata surya. Berikut ini adalah pemanfaatan infra merah:

3.1.1 Dibidang kesehatan

 Mengaktifkan molekulair dalam tubuh. Hal ini disebabkan karena inframerah mempunyai getaran yang sama dengan molekul air. Sehingga, ketika molekul tersebut pecah maka akan terbentuk

molekul tunggal yang dapat meningkatkan cairan tubuh.

 Meningkatkan sirkulasi mikro. Bergetarnya molekul air dan

pengaruh inframerah akan menghasilkan panas yang menyebabkan pembuluh kapiler membesar, dan meningkatkan suhukulit,

memperbaiki sirkulasi darah dan mengurani tekanan jantung.  Meningkatkan metabolismetubuh. jika sirkulasi mikro dalam tubuh

meningkat, racun dapat dibuang dari tubuh kita melalui metabolisme. Hal ini dapat mengurangi beban liver dan ginjal.

3.1.2 Dibidang komunikasi

 Sebagai media yang menghubungkan dua perangkat dan mengirimkan informasi satu sama lain

(19)

3.1.3 Dibidang kelistrikan

Pada bidang industri kelistrikan infra merah digunakan untuk mendeteksi suhu peralatan yang sedang bekerja. Hal iini sangat dibutuhkan karena pada saat peralatan bekerja pengukuran suhu dilakukan dari jarak jauh. Sinar infra merah membantu mengukur suhu dari jarak jauh.

3.2 Infrared Thermometer

Infrared Thermometer disebut juga Thermometer laser adalah sebuah alat

ukur suhu yang dapat mengukur temperature atau suhu tanpa bersentuhan dengan obyek yang akan diukur suhunya.

Infrared Thermometer menawarkan kemampuan untuk mendeteksi

temperatur secara optik selama objek diamati, radiasi energi sinar inframerah diukur, dan disajikan sebagai suhu. Thermometer ini menawarkan metode pengukuran suhu yang cepat dan akurat dengan objek dari kejauhan dan tanpa disentuh – situasi ideal dimana objek bergerak cepat, jauh letaknya, sangat panas, berada di lingkungan yang bahaya, dan atau adanya kebutuhan menghindari kontaminasi objek (seperti makanan, alat medis, obat-obatan, produk atau test,

(20)

Gambar 3.2 Infrared Thermometer

3.3 Infrared Thermovisi

Thermovisi adalah teknik melihat suhu dari jauh menggunakan sinar infrared, berbeda dengan infrared thermometer pada thermovisi objek yang diukur bisa dilihat secara visual pada layar. Suhu dapat dilihat pada skala warna (gradasi). Bila suhu tertinggi yang terekam masih dibawah yang diijinkan, maka evaluasi foto dianggap normal. Namun bila terjadi pemanasan lebih setempat, sehingga terdapat perbedaan suhu yang signifikan (dari gradasi warna) antar bagian peralatan, berapapun besarnya maka keadaan ini harus segera ditangani, karena pasti terjadi penyimpangan.Berikut ini gambar 3.3 adalah gradiasi warna pada tampilan thermovisi.

(21)

Gambar 3.3 Gradiasi warna thermovisi

Peralatan yang di thermovisi pada klem/sambungan konduktor:

- klem pada jaringan Tower

- klem pada jaringan PMT

- klem pada jaringan PMS

- klem pada jaringan CT

- klem pada jaringan PT/CVT

- klem pada jaringan LA

- klem pada jaringan BASBAR

- klem pada TRAFO Tenaga.

Pemeriksaan thermovision digunakan untuk melihat titik-titik sambungan pada istalasi konduktor dan klem, hal ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan suhu antara konduktor dan klem.

(22)

Dalam melaksanakan kegiatan thermovisi ada dua hal yang harus di perhatikan.

1. Membandingkan hasil ukur, dengan suhu operasi objek.

2. Membandingkan hasil ukur dengan objek lain yang sama di sekitarnya.

Yang dimaksud dengan objek lain yang sama yaitu komponen yang mempunyai bentuk sama namun berbeda ukuran atau lokasi.

Setandar kondisi yang di pakai oleh unit kerja dalam menentukan suhunya : 1. 0 - 10 : kondisi baik

2. >10 - 25 : periksa saat pemeliharaan

3. >25 - 40 : rencana perbaikan ( max.30 hari ) 4. >40 -70 : perbaiki segera

5. 70 : kondisi darurat

Perbedaan Temperatur Tindakan yang

direkomendasikan Jika beban pada saat uji thermovisi kurang

10% dari arus tertinggi yang pernah dicapai

Periksa hasil ukur

Jika beda suhu pada beban maksimal kurang dari 10°C

Kondisi baik

Jika beda suhu pada beban maksimal lebih besar dan sama dengan 10°C tetapi kurang dari 25°C

Periksa saat HAR

Jika beda suhu pada beban maksimal lebih besar dan sama dengan 25°C tetapi kurang dari 50°C

Perbaiki < 3 Bulan

Jika beda suhu pada beban maksimal lebih besar dan sama dengan 50°C tetapi kurang dari 70°C

Segera perbaiki < 1 bulan

Jika beda suhu pada beban maksimal lebih besar dan sama dengan 70°C

Kondisi darurat < 3 hari

(23)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Standard kondisi ini dilihat dari pengukuran suhu perbandingan antara klem dan konduktor, arus mamaksimal yang pernah tercapai dan arus pada saat shooting.

Salah satu alat yang digunakan pada saat peengukuran Thermovisi adalah T FLIR 2000 dengan spesifikasi alat sebagai berikut :

 Batas Ukur : -4°F hingga 662°F (-20°C hingga 350°C)  Kapasitas Gambar : >1000 gambar (SD card memory)

 Fokus : Manual (jarak fokus minimum 0.4m)  Layar : 3.5” color LC

 Baterai : Li-Ion / >5 jam

 Dimensi / Berat : 9.3x3.2x6.9"(235x81x175mm)/(600g)

Selain itu T FLIR 2000 memliki beberapa fitur sperti berikut :

 Resolusi camera 2,3 MP menghasilkan gambar yang tajam  Baterainya dapat tahan hingga 5 jam

 Hasil gambar dapat di ambil melaui sambungan USB maupun SD card

3.3.1 Bagian pada Thermovisi

(24)

Gambar 3.4 Bagian pada alat Thermovisi

Keterangan:

1. Mode

2. Mode tampilan Layar 3. Tombol Zoom in zoom out

4. Tombola auto manual fokus

5. Tombol tampilan hasil pengambilan gambar

6. Tobol informasi gambar

7. Tombol setting pengambilan gambar

8. Tombol pengaturan gradasi warna

9. Tombol kecerahan gambar

10.Tombol Shutter (pengambilan gambar)

(25)

13.Lensa infrared

14.Blitz

15.Tombol On/Off

3.3.2 Cara Menggunakan Thermovisi

Cara menggunakan Thermovisi TFLIR 2000 adalah sebagai berikut:

1. Tekan tombol on/off untuk menyalakan

2. Pastikan kondisi baterai dalam keadaan full

3. Sebelum melakukan Thermovisi hendaknya dilengkapi dengan peralatan K3 sesuai SOP

4. Lakukan Thermovisi pada objek yang ingin diukur

Gambar 3.5 Pengukuran Thermovisi pada objek

5. Target yang ingin di termovisi harus tepat di tengah lingkaran bidikkan pada screen display.

(26)

Gambar 3.6 Tampilan layar pada saat pengukuran

6. Tekan tombol Shutter untuk menyimpan gambar

7. Untuk melihat hasil pengambilan gambar tekan tombol tampilan hasil gambar

(27)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pengukuran & Analisa Hasil Thermovisi

Gardu Induk, sebagai unit yang mengoperasikan peralatan-peralatan Tegangan Tinggi pada switchyard tidak lepas dari banyaknya jumlah konduktor dan sambungan yang menyalurkan energy listrik dari satu peralatan keperalatan lainnya. Konduktor ini tidak hanya dialiri arus listrik tapi juga akan melepaskan energy panas.

Sebuah konduktor yang dialiri dengan arus, akan melepaskan energi panas. Konduktor memiliki kemampuan terhadap panas, oleh karena itu selama beroperasi temperatur konduktor tidak boleh melampaui kemampuannya. Suhu kerja maksimum dalam suatu konduktor dibatasi 90˚C secara terus menerus dalam kondisi berbeban. Suhu sambungan ini dapat diukur dengan menggunakan alat thermovisi yang menggunakan system infra merah.

Salah satu penyebab kerusakan khususnya pada sambungan peralatan listrik diakibatkan oleh timbulnya panas yang mampu menaikkan temperatur sambungan hingga mencapai titik lebur material yang disambung.

Peristiwa ini dapat mengakibatkan putusnya sambungan. Hal tersebut akan lebih cepat terjadi, bila pada sambungan, tak hanya diberi beban arus listrik, tetapi juga beban mekanik, seperti pada konduktor SUTT.

(28)

Pengukuran temperatur sambungan peralatan listrik harus dilaksanakan dalam kondisi berbeban, oleh karena itu harus digunakan alat ukur tidak langsung (tidak menyentuh obyek ukur) agar aman dari sentuhan tegangan listrik.

PLN Transmisi &Gardu Induk Panakkukang saat ini menggunakan alat ukur Thermovisi dengan media infra merah (Infra Red Thermovision).

Satu hal penting yang perlu dicatat, alat tersebut hanya berfungsi sebagai alat ukur temperatur saja, tindak lanjut atas hasil ukur yang didapat perlu ditentukan agar gangguan atau kerusakan dapat dihindarkan.

Tujuan penyusunan tulisan ini dimaksudkan agar dengan memperoleh besaran temperatur saat pengukuran pada beban tertentu, dapat diprediksi kondisi sambungan tersebut apabila dibebani sesuai dengan kemampuan maksimumnya.

Selain itu, bila hasil perhitungan memberikan rekomendasi “Darurat” pada suatu saluran yang diberi beban tertentu (ib), maka dapat diprediksi pula arus maksimum (im)

masih boleh dilalui pada saluran tersebut.

4.2 Uraian Masalah

Tujuan pengoperasian dari alat ini adalah untuk mengetahui tingkat panas dari suatu sambungan (klem) serta temperatur permukaan dari peralatan sistem tenaga.

Pelaksanaan pengukuran suhu konduktor dan klem dalam area switchyard Gardu Induk Panakkukang ini dilakukan oleh Spv Gardu Induk yang dibantu oleh rekan operator yang bertugas. Pengukuran suhu ini menggunakan alat thermovisi FLIR dalam mode Infra

(29)

Gambar 4.1 Thermovisi FLIR T200

Dalam pelaksanaan pengukuran temperatur di lapangan sering ditemukan kondisi arus beban saat pengukuran (shooting) berada dibawah kemampuan maksimumnya, sehingga temperatur yang didapat jauh lebih rendah dari 90˚C, sehingga sulit menyimpulkan apakah temperatur yang didapat tersebut masih aman atau berbahaya apabila arus beban mengalami kenaikan atau mencapai batas maksimumnya.

Untuk itu diperlukan suatu rumusan pendekatan untuk memberikan kesimpulan atas hasil pengukuran yang bervariasi dan dalam beban yang berbeda-beda.

Rumusan pendekatan ini dapat dituangkan dalam rumus Kriteria Delta-T (∆T) dimana rumusan ini merupakan kenaikan temperatur terhadap nilai suatu acuan yang ditentukan seperti, suhu sekitar saat pengukuran, ataupun temperatur maksimum yang diijinkan selama pengukuran. Adapun rumus pendekatan ini adalah:

(30)

Dalam melakukan perhitungan dengan menggunakan rumus diatas, pengaruh pendinginan akibat suhu luar diabaikan.

Konduktor dengan sambungan masuk ke dalam katagori komponen sejenis pada kondisi yang sama, yaitu mengalirkan arus yang sama dan mendapat pengaruh pendinginan udara luar yang sama sehingga bila kondisi tahanan kontaknya baik maka temperatur konduktor dengan temperatur sambungan sama.

Rekomendasi nilai perbedaan temperatur untuk peralatan yang diperoleh dari rumusan Kriteria Delta-T (∆T) pada UPT Sulselrabar adalah sebagai berikut :

- ΔT < 5 ˚C Kondisi baik - 5 ≤ ΔT <30 ˚C Kondisisedang - ΔT >30 ˚C Kondisiburuk

Pelaksanaan pengukuran temperatur menggunakan Thermovisi dilaksanakan pada dua titik untuk setiap obyek ukur yaitu:

 Temperatur pada konduktor (T1), sebagai acuan  Temperatur pada sambungan (T2)

Ilustrasi pengukuran konduktor dan sambungan dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 4.2 Ilustrasi pengukuran suhu

Konduktor (T1) Klem (T2)

(31)

Dalam pelaksanaanya pada Gardu Induk Panakkukang, ditemukan beberapa titik yang mencapai suhu 50 ≤ ΔT <60 ˚C, bahkanmencapai>60 ˚C.

Salah satu contoh dilapangan yang terjadidi GI Panakkukang adalah pada titik sambungan PMT (out) Line Tello 2 phasa S dimana suhu terukur klem mencapai 110˚C dan suhu terukur konduktor terdekatnya 56,5 ˚C, jam pengukuran 15:00 beban pada saat itu 213 A dan kemampuan beban maksimal penghantar adalah 600 A.

Gambar 4.3 SambunganPMT Out Line Tello 2 phasa S

(32)

Dari kedua gambar diatas, jika dilakukan pendekatan dengan menggunakan rumus Kriteria Delta-T (∆T) maka hasilnya adalah:

Dengan hasil

rumusan ∆T diatas, dapat dipastikan bahwa kondisi sambungan tersebut>30 ˚C dengan kata lain kondisi sambungan tersebut buruk dan harus segera dilakukan penggantian.

Setelah kita menarik kesimpulan dari data yang ada diatas, langkah selanjutnya adalah melporkannya kepihak Tragi Panakkukang dengan memberitahukan data yang ada dan memperkirakan jumlah material yang akan dibutuhkan untuk melakukan penggantian sambungan dan konduktor yang panas tersebut. Hal ini dilakukan secepatnya untuk mencegah terjadinya kerusakan yang lebih parah yang diakibatkan panasnya sambungan (klem) pada peralatan.

∆T =

(

Imaks Isaat thermovisi

)

2 .(Tklem−Tkonduktor) =

(

600 213

)

2 .(110−56,5) = 424,26˚C

(33)

4.3 ANALISA DAN PEMBAHASAN

Setiap konduktor memiliki nilai tahanan listrik (R), bila konduktor dialiri arus listrik maka daya listrik sebesar P=I2.R akan didisipasikan menjadi panas, untuk konduktor yang

memanjang panas tersebut akan didistribusikan secara merata sehingga temperatur di semua titik sepanjang konduktor tersebut akan sama.

Sambungan konduktor menghasilkan tahanan sambungan (tahanan kontak), sambungan yang memiliki tahanan kontak yang lebih besar dari tahanan konduktor akan mengakibatkan panas yang lebih tinggi pada sambungan tersebut (hot spot), semakin besar arus listrik yang mengalir akan semakin tinggi temperaturnya.

Baik dan buruknya tahanan kontak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

 Kebersihan bidang kontak sambungan

 Kekencangan mur-baut pengikat (utk type mur-baut)  Kesempurnaan pengepresan (untuk type press)  Perbedaan bahan pada bidang kontak sambungan

Dalam pelaksanaannya, setelah melakukan pengambilan data pengukuran suhu dari semua titik konduktor dan sambungan, petugas tinggal memasukkan data tersebut kedalam program MS. Excel yang didalamnya sudah terdapat rumusan Delta-T (∆T) agar memudahkan petugas tersebut melakukan perhitungan dan dapat menarik kesimpulan dari data hasil pengukuran tersebut.

(34)

Gambar 4.6 RumusDelta-T (∆T) dalam MS. Excel

Gambar 4.7 Rumus Kondisi Konduktor

Dari gambar 4.6 dan 4.7 diatas dapat dilihat satuan rumus kenaikan temperatur terhadap temperatur ambient adalah dalam ˚C. Sesuai dengan rekomendasi yang diberikan

(35)

oleh UPT Sulselrabar, jika hasil rumusan Delta-T (∆T)< 5 ˚C maka kondisinya adalah baik, jika< 30 kondisinya sedang, dan jika>30 maka kondisinya buruk.

Selanjutnya dari hasil pengisian data diatas kita dapat menarik kesimpulan apakah kondisi konduktor dan sambungan itu baik dan apabila buruk dapat langsung dilaporkan ke unit tragi untuk segera ditindaklanjuti.

(36)

MulaiPengukuranMemasukkan DataPenarikan kesimpulanPenarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan

Selesai

Secara flowchart, sistematis pengambilan data pengukuran suhu sebagai berikut

Gambar 4.8 Flowchart pengambilan data pengukuran suhu PengukuranUlan g Survey Lapangan Laporkan Tragi Laksanaka n

Perbaikan oleh Tragi

(37)

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah melaksanakan Kerja Praktek pada PT. PLN (persero) Transmisi & Gardu Induk Panakkukang, Pada bidang distribusi listrik, penyusun dapat menarik beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut :

1. Thermovisi merupakan instrument yang dapat melihat suatu objek dengan visualisasi suhu objek tersebut pada layar display dengan menggunakan teknologi inframerah. Alat ini digunakan sebagai alat pengukur panas pada konduktor rangkaian listrik dalam kondisi berbeban.

2. Pemeliharaan konduktor pada switchyard sangat diperlukan untuk meningkatkan kehandalan dalam penyaluran tenaga listrik ke konsumen, dan untuk mencegah terjadinya kerusakan.

3. Pemeliharaan konduktor pada switchyard dilakukan jika temperatur pada konektor melebihi kriteria, sebagai berikut :

a. <100 kondisi Baik

b. 10 -25 ukur 1 bulan lagi c. 25-40 Rencana perbaikam d. 40 – 70 Perbaikan segera e. > 70 Kondisi Darurat

(38)

B. SARAN - SARAN

1. Pemeliharaan kondukor pada switchyard sebaiknya dilakukan secara rutin, hal ini bertujuan untuk meningkatkan kehandalan dalam penyaluran tenaga listrik ke konsumen, serta untuk mencegah terjadinya kerusakan. 2. Pemeliharaan konduktor sebaiknya dilakukan saat pagi hari, hal

ini bertujuan untuk menghindari meningkatnya temperatur konektor akibat sinar matahari

(39)
(40)
(41)

Pemantauan beban pada kwh meter digital

(42)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...i

LEMBAR PENGESAHAN II...ii

KATA PENGANTAR...iii BAB I PENDAHULUAN... 1.1 LATAR BELAKANG...1 1.2 RUMUSAN MASALAH...3 1.3 PEMBATASAN MASALAH...3

1.4 TUJUANDAN MANFAAT...4

1.5 METODELOGI...4 BAB II TINJAUAN UMUM... 2.1 SEJARAH PT. PLN (PERSERO)...6 2.2 LOKASI...8 2.3 TUGASPOKOK...9

2.4 STRUKTUR ORGANISASIDAN URAIAN TUGAS...9

2.5 KESELAMATANDAN KESEHATAN KERJA (K2 DAN K3)...14

3.1 INFRARED...17

3.2 INFRARED THERMOMETER...19

3.3 INFRARED THERMOVISI...20

3.4 PENGERTIAN GARDU INDUK...23

3.5 PENGARUHSUHUTERHADAP PERALATAN GARDU INDUK...24

BAB IV PEMBAHASAN... 4.1 PENGUKURAN & ANALISA HASIL THERMOVISI...36

4.2 URAIAN MASALAH...37

(43)

BAB IV

PENUTUP... A. KESIMPULAN...46

B. SARAN - SARAN...47

Gambar

Gambar 2.2 Bagan Pembentukan K2 dan K3
Gambar 3.2 Infrared Thermometer
Gambar 3.3 Gradiasi warna thermovisi
Tabel 3.1.  Rekomendasi tindakan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Mengelola dan melaksanakan kegiatan penjualan tenaga listrik, pelayanan pelanggan, pengoperasian dan pemeliharaan jaringan distribusi tenaga listrik di wilayah kerjanya secara

BAB III pada laporan ini membahas tentang Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) secara umum, Jenis PLTA, sistem pemipaan yang terdapat pada PLTA, aliran air di

Melakukan pengelolaan dan melaksanakan kegiatan penjualan tenaga listrik, pelayanan pelanggan, pengoperasian dan pemeliharaan pembangkit dan jaringan distribusi tenaga

 Mengendalikan pengoperasian tenaga listrik secara effektif dan effisien, mengendalikan pelaksanaan pemeliharaan, mengkoordinir pelaksanaan PDKB, mengendalikan

Mengelola dan melaksanakan kegiatan penjualan tenaga listrik, pelayanan pelanggan, pengoperasian dan pemeliharaan jaringan distribusi tenaga listrik di wilayah kerjanya secara

Mengelola dan melaksanakan kegiatan penjualan tenaga listrik, pelayanan pelanggan, pengoperasian dan pemeliharaan jaringan distribusi tenaga listrik di wilayah kerjanya secara

Kualitas adalah salah satu komponen terpenting dalam melakukan proses produksi, kualitas juga menjadi salah satu hal yang diperhatikan untuk meningkatkan kepuasan

• HAL INI DILAKUKAN AGAR SISTEM TENAGA LISTRIK DAPAT BEKERJA SECARA EKONOMIS DAN UNTUK MENAIKKAN KEANDALAN DARIPADA SISTEM, DENGAN AKIBAT :. – PENGOPERASIAN SISTEM TENAGA