• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas K3 Laundry

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tugas K3 Laundry"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROPOSAL DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS JUNI 2014 FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

ASPEK K3 PETUGAS LINEN KOTOR INSTALASI LAUNDRY DI RUMAH SAKIT IBNU SINA MAKASSAR

OLEH:

Wiwi Pratiwi Handayani 110 209 0024 Inna Mutmainnah Musa 110 209 0084

PEMBIMBING:

dr. Sultan Buraena, MS, SpOK

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA 2014

(2)

2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kesehatan kerja adalah merupakan bagian dari kesehatan masyarakat atau aplikasi kesehatan masyarakat didalam suatu masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungannya. Kesehatan kerja bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, mental, dan sosial bagi masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungan perusahaan tersebut, melalui usaha-usaha preventif, promotif dan kuratif terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan akibat kerja atau lingkungan kerja. Kesehatan kerja ini merupakan terjemahan dari “ Occupational Health” yang cenderung diartikan sebagai lapangan kesehatan yang mengurusi masalah-masalah kesehatan secara menyeluruh bagi masyarakat pekerja. Menyeluruh dalam arti usaha-usaha preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif, higine, penyesuaian faktor manusia terhadap pekerjaannya dan sebagainya.1

Tujuan akhir dari kesehatan kerja ini adalah untuk menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tujuan ini dapat tecapai, apabila didukung oleh lingkungan kerja yang memenuhi syarat-syarat kesehatan kerja. Lingkungan kerja yang mendukung terciptanya tenaga kerja yang sehat dan produktif antara lain: suhu ruangan yang nyaman, penerangan atau pencahayaan yang cukup, bebas dari debu, sikap badan yang baik, alat-alat kerja yang sesuai dengan ukuran tubuh atau anggotanya (ergonomic ) dan sebagainya. 1

Dasar hukum sistem managemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) tercantum dalam undang-undang keselamatan kerja no.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja. Dalam undang-undang no.23 tahun 1992

(3)

3 tentang kesehatan, pasal 23 dinyatakan bahwa K3 harus diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit sepuluh orang. Jika memperhatikan isi dari pasal diatas maka jelaslah rumah sakit, termasuk kedalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja dirumah sakit, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung rumah sakit sehingga sudah seharusnya pihak pengelola rumah sakit menerapkan upaya-upaya K3 di rumah sakit. Instalasi laundry merupakan bagian dari rumah sakit yang mempunyai resiko penularan penyakit infeksi dan juga terdapat beberapa resiko bahaya yang mempengaruhi situasi dan kondisi di rumah sakit.2

Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk mengendalikan dan meminimalisirkan dan bila mungkin meniadakannya. Oleh karena itu perlu diadakannya sistem K3 di instalasi laundry agar penyelenggaraan K3 tersebut lebih efektif, efisien dan terpadu.

1.2.Tujuan

A. Tujuan Umum

Survei ini dilakukan untuk mengetahui tentang aspek kesehatan dan keselamatan kerja (K3) pada petugas linen kotor instalasi laundry di Rumah Sakit Ibnu Sina.

B. Tujuan Khusus

i. Untuk mengetahui tentang faktor hazard yang dialami petugas linen kotor instalasi laundry.

ii. Untuk mengetahui tentang alat kerja yang digunakan yang dapat mengganggu kesehatan petugas linen kotor instalasi laundry. iii. Untuk mengetahui alat pelindung diri yang digunakan petugas linen

(4)

4 iv. Untuk mengetahui pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan sesuai peraturan (sebelum kerja, berkala, berkala khusus) pada petugas linen kotor instalasi laundry.

v. Untuk mengetahui keluhan atau penyakit yang dialami yang berhubungan dengan pekerjaan pada petugas linen kotor instalasi laundry.

vi. Untuk mengetahui upaya k3 lainnya yang dijalankan (misalnya penyuluhan, pelatihan, pengukuran atau pemantauan lingkungan tentang hazard yang pernah diadakan).

(5)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Kesehatan kerja adalah merupakan bagian dari kesehatan masyarakat atau aplikasi kesehatan masyarakat didalam suatu masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungannya.1

Keselamatan kesehatan kerja adalah merupakan multidisplin ilmu yang terfokus pada penerapan prinsip alamiah dalam memahami adanya risiko yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan manusia dalam lingkungan industri ataupun lingkungan diluar industri, selain itu keselamatan dan kesehatan kerja merupakan profesionalisme dari berbagai disiplin ilmu yaitu fisika, kimia, biologi dan ilmu perilaku yang diaplikasikan dalam manufaktur, transportasi, penyimpanan dan penanganan bahan berbahaya. 3

Program K3 di rumah sakit (K3RS) bertujuan untuk melindungi keselamatan dan kesehatan serta meningkatkan produktifitas pekerja, melindungi keselamatan pasien, pengunjung, dan masyarakat serta lingkungan sekitar rumah sakit. 3

2.2 Petugas Linen Instalasi Laundry

A. Faktor Hazard

Faktor fisik yang merupakan hazard kesehatan kerja dapat berupa kebisingan, getaran, radiasi, dan temperatir ekstrim. Faktor-faktor ini penting diperhatikan dalam tempat kerja, karena pengaruhnya terhadap kesehatan pekerja dapat berlangsung dengan segera maupun secara kumulatif. Faktor-faktor yang membahayakan pekerja (faktor hazard) perlu dijelaskan kesan-kesan penggunaannya. Faktor hazard bisa didapatkan dari kotoran pada kain cucian atau di tempat tugasan. Ia bisa

(6)

6 dibagi kepada faktor biologi (debu dari serat linen yang mengandung virus), faktor fisik (kebisingan mesin cuci, suhu panas faktor risiko), faktor kimia (detergen, desinfektan dan pewangi) dan faktor ergonomic (posisi kerja berdiri selama proses kerja sampai selesai). 4

B. Alat Kerja

Pada umumnya, instalasi laundry di rumah sakit digunakan untuk mencuci sprei ataupun seragam-seragam petugas rumah sakit seperti dokter atau perawat. Dengan itu, antara bahan yang sering digunakan adalah laundry disinfectant yang digunakan untuk membunuh kuman-kuman, bakteri yang menempel pada serat kain, bleaching atau pemutih untuk menghilangkan noda pada linen atau kain dasar putih. Selain itu, penghilang noda darah digunakan dan neutralizer digunakan pada setiap pembilasan terakhir untuk meneutralkan sisa pencucian. 4

Antara alat yang digunakan adalah mesin pencuci, mesin pengering, setrika, boiler dan sebagainya.

C. Alat Pelindung

Bagi petugas laundry di rumah sakit akan disediakan alat pelindung diri yang digunakan oleh petugas-petugas laundry sewaktu melakukan tugas mereka. Alat-alat yang disediakan seharusnya diberikan mengikut tingkat keselamatan yang diperlukan. Dalam hal ini dibagikan keperluan alat pelindung diri berdasarkan; 5

i. Kontaminasi dengan darah patogen – pihak rumah sakit harus menyediakan sarung tangan tebal, sarung tangan, baju, pelindung wajah, masker ketika menyortir cucian terkontaminasi.

ii. Penggunan atau kontaminasi dengan benda tajam – petugas harus diberi pendedahan mengenai cara dan tempat pembuangan benda tajam yang terkontaminasi pada wadah yang tepat.

(7)

7 iii. Pendedahan pada bahan kimia - Pelayanan Medis dan Pertolongan Pertama diberikan dimana mata atau tubuh seseorang dapat terkena bahan korosif merugikan, sehingga diperlukan fasilitas yang cocok untuk membasahi cepat atau pembilasan mata dan tubuh dalam area kerja untuk penggunaan darurat. Selain itu, pada paparan pekerja yang alergi lateks harus menggunakan sarung tangan lateks yang cocok untuk mereka

D. Kesediaan Obat P3K

Kotak pertolongan pertama kecelakaan (P3K) seharusnya wajib dimiliki di setiap tempat pekerjaan. Hal ini sangat bermanfaat dalam keadaan darurat ataupun kecelakaan. Tujuan dari P3K adalah untuk menyelamatkan nyawa atau mencegah kematian, mencegah cacat yang lebih berat dan menunjang penyembuhan.5

E. Pemeriksaan Kesehatan

Pengusaha harus mengadakan pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan kesehatan berkala dan pemeriksaan kesehatan khusus oleh dokter yang telah memiliki sertifikasi. 6

Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja dilakukan supaya memastikan pekerja sehat secara fisik dan mental untuk melakukan pekerjaannya serta tidak menderita penyakit menular yang dapat mempengaruhi pekerja lain. Pemeriksaan sebelum bekerja meliputi pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru dan laboratorium rutin, serta pemeriksaan lain yang dianggap perlu.6

Pemeriksaan berkala dilakukan oleh dokter sekurang-kurangnya setahun sekali.

Pemeriksaan kesehatan khusus dilakukan oleh dokter untuk pekerja tertentu yang melakukan pekerjaan dengan resiko-resiko tertentu.

(8)

8 Pemeriksaan kesehatan khusus juga dilakukan kalau pekerja mengeluh tentang masalah kesehatan yang mereka derita. 6

F. Peraturan Pimpinan Rumah Sakit Tentang K3

Sistem management K3 adalah bagian dari sistem manajemen yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, pelaksanaan, prosedur, sumber daya, dan tanggungjawab organisasi. Tujuan dari Sistem management K3 RS adalah menciptakan tempat kerja yang aman dan sehat supaya tenaga kerja produktif disamping dalam rangka akreditasi rumah sakit itu sendiri. Prinsip yang digunakan dalam sistem management K3 adalah AREC (Anticipation, Recognition, Evaluation dan Control) dari metode kerja, pekerjaan dan lingkungan kerja. 6

G. Keluhan atau Penyakit yang Berhubungan dengan Pekerjaan tersebut.

Pada setiap pekerjaan yang dilakukan pasti ada resiko terhadap kesehatan petugas tersebut. Pada petugas linen kotor instalasi laundry di rumah sakit, terdapat beberapa penyakit yang perlu diwaspadai terutama penyakit yang menular. Penyakit penularan ini bisa saja menular melalui cucian yang dibersihkan seperti jika pada cucian yang terkena darah atau cairan tubuh patogen. 6

Selain itu, kecederaan sewaktu melakukan pekerjaan seperti luka bakar akibat terkena aliran listrik, pengsan karena kepanasan dan sebagainya. Pada pekerja yang sering melakukan pekerjaan dengan posisi yang salah bisa saja mengeluh menderita nyeri pinggang bawah (low back pain). Pada pekerja yang sensitif terhadap bahan pencuci bisa saja menderita dermatitis kontak akibat detergen.6

(9)

9 H. Upaya K3 lain yang Dijalankan

Kesehatan dan keselamatan kerja harus dijalankan pada setiap rumah sakit karena menurut penelitian insidens terjadinya kecelakaan saat bekerja mulai meningkat. Jadi setiap petugas di rumah sakit harus didedahkan dengan K3. Dengan itu, pihak rumah sakit harus aktif melakukan training kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit ini kepada petugas-petugas di rumah sakit. Selain itu, pihak rumah sakit perlu melakukan evaluasi terhadap tahap pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap aspek K3.6

(10)

10

BAB III

METODE PENELITIAN

1.3.Bahan dan cara A. Bahan

Bahan yang digunakan pada survei ini adalah checklist yang di buat. Checklist ini dibuat berdasarkan informasi yang diperlukan daripada tujuan survei ini dilakukan. Pada survei ini, informasi yang diperlukan adalah ada tidaknya faktor hazard, alat kerja apa yang digunakan,, alat pelindung diri yang digunakan, ketersediaan obat p3k di tempat kerja, pelayanan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan, peraturan pimpinan tentang k3, keluhan atau penyakit yang dialami petugas dan upaya pengetahuan mengenai k3 kepada petugas linen kotor instalasi laundry di rumah sakit yang berkaitan.

B. Cara

Bagi cara survey dilakukan pula adalah dengan menggunakan kaedah Walk Through Survey. Teknik Walk Through Survey juga dikenali sebagai Occupational Health Hazards. Untuk melakukan survei ini, dapat dimulai dengan mengetahui tentang manejemen perencanaan yang benar, berdiskusi tentang tujuan melakukan survey, dan menerima keluhan-keluhan baru yang releven.

Bahaya apa dan dalam situasi yang bagaimana bahaya dapat timbul, merupakan sebagai hasil dari penyelenggaraan kegiatan Walk Through Survey. Mengenal bahaya, sumber bahaya dan lamanya paparan bahaya terhadap pekerja dalam Walk Through Survey memerlukan informasi tentang bahan mentah dan bahan kimia tambahan yang

(11)

11 digunakan, proses kerja dan operasi, produk akhir dan produk samping yang dihasilkan.

Pihak okupasi kesehatan dapat kemudian merekomendasikan monitoring survey untuk memperoleh kadar kuantitas eksposur atau kesehatan okupasi mengenai risk assessment.

Walk Through Survey ini adalah bertujuan untuk memahami proses produksi, denah tempat kerja dan lingkungannya secara umum. Selain itu, mendengarkan pandangan pekerja dan pengawas tentang K3, memahami pekerjaan dan tugas-tugas pekerja, mengantisipasi dan mengenal potensi bahaya yang ada dan mungkin akan timbul di tempat kerja atau pada petugas dan menginventarisir upaya-upaya K3 yang telah dilakukan mencakup kebijakan K3, upaya pengendalian, pemenuhan peraturan perundangan dan sebagainya.

1.4.Jadwal survei

Tempat survey akan dilakukan di Rumah Sakit Ibnu Sina dan waktu penelitian adalah mulai tanggal 17 Juni hingga 20 Juni 2014.

No. Tanggal Kegiatan

1.

2.

16 Juni 2014

17 Juni 2014

- Melapor ke bagian K3 RS Ibnu Sina - Pengarahan kegiatan

- Penyusunan Tinjauan Pustaka - Penyusunan Proposal

(12)

12 3 4. 5. 18 Juni 2014 19 Juni 2014 20 Juni 2014

- Walk Through Survey

- Penyusunan laporan Walk Through Survey

- Walk Through Survey

- Penyusunan laporan Walk Through Survey

- Presentasi laporan Walk Through Survey

(13)

13 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian

Adapun hasil penelitian yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut:

4.1.1 Survey tentang hazard umum pada petugas laundry Tabel 4.1

No. Pertanyaan Ya Tidak Keterangan

Faktor Hazard a. Faktor fisik 1. Faktor kebisingan

Mesin Cuci  Jika mesin cuci sedang beroperasi

Sumber suara lain  Berasal dari suara diluar ruang kerja,

yaitu suara dari keluarga pasien yang berkeliaran disekitar tempat laundry

2. Faktor Temperatur Air Conditioner

(AC)

 Hanya terdapat pada ruangan kerja tertentu (ruang menyetrika)

Kipas Angin  Pada ruang kerja utama (ruang mencuci) sehingga temperatur pada ruang kerja ini tinggi

(14)

14 Lampu  Lampu pada ruang kerja cukup sehingga

tidak menimbulkan hazard

Sinar Matahari  Cahaya matahari tidak menembus sampai diruang kerja dikarenakan letak ruang kerja yang berada ditengah bangunan.

4. Faktor Tekanan  Tidak ada sumber tekanan 5. Faktor Getaran  Tidak ada sumber getaran

b. Faktor kimia

1. Detergen  Karena detergen mengandung bahan

kimia sehingga bisa menimbulkan hazard bagi petugas laundry.

2. Pemutih  Karena pemutih mengandung bahan

kimia sehingga bisa menimbulkan hazard bagi petugas laundry

3 Pewangi  Karena pewangi mengandung bahan

kimia sehingga bisa menimbulkan hazard bagi petugas laundry.

c. Faktor biologi 1. Debu

Berasal dari serat linen dan kipas angin yang berada diruang kerja (ruang mencuci)

2. Tempat sampah 

(15)

15 satu dan tidak dibedakan tempat sampah medis dan non medis.

d. Faktor ergonomis Posisi bekerja

1. Berdiri  posisi bekerja dilakukan dengan berdiri

2. Duduk 

Cara bekerja

1. Mengangkat  Posisi mengangkat yang dilakukan oleh

petugas laundry terkadang tidak dengan cara yang benar sehingga bisa

menimbulkan hazard.

2. Mendorong /

menarik

 Posisi mendorong/menarik yang dilakukan oleh petugas laundry

terkadang tidak dengan cara yang benar sehingga bisa menimbulkan hazard.

e. Faktor Psikososial

1. Jadwal kerja  Petugas laundry tidak merasa terganggu

dengan jadwal kerja karena dalam 24 jam dibagi dalam 3 shift dengan waktu kerja 8 jam perhari.

2. Hubungan kerja  Baik

3. Beban kerja  Beban kerja terkadang dirasakan oleh

(16)

16 banyaknya cucian yang harus dilaundry, jumlah yang bertugas setiap shift tidak selalu sama sehingga petugas sering mengalami kelelahan yang berlebihan.

4. Gaji  Bervariasi tergantung dari status

kepegawaian dan lama kerja pegawai.

Berdasarkan tabel 4.1 bahwa faktor hazard yang ditemukan berupa faktor fisik, kimia, ergonomi, biologi, dan psikososial,

4.1.2 Survey tentang alat kerja yang digunakan oleh petugas laundry Tabel 4.2

Alat kerja yang digunakan

1. Mesin cuci  6 buah

2. Setrika  2 buah

3. Tempat/keranjang

cucian

 5 buah

4. Alat kerja khusus

yang membantu memudahkan proses pekerjaan.

(17)

17 Berdasarkan tabel 4.2 bahwa alat kerja yang digunakan hanya alat kerja standar untuk laundry pada umumnya dan tidak ada alat kerja khusus yang membantu memudahkan proses pekerjaan.

4.1.3 Survey tentang alat pelindung diri pada petugas laundry Tabel 4.3

Alat pelindung diri ketika melakukan pekerjaan rumah tangga

1. Masker 

2. Sarung tangan 

3. Baju pelindung diri 

4. Pelindung kepala 

5. Kaca mata 

6. Apron/clemek   Kadang digunakan tetapi lebih sering

tidak digunakan

Petugas tidak memakai baju pelindung diri, penutup kepala, kaca mata dan sepatu boot saat sedang beroperasi.

Berdasarkan tabel 4.3 bahwa petugas laundry hanya memakai alat pelindung diri berupa masker dan sarung tangan. Masker yang digunakan sudah memenuhi standar k3 tetapi sarung tangan yang digunakan kurang sesuai karena hanya menggunakan sarung tangan yang berbahan latex tipis. Apron/clemek kadang digunakan tetapi lebih sering tidak digunakan.

(18)

18 4.1.4 Survey tentang pemeriksaan pada petugas laundry.

Tabel 4.4

Pemeriksaan kesehatan

1. Berkala 

2. Pemeriksaan khusus 

Berdasarkan tabel 4.4 bahwa kurangnya upaya tertentu dari pihak rumah sakit untuk menjalankan program K3 secara keseluruhan, dibuktikan dengan tidak adanya pemeriksaan kesehatan secara berkala dan pemeriksaan kesehatan khusus untuk petugas laundry.

4.1.5 Survey tentang keluhan/penyakit yang dialami petugas laundry. Tabel 4.5

Keluhan /penyakit yang dialami

1. Luka bakar 

2. Dermatitis 

3. Nyeri punggung bawah/Low

back pain

 .

Berdasarkan tabel 4.5 bahwa sebagian besar petugas laundry mengeluhkan mengalami nyeri punggung bawah (Low Back Pain) dikarena posisi dan cara kerja yang kurang benar.

(19)

19 4.1.6 Survey tentang upaya lain Rumah Sakit tentang K3

Tabel 4.6

Upaya lain Rumah Sakit tentang K3

1. Penyediaan APAR (alat

pemadam api ringan)

2. Penyediaan kotak P3K 

3. Penyediaan westafel dalam

ruang kerja sebagai sarana cuci tangan.

Berdasarkan tabel 4.6 bahwa rumah sakit menyediakan APAR sebagai salah satu upaya K3 untuk menanggulangi bahaya kebakaran di ruang kerja. Dan penyediaan westafel dalam ruang kerja sebagai sarana cuci tangan, tetapi westafel yang ada bukan khusus hanya untuk tempat mencuci tangan tetapi juga digunakan untuk mencuci piring. Serta tidak tersedia kotak P3K di ruang kerja.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Survey tentang hazard umum pada petugas Laundry

Dari survey yang dilakukan pada petugas laundry , petugas banyak terpapar pada hazard umum dari faktor kimia, ergonomi, fisik dan psikososial. Hazard ini membahayakan karena seharusnya lingkungan kerja dalam keadaan aman, dan tidak membahayakan petugasnya.

 Faktor kimia berupa detergen, pemutih dan pewangi yang mengandung zat kimia sehingga bisa membahayakan bagi petugas laundry. Detergen yang secara umum mengandung surfaktan dan builders, surfaktan beresiko pada

(20)

20 petugas karena dapat menyebabkan gangguan iritasi pada kulit, hilangnya kelembaban alami yang ada pada kulit dan meningkatkan permeabilitas permukaan luar sedangkan builders salah satu yang paling banyak dimanfaatkan di dalam Detergen adalah phosphate. Phosphate memegang peranan penting dalam produk Detergen, sebagai softener air. Bahan ini mampu menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat ion kalsium dan magnesium. Bahan kimia yang terkandung dalam pemutih adalah klorin, dimana zat tersebut bisa menyebabkan iritasi saluran nafas, wheezing / mengi, kesulitan bernafas, suara serak, batuk,, iritasi mata, iritasi kulit

 Seharusnya petugas senantiasa menggunakan masker dalam petugasannya dan sarung tangan atau segera mencuci tangan apabila terkena zat kimia.

 Faktor ergonomi, posisi kerja petugas laundry sebagian besar dilakukan dengan berdiri karena tidak memungkinkan petugas untuk duduk dan cara kerja berupa mengangkat, mendorong dan menarik. Dengan cara kerja yang tidak dilakukan dengan benar oleh petugas laundry dan posisi kerja yang demikian mengakibatkan sebagian petugas mengeluh terkadang merasakan nyeri punggung bawah/low back pain.

 Faktor fisik berupa kebisingan yang timbul akibat suara mesin cuci yang tengah beroperasi selama 24 jam tanpa henti di tempat kerja cukup mengganggu bagi petugas dan adanya sumber suara lain yang juga cukup mengganggu yang berasal dari suara diluar ruang kerja, yaitu suara dari keluarga pasien yang berkeliaran disekitar tempat laundry. Hal ini bisa menyebabkan gangguan pendengaran. Sebaiknya petugas menggunakan alat pelindung diri berupa ear plug/ ear muff. Kemudian temperatur suhu di tempat kerja tidak merata karena hanya ruang kerja tertentu yang menggunakana AC (air conditioner) yaitu pada ruang menyetrika sedangkan pada ruang mencuci hanya menggunakan satu kipas angin yang tidak berfungsi secara maksimal. Faktor radiasi dimana sumber pencahayaan cukup baik berasal dari lampu.

(21)

21

 Faktor psikososial, yang ditemukan pada petugas adalah beban kerja. Petugas mengatakan beban kerja mereka cukup banyak ditambah bila jumlah pegawai yang bertugas pada setiap shift tidak sama bahkan terkadang hanya satu orang petugas saja per shift sehingga petugas sering mengalami kelelahan yang berlebihan.

4.2.2 Survey tentang alat kerja yang digunakan oleh petugas laundry

Alat kerja yang digunakan hanya alat kerja standar untuk laundry seperti pada umumnya dan tidak ada alat kerja khusus yang membantu memudahkan proses pekerjaan.

4.2.3 Survey untuk mengetahui tentang alat pelindung diri yang digunakan petugas

Dari hasil survey didapatkan petugas laundry hanya rutin menggunakan dan sarung tangan. Masker yang digunakan sudah sesuai standar K3, tetapi sarung tangan yang digunakan masih belum memenuhi standar karena hanya terbuat dari bahan latex yang tipis sehingga resiko untuk terjadinya iritasi kulit pada tangan petugas laundry masih lumayan besar. Penggunaan apron/clemek kadang digunakan tetapi lebih sering tidak digunakan. Petugas laundry tidak menggunakan baju pelindung khusus, pelindung kepala, kaca mata dan sepatu boot saat melakukan pekerjaaan, sehingga resiko terjadinya kecelakan akibat kerja masih sangat tinggi.

4.2.4 Survey tentang pemeriksaan pada petugas laundry.

Dari hasil survey didapatkan petugas laundry tidak melakukan pemeriksaan kesehatan berkala atau pemeriksaan khusus. Ini tidak sesuai dengan standar pelayanan K3, dan ini menunjukkan kurangnya upaya tertentu dari pihak rumah sakit untuk menjalankan program K3 secara keseluruhan.

(22)

22 4.2.5 Survey tentang keluhan yang dialami petugas laundry akibat

petugasannya.

Dari survey didapatkan petugas laundry sebagian besar mengeluhkan nyeri punggung bawah (low back pain) yang disebabkan posisi dan cara kerja yang tidak benar.

4.2.4 Survey tentang upaya lain K3

Penyedian APAR (alat pemadam api ringan) pada ruang kerja instalasi laundry sebagai salah satu upaya K3 untuk menanggulangi bahaya kebakaran di ruang kerja, tetapi hal ini kurang lengkap karena tidak adanya petunjuk penggunaan APAR disekitar tempat pemasangan APAR, ditambah lagi adanya petugas laundry yang kurang mengerti cara penggunaan APAR tersebut. Penyediaan westafel dalam ruang kerja sebagai sarana cuci tangan masih belum

memenuhi standar karena westafel yang ada bukan hanya khusus untuk tempat

mencuci tangan tetapi juga digunakan untuk tempat mencuci piring. Serta tidak tersedia kotak P3K di ruang kerja.

(23)

23 BAB V

PENUTUP 5.1 KESIMPULAN

1. Petugas instalasi laundry secara keseluruhan terpapar pada hazard umum di tempat kerja berupa faktor kimia, faktor ergonomik, faktor fisik, dan psikososial

2. Tidak adanya alat kerja yang dapat membantu dalam memudahkan proses pekerjaan.

3. Petugas instalasi laundry tidak memakai alat pelindung diri yang lengkap. 4. Tidak adanya pemeriksaan berkala atau pemeriksaan khusus untuk petugas

instalasi laundry.

5. Adanya penyakit yang muncul akibat hubungan kerja.

6. Secara keseluruhannya pelayanan K3 pada instalasi laundry masih kurang.

5.2 SARAN

1. Diharapkan agar pengurus pelayanan unit K3 mengevaluasi masalah yang berhubungan dengan kesehatan, keselamatan dan lingkungan kerja di RS Ibnu Sina Makassar agar setiap petugas dapat bekerja optimal. Dan sebaiknya setiap tenaga kerja diberikan selebaran tentang kesehatan kerja dan penyakit akibat kerja.

2. Lebih memperhatikan faktor-faktor yang dapat membahayakan petugas instalasi laundry seperti faktor fisik, kimia, ergonomik dan psikososial. 3. Menyediakan alat pelindung diri yang lengkap bagi petugas instalasi laundry. 4. Melakukan pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus untuk petugas

(24)

24 1.5.Daftar pustaka

1. Amarudin. Pengawasan Kesehatan dan Lingkungan Kerja. 2006

[cited; Available from:

http://tiarasalsabilatoniputri.files.wordpress.com/2012/03/kesehata n-kerja-1.ppt

2. Depkes. Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja Instalasi Farmasi Rumah Sakit (K3-IFRS). Jakarta; 2006.

3. Depkes, editor. Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3-IFRS). Jakarta; 2009.

4. Ferdianto, Hengki. Dermatitis Kontak Iritan Pada Petugas Laundry Rumah Sakit X (Study Kasus Pengelolaan Penyakit Akibat Kerja).

2011 [cited; Available from:

http://www.slideshare.net/YoTama/savedfiles?s_title=dermatitis-

kontak-iritan-pada-petugas-laundry-rumah-sakit&user_login=hengkiferdianto.

5. Ishaq. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja

(SMK3). 2010 [cited; Available from:

http://bocahbancar.files.wordpress.com/2012/09/materi-training-smk3-by-mr-ishaq-pd-21-sept-2012.pptx

6. RSS. Sistem K3 di Instalasi Laundry RS (Kesmas, stase K3). 2012

[cited; Available from:

http://aneukngupi.wordpress.com/2012/11/29/sistem-k3-di-instalasi-laundry-rs-kesmas-stase-k3/

(25)

25 Lampiran

CHECK LIST ASPEK K3 PADA PETUGAS LINEN KOTOR INSTALASI LAUNDRY DI RUMAH SAKIT IBNU SINA MAKASSAR

No

. Pertanyaan Ya Tidak Keterangan

Faktor Hazard e. Faktor fisik 1. Faktor kebisingan

Mesin Cuci

Sumber suara lain

2. Faktor Temperatur Air Conditioner Kipas Angin 3. Faktor Radiasi Lampu Sinar Matahari 4. Faktor Tekanan 5. Faktor Getaran

(26)

26 f. Faktor kimia 1. Detergen 2. Pemutih 3. Pewangi g. Faktor biologi 1. Debu 2. Tempat sampah h. Faktor ergonomis i. Posisi bekerja 1. Berdiri 2. Duduk

ii. Cara bekerja

1. Mengangkat 2. Mendorong / menarik e. Faktor Psikososial 1. Jadwal kerja 2. Hubungan kerja 3. Beban kerja

(27)

27

4. Gaji

Alat kerja yang digunakan 1. Mesin cuci

2. Setrika

3. Alat kerja khusus yang

membantu memudahkan proses pekerjaan

Alat pelindung diri ketika melakukan pekerjaan rumah tangga

1. Masker

2. Sarung tangan

3. Baju pelindung diri

4. Pelindung kepala 5. Kaca mata 6. Apron/clemek Pemeriksaan kesehatan 1. Berkala 2. Pemeriksaan khusus

(28)

28

1. Luka bakar

2. Dermatitis

3. Nyeri punggung bawah/Low back pain

Upaya lain perusahaan tentang K3

1. Penyediaan APAR (alat

pemadam api ringan)

2. Penyediaan kotak obat P3K

3. Penyediaan westafel dalam ruang

(29)

29 Dokumentasi foto

Referensi

Dokumen terkait

Dalam menerapkan model pembelajaran langsung diharapkan guru guru dapat memberikan perhatian secara merata kepada setiap peserta didik yang kurang aktif sehingga semua

Hasil pembelian CP (dalam bentuk hardcopy ) yang telah diperiksa KSEI harus diserahkan oleh Arranger atau Agen Penjualan kepada KSEI dengan menggunakan surat pengantar

Judul Tesis : HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DAN INTAKE ZAT GIZI DENGAN TINGGI BADAN ANAK BARU MASUK SEKOLAH (TBABS) PADA DAERAH ENDEMIS GAKY DI KECAMATAN PARBULUAN

untuk dapat dipilih sesuai minat dan pengetahuan penonton. 3) Berita ditayangkan sebagai rangsangan awal dan jembatan antara pengetahuan baru dengan pengetahuan yang

Secara lebih spesifik, penelitian ini akan menunjukkan wilayah-wilayah yang telah menjadi basis usahaternak ayam ras petelur di Tasikmalaya, dan wilayah-wilayah yang

Sebagai perguruan tinggi teknik, meskipun memiliki fakultas seni, sains dan teknologi menjadi dasar ilmu pengetahuan yang dominan di atas ilmu-ilmu seni khususnya dan

Hal ini berarti besarnya kontribusi pesan dan endorser pada iklan televisi dalam mempengaruhi keputusan pembelian minuman You C 1000 Vitamin di wilayah Surabaya Selatan secara

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta di bagian perawatan Lantai VA, Lantai VC, Lantai IVA, Lantai IVC dan Emergency dilakukan pada bulan